Uploaded by shardhee

Budidaya dan Pengamatan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Buah Naga

advertisement
BUDIDAYA DAN PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT PADA
TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI PT. KUSUMA
AGROWISATA KOTA BATU
MAGANG KERJA
Oleh :
TYSSA ARDHINING WANDANSARI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
BUDIDAYA DAN PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT PADA
TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI PT. KUSUMA
AGROWISATA KOTA BATU
MAGANG KERJA
Oleh :
TYSSA ARDHINING WANDANSARI
145040207111053
MINAT STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
MALANG
2018
RINGKASAN
Tyssa Ardhining Wandansari. 145040207111053. Budidaya dan Pengamatan
Hama dan Penyakit pada Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis) di
PT. Kusuma Agrowisata, Kota Batu, Jawa Timur. Di bawah bimbingan Tita
Widjayanti, SP., M.Si.sebagai dosen pembimbing utama dan Ir. Agus
Sugiantoro sebagai pembimbing lapang.
Buah naga (Hylocereus costaricensis) merupakan salah satu tanaman buah
yang kini mulai banyak di budidayakan di Indonesia. Buah naga memiliki banyak
keunggulan dan manfaat. Salah satu manfaatnya yaitu dapat menurunkan
kolestrol, penyeimbang gula darah, tinggi serat sebagai pengikat zat karsinogen
penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan. Selain itu buah naga juga
mengandung vitamin C, vitamin B3 (niasin), serat dan betasianin. Beberapa jenis
buah naga yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu Buah Naga Merah,
Buah Naga Putih, dan Buah Naga Kuning.
Kegiatan magang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata pada tanggal 06
Maret sampai 12 Mei 2018. PT. Kusuma Agrowisata berlokasi di Jalan Abdul
Gani Atas, Kota Batu, Jawa Timur. Lahan buah naga pada PT. Kusuma
Agrowisata dibagi menjadi 4 yaitu lahan blok A dengan luas 969 ha, lahan blok B
dengan luas 950 ha, lahan blok C dengan luas 1438 ha dan lahan blok D dengan
luas 3,275 ha. Salah satu permasalahan pada budidaya tanaman buah naga di
lokasi magang adalah OPT. Secara umum, kerusakan kuantitas dan kualitas
berpengaruh terhadap hasil panen sehingga identifikasi hama dan penyakit
tanaman perlu dilakukan sebagai dasar dari pengendalian OPT. Di PT. Kusuma
Agrowisata, teknik budidaya yang dilakukan dimulai dari pengolahan tanah,
pengairan, penanaman, pemangkasan sampai pemanenan. Perawatan yang
dilakukan yaitu pemangkasan guna untuk menjaga tajuk tanaman, penyiraman
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan pengendalian hama yang dilakukan
secara rutin satu minggu sekali untuk menekan serangan hama dan penyakit yang
ada pada tanaman buah naga.
Hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hama yang terdapat pada
tanaman buah naga yaitu semut dan burung. Gejala yang diakibatkan oleh semut
rangrang merah yaitu adanya bekas gigitan semut rangrang merah (Oechophylla
sp.) yang menyebabkan permukaan kulit buah naga menjadi bintik bintik
berwarna coklat. Sedangkan gejala yang diakibatkan oleh burung yaitu terdapat
cucukan burung yang menyebabkan buah menjadi busuk. Penyakit yang
didapatkan pada buah naga yaitu busuk batang yang memiliki gejala pangkal
batang buah naga berwarna kekuningan. Pengendalian hama oleh semut ini dapat
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida, yaitu menggunakan Furadan 3 G
(berbentuk granula atau butiran) yang telah direndam selama 1-2 jam, kemudian
diambil airnya dan disemprotkan pada tanaman buah naga.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya limpahkan atas kehadirat ALLAH SWT yang memberikan
karunia serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan magang
kerja yang berjudul “Budidaya Dan Pengamatan Hama Dan Penyakit Pada
Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Di PT. Kusuma Agrowisata Kota
Batu.”
Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai oleh karena
itu saya menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
2. Tita Widjayanti, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama Magang
Kerja
3. Ir. Agus Sugiantoro selaku Pembimbing Lapang yang telah membimbing
dalam melaksanakan Magang Kerja di PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu
4. Segenap pegawai PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu yang membimbing
dan membantu dalam kegiatan magang kerja
5. Kedua Orang tua dan Keluarga dirumah yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam mengerjakan laporan ini, serta
6. Teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan hingga
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi teman mahasiswa, pihak di lokasi penulis dalam
melaksanakan magang kerja, masyarakat umum berbagai pihak lain serta
khususnya bagi penulis.
Malang, Oktober 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 3
1.3 Manfaat .................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1 Klasifikasi Tanaman .............................................................................. 4
2.2 Morfologi Tanaman ............................................................................... 4
2.3 Jenis Buah Naga ..................................................................................... 7
2.4 Teknik Budidaya Tanaman .................................................................... 8
2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 10
III. METODE DAN PELAKSANAAN ........................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang ............................................ 16
3.2 Metode Pelaksanaan Magang .............................................................. 16
3.3 Metode Pengamatan Hama Dan Penyakit ............................................ 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 17
4.1 Profil PT. Kusuma Agrowisata ........................................................... 17
4.2 Teknik Budidaya Tanaman Buah Naga ............................................... 20
4.3 Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga............................................ 23
V. PENUTUP.................................................................................................. 27
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 27
5.2 Saran .................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. (a) Akar tanaman buah naga, (b) Batang dan cabang tanaman buah naga ..........5
2. (a) Bintil Bunga, (b) Kuncup Bunga, (c) Bunga Sebelum Mekar, (d)Bunga
Mekar, (e) dan Bagian-Bagian Bunga .................................................................6
3. (a) Bentuk Buah Naga (b) dan Biji Buah Naga....................................................6
4. Hama Tungau; (a) Kusam yang diakibatkan oleh serangan Tungau
Tetranychidae, (b) Kusam pada sulur yang merupakan ciri morfologis pada
satu jenis tanaman buah naga merah, (c) Imago Tungau dalam preparat, dan (d)
Imago Tungau di jaringan tanaman ...................................................................11
5. Kutu Putih; Nimfa instar empat (pupa) jantan mealybug Paracoccus
marginatus. ........................................................................................................12
6.Kutu Batok pada Tanaman Kelapa (Salahud din et al, 2015). ............................13
7. Kutu Sisik Merah (Aonidiella aurantii) pada ranting tanaman jeruk ................13
8. Bekicot (Achatina fulica) ...................................................................................14
9. Pemasangan ban dan tali raffia pada buah naga.................................................22
10. (a) Pemangkasan Batang Tanaman Buah Naga; (b) Pencacahan Batang
Tanaman Buah Naga. ........................................................................................23
11. Buah Tanaman Buah Naga yang Terserang Semut..........................................24
12.Tanaman Buah Naga yang Terserang Hama Burung. .......................................25
13. Batang Tanaman Buah Naga yang Terserang Busuk Batang. .........................25
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Teks
1. Biodata Peserta Kegiatan Magang Kerja ...........................................................31
2. Denah Lokasi Kusuma Agrowisata, Batu ..........................................................32
3. Campuran Pestisida yang digunakan untuk penyemprotan ...............................33
4. Dokumetasi Kegiatan Aplikasi Pestisida ...........................................................34
v
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah naga (Hylocereus costaricensis) berasal dari Meksiko dan Amerika
Tengah (Crane dan Balerdi 2005) dan juga dari Amerika Selatan (Merten 2003).
Dahulu, tanaman ini merupakan kaktus liar di Meksiko. Setelah diketahui
memiliki manfaat untuk kesehatan, masyarakat sekitar membudidayakan tanaman
ini. Tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi di lingkungan baru.
Tanaman ini memiliki akar udara yang bersifat epifit. Menurut Jaya (2010),
penghasil buah naga terbesar di wilayah Asia yaitu Israel, Vietnam, Thailand, dan
Malaysia. Buah naga merupakan salah satu tanaman buah yang kini mulai banyak
dibudidayakan di Indonesia setelah diintroduksi pertama kali awal tahun 2000-an.
Tanaman ini masuk ke Indonesia pertama dalam bentuk stek batang yang berasal
dari Thailand. Untuk keperluan konsumsi, Indonesia masih mengimpor buah naga
sekitar 200-400 ton per tahun (Jaya, 2010).
Buah naga memiliki banyak keunggulan dan banyak manfaat. Keunggulan
buah naga antara lain dalam hal budidaya, buah naga tergolong mudah dan tidak
terlalu banyak perawatan dan iklim di Indonesia yang mendukung budidaya buah
naga. Menurut Cahyono (2009), buah naga memiliki banyak manfaat antara lain
dapat menurunkan kolesterol, penyeimbang gula darah, tinggi serat sebagai
pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan.
Selain itu buah naga merah memiliki kandungan vitamin C, vitamin B3 (niasin),
serat dan betasianin yang lebih tinggi dibandingkan buah naga putih
(Mahattanatawee et al. 2006; Tang & Norziah 2007; Choo & Yong 2011, Pareira
2010 ; Liniawati 2011). Sedangkan buah naga putih memiliki kandungan fenol
dan asam lemak tidak jenuh (MUFA dan PUFA) yang lebih tinggi dibandingkan
buah naga merah (Ariffin et al. 2009 ;Choo& Yong 2011).
Budidaya buah naga semakin berkembang seiring dengan permintaan pasar
yang terus meningkat. Upaya meningkatkan produksi melalui perluasan budidaya
tanaman buah naga dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang
semakin tinggi. Menurut Prasetyo (2011), luas area pertanaman buah naga di
Indonesia sekitar 400 ha. Menurut Jaya (2010), pertanaman buah naga terbesar
2
terdapat di pulau Jawa. Selain itu, pertanaman buah naga juga terdapat di Riau,
Lampung (Direktorat Jendral Hortikultura, 2011), dan Lombok (Jaya, 2010).
Organisme pengganggu tanaman (OPT) sering kali menjadi faktor penghambat
dalam budidaya tanaman. Secara umum, kerusakan oleh OPT berpengaruh terhadap
hasil
panen.
Penurunan
jumlah
produksi
dan
penurunan
mutu
produksi
mengakibatkan kerugian ekonomi. Pengendalian OPT seringkali membutuhkan biaya
yang cukup besar dan menjadi pertimbangan secara ekonomi. Menurut Merten
(2003), Pushpakumara et al. (2005), Jaya (2010), dan FAO (2012), tanaman buah
naga sejauh ini relatif tidak memiliki kendala hama dan penyakit yang merugikan.
Semakin meluasnya budidaya buah naga dapat memicu bertambah dan
berkembangnya masalah hama dan penyakit. Selain itu, kondisi lingkungan yang
tidak menyediakan hara dalam jumlah cukup akan menyebabkan gangguan
fisiologis. Beberapa jenis hama yang dijumpai menyerang tanaman buah naga
antara lain tungau, kutu putih, kutu batok, kutu sisik, dan bekicot. Pentingnya
identifikasi hama dan penyakit pada tanaman buah naga yaitu untuk menentukan
langkah pengelolaan hama dan penyakit tanaman buah naga (Octaviani, 2012).
Kusuma Agrowisata (KA) adalah perusahaan dalam bidang pertanian yang
dilengkapi dengan fasilitas hotel dan taman bermain. Salah satu komoditi yang
ada pada KA yaitu buah naga. Buah naga dipanen oleh pengunjung wisata dengan
memetik sendiri dan didampingi oleh seorang pemandu wisata. Tanaman buah
naga yang diproduksi oleh KA mampu menghasilkan produk yang berkualitas
dengan didukung sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Pentingnya
mengetahui budidaya dan inventarisasi hama dan penyakit tanaman buah naga
yaitu untuk dapat menentukan langkah dalam pengelolaan hama dan penyakit
tanaman buah naga serta untuk mengetahui kerusakan yang diakibatkan oleh
hama dan penyakit pada tanaman buah naga. Sehingga dilakukan studi mengenai
budidaya dan pengamatan hama dan penyakit pada tanaman buah naga
(Hylocereus costaricensis) di PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu.
3
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari teknik budidaya tanaman buah naga.
2. Mengikuti kegiatan budidaya dan mengamati di PT. Kusuma Agrowisata
bagian budidaya secara langsung.
3. Menginventarisasi serta mengidentifikasi hama dan penyakit yang terdapat
pada tanaman buah naga yang dibudidayakan di PT. Kusuma Agrowisata.
1.3 Manfaat
Mahasiswa diharapkan untuk mendapatkan manfaat dan pengalaman di
tempat magang kerja mencapai kompetensi, yaitu:
1. Mampu menerapkan IPTEK di bidang pertanian berdasarkan prinsip
pertanian berkelanjutan
2. Mampu mengembangkan usaha inovatif bidang produksi tanaman dalam
pertanian berkelanjutan
3. Mampu merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi system
pertanian yang efektif dan produktif
4. Mampu belajar dan menganalitik untuk mengidentifikasi serta mencari solusi
berbasis ilmiah dalam sistem pertanian berlanjut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman
Buah naga (Hylocereus costaricensis) termasuk dalam tanaman tahunan
divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo
Cactales, famili Cactaceae, subfamily Hylocereanea, genus Hylocereus, spesies
Hylocereus undatus dan Hylocereus costaricensis (Kristanto, 2003).
2.2 Morfologi Tanaman
Secara morfologis, tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena
tidak memiliki daun. Bagian-bagian dari tanaman buah naga dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Akar
Perakaran buah naga bersifat epifit yang menempel dan merambat pada
tanaman lain. Di habitat aslinya perakaran ini menempel pada inang berupa
tanaman keras diwilayah gurun. Buah naga tergolong tanaman berakar
serabut. Akar tersebut tahan terhadap kekeringan, tetapi tidak tahan terhadap
genangan air terlalu lama. Walaupun akar tercabut dari tanah, tanaman masih
bisa hidup dengan menyerap makanan dan air menggunakan akar udara yang
tumbuh di batang. Akar ini tumbuh disepanjang batang yang berfungsi untuk
menempel pada tanaman inang. Sementara itu, akar utama terdapat di pangkal
batang (Gambar 1). Saat menjelang produksi akar ini hanya mencapai
kedalaman 50-60 cm (Mutia, 2008).
2. Batang dan Cabang
Batang buah naga berwarna hijau, batang terebut berbentuk siku atau
segitiga dan mengandung air sebagai cadangan makanan dalam bentuk lendir.
Bila sudah dewasa, batang buah naga akan berlapiskan lilin. Dari batang buah
naga tumbuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabang
berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi. Cabang juga mengandung
kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Di batang dan cabang
tanaman ini tumbuh duri-duri yang keras dan pendek. Duri-duri ini terletak
disiku- siku dan cabang. Di setiap titik tumbuh terdapat 4-5 buah duri (Aini,
2008). Batang tanaman buah naga dapat diidentifikasikan berdasarkan
5
jenisnya. Pada batang tanaman buah naga Hylocereus polyrhizus dan
Hylocereus costaricencis, batangnya memiliki warna hijau tua dan lebih tebal
dibandingkan dengan batang pada tanaman Hylocereus undatus yang
memiliki batang hijau cerah. Menurut Setyowati (2008), pada batang tersebut
akan tumbuh cabang-cabang yang pada sisinya terdapat duri dan bunga bakal
buah (Gambar 1).
Gambar 1. (a) Akar tanaman buah naga, (b) Batang dan cabang tanaman buah naga
(Fauziah, 2015).
3. Bunga
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm
yang melingkupi benang sari berwarna kuning di dalamnya. Bunga mulai
mekar pada sore hari. Mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem mekar
sekitar pukul sembilan malam, lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih
bersih. Dibagian ini terdapat sejumlah benang sari yang berwarna kuning.
Bunga buah naga akhirnya terbuka penuh pada tengah malam, sehingga
dikenal sebagai Night Blooming Cereus. Menurut Aini (2008), saat mekar
penuh, bunga buah naga menyebar bau yang harum dan aroma ini memikat
kelelawar agar membantu menyerbuki bunga buah naga (Gambar 2).
6
Gambar 2.(a) Bintil Bunga, (b) Kuncup Bunga, (c) Bunga Sebelum Mekar,(d)Bunga
Mekar, (e) dan Bagian-Bagian Bunga (Fauziah 2015).
4. Buah dan Biji
Buah berbentuk bulat agak lonjong, seukuran atau sedikit lebih besar
daripada buah alpukat. Buah biasanya tumbuh didekat ujung cabang atau
batang. Jumlahnya bisa lebih dari satu dengan letak tumbuh yang terkadang
berdekatandan berhimpitan. Ketebalan kulit buah 2-3 cm. Pada permukaan
buah terdapat sirip atau sisik berukuran 1-2 cm. Kulit buahnya berwarna
merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap
untuk untuk buah naga hitam, dan berwarna kuning untuk buah naga kuning
(Mutia, 2008). Biji berbentuk bulat, berukuran kecil dan tipis, tetapi sangat
keras. Biji dapat digunakan untuk pebanyakan tanaman secara generatif.
Namun, cara ini jarang dilakukan karena memerlukan waktu yang lama
hingga tanaman berproduksi. Umumnya, biji digunakan oleh para peneliti
untuk menghasilkan varietas baru.Setiap buah mengandung lebih dari 1.000
biji (Setyowati, 2008) (Gambar 3).
Gambar 3.(a) Bentuk Buah Naga (b) dan Biji Buah Naga (Fauziah, 2015).
7
2.3 Jenis Buah Naga
1. Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undatus)
Buah naga berdaging putih memiliki ciri berupa kulit buah berwarna
merah mengkilap dengan daging buah putih. Warna batang tanaman
bervariasi dari hijau keputihan hingga hijau tua, dengan permukaan batang
lebih kasar daripada jenis lain. Ukuran buahnya tergolong paling besar
diantara jenis buah naga lainnya. Namun, ukuran tersebut tidak diimbangi
dengan cita rasanya. Buah naga ini memiliki rasa yang kurang manis dan
aroma yang kurang sedap (Mutia, 2008).
2. Buah Naga Daging Merah (Hylocereus polyrhizus)
Sosok tanaman ini lebih kekar. Ciri fisik paling menonjol adalah jarak
antar duri lebih rapat dibagian batang dan cabang. Selain itu, kelopak
bunganya bersemburat warna merah dibagian pinggir, cukup kontras dengan
bagian lain yang berwarna hijau muda. Jika buah naga berdaging merah justru
memiliki kulit buah berwarna merah. Jenis ini paling banyak diminati dan
ditanam secara besar- besaran di Indonesia. Selain karena rasanya lebih manis
dan lebih berair, dari segi pembudidayaannya juga tidak terlalu sulit jika
dibandingkan dengan jenis lainnya (Aini, 2008).
3. Buah Naga Daging Super Merah (Hylocereus costaricensis)
Sepintas, buah naga jenis ini mirip dengan buah naga berdaging merah.
Namun, warna daging buahnya lebih merah sehingga sering disebut buah
naga super merah atau super red. Ukuran buah naga ini relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan buah merah. Batangnya lebih besar daripada jenis buah
naga lainnya, dan akan berwarna loreng ketika tua (Dian et al,.2012)
4. Buah Naga Kuning (Selenicereus megalanthus)
Secara umum, penampilan tanaman buah naga kuning hampir sama
dengan jenis lainnya, tetapi sosoknya lebih ramping dan pendek. Ukuran
buahnya juga lebih kecil dari buah naga lain. Buah naga kuning terdiri atas
dua jenis, yaitu buah naga kuning biasa dan buah naga kuning berduri. Jenis
yang terakhir
ini
buahnya
memiliki
duri-duri
kecil
panjang
dan
menggerombol dibeberapa titik. Keberadaan duri-duri ini membuat performa
8
buah kurang menarik. Tingkat kemanisan buah naga kuning lebih tinggi dari
pada buah naga putih atau merah, yakni mencapai 18–20 briks. Daging
buahnya lebih berair (juicy), sehingga terasa lebih segar. Jika buah naga jenis
lain tidak bisa beradaptasi didataran tinggi, buah naga kuning justru bisa
berproduksi optimal didataran tinggi, dengan bobot buah mencapai 200–250
gram. Sebaliknya jika ditanam didataran rendah, bobot buah hanya berkisar
125–150 gram (Setyowati, 2008).
2.4 Teknik Budidaya Tanaman
Teknik budidaya dibagi menjadi dua, yaitu :
2.4.1
Budidaya Buah Naga di Kebun
Pembudidayaan buah naga untuk tujuan bisnis dilakukan di kebun. Namun,
sebelum kegiatan pembudidayaan ini dilakukan, perlu persiapan yang matang agar
diperoleh hasil yang maksimal. Menurut Sinarta Hardjadinata (2010), langkahlangkah pembudidayaan buah naga tersebut sebagai berikut:
a. Pengolahan Tanah
Agar tanaman buah naga dapat tumbuh dengan baik, tanah harus
diolah terlebih dahulu. Tanaman buah naga akan tumbuh dengan baik di
tanah yang gembur. Hal ini disebabkan perakaran tanaman ini tumbuh
merayap di permukaan tanah. Bila tanahnya terlalu keras atau liat, akar tidak
dapat berpegangan erat pada tanah.
Pengolahan tanah untuk buah naga tidak terlalu sulit. Namun, sebelum
digemburkan terlebih dahulu tanahnya dibersihkan dari gulma dan
rerumputan. Hal ini sangat dianjurkan untuk menghindari serangan hama dan
penyakit. Setelah bersih, tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam
satu cangkulan, kemudian dibolak-balik. Tanah yang sudah digemburkan
selanjutnya dibuat lubang-lubang tanam.
b. Sistem Pengairan
Sistem pengairan pada lahan disesuaikan dengan kondisi lahan, sistem
cara tanamnya, dan pengadaan sumber air yang ada di sekitar lahan. Bisa
menggunakan
cara
pengairan
tradisional
yaitu
sistem
leb
dengan
menggunakan parit sedalam 20 cm yang dibuat di sekitar barisan tanaman
9
atau juga dapat menggunakan sistem pengairan pipa yang dibuat sedemikian
rupa mengalirkan air pada seluruh tanaman.
c. Penanaman
Setelah tanah diolah dan digemburkan, batak stek atau bibit buah naga
yang sudah dipastikan dapat segera ditanam. Ada dua sistem penanaman buah
naga, yaitu sistem tunggal dan sistem kelompok.
Penanaman buah naga sistem tunggal dilakukan dengan menggunakan
satu tiang panjatan. Pada tiang panjatan tersebut ditanam tiga atau empat bibit
buah naga. Pembuatan lubang tanah disesuaikan dengan ukuran panjang bibit.
Bibit yang ditanam harus merapat pada tiang panjatan sedalam 5-7 cm.
Setelah ditanam, bibit diikat kuat pada tiang panjatan menggunakan tali raffia
atau mengguanakan kawat supaya bibit tidak roboh.
Penanaman
buah
naga
sistem
kelompok
dilakukan
dengan
menggunakan dua atau lebih tiang panjatan. Tiang panjatan ini dibuat mirip
dengan tiang untuk menjemur pakaian dengan panjang 4 m yang dapat
menampung 20-26 tanaman buah naga. Jarak tanam antarbaris 30 cm dan
antar tanaman dalam baris juga 30 cm. Bibit dirapatkan dan diikat pada tiang
panjatan seperti penanaman buah naga sistem tunggal.
2.4.2
Budidaya Buah Naga di Pot
Buah naga yang ditanam di pot dapat digunakan sebagai tanaman hias untuk
memperindah halaman rumah sekaligus dapat dinikmati buahnya. Menurut Tim
Karya Tani Mandiri (2010), langkah-langkah pembudidayaan buah naga di pot
adalah sebagai berikut :
a. Penyediaan Pot
Pot yang digunakan dapat terbuat dari bahan semen, plastik, tanah liat
atau drum bekas yang dipotong. Namun, pot dari bahan tanah liat adalah yang
paling ideal karena tanaman buah naga membutuhkan perubahan suhu yang
drastis dari siang ke malam dalam proses pembungaan. Ukuran pot yang
digunakan semakin besar semakin baik, minimal berdiameter sekitar 40 cm.
10
b. Penyediaan Tiang Panjatan
Tiang panjatan yang digunakan terbuat dari besi beton berdiameter 8-10
cm atau balok kayu yang kuat dan tahan lama karena usia buah naga yang
bisa mencapai puluhan tahun. Tinggi tiang antara 150-200 cm disesuaikan
dengan besar pot. Pada bagian bawah tiang diberi kaki-kaki penguat agar
nantinya bisa kuat dan tidak mudah goyah. Untuk tiang dari besi beton,
bagian yang terpendam dalam tanah bisa diberi aspal untuk menghindari
karat. Untuk bagian atas tiang diberi piringan yang berbentuk seperti setir
mobil yang berfungsi untuk menyangga cabang-cabang produksi yang
banyak.
c. Penyediaan Media Tanam
Bahan-bahan media tanam yang digunakan adalah pasir, tanah, pupuk
kandang, dan kompos dengan perbandingan 2:1:3:1. Dapat juga ditambahkan
bubuk batu bata merah secukupnya dan dolomit sebanyak 100 g dicampur
rata dengan bahan-bahan tersebut. Kemudian media tanam disiram dengan air
hingga kondisi jenuh dan dibiarkan selama sehari semalam.
d. Penanaman Bibit
Bibit yang dipilih adalah bibit yang besar dari batang tua yang berwarna
hijau tua keabuan dan bebas dari penyakit. Ukuran bibit minimal 30 cm. Bibit
ditanam di sekitar tiang panjatan dengan kedalaman 10 cm. Setelah ditanam,
media tanam ditekan-tekan agar bibit tidak mudah roboh. Selanjutnya media
tanam disiram dengan air dan diletakkan di tempat terbuka yang tidak
ternaungi sehingga terkena sinar matahari yang full.
2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit
Tumbuhan buah naga termasuk tumbuhan yang memiliki sedikit musuh atau
hama penggangu. Beberapa jenis hama yang dijumpai menyerang tanaman buah
naga antara lain tungau, kutu putih, kutu batok, kutu sisik, dan bekicot.
11
a. Tungau
Gambar 4. Hama Tungau; (a) Kusam yang diakibatkan oleh serangan Tungau
Tetranychidae, (b) Kusam pada sulur yang merupakan ciri morfologis pada
satu jenis tanaman buah naga merah, (c) Imago Tungau dalam preparat, dan
(d) Imago Tungau di jaringan tanaman (Octaviani, 2012).
Tungau (Tetranychus sp.) menyerang kulit cabang sehingga jaringan
klorofil pada permukaan kulit cabang berubah warna menjadi cokelat.
Pengendaliannya dengan cara menyemprotkan Omite berkonsentrasi 1-2 g/liter
air. Penyemprotan Omite dilakukan tujuh hari sekali sebanyak 2-3 kali
penyemprotan. Penyemprotan dilakukan pada bagian cabang atau batang.
Tungau merah (Tetranychus urticae) muncul pada musim kemarau, pada
periode musim panas dan kering yang panjang mampu memintal benang-benang
jaring (web) (Knapp etal. 2003). Menurut Wright et al. (2006), cuaca kering dan
panas mendukung reproduksi dan kelangsungan hidup tungau merah, karena pda
kondisi demikian pengendalian secara biologis oleh cendawan entomopatogen
hamper tidak ada. Budianto dan Praktinyo (2009), menyatakan bahwa populasi
tungau laba-laba (T.urticae) lebih tahan terhadap perubahan iklim termasuk
pemanasan global dibandingkan tungau predatornya. Zundel et al. (2009)
mengemukakan bahwa kondisi lingkungan seperti kelembaban udara yang rendah
dan suhu yang tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan populasi tungau
hama dan menurunkan biodiversitas tungau predator.
12
b. Kutu Putih
Gambar 5.Kutu Putih; Nimfa instar empat (pupa) jantan mealybug Paracoccus
marginatus (Walker et al., 2003).
Kutu putih (mealybug) ditemukan pada tanaman buah naga. Kutu putih
famili Pseudococcidae. Menurut Miller dan Miller (2002), hama ini memiliki
lebih dari 25 suku tanaman yang bernilai ekonomi sebagai inangnya, di antaranya
tanaman papaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, alpukat, melon, dan kembang
sepatu. Selain itu, hama ini juga meneyerang tanaman jambu, jagung, dan akasia.
Terdapat tiga spesies kutu putih yang ditemukan dan berhasil diidentifikasi pada
penelitian, yaitu Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, dan Planococcus
sp. (Octavia, 2012). Kutu putih menyerang tanaman buah naga sehingga
permukaan kulit cabang berselaput kehitaman atau tampak kotor. Mengendalikan
hama ini cukup dengan menyemprotkan Kanon berkonsentrasi 1-2 cc/liter air.
Penyemprotannya dilakukan seminggu sekali pada bagian dalam tanaman,
terutama di sela-sela tanaman yang ternaungi cabang lainnya (Kristanto, 2003).
Kutu putih banyak ditemukan pada buah bagian sisik maupun permukaan
kulit buah. Beberapa juga ditemukan di sulur pada sisi yang tidak langsung
terkena cahaya matahari. Keberadaan kutu putih mengundang kehadiran semut
hitam maupun semut rangrang merah. Sebagian kutu putih menghasilkan embun
madu dan memiliki hubungan simbiosis dengan semut serta embun jelaga
(Faridah 2011). Semut memanfaatkan embun madu untuk makanannya, sehingga
semut melindungi kutu putih dari serangan predator serta membantu dalam
penyebaran kutu putih.
13
Ciri serangga famili ini adalah terdapat lapisan lilin berwarna putih pada
tubuhnya. Ukuran tubuh kutu putih sekitar 3-4 mm. Tubuh betina berbentuk bulat
telur-memanjang dan beruas serta memliki tungkai yang berkembang. Beberapa
jenis bertelur dan ada juga yang melahirkan nimfa.
c. Kutu Batok
Gambar 6.Kutu Batok pada Tanaman Kelapa (Salahud din et al, 2015).
Kutu batok (Aspidiotus sp.) menyebabkan cabang tanaman buah naga
berubah warna dari hijau menjadi kuning akibat cairan tanaman diisap.
Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida sistemik (Kanon) tujuh hari
sekali. Dengan melihat keadaan tanaman yang terserang, penyemprotan Kanon
umumnya dilakukan dua kali pada seluruh permukaan cabang secara merata
(Kristanto, 2003).
d. Kutu Sisik
Gambar 7.Kutu Sisik Merah (Aonidiella aurantii) pada ranting tanaman jeruk (Effendi,
2009).
Keberadaan kutu sisik (Pseudococcus sp.) pada tanaman dapat diperhatikan
melalui percabangan tanaman yang tidak terkena sinar matahari langsung. Pada
bagian tanaman tersebut sering dijumpai hama ini. Selain itu, di tempat ini pula
14
sering terdapat semut dan permukaan cabang menjadi kusam. Bila tanaman
menampakkan gejala-gejala tersebut tindakan pengendalian harus segera
dilakukan. Bagian tanaman yang terserang hama disemprot dengan Kanon 1-2
cc/liter air tujuh hari sekali. Penyemprotan Kanon dilakukan dua kali secara
merata pada bagian dalam dan di sela-sela sulur tanaman (Kristanto, 2003).
Blank et al. (2000) melaporkan bahwa kemampuan bertahan hidup kutu
sisik dipengaruhi juga oleh suhu tempat kutu sisik tinggal, pada suhu dibawah 12
0C kemampuan bertahan hidup 0%, dan pada suhu 24 kemampuan bertahan hidup
mencapai 45%. Kutu sisik Lepidosaphes beckii menghisap cairan yang ada di
daun. Menurut Untung (2006) pengurangan cairan akibat hisapan L. beckii
tersebut menyebabkan ketidakseimbangan air pada daun dan dapat pula
mengakibatkan mulut daun atau stomata menutup dan berubah bentuk. Akibatnya
daun-daun muda terkadang menjadi kuning, coklat, ataupun merah dan hampir
selalu tak terbentuk, pertumbuhan daun terhambat dan pada daun yang rusak berat
menjadi tebal dan coklat.
e. Bekicot
Gambar 8.Bekicot (Achatina fulica) (Taxonomic Information System, 2004).
Keberadaan hama bekicot di kebun buah naga akan sangat merugikan. Ini
disebabkan tunas tanaman menjadi rusak tidak teratur karena digerogoti. Bahkan
terkadang tunas tersebut membusuk. Mengendalikan serangan hama ini dapat
dengan cara sanitasi kebun (Kristanto, 2003).
Tanda kehadiran hama ini juga dapat terlihat dari kotoran bekicot. Kotoran
berwarna hitam dan ditemukan pada sulur, tiang penyangga, ataupun di
permukaan tanah.Selain itu, tanda kehadiran bekicot juga dapat dilihat dari
15
keberadaan bekas cangkang. Cangkang berasal dari zat kapur. Panjang cangkang
keong ini berkisar antara 100-130 mm, lebar 45-60 mm, panjang mulut cangkang
50-55 mm. Bekicot ini bersifat hermaprodit dan dapat berkembang biak dengan
sangat cepat (Prihandini dan Alfiah 2006).
Penyakit yang menyerang buah naga antara lain penyakit busuk batang.
Penyakit busuk batang dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk kandang atau
kompos yang belum jadi. Penyebab lainnya adalah karena serangan bakteri
Xanthomonas campestris, jamur, dan virus. Apabila busuk batang disebabkan oleh
penggunaan pupuk kompos atau pupuk kandang yang belum jadi, tanaman masih
dapat dipertahankan asal pemupukan berikutnya diperhatikan dan menggunakan
pupuk yang sudah jadi (matang) (Winarsih, 2007).
III.
METODE DAN PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang kerja dilakukan dalam waktu sekitar 2 bulan, yang
dilaksanakan mulai tanggal 06 Maret sampai dengan 12 Mei 2018 dengan enam
hari kerja per minggu 8 jam per hari mulai pukul 06.00 hingga 14.00 WIB.
Kegiatan magang kerja berlokasi di PT. Kusuma Agrowisata jalan Abdul Gani
Atas, Po. Box 36 Kota Batu, Jawa Timur.
3.2 Metode Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang kerja dilaksanakan dengan beberapa metode yaitu :
1. Mengikuti semua aktivitas kegiatan dalam budidaya dan pengendalian hama
dan penyakit pada tanaman buah naga.
2. Melakukan diskusi dengan petani dan pembimbing lapang terkait teknik
budidaya dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman buah naga.
3. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data hama dan penyakit pada
tanaman buah naga serta teknik pengendalian yang terdapat pada tanaman buah
naga secara langsung di lapang.
3.3 Metode Pengamatan Hama Dan Penyakit
Pengamatan serangan hama dilakukan pada tanaman buah naga yang
terserang oleh hama. Pengambilan contoh serangan hama, yaitu mengambil
langsung serangga hama yang menyerang, kemudian diletakkan dalam kantong
plastik untuk dilaksanakan identifikasi. Identifikasi dilakukan sesuai dengan
telaah pustaka dengan sumber kajian yang mendukung
Pengamatan penyakit dilakukan pada tanaman buah naga yang terserang
oleh patogen. Pengamatan dilakukan dengan melihat gejala yang terlihat pada
tanaman yang terserang. Kemudian melakukan pengambilan contoh tanaman yang
terserang kemudian diletakkan dalam kantong plastik untuk dilakukan identifikasi.
Identifikasi dilakukan sesuai dengan telaah pustaka dengan sumber kajian yang
mendukung.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Profil PT. Kusuma Agrowisata
4.1.1 Sejarah Kusuma Agrowisata
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) merupakan
perusahaan yang didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada tahun 1989 dengan luas 4 ha.
Pada awalnya beliau hanya menanam tanaman apel yang kemudian hasil
panennya dijual ke pedagang di Surabaya. Namun penjualan apel tersebut
mengalami kerugian dikarenakan harga penjualan apel yang lebih rendah daripada
di Batu. Sehingga Bapak Edy berinisiatif menjual apel dengan konsep memetik
sendiri di kebun.
Pada tahun 1990 Kusuma Agrowisata diperluas kembali 10 ha untuk
menanam apel dan 2 ha untuk menanam jeruk. Lalu pada tanggal 29 Mei 1990,
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diresmikan dengan nama PT. Kusuma
Agrowisata. Tahun 1992 dan 1993 PT. Kusuma Agrowisata mulai membangun
cottage sebanyak 66 kamar dan menambah fasilitas lainnya seperti kolam renang,
restoran, dan ruang pertemuan. Lalu pada tahun 1995 PT. Kusuma Agrowisata
membangun hotel dengan tiga lantai sehingga total kamar menjadi 152
kamar.Tahun 1996 bidang agrowisata Pemilihan kota Surabaya sebagai, namun
pada tahun 1990 Kusuma Agrowisata diperluas kembali sebanyak 4 ha untuk
ditanami apel dan jeruk. Sehingga total luas kebun pada Kusuma Agrowisata yaitu
8 ha. Sehingga pada tanggal 29 Mei 1990 PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) telah diresmikan.
4.1.2
Profil Perusahan Kusuma Agrowisata
PT. Kusuma Agrowisata didirikan oleh Ir. Edy Antoro sejak tahun 1989.
Terletak di Jalan Abdul Ghani Atas, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu. Luas areal
keseluruhan Kusuma Agrowisata kurang lebih 100 ha pada tahun 2017.Memiliki
4 divisi yang dikepalai oleh seorang manajer, yaitu Divisi Agrowisata, Divisi
Hotel, Divisi Estate, dan Divisi Agroindustri. Divisi Agrowisata memiliki 8
departemen, yaitu :
18
1. Departemen Accounting adalah departemen control untuk mengendalikan
biaya dan monitoring pelaksanaan operasional terhadap anggaran yang sudah
dibuat.
2. Departemen Personalia adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap
administrasi kepegawaian, kebersihan area, teknik dan keamanan.
3. Departemen Marketing adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap
pemasaran semua produk yang dihasilkan oleh departemen produksi.
4. Departemen
Budidaya
Tanaman
Tahunan
adalah
departemen
yang
bertanggung jawab terhadap perawatan tanaman tahunan agar menghasilkan
produk yang baik.
5. Departemen Budidaya
Tanaman Semusim adalah departemen yang
bertanggung jawab terhadap perawatan tanaman semusim agar menghasilkan
produk yang baik.
6. Departemen Food And Beverage adalah departemen yang bertanggung jawab
terhadap operasional restoran dan mini Shop.
7. Departemen Adventure Dan Water Park adalah departemen yang bertanggung
jawab terhadap operasional outbond dan kolam water park.
8. Departemen Produk Pangan Dan Pertanian adalah departemen yang
bertanggung jawab terhadap hasil produksi yogurt, kompos, agens hayati dan
diklat.
4.1.3
Visi Dan Misi PT. Kusuma Agrowisata
1. Visi: Membangun Kusuma Agrowisata group menjadi perusahaan terpercaya,
terkemuka, yang tangguh dan mampu bersaing di pasar global.
2. Misi:
a. Menghasilkan produk dan jasa yang dapat diterima serta dapat
memberikan kepuasan konsumen.
b. Mendapatkan keuntungan untuk kelangsungan dan pengembangan
usaha serta kesejahteraan karyawan.
4.1.4
Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Struktur Organisasi di Kusuma bersifat fleksibel yang memiliki pola gerak
dinamis karena disesuaikan dengan kondisi lapangan dan melihat efektifitas dan
efisiensi kebutuhan akan wewenang dan tanggung jawab demi kelancaran
19
operasional. Kusuma memiliki 4 perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas
(PT) yaitu PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, PT. Kusumantara Graha Jaya
Tresna, PT. Manna Satria Dinasasri Wisatajaya, dan PT. Kusuma Agrobio Tani
Perkasa. PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya membawahi dua divisi yaitu
divisi hotel dan divisi agrowisata. Divisi hotel adalah divisi yang mengelola
bidang wisata petik yang dibagi menjadi beberapa departemen yaitu departemen
food beverage, departemen adventure, departemen accounting, departemen
keuangan, departemen personalia, departemen marketing, dan departemen
budidaya tanaman. Departemen adventure berfungsi sebagai pengelola wisata
outbound. Departemen food beverage berfungsi sebagai pengelola restoran yang
terdiri dari apple house dan strawberry house. Departemen accounting dan
departemen keuangan berfungsi sebagai pengelola keuangan perusahaan.
Departemen personalia berfungsi sebagai pengelola sumber daya manusia
perusahaan. Departemen budidaya tanaman berfungsi sebagai pengelola wisata
petik buah di kebun mulai dari persiapan lahan, budidaya, sampai pasca panen.
Wisata yang ada pada departemen budidaya tanaman yaitu wisata petik buah apel,
jeruk, jambu merah, buah naga, stroberi, dan sayur hidroponik.
PT. Kusumantara Graha Jaya Tresna membawahi divisi estate. Divisi ini
mengelola Kusuma Estate yang merupakan produk hunian milik Kusuma yang
terletak di sekitar kawasan wisata Kusuma Agrowisata. Pada tahun 2000, PT.
Manna Satria Dinasasri Wisatajaya membawahi divisi industri yang mengelola
Kusuma Agroindustri.Kusuma Agroindustri dibangun sebagai home industry
dengan bahan utama buah apel. Produk yang dihasilkan yaitu minuman sari apel,
jenang apel, wingko apel, selai apel dan brem apel yang dipasarkan di daerah
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, dan Bali. PT. Kusuma Agrobio Tani Perkasa
membawahi divisi Klinik Agribisnis dan Agrowisata (KAA). KAA adalah divisi
yang membantu menganalisis dan mengkaji masalah yang berkaitan dengan
segala aspek pengembangan agribisnis dan agrowisata serta mencari solusinya.
KAA menawarkan produk-produk agribisnis yang ramah lingkungan untuk
pengendalian organisme pengganggu tanaman dan peningkatan produktifitas
tanaman
dengan
memperhatikan
faktor
keseimbangan
ekosistem
yang
20
berkelanjutan. Selain itu KAA juga menyediakan jasa pelatihan, konsultasi
agribisnis, dan penyediaan teknologi tepat guna serta sarana produksi agribisnis.
Kegiatan magang dilakukan pada bagian Departemen Budidaya Tanaman.
Departemen budidaya tanaman dipimpin oleh seorang kepala atau manajer yang
membawahi supervisor (pengawas utama), wakil manajer, dan staf administrasi.
Manajer bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan di departemen
budidaya tanaman. Pengawas utama bertugas untuk memonitoring dan
memberikan intruksi kerja kepada mandor (pengawas kebun) pada setiap
komoditi, pengawas pengendalian hama dan penyakit tanaman (PHPT), dan
petugas lapang pasca panen. Setiap komoditi dikelola oleh satu orang pengawas
kebun. Sedangkan wakil manajer bertugas untuk memonitoring dan memberikan
intruksi kerja kepada pengawas hidroponik nutrient film technique dan hidroponik
substrat. Pengawas kebun bertugas memonitoring kinerja karyawan kebun dan
memberikan instruksi kerja kepada karyawan kebun.
4.1.5
Kondisi Wilayah
PT. Kusuma Agrowisata terletak di Jalan Abdul Ghani Atas, Kelurahan
Ngaglik, Kota Batu Kusuma Agrowisata berjarak 19 km dari Kota Malang.
Memiliki ketinggian tempat 680 – 1700 mdpl, tingkat kemiringan 25 – 40 %, suhu
minimum 17,5 – 21,40C dan suhu maksimum 24 – 30,30C serta kelembabannya
70 – 86 %. Jenis tananh yang dimiliki Kusuma Agrowisata adalah tanah andisol
(BPS, 2015).
Secara keseluruhan total wilayah Kusuma Agrowisata adalah kurang lebih
100 ha. Luas kebun wisata adalah 37 ha. Luas kebun terdiri atas areal kebun apel
dan jeruk seluas 14 ha, areal kopi seluas 13 ha, areal kebun bunga dan sayur
seluas 4 ha, areal green house 4 ha dan luas kebun buah naga seluas 2 ha.
4.2 Teknik Budidaya Tanaman Buah Naga
4.2.1
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk buah naga tidak terlalu sulit. Sebelum digemburkan
tanah terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan rerumputan. Setelah bersih,
tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam satu cangkulan, kemudian
dibolak-balik. Selanjutnya tanah yang sudah digemburkan dibuat lubang tanam.
21
Lubang tanam dibuat dengan ukuran kedalaman 60 cm dan lebar 60x60 cm.
Pembuatan lubang tanaman dilakukan dengan cara tanah dicangkul dengan ukuran
30 cm pada bagian atas tanah dan 30 cm pada bagian bawah tanah. Sebelum tanah
yang dicangkul tersebut dikembalikan seperti semula, tanah dicampur dengan 5 kg
pupuk kompos. Setelah itu tanah dikembalikan seperti semula. Tanah bagian
bawah diletakkan pada lubang bagian bawah dan tanah bagian atas diletakkan
pada lubang bagian atas. Tujuan dari pengolahan tanah yaitu untuk memberikan
kondisi lingkungan yang sesuai dengan perkembangan tanaman dan pembentukan
hasil.
4.2.2 Pengairan
Pengairan atau penyiraman merupakan salah satu kegiatan yang sangat
penting dalam teknik budidaya tanaman buah naga. Tujuan dari pengairan sendiri
yaitu untuk memenuhi kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman dalam proses
metabolisme sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi
optimum. Di PT. Kusuma Agrowisata sistem penyiraman menggunakan
sprinkledengan waktu selama 12 jam selama 15 hari sekali. Pada blok C dan D
tinggi sprinkle 2,5 m. Jarak antar sprinkle pada satu lahan adalah 8 m. satu keran
pembuka dapat menghidupkan 7-10 sprinkle. Jarak lontaran air dari sprinkle yaitu
4 m. Jarak lontaran sprinkle dipengaruhi oleh tekanan air dan tinggi sprinkle.
Sedangkan pada lahan blok A dan B penyiraman masih menggunakan selang
karena luasan pada blok tersebut tidak seluas blok C dan D.
4.2.3
Penanaman
Penanaman buah naga memiliki dua sistem yaitu sistem tunggal dan sistem
kelompok.
Pada
PT.
Kusuma
Agrowisata
penanaman
yang
dilakukan
menggunakan sistem tunggal. Penanaman sistem tunggal menggunakan satu tiang
panjatan. Pada tiang panjatan ditanam tiga atau empat bibit buah naga. Pembuatan
lubang tanah disesuaikan dengan ukuran panjang bibit. Bibit yang ditanam
sedalam 5-7 cm dan harus merapat pada tiang panjatan. Jarak tanam pertanaman
buah naga yang digunakan yaitu 6,25 cm. Setelah ditanam, bibit diikat kuat pada
tiang panjatan menggunakan tali raffia atau menggunakan kawat supaya bibit
tidak roboh.
22
Gambar 9. Pemasangan ban dan tali raffia pada buah naga.
4.2.4
Pemangkasan
Pemangkasan atau pewiwilan merupakan serangkaian kegiatan membuang
batang/cabang, untuk membentuk percabangan dan membentuk cabang produktif
yang bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan sehingga
produktivitasnya tinggi. Dalam sulur buah naga hanya disisakan 2–3 mata tunas
atau cabang sulur. Apabila mata tunas atau cabang sulur memiliki lebih dari 3
maka harus dipangkas. Hal ini dikarenakan apabila sulur atau cabang dibiarkan
tumbuh maka tanaman buah naga akan terus memanjang dan susah untuk
berbunga dan berbuah. Selain untuk memperoleh produktivitas yang tinggi,
pemangkasan ini bertujuan untuk penataan di lahan itu sendiri.
Pada PT. Kusuma Agrowisata sendiri kegiatan pemangkasan tidak terjadwal
dengan rutin. Pemangkasan dilakukan apabila panjang sulur sudah mencapai 100
cm. Batang hasil dari pemangkasan akan dicacah menggunakan chopper dan hasil
cacahan tersebut selanjutnya digunakan sebagai mulsa dengan cara di timbun di
antara tanaman buah naga guna untuk mengurangi penguapan. Selain berguna
sebagai mulsa alami, cacahan ini berguna sebagai bahan kompos. Kompos
tersebut dapat menambah unsur hara pada tanaman buah naga.
23
a
b
Gambar 10.(a) Pemangkasan Batang Tanaman Buah Naga; (b) Pencacahan Batang
Tanaman Buah Naga.
4.2.5
Pemanenan
Buah naga merupakan buah non klimaterik yaitu buah yang bila dipanen
mentah tidak akan menjadi matang sehingga pemanenan harus dilakukan pada
tingkat kematangan yang optimum dan peka mengalami chilling injury. Buah ini
sudah dapat dipanen 32 hari setelah berbunga (Puspita, 2011). Pemanenan pada
tanaman buah naga dilakukan pada buah naga yang memiliki ciri-ciri warna kulit
merah mengkilap dan jumbai atau sisik berubah warna dari hijau menjadi
kemerahan. Pada PT. Kusuma Agrowisata pemanenan dilakukan apabila buah
naga sudah terlihat merah mengkilap. Menurut data inventarisasi tanaman buah
naga pada PT. Kusuma Agrowisata tahun 2017, jumlah total buah naga yang
dihasilkan yaitu 1.061 buah.
4.3 Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga
Terdapat beberapa hama dan penyakit yang ditemukan di Kusuma
Agrowisata selama pengamatan, yaitu: semut rang-rang, burung, dan penyakit
busuk batang.
4.3.1
Semut
Semut berperan sebagai predator dan beberapa jenis menjadi hama di alam.
Selain sebagai hama, menurut Bellec, Vailant dan Imbert (2006), semut tergolong
hama pada tanaman buah naga karena menyebabkan kerusakan pada masa
pembungaan dan pembuahan. Beberapa spesies semut ditemukan pada tanaman
24
buah naga, yaitu semut rangrang merah dan semut hitam. Semut yang dinilai
sebagai hama adalah semut rangrang merah. Spesies semut rangrang merah yang
diidentifikasi yaitu Oecophylla sp. Gejala yang diakibatkan oleh semut rangrang
merah yaitu bekas gigitan semut menyebabkan permukaan kulit buah naga
menjadi bintik-bintik berwarna cokelat.
Banyaknya semut pada buah naga dapat mengganggu petani pada saat akan
memanen buah. Semut dianggap merugikan petani, namun bermanfaat bagi kutu
daun karena membantu melindungi kutu dari serangan parasitoid dan predator
serta membantu pemencarannya (Faridah, 2011). Pengendalian hama oleh semut
ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida, yaitu menggunakan
Furadan 3 G (berbentuk granula atau butiran) yang telah direndam selama 1-2
jam, kemudian diambil airnya dan disemprotkan pada tanaman buah naga.
Furadan 3 G dengan bahan aktif karbofuran yang mempunyai spectrum cukup
luas, sehingga bias dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai jenis hama
termasuk jenis hama yang ada di dalam tanah.
Gambar 11.Buah Tanaman Buah Naga yang Terserang Semut.
4.3.2 Burung
Burung jenis burung kutilang merupakan burung pemakan biji-bijian dan
buah. Burung ini dapat menyerang buah naga yang telah masak pada bagian atas.
Gejala serangan yang disebabkan yaitu terdapat cucukan burung yang
menyebabkan buah menjadi busuk. Pada PT. Kusuma Agrowisata, lahan
pengamatan tidak dilakukan pengendalian dikarenakan intensitas serangan yang
diakibatkan oleh burung masih tergolong rendah.
25
Gambar 12.Tanaman Buah Naga yang Terserang Hama Burung.
4.3.3 Busuk lunak batang
Pada awal penanaman buah naga sering mengalami pembusukan pada
pangkal batang, berwarna kecoklatan, dan berair. Gejala sulur menguning diduga
akibat kekurangan unsur hara yaitu nitrogen. Menurut Pushpakumara et al.
(2005),busuk lunak batang disebabkan oleh Xanthomonas campestris, sedangkan
menurut Masyahit et al. (2009) patogen penyebab adalah Enterobacter cloacae.
Penyakit ini menjadi permasalahan penting ketika terjadi pengairan yang
berlebihan atau pada saat musim hujan. Penyakit ini dipengaruhi oleh faktor
lingkungan khususnya suhu dan ketinggian. Penyakit ini sering terjadi terutama
pada bibit setek yang tidak bertangkai atau bentuk potongan maupun setek yang
belum berakar. Pada PT. Kusuma Agrowisata ditemukan batang buah naga yang
memiliki gejala seperti busuk lunak batang.
Gambar 13.Batang Tanaman Buah Naga yang Terserang Busuk Batang.
26
Pengendaliannya cukup dengan melakukan penyemprotan Benlate 2 g/liter
air atau Ridomil 2 g/liter 14 hari sekali selama sebulan atau hanya dua kali
penyemprotan.Bila ada gejala kekuningan pada pangkal batang maka bagian yang
disemprot adalah seluruh cabang atau batang, diutamakan pada bagian pangkal
batang. Selain dengan penyemprotan, pemberian Benlate atau Ridomil ini
dilakukan dengan cara kocoran pada pangkal batang sebanyak 100-150 cc.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan magang kerja yang telah dilakukan dapat diketahui teknik
budidaya di Kusuma Agrowisata meliputi, pengolahan tanah, pengairan,
penanaman, pemangkasan, dan pemanenan. Hama dan penyakit yang ditemukan
pada tanaman buah naga di PT. Kusuma Agrowisata yaitu semut, burung dan
busuk batang. Intensitas serangan hama yang paling merugikan yaitu semut. Hal
ini dikarenakan semut merusak buah secara langsung dengan membuat sarang di
buah tanaman buah naga, sehingga buah terdapat bercak cokelat. Namun serangan
yang diakibatkan oleh semut ini tidak mengalami kerugian yang sangat serius.
5.2 Saran
Penyemprotan menggunakan bahan kimia lebih dikurangi agar tidak
membunuh musuh alami dan binatang lain yang bukan merupakan hama dari
tanaman buah naga. Selain itu pemberian perangkap pada tanaman buah naga juga
perlu karena selain hama yang disebutkan diatas terdapat hama tikus yang dapat
menyerang tanaman buah naga bagian atas.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, M. N. 2008. Pengaruh Macam Persilangan Terhadap Hasil Dan Kemampuan
Silang Buah Naga Jenis Merah (Hylocereus Polyrhizus). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Ariffin AA, Bakar J, Tan CP, Rahman RA, Karim R, Loi CC. 2009. Essential
fatty acids of pitaya (dragon fruit) seed oil. Food Chemistry 114(2):561-564.
Bellec, F. L., F. Vaillant and E. Imbert. 2006. Pitahaya (Hylocereus spp.) a New
Fruit Crop a Market with a Future.http:/www.caribfruits. pdf. Diunduh pada
6 Januari 2016.
Blank, R.H.G., S.C. Gill, J.M. Kelly. 2000. Development and Mortality of Greedy
Scale (Homoptera: Diaspididae) at Constant Temperatures. Population
Ecology.The Horticulture and Food Research Institute of New Zealand.
Budianto B.H. dan H. Pratiknyo. 2009. Faktor kunci dan strategi pelepasan
Phytoseius crinitus Swirski Et Schebter dalam pengendalian Tetranychus
urticae pada tanaman singkong (Manihot esculenta). Laporan Penelitian
RUSNAS, Unsoed, Purwokerto.
Cahyono, Bambang. 2009. Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina. Jakarta
Dian F., TeniW.,& Tommy H.P. 2012. Teknik Dan Manfaat Budi Daya Buah
Naga. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Sentra Produksi Buah Naga. Jakarta.
Efendi, M. 2009. Distribusi Hama Kutu Sisik Merah (Aonidiella aurantii) Pada
Perkebunan Jeruk Manis (Citrus sinensis) Dan Jeruk Keprok (Citrus
reticulata). UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Faridah D. 2011.Hama dan penyakit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) di
Kecamatan Rancabungur dan kampus IPB Dramaga Bogor. Skripsi. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Fauziah, K. 2015. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Buah Naga Super Red
(Hylocereus contrasinences).UIN SUSKA Riau.
Food and Agriculture Organization. 2012. Fruit of Vietnam. FAO Corporate
Document Repository. Diunduh 2012 Maret 30. Tersedia pada:
http://www.fao.org/docrep/008/ad523e/ad523e05.htm
Hardjadinata, S. 2010. Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Integrated Taxonomic Information System. 2004. Tursiops aduncus Jevuska.
2012.
Anestesi.
Artikel
Kedokteran.
http://www.jevuska.com/category/artikel-kedokteran/anestesi/ 27 Juni 2015
Jaya IKD. 2010. Morphology and physiology of Pitahaya and it future prospects
in Indonesia. Crop Agro. 3:44-50.
29
Knapp, M, B. Wagner, and M. Navajas. 2003. Molecular discrimination between
the spider mite Tetranychus evansi Baker & Pritchard, an important pest of
tomatoes in southern Africa, and the closely related species T. urticae Koch
(Acarina: Tetranychidae). Afr. Entomol. 11:300–304.
Kristanto, D. 2003. Buah Naga. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mahattanatawee K, Manthey JA, Luzio G, Talcott ST, Goodner K, Baldwin EA.
2006. Total antioxidant activity and fiber content of select Florida-gown
tropical fruits. Journal of Agicultural and Food Chemistry 54(19):73557363.
Masyahit M, Sijam K, Awang Y, Ghazali M, Satar M.2009. The first report
ofthe
occurrence
of
anthracnose
disease
caused
by
Colletotrichumgloeosporioides (Penz.) Penz.& Sacc.on dragon fruit
(Hylocereus spp.) inPeninsular Malaysia.
American Journal of Applied
Sciences. 6 (5): 902912.
Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Williams
and Granada de Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae), including
descriptions of the immature stages and adult male. Proc. Entamol.
Soc.wash.104(1): 1-23.
Mutia, Melani. 2008. Pengaruh Tipe Persilangan Terhadap Hasil Buah Naga Jenis
Putih (Hylocereus undatus). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret.
Octaviani, RD. 2012. Hama dan Penyakit Buah Naga.IPB Bandung.
Prasetyo, BE. 2012. Pasar domestik kekuragan ribuan ton buah naga. Hortiplus.
Topik utama: 10.
Prihandini R, Alfiah. 2006. Bekicot (Acathina fulica) dan potensinya. Fauna
Indonesia. 6(2): 68-70.
Pushpakumara DKNG, Gunasena HPM, Karyawasam M. 2005. Flowering and
fruiting phenology, pollination vector and breeding system of dragon fruit
(Hylocereus spp.). Sri Lankan J. Agric. Sci. 42:81-91.
Puspita, P. 2011. Pengaruh Pengemasan Dan Suhu Terhadap Daya Simpan Buah
Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis).Departemen Agronomi dan
Hortikultura.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Salahud din, Rahman HU, Khan I, Daud MK. 2015. Biology of coconut scale,
Aspidiotus destructor Signoret (Hemiptera: Diaspididae), on mango plants
(Mangifera sp.) under laboratory and greenhouse conditions. Pakistan
Journal of Zoology, in press.
30
Setyowati, Ari. 2008. Analisis Morfologi Dan Sitologi Tanaman Buah Naga Kulit
Kuning (Selenicereus megalanthus). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret.
Tang CS, Norziah MH. 2007, Stability of betacyanin pigments from red purple
pitaya fruit (Hylocereus polyrhizus) : Influence of pH, temperature, metal
ions and ascorbic acid. Indonesian Journal of Chemistry 7(3):327- 331.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV.
Nuansa Aulia, Bandung.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Walker, A. Hoy M, Meyerdirk D. 2003. Papaya mealybug (Paracoccus
marginatus) Williams & Granara de Willink (Insecta: Hemiptera:
Pseudococcidae)). Featured creatures. Entomolgy and Nematology
Departent, Frorida Cooperative Extension Service, Institute of Food and
Agricultural Science, University of Florida, Grainesville, FL.
Winarsih, S. 2007. Mengenal dan membudidayakan buah naga. Semarang: Aneka
Ilmu.
Wright R., R. Seymour, L. Higley, and J. Campbell. 2006. Spider mite
management in corn and soybeans. Neb Guide, G1167. University of
Nebrasca, Lincoln, Institute of Agric. and Nat. Res. Disponível em:
www.ianrpubs. unl.edu/epublic/live/g1167/build/g1167.pdf.
Zundel C., P. Nagel P, R. Hanna, F.Korner, and U. Schidegger. 2009.
Environment and host-plant genotype effects on the seasonal dynamics of a
predatory mite on cassava in sub-humid tropical Africa. Agric. and Forest
Entomol.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Peserta Kegiatan Magang Kerja
BIODATA PESERTA KEGIATAN MAGANG KERJA
Nama
: Tyssa Ardhining Wandansari
Tempat, Tanggal Lahir
: Kediri, 27 April 1996
Nomor Induk Mahasiswa
: 145040207111053
Fakultas
: Pertanian
Jurusan
: Hama dan Penyakit Tumbuhan
Universitas
: Universitas Brawijaya
Alamat Asal
:Jl. Joyoboyo III/3 RT.05 RW.11 Kel. Sukorejo
Kec. Ngasem
Telp. / Hp
: 085859730580
E-mail
: [email protected]
Alamat di Malang
: Jl. Joyo Tambaksari 96 RT.2 RW.1 Kel.Merjosari
Kec. Lowokwaru Kota Malang
Riwayat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Nama
Instansi
SDN
Banjaran IV
SMPN 5
Jurusan
Tahun
MasukLulus
2002-2008
2008-2011
SMA
Pawyatan
Daha
IPA
2011-2014
Pengalaman Kepanitiaan
Jenis Kegiatan
Proteksi 2017
Posisi
Staf Divisi PDD
Perguruan
Tinggi
Universitas
Brawijaya
HPT
2014Sekarang
Tahun
2017
32
Lampiran 2. Denah Lokasi Kusuma Agrowisata, Batu
33
Lampiran 3. Campuran Pestisida yang digunakan untuk penyemprotan
Jenis Pestisida
Bahan Aktif
Dosis/200 liter
Fungisida
Propineb 70%
400 gram
Zat Pengatur Tumbuh
Natrium para-nitrofenol
100 – 150 ml
Natrium orto-nitrofenol 2,0
gram/liter
Natrium 5-nitrogualakol 2,0
gram/liter
Natrium 2-4 dinitrofenol 0,5
gram/liter
Insektisida
Karbosulfat 200 gram/liter
200 ml
Imidakloprid 100 gram/liter
Klorpirifos 200 gram/liter
Perekat
Alkilaril poliglikol eter 400
100 -150 ml
gram/liter
Fungisida
Mankozeb 80%
300-400 gram
Pupuk daun Komplit
N: 25,7%; P: 5,71%; K: 6,19%;
300 gram
kadar air: 1,93%
34
Lampiran 4. Dokumetasi Kegiatan Aplikasi Pestisida
Bak Penampungan Pestisida
Jenis – Jenis Zat Kimia yang Diaplikasikan
Download