Uploaded by User36801

Bladea Shincronized

advertisement
Dan ketika tombak menembus tepat di bawah dada menuju tulang rusuk menghempas tembus tak
berasa;
atau hanya mimpi malam yang terindah untuk dibangunkan saja ?
Gagak melirik untuk tertegun,
alunan harpa yang melantun lamban mengiringi piano tua di suatu ruangan tanpa jendela;
ramai saja dibuat hingga bising dan tak tahan mendengar tangis riang.
Lantai yang bergetar dengan hentakan keras para dewa;
yang mendengar alunan melodi keindahan sang penyair lawas yang tetap gagah bermain,
debu mulai membias getaran dari senar senar yang berdansa kanan kiri atau bahkan atas dan
bawah.
Dan lalu untuk apa bernafas;
atau bahkan berlari tampa arah dan kemudian hanya bisa terduduk tersiak siak nafas yang tak
beraturan;
hingga air mata terkibas angin menjelang fajar disana.
Bersembunyi untuk ditemui atau berlari untuk meloloskan diri pun tak ada artinya lagi bukan ?
Bahkan hingga semua orang melangkah mundur satu langkah, atau bahkan tak ada yang peduli akan
keberadaannya ?
Atau hanya empati ringan dengan sedikit belas kasihan saja ?
Atau balasan karena kebaikan yang tak pernah disadarkan oleh lara ?
Sampai seberapa tegak berdiri kembali,
sampai seberapa kuat berlari kembali; atau sampai seberapa puas menangisi sesuatu yang tak
peduli; singkatnya amarah yang luap tak terbendung hanya karna seorang gladiator mencintai sunyi.
Download