Uploaded by User40233

PROPOSAL FIX

advertisement
PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR
DIAJUKAN KEPADA PT. Adaro Indonesia Tbk.
GEOLOGI DAN POLA SEBARAN SERTA KEMENERUSAN
LAPISAN BATUBARA DAERAH TAMBANG TERBUKA
PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG,
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Disusun Oleh :
Alan Noviter
(111140071)
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
I
HALAMAN PENGESAHAN
GEOLOGI DAN POLA SEBARAN SERTA KEMENERUSAN
LAPISAN BATUBARA DAERAH TAMBANG TERBUKA,
PT. ADARO INDONESIA Tbk., KABUPATEN TABALONG,
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Diajukan kepada PT. Adaro Indonesia Tbk., sebagai syarat untuk melakukan penelitian guna
mencapai gelar Strata-1 (S1) di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, tahun akademik 2018/2019.
Diajukan Oleh :
Nama
: Alan Noviter
Nomor Induk Mahasiswa
: 111.140.071
Alamat Jurusan
: Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur Yogyakarta,
55283, Indonesia. Telp. ( 0274 ) 486733, ( 0274 ) 486402
Fax. ( 0274 ) 486400
Alamat Rumah
: Jl. Pugeran 1 Gg.Derkuku No.09, Maguwoharjo, Yogyakarta.
Email : [email protected]
Telp. 085327912341
Mengetahui,
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Ir. Sugeng Raharjo, MT
Alan Noviter
NIP. 19581208 199203 1 001
111.140.071
Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Geologi
Dr. Ir. Dwi Fitri Yudiantoro, MT
NIP. 19630225 199003 1 002
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya penulis masih diberi kesehatan dan umur panjang sehingga masih dapat
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini yang berjudul “ GEOLOGI DAN POLA SEBARAN
SERTA KEMENERUSAN LAPISAN BATUBARA DAERAH TAMBANG TERBUKA PT.
ADARO INDONESIA Tbk., KABUPATEN TABALONG, PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN”
Proposal ini dibuat guna untuk memenuhi syarat Tugas Akhir tahun ajaran 2018/2019,
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta, proposal ini dapat selesai karena bantuan banyak pihak, oleh karena
itu, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan dan kelancaran dalam pembuatan
Proposal Tugas Akhir ini.
2. Orang Tua dan Keluarga yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang
serta semangat tanpa henti.
3. Bapak Dr. Ir. Dwi Fitri Yudiantoro, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
4. Bapak Ir, Sugeng Raharjo, M.T. selaku Dosen Pembimbing.
5. Teman – teman dari Jurusan Teknik Geologi Angkatan 2014 dan Keluarga
Tambarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang nantinya dapat dijadikan sebagai masukan demi tercampainya kesempurnaan
dalam pembuatan laporan ini nantinya. Akhir kata, besar harapan penulis agar usulan ini dapat
diterima sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang direncanakan penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Yogyakarta,
Mei 2018
Penulis,
Alan Noviter
iii
SARI
Daerah penelitian untuk tugas akhir berada di PT. Adaro Indonesia Tbk., dimana
perusahaan pertambangan batubara ini melakukan kegiatan penambangan di daerah Wara,
Tutupan, dan Paringin, secara administratif berada di Kabupaten Balangan dan Kabupaten
Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Daerah telitian termasuk kedalam fisiografi Cekungan Barito. Cekungan Barito
merupakan cekungan bertipe foreland yang berumur Tersier, berhadapan langsung dengan
Tinggian Meratus, sebagai suture zone (Satyana dan Silitonga, 1994). Cekungan Barito terletak
di sepanjang batas tenggara Lempeng Mikro Sunda. Cekungan Barito memiliki suksesitebal dari
batuan sedimen yang tersingkap baik sepanjang tepi cekungan sebelah timur. Cekungan barito
dibatasi oleh Kompleks Schwaner di bagian Barat yang merupakan batuan metamorfik dan
batuan granitik pluton berumur cretaceous dan juga batuan vulkanik. Pada bagian Utara
berbatasan dengan tinggian Barito (Moss, dkk, 1997) yang merupakan kelanjutan dari trend zona
sesar Adang yang menerus hingga ke darat. Tinggian ini yang memisahkan Cekungan Barito
dan Cekungan Kutai. Pada bagian timur cekungan berbatsan dengan Kompleks Meratus. Batas
ini menghasilkan sabuk ophiolite, metamorf akibat subduksi, dan batuan tipe busur dengan
rentang umur Jurassic hingga Cretaceous yang tersingkap dengan trend Barat Laut – Tenggara
(Wakita, dkk, 1998).
Struktur Geologi yang berkembang di Cekungan Barito saat ini rekaman struktur
dicirikan dengan konsentrasi struktur yang berada di bagian timurlaut cekungan berupa
lipatan berarah Timur Laut – Barat Daya yang dibatasi dengan sesar-sesar naik dengan
kemiringan tajam (Kusuma dan Darin, 1989). Setelah terjadinya rapid subsidence pada akhir
periode pra tersier, terjadi pengangkatan pada Eosen Akhir sampai batas Paleogen – Neogen,
pada kala Miosen Tengah terjadi pengangkatan Tinggian Meratus kemudian berlanjut terus
hingga akhir Miosen Tengah. Aktifitas Plio-Pleistosen mempengaruhi deformasi Cekungan
Barito dengan adanya pengangkatan, perlipatan dan pensesaran semua formasi yang telah
terendapkan (Satyana, 1995). Pada periode Tersier Awal terbentuk pola horst graben yang
berarah Baratlaut-Tenggara pada dasar Cekungan Barito. Pola struktur yang paling menonjol
berarah Timurlaut-Baratdaya yang disebut Pola Meratus. Umumnya arah sesar-sesar normal
yang ada sejajar dengan Pola Meratus tersebut.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
SARI ..................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................... 2
1.4.1 Batas Daerah .......................................................................................... 2
1.4.2 Batas Gejala ........................................................................................... 2
1.5 Hasil Penelitian ............................................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
BAB 2. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 5
2.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 5
2.2 Tahapan Penelitian.......................................................................................... 5
2.2.1 Tahap Pra-Lapangan/Persiapan ............................................................. 5
2.2.2 Tahap Penelitian Lapangan .................................................................... 5
2.2.3 Tahap Pasca Lapangan........................................................................... 6
2.2.4 Tahap Penyusunan Laporan dan Penyajian Data ................................... 7
2.3 Rencana Jadwal Penelitian ............................................................................. 7
2.4 Bagan Alir Penelitian ...................................................................................... 8
v
BAB 3. DASAR TEORI....................................................................................... 9
3.1 Definisi Batubara .............................................................................................. 9
3.2 Tahap Pembentukan Batubara ........................................................................ 10
3.3 Faktor Pembentuk Batubara............................................................................ 10
3.4 Genesa Batubara ............................................................................................. 11
3.4.1 Coalification........................................................................................... 12
3.5 Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Batubara .............................................. 13
BAB 4. GEOLOGI REGIONAL ............................................................. 14
4.1 Fisiografi Regional .......................................................................................... 14
4.2 Stratigrafi Regional ........................................................................................ 15
4.3 Kerangka Tektonik dan Struktur Geologi Regional ....................................... 17
BAB 5. PERMASALAHAN DAN RENCANA KERJA............................. 18
5.1 Judul Masalah ................................................................................................. 18
5.2 Waktu Penelitian ............................................................................................. 18
5.3 Sarana dan Prasarana ...................................................................................... 19
5.4 Pembimbing .................................................................................................... 19
BAB 6. PENUTUP .............................................................................................. 20
6.1 Penutup.................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram Alir Penelitian……………………………………………………..8
Gambar 3.1. Skema tahapan pembentukan batubara (peatification and coalification)…….12
Gambar 4.1. Fisiografi Pulau Kalimantan, tanpa skala (Bachtiar, 2005)...……………………..14
Gambar 4.2. Tektonostratigrafi dari Cekungan Barito (dialihbahasakan dari Satyana dan
Silitonga, 1994).. …………………………………………………………..………………. 16
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Rencana Jadwal Penelitian Skripsi ............................................................... 7
Tabel 5.1. Usulan rencana kerja .................................................................................... 20
viii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Lampiran dalam teks
 Fotokopi KTM ( Kartu Tanda Mahasiswa )
 Laporan Hasil Akademik Terbaru
 Daftar Riwayat Hidup (Curiculum Vitae)
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara fisiografis daerah telitian termasuk ke dalam Cekungan Barito,
Cekungan Barito merupakan cekungan bertipe foreland yang berumur Tersier,
berhadapan langsung dengan Tinggian Meratus, sebagai suture zone (Satyana dan
Silitonga, 1994). Cekungan Barito terletak di sepanjang batas tenggara Lempeng Mikro
Sunda. Cekungan Barito memiliki suksesitebal dari batuan sedimen yang tersingkap baik
sepanjang tepi cekungan sebelah timur. Cekungan barito dibatasi oleh Kompleks
Schwaner di bagian Barat yang merupakan batuan metamorfik dan batuan granitik pluton
berumur cretaceous dan juga batuan vulkanik. Pada bagian Utara berbatasan dengan
tinggian Barito (Moss, dkk, 1997) yang merupakan kelanjutan dari trend zona sesar
Adang yang menerus hingga ke darat. Tinggian ini yang memisahkan Cekungan Barito
dan Cekungan Kutai. Pada bagian timur cekungan berbatasan dengan Kompleks Meratus.
Batas ini menghasilkan sabuk ophiolite, metamorf akibat subduksi, dan batuan tipe busur
dengan rentang umur Jurassic hingga Cretaceous yang tersingkap dengan trend Barat Laut
– Tenggara (Wakita, dkk, 1998).
Batubara merupakan hasil akumulasi tumbuh-tumbuhan yang berlangsung
selama jutaan tahun. Proses akumulasi ini dapat berupa proses pembusukan,
pemampatan, dan proses pengendapan sebagai akibat berbagai macam pengaruh kimia
dan fisika misalnya suhu, tekanan, kelembaban dan oksidasi.
Geometri lapisan batubara merupakan hal yang sangat penting di dalam
penentuan sumber daya atau cadangan batubara. Pola sebaran dan kemenerusan
lapisan batubara merupakan salah satu parameter di dalam geometri lapisan batubara.
Menurut Kuncoro (2000), pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara dapat hadir
bervariasi, bahkan pada jarak dekat sekalipun yang dikendalikan oleh proses-proses
geologi, baik yang berlangsung bersamaan atau setelah pembentukan batubara, untuk
memahami geometri lapisan batubara, maka proses-proses geologi yang berlangsung
bersamaan atau setelah pembentukan perlu dipahami dengan baik (Kuncoro Pb, 2000).
Pada penentuan sumber daya atau cadangan batubara, apabila ditinjau dari ilmu
hitung biasa adalah persoalan yang sederhana yang dapat dilakukan oleh banyak orang,
akan tetapi apabila kita ingin mencari endapan batubara yang memiliki cadangan
1
ekonomis maka masalahnya akan menjadi kompleks dan memerlukan kepakaran
tersendiri. Oleh karena itu pemahaman mengenai pola sebaran dan kemenerusan
lapisan batubara sangat penting, perlu dilakukan penelitian mengenai kendali geologi
terhadap pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi geologi lokasi
penelitian, serta menghimpun data geometri lapisan batubara yang terdiri dari pola
sebaran dan kemenerusan lapisan batubara.
Tujuan penelitian adalah untuk membangun model kendali geologi terhadap
pola sebaran dan kemenerusan lapisan barubara di lokasi penelitian sekitar dan
regional dengan cara menghubung-hubungkan kondisi geologi terhadap pola sebaran
dan kemenerusan lapisan batubara di lokasi penelitian dengan sekitar lokasi penelitian
dan regional.
1.3
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana tatanan geologi di daerah telitian?
2.
Bagaimana pola sebaran kemenerusan lapisan batubara di daerah
telitian?
3.
Faktor yang mempengaruhi pola sebaran dan kemenerusan lapisan
batubara pada daerah telitian?
4.
Bagaimana hubungan antar faktor tersebut dengan pola sebaran dan
kemenerusan lapisan batubara pada daerah telitian?
1.4
Ruang Lingkup
1.4.1 Batas Daerah
Area penambangan batubara PT. Adaro Indonesia Tbk., Kabupaten
Tabalong dan Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
1.4.2 Batas Gejala

Geomorfologi
Pengamatan geomorfologi berdasarkan kenampakan bentuk lahan
di daerah peneletian. Umumnya geomorfologi di daerah pertambangan telah
mengalami ubahan dari manusia berdasarkan tipe tambangnya yang biasa
disebut juga sebagai bentuk lahan antropogenik.
2

Litologi
Pengamatan litologi yang dilakukan meliputi pengamatan yang
bersifat makroskopis berupa singkapan ataupun core serta pengamatan
yang bersifat mikroskopis berupa sayatan petrografi dan Analisa
Batubara.

Stratigrafi (Measuring Section)
Stratigrafi menjelaskan tentang bagaimana keadaaan pengendapan
batuan di daerah penelitian. Pengambilan data stratigrafi dapat dilakukan
dengan metode measuring section (MS). Penting diketahui persebaran
fasies dan bagian-bagiannya karena akan berhubungan dengan keterdapatan
batubara tersebut.

Struktur Geologi
Struktur geologi akan berhubungan dengan proses-proses
pembentukan batubara. Struktur geologi merupakan salah satu penyebab
metamorfosis organik yang terjadi pada proses evolusi batubara.

Tipe dan Pola Sebaran Batubara
Penentuan tipe dan pola sebaran batubara bersinergi dengan
perhitungan kuantitas cadangannya. Penentuan ini dapat menetukan metode
penambangan yang tepat dilakukan suatu perusahaan tambang.

Kemenerusan Lapisan Batubara
Kemenerusan lapisan batubara merupakan jarak lapisan batubara,
namun selain jaraknya perlu diketahui faktor pengendalinya seperti dibatasi
oleh proses pengendapan, split, sesar, intrusi, atau erosi. Guna untuk
mengurangi resiko dalam kegiatan eksploitasi tambang terbuka, kestabilan
lereng, dan kestabilan atap pada operasi penambangan bawah tanah.
1.5
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diharapkan dari Penelitian Tugas Akhir adalah Peta
Lintasan dan Lokasi Pengamatan, Peta Geologi, Peta Pola Pengaliran, Peta
Geomorfologi, Penampang Stratigrafi Terukur, Profil Detail, Peta Pola Penyebaran
dan Kemenerusan Lapisan Batubara, Serta laporan hasil akhir yang sesuai dengan
format laporan tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3
1.6. Manfaat Penelitian
1.
PT. Adaro Indonesia Tbk.
Dapat memberikan informasi tentang geologi daerah telitian secara lebih
detail, terutama data mengenai tipe pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara
pada daerah telitian.
2.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Yogyakarta
Hubungan kerjasama antara Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta dengan PT. Adaro Indonesia Tbk., dalam sarana dan
prasarana.
Membekali
kemampuan
dasar
kepada
mahasiswa
Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam dunia kerja.
3. Mahasiswa
Melakukan proses prasyarat mahasiswa Jurusan Teknik Geologi untuk
jenjang Strata-1, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta. Serta mempraktekan langsung teori yang di dapat
diperkuliahan dan menerapkannya pada kondisi lapangan yang sebenarnya.
Memperoleh wawasan dan kemampuan dalam pengoptimalan pengetahuan serta
pengalaman kerja di lapangan.
4
BAB 2
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode deskriptif yaitu
metode pengamatan pengukuran aktual di lapangan dan analitik yaitu metode
pemrosesan data untuk memberikan gambaran actual di
lapangan
dengan
mengintegrasikan data lapangan dan uji laboratorium. Berikut merupakan tahapan–
tahapan dalam penelitian.
2.2. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian terdiri dari 4 (empat) tahapan yang meliputi sebagai berikut :

Tahap Pra-Lapangan/Persiapan

Tahap Penelitian Lapangan

Tahap Pasca Lapangan

Tahap Penyusunan Laporan dan Penyajian Data
2.2.1 Tahap Pra-Lapangan / Persiapan
Pada tahap ini terdiri dari Literatur Studi Pustaka dan Perizinan, serta
Persiapan Perlengkapan, tahap studi pustaka dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan geologi daerah telitian dari studi literatur, jurnal, makalah, dan laporan
penelitian terdahulu. Pada tahap ini juga sebagai referensi terhadap tahapantahapan yang akan dilakukan dikemudian hari. Pada tahap perizinan dan persiapan
perlengkapan merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian
secara langsung dilapangan yang meliputi perizinan dan penentuan lokasi, studi
pustaka, serta persiapan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk mengetahui
keadaaan geologi daerah penelitian.
2.2.2 Tahap Penelitian Lapangan
Tahap penelitian lapangan adalah tahap pemetaan geologi yang berupa
pengambilan data-data geologi di lokasi penelitian. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini adalah :
5
 Obervasi lapangan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi morfologi
daerah penelitian.
 Pemetaan geologi dengan lintasan geologi.
 Pengambilan data-data geologi berupa data litologi, struktur geologi
(kekar, sesar, lipatan, kedudukan lapisan batuan, dan struktur sedimen),
dan kontak antar litologi.
 Pengambilan sampel batuan yang bertujuan untuk melakukan analisa
batuan (analisa petrografi). Dokumentasi data-data lapangan (sketsa dan
foto).
 Pengumpulan data pemboran dan pengumpulan data untuk mengetahui
tipe pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara.
2.2.3 Tahap Pasca Lapangan
Tahap pengolahan data adalah tahap analisis data dan analisa sampel
batuan untuk mengetahui aspek-aspek geologi daerah penelitian yang meliputi :

Analisis Petrografi
Analisa petrografi adalah analisa komposisi batuan menggunakan mikroskop
untuk
menentukan
nama
batuan
yang
lebih
akurat
untuk
kepentingan
penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan presentase komposisi batuan.

Analisis Struktur Geologi
Analisa struktur geologi adalah analisa studio data-data struktur geologi
menggunakan proyeksi stereografis, lalu akan diplot ke dalam peta geologi. Analisa
struktur geologi dapat berupa analisa kekar, analisa sesar, analisa lipatan, dan
rekonstruksi lipatan pada penampang geologi dua dimensi.

Analisis Proximate
Berdasarkan Halliburton (2008), merupakan analisa batubara yang paling
mendasar untuk menentukan kandungan moisture, ash, volatile matter dan fixed
carbon. Prosedur standar yang digunakan adalah D-3172 (ASTM standar).

Analisis Ultimate
Berdasarkan Haliburton (2008), merupakan analisa pada batubara untuk
menentukan kandungan hidrogen, karbon, nitrogen, oksigen, total sulfur.
6

Analisis Tebal dan Penampang
Analisa tebal dan penampang sebagai informasi utama dalam melakukan
perhitungan cadangan serta menentukan pola penyebaran batubara.
2.2.4 Tahap Penyusunan Laporan dan Penyajian Data
Tahap ini merupakan tahap akhir dari penyusunan laporan tugas akhir hasil
dari pengolahan data-data yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis dan
diinterpretasi dalam satu kesimpulan. Hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk
antara lain peta geologi beserta penampang geologi, peta geomorfologi beserta
penampang, penampang stratigrafi terukur, peta lintasan, serta peta pola sebaran dan
kemenerusan lapisan batubara.
2.3. Rencana Jadwal Penelitian
Waktu penelitian skripsi ini direncanakan selama 2 (dua) bulan
yaitu 24
September 2018 – 24 Oktober 2018 atau dapat menyesuaikan waktu yang tersedia pada
PT. Adaro Indonesia Tbk., Peneliti berkomitmen akan mengikuti peraturan
dari
perusahaan dan menyelesaikan waktu sesuai dengan tabel rencana jadwal penelitian
(Tabel 2.1) yang telah disusun.
Tabel 2.1. Rencana Jadwal Penelitian Skripsi
Mei-1
Keterangan
1
2
3
September-1
4
1
2
3
4
Oktober-1
1
2
3
November-1
4
1
2
3
4
Desember-1
1
2
3
January-1
4
1
2
3
4
Persiapan
Studi Pustaka
Proposal
Perencanaan Lapangan
Lapangan
Observasi
Pengambilan Data
Sampling
Laboratorium
Analisa Maseral,
Proksimat, dan Ultimate
Analisa tebal lapisan, Pola
sebaran dan kemenerusan
lapisan
Petrografi
Laporan Skripsi
Peta
Isi Laporan Skripsi
7
2.4. Bagan Alir Penelitian

Akuisisi data merupakan tahapan perolehan data yang terdiri dari studi
pustaka regional, pemetaan geologi permukaan, dan beberapa data log
bor.

Analisa merupakan tahapan pemrosesan data terhadap hal yang
menyangkut dengan geologi dan batubara lokasi penelitian.

Sintesa merupakan penyimpulan dari berbagai Analisa tersebut dan
mewujudkan dari tujuan yang ingin dicapai.
Gambar 2.1. Diagram Alir Penelitian
8
BAB 3
DASAR TEORI
3.1.
Definisi Batubara
Batubara merupakan suatu sedimen organik yang terbentuk dari pembusukan
tumbuhan atau pohon yang telah mati berjuta tahun yang lalu dan terendapkan di suatu
cekungan. Menurut Thiessen (1947), batubara adalah suatu benda padat yang kompleks,
terdiri dari bermacam-macam unsur, mewakili banyak komponen kimia, dimana hanya
sedikit dari komponen kimia tersebut yang dapat diketahui. Pada umumnya homogen,
tetapi hampir semua berasal dari sisa tumbuhan yang sangat kompleks, terdiri dari
bermacam-macam serat dimana setiap serat terdiri dari beberapa sel. Batubara berasal
dari tumbuhan yang mati, kemudian tertutup oleh lapisan batuan sedimen. Ketebalan
timbunan itu lama kelamaan menjadi berkurang karena adanya pengaruh suhu dan
tekanan yang tinggi. Menurut Sukandarrumidi (2009), batubara terbentuk dengan cara
yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang lama dibawah pengaruh fisika,
kimia maupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari
tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di mana batubara terbentuk dan faktor-faktor yang
akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara. Menjelaskan tempat terbentuknya
batubara dikenal 2 macam teori :
a. Teori insitu
Menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknya
ditempat di mana tumbuh tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan mati, namun
belum mengalami proses transportasi sehingga akan tertutup oleh lapisan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara seperti ini penyebarannya merata dan
memiliki kualitas baik karena kadar abunya relatif kecil. Contohnya ada di lapangan
batubara Muara Enim daerah Sumatera Selatan.
b. Teori Drift
Menyatakan bahwa bahan bahan pembentuk batubara terjadinya ditempat yang
berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Tumbuhan yang mati
diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, kemudian tertutup oleh
material sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara seperti ini
penyebarannya tidak luas, kualitas kurang baik karena banyak mengandung
9
material pengotor yang terangkut bersama dalam proses pengangkutan dari tempat awal
ke tempat sedimentasinya. Contohnya di Mahakan Purba, Kalimantan Timur.
Menurut Wolf (1984), Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar,
berasal dari tumbuh-tumbuhan (komposisi utama karbon, hidrogen, dan oksigen),
berwarna coklat sampai hitam, sejak pengendapannya terkena proses kimia dan
fisika yg mengakibatkan terjadinya pengkayaan kandungan karbonnya.
3.2 Tahap Pembentukan Batubara
Dua tahap penting yang dapat dibedakan untuk mempelajari genesa
batubara adalah gambut dan batubara. Menurut Wolf 1984, secara definisi
dapat di terangkan sebagai berikut :
a. Gambut
Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal
dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi
dan dalam kondisi tertutup udara, umumnya dibawah air, tidak padat,
dengan kandungan air lebih dari 75 % berat air serta kandungan
mineralnya lebih kecil dari 50 % dalam kondisi kering.
b. Batubara
Batubara adalah batuan sedimen ( padatan ) yang terbakar, berasal
dari
tumbuhan,
pengendapannya
berwarna
mengalami
coklat
proses
sampai
fisika
hitam
yang
sejak
dan
kimia
yang
mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon.
3.3
Faktor Pembentuk Batubara
Pembentukan barubara merupakan proses kompleks yang harus dinilai dan
dipelajari dari segala segi. Akumulasi batubara hanya dapat terjadi bila terdapat
keseimbangan yang tepat dari faktor-faktor pembentukannya. Faktor yang
berpengaruh atas terjadinya batubara, antara lain :
a. Suhu dan temperatur
f.
Tempat terbentuknya
b. Tekanan
g. Struktur cekungan batubara
c. Waktu geologi
h. Topografi ( morfologi )
d. Penurunan dasar cekungan
i. Posisi geotektonik
e. Flora
10
3.4
Genesa Batubara
Apabila ada suatu tumbuhan atau pohon yang mati, kemudian jatuh ke tanah
yang kering, maka tumbuhan tersebut akan membusuk dan akhirnya hilang tidak
meninggalkan sisa organik, karena diuraikan oleh bakteri pengurai. Akan tetapi apabila
suatu tumbuhan atau pohon yang sudah mati kemudian jatuh di daerah yang berair seperti
rawa, sungai, atau danau, maka tumbuhan tersebut tidak akan mengalami pembusukan
secara sempurna, karena pada kedalaman tertentu bakteri tidak lagi bisa menguraikan
tumbuhan tersebut baik bakteri aerob maupun anaerob.
Akibatnya sisa tumbuhan tersebut akan terus mengendap membentuk suatu
sediment fossil tumbuhan yang selanjutnya mengalami perubahan fisik dan biokimia serta
di pengaruhi oleh waktu, tekanan, dan temperatur, sehingga membentuk batubara. Proses
pembentukan batubara terjadi beberapa tahap, dan tahapan-tahapan tersebut disebut
coalification. Proses coalification tersebut dimulai dari peat sampai antrasit. Peringkat
batubara merupakan tahapan dari pada pembatubaraan. Berikut adalah peringkat dari
batubara itu sendiri :
1. Peat ( Gambut )
2. Lignit ( Batubara coklat Brown coal )
3. Sub-Bituminus
4. Bituminus
5. Antrasit
Genesa
batubara
berdasarkan
tempat
dibedakan
menjadi
dua
(Sukandarrumidi, 1995) yaitu :
A. Teori Insitu
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk di tempat dimana
tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan itu mati,
sebelum terjadi proses transportasi segera tertutup oleh
lapisan sediment dan
mengalami proses coalification. Batubara dengan proses ini penyebarannya luas,
merata dan kualitasnya baik.
B. Teori Drift
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di tempat yang berbeda
dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian
tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi
di suatu tempat, tertutup oleh batuan sediment dan terjadi proses coalification.
Batubara dengan proses drift penyebarannya tidak luas tetapi banyak dan kualitasnya
kurang baik.
11
3.4.1 Coalification
Coalification atau pembentukan batubara terjadi melalui beberapa tahapan,
antara lain tahap pertama, tumbuhan / binatang (mati) terendapkan pada suatu
cekungan (rawa) terjadi pembusukkan oleh bakteri aerob yang bersamaan dengan
oksidasi dan hidrolisa dengan produk yang bersifat koloid dan hidrosol yang
kemudian material tersebut busuk dan hancur (tetapi struktur asalnya/ kayu tetap
kelihatan).
Tahap ke dua, akumulasi produk butir satu di atas, tertimbun oleh tumbuhan
yang mati berikutnya dengan bakteri aerob masih bekerja, tetapi karena makin lama
oksigen berkurang bakteri aerob tidak bekerja dan diganti oleh bakteri anaerob.
Tahap ke tiga, terjadi perubahan bentuk produk menjadi berupa hidrogel, yang diikuti
oleh proses pemadatan dan konsolidasi dimana bakteri anaerob berhenti bekerja.
Pertambahn beban dari atas (tekanan) menyebabkan gel menjadi padat, air terperas
terbentuk asam humus dengan waktu yang relatif lama (umur geologi) terbentuk lignit.
Tahap terakhir adalah pembentukkan sub-bituminus, bituminus, semi
bituminus, semi antrasit dan antrasit. (Terbentuknya macam-macam batubara tersebut
tergantung tekanan, suhu, dan umur / waktu geologi). Tahapan – tahapan tersebut
dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema tahapan pembentukan batubara (peatification and coalification)
12
Seperti penjelasan di atas bahwa selam proses pembentukan batubara atau
coalification, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Beberapa faktor tersebut sangat
menentukan rank dari batubara tersebut, yaitu umur, temperature, tekanan, gradient
geothermal.
1. Umur; semakin lama penimbunan material organik maka akan didapatkan
batubara dengan peringkat yang tinggi pula.
2. Temperature; makin tinggi temperature maka makin tinggi peringkat batubara.
3. Tekanan; menyebabkan perubahan fisik, pembentukan struktur (banded), dan
perubahan kimia (aromatisasi).
4. Gradient geothermal; hal tersebut terjadi karena pengaruh dari kedalaman,
aktivitas vulkanik, konduktivitas panas (batulempung dan batupasir berbeda),
bertambahnya T dengan kedalaman.
3.5 Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Batubara
Diketahuinya secara baik geometri lapisan batubara merupakan hal
yang sangat penting di dalam penentuan sumber daya atau cadangan batubara.
Pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara merupakan parameter di
dalam geometri lapisan batubara. Menurut Kuncoro (2000), pola sebaran dan
kemenerusan lapisan batubara dapat hadir bervariasi, bahkan pada jarak dekat
sekalipun.
Pola sebaran dan kemenerusan batubara ditentukan oleh kondisi
geologi pada lapangan batubara. Penelitian pola sebaran dan kemenerusan
lapisan batubara dilakukan untuk menentukan endapan batubara yang memiliki
cadangan ekonomis.
Pola sebaran ini sangat berkaitan dengan penaksiran cadangan
batubara sebagai evaluasi potensi batubara. Pada pembuatan peta tematik
cadangan batubara, pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara mempunyai
pengaruh dalam penentu ukuran tingkat ketidakpastian (nilai data tersebut).
Informasi ketidakpastian suatu nilai (variable/data) sangat penting bagi para
pengambil keputusan untuk memperkirakan output apa yang mungkin didapat
dari setiap lokasi yang diinterpolasi (Indarto, 2013).
13
BAB 4
GEOLOGI REGIONAL
4.1 Fisiografi Regional
Daerah penelitian termmasuk kedalam fisiografi Cekungan Barito. Cekungan
Barito merupakan cekungan bertipe foreland yang berumur Tersier, berhadapan
langsung dengan Tinggian Meratus, sebagai suture zone (Satyana dan Silitonga, 1994).
Cekungan Barito terletak di sepanjang batas tenggara Lempeng Mikro Sunda.
Di bagian utara dibatasi dengan Cekungan Kutai oleh Sesar Adang. Di bagian
timur dipisahkan dengan Cekungan Asem-Asem oleh Tinggian Meratus yang
memanjang dari arah Baratdaya hingga Timurlaut. Di bagian selatan merupakan batas
tidak tegas dengan Cekungan Jawa Timur Utara dan di bagian barat berbatasan dengan
Komplek Schwaner yang merupakan basement (Gambar 4.1).
Gambar 4.1. Fisiografi Pulau Kalimantan, tanpa skala (Bachtiar, 2005).
14
4.2 Stratigrafi Regional
Cekungan Barito berada di antara dua elemen Mesozoik, yaitu Sunda
Shield di bagian barat dan Tinggian Meratus di bagian timur yang merupakan
mélange dan ophiolit belt memisahkan Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem.
Stratigrafi Cekungan Barito dapat dibagi menjadi empat megasikuen yaitu
pre-rift, syn-rift, post-rift, dan syn-inversi (Satyana dan Silitonga, 1994). Selama Kala
Paleogen dan Neogen telah terjadi pengendapan dengan dua tipe sedimen (Satyana,
1995). Pertama berupa sedimen transgresi yang mendominasi selama Kala Neogen.
Sikuen pre-rift merupakan komplek basement yang menjadi dasar cekungan.
Terletak di sepanjang tepi continental Sunda Shield, terdiri dari continental basement
di bagian barat dan zona akresi dari batuan Mesozoik dan Paleogen Awal di bagian
timur cekungan.
Sikuen syn-rift diendapkan pada Paleosen Akhir – Eosen Tengah yang terdiri
dari Formasi Tanjung Bawah, dan dikelompokkan sebagai endapan tahap pertama
(Pertamina dan Trend Energy, 1998 op.cit Satyana dan Silitonga, 1994). Formasi ini
hadir sebagai endapan rift-infill yang terlokalisir di atas basement dan dibentuk oleh
rifting saat berumur Paleogen. Formasi ini terdiri dari batupasir, lanau serpih, dan
konglomerat dengan sisipan batubara. Sikuen bagian bawah dari megasikuen syn-rift
ini disusun oleh endapan konglomerat dan redbed sebagai sedimen piedmont fan.
Sedangkan bagian atasnya disusun oleh fasies alluvial – lakustrin.
Sikuen post-rift diendapkan pada umur Eosen Tengah – Miosen Awal sebagai
endapan transgresi dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu sikuen bagian bawah
dan bagian atas (Gambar 4.2) :

Sikuen bagian bawah (Eosen Tengah – Oligosen Awal)
Sikuen ini disusun oleh sedimen sag-infill dan marine incursion yang berada di
Tanjung Bawah bagian atas dan Formasi Tanjung Atas dikelompokkan menjadi
endapan tahap kedua hingga tahap keempat (Pertamina dan Trend Enerdy, 1998 op.cit
Satyana dan Silitonga, 1994). Terdiri dari batupasir deltaic, batulanau, batulempung
dan batubara di Formasi Tanjung Bawah bagian atas dan mudstone neritic di Formasi
Tanjung Atas.

Sikuen bagian atas (Oligosen Awal – Miosen Awal)
Sikuen ini seluruhnya disusun oleh sedimen gamping dari Formasi Berai, dan
dibagi lagi menjadi tiga bagian :
o
Formasi Berai Bawah (Oligosen Awal – Oligosen Akhir)
Terdiri dari sikuen paralik dan neritic dalam serpih dan napal.
15
o
Formasi Berai Tengah
Terdiri dari batugamping masif.
o
Formasi Berai Atas
Terdiri dari serpih, napal dan batugamping tipis.
Sikuen syn-inversi diendapkan pada Miosen Tengah sebagai endapan regresi
dari pembalikkan gaya pada Cekungan Barito yang terdiri dari Formasi Warukin dan
Formasi Dahor. Pengendapan di Formasi Warukin berlangsung pada umur Miosen
Awal – Miosen Akhir. Sedimen pada formasi ini diendapkan ke dalam rapidly
subsiding basin akibat pengangkatan continental bagian bawat dan pengangkatan
Tinggian Meratus di bagian timur. Formasi ini terdiri dari klastik shallow marine dan
marginal marine yaiut batupasir, serpih, batulanau, dan batubara. Selanjutnya
pengendapan pada Formasi Dahor berlangusng dari Plio – Pleistosen, pergerakan
tektonik yang aktif, mengaktifkan kembali cakupan dari Tinggian Meratus, ke dalam
Cekungan Barito.
Gambar 4.2. Tektonostratigrafi dari Cekungan Barito (dialihbahasakan dari Satyana dan Silitonga, 1994).
16
4.3 Kerangka Tektonik dan Struktur Geologi Regional
Setelah terjadinya rapid subsidence pada Periode akhir Pra Tersier,
terjadi pengangkatan pada Eosen Akhir sampai batas Paleogen – Neogen. Pada Kala
Miosen Tengah terjadi pengangkatan Tinggian Meratus yang kemudian berlanjut
terus hingga akhir Miosen Tengah. Aktifitas Plio – Pleistosen mempengaruhi
deformasi Cekungan Barito dengan adanya pengangkatan, perlipatan dan pensesaran
semua formasi yang telah terendapkan (Satyana, 1995).
Pada Periode Tersier Awal, terbentuk pola horst graben yang berarah
Baratlaut – Tenggara pada adasar Cekungan Barito. Pola struktur yang paling
menonjol adalah berarah Timurlaut – Baratdaya yang disebut Pola Meratus. Arah
sesar – sesar normal yang ada umunya sejajar dengan Pola Meratus tersebut.
Perkembangan struktur geologi di Cekungan Barito dapat dikelompokkan
menjadi dua rezim yang berbeda (Satyana dan Silitonga, 1994), yaitu :


 Rezim Regangan, yang terjadi pada Periode Tersier Awal bersamaan
dengan rifting dan pembentukan cekungan.



Rezim Kompresi, yang terjadi pada Kala Miosen Tengah bersamaan
dengan pengangkatan Tinggian Meratus. Rezim mencapai puncaknya
pada saat Plio – Pleistosen yang telah membalikkan struktur –struktur
regangan yang terbentuk sebelumnya.
Saat ini rekaman struktur dari Cekungan Barito dicirikan dengan konsentrasi
struktur yang berada di bagian timurlaut cekungan berupa lipatan berarah Timurlaut
– Baratdaya yang dibatasi dengan sesar – sesar naik dengan kemiringan tajam
(Kusuma dan Darin, 1989).
17
BAB 5
PERMASALAHAN DAN RENCANA KERJA
5.1. Judul Masalah
“Geologi dan Pola Sebaran Serta Kemenerusan Lapisan Batubara
Daerah Tambang Terbuka PT. ADARO INDONESIA, Kabupaten Balangan dan
Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan” yang secara administratif berada di Kota
Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
5.2. Waktu Penelitian
Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, pelaksanaan tugas akhir
ini direncanakan selama 2 (dua) bulan pada bulan September s/d Oktober 2018
atau pada waktu lain yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan.
Tabel 5.1. Usulan rencana kerja
Mei-1
Keterangan
1
2
3
September-1
4
1
2
3
4
Oktober-1
1
2
3
November-1
4
1
2
3
4
Desember-1
1
2
3
January-1
4
1
2
3
4
Persiapan
Studi Pustaka
Proposal
Perencanaan Lapangan
Lapangan
Observasi
Pengambilan Data
Sampling
Laboratorium
Analisa rank batubara,
Proksimat, dan Ultimate
Analisa tebal lapisan,
kemenerusan lapisan
Petrografi
Laporan Skripsi
Peta
Isi Laporan Skripsi
18
5.3. Sarana dan Prasarana
1. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan tugas akhir adalah pada PT. ADARO
INDONESIA Tbk., secara administratif berada di Kabupaten Balangan dan
Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Sarana dan Prasarana
Selama pelaksanaan tugas akhir, fasilitas, perlengkapan pendukung
yang diperlukan :
A. Perijinan
B. Asuransi
C. Perlengkapan penelitian
1) Peta Topografi daerah telitian.
2) Perlengkapan lapangan.
3) Fasilitas laboratorium.
4) Perlengkapan komputer untuk olah data.
5) Ruang Kerja
3. Data-data perusahaan yang diperlukan untuk kelancaran penelitian, meliputi:
A. Log density (hard dan soft copy) lubang bor dan Log Gamma Ray dari
lapisan batubara yang diteliti.
B. Data hasil analisa proksimat, Maseral, Pola Sebaran, CV, Mineral
Matter lubang bor lapisan batubara yang diteliti.
4. Ketentuan mengenai pemberangkatan dan kedatangan mahasiswa peneliti
selanjutnya diatur oleh PT. ADARO INDONESIA Tbk.
5.4 Pembimbing
Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan dan
ditentukan oleh
perusahaan sedangkan pembimbing dari UPN “Veteran”
Yogyakarta adalah Ir. Sugeng Raharjo, M.T. staff pengajar pada Program Studi
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
19
BAB 6
PENUTUP
6.1 Penutup
Demikian proposal Penelitian Tugas Akhir ini penulis buat sebagai
bahan referensi umum atas Penelitian Tugas Akhir yang akan kami laksanakan
dengan harapan semoga proposal ini disampaikan pada pihak-pihak yang
berkepentingan dan dapat membantu dan membimbing kami sebagai Mahasiswa
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dalam pelaksanaan Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa Penyusunan Proposal Penelitian Tugas
Akhir ini tidak mampu kami wujudkan sendiri mengingat berbagai keterbatasan
kami sebagai mahasiswa. Dengan segala kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan bantuan dan dukungan baik moral maupun material dari PT.
ADARO INDONESIA Tbk., untuk melancarkan Tugas Akhir ini.
Bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut :
 Bimbingan dan arahan oleh pembimbing selama Penelitian Tugas
Akhir.
 Kemudahan mengadakan penelitian atau mengambil data yang
diperlukan.
Dan selama Penelitian Tugas Akhir mahasiswa akan patuh terhadap
peraturan-peraturan yang telah diterapkan di perusahaan. Dengan diberikanya
kesempatan terhadap mahasiswa untuk menjalankan skripsi diperusahaan maka
akan sangat baik sekali dalam pengembangan diri mahasiswa, sehingga akan
dipergunakan semaksimal mungkin untuk menambah perbendaharaan ilmu.
Demikian usulan skripsi di PT. ADARO INDONESIA Tbk., Segenap
bantuan serta dukungan dari semua
pihak sangat kami
harapkan. Atas
perhatiannya kami mengucapkan banyak terimakasih.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anggayana, K., 2002. Genesa Batubara, Departemen Teknik Pertambangan,
FIKTM. Institut Teknologi Bandung.
Anggayana, K., dkk, 2011: Batubara Muara Wahau Dan Berau - Kalimantan Timur
Serta Batubara Tanjung Enim - Sumatra Selatan, proceedings, JCM
MAKASSAR, The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and
Exhibition.
Anonim. 2011, “Pedoman Pelaporan, Sumberdaya dan Cadangan Batubara”, Badan
Standarisasi Nasional (BSNI) SNI 5015, pp. 1-13
BNPB. 2010. Peta Topografi Kabupaten Balangan Skala 1 : 250.000. Jakarta
B. Kuncoro Prasongko. 2000. Geometri Lapisan Batubara. Proseding seminar
tambang Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Chambers L.C., 1995. Tectonic Model for the onshore Kutai Basin, East
Kalimantan,based
on
an
Intergrated
Geological
and
Geophysical
Interpretation. Proceeding Indonesian Petroleum Association Annual
Convention 24th. p.111-128.
Cook, C. Alan., 1999, Coal Geology and Coal Properties. Keira Ville Konsultants.
Australia.
Fajrul Islamy. 2016. Geologi dan Pola Sebaran Serta Kemenerusan Lapisan
Batubara Daerah Gunung Megang, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten
Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Heryanto R, dan Sanyoto P. 1994. Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan
Skala 1: 250.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Kuncoro, Prasongko, B. 1996. Model Pengendapan Batubara Untuk Menunjang
Eksplorasi dan Perencanaan Penambangan, Program Pascasarjana, ITB,
Bandung.
Kuncoro, 1996, “Perencanaan Eksplorasi Batubara”. Program Studi Khusus
Eksplorasi Sumberdaya Bumi Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
21
Rahmad, Basuki. 2007. Struktur Geologi dan Sedimentasi Lapisan Batubara
Formasi Berau, (Unpublished)
Rahmad, Basuki. 2013. Pengembangan Model Genesa Batubara Muara Wahau,
Kalimantan Timur, Berdasarkan Karakteristik Maseral, Geokimia Organik
Dan Isotop Karbon Stabil. Disertasi, Institut Teknologi Bandung
(Unpublished)
Step. Nalendra Jati. 2011. Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Lapisan Batubara di
Lokasi Penelitian, Sekitar Lokasi, dan Regional. Mahasiswa Pascasarjana.
Magister Teknik Geologi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Sukadarrumidi, 2008. Batubara dan Gambut. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
22
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Data Pribadi (Personal Information)
Full Name
Sex
Place, Date of Birth
Nationality
Marital Status
Height, Weight
Religion
Address
Phone
Hobby
E-mail
: Alan Noviter
: Male
: Bengkulu, November 16th, 1997
: Indonesia
: Single
: 165 cm, 55 kg
: Mouslem
: Jl. Padat Karya Karang Anyar II, Arga Makmur,
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu
: 0853 2791 2341
: Football and Traveling
: [email protected]
Latar Belakang Pendidikan (Educational Background)
2002 - 2007
2007 - 2011
2011 – 2014
2014 – now
: Elementary School 22 Bengkulu Utara
: Junior High School 01 Bengkulu Utara
: Senior High School 01 Bengkulu Utara
: Geology Engineering at the University of Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta
Pengalaman Organisasi
 Anggota Praja Muda Karana (Pramuka) Sekolah Dasar 22 Bengkulu Utara
 Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Sekolah Menengah Pertama 01
 Anggota Divisi Adventure Himpunan Pecinta Alam (HIPA) Sekolah Menengah
Utara
 Anggota Minat dan Bakat Olahraga Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Provinsi
Yogyakarta (IKPMPB-Y)
 Anggota Divisi Dana dan Usaha Khoiru Ummah Teknik Geologi Universitas
Nasional “Veteran” Yogyakarta
 Anggota Pangea Cruiser Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional
Yogyakarta
Bengkulu Utara
Atas 01 Bengkulu
BengkuluPembangunan
“Veteran”
Pengalaman Kepanitiaan
 Ketua Keamanan Oktober Ceria Teknik Geologi, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”
Yogyakarta 2015
 Anggota Finansial Hari Bumi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasioanl
“Veteran”
Yogyakarta 2015
 Anggota Dana dan Usaha Hari Bumi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta 2016
 Anggota Divisi Guider Kaderisasi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”
Yogyakarta 2017
Keterampilan Komputer
Microsoft Office (Word, PowerPoint, Excel), Corel Draw, Autocad, Arcgis, Mapsource, Dips, Surfer,
Rockworks
Kemampuan Lainnya
Kerja sama tim & Kemampuan memimpin
SRT (Single Roupe Technique) dan Rock Climbing
Navigasi Darat
Yogyakarta,
April 2018
Alan Noviter
Download