KONSOLIDASI TANAH DI KOTA BANDUNG Della Juliatum Maharani D1091161024 • Bandung sudah menjadi kota metropolitan namun Pendahuluan Latar Belakang perkembangan kota hanya terjadi di wilayah barat sehingga terjadi kesenjangan antara barat dan timur. Selain itu, Bandung Barat beban makin berlebih menyebabkan kota semakin tidak tertata. • Sesuai dengan RTRW dikembangkan pusat kedua primer yaitu Gedebage sesuai dengan Perda Kota Bandung No 6 Tahun 2004 dengan tujuan kegiatan kawasan Gedebage salah satu kegiatannya adalah pengembangan kawasan Gedebage. • Pengembangan ini bermasalah dengan masalah lingkungan yaitu banjir yang disebabkan oleh tanah landai, berada di pertemuan aliran Sui. Cikapundung & Sui.Cinambo serta perubahan tata guna lahan. • Pemerintah melakukan upaya normalisasi sungai dan prasarana pengendali banjir namun belum efektif sehingga pemrintah melakukan instrumen pengaturan tata guna tanah yaitu konsolidasi tanah. • Konsolidasi Tanah merupakan salah satu bentuk kegiatan Pendahuluan Latar Belakang • • • • pengelolalan tata guna tanah yang diperlukan untuk pengaturan kembali penggunaan dan penguasaan bidangbidang tanah yang tidak beraturan. Kunci keberhasilan penataan atas kepemilikan tanah sehingga penataan tanah lebih mudah. Konsolidasi tnaah diharapkan mampu menyelesaikan masalah penataan fisik lingkungan, masalah sosial hingga masalah kelembagaan. Pembangunan masyarakat kota yg dinamis dan terhindar dari bencana sosial. Maka, identifikasi masalah adalah • Cara yg dapat ditempuh dalam rangka konsolidasi tanah • Upaya perlindungan hukum terhadap pemilik tanah (kemungkingan pengambil alihan tanah oleh pihak lain 1. Pembahasan Landasan Teori Dalam mewujudkan konsep pengembangan wilayah memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia, maka ditempuh upaya penataan ruang yang terdiri atas 3 (tiga) proses utama yang saling berkaitan satu dengan lainnya. 2. 3. Proses perencanaan tata ruang wilayah RTRW guidance of future actions intervensi agar makhluk hidup dengan lingkungannya serasi, selaras, seimbang Proses pemanfaatan ruang wujud operasionalisasi rencana tata ruang pelaksanaan pembangunan itu sendiri Proses pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya. Pembahasan Landasan Teori Pengembangan wilayah merupakan konsekuensi yang muncul dari proses peningkatan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan permasalahan kota. Pengembangan wilayah timur Kota Bandung sebagai menjawab permasalahan Kota Bandung. Namun, ada kendala yaitu • Rendahnya Keunggulan Komparatif Antar Wilayah Partisipasi masyarakat yang rendah dan kurangnya pengendalian pemerintah, mengakibatkan wilayah seringkali berkembang tanpa arahan. • Penurunan Daya Dukung Lingkungan Penataan wilayah yang cenderung tanpa kendali, berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan. • Keterbatasan Kemampuan Pemerintah Kota Dalam upaya mencapai penataan dan pengembangan Bandung bagian timur, keterbatasan dana pemerintah merupakan kendala guna keberlanjutan pembangunan. Maka salah satu instrumen yang tepat menghadapi kendala tersebut adalah konsolidasi tanah. • Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Pembahasan Landasan Teori Pengembangan wilayah merupakan konsekuensi yang muncul dari proses peningkatan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan permasalahan kota. Tahun 1991 tentang Konsolidasi Tanah, adalah “kebijaksanaan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.” • Pada dasarnya pelaksanaan konsolidasi tanah diutamakan dengan menggunakan prinsip sukarela. Pelaksanaan konsolidasi secara wajib akan dapat menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat terlebih yg bersifat individual. • Hasil survei menunjukkan bahwa pelibatan Pembahasan Hasil • • • Survei Sosialisasi Focus Group Discussion masyarakat belum dilakukan secara optimal; kondisi fisik kawasan Gedebage belum tertata; lingkungan fisik yang rusak meliputi sarana jalan, ruang terbuka hijau (RTH), fasilitas umum. • Survei dilakukan di lapangan dengan menggunakan kuesioner dan teknik wawancara. • Tahapan survei, 1) Survei pendahuluan guna mengidentifikasi masalah; 2) Survei hasil wawancara bersama masyarakat; 3) Survei akhir (penentuan titik temu). • Sosialisasi merupakan upaya belajar sosial individu untuk Pembahasan Hasil • • • Survei Sosialisasi Focus Group Discussion menyesuaikan kondisi, situasi, dan sinergisitas antara kebutuhan individu dengan tuntutan eksternalnya • Sosialisasi dilakukan dalam enam tahapan sosialisasi, yaitu : 1) Sosialisasi tahap awal, pada tahapan ini dibahas identifikasi masalah awal dan deskripsi kondisi wilayah. 2) Sosialisasi perencanaan konsolidasi tanah dengan warga masyarakat. 3) Sosialisasi hasil survei dan wawancara dengan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip). Pertemuan ini bertujuan untuk membuat problem solving yang lebih menyeluruh. 4) Sosialisasi perlindungan hukum dalam proses konsolidasi tanah. 5) Sosialisasi arahan konsolidasi tanah yang akan dilaksanakan dan tahapan pelaksanaan konsolidasi. 6) Sosialisasi arahan Ruang Terbuka Hijau (RTH), RTH yang dibangun difokuskan pada pembuatan RTH publik. • FGD merupakan metode yang dilakukan untuk menyelesaikan Pembahasan Hasil • • • Survei Sosialisasi Focus Group Discussion masalah dengan jalan mendiskusikan satu isu penting secara bersama-sama. • Hasil dari FGD pada tahap pertama adalah bahwa lahan perumahan, perkantoran, pabrik, pertanian, sarana publik (lapangan, sekolah, puskesmas) merupakan penggunaan lahan yang tidak dapat dikonsolidasikan. Lahan yang dapat dikonsolidasikan terbatas pada penyediaan RTH. • Pada tahap kedua, FGD dilakukan untuk menentukan rancangan RTH publik. Konsolidasi tanah akhirnya diupayakan : Proses penyediaan ruang terbuka hijau (RTH). Ini menjadi titik temu antarberbagai pihak karena RTH merupakan kepentingan bersama. • Peta arahan ruang terbuka hijau Rencana konsolidasi Pembahasan Hasil Hasil akhir diarahkan pada penyediaan RTH. Penyediaan ruang terbuka hijau dinilai strategis. • Peta Pengendalian Alih Fungsi Lahan Peta yang merupakan rekomendasi dari hasil kajian untuk mengendalikan dampak buruk terhadap perubahan lingkungan. • Hasil dari kegiatan adalah tujuan melakukan konsolidasi tanah tidak tercapai karena, 1. Waktu yang terlampau pendek, 2. Kesadaran masyarakat akan masalah yang dihadapi Gedebage cenderung rendah. 3. Dukungan pemerintah daerah yang sangat minim. 4. Pendanaan kegiatan konsolidasi tanah relatif besar. 5. Aturan hukum yang kurang berpihak pada proses konsolidasi tanah. Kesimpulan dan Saran • Beberapa masalah akan dihadapi dalam melakukan konsolidasi tanah. • Konsolidasi tanah yang dapat dilakukan hanya RTH. • Untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah adalah, • Dibutuhkan pengaturan atau Undang-undang yang dapat mendorong dilaksanakannya konsolidasi tanah dan upaya konsolidasi tanah sebagai upaya berkelanjutan sosialisasi konsolidasi tanah harus terus menerus dilakukan. • Penguatan rencana tata ruang yang berbasis pada konsol idasi tanah. Sumber : jurnal bahasa Indonesia KONSOLIDASI TANAH DI NEGARA JERMAN Della Juliatum Maharani D1091161024 PENDAHULUAN • Konsolidasi tanah di Jerman mulai diterapkan sejak tahun 1842 pada • • • • saat Kota Hamburg rusak akibat kebakaran besar sehingga perlu ditata kembali. Konsolidasi tanah di Jerman dikenal dengan istilah baulandumlegung. Awalnya konsolidasi hanya sebagai pelaksanaan rekonstruksi lalu berkembang menjadi perencanaan dan pembangunan kota. Konsolidasi tanah di Jerman diterapkan dalam pembangunan infrastruktur hingga pelaksaaan rencana dan standar perkotaan. Hal ini juga berdampak kepada adanya pembukaan lapangan kerja baru. Tahapan Konsolidasi Tanah • Konsolidasi tanah akan diatur kembali dengan memperhatikan struktur tanah di masing-masing wilayah • Kemudian, hasil pengaturan dikembangkan untuk memperoleh bentuk, ukuran dan lokasi yang lebih menguntungkan dengan dilengkapi jalan, saluran air, konservasi dan fasilitas umum lainnya. • Partisipasi masyarakat pemilik tanah mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan. Masyarakat pemilik tanah tergabung dalam kelembagaan tersendiri. Masyarakat tidak hanya berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, namun masyarakat dapat mengajukan keberatan apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prosedur pelaksanaan. Tahapan Konsolidasi Tanah • Jerman merupakan salah satu negara yang menjadikan • • • • Konsolidasi Tanah menjadi metode wajib. Metode wajib dilaksanakan apabila inisiatif datang dari pemerintah dan didasarkan undang-undang. Aturan hukum diawal perkembangan pada “Lex Adickes” 1907 Permasalahan yang dihadapi (peristiwa khusus) adalah industrialisasi yang tidak terkendali mengakibatkan lingkungan tidak teratur serta pengembangan kaveling yang kecil-kecil Kemudian, Aturan hukum tentang Konsolidasi Tanah dibuat berdasarkan undang-undang ”Flurbereinigungsgesetz” 1976 Keutamaan Konsolidasi Tanah di Negara Jerman • Sumbangan yang diberikan dari pelaksanaan KT antara lain peningkatan infrastruktur 67% - 72% selama 10 tahun terakhir, pengelolaan air minum daerah, pengelolaan pembuangan limbah, peningkatan konservasi lebih dari 40% selama 15 tahun terakhir. • Mengenai pembangunan jalan, prioritas utama adalah pembangunan jalan supraregional jalan daerah, negara dan jalan federasi serta jalan raya. Prioritas kedua adalah pembangunan jalur kereta api serta pembesaran kanal dan bandara. Sumber : Joachim Thomas, Modern Land Consolidation-recent trends on Land Consolidation in Germany dalam Isabela Candrakirana, Oloan Sitorus, dan Widhiana Hestining Puri, Konsolidasi Tanah Perkotaan Sebagai Instrumen Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum Yudi Setiawan. Tantangan dan Hambatan Konsolidasi Tanah (Bagian VII). https://gagasanhukum.wordpress.com/2009/01/19/tantangan-danhambatan-konsolidasi-tanah-bagian-vii/