BUDIDAYA DAN PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI PT. KUSUMA AGROWISATA KOTA BATU MAGANG KERJA Oleh : TYSSA ARDHINING WANDANSARI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2018 BUDIDAYA DAN PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI PT. KUSUMA AGROWISATA KOTA BATU MAGANG KERJA Oleh : TYSSA ARDHINING WANDANSARI 145040207111053 MINAT STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG 2018 RINGKASAN Tyssa Ardhining Wandansari. 145040207111053. Budidaya dan Pengamatan Hama dan Penyakit pada Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis) di PT. Kusuma Agrowisata, Kota Batu, Jawa Timur. Di bawah bimbingan Tita Widjayanti, SP., M.Si.sebagai dosen pembimbing utama dan Ir. Agus Sugiantoro sebagai pembimbing lapang. Buah naga (Hylocereus costaricensis) merupakan salah satu tanaman buah yang kini mulai banyak di budidayakan di Indonesia. Buah naga memiliki banyak keunggulan dan manfaat. Salah satu manfaatnya yaitu dapat menurunkan kolestrol, penyeimbang gula darah, tinggi serat sebagai pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan. Selain itu buah naga juga mengandung vitamin C, vitamin B3 (niasin), serat dan betasianin. Beberapa jenis buah naga yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu Buah Naga Merah, Buah Naga Putih, dan Buah Naga Kuning. Kegiatan magang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata pada tanggal 06 Maret sampai 12 Mei 2018. PT. Kusuma Agrowisata berlokasi di Jalan Abdul Gani Atas, Kota Batu, Jawa Timur. Lahan buah naga pada PT. Kusuma Agrowisata dibagi menjadi 4 yaitu lahan blok A dengan luas 969 ha, lahan blok B dengan luas 950 ha, lahan blok C dengan luas 1438 ha dan lahan blok D dengan luas 3,275 ha. Salah satu permasalahan pada budidaya tanaman buah naga di lokasi magang adalah OPT. Secara umum, kerusakan kuantitas dan kualitas berpengaruh terhadap hasil panen sehingga identifikasi hama dan penyakit tanaman perlu dilakukan sebagai dasar dari pengendalian OPT. Di PT. Kusuma Agrowisata, teknik budidaya yang dilakukan dimulai dari pengolahan tanah, pengairan, penanaman, pemangkasan sampai pemanenan. Perawatan yang dilakukan yaitu pemangkasan guna untuk menjaga tajuk tanaman, penyiraman untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan pengendalian hama yang dilakukan secara rutin satu minggu sekali untuk menekan serangan hama dan penyakit yang ada pada tanaman buah naga. Hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hama yang terdapat pada tanaman buah naga yaitu semut dan burung. Gejala yang diakibatkan oleh semut rangrang merah yaitu adanya bekas gigitan semut rangrang merah (Oechophylla sp.) yang menyebabkan permukaan kulit buah naga menjadi bintik bintik berwarna coklat. Sedangkan gejala yang diakibatkan oleh burung yaitu terdapat cucukan burung yang menyebabkan buah menjadi busuk. Penyakit yang didapatkan pada buah naga yaitu busuk batang yang memiliki gejala pangkal batang buah naga berwarna kekuningan. Pengendalian hama oleh semut ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida, yaitu menggunakan Furadan 3 G (berbentuk granula atau butiran) yang telah direndam selama 1-2 jam, kemudian diambil airnya dan disemprotkan pada tanaman buah naga. i KATA PENGANTAR Puji syukur saya limpahkan atas kehadirat ALLAH SWT yang memberikan karunia serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan magang kerja yang berjudul “Budidaya Dan Pengamatan Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Di PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu.” Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai oleh karena itu saya menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2. Tita Widjayanti, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama Magang Kerja 3. Ir. Agus Sugiantoro selaku Pembimbing Lapang yang telah membimbing dalam melaksanakan Magang Kerja di PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu 4. Segenap pegawai PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu yang membimbing dan membantu dalam kegiatan magang kerja 5. Kedua Orang tua dan Keluarga dirumah yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam mengerjakan laporan ini, serta 6. Teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan hingga saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi teman mahasiswa, pihak di lokasi penulis dalam melaksanakan magang kerja, masyarakat umum berbagai pihak lain serta khususnya bagi penulis. Malang, Oktober 2018 Penulis ii DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ....................................................................................................iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ......................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................................... 3 1.3 Manfaat .................................................................................................. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4 2.1 Klasifikasi Tanaman .............................................................................. 4 2.2 Morfologi Tanaman ............................................................................... 4 2.3 Jenis Buah Naga ..................................................................................... 7 2.4 Teknik Budidaya Tanaman .................................................................... 8 2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 10 III. METODE DAN PELAKSANAAN ........................................................... 16 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang ............................................ 16 3.2 Metode Pelaksanaan Magang .............................................................. 16 3.3 Metode Pengamatan Hama Dan Penyakit ............................................ 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 17 4.1 Profil PT. Kusuma Agrowisata ........................................................... 17 4.2 Teknik Budidaya Tanaman Buah Naga ............................................... 20 4.3 Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga............................................ 23 V. PENUTUP.................................................................................................. 27 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 27 5.2 Saran .................................................................................................... 27 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28 LAMPIRAN ...................................................................................................... 31 iii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. (a) Akar tanaman buah naga, (b) Batang dan cabang tanaman buah naga ..........5 2. (a) Bintil Bunga, (b) Kuncup Bunga, (c) Bunga Sebelum Mekar, (d)Bunga Mekar, (e) dan Bagian-Bagian Bunga .................................................................6 3. (a) Bentuk Buah Naga (b) dan Biji Buah Naga....................................................6 4. Hama Tungau; (a) Kusam yang diakibatkan oleh serangan Tungau Tetranychidae, (b) Kusam pada sulur yang merupakan ciri morfologis pada satu jenis tanaman buah naga merah, (c) Imago Tungau dalam preparat, dan (d) Imago Tungau di jaringan tanaman ...................................................................11 5. Kutu Putih; Nimfa instar empat (pupa) jantan mealybug Paracoccus marginatus. ........................................................................................................12 6.Kutu Batok pada Tanaman Kelapa (Salahud din et al, 2015). ............................13 7. Kutu Sisik Merah (Aonidiella aurantii) pada ranting tanaman jeruk ................13 8. Bekicot (Achatina fulica) ...................................................................................14 9. Pemasangan ban dan tali raffia pada buah naga.................................................22 10. (a) Pemangkasan Batang Tanaman Buah Naga; (b) Pencacahan Batang Tanaman Buah Naga. ........................................................................................23 11. Buah Tanaman Buah Naga yang Terserang Semut..........................................24 12.Tanaman Buah Naga yang Terserang Hama Burung. .......................................25 13. Batang Tanaman Buah Naga yang Terserang Busuk Batang. .........................25 iv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Teks 1. Biodata Peserta Kegiatan Magang Kerja ...........................................................31 2. Denah Lokasi Kusuma Agrowisata, Batu ..........................................................32 3. Campuran Pestisida yang digunakan untuk penyemprotan ...............................33 4. Dokumetasi Kegiatan Aplikasi Pestisida ...........................................................34 v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah naga (Hylocereus costaricensis) berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah (Crane dan Balerdi 2005) dan juga dari Amerika Selatan (Merten 2003). Dahulu, tanaman ini merupakan kaktus liar di Meksiko. Setelah diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan, masyarakat sekitar membudidayakan tanaman ini. Tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi di lingkungan baru. Tanaman ini memiliki akar udara yang bersifat epifit. Menurut Jaya (2010), penghasil buah naga terbesar di wilayah Asia yaitu Israel, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Buah naga merupakan salah satu tanaman buah yang kini mulai banyak dibudidayakan di Indonesia setelah diintroduksi pertama kali awal tahun 2000-an. Tanaman ini masuk ke Indonesia pertama dalam bentuk stek batang yang berasal dari Thailand. Untuk keperluan konsumsi, Indonesia masih mengimpor buah naga sekitar 200-400 ton per tahun (Jaya, 2010). Buah naga memiliki banyak keunggulan dan banyak manfaat. Keunggulan buah naga antara lain dalam hal budidaya, buah naga tergolong mudah dan tidak terlalu banyak perawatan dan iklim di Indonesia yang mendukung budidaya buah naga. Menurut Cahyono (2009), buah naga memiliki banyak manfaat antara lain dapat menurunkan kolesterol, penyeimbang gula darah, tinggi serat sebagai pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan. Selain itu buah naga merah memiliki kandungan vitamin C, vitamin B3 (niasin), serat dan betasianin yang lebih tinggi dibandingkan buah naga putih (Mahattanatawee et al. 2006; Tang & Norziah 2007; Choo & Yong 2011, Pareira 2010 ; Liniawati 2011). Sedangkan buah naga putih memiliki kandungan fenol dan asam lemak tidak jenuh (MUFA dan PUFA) yang lebih tinggi dibandingkan buah naga merah (Ariffin et al. 2009 ;Choo& Yong 2011). Budidaya buah naga semakin berkembang seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat. Upaya meningkatkan produksi melalui perluasan budidaya tanaman buah naga dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang semakin tinggi. Menurut Prasetyo (2011), luas area pertanaman buah naga di Indonesia sekitar 400 ha. Menurut Jaya (2010), pertanaman buah naga terbesar 2 terdapat di pulau Jawa. Selain itu, pertanaman buah naga juga terdapat di Riau, Lampung (Direktorat Jendral Hortikultura, 2011), dan Lombok (Jaya, 2010). Organisme pengganggu tanaman (OPT) sering kali menjadi faktor penghambat dalam budidaya tanaman. Secara umum, kerusakan oleh OPT berpengaruh terhadap hasil panen. Penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi mengakibatkan kerugian ekonomi. Pengendalian OPT seringkali membutuhkan biaya yang cukup besar dan menjadi pertimbangan secara ekonomi. Menurut Merten (2003), Pushpakumara et al. (2005), Jaya (2010), dan FAO (2012), tanaman buah naga sejauh ini relatif tidak memiliki kendala hama dan penyakit yang merugikan. Semakin meluasnya budidaya buah naga dapat memicu bertambah dan berkembangnya masalah hama dan penyakit. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak menyediakan hara dalam jumlah cukup akan menyebabkan gangguan fisiologis. Beberapa jenis hama yang dijumpai menyerang tanaman buah naga antara lain tungau, kutu putih, kutu batok, kutu sisik, dan bekicot. Pentingnya identifikasi hama dan penyakit pada tanaman buah naga yaitu untuk menentukan langkah pengelolaan hama dan penyakit tanaman buah naga (Octaviani, 2012). Kusuma Agrowisata (KA) adalah perusahaan dalam bidang pertanian yang dilengkapi dengan fasilitas hotel dan taman bermain. Salah satu komoditi yang ada pada KA yaitu buah naga. Buah naga dipanen oleh pengunjung wisata dengan memetik sendiri dan didampingi oleh seorang pemandu wisata. Tanaman buah naga yang diproduksi oleh KA mampu menghasilkan produk yang berkualitas dengan didukung sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Pentingnya mengetahui budidaya dan inventarisasi hama dan penyakit tanaman buah naga yaitu untuk dapat menentukan langkah dalam pengelolaan hama dan penyakit tanaman buah naga serta untuk mengetahui kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit pada tanaman buah naga. Sehingga dilakukan studi mengenai budidaya dan pengamatan hama dan penyakit pada tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis) di PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu. 3 1.2 Tujuan 1. Mengetahui dan mempelajari teknik budidaya tanaman buah naga. 2. Mengikuti kegiatan budidaya dan mengamati di PT. Kusuma Agrowisata bagian budidaya secara langsung. 3. Menginventarisasi serta mengidentifikasi hama dan penyakit yang terdapat pada tanaman buah naga yang dibudidayakan di PT. Kusuma Agrowisata. 1.3 Manfaat Mahasiswa diharapkan untuk mendapatkan manfaat dan pengalaman di tempat magang kerja mencapai kompetensi, yaitu: 1. Mampu menerapkan IPTEK di bidang pertanian berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan 2. Mampu mengembangkan usaha inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan 3. Mampu merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi system pertanian yang efektif dan produktif 4. Mampu belajar dan menganalitik untuk mengidentifikasi serta mencari solusi berbasis ilmiah dalam sistem pertanian berlanjut. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Buah naga (Hylocereus costaricensis) termasuk dalam tanaman tahunan divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Cactales, famili Cactaceae, subfamily Hylocereanea, genus Hylocereus, spesies Hylocereus undatus dan Hylocereus costaricensis (Kristanto, 2003). 2.2 Morfologi Tanaman Secara morfologis, tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Bagian-bagian dari tanaman buah naga dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Akar Perakaran buah naga bersifat epifit yang menempel dan merambat pada tanaman lain. Di habitat aslinya perakaran ini menempel pada inang berupa tanaman keras diwilayah gurun. Buah naga tergolong tanaman berakar serabut. Akar tersebut tahan terhadap kekeringan, tetapi tidak tahan terhadap genangan air terlalu lama. Walaupun akar tercabut dari tanah, tanaman masih bisa hidup dengan menyerap makanan dan air menggunakan akar udara yang tumbuh di batang. Akar ini tumbuh disepanjang batang yang berfungsi untuk menempel pada tanaman inang. Sementara itu, akar utama terdapat di pangkal batang (Gambar 1). Saat menjelang produksi akar ini hanya mencapai kedalaman 50-60 cm (Mutia, 2008). 2. Batang dan Cabang Batang buah naga berwarna hijau, batang terebut berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air sebagai cadangan makanan dalam bentuk lendir. Bila sudah dewasa, batang buah naga akan berlapiskan lilin. Dari batang buah naga tumbuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabang berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi. Cabang juga mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Di batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-duri yang keras dan pendek. Duri-duri ini terletak disiku- siku dan cabang. Di setiap titik tumbuh terdapat 4-5 buah duri (Aini, 2008). Batang tanaman buah naga dapat diidentifikasikan berdasarkan 5 jenisnya. Pada batang tanaman buah naga Hylocereus polyrhizus dan Hylocereus costaricencis, batangnya memiliki warna hijau tua dan lebih tebal dibandingkan dengan batang pada tanaman Hylocereus undatus yang memiliki batang hijau cerah. Menurut Setyowati (2008), pada batang tersebut akan tumbuh cabang-cabang yang pada sisinya terdapat duri dan bunga bakal buah (Gambar 1). Gambar 1. (a) Akar tanaman buah naga, (b) Batang dan cabang tanaman buah naga (Fauziah, 2015). 3. Bunga Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm yang melingkupi benang sari berwarna kuning di dalamnya. Bunga mulai mekar pada sore hari. Mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem mekar sekitar pukul sembilan malam, lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih. Dibagian ini terdapat sejumlah benang sari yang berwarna kuning. Bunga buah naga akhirnya terbuka penuh pada tengah malam, sehingga dikenal sebagai Night Blooming Cereus. Menurut Aini (2008), saat mekar penuh, bunga buah naga menyebar bau yang harum dan aroma ini memikat kelelawar agar membantu menyerbuki bunga buah naga (Gambar 2). 6 Gambar 2.(a) Bintil Bunga, (b) Kuncup Bunga, (c) Bunga Sebelum Mekar,(d)Bunga Mekar, (e) dan Bagian-Bagian Bunga (Fauziah 2015). 4. Buah dan Biji Buah berbentuk bulat agak lonjong, seukuran atau sedikit lebih besar daripada buah alpukat. Buah biasanya tumbuh didekat ujung cabang atau batang. Jumlahnya bisa lebih dari satu dengan letak tumbuh yang terkadang berdekatandan berhimpitan. Ketebalan kulit buah 2-3 cm. Pada permukaan buah terdapat sirip atau sisik berukuran 1-2 cm. Kulit buahnya berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap untuk untuk buah naga hitam, dan berwarna kuning untuk buah naga kuning (Mutia, 2008). Biji berbentuk bulat, berukuran kecil dan tipis, tetapi sangat keras. Biji dapat digunakan untuk pebanyakan tanaman secara generatif. Namun, cara ini jarang dilakukan karena memerlukan waktu yang lama hingga tanaman berproduksi. Umumnya, biji digunakan oleh para peneliti untuk menghasilkan varietas baru.Setiap buah mengandung lebih dari 1.000 biji (Setyowati, 2008) (Gambar 3). Gambar 3.(a) Bentuk Buah Naga (b) dan Biji Buah Naga (Fauziah, 2015). 7 2.3 Jenis Buah Naga 1. Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undatus) Buah naga berdaging putih memiliki ciri berupa kulit buah berwarna merah mengkilap dengan daging buah putih. Warna batang tanaman bervariasi dari hijau keputihan hingga hijau tua, dengan permukaan batang lebih kasar daripada jenis lain. Ukuran buahnya tergolong paling besar diantara jenis buah naga lainnya. Namun, ukuran tersebut tidak diimbangi dengan cita rasanya. Buah naga ini memiliki rasa yang kurang manis dan aroma yang kurang sedap (Mutia, 2008). 2. Buah Naga Daging Merah (Hylocereus polyrhizus) Sosok tanaman ini lebih kekar. Ciri fisik paling menonjol adalah jarak antar duri lebih rapat dibagian batang dan cabang. Selain itu, kelopak bunganya bersemburat warna merah dibagian pinggir, cukup kontras dengan bagian lain yang berwarna hijau muda. Jika buah naga berdaging merah justru memiliki kulit buah berwarna merah. Jenis ini paling banyak diminati dan ditanam secara besar- besaran di Indonesia. Selain karena rasanya lebih manis dan lebih berair, dari segi pembudidayaannya juga tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan jenis lainnya (Aini, 2008). 3. Buah Naga Daging Super Merah (Hylocereus costaricensis) Sepintas, buah naga jenis ini mirip dengan buah naga berdaging merah. Namun, warna daging buahnya lebih merah sehingga sering disebut buah naga super merah atau super red. Ukuran buah naga ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan buah merah. Batangnya lebih besar daripada jenis buah naga lainnya, dan akan berwarna loreng ketika tua (Dian et al,.2012) 4. Buah Naga Kuning (Selenicereus megalanthus) Secara umum, penampilan tanaman buah naga kuning hampir sama dengan jenis lainnya, tetapi sosoknya lebih ramping dan pendek. Ukuran buahnya juga lebih kecil dari buah naga lain. Buah naga kuning terdiri atas dua jenis, yaitu buah naga kuning biasa dan buah naga kuning berduri. Jenis yang terakhir ini buahnya memiliki duri-duri kecil panjang dan menggerombol dibeberapa titik. Keberadaan duri-duri ini membuat performa 8 buah kurang menarik. Tingkat kemanisan buah naga kuning lebih tinggi dari pada buah naga putih atau merah, yakni mencapai 18–20 briks. Daging buahnya lebih berair (juicy), sehingga terasa lebih segar. Jika buah naga jenis lain tidak bisa beradaptasi didataran tinggi, buah naga kuning justru bisa berproduksi optimal didataran tinggi, dengan bobot buah mencapai 200–250 gram. Sebaliknya jika ditanam didataran rendah, bobot buah hanya berkisar 125–150 gram (Setyowati, 2008). 2.4 Teknik Budidaya Tanaman Teknik budidaya dibagi menjadi dua, yaitu : 2.4.1 Budidaya Buah Naga di Kebun Pembudidayaan buah naga untuk tujuan bisnis dilakukan di kebun. Namun, sebelum kegiatan pembudidayaan ini dilakukan, perlu persiapan yang matang agar diperoleh hasil yang maksimal. Menurut Sinarta Hardjadinata (2010), langkahlangkah pembudidayaan buah naga tersebut sebagai berikut: a. Pengolahan Tanah Agar tanaman buah naga dapat tumbuh dengan baik, tanah harus diolah terlebih dahulu. Tanaman buah naga akan tumbuh dengan baik di tanah yang gembur. Hal ini disebabkan perakaran tanaman ini tumbuh merayap di permukaan tanah. Bila tanahnya terlalu keras atau liat, akar tidak dapat berpegangan erat pada tanah. Pengolahan tanah untuk buah naga tidak terlalu sulit. Namun, sebelum digemburkan terlebih dahulu tanahnya dibersihkan dari gulma dan rerumputan. Hal ini sangat dianjurkan untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Setelah bersih, tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam satu cangkulan, kemudian dibolak-balik. Tanah yang sudah digemburkan selanjutnya dibuat lubang-lubang tanam. b. Sistem Pengairan Sistem pengairan pada lahan disesuaikan dengan kondisi lahan, sistem cara tanamnya, dan pengadaan sumber air yang ada di sekitar lahan. Bisa menggunakan cara pengairan tradisional yaitu sistem leb dengan menggunakan parit sedalam 20 cm yang dibuat di sekitar barisan tanaman 9 atau juga dapat menggunakan sistem pengairan pipa yang dibuat sedemikian rupa mengalirkan air pada seluruh tanaman. c. Penanaman Setelah tanah diolah dan digemburkan, batak stek atau bibit buah naga yang sudah dipastikan dapat segera ditanam. Ada dua sistem penanaman buah naga, yaitu sistem tunggal dan sistem kelompok. Penanaman buah naga sistem tunggal dilakukan dengan menggunakan satu tiang panjatan. Pada tiang panjatan tersebut ditanam tiga atau empat bibit buah naga. Pembuatan lubang tanah disesuaikan dengan ukuran panjang bibit. Bibit yang ditanam harus merapat pada tiang panjatan sedalam 5-7 cm. Setelah ditanam, bibit diikat kuat pada tiang panjatan menggunakan tali raffia atau mengguanakan kawat supaya bibit tidak roboh. Penanaman buah naga sistem kelompok dilakukan dengan menggunakan dua atau lebih tiang panjatan. Tiang panjatan ini dibuat mirip dengan tiang untuk menjemur pakaian dengan panjang 4 m yang dapat menampung 20-26 tanaman buah naga. Jarak tanam antarbaris 30 cm dan antar tanaman dalam baris juga 30 cm. Bibit dirapatkan dan diikat pada tiang panjatan seperti penanaman buah naga sistem tunggal. 2.4.2 Budidaya Buah Naga di Pot Buah naga yang ditanam di pot dapat digunakan sebagai tanaman hias untuk memperindah halaman rumah sekaligus dapat dinikmati buahnya. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), langkah-langkah pembudidayaan buah naga di pot adalah sebagai berikut : a. Penyediaan Pot Pot yang digunakan dapat terbuat dari bahan semen, plastik, tanah liat atau drum bekas yang dipotong. Namun, pot dari bahan tanah liat adalah yang paling ideal karena tanaman buah naga membutuhkan perubahan suhu yang drastis dari siang ke malam dalam proses pembungaan. Ukuran pot yang digunakan semakin besar semakin baik, minimal berdiameter sekitar 40 cm. 10 b. Penyediaan Tiang Panjatan Tiang panjatan yang digunakan terbuat dari besi beton berdiameter 8-10 cm atau balok kayu yang kuat dan tahan lama karena usia buah naga yang bisa mencapai puluhan tahun. Tinggi tiang antara 150-200 cm disesuaikan dengan besar pot. Pada bagian bawah tiang diberi kaki-kaki penguat agar nantinya bisa kuat dan tidak mudah goyah. Untuk tiang dari besi beton, bagian yang terpendam dalam tanah bisa diberi aspal untuk menghindari karat. Untuk bagian atas tiang diberi piringan yang berbentuk seperti setir mobil yang berfungsi untuk menyangga cabang-cabang produksi yang banyak. c. Penyediaan Media Tanam Bahan-bahan media tanam yang digunakan adalah pasir, tanah, pupuk kandang, dan kompos dengan perbandingan 2:1:3:1. Dapat juga ditambahkan bubuk batu bata merah secukupnya dan dolomit sebanyak 100 g dicampur rata dengan bahan-bahan tersebut. Kemudian media tanam disiram dengan air hingga kondisi jenuh dan dibiarkan selama sehari semalam. d. Penanaman Bibit Bibit yang dipilih adalah bibit yang besar dari batang tua yang berwarna hijau tua keabuan dan bebas dari penyakit. Ukuran bibit minimal 30 cm. Bibit ditanam di sekitar tiang panjatan dengan kedalaman 10 cm. Setelah ditanam, media tanam ditekan-tekan agar bibit tidak mudah roboh. Selanjutnya media tanam disiram dengan air dan diletakkan di tempat terbuka yang tidak ternaungi sehingga terkena sinar matahari yang full. 2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan buah naga termasuk tumbuhan yang memiliki sedikit musuh atau hama penggangu. Beberapa jenis hama yang dijumpai menyerang tanaman buah naga antara lain tungau, kutu putih, kutu batok, kutu sisik, dan bekicot. 11 a. Tungau Gambar 4. Hama Tungau; (a) Kusam yang diakibatkan oleh serangan Tungau Tetranychidae, (b) Kusam pada sulur yang merupakan ciri morfologis pada satu jenis tanaman buah naga merah, (c) Imago Tungau dalam preparat, dan (d) Imago Tungau di jaringan tanaman (Octaviani, 2012). Tungau (Tetranychus sp.) menyerang kulit cabang sehingga jaringan klorofil pada permukaan kulit cabang berubah warna menjadi cokelat. Pengendaliannya dengan cara menyemprotkan Omite berkonsentrasi 1-2 g/liter air. Penyemprotan Omite dilakukan tujuh hari sekali sebanyak 2-3 kali penyemprotan. Penyemprotan dilakukan pada bagian cabang atau batang. Tungau merah (Tetranychus urticae) muncul pada musim kemarau, pada periode musim panas dan kering yang panjang mampu memintal benang-benang jaring (web) (Knapp etal. 2003). Menurut Wright et al. (2006), cuaca kering dan panas mendukung reproduksi dan kelangsungan hidup tungau merah, karena pda kondisi demikian pengendalian secara biologis oleh cendawan entomopatogen hamper tidak ada. Budianto dan Praktinyo (2009), menyatakan bahwa populasi tungau laba-laba (T.urticae) lebih tahan terhadap perubahan iklim termasuk pemanasan global dibandingkan tungau predatornya. Zundel et al. (2009) mengemukakan bahwa kondisi lingkungan seperti kelembaban udara yang rendah dan suhu yang tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan populasi tungau hama dan menurunkan biodiversitas tungau predator. 12 b. Kutu Putih Gambar 5.Kutu Putih; Nimfa instar empat (pupa) jantan mealybug Paracoccus marginatus (Walker et al., 2003). Kutu putih (mealybug) ditemukan pada tanaman buah naga. Kutu putih famili Pseudococcidae. Menurut Miller dan Miller (2002), hama ini memiliki lebih dari 25 suku tanaman yang bernilai ekonomi sebagai inangnya, di antaranya tanaman papaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, alpukat, melon, dan kembang sepatu. Selain itu, hama ini juga meneyerang tanaman jambu, jagung, dan akasia. Terdapat tiga spesies kutu putih yang ditemukan dan berhasil diidentifikasi pada penelitian, yaitu Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, dan Planococcus sp. (Octavia, 2012). Kutu putih menyerang tanaman buah naga sehingga permukaan kulit cabang berselaput kehitaman atau tampak kotor. Mengendalikan hama ini cukup dengan menyemprotkan Kanon berkonsentrasi 1-2 cc/liter air. Penyemprotannya dilakukan seminggu sekali pada bagian dalam tanaman, terutama di sela-sela tanaman yang ternaungi cabang lainnya (Kristanto, 2003). Kutu putih banyak ditemukan pada buah bagian sisik maupun permukaan kulit buah. Beberapa juga ditemukan di sulur pada sisi yang tidak langsung terkena cahaya matahari. Keberadaan kutu putih mengundang kehadiran semut hitam maupun semut rangrang merah. Sebagian kutu putih menghasilkan embun madu dan memiliki hubungan simbiosis dengan semut serta embun jelaga (Faridah 2011). Semut memanfaatkan embun madu untuk makanannya, sehingga semut melindungi kutu putih dari serangan predator serta membantu dalam penyebaran kutu putih. 13 Ciri serangga famili ini adalah terdapat lapisan lilin berwarna putih pada tubuhnya. Ukuran tubuh kutu putih sekitar 3-4 mm. Tubuh betina berbentuk bulat telur-memanjang dan beruas serta memliki tungkai yang berkembang. Beberapa jenis bertelur dan ada juga yang melahirkan nimfa. c. Kutu Batok Gambar 6.Kutu Batok pada Tanaman Kelapa (Salahud din et al, 2015). Kutu batok (Aspidiotus sp.) menyebabkan cabang tanaman buah naga berubah warna dari hijau menjadi kuning akibat cairan tanaman diisap. Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida sistemik (Kanon) tujuh hari sekali. Dengan melihat keadaan tanaman yang terserang, penyemprotan Kanon umumnya dilakukan dua kali pada seluruh permukaan cabang secara merata (Kristanto, 2003). d. Kutu Sisik Gambar 7.Kutu Sisik Merah (Aonidiella aurantii) pada ranting tanaman jeruk (Effendi, 2009). Keberadaan kutu sisik (Pseudococcus sp.) pada tanaman dapat diperhatikan melalui percabangan tanaman yang tidak terkena sinar matahari langsung. Pada bagian tanaman tersebut sering dijumpai hama ini. Selain itu, di tempat ini pula 14 sering terdapat semut dan permukaan cabang menjadi kusam. Bila tanaman menampakkan gejala-gejala tersebut tindakan pengendalian harus segera dilakukan. Bagian tanaman yang terserang hama disemprot dengan Kanon 1-2 cc/liter air tujuh hari sekali. Penyemprotan Kanon dilakukan dua kali secara merata pada bagian dalam dan di sela-sela sulur tanaman (Kristanto, 2003). Blank et al. (2000) melaporkan bahwa kemampuan bertahan hidup kutu sisik dipengaruhi juga oleh suhu tempat kutu sisik tinggal, pada suhu dibawah 12 0C kemampuan bertahan hidup 0%, dan pada suhu 24 kemampuan bertahan hidup mencapai 45%. Kutu sisik Lepidosaphes beckii menghisap cairan yang ada di daun. Menurut Untung (2006) pengurangan cairan akibat hisapan L. beckii tersebut menyebabkan ketidakseimbangan air pada daun dan dapat pula mengakibatkan mulut daun atau stomata menutup dan berubah bentuk. Akibatnya daun-daun muda terkadang menjadi kuning, coklat, ataupun merah dan hampir selalu tak terbentuk, pertumbuhan daun terhambat dan pada daun yang rusak berat menjadi tebal dan coklat. e. Bekicot Gambar 8.Bekicot (Achatina fulica) (Taxonomic Information System, 2004). Keberadaan hama bekicot di kebun buah naga akan sangat merugikan. Ini disebabkan tunas tanaman menjadi rusak tidak teratur karena digerogoti. Bahkan terkadang tunas tersebut membusuk. Mengendalikan serangan hama ini dapat dengan cara sanitasi kebun (Kristanto, 2003). Tanda kehadiran hama ini juga dapat terlihat dari kotoran bekicot. Kotoran berwarna hitam dan ditemukan pada sulur, tiang penyangga, ataupun di permukaan tanah.Selain itu, tanda kehadiran bekicot juga dapat dilihat dari 15 keberadaan bekas cangkang. Cangkang berasal dari zat kapur. Panjang cangkang keong ini berkisar antara 100-130 mm, lebar 45-60 mm, panjang mulut cangkang 50-55 mm. Bekicot ini bersifat hermaprodit dan dapat berkembang biak dengan sangat cepat (Prihandini dan Alfiah 2006). Penyakit yang menyerang buah naga antara lain penyakit busuk batang. Penyakit busuk batang dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk kandang atau kompos yang belum jadi. Penyebab lainnya adalah karena serangan bakteri Xanthomonas campestris, jamur, dan virus. Apabila busuk batang disebabkan oleh penggunaan pupuk kompos atau pupuk kandang yang belum jadi, tanaman masih dapat dipertahankan asal pemupukan berikutnya diperhatikan dan menggunakan pupuk yang sudah jadi (matang) (Winarsih, 2007). III. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Kegiatan magang kerja dilakukan dalam waktu sekitar 2 bulan, yang dilaksanakan mulai tanggal 06 Maret sampai dengan 12 Mei 2018 dengan enam hari kerja per minggu 8 jam per hari mulai pukul 06.00 hingga 14.00 WIB. Kegiatan magang kerja berlokasi di PT. Kusuma Agrowisata jalan Abdul Gani Atas, Po. Box 36 Kota Batu, Jawa Timur. 3.2 Metode Pelaksanaan Magang Pelaksanaan magang kerja dilaksanakan dengan beberapa metode yaitu : 1. Mengikuti semua aktivitas kegiatan dalam budidaya dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman buah naga. 2. Melakukan diskusi dengan petani dan pembimbing lapang terkait teknik budidaya dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman buah naga. 3. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data hama dan penyakit pada tanaman buah naga serta teknik pengendalian yang terdapat pada tanaman buah naga secara langsung di lapang. 3.3 Metode Pengamatan Hama Dan Penyakit Pengamatan serangan hama dilakukan pada tanaman buah naga yang terserang oleh hama. Pengambilan contoh serangan hama, yaitu mengambil langsung serangga hama yang menyerang, kemudian diletakkan dalam kantong plastik untuk dilaksanakan identifikasi. Identifikasi dilakukan sesuai dengan telaah pustaka dengan sumber kajian yang mendukung Pengamatan penyakit dilakukan pada tanaman buah naga yang terserang oleh patogen. Pengamatan dilakukan dengan melihat gejala yang terlihat pada tanaman yang terserang. Kemudian melakukan pengambilan contoh tanaman yang terserang kemudian diletakkan dalam kantong plastik untuk dilakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan sesuai dengan telaah pustaka dengan sumber kajian yang mendukung. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Profil PT. Kusuma Agrowisata 4.1.1 Sejarah Kusuma Agrowisata PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) merupakan perusahaan yang didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada tahun 1989 dengan luas 4 ha. Pada awalnya beliau hanya menanam tanaman apel yang kemudian hasil panennya dijual ke pedagang di Surabaya. Namun penjualan apel tersebut mengalami kerugian dikarenakan harga penjualan apel yang lebih rendah daripada di Batu. Sehingga Bapak Edy berinisiatif menjual apel dengan konsep memetik sendiri di kebun. Pada tahun 1990 Kusuma Agrowisata diperluas kembali 10 ha untuk menanam apel dan 2 ha untuk menanam jeruk. Lalu pada tanggal 29 Mei 1990, PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diresmikan dengan nama PT. Kusuma Agrowisata. Tahun 1992 dan 1993 PT. Kusuma Agrowisata mulai membangun cottage sebanyak 66 kamar dan menambah fasilitas lainnya seperti kolam renang, restoran, dan ruang pertemuan. Lalu pada tahun 1995 PT. Kusuma Agrowisata membangun hotel dengan tiga lantai sehingga total kamar menjadi 152 kamar.Tahun 1996 bidang agrowisata Pemilihan kota Surabaya sebagai, namun pada tahun 1990 Kusuma Agrowisata diperluas kembali sebanyak 4 ha untuk ditanami apel dan jeruk. Sehingga total luas kebun pada Kusuma Agrowisata yaitu 8 ha. Sehingga pada tanggal 29 Mei 1990 PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) telah diresmikan. 4.1.2 Profil Perusahan Kusuma Agrowisata PT. Kusuma Agrowisata didirikan oleh Ir. Edy Antoro sejak tahun 1989. Terletak di Jalan Abdul Ghani Atas, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu. Luas areal keseluruhan Kusuma Agrowisata kurang lebih 100 ha pada tahun 2017.Memiliki 4 divisi yang dikepalai oleh seorang manajer, yaitu Divisi Agrowisata, Divisi Hotel, Divisi Estate, dan Divisi Agroindustri. Divisi Agrowisata memiliki 8 departemen, yaitu : 18 1. Departemen Accounting adalah departemen control untuk mengendalikan biaya dan monitoring pelaksanaan operasional terhadap anggaran yang sudah dibuat. 2. Departemen Personalia adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap administrasi kepegawaian, kebersihan area, teknik dan keamanan. 3. Departemen Marketing adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap pemasaran semua produk yang dihasilkan oleh departemen produksi. 4. Departemen Budidaya Tanaman Tahunan adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap perawatan tanaman tahunan agar menghasilkan produk yang baik. 5. Departemen Budidaya Tanaman Semusim adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap perawatan tanaman semusim agar menghasilkan produk yang baik. 6. Departemen Food And Beverage adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap operasional restoran dan mini Shop. 7. Departemen Adventure Dan Water Park adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap operasional outbond dan kolam water park. 8. Departemen Produk Pangan Dan Pertanian adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap hasil produksi yogurt, kompos, agens hayati dan diklat. 4.1.3 Visi Dan Misi PT. Kusuma Agrowisata 1. Visi: Membangun Kusuma Agrowisata group menjadi perusahaan terpercaya, terkemuka, yang tangguh dan mampu bersaing di pasar global. 2. Misi: a. Menghasilkan produk dan jasa yang dapat diterima serta dapat memberikan kepuasan konsumen. b. Mendapatkan keuntungan untuk kelangsungan dan pengembangan usaha serta kesejahteraan karyawan. 4.1.4 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja Struktur Organisasi di Kusuma bersifat fleksibel yang memiliki pola gerak dinamis karena disesuaikan dengan kondisi lapangan dan melihat efektifitas dan efisiensi kebutuhan akan wewenang dan tanggung jawab demi kelancaran 19 operasional. Kusuma memiliki 4 perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas (PT) yaitu PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, PT. Kusumantara Graha Jaya Tresna, PT. Manna Satria Dinasasri Wisatajaya, dan PT. Kusuma Agrobio Tani Perkasa. PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya membawahi dua divisi yaitu divisi hotel dan divisi agrowisata. Divisi hotel adalah divisi yang mengelola bidang wisata petik yang dibagi menjadi beberapa departemen yaitu departemen food beverage, departemen adventure, departemen accounting, departemen keuangan, departemen personalia, departemen marketing, dan departemen budidaya tanaman. Departemen adventure berfungsi sebagai pengelola wisata outbound. Departemen food beverage berfungsi sebagai pengelola restoran yang terdiri dari apple house dan strawberry house. Departemen accounting dan departemen keuangan berfungsi sebagai pengelola keuangan perusahaan. Departemen personalia berfungsi sebagai pengelola sumber daya manusia perusahaan. Departemen budidaya tanaman berfungsi sebagai pengelola wisata petik buah di kebun mulai dari persiapan lahan, budidaya, sampai pasca panen. Wisata yang ada pada departemen budidaya tanaman yaitu wisata petik buah apel, jeruk, jambu merah, buah naga, stroberi, dan sayur hidroponik. PT. Kusumantara Graha Jaya Tresna membawahi divisi estate. Divisi ini mengelola Kusuma Estate yang merupakan produk hunian milik Kusuma yang terletak di sekitar kawasan wisata Kusuma Agrowisata. Pada tahun 2000, PT. Manna Satria Dinasasri Wisatajaya membawahi divisi industri yang mengelola Kusuma Agroindustri.Kusuma Agroindustri dibangun sebagai home industry dengan bahan utama buah apel. Produk yang dihasilkan yaitu minuman sari apel, jenang apel, wingko apel, selai apel dan brem apel yang dipasarkan di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, dan Bali. PT. Kusuma Agrobio Tani Perkasa membawahi divisi Klinik Agribisnis dan Agrowisata (KAA). KAA adalah divisi yang membantu menganalisis dan mengkaji masalah yang berkaitan dengan segala aspek pengembangan agribisnis dan agrowisata serta mencari solusinya. KAA menawarkan produk-produk agribisnis yang ramah lingkungan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman dan peningkatan produktifitas tanaman dengan memperhatikan faktor keseimbangan ekosistem yang 20 berkelanjutan. Selain itu KAA juga menyediakan jasa pelatihan, konsultasi agribisnis, dan penyediaan teknologi tepat guna serta sarana produksi agribisnis. Kegiatan magang dilakukan pada bagian Departemen Budidaya Tanaman. Departemen budidaya tanaman dipimpin oleh seorang kepala atau manajer yang membawahi supervisor (pengawas utama), wakil manajer, dan staf administrasi. Manajer bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan di departemen budidaya tanaman. Pengawas utama bertugas untuk memonitoring dan memberikan intruksi kerja kepada mandor (pengawas kebun) pada setiap komoditi, pengawas pengendalian hama dan penyakit tanaman (PHPT), dan petugas lapang pasca panen. Setiap komoditi dikelola oleh satu orang pengawas kebun. Sedangkan wakil manajer bertugas untuk memonitoring dan memberikan intruksi kerja kepada pengawas hidroponik nutrient film technique dan hidroponik substrat. Pengawas kebun bertugas memonitoring kinerja karyawan kebun dan memberikan instruksi kerja kepada karyawan kebun. 4.1.5 Kondisi Wilayah PT. Kusuma Agrowisata terletak di Jalan Abdul Ghani Atas, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu Kusuma Agrowisata berjarak 19 km dari Kota Malang. Memiliki ketinggian tempat 680 – 1700 mdpl, tingkat kemiringan 25 – 40 %, suhu minimum 17,5 – 21,40C dan suhu maksimum 24 – 30,30C serta kelembabannya 70 – 86 %. Jenis tananh yang dimiliki Kusuma Agrowisata adalah tanah andisol (BPS, 2015). Secara keseluruhan total wilayah Kusuma Agrowisata adalah kurang lebih 100 ha. Luas kebun wisata adalah 37 ha. Luas kebun terdiri atas areal kebun apel dan jeruk seluas 14 ha, areal kopi seluas 13 ha, areal kebun bunga dan sayur seluas 4 ha, areal green house 4 ha dan luas kebun buah naga seluas 2 ha. 4.2 Teknik Budidaya Tanaman Buah Naga 4.2.1 Pengolahan Tanah Pengolahan tanah untuk buah naga tidak terlalu sulit. Sebelum digemburkan tanah terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan rerumputan. Setelah bersih, tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam satu cangkulan, kemudian dibolak-balik. Selanjutnya tanah yang sudah digemburkan dibuat lubang tanam. 21 Lubang tanam dibuat dengan ukuran kedalaman 60 cm dan lebar 60x60 cm. Pembuatan lubang tanaman dilakukan dengan cara tanah dicangkul dengan ukuran 30 cm pada bagian atas tanah dan 30 cm pada bagian bawah tanah. Sebelum tanah yang dicangkul tersebut dikembalikan seperti semula, tanah dicampur dengan 5 kg pupuk kompos. Setelah itu tanah dikembalikan seperti semula. Tanah bagian bawah diletakkan pada lubang bagian bawah dan tanah bagian atas diletakkan pada lubang bagian atas. Tujuan dari pengolahan tanah yaitu untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai dengan perkembangan tanaman dan pembentukan hasil. 4.2.2 Pengairan Pengairan atau penyiraman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam teknik budidaya tanaman buah naga. Tujuan dari pengairan sendiri yaitu untuk memenuhi kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman dalam proses metabolisme sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi optimum. Di PT. Kusuma Agrowisata sistem penyiraman menggunakan sprinkledengan waktu selama 12 jam selama 15 hari sekali. Pada blok C dan D tinggi sprinkle 2,5 m. Jarak antar sprinkle pada satu lahan adalah 8 m. satu keran pembuka dapat menghidupkan 7-10 sprinkle. Jarak lontaran air dari sprinkle yaitu 4 m. Jarak lontaran sprinkle dipengaruhi oleh tekanan air dan tinggi sprinkle. Sedangkan pada lahan blok A dan B penyiraman masih menggunakan selang karena luasan pada blok tersebut tidak seluas blok C dan D. 4.2.3 Penanaman Penanaman buah naga memiliki dua sistem yaitu sistem tunggal dan sistem kelompok. Pada PT. Kusuma Agrowisata penanaman yang dilakukan menggunakan sistem tunggal. Penanaman sistem tunggal menggunakan satu tiang panjatan. Pada tiang panjatan ditanam tiga atau empat bibit buah naga. Pembuatan lubang tanah disesuaikan dengan ukuran panjang bibit. Bibit yang ditanam sedalam 5-7 cm dan harus merapat pada tiang panjatan. Jarak tanam pertanaman buah naga yang digunakan yaitu 6,25 cm. Setelah ditanam, bibit diikat kuat pada tiang panjatan menggunakan tali raffia atau menggunakan kawat supaya bibit tidak roboh. 22 Gambar 9. Pemasangan ban dan tali raffia pada buah naga. 4.2.4 Pemangkasan Pemangkasan atau pewiwilan merupakan serangkaian kegiatan membuang batang/cabang, untuk membentuk percabangan dan membentuk cabang produktif yang bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan sehingga produktivitasnya tinggi. Dalam sulur buah naga hanya disisakan 2–3 mata tunas atau cabang sulur. Apabila mata tunas atau cabang sulur memiliki lebih dari 3 maka harus dipangkas. Hal ini dikarenakan apabila sulur atau cabang dibiarkan tumbuh maka tanaman buah naga akan terus memanjang dan susah untuk berbunga dan berbuah. Selain untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, pemangkasan ini bertujuan untuk penataan di lahan itu sendiri. Pada PT. Kusuma Agrowisata sendiri kegiatan pemangkasan tidak terjadwal dengan rutin. Pemangkasan dilakukan apabila panjang sulur sudah mencapai 100 cm. Batang hasil dari pemangkasan akan dicacah menggunakan chopper dan hasil cacahan tersebut selanjutnya digunakan sebagai mulsa dengan cara di timbun di antara tanaman buah naga guna untuk mengurangi penguapan. Selain berguna sebagai mulsa alami, cacahan ini berguna sebagai bahan kompos. Kompos tersebut dapat menambah unsur hara pada tanaman buah naga. 23 a b Gambar 10.(a) Pemangkasan Batang Tanaman Buah Naga; (b) Pencacahan Batang Tanaman Buah Naga. 4.2.5 Pemanenan Buah naga merupakan buah non klimaterik yaitu buah yang bila dipanen mentah tidak akan menjadi matang sehingga pemanenan harus dilakukan pada tingkat kematangan yang optimum dan peka mengalami chilling injury. Buah ini sudah dapat dipanen 32 hari setelah berbunga (Puspita, 2011). Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah naga yang memiliki ciri-ciri warna kulit merah mengkilap dan jumbai atau sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Pada PT. Kusuma Agrowisata pemanenan dilakukan apabila buah naga sudah terlihat merah mengkilap. Menurut data inventarisasi tanaman buah naga pada PT. Kusuma Agrowisata tahun 2017, jumlah total buah naga yang dihasilkan yaitu 1.061 buah. 4.3 Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga Terdapat beberapa hama dan penyakit yang ditemukan di Kusuma Agrowisata selama pengamatan, yaitu: semut rang-rang, burung, dan penyakit busuk batang. 4.3.1 Semut Semut berperan sebagai predator dan beberapa jenis menjadi hama di alam. Selain sebagai hama, menurut Bellec, Vailant dan Imbert (2006), semut tergolong hama pada tanaman buah naga karena menyebabkan kerusakan pada masa pembungaan dan pembuahan. Beberapa spesies semut ditemukan pada tanaman 24 buah naga, yaitu semut rangrang merah dan semut hitam. Semut yang dinilai sebagai hama adalah semut rangrang merah. Spesies semut rangrang merah yang diidentifikasi yaitu Oecophylla sp. Gejala yang diakibatkan oleh semut rangrang merah yaitu bekas gigitan semut menyebabkan permukaan kulit buah naga menjadi bintik-bintik berwarna cokelat. Banyaknya semut pada buah naga dapat mengganggu petani pada saat akan memanen buah. Semut dianggap merugikan petani, namun bermanfaat bagi kutu daun karena membantu melindungi kutu dari serangan parasitoid dan predator serta membantu pemencarannya (Faridah, 2011). Pengendalian hama oleh semut ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida, yaitu menggunakan Furadan 3 G (berbentuk granula atau butiran) yang telah direndam selama 1-2 jam, kemudian diambil airnya dan disemprotkan pada tanaman buah naga. Furadan 3 G dengan bahan aktif karbofuran yang mempunyai spectrum cukup luas, sehingga bias dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai jenis hama termasuk jenis hama yang ada di dalam tanah. Gambar 11.Buah Tanaman Buah Naga yang Terserang Semut. 4.3.2 Burung Burung jenis burung kutilang merupakan burung pemakan biji-bijian dan buah. Burung ini dapat menyerang buah naga yang telah masak pada bagian atas. Gejala serangan yang disebabkan yaitu terdapat cucukan burung yang menyebabkan buah menjadi busuk. Pada PT. Kusuma Agrowisata, lahan pengamatan tidak dilakukan pengendalian dikarenakan intensitas serangan yang diakibatkan oleh burung masih tergolong rendah. 25 Gambar 12.Tanaman Buah Naga yang Terserang Hama Burung. 4.3.3 Busuk lunak batang Pada awal penanaman buah naga sering mengalami pembusukan pada pangkal batang, berwarna kecoklatan, dan berair. Gejala sulur menguning diduga akibat kekurangan unsur hara yaitu nitrogen. Menurut Pushpakumara et al. (2005),busuk lunak batang disebabkan oleh Xanthomonas campestris, sedangkan menurut Masyahit et al. (2009) patogen penyebab adalah Enterobacter cloacae. Penyakit ini menjadi permasalahan penting ketika terjadi pengairan yang berlebihan atau pada saat musim hujan. Penyakit ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan khususnya suhu dan ketinggian. Penyakit ini sering terjadi terutama pada bibit setek yang tidak bertangkai atau bentuk potongan maupun setek yang belum berakar. Pada PT. Kusuma Agrowisata ditemukan batang buah naga yang memiliki gejala seperti busuk lunak batang. Gambar 13.Batang Tanaman Buah Naga yang Terserang Busuk Batang. 26 Pengendaliannya cukup dengan melakukan penyemprotan Benlate 2 g/liter air atau Ridomil 2 g/liter 14 hari sekali selama sebulan atau hanya dua kali penyemprotan.Bila ada gejala kekuningan pada pangkal batang maka bagian yang disemprot adalah seluruh cabang atau batang, diutamakan pada bagian pangkal batang. Selain dengan penyemprotan, pemberian Benlate atau Ridomil ini dilakukan dengan cara kocoran pada pangkal batang sebanyak 100-150 cc. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari kegiatan magang kerja yang telah dilakukan dapat diketahui teknik budidaya di Kusuma Agrowisata meliputi, pengolahan tanah, pengairan, penanaman, pemangkasan, dan pemanenan. Hama dan penyakit yang ditemukan pada tanaman buah naga di PT. Kusuma Agrowisata yaitu semut, burung dan busuk batang. Intensitas serangan hama yang paling merugikan yaitu semut. Hal ini dikarenakan semut merusak buah secara langsung dengan membuat sarang di buah tanaman buah naga, sehingga buah terdapat bercak cokelat. Namun serangan yang diakibatkan oleh semut ini tidak mengalami kerugian yang sangat serius. 5.2 Saran Penyemprotan menggunakan bahan kimia lebih dikurangi agar tidak membunuh musuh alami dan binatang lain yang bukan merupakan hama dari tanaman buah naga. Selain itu pemberian perangkap pada tanaman buah naga juga perlu karena selain hama yang disebutkan diatas terdapat hama tikus yang dapat menyerang tanaman buah naga bagian atas. DAFTAR PUSTAKA Aini, M. N. 2008. Pengaruh Macam Persilangan Terhadap Hasil Dan Kemampuan Silang Buah Naga Jenis Merah (Hylocereus Polyrhizus). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Ariffin AA, Bakar J, Tan CP, Rahman RA, Karim R, Loi CC. 2009. Essential fatty acids of pitaya (dragon fruit) seed oil. Food Chemistry 114(2):561-564. Bellec, F. L., F. Vaillant and E. Imbert. 2006. Pitahaya (Hylocereus spp.) a New Fruit Crop a Market with a Future.http:/www.caribfruits. pdf. Diunduh pada 6 Januari 2016. Blank, R.H.G., S.C. Gill, J.M. Kelly. 2000. Development and Mortality of Greedy Scale (Homoptera: Diaspididae) at Constant Temperatures. Population Ecology.The Horticulture and Food Research Institute of New Zealand. Budianto B.H. dan H. Pratiknyo. 2009. Faktor kunci dan strategi pelepasan Phytoseius crinitus Swirski Et Schebter dalam pengendalian Tetranychus urticae pada tanaman singkong (Manihot esculenta). Laporan Penelitian RUSNAS, Unsoed, Purwokerto. Cahyono, Bambang. 2009. Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina. Jakarta Dian F., TeniW.,& Tommy H.P. 2012. Teknik Dan Manfaat Budi Daya Buah Naga. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Sentra Produksi Buah Naga. Jakarta. Efendi, M. 2009. Distribusi Hama Kutu Sisik Merah (Aonidiella aurantii) Pada Perkebunan Jeruk Manis (Citrus sinensis) Dan Jeruk Keprok (Citrus reticulata). UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang. Faridah D. 2011.Hama dan penyakit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) di Kecamatan Rancabungur dan kampus IPB Dramaga Bogor. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fauziah, K. 2015. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Buah Naga Super Red (Hylocereus contrasinences).UIN SUSKA Riau. Food and Agriculture Organization. 2012. Fruit of Vietnam. FAO Corporate Document Repository. Diunduh 2012 Maret 30. Tersedia pada: http://www.fao.org/docrep/008/ad523e/ad523e05.htm Hardjadinata, S. 2010. Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Integrated Taxonomic Information System. 2004. Tursiops aduncus Jevuska. 2012. Anestesi. Artikel Kedokteran. http://www.jevuska.com/category/artikel-kedokteran/anestesi/ 27 Juni 2015 Jaya IKD. 2010. Morphology and physiology of Pitahaya and it future prospects in Indonesia. Crop Agro. 3:44-50. 29 Knapp, M, B. Wagner, and M. Navajas. 2003. Molecular discrimination between the spider mite Tetranychus evansi Baker & Pritchard, an important pest of tomatoes in southern Africa, and the closely related species T. urticae Koch (Acarina: Tetranychidae). Afr. Entomol. 11:300–304. Kristanto, D. 2003. Buah Naga. Penebar Swadaya, Jakarta. Mahattanatawee K, Manthey JA, Luzio G, Talcott ST, Goodner K, Baldwin EA. 2006. Total antioxidant activity and fiber content of select Florida-gown tropical fruits. Journal of Agicultural and Food Chemistry 54(19):73557363. Masyahit M, Sijam K, Awang Y, Ghazali M, Satar M.2009. The first report ofthe occurrence of anthracnose disease caused by Colletotrichumgloeosporioides (Penz.) Penz.& Sacc.on dragon fruit (Hylocereus spp.) inPeninsular Malaysia. American Journal of Applied Sciences. 6 (5): 902912. Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Williams and Granada de Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae), including descriptions of the immature stages and adult male. Proc. Entamol. Soc.wash.104(1): 1-23. Mutia, Melani. 2008. Pengaruh Tipe Persilangan Terhadap Hasil Buah Naga Jenis Putih (Hylocereus undatus). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Octaviani, RD. 2012. Hama dan Penyakit Buah Naga.IPB Bandung. Prasetyo, BE. 2012. Pasar domestik kekuragan ribuan ton buah naga. Hortiplus. Topik utama: 10. Prihandini R, Alfiah. 2006. Bekicot (Acathina fulica) dan potensinya. Fauna Indonesia. 6(2): 68-70. Pushpakumara DKNG, Gunasena HPM, Karyawasam M. 2005. Flowering and fruiting phenology, pollination vector and breeding system of dragon fruit (Hylocereus spp.). Sri Lankan J. Agric. Sci. 42:81-91. Puspita, P. 2011. Pengaruh Pengemasan Dan Suhu Terhadap Daya Simpan Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis).Departemen Agronomi dan Hortikultura.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Salahud din, Rahman HU, Khan I, Daud MK. 2015. Biology of coconut scale, Aspidiotus destructor Signoret (Hemiptera: Diaspididae), on mango plants (Mangifera sp.) under laboratory and greenhouse conditions. Pakistan Journal of Zoology, in press. 30 Setyowati, Ari. 2008. Analisis Morfologi Dan Sitologi Tanaman Buah Naga Kulit Kuning (Selenicereus megalanthus). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Tang CS, Norziah MH. 2007, Stability of betacyanin pigments from red purple pitaya fruit (Hylocereus polyrhizus) : Influence of pH, temperature, metal ions and ascorbic acid. Indonesian Journal of Chemistry 7(3):327- 331. Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV. Nuansa Aulia, Bandung. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Walker, A. Hoy M, Meyerdirk D. 2003. Papaya mealybug (Paracoccus marginatus) Williams & Granara de Willink (Insecta: Hemiptera: Pseudococcidae)). Featured creatures. Entomolgy and Nematology Departent, Frorida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Science, University of Florida, Grainesville, FL. Winarsih, S. 2007. Mengenal dan membudidayakan buah naga. Semarang: Aneka Ilmu. Wright R., R. Seymour, L. Higley, and J. Campbell. 2006. Spider mite management in corn and soybeans. Neb Guide, G1167. University of Nebrasca, Lincoln, Institute of Agric. and Nat. Res. Disponível em: www.ianrpubs. unl.edu/epublic/live/g1167/build/g1167.pdf. Zundel C., P. Nagel P, R. Hanna, F.Korner, and U. Schidegger. 2009. Environment and host-plant genotype effects on the seasonal dynamics of a predatory mite on cassava in sub-humid tropical Africa. Agric. and Forest Entomol. LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Peserta Kegiatan Magang Kerja BIODATA PESERTA KEGIATAN MAGANG KERJA Nama : Tyssa Ardhining Wandansari Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 27 April 1996 Nomor Induk Mahasiswa : 145040207111053 Fakultas : Pertanian Jurusan : Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas : Universitas Brawijaya Alamat Asal :Jl. Joyoboyo III/3 RT.05 RW.11 Kel. Sukorejo Kec. Ngasem Telp. / Hp : 085859730580 E-mail : [email protected] Alamat di Malang : Jl. Joyo Tambaksari 96 RT.2 RW.1 Kel.Merjosari Kec. Lowokwaru Kota Malang Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Instansi SDN Banjaran IV SMPN 5 Jurusan Tahun MasukLulus 2002-2008 2008-2011 SMA Pawyatan Daha IPA 2011-2014 Pengalaman Kepanitiaan Jenis Kegiatan Proteksi 2017 Posisi Staf Divisi PDD Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya HPT 2014Sekarang Tahun 2017 32 Lampiran 2. Denah Lokasi Kusuma Agrowisata, Batu 33 Lampiran 3. Campuran Pestisida yang digunakan untuk penyemprotan Jenis Pestisida Bahan Aktif Dosis/200 liter Fungisida Propineb 70% 400 gram Zat Pengatur Tumbuh Natrium para-nitrofenol 100 – 150 ml Natrium orto-nitrofenol 2,0 gram/liter Natrium 5-nitrogualakol 2,0 gram/liter Natrium 2-4 dinitrofenol 0,5 gram/liter Insektisida Karbosulfat 200 gram/liter 200 ml Imidakloprid 100 gram/liter Klorpirifos 200 gram/liter Perekat Alkilaril poliglikol eter 400 100 -150 ml gram/liter Fungisida Mankozeb 80% 300-400 gram Pupuk daun Komplit N: 25,7%; P: 5,71%; K: 6,19%; 300 gram kadar air: 1,93% 34 Lampiran 4. Dokumetasi Kegiatan Aplikasi Pestisida Bak Penampungan Pestisida Jenis – Jenis Zat Kimia yang Diaplikasikan