Uploaded by Shinta Yuliana

Latihan Turn It In

advertisement
Pengaruh Laboratorium Berbasis Mikrokomputer terhadap
Representasi Makro, Mikro, dan Simbolik Siswa ketika Belajar
tentang Reaksi Ion Bersih
Shinta Yuliana1
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
e-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian pada artikel yang berjudul “Pengaruh Laboratorium Berbasis
Mikrokomputer terhadap Representasi Makro, Mikro, dan Simbolik Siswa ketika
Belajar tentang Reaksi Ion Bersih” bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
penggunaan alat Microcomputer-Based Laboratories (MBL) sebagai salah satu
alat dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan representasi makro, mikro dan
simbolik siswa khususnya ketika belajar reaksi ion bersih. Penelitian ini
menggunakan grafik konduktivitas yang diukur oleh MBL untuk meningkatkan
representasi makro, mikro, dan simbolik siswa. Sebanyak 54 siswa, berusia 14-15
tahun berpartisipasi dalam penelitian ini dan secara acak dibagi menjadi kelompok
eksperimen (N = 27) dan kelompok kontrol (N = 27). Para siswa dalam kelompok
eksperimen ditayangkan video mengenai grafik konduktivitas yang diukur oleh
MBL, sedangkan kelompok kontrol ditayangkan video demonstrasi percobaan
titrasi asam-basa secara konvensional. Kemudian seluruh siswa diberikan tes
terbuka tentang reaksi ion bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grafik
konduktivitas memiliki pengaruh besar terhadap representasi makro, mikro, dan
simbolik siswa, yaitu siswa dalam kelompok eksperimen membangun lebih banyak
representasi daripada siswa dalam kelompok kontrol.
Kata Kunci : Laboratorium Berbasis Mikrokomputer, Representasi Makro, Mikro,
dan Simbolik, Reaksi Ion Bersih
Metodologi Penelitian
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh MBL terhadap
representasi makro, mikro, dan simbolik siswa pada materi reaksi ion bersih, serta
membandingkan pengajaran ekperimen konvensional dengan kegiatan MBL.
Secara khusus, tujuan dari penelitian dapat dipisahkan menjadi tiga bagian:
1. Mengetahui pengaruh kegiatan MBL terhadap representasi makro siswa
pada materi reaksi ion bersih
2. Mengetahui pengaruh kegiatan MBL terhadap representasi mikro siswa
pada materi reaksi ion bersih
3. Mengetahui pengaruh kegiatan MBL terhadap representasi simbolik siswa
pada materi reaksi ion bersih
B. Subjek Penelitian
Para siswa dalam penelitian ini adalah kelas 9 yang terdiri dari 54 siswa
yang berasal dari kelas dan sekolah yang sama (berusia 14-15 tahun) kemudian
secara acak dibagi menjadi kelompok eksperimen (N = 27) dan kelompok kontrol
(N = 27). Para siswa dalam kelompok eksperimen diberi video yang menampilkan
grafik konduktivitas yang diukur oleh MBL, sedangkan kelompok kontrol
ditampilkan video demonstrasi percobaan titrasi asam-basa secara konvensional
tanpa diberikan grafik konduktivitas. Ada 13 siswa perempuan dalam kelas
eksperimen dan 12 siswa perempuan dalam kelas kontrol. Siswa perempuan
mencapai 48,1% dan 44,4% masing-masing dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Sebelum dinerkan perlakuan, di kelas 8 dan 9, siswa telah
mempelajari konsep larutan, asam dan basa, netralisasi, reaksi perpindahan ganda,
dan menulis persamaan kimia. Reaksi ion bersih adalah kelanjutan dan pendalaman
konsep dari materi yang disebutkan. Selain itu, kedua kelompok siswa telah
diajarkan konsep elektrolit dan ionisasi terlebih dahulu oleh peneliti, karena belajar
konsep ini dapat memberikan siswa dasar untuk mempelajari konsep reaksi ion
bersih.
2
C. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan kegiatan MBL berupa video yang menampilkan
grafik konduktivitas dalam pembelajaran reaksi ion bersih. Sebanyak 54 siswa SMP
secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini, para siswa berasal dari kelas dan
sekolah yang sama. Peneliti menggunakan dua perlakukan yang berbeda saat
penelitian, dimana kelas pertama diberikan video MBL dan kelas kedua diberikan
video eksperimen konvensional. Karena melakukan dua perlakuan berbeda, peneliti
membagi siswa menjadi dua kelompok berdasarkan nomor ID. Kelompok pertama
adalah siswa yang memiliki nomor ID genap, dan kelompok kedua adalah siswa
yang memiliki nomor ID ganjil. Kemudian peneliti menggunakan lemparan koin
untuk menentukkan kelompok eksperimen dan kontrol.
Peneliti percaya bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh pada
penelitian. Setelah pembagian secara acak, peneliti memeriksa jumlah siswa pria
dan perempuan di setiap kelompok. Hasilnya, ada 13 siswa perempuan dan 14 siswa
laki-laki dalam kelompok eksperimen, serta 12 siswa perempuan dan 15 siswa lakilaki dalam kelompok kontrol. Uji Chi-square jenis kelamin dilakukan untuk
menguji perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tidak ada
perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok, X2(1) = 0,074, p > 0,05. Prestasi
siswa juga dapat mempengaruhi hasil penelitian dan untuk memastikan bahwa
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah “sama” sebelum diberikan
perlakuan, kedua kelompok diberikan tes kimia dasar. Kemudian, uji-t sampel
independen dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antar kedua kelompok, t = 1,698, p > 0,05.
Variabel bebas adalah perlakukan yang diberikan, dan variabel kontrol
adalah representasi marko, mikro dan simbolik siswa. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan MBL itu
sendiri (Tortosa, 2012). Sebagai contoh, Tortosa (2012) menyelidiki kerja praktek
siswa dengan MBL dalam pembelajaran kimia, hasilnya mengungkapkan bahwa
siswa tidak suka menggunakan MBL karena “kompleks” dan “tidak koheren”
Davies (2012) menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan
3
data logger dan sensor pada MBL saat proses pengambilan data. Selain itu, siswa
memiliki pandangan negatif terhadap MBL karena mereka merasa “tidak
mengenal” alat tersebut. Di sisi lain, MBL sulit untuk digunakan di kelas, karena
banyak faktor yang tidak dapat diprediksi seperti kesalahan sensor, kegagalan
operasi, waktu yang terbatas dan sebagainya. Struck dan Yerrick (2010)
melaporkan bahwa analisis video digital (AVD) memperlihatkan grafik dari video
mengenai fenomena yang direkam dan berikutnya menganalisis grafik yang
dihasilkan. Karena fokus peneliti adalah pada representasi marko, mikro dan
simbolik siswa, bukan kepada kemampuan membaca dan memahami grafik
ataupun ketrampilan dalam laboratorium, maka peneliti membuat video kegiatan
MBL dan eksperimen konvensional terlebih dahulu sebelum mengajar,
perbedannya adalah pada kelompok eksperimen, video yang diberikan disertakan
pengukuran konduktivitas, sementara pada kelompok kontrol tidak disertakan.
Karena grafik merupakan representasi visual informasi, grafik memberikan
informasi tentang pengukuran hasil eksperimen. Dalam penelitian ini,
konduktivitas dalam larutan diukur karena memiliki hubungan langsung dengan
jumlah atau konsentrasi ion. Hipotesis peneliti adalah bahwa grafik konduktivitas
yang dihasilkan oleh MBL akan memiliki pengaruh positif terhadap representasi
makro, mikro, dan simbolik siswa. Peneliti merancang tes reaksi ion bersih untuk
dua kelompok siswa setelah diberikan perlakuan.
Sebelum mengajar, peneliti melakukan persiapan. Karena diperkirakan
aktivitas MBL dan demonstrasi eksperimen membutuhkan waktu yang cukup lama
di kelas, peneliti memanipulasi kedua kegiatan baik MBL dan eksperimen
konvensional menjadi sebuah video. Sebelum peneliti memberikan perlakuan,
peneliti pertama melakukan percobaan MBL beberapa kali sampai kurva stabil.
Peneliti juga mendiskusikan materi yang dirancang sesuai dengan pendekatan
pedagogis Tortosa (2012) sampai ketiga peneliti setuju. Untuk menghindari efek
potensial pada pembelajaran siswa karena perubahan guru, peneliti pergi ke sekolah
selama satu bulan untuk membiasakan diri dengan siswa sebelum memberikan
perlakuan. Selama mengajar, untuk mengurangi efek John Henry, para siswa tidak
disarankan apakah mereka adalah kelompok kontrol atau eksperimen. Untuk
mengurangi efek Hawthorn, satu peneliti mengajar dua kelompok dan peneliti lain
4
mengamati dan memastikan pengajaran di kedua kelompok dilakukan sebagaimana
dibahas sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang tidak dapat dikendalikan
yang dapat memberikan pengaruh pada penelitian, dan tidak mungkin untuk
menghindari semua variabel independen. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa
siswa dalam dua kelompok memiliki sikap dan rasa ingin tahu yang sama dalam
belajar reaksi ion bersih, siswa dalam dua kelompok tidak tahu bahwa intervensi
pengajaran yang berbeda sedang dilakukan.
Hasil
Hasil tes konsep dari dua kelompok ditunjukkan pada Tabel 2. Untuk
mencapai tujuan penelitian, data dari setiap soal dianalisis untuk bukti normalitas.
Tidak ada soal yang ditemukan memiliki skewness atau kurtosis lebih besar dari 1,
yang menunjukkan data berdistribusi normal dengan baik. Oleh karena itu, uji-t
sampel independen dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
representasi siswa terhadap materi reaksi ion bersih pada kelompok eksperimen (M
= 6,9, SD = 1,4) secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M = 5,1,
SD = 1,8), t = 3,873, p < 0,01. Secara signifikan, kemampuan siswa untuk
menghubungkan dan mentransformasikan antara level makro, mikro, dan simbolik
pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada siswa dalam kelompok kontrol,
dan ada pengaruh besar dengan efek Cohen d = 1,03. Secara khusus, representasi
mikro pada T1 siswa dalam kelompok eksperimen (M = 2,4, SD = 0,6) secara
signifikan lebih tinggi selain itu pada kelompok kontrol (M = 1,6, SD = 0,6), t =
4,633, p < 0,001, dengan efek sedang/ medium, Cohen d = 0,44. Representasi siswa
pada T2 dalam kelompok eksperimen (M = 1.9, SD = 1.0) secara signifikan lebih
tinggi dari pada kelompok kontrol (M = 1.4, SD = 0,8), t = 2,040, p < 0,05, dengan
efek sedang, Cohen d = 0,56. Representasi siswa pada T3(2) dalam kelompok
eksperimen (M = 1.9, SD = 0.4) secara signifikan lebih tinggi dari pada kelompok
kontrol (M = 1,5, SD = 0,7), t = 2,237, p < 0,05, dengan efek sedang / medium,
Cohen d = 0,64. Namun, pada representasi makro, T3(1) tidak menunjukkan
signifikansi antara kelompok eksperimen (M = 0,8, SD = 0,4) dan kelompok kontrol
(M = 0,7, SD = 0,5).
5
Kesimpulan
Dalam artikel yang penulis kaji, grafik yang dihasilkan oleh MBL
digunakan untuk membantu siswa mempelajari reaksi ion bersih dengan
merepresentasikan perubahan konduktivitas listrik dari larutan. Penelitian ini
mengungkapkan sesuai dengan hasil uji-t sampel independen dan ukuran kinerja
signifikan kedua kelompok pada tes reaksi ion bersih, dapat dilihat bahwa tidak ada
pengaruh yang diberikan MBL pada representasi makro siswa, pengaruh sedang /
medium pada representasi mikro dan simbolik siswa
MBL membantu siswa untuk membangun koneksi antara representasi
makro dan mikro dalam mempelajari reaksi ion bersih. Representasi mikro
mengenai perubahan ion dalam reaksi ion bersih merupakan hal yang sulit bagi
siswa untuk dipahami karena sifat abstraknya. Dengan menggunakan MBL,
perubahan ion yang abstrak dapat dilihat melalui grafik konduktivitas. Peneliti
menyimpulkan dengan MBL bahwa siswa membangun lebih banyak representasi
mikro tentang perubahan ion melalui pengamatan berdasarkan grafik konduktivitas.
Dengan MBL siswa membangun representasi simbolik dari persamaan ionik
walaupun tidak diberi tahu aturan bagaimana menulis persamaan ionik. Dalam
penelitian tedapat kesimpulan tentatif dimana siswa yang ditayangkan video MBL
membangun beberapa koneksi di antara representasi makro, mikro, dan simbolik
karena representasi makro dan representasi mikro dihubungkan oleh grafik yang
diproduksi oleh MBL, tetapi kesimpulan ini masih membutuhkan bukti lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Atkins, Peter dan Loretta Jones. (2002). Chemical principles the quest for
insight, Second Edition. New York : W. H Freeman.
Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., & Mocerino, M. (2007). The
Development of A Two-Tier Msultiple-Choice Diagnostic Instrument for
Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain
Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation. Chemistry
Education Research and Practice, 8. 293-307. doi:10.1039/b7rp90006f
Davies, J. H., Collier, C. and Howe, A. (2012). A Matter of Interpretation:
6
Developing Primary Pupils’ Enquiry Skills Using Position-Linked
Datalogging. Res. Sci. Technol. Educ. 30(3), 311–325.
Devetak, Iztok dan Saša Aleksij Glažar. (2014). Learning With Understanding in
the Chemistry Classroom. Netherlands : Springer Science & Business
Media
Gilbert, J. K., Reiner, M. and Nakhleh, M. (2008). Visualization: Theory and
Practice in Science Education. Netherlands : Springer.
Rogers, Y. (2008). Using External Visualizations to Extend and Integrate
Learning in Mobile and Classroom Settings, Visualization: Theory and
Practice in Science Education. Netherlands : Springer.
Santos , Valéria. C and, Agnaldo Arroio. 2015. The Representational Levels:
Influences and Contributions to Research in Chemical Education. Journal
of Turkish Science Education. 13(1), 3-18.
7
8
Download