Uploaded by User40269

ANALISIS TINGKAT ABSORPTION ION LOGAM BERAT TIMBAL

advertisement
ANALISIS TINGKAT ABSORPTION ION LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DENGAN MENGGUNAKAN SABUT KELAPA SEBAGAI
PENGEMBANGAN IPTEK SOLUSI REHABILITASI KUALITAS
PERAIRAN AKIBAT PENCEMARAN LOGAM BERAT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang diikuti perkembanggan
industri memacu terjadinya pencemaran laut. Meningkatnya kegiatan industri
berpotensi pada penggunaan logam berat dan meningkatnya penimbunan logam berat
di daerah pesisir dan laut menjadi sumber pencemar. Logam berat adalah salah satu
unsur yang memiliki sifat berbahaya di bumi karena merupakan bahan pencemar
bersifat toksik yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan
sekitarnya (Wardhana, 2004).
Pencemaran terjadi pada saat senyawaan-senyawaan yang dihasilkan dari
kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan, menyebabkan perubahan yang buruk
terhadap terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Semua mahluk hidup
selain manusia juga menghasilkan limbah yang dilepaskan ke lingkungan, namun
umumnya dianggap bagian dari sistem alamiah, apakah mereka memiliki pengaruh
buruk atau tidak (Connel & Miller. 1995).
Pencemaran logam berat di lingkungan perairan merupakan masalah besar
yang tengah dihadapi di dunia saat ini karena sifat dari logam berat yang sangat
berbahaya terhadap organisme, lingkungan, dan manusia melalui proses rantai
makanan. Selain itu logam berat memiliki banyak jenis seperti timbal (Pb), cadmium
(Cd), raksa (Hg), krom (Cr), nikel (Ni), kobalt (Co), mangan (Mn), tembaga (Cu) dan
timah (Sn) yang memiliki dampak negatif masing masing apa bila tercemar di
perairan dan masuk ketubuh manusia. Sebab perairan merupakan salah satu media
dari penyebaran logam berat yang dihasilkan dari aktifitas perkotaan, limbah rumah
tangga, limbah industri maupun kegiatan pertambanggan yang akan menimbulkan
dampak negatif di lingkungan perairan serta dapat menciptakan perairan yang
beracun (Connel & Miller. 1995).
Pencemaran terjadi pada saat senyawaan-senyawaan yang dihasilkan dari
kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan, menyebabkan perubahan yang buruk
terhadap terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Semua mahluk hidup
selain manusia juga menghasilkan limbah yang dilepaskan ke lingkungan, namun
umumnya dianggap bagian dari sistem alamiah, apakah mereka memiliki pengaruh
buruk atau tidak (Connel & Miller. 1995).
Pengaruh pencemaran terhadap lingkungan global, melalui kegiatan seperti
pertambangan, pembakaran bahan bakar fosil, pertanian dan urbanisasi, telah memicu
fluks logam-logam runutan dan garam-garamnya di ekosfer (Connel, 1995). Dampak
pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat kepada lingkungan
alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap kehidupan tanaman,
hewan dan juga manusia. Kalau lingkungan alam telah tercemar sudah barang tentu
tanaman yang tumbuh dilingkungan tersebut akan ikut tercemar, demikian pula
hewan yang hidup disitu (Wardhana, 2004).
Akibat permasalahan yang telah terjadi oleh pencemaran logam berat
khususnya timbal (Pb) di perairan, maka dilakukanlah uji coba dari sabut yang
merupakan salah satu penemuan percobaan pengembanggan iptek sebagai solusi
rehabilitasi kualitas perairan akibat pencemaran logam berat yang bertujuan untuk
mengembalikan kondisi perairan yang telah tercemar oleh logam berat timbal (Pb)
dengan memanfaatkan sabut kelapa yang tidak terpakai sebagai media uji coba,
karena kulit kelapa atau sabut kelapa mengandung lignig (35% - 45 %) dan Selulosa
(23% - 43%) yang bermanfaat sebagai biosorpsen untuk mengikat dan
menghilangkan logam berat (Carrijo,dkk.2002).
Berdasarkan uraian diatas maka perlunya dilakukan penelitian ini untuk
mengetahui tingkat absorp dari sabut kalapa sebagai referensi baru dalam
perkembanggan inovasi baru dibidang iptek yang menjadi salah satu solusi
rehabilitasi kualitas perairan akibat pencemaran logam berat timabl (Pb).
B. Rumusan Masalah
1. menganalisis daya absorp sabut kelapa dalam menampung ion logam berat timbal
(Pb)
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk mengetahui seberapa besar
tingkat absorp ion logam berat timbal (Pb) dan disajikan dalam bentuk tabel diagram
yang mudah dipahami. Selain itu penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang yaitu
apabila berhasil,dan sukses semoga dapat dimanfaatkan dibidang konservasi yaitu
rahabilitasi kulitas perairan akibat pencemaran ion logam berat timbal (Pb).
D. Urgensi Penelitian
Urgensi PKM penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui seberapa besar
kemampuan sabut kelapa menampung ion logam berat timbal (Pb).
E. Target Penemuan dan Kontribusi Penelitian
Target penemuan dan kontribusi pada PKM Penelitian ini yaitu adanya
refernsi baru tentang penelitian ini dan dapat memberikan kontribusi yang besar
dalam pengembanggan iptek dibidang konservasi untuk merehabilitasi kualitas
perairan akibat pencemaran logam berat timbal (Pb).
F. Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari PKM Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi seberapa besar daya tampung sabut kelapa terhadap penyerapan
ion logam berat timbal (Pb),
2. termanfaatkanya sabut yang tidak terpakai dibidang penelitian pengembangan
teknologi rehabilitasi di perairan
3. menghasilkan publikasi ilmiah yang bersifat nasional dan internasional
G. Manfaat penelitian
1. Internal
- Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti mengenai manfaat
sabut kelapa dibidang rehabilitasi perairan
- melatih pengetahuan dan nalar mahasiswa dalam kegiatan penelitian
2. Eksternal
- Memberikan informasi baru tentang manfaat sabut kelapa di bidang konservasi
dalam pengembanggan iptek solusi rehabilitasi perairan
- termanfaatkannya sabut kelapa dibidang iptek sebagai filter air akibat pencemaran
- dapat menjadi referensi tambahan dalam penelitian selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelapa
Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke
daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian utama
dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri
dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa,
dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama, sedangkan air, tempurung, dan
sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa. Buah kelapa mempunyai
diameter 15 – 20 cm berwarna hijau, coklat, atau kuning. (Mahmud et al., 2004).
Klasifikasi tanaman kelapa menurut Palungkun. 2004 adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
Genus
: Cocos
Spesies
: Cocos nucifera L.
Gambar 1: pohon kelapa
Gambar 2: sabut kelapa
Limbah sabut kelapa merupakan sisa buah kelapa yang sudah tidak terpakai
yaitu bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan
sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan
lapisan dalam (endocarpium). Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang
mengandung 30 % serat. Dengan komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa,
lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potassium
(Rindengan et al., 1995).
B. Sabut kelapa
Sabut kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah didapatkan dan
merupakan hasil samping pertanian. Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar 35%
dari berat keseluruhan buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber)dan gabus
(pitch)yang menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut kelapa
terdiri dari 75% serat dan 25% gabus. Potensi penggunaan serat sabut kelapa sebagai
biosorben untuk menghilangkan logam berat dari perairan cukup tinggi karena serat
sabut kelapa mengandung lignin (35% - 45%) dan selulosa (23% - 43%)
(Carrijo,dkk.2002).
Serat sabut kelapa sangat berpotensi sebagai biosorben karena mengandung
selulosa yang di dalam struktur molekulnya mengandung gugus karboksil serta lignin
yang mengandung asam phenolat yang ikut ambil bagian dalam pengikatan logam.
Selulosa dan lignin adalah biopolimer yang berhubungan dengan proses pemisahan
logam berat
(Pino,dkk.2005).
Sabut kelapa (Cocos nucifera) pernah diteliti berkaitan dengan potensinya
sebagai biosorben dan bioakumulator logam berat, di antaranya karena memiliki
persentase material dinding sel sebagai sumber pengikatan logam yang tinggi dan
juga biomassa. Mawar D. Silalahi (2007) telah meneliti pemanfaatan sabut kelapa
untuk menurunkan kadar Mn (II) dalam air sumur di wilayah Jakarta. Hasil penelitian
sebelumnya dengan metode pengguncangan mekanik (shaker) didapatkan bahwa
penyisihan Mn (II) dari air sumur untuk sabut kelapa tanpa perlakuan jauh lebih besar
daripada sabut kelapa perlakuan yaitu 99.56% terhadap 30%. K. Gopalakrishnan
(2009) meneliti kemampuan sabut kelapa yang diaktifkan dalam menurunkan Zn (II),
Cu (II) dan Cr (VI) pada limbah industry tekstil. Penelitian lain juga menyebutkan
serbuk sabut kelapa (coco peat) dapat menyerap air, oli, Fe (II) dan Mn (II)
(Gopalakrishnan et al, 2009; Silalahi et al, 2007; Subiyanto et al, 2003;
Awang et al, 2009).
C. Timbal (Pb)
Timbal (Pb) merupakan persenyawaan kimia yang bersifat toksik dalam
kehidupan mahkluk hidup dan lingkungannya. Timbal dan persenyawaannya dapat
berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas
manusia. Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan sebutan nama timah
hitam yang merupakan sesuatu hal yang merugikan dan berbahaya bagi lingkungan,
terlebih lagi bagi kesehatan dan lingkungan Darmono (2001) dalam Setyawan (2013).
Bahaya yang ditimbulkan oleh toksisitas logam berat timbal (Pb) di
lingkungan laut menjadi perhatian utama karena berpotensi terhadap resiko sejumlah
flora dan spesies fauna, termasuk manusia melalui rantai makanan. Selain itu ada
peningkatan bukti, bahwa keberadaaan logam berat timbal (Pb) terkait dengan
beberapa penyakit mikroba dalam organisme air. Pada kosentrasi yang cukup tinggi,
logam berat timbal (Pb) muncul menjadi racun bagi organisme sehingga sangat
penting mengetahui seberapa banyak kosentrasi logam berat sebelum berefek pada
organisme laut karena kemungkinan akan semakin meningkat dan melewati batas
normal (Boran Mohammet, 2010).
METODE
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungan dengan
Toksikologi Senyawa Logam. UI Press, Jakarta.
Boran Mohammet dan Altmok Ilhan. A reviewof Heavy Metals in Water,
Sediment and Living Organism in the Black Sea. Turkish Journal of
Fisheries and Aquatic Sciences. Karadeniz Technical University, Faculty
of Marine Sciences, Trabzon Turkey. 2010.
Carrijo, O.A., Liz, R.S., Makishima, N., 2002,Fiber of Green Coconut shell as
Agriculture substratum, Brazilian Horticulture, 20, 533-535
Pino, G.H., Mesquita, L.M.S., Torem, M.L., and Pinto, G.A.S., 2005, Biosorption of
Cadmium by Green Coconut Shell Powder, Metallurgy and Material, 225Gavea,
22453-900 Rio de Janeiro-RJ, Brazil
Awang Y, Shaharom AS, Rosli B., 2009. Chemical and physical characteristics of
cocopeat-based media mixtures and their effects on the growth and development of
Celosia cristata. American journal of agricultural and biological sciences
2009;4(1):63-71.
Subiyanto B, Saragih R dan Husin E., 2003. Pemanfaatan serbuk sabut kelapa
sebagai bahan penyerap air dan oli berupa panel papan partikel. journal of
tropical wood science and technology 2003;1(1).
Silalahi, Siallagan C dan Monica E., 2007. Penyisihan Mn2+ dalam air sumur
dengan memanfaatkan sabut kelapa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Arsitektur
Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jurusan Teknik
Lingkungan: 4(2). 2007.
Gopalakrishnan K, Jeyadoss T, et al., 2009. Biosorption of Zn(II), Cu(II) and Cr(VI)
from textile dye effluent using activated coconut fiber. Indian journal of
science and technology 2009;2(8).
Rindengan, B., A. Lay., H. Novarianto., H. Kembuan dan Z. Mahmud. 1995.
Karakterisasi daging buah kelapa hibrida untuk bahan baku industri makanan.
Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan Kembagaan Penelitian
Pertanian Nasional. Badan Litbang 49p.
Palungkun, R. 2004. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penerbit Swadayan Bogor.
Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta.
Download