PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN KEPADA PT. Adaro Indonesia Tbk. GEOLOGI DAN POLA SEBARAN SERTA KEMENERUSAN LAPISAN BATUBARA DAERAH TAMBANG TERBUKA PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Disusun Oleh : Alan Noviter (111140071) PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2018 I HALAMAN PENGESAHAN GEOLOGI DAN POLA SEBARAN SERTA KEMENERUSAN LAPISAN BATUBARA DAERAH TAMBANG TERBUKA, PT. ADARO INDONESIA Tbk., KABUPATEN TABALONG, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Diajukan kepada PT. Adaro Indonesia Tbk., sebagai syarat untuk melakukan penelitian guna mencapai gelar Strata-1 (S1) di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, tahun akademik 2018/2019. Diajukan Oleh : Nama : Alan Noviter Nomor Induk Mahasiswa : 111.140.071 Alamat Jurusan : Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur Yogyakarta, 55283, Indonesia. Telp. ( 0274 ) 486733, ( 0274 ) 486402 Fax. ( 0274 ) 486400 Alamat Rumah : Jl. Pugeran 1 Gg.Derkuku No.09, Maguwoharjo, Yogyakarta. Email : [email protected] Telp. 085327912341 Mengetahui, Mahasiswa Dosen Pembimbing Ir. Sugeng Raharjo, MT Alan Noviter NIP. 19581208 199203 1 001 111.140.071 Menyetujui, Ketua Jurusan Teknik Geologi Dr. Ir. Dwi Fitri Yudiantoro, MT NIP. 19630225 199003 1 002 ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis masih diberi kesehatan dan umur panjang sehingga masih dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini yang berjudul “ GEOLOGI DAN POLA SEBARAN SERTA KEMENERUSAN LAPISAN BATUBARA DAERAH TAMBANG TERBUKA PT. ADARO INDONESIA Tbk., KABUPATEN TABALONG, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN” Proposal ini dibuat guna untuk memenuhi syarat Tugas Akhir tahun ajaran 2018/2019, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, proposal ini dapat selesai karena bantuan banyak pihak, oleh karena itu, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan dan kelancaran dalam pembuatan Proposal Tugas Akhir ini. 2. Orang Tua dan Keluarga yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang serta semangat tanpa henti. 3. Bapak Dr. Ir. Dwi Fitri Yudiantoro, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 4. Bapak Ir, Sugeng Raharjo, M.T. selaku Dosen Pembimbing. 5. Teman – teman dari Jurusan Teknik Geologi Angkatan 2014 dan Keluarga Tambarta. Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya dapat dijadikan sebagai masukan demi tercampainya kesempurnaan dalam pembuatan laporan ini nantinya. Akhir kata, besar harapan penulis agar usulan ini dapat diterima sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang direncanakan penulis mengucapkan banyak terima kasih. Yogyakarta, Mei 2018 Penulis, Alan Noviter iii SARI Daerah penelitian untuk tugas akhir berada di PT. Adaro Indonesia Tbk., dimana perusahaan pertambangan batubara ini melakukan kegiatan penambangan di daerah Wara, Tutupan, dan Paringin, secara administratif berada di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah telitian termasuk kedalam fisiografi Cekungan Barito. Cekungan Barito merupakan cekungan bertipe foreland yang berumur Tersier, berhadapan langsung dengan Tinggian Meratus, sebagai suture zone (Satyana dan Silitonga, 1994). Cekungan Barito terletak di sepanjang batas tenggara Lempeng Mikro Sunda. Cekungan Barito memiliki suksesitebal dari batuan sedimen yang tersingkap baik sepanjang tepi cekungan sebelah timur. Cekungan barito dibatasi oleh Kompleks Schwaner di bagian Barat yang merupakan batuan metamorfik dan batuan granitik pluton berumur cretaceous dan juga batuan vulkanik. Pada bagian Utara berbatasan dengan tinggian Barito (Moss, dkk, 1997) yang merupakan kelanjutan dari trend zona sesar Adang yang menerus hingga ke darat. Tinggian ini yang memisahkan Cekungan Barito dan Cekungan Kutai. Pada bagian timur cekungan berbatsan dengan Kompleks Meratus. Batas ini menghasilkan sabuk ophiolite, metamorf akibat subduksi, dan batuan tipe busur dengan rentang umur Jurassic hingga Cretaceous yang tersingkap dengan trend Barat Laut – Tenggara (Wakita, dkk, 1998). Struktur Geologi yang berkembang di Cekungan Barito saat ini rekaman struktur dicirikan dengan konsentrasi struktur yang berada di bagian timurlaut cekungan berupa lipatan berarah Timur Laut – Barat Daya yang dibatasi dengan sesar-sesar naik dengan kemiringan tajam (Kusuma dan Darin, 1989). Setelah terjadinya rapid subsidence pada akhir periode pra tersier, terjadi pengangkatan pada Eosen Akhir sampai batas Paleogen – Neogen, pada kala Miosen Tengah terjadi pengangkatan Tinggian Meratus kemudian berlanjut terus hingga akhir Miosen Tengah. Aktifitas Plio-Pleistosen mempengaruhi deformasi Cekungan Barito dengan adanya pengangkatan, perlipatan dan pensesaran semua formasi yang telah terendapkan (Satyana, 1995). Pada periode Tersier Awal terbentuk pola horst graben yang berarah Baratlaut-Tenggara pada dasar Cekungan Barito. Pola struktur yang paling menonjol berarah Timurlaut-Baratdaya yang disebut Pola Meratus. Umumnya arah sesar-sesar normal yang ada sejajar dengan Pola Meratus tersebut. iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii SARI ..................................................................................................................... iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2 1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2 1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................... 2 1.4.1 Batas Daerah .......................................................................................... 2 1.4.2 Batas Gejala ........................................................................................... 2 1.5 Hasil Penelitian ............................................................................................... 3 1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4 BAB 2. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 5 2.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 5 2.2 Tahapan Penelitian.......................................................................................... 5 2.2.1 Tahap Pra-Lapangan/Persiapan ............................................................. 5 2.2.2 Tahap Penelitian Lapangan .................................................................... 5 2.2.3 Tahap Pasca Lapangan........................................................................... 6 2.2.4 Tahap Penyusunan Laporan dan Penyajian Data ................................... 7 2.3 Rencana Jadwal Penelitian ............................................................................. 7 2.4 Bagan Alir Penelitian ...................................................................................... 8 v BAB 3. DASAR TEORI....................................................................................... 9 3.1 Definisi Batubara .............................................................................................. 9 3.2 Tahap Pembentukan Batubara ........................................................................ 10 3.3 Faktor Pembentuk Batubara............................................................................ 10 3.4 Genesa Batubara ............................................................................................. 11 3.4.1 Coalification........................................................................................... 12 3.5 Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Batubara .............................................. 13 BAB 4. GEOLOGI REGIONAL ............................................................. 14 4.1 Fisiografi Regional .......................................................................................... 14 4.2 Stratigrafi Regional ........................................................................................ 15 4.3 Kerangka Tektonik dan Struktur Geologi Regional ....................................... 17 BAB 5. PERMASALAHAN DAN RENCANA KERJA............................. 18 5.1 Judul Masalah ................................................................................................. 18 5.2 Waktu Penelitian ............................................................................................. 18 5.3 Sarana dan Prasarana ...................................................................................... 19 5.4 Pembimbing .................................................................................................... 19 BAB 6. PENUTUP .............................................................................................. 20 6.1 Penutup.................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Diagram Alir Penelitian……………………………………………………..8 Gambar 3.1. Skema tahapan pembentukan batubara (peatification and coalification)…….12 Gambar 4.1. Fisiografi Pulau Kalimantan, tanpa skala (Bachtiar, 2005)...……………………..14 Gambar 4.2. Tektonostratigrafi dari Cekungan Barito (dialihbahasakan dari Satyana dan Silitonga, 1994).. …………………………………………………………..………………. 16 vii DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Rencana Jadwal Penelitian Skripsi ............................................................... 7 Tabel 5.1. Usulan rencana kerja .................................................................................... 20 viii DAFTAR LAMPIRAN A. Lampiran dalam teks Fotokopi KTM ( Kartu Tanda Mahasiswa ) Laporan Hasil Akademik Terbaru Daftar Riwayat Hidup (Curiculum Vitae) ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara fisiografis daerah telitian termasuk ke dalam Cekungan Barito, Cekungan Barito merupakan cekungan bertipe foreland yang berumur Tersier, berhadapan langsung dengan Tinggian Meratus, sebagai suture zone (Satyana dan Silitonga, 1994). Cekungan Barito terletak di sepanjang batas tenggara Lempeng Mikro Sunda. Cekungan Barito memiliki suksesitebal dari batuan sedimen yang tersingkap baik sepanjang tepi cekungan sebelah timur. Cekungan barito dibatasi oleh Kompleks Schwaner di bagian Barat yang merupakan batuan metamorfik dan batuan granitik pluton berumur cretaceous dan juga batuan vulkanik. Pada bagian Utara berbatasan dengan tinggian Barito (Moss, dkk, 1997) yang merupakan kelanjutan dari trend zona sesar Adang yang menerus hingga ke darat. Tinggian ini yang memisahkan Cekungan Barito dan Cekungan Kutai. Pada bagian timur cekungan berbatasan dengan Kompleks Meratus. Batas ini menghasilkan sabuk ophiolite, metamorf akibat subduksi, dan batuan tipe busur dengan rentang umur Jurassic hingga Cretaceous yang tersingkap dengan trend Barat Laut – Tenggara (Wakita, dkk, 1998). Batubara merupakan hasil akumulasi tumbuh-tumbuhan yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses akumulasi ini dapat berupa proses pembusukan, pemampatan, dan proses pengendapan sebagai akibat berbagai macam pengaruh kimia dan fisika misalnya suhu, tekanan, kelembaban dan oksidasi. Geometri lapisan batubara merupakan hal yang sangat penting di dalam penentuan sumber daya atau cadangan batubara. Pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara merupakan salah satu parameter di dalam geometri lapisan batubara. Menurut Kuncoro (2000), pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara dapat hadir bervariasi, bahkan pada jarak dekat sekalipun yang dikendalikan oleh proses-proses geologi, baik yang berlangsung bersamaan atau setelah pembentukan batubara, untuk memahami geometri lapisan batubara, maka proses-proses geologi yang berlangsung bersamaan atau setelah pembentukan perlu dipahami dengan baik (Kuncoro Pb, 2000). Pada penentuan sumber daya atau cadangan batubara, apabila ditinjau dari ilmu hitung biasa adalah persoalan yang sederhana yang dapat dilakukan oleh banyak orang, akan tetapi apabila kita ingin mencari endapan batubara yang memiliki cadangan 1 ekonomis maka masalahnya akan menjadi kompleks dan memerlukan kepakaran tersendiri. Oleh karena itu pemahaman mengenai pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara sangat penting, perlu dilakukan penelitian mengenai kendali geologi terhadap pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi geologi lokasi penelitian, serta menghimpun data geometri lapisan batubara yang terdiri dari pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara. Tujuan penelitian adalah untuk membangun model kendali geologi terhadap pola sebaran dan kemenerusan lapisan barubara di lokasi penelitian sekitar dan regional dengan cara menghubung-hubungkan kondisi geologi terhadap pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara di lokasi penelitian dengan sekitar lokasi penelitian dan regional. 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana tatanan geologi di daerah telitian? 2. Bagaimana pola sebaran kemenerusan lapisan batubara di daerah telitian? 3. Faktor yang mempengaruhi pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara pada daerah telitian? 4. Bagaimana hubungan antar faktor tersebut dengan pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara pada daerah telitian? 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Batas Daerah Area penambangan batubara PT. Adaro Indonesia Tbk., Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. 1.4.2 Batas Gejala Geomorfologi Pengamatan geomorfologi berdasarkan kenampakan bentuk lahan di daerah peneletian. Umumnya geomorfologi di daerah pertambangan telah mengalami ubahan dari manusia berdasarkan tipe tambangnya yang biasa disebut juga sebagai bentuk lahan antropogenik. 2 Litologi Pengamatan litologi yang dilakukan meliputi pengamatan yang bersifat makroskopis berupa singkapan ataupun core serta pengamatan yang bersifat mikroskopis berupa sayatan petrografi dan Analisa Batubara. Stratigrafi (Measuring Section) Stratigrafi menjelaskan tentang bagaimana keadaaan pengendapan batuan di daerah penelitian. Pengambilan data stratigrafi dapat dilakukan dengan metode measuring section (MS). Penting diketahui persebaran fasies dan bagian-bagiannya karena akan berhubungan dengan keterdapatan batubara tersebut. Struktur Geologi Struktur geologi akan berhubungan dengan proses-proses pembentukan batubara. Struktur geologi merupakan salah satu penyebab metamorfosis organik yang terjadi pada proses evolusi batubara. Tipe dan Pola Sebaran Batubara Penentuan tipe dan pola sebaran batubara bersinergi dengan perhitungan kuantitas cadangannya. Penentuan ini dapat menetukan metode penambangan yang tepat dilakukan suatu perusahaan tambang. Kemenerusan Lapisan Batubara Kemenerusan lapisan batubara merupakan jarak lapisan batubara, namun selain jaraknya perlu diketahui faktor pengendalinya seperti dibatasi oleh proses pengendapan, split, sesar, intrusi, atau erosi. Guna untuk mengurangi resiko dalam kegiatan eksploitasi tambang terbuka, kestabilan lereng, dan kestabilan atap pada operasi penambangan bawah tanah. 1.5 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diharapkan dari Penelitian Tugas Akhir adalah Peta Lintasan dan Lokasi Pengamatan, Peta Geologi, Peta Pola Pengaliran, Peta Geomorfologi, Penampang Stratigrafi Terukur, Profil Detail, Peta Pola Penyebaran dan Kemenerusan Lapisan Batubara, Serta laporan hasil akhir yang sesuai dengan format laporan tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3 1.6. Manfaat Penelitian 1. PT. Adaro Indonesia Tbk. Dapat memberikan informasi tentang geologi daerah telitian secara lebih detail, terutama data mengenai tipe pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara pada daerah telitian. 2. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Yogyakarta Hubungan kerjasama antara Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dengan PT. Adaro Indonesia Tbk., dalam sarana dan prasarana. Membekali kemampuan dasar kepada mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam dunia kerja. 3. Mahasiswa Melakukan proses prasyarat mahasiswa Jurusan Teknik Geologi untuk jenjang Strata-1, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Serta mempraktekan langsung teori yang di dapat diperkuliahan dan menerapkannya pada kondisi lapangan yang sebenarnya. Memperoleh wawasan dan kemampuan dalam pengoptimalan pengetahuan serta pengalaman kerja di lapangan. 4 BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode deskriptif yaitu metode pengamatan pengukuran aktual di lapangan dan analitik yaitu metode pemrosesan data untuk memberikan gambaran actual di lapangan dengan mengintegrasikan data lapangan dan uji laboratorium. Berikut merupakan tahapan– tahapan dalam penelitian. 2.2. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian terdiri dari 4 (empat) tahapan yang meliputi sebagai berikut : Tahap Pra-Lapangan/Persiapan Tahap Penelitian Lapangan Tahap Pasca Lapangan Tahap Penyusunan Laporan dan Penyajian Data 2.2.1 Tahap Pra-Lapangan / Persiapan Pada tahap ini terdiri dari Literatur Studi Pustaka dan Perizinan, serta Persiapan Perlengkapan, tahap studi pustaka dimaksudkan untuk mengetahui keadaan geologi daerah telitian dari studi literatur, jurnal, makalah, dan laporan penelitian terdahulu. Pada tahap ini juga sebagai referensi terhadap tahapantahapan yang akan dilakukan dikemudian hari. Pada tahap perizinan dan persiapan perlengkapan merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian secara langsung dilapangan yang meliputi perizinan dan penentuan lokasi, studi pustaka, serta persiapan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk mengetahui keadaaan geologi daerah penelitian. 2.2.2 Tahap Penelitian Lapangan Tahap penelitian lapangan adalah tahap pemetaan geologi yang berupa pengambilan data-data geologi di lokasi penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah : 5 Obervasi lapangan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi morfologi daerah penelitian. Pemetaan geologi dengan lintasan geologi. Pengambilan data-data geologi berupa data litologi, struktur geologi (kekar, sesar, lipatan, kedudukan lapisan batuan, dan struktur sedimen), dan kontak antar litologi. Pengambilan sampel batuan yang bertujuan untuk melakukan analisa batuan (analisa petrografi). Dokumentasi data-data lapangan (sketsa dan foto). Pengumpulan data pemboran dan pengumpulan data untuk mengetahui tipe pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara. 2.2.3 Tahap Pasca Lapangan Tahap pengolahan data adalah tahap analisis data dan analisa sampel batuan untuk mengetahui aspek-aspek geologi daerah penelitian yang meliputi : Analisis Petrografi Analisa petrografi adalah analisa komposisi batuan menggunakan mikroskop untuk menentukan nama batuan yang lebih akurat untuk kepentingan penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan presentase komposisi batuan. Analisis Struktur Geologi Analisa struktur geologi adalah analisa studio data-data struktur geologi menggunakan proyeksi stereografis, lalu akan diplot ke dalam peta geologi. Analisa struktur geologi dapat berupa analisa kekar, analisa sesar, analisa lipatan, dan rekonstruksi lipatan pada penampang geologi dua dimensi. Analisis Proximate Berdasarkan Halliburton (2008), merupakan analisa batubara yang paling mendasar untuk menentukan kandungan moisture, ash, volatile matter dan fixed carbon. Prosedur standar yang digunakan adalah D-3172 (ASTM standar). Analisis Ultimate Berdasarkan Haliburton (2008), merupakan analisa pada batubara untuk menentukan kandungan hidrogen, karbon, nitrogen, oksigen, total sulfur. 6 Analisis Tebal dan Penampang Analisa tebal dan penampang sebagai informasi utama dalam melakukan perhitungan cadangan serta menentukan pola penyebaran batubara. 2.2.4 Tahap Penyusunan Laporan dan Penyajian Data Tahap ini merupakan tahap akhir dari penyusunan laporan tugas akhir hasil dari pengolahan data-data yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis dan diinterpretasi dalam satu kesimpulan. Hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk antara lain peta geologi beserta penampang geologi, peta geomorfologi beserta penampang, penampang stratigrafi terukur, peta lintasan, serta peta pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara. 2.3. Rencana Jadwal Penelitian Waktu penelitian skripsi ini direncanakan selama 2 (dua) bulan yaitu 24 September 2018 – 24 Oktober 2018 atau dapat menyesuaikan waktu yang tersedia pada PT. Adaro Indonesia Tbk., Peneliti berkomitmen akan mengikuti peraturan dari perusahaan dan menyelesaikan waktu sesuai dengan tabel rencana jadwal penelitian (Tabel 2.1) yang telah disusun. Tabel 2.1. Rencana Jadwal Penelitian Skripsi Mei-1 Keterangan 1 2 3 September-1 4 1 2 3 4 Oktober-1 1 2 3 November-1 4 1 2 3 4 Desember-1 1 2 3 January-1 4 1 2 3 4 Persiapan Studi Pustaka Proposal Perencanaan Lapangan Lapangan Observasi Pengambilan Data Sampling Laboratorium Analisa Maseral, Proksimat, dan Ultimate Analisa tebal lapisan, Pola sebaran dan kemenerusan lapisan Petrografi Laporan Skripsi Peta Isi Laporan Skripsi 7 2.4. Bagan Alir Penelitian Akuisisi data merupakan tahapan perolehan data yang terdiri dari studi pustaka regional, pemetaan geologi permukaan, dan beberapa data log bor. Analisa merupakan tahapan pemrosesan data terhadap hal yang menyangkut dengan geologi dan batubara lokasi penelitian. Sintesa merupakan penyimpulan dari berbagai Analisa tersebut dan mewujudkan dari tujuan yang ingin dicapai. Gambar 2.1. Diagram Alir Penelitian 8 BAB 3 DASAR TEORI 3.1. Definisi Batubara Batubara merupakan suatu sedimen organik yang terbentuk dari pembusukan tumbuhan atau pohon yang telah mati berjuta tahun yang lalu dan terendapkan di suatu cekungan. Menurut Thiessen (1947), batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri dari bermacam-macam unsur, mewakili banyak komponen kimia, dimana hanya sedikit dari komponen kimia tersebut yang dapat diketahui. Pada umumnya homogen, tetapi hampir semua berasal dari sisa tumbuhan yang sangat kompleks, terdiri dari bermacam-macam serat dimana setiap serat terdiri dari beberapa sel. Batubara berasal dari tumbuhan yang mati, kemudian tertutup oleh lapisan batuan sedimen. Ketebalan timbunan itu lama kelamaan menjadi berkurang karena adanya pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi. Menurut Sukandarrumidi (2009), batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang lama dibawah pengaruh fisika, kimia maupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di mana batubara terbentuk dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara. Menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori : a. Teori insitu Menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknya ditempat di mana tumbuh tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan mati, namun belum mengalami proses transportasi sehingga akan tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara seperti ini penyebarannya merata dan memiliki kualitas baik karena kadar abunya relatif kecil. Contohnya ada di lapangan batubara Muara Enim daerah Sumatera Selatan. b. Teori Drift Menyatakan bahwa bahan bahan pembentuk batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Tumbuhan yang mati diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, kemudian tertutup oleh material sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara seperti ini penyebarannya tidak luas, kualitas kurang baik karena banyak mengandung 9 material pengotor yang terangkut bersama dalam proses pengangkutan dari tempat awal ke tempat sedimentasinya. Contohnya di Mahakan Purba, Kalimantan Timur. Menurut Wolf (1984), Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuh-tumbuhan (komposisi utama karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak pengendapannya terkena proses kimia dan fisika yg mengakibatkan terjadinya pengkayaan kandungan karbonnya. 3.2 Tahap Pembentukan Batubara Dua tahap penting yang dapat dibedakan untuk mempelajari genesa batubara adalah gambut dan batubara. Menurut Wolf 1984, secara definisi dapat di terangkan sebagai berikut : a. Gambut Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam kondisi tertutup udara, umumnya dibawah air, tidak padat, dengan kandungan air lebih dari 75 % berat air serta kandungan mineralnya lebih kecil dari 50 % dalam kondisi kering. b. Batubara Batubara adalah batuan sedimen ( padatan ) yang terbakar, berasal dari tumbuhan, pengendapannya berwarna mengalami coklat proses sampai fisika hitam yang sejak dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon. 3.3 Faktor Pembentuk Batubara Pembentukan barubara merupakan proses kompleks yang harus dinilai dan dipelajari dari segala segi. Akumulasi batubara hanya dapat terjadi bila terdapat keseimbangan yang tepat dari faktor-faktor pembentukannya. Faktor yang berpengaruh atas terjadinya batubara, antara lain : a. Suhu dan temperatur f. Tempat terbentuknya b. Tekanan g. Struktur cekungan batubara c. Waktu geologi h. Topografi ( morfologi ) d. Penurunan dasar cekungan i. Posisi geotektonik e. Flora 10 3.4 Genesa Batubara Apabila ada suatu tumbuhan atau pohon yang mati, kemudian jatuh ke tanah yang kering, maka tumbuhan tersebut akan membusuk dan akhirnya hilang tidak meninggalkan sisa organik, karena diuraikan oleh bakteri pengurai. Akan tetapi apabila suatu tumbuhan atau pohon yang sudah mati kemudian jatuh di daerah yang berair seperti rawa, sungai, atau danau, maka tumbuhan tersebut tidak akan mengalami pembusukan secara sempurna, karena pada kedalaman tertentu bakteri tidak lagi bisa menguraikan tumbuhan tersebut baik bakteri aerob maupun anaerob. Akibatnya sisa tumbuhan tersebut akan terus mengendap membentuk suatu sediment fossil tumbuhan yang selanjutnya mengalami perubahan fisik dan biokimia serta di pengaruhi oleh waktu, tekanan, dan temperatur, sehingga membentuk batubara. Proses pembentukan batubara terjadi beberapa tahap, dan tahapan-tahapan tersebut disebut coalification. Proses coalification tersebut dimulai dari peat sampai antrasit. Peringkat batubara merupakan tahapan dari pada pembatubaraan. Berikut adalah peringkat dari batubara itu sendiri : 1. Peat ( Gambut ) 2. Lignit ( Batubara coklat Brown coal ) 3. Sub-Bituminus 4. Bituminus 5. Antrasit Genesa batubara berdasarkan tempat dibedakan menjadi dua (Sukandarrumidi, 1995) yaitu : A. Teori Insitu Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan itu mati, sebelum terjadi proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sediment dan mengalami proses coalification. Batubara dengan proses ini penyebarannya luas, merata dan kualitasnya baik. B. Teori Drift Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan sediment dan terjadi proses coalification. Batubara dengan proses drift penyebarannya tidak luas tetapi banyak dan kualitasnya kurang baik. 11 3.4.1 Coalification Coalification atau pembentukan batubara terjadi melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama, tumbuhan / binatang (mati) terendapkan pada suatu cekungan (rawa) terjadi pembusukkan oleh bakteri aerob yang bersamaan dengan oksidasi dan hidrolisa dengan produk yang bersifat koloid dan hidrosol yang kemudian material tersebut busuk dan hancur (tetapi struktur asalnya/ kayu tetap kelihatan). Tahap ke dua, akumulasi produk butir satu di atas, tertimbun oleh tumbuhan yang mati berikutnya dengan bakteri aerob masih bekerja, tetapi karena makin lama oksigen berkurang bakteri aerob tidak bekerja dan diganti oleh bakteri anaerob. Tahap ke tiga, terjadi perubahan bentuk produk menjadi berupa hidrogel, yang diikuti oleh proses pemadatan dan konsolidasi dimana bakteri anaerob berhenti bekerja. Pertambahn beban dari atas (tekanan) menyebabkan gel menjadi padat, air terperas terbentuk asam humus dengan waktu yang relatif lama (umur geologi) terbentuk lignit. Tahap terakhir adalah pembentukkan sub-bituminus, bituminus, semi bituminus, semi antrasit dan antrasit. (Terbentuknya macam-macam batubara tersebut tergantung tekanan, suhu, dan umur / waktu geologi). Tahapan – tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Skema tahapan pembentukan batubara (peatification and coalification) 12 Seperti penjelasan di atas bahwa selam proses pembentukan batubara atau coalification, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Beberapa faktor tersebut sangat menentukan rank dari batubara tersebut, yaitu umur, temperature, tekanan, gradient geothermal. 1. Umur; semakin lama penimbunan material organik maka akan didapatkan batubara dengan peringkat yang tinggi pula. 2. Temperature; makin tinggi temperature maka makin tinggi peringkat batubara. 3. Tekanan; menyebabkan perubahan fisik, pembentukan struktur (banded), dan perubahan kimia (aromatisasi). 4. Gradient geothermal; hal tersebut terjadi karena pengaruh dari kedalaman, aktivitas vulkanik, konduktivitas panas (batulempung dan batupasir berbeda), bertambahnya T dengan kedalaman. 3.5 Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Batubara Diketahuinya secara baik geometri lapisan batubara merupakan hal yang sangat penting di dalam penentuan sumber daya atau cadangan batubara. Pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara merupakan parameter di dalam geometri lapisan batubara. Menurut Kuncoro (2000), pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara dapat hadir bervariasi, bahkan pada jarak dekat sekalipun. Pola sebaran dan kemenerusan batubara ditentukan oleh kondisi geologi pada lapangan batubara. Penelitian pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara dilakukan untuk menentukan endapan batubara yang memiliki cadangan ekonomis. Pola sebaran ini sangat berkaitan dengan penaksiran cadangan batubara sebagai evaluasi potensi batubara. Pada pembuatan peta tematik cadangan batubara, pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara mempunyai pengaruh dalam penentu ukuran tingkat ketidakpastian (nilai data tersebut). Informasi ketidakpastian suatu nilai (variable/data) sangat penting bagi para pengambil keputusan untuk memperkirakan output apa yang mungkin didapat dari setiap lokasi yang diinterpolasi (Indarto, 2013). 13 BAB 4 GEOLOGI REGIONAL 4.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian termmasuk kedalam fisiografi Cekungan Barito. Cekungan Barito merupakan cekungan bertipe foreland yang berumur Tersier, berhadapan langsung dengan Tinggian Meratus, sebagai suture zone (Satyana dan Silitonga, 1994). Cekungan Barito terletak di sepanjang batas tenggara Lempeng Mikro Sunda. Di bagian utara dibatasi dengan Cekungan Kutai oleh Sesar Adang. Di bagian timur dipisahkan dengan Cekungan Asem-Asem oleh Tinggian Meratus yang memanjang dari arah Baratdaya hingga Timurlaut. Di bagian selatan merupakan batas tidak tegas dengan Cekungan Jawa Timur Utara dan di bagian barat berbatasan dengan Komplek Schwaner yang merupakan basement (Gambar 4.1). Gambar 4.1. Fisiografi Pulau Kalimantan, tanpa skala (Bachtiar, 2005). 14 4.2 Stratigrafi Regional Cekungan Barito berada di antara dua elemen Mesozoik, yaitu Sunda Shield di bagian barat dan Tinggian Meratus di bagian timur yang merupakan mélange dan ophiolit belt memisahkan Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem. Stratigrafi Cekungan Barito dapat dibagi menjadi empat megasikuen yaitu pre-rift, syn-rift, post-rift, dan syn-inversi (Satyana dan Silitonga, 1994). Selama Kala Paleogen dan Neogen telah terjadi pengendapan dengan dua tipe sedimen (Satyana, 1995). Pertama berupa sedimen transgresi yang mendominasi selama Kala Neogen. Sikuen pre-rift merupakan komplek basement yang menjadi dasar cekungan. Terletak di sepanjang tepi continental Sunda Shield, terdiri dari continental basement di bagian barat dan zona akresi dari batuan Mesozoik dan Paleogen Awal di bagian timur cekungan. Sikuen syn-rift diendapkan pada Paleosen Akhir – Eosen Tengah yang terdiri dari Formasi Tanjung Bawah, dan dikelompokkan sebagai endapan tahap pertama (Pertamina dan Trend Energy, 1998 op.cit Satyana dan Silitonga, 1994). Formasi ini hadir sebagai endapan rift-infill yang terlokalisir di atas basement dan dibentuk oleh rifting saat berumur Paleogen. Formasi ini terdiri dari batupasir, lanau serpih, dan konglomerat dengan sisipan batubara. Sikuen bagian bawah dari megasikuen syn-rift ini disusun oleh endapan konglomerat dan redbed sebagai sedimen piedmont fan. Sedangkan bagian atasnya disusun oleh fasies alluvial – lakustrin. Sikuen post-rift diendapkan pada umur Eosen Tengah – Miosen Awal sebagai endapan transgresi dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu sikuen bagian bawah dan bagian atas (Gambar 4.2) : Sikuen bagian bawah (Eosen Tengah – Oligosen Awal) Sikuen ini disusun oleh sedimen sag-infill dan marine incursion yang berada di Tanjung Bawah bagian atas dan Formasi Tanjung Atas dikelompokkan menjadi endapan tahap kedua hingga tahap keempat (Pertamina dan Trend Enerdy, 1998 op.cit Satyana dan Silitonga, 1994). Terdiri dari batupasir deltaic, batulanau, batulempung dan batubara di Formasi Tanjung Bawah bagian atas dan mudstone neritic di Formasi Tanjung Atas. Sikuen bagian atas (Oligosen Awal – Miosen Awal) Sikuen ini seluruhnya disusun oleh sedimen gamping dari Formasi Berai, dan dibagi lagi menjadi tiga bagian : o Formasi Berai Bawah (Oligosen Awal – Oligosen Akhir) Terdiri dari sikuen paralik dan neritic dalam serpih dan napal. 15 o Formasi Berai Tengah Terdiri dari batugamping masif. o Formasi Berai Atas Terdiri dari serpih, napal dan batugamping tipis. Sikuen syn-inversi diendapkan pada Miosen Tengah sebagai endapan regresi dari pembalikkan gaya pada Cekungan Barito yang terdiri dari Formasi Warukin dan Formasi Dahor. Pengendapan di Formasi Warukin berlangsung pada umur Miosen Awal – Miosen Akhir. Sedimen pada formasi ini diendapkan ke dalam rapidly subsiding basin akibat pengangkatan continental bagian bawat dan pengangkatan Tinggian Meratus di bagian timur. Formasi ini terdiri dari klastik shallow marine dan marginal marine yaiut batupasir, serpih, batulanau, dan batubara. Selanjutnya pengendapan pada Formasi Dahor berlangusng dari Plio – Pleistosen, pergerakan tektonik yang aktif, mengaktifkan kembali cakupan dari Tinggian Meratus, ke dalam Cekungan Barito. Gambar 4.2. Tektonostratigrafi dari Cekungan Barito (dialihbahasakan dari Satyana dan Silitonga, 1994). 16 4.3 Kerangka Tektonik dan Struktur Geologi Regional Setelah terjadinya rapid subsidence pada Periode akhir Pra Tersier, terjadi pengangkatan pada Eosen Akhir sampai batas Paleogen – Neogen. Pada Kala Miosen Tengah terjadi pengangkatan Tinggian Meratus yang kemudian berlanjut terus hingga akhir Miosen Tengah. Aktifitas Plio – Pleistosen mempengaruhi deformasi Cekungan Barito dengan adanya pengangkatan, perlipatan dan pensesaran semua formasi yang telah terendapkan (Satyana, 1995). Pada Periode Tersier Awal, terbentuk pola horst graben yang berarah Baratlaut – Tenggara pada adasar Cekungan Barito. Pola struktur yang paling menonjol adalah berarah Timurlaut – Baratdaya yang disebut Pola Meratus. Arah sesar – sesar normal yang ada umunya sejajar dengan Pola Meratus tersebut. Perkembangan struktur geologi di Cekungan Barito dapat dikelompokkan menjadi dua rezim yang berbeda (Satyana dan Silitonga, 1994), yaitu : Rezim Regangan, yang terjadi pada Periode Tersier Awal bersamaan dengan rifting dan pembentukan cekungan. Rezim Kompresi, yang terjadi pada Kala Miosen Tengah bersamaan dengan pengangkatan Tinggian Meratus. Rezim mencapai puncaknya pada saat Plio – Pleistosen yang telah membalikkan struktur –struktur regangan yang terbentuk sebelumnya. Saat ini rekaman struktur dari Cekungan Barito dicirikan dengan konsentrasi struktur yang berada di bagian timurlaut cekungan berupa lipatan berarah Timurlaut – Baratdaya yang dibatasi dengan sesar – sesar naik dengan kemiringan tajam (Kusuma dan Darin, 1989). 17 BAB 5 PERMASALAHAN DAN RENCANA KERJA 5.1. Judul Masalah “Geologi dan Pola Sebaran Serta Kemenerusan Lapisan Batubara Daerah Tambang Terbuka PT. ADARO INDONESIA, Kabupaten Balangan dan Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan” yang secara administratif berada di Kota Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. 5.2. Waktu Penelitian Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, pelaksanaan tugas akhir ini direncanakan selama 2 (dua) bulan pada bulan September s/d Oktober 2018 atau pada waktu lain yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan. Tabel 5.1. Usulan rencana kerja Mei-1 Keterangan 1 2 3 September-1 4 1 2 3 4 Oktober-1 1 2 3 November-1 4 1 2 3 4 Desember-1 1 2 3 January-1 4 1 2 3 4 Persiapan Studi Pustaka Proposal Perencanaan Lapangan Lapangan Observasi Pengambilan Data Sampling Laboratorium Analisa rank batubara, Proksimat, dan Ultimate Analisa tebal lapisan, kemenerusan lapisan Petrografi Laporan Skripsi Peta Isi Laporan Skripsi 18 5.3. Sarana dan Prasarana 1. Tempat Pelaksanaan Tempat pelaksanaan tugas akhir adalah pada PT. ADARO INDONESIA Tbk., secara administratif berada di Kabupaten Balangan dan Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Sarana dan Prasarana Selama pelaksanaan tugas akhir, fasilitas, perlengkapan pendukung yang diperlukan : A. Perijinan B. Asuransi C. Perlengkapan penelitian 1) Peta Topografi daerah telitian. 2) Perlengkapan lapangan. 3) Fasilitas laboratorium. 4) Perlengkapan komputer untuk olah data. 5) Ruang Kerja 3. Data-data perusahaan yang diperlukan untuk kelancaran penelitian, meliputi: A. Log density (hard dan soft copy) lubang bor dan Log Gamma Ray dari lapisan batubara yang diteliti. B. Data hasil analisa proksimat, Maseral, Pola Sebaran, CV, Mineral Matter lubang bor lapisan batubara yang diteliti. 4. Ketentuan mengenai pemberangkatan dan kedatangan mahasiswa peneliti selanjutnya diatur oleh PT. ADARO INDONESIA Tbk. 5.4 Pembimbing Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan dan ditentukan oleh perusahaan sedangkan pembimbing dari UPN “Veteran” Yogyakarta adalah Ir. Sugeng Raharjo, M.T. staff pengajar pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 19 BAB 6 PENUTUP 6.1 Penutup Demikian proposal Penelitian Tugas Akhir ini penulis buat sebagai bahan referensi umum atas Penelitian Tugas Akhir yang akan kami laksanakan dengan harapan semoga proposal ini disampaikan pada pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat membantu dan membimbing kami sebagai Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dalam pelaksanaan Tugas Akhir. Penulis menyadari bahwa Penyusunan Proposal Penelitian Tugas Akhir ini tidak mampu kami wujudkan sendiri mengingat berbagai keterbatasan kami sebagai mahasiswa. Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan bantuan dan dukungan baik moral maupun material dari PT. ADARO INDONESIA Tbk., untuk melancarkan Tugas Akhir ini. Bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : Bimbingan dan arahan oleh pembimbing selama Penelitian Tugas Akhir. Kemudahan mengadakan penelitian atau mengambil data yang diperlukan. Dan selama Penelitian Tugas Akhir mahasiswa akan patuh terhadap peraturan-peraturan yang telah diterapkan di perusahaan. Dengan diberikanya kesempatan terhadap mahasiswa untuk menjalankan skripsi diperusahaan maka akan sangat baik sekali dalam pengembangan diri mahasiswa, sehingga akan dipergunakan semaksimal mungkin untuk menambah perbendaharaan ilmu. Demikian usulan skripsi di PT. ADARO INDONESIA Tbk., Segenap bantuan serta dukungan dari semua pihak sangat kami harapkan. Atas perhatiannya kami mengucapkan banyak terimakasih. 20 DAFTAR PUSTAKA Anggayana, K., 2002. Genesa Batubara, Departemen Teknik Pertambangan, FIKTM. Institut Teknologi Bandung. Anggayana, K., dkk, 2011: Batubara Muara Wahau Dan Berau - Kalimantan Timur Serta Batubara Tanjung Enim - Sumatra Selatan, proceedings, JCM MAKASSAR, The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition. Anonim. 2011, “Pedoman Pelaporan, Sumberdaya dan Cadangan Batubara”, Badan Standarisasi Nasional (BSNI) SNI 5015, pp. 1-13 BNPB. 2010. Peta Topografi Kabupaten Balangan Skala 1 : 250.000. Jakarta B. Kuncoro Prasongko. 2000. Geometri Lapisan Batubara. Proseding seminar tambang Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Chambers L.C., 1995. Tectonic Model for the onshore Kutai Basin, East Kalimantan,based on an Intergrated Geological and Geophysical Interpretation. Proceeding Indonesian Petroleum Association Annual Convention 24th. p.111-128. Cook, C. Alan., 1999, Coal Geology and Coal Properties. Keira Ville Konsultants. Australia. Fajrul Islamy. 2016. Geologi dan Pola Sebaran Serta Kemenerusan Lapisan Batubara Daerah Gunung Megang, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Heryanto R, dan Sanyoto P. 1994. Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan Skala 1: 250.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Kuncoro, Prasongko, B. 1996. Model Pengendapan Batubara Untuk Menunjang Eksplorasi dan Perencanaan Penambangan, Program Pascasarjana, ITB, Bandung. Kuncoro, 1996, “Perencanaan Eksplorasi Batubara”. Program Studi Khusus Eksplorasi Sumberdaya Bumi Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Bandung. 21 Rahmad, Basuki. 2007. Struktur Geologi dan Sedimentasi Lapisan Batubara Formasi Berau, (Unpublished) Rahmad, Basuki. 2013. Pengembangan Model Genesa Batubara Muara Wahau, Kalimantan Timur, Berdasarkan Karakteristik Maseral, Geokimia Organik Dan Isotop Karbon Stabil. Disertasi, Institut Teknologi Bandung (Unpublished) Step. Nalendra Jati. 2011. Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Lapisan Batubara di Lokasi Penelitian, Sekitar Lokasi, dan Regional. Mahasiswa Pascasarjana. Magister Teknik Geologi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Sukadarrumidi, 2008. Batubara dan Gambut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 22 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE) Data Pribadi (Personal Information) Full Name Sex Place, Date of Birth Nationality Marital Status Height, Weight Religion Address Phone Hobby E-mail : Alan Noviter : Male : Bengkulu, November 16th, 1997 : Indonesia : Single : 165 cm, 55 kg : Mouslem : Jl. Padat Karya Karang Anyar II, Arga Makmur, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu : 0853 2791 2341 : Football and Traveling : [email protected] Latar Belakang Pendidikan (Educational Background) 2002 - 2007 2007 - 2011 2011 – 2014 2014 – now : Elementary School 22 Bengkulu Utara : Junior High School 01 Bengkulu Utara : Senior High School 01 Bengkulu Utara : Geology Engineering at the University of Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Pengalaman Organisasi Anggota Praja Muda Karana (Pramuka) Sekolah Dasar 22 Bengkulu Utara Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Sekolah Menengah Pertama 01 Anggota Divisi Adventure Himpunan Pecinta Alam (HIPA) Sekolah Menengah Utara Anggota Minat dan Bakat Olahraga Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Provinsi Yogyakarta (IKPMPB-Y) Anggota Divisi Dana dan Usaha Khoiru Ummah Teknik Geologi Universitas Nasional “Veteran” Yogyakarta Anggota Pangea Cruiser Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta Bengkulu Utara Atas 01 Bengkulu BengkuluPembangunan “Veteran” Pengalaman Kepanitiaan Ketua Keamanan Oktober Ceria Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2015 Anggota Finansial Hari Bumi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasioanl “Veteran” Yogyakarta 2015 Anggota Dana dan Usaha Hari Bumi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2016 Anggota Divisi Guider Kaderisasi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2017 Keterampilan Komputer Microsoft Office (Word, PowerPoint, Excel), Corel Draw, Autocad, Arcgis, Mapsource, Dips, Surfer, Rockworks Kemampuan Lainnya Kerja sama tim & Kemampuan memimpin SRT (Single Roupe Technique) dan Rock Climbing Navigasi Darat Yogyakarta, April 2018 Alan Noviter