Uploaded by User32150

MAKALAH CASE 2 TM

advertisement
MAKALAH CASE II
DEMAM BERDARAH DENGUE
BLOK TROPICAL MEDICINE
TUTORIAL B3
Pisi Nopita Wigati
Ovelia Yolanda
Vinzia Ethiofia Caneabung
Salma Rizqi Amanah
Abiyu Yassar Munandar
Basra Ahmad Amru
Kerin Victoria Sipahutar
Anggreani Christabella S
Ade Agung Wicaksono
Luh Ayu Laura Maharani
1610211016
1610211021
1610211033
1610211042
1610211086
1610211102
1610211123
1610211136
1610211140
1610211149
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, penyusun akan menjelaskan basic science, clinical science, dan
differential diagnose pada kasus Demam Berdarah Dengue.
Selama pembuatan makalah ini, penyusun ingin berterima kasih kepada pihak yang telah
membantu, baik itu bantuan yang berupa pengajaran dan bimbingan, ataupun dukungan moril
kepada Ibu Nurfitri Bustaman, S.Si, MPd.Ked, MKM.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga penyusunan
makalah lebih baik lagi di lain kesempatan.
Ketercapaian makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan apresiasi para pembaca
untuk menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih mendalam terhadap salah satu bentuk kecil
dengan berbagai perannya yang penting bagi tubuh kita, ialah mengenai jaringan. Semoga
dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 4 Oktober 2019
Penyusun,
Ovelia Yolanda
1610211021
BAB I
OVERVIEW CASE
Tn. Kasno, 27 tahun dibawa keluarganya ke UGD
KU : Demam tetapi kaki dan tangannya teraba dingin
RPS
jam, dilakukan tes bendungan pada
lengan dan hasilnya timbul bintik-bintik
merah
pada lengannya, disarankan
periksa darah namun tidak dilakukan
dengan alasan biaya
 3 hari yang lalu pasien panas tinggi
mendadak
terus
menerus
namun
menggigil (-)
 Selama demam pasien mengalami
mimisan, lemas, mual, nafsu makan
menurun, nyeri otot & sendi yang tidak
begitu hebat, nyeri kelopak mata, sakit
kepala, dan sesak napas
 Terdapat perdarahan spontan dari gusi
pada siang hari sebelum dibawa ke UGD
• Obat-obatan tertentu dalam jangka waktu
lama (-)
 BAK jarang, BAB normal
 Keluhan tidak disertai batuk, pilek, dan
nyeri tenggorokan
• Pasien belum menikah
RPD
 Riwayat perdarahan
berdarah dan memar (-)
RPSos (-)
• Tetangga pasien ada yang menderita
penyakit serupa
• Alkohol (-), narkoba
• Merokok (-), banjir (-)
lama,
mudah
RPK (-)
RPO (-)
• Pasien sudah meminum obat penurun
panas namun panasnya hanya turun
beberapa jam kemudian naik kembali
• 1 hari SMRS pasien berobat ke klinik 24
suntik (-)
Hipotesis :
1.
2.
3.
4.
Dengue Fever
Dengue Hemorrhagic Fever
Cikungunya
Demam Tifoid
A. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
dan lembab, sianosis pada ujung kaki
(+)/(+)
B. Pemeriksaan Penunjang
• Kesadaran : gelisah/delirium
Darah
• BB/TB : 50 kg/160 cm
 Hb : 15 gr/%
• TV : TD: 90/60 mmHg, RR : 26x/menit,
Nadi : 110x/menit reguler, T : 36,8°�
• Kepala : konjungtiva anemis (-), ikterik
(-), perdarahan gusi (+), pembesaran
KGB (-)
• THT : DBN
• Thoraks : Cor : takikardia, Pulmo : DBN
• Abdomen : datar, lemas, NT epigastrium
(+), BU (+) normal, hepar dan lien
tidak teraba
• Ekstremitas : petechiae (+) pada lengan
dan kaki, edema (-), akral dingin (+/+)
 Leukosit : 4800/��3
 Ht:50%
 Trombosit : 72.000/��3 Hitung jenis : /1/2/51/44/2
 CT dan BT : DBN Tes fungsi hepar
 SGOT : 65 U/L
 SGPT : 34 U/L (n) Tes Widal
(-)
Tes Urin
 Warna : kuning
 Kekeruhan : jernih
 Albumin (-)
 Urobilin (+), bilirubin (-)
 Sedimen : eritrosit (-), leukosit 0-1/LP,
epitel banyak, silinder (-), Kristal
amorf (+) Tes Feses
 Warna : kuning
 Bau : indol skatol
 Konsistensi : lembek, lendir (-), darah (-),
parasit (-), eritrosit (-), leukosit (-),
telur cacing (-) Px Serologi : widal (-),
NS1 anti dengue (+)
Diagnosis : Dengue Hemorragic Fever Grade III
Tatalaksana
(dibahas di CS
BAB II
BASIC SCIENCE
A. VIRUS
1. Dengue Virus
 Virus : RNA
 Kelompok arbovirus
 4 serotipe - Den 1 - 4
 Siklus melibatkan manusia dan nyamuk
 Infeksi dengan satu virus memberikan kekebalan terhadap satu serotipe itu
saja
 Memiliki 4 jenis serotipe : DEN-1, DEN-2. DEN-3 dan DEN-4.
 Sorotipe DEN-2 & DEN - 3 : penyebab wabah DHF di Asia Tenggara
 Serotipe DEN-3 : Penyebab kasus berat (DSS).
 Virus dengue stabil pada pH 7-9 dan suhu rendah.
 Peka terhadap beberapa zat kimia seperti sodium deoxycholate, eter,
kloroform dan garam empedu karena adanya amplop lipid.
2. Serotipe Virus Dengue
 Variasi genetik dari serotipe tergantung dari perbedaan pada antigennya

Masing masing serotipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan,
sesuai daerah atau tempat asal virus itu
3. Antibody – Dependent Enhancement
 Antibodi mengarahkan virus ke reseptor Fc
 Mengikat ke tempat pengikatan antigen
 Menginfeksi makrofag, monosit, sel dendritic
 Satu serotipe menginfeksi seseorang
 Serotipe kemudian menulari individu yang sama
 Hasil pada viremia yang lebih tinggi Infeksi sekunder cenderung
menyebabkan gejala lebih parah
B. VEKTOR
Vektor Utama (Aedes aegypty)
 Warna dasar hitam, belang putih
 Mesonotum : gambaran lire putih
 Breeding : artificial container
Vektor Potensial (Aedes albopictus)
 Warna dasar hitam, belang putih
 Mesonotum : garis tebal putih
 Breeding : plant container
Aedes aegypty
Aedes albopictus
1. Aedes aegypty
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus
demam kuning (yellow fever) dan chikungunya.
2. Taksonomi Aedes aegypty
 Kelas: Insekta
 Ordo : Diptera
 Famili : Culicidae
 Subfamili : Culicinae
 Genus : Aedes
 Spesies : Aedes aegypti
3. Siklus Hidup Aedes aegypty
Metamorfosis sempurna
 Telur 1-2 hari
 Larva 6 hari
 Pupa 2-3 hari
 Dewasa
 Siklus gonotropik 2-3 hari (dari menghisap darah sampai bertelur )
4. Tempat Hidup Larva
 Tempat perindukan Ae. Aegypti : dirumah atau dekat rumah pada air yang relatif
bersih yang disimpan dalam wadah
 Drum dari logam, bak air, dan guci berbahan keramik atau semen
 Wadah lain seperti ember plastik, vas bunga, piring pot bunga, perangkap semut,
kaleng dan botol bekas
5. Stadium Telur
 Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur-telurnya satu per satu pada permukaan
air, biasanya pada tepi air di tempat-tempat penampungan air bersih dan sedikit di
atas permukaan air.
 Nyamuk Aedes aegypti betina dapat menghasilkan hingga 100 telur apabila telah
menghisap darah manusia.
 Telur pada 10 tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur
ini kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari terendam air.
 Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, berwarna
hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan tidak memiliki alat pelampung.


Telur Aedes aegypti diperkirakan memiliki berat 0,0010 - 0,015 mg. Pada
permukaan luar dinding sel tersebar suatu struktur sel yang disebut outer chorionic
cell.
Pada salah satu ujung telur terdapat poros yang disebut dengan micropyles.
Micropyles berfungsi sebagai tempat masuknya spermatozoid ke dalam telur
sehingga dapat terjadi pembuahan.
6. Stadium Larva
 Larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas memiliki siphon yang pendek,
besar dan berwarna hitam.
 Larva ini tubuhnya langsing, bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan
pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan permukaan air.
 Larva menuju ke permukaan air dalam waktu kira-kira setiap ½-1 menit, guna
mendapatkan oksigen untuk bernapas. Larva nyamuk Aedes aegypti dapat
berkembang selama 6-8 hari
a. Larva Instar I
Berukuran paling kecil yaitu 1-2 mm atau satu sampai dua hari setelah telur
menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernapasan
pada siphon belum menghitam
b. Larva Instar II
Berukuran 2,5-3,5 mm berumur dua sampai tiga hari setelah telur menetas,
duri-duri dada belum jelas, corong pernapasan sudah mulai menghitam
c. Larva Instar III
Berukuran 4-5 mm berumur tiga sampai empat hari setelah telur menetas,
duri-duri dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman
d. Larva Instar IV
Berukuran paling besar yaitu 5-6 mm berumur empat sampai enam hari
setelah telur menetas dengan warna kepala gelap
7. Stadium Pupa
 Pupa berbentuk koma, gerakan lambat, sering ada di permukaan air.
 Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap nyamuk
dewasa dan terdapat sepasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga
memungkinkan pupa untuk menyelam cepat dan mengadakan serangkaian
jungkiran sebagai reaksi terhadap rangsang.
 Bentuk nyamuk dewasa timbul setelah sobeknya selongsong pupa oleh gelembung
udara karena gerakan aktif pupa. Pupa bernafas pada permukaan air melalui
sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada toraks.
8. Nyamuk Dewasa
 Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran
nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus).
 Aedes aegypti mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik putih pada
bagian badannya terutama pada bagian kakinya.
 Aedes sp. berukuran kecil dan halus (4-13 mm).
 Bagian-bagian tubuhnya terdiri dari caput atau kepala, torak dan abdomen.
 Morfologi khasnya yaitu memiliki gambaran lira (lyra form) yang putih pada
punggungnya (mesonotum).
 Di bagian caputnya terdapat probosis halus yang panjangnya melebihi panjang
kepala.
 Di kiri dan di kanan probosis terdapat sepasang antena yang terdiri dari 15
segmen. Antena pada nyamuk jantan berambut lebih lebat dari pada nyamuk
betina, rambut pada antena nyamuk jantan disebut pulmose sedangkan pada
nyamuk betina disebut pilose
 Pada bagian torak terdapat mesonotum yang berbentuk lyra (“Lyreform” atau
lyre-shaped). Dibagian mesonotum ini terdapat scutellum yang memiliki 3 lobus.
 Sayap nyamuk ini panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukaanya
ditutupi sisik sayap.
 Sisik sayap nyamuk A. aegypti sempit dan panjang.
 Bagian abdomen dari tubuh nyamuk terdiri dari 10 segmen, 2 segmen terakhir
berubah menjadi alat kelamin.
 Ujung abdomen Aedes sp. lancip disebut pointed
9. Perilaku Nyamuk Dewasa
 Aktif siang hari, indoor & outdoor
 Puncak pengisapan darah : 08.00-10.00 & 15.00-17.00
 Tempat istirahat : semak, tanaman, pakaian tergantung gorden
 Umur nyamuk ± 10 hari
 Jarak terbang ±40 m – 2km
BAB III
CLINICAL SCIENCE
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dengan manifestasi klinis:
 Demam
 Nyeri otot/nyeri sendi
 Ruam
 Limfadenopati
 Diatesis hemoragik
 Leukopenia, dan
 Trombositopenia
Pada DBD juga terdapat hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit yang terjadi akibat
penumpukan cairan di rongga tubuh.
Epidemiologi



Endemis > 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan
Pasifik Barat
Angka kejadian DBD di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dengan
kelompok usia terbanyak 5-14 tahun
Tahun 2019: KLB pada beberapa wilayah di Indonesia seperti Sulawesi
Utara, Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah, serta Kabupaten Manggarai
Barat dan Kota Kupang di Nusa Tenggara Timur
Etiologi




Virus dengue (DENV): DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4
Flavivirus berukuran kecil (40-65 nm) dan berbentuk bulat dengan selubung lipid
Genom virus RNA untai tunggal  daerah yang tidak diterjemahkan (Untranslated
Region atau UTR) pada ujung 5’ dan 3’, reading frame: 3 protein struktural yang
mengkode 3 nukleokapsid atau protein inti (C), membrane-associated protein (prM
atau M) dan protein selubung (ENV atau E), diikuti oleh 7 protein nonstruktural (NS)
Vektor  Nyamuk spesies:Aedes aegypti dan Aedes albopticus sebagai vektor primer.
Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris, serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor
sekunder
•
•
•
Aedes Aegypti
Aedes Albopictus
Daerah tropis dan subtropis di Asia
Tenggara
negara tropis maupun di iklim sedang, di
Asia Tenggara
Perkotaan
Rumah kumuh, rumah toko dan flat
bertingkat
Urbanisasi
•
•
Hutan, namun telah beradaptasi dengan
lingkungan pedesaan, pinggiran kota dan
perkotaan
Lingkungan hidupnya tidak berhubungan
dengan tipe perumahan tetapi cenderung
di daerah dengan ruangan terbuka dan
vegetasi
Diurnal, 2 fase menggigit
Tidak menggigit di malam hari, tetapi
nyamuk ini tetap akan beraktivitas di
malam hari pada ruangan yang terang
Siang hari, senja dan waktu fajar
umur sekitar 3-4 minggu
betina hidup lebih lama daripada jantan
4 tahap siklus hidup yaitu telur, larva, pupa,
dan dewasa
4 tahap siklus hidup yaitu telur, larva,
pupa, dan dewasa
Faktor Resiko
Faktor agent yaitu virus dengue
vektornya berupa:
 perkembangbiakan vektor
 kebiasaan menggigit
 kepadatan vektor di lingkungan
 transportasi vektor dari satu tempat ke tempat yang lain
Host yaitu sikap dan perilaku hidup:
 Kebersihan
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Umur
 Suku bangsa
 Kerentanan paparan penyakit
 Terdapat penderita di lingkungan atau keluarga
Lingkungan:
 Kepadatan penduduk
 Kualitas perumahan





Jarak antar rumah
Mobilitas penduduk
Curah hujan
Suhu
Sanitasi
Gejala Klinis
 Demam dengan awitan akut, tinggi dan terus-menerus, berlangsung 2 hingga
7 hari dalam banyak kasus.
 Manifestasi hemoragik termasuk tes tourniquet positif, petekie, purpura (di
lokasi vena puncture), ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, dan
hematemesis dan/atau melena.
 Pembesaran hati (hepatomegali).
 Syok, ditandai dengan tanda dan gejala seperti takikardia, perfusi jaringan
yang buruk dengan denyut nadi lemah dan tekanan nadi menyempit (≤20
mmHg) atau hipotensi dengan kulit yang dingin, lembab, dan/atau gelisah.
Klasifikasi
Derajat
Tanda dan Gejala
Laboratorium
Demam akut 2-7 hari dengan 2 Leukopenia (leukosit ≤5000
dari tanda berikut:
sel/mm³)
Demam
Dengue

Sakit kepala

Nyeri retro-orbital

Nyeri otot

Nyeri sendi

Ruam

Manifestasi perdarahan

Tidak
terdapat
kebocoran plasma

Trombositopenia (trombosit
<150.000 sel/mm³)

Peningkatan hematokrit (510%)

Tidak
terdapat
kebocoran plasma
tanda
tanda
Demam
Berdarah
Dengue
I
Demam disertai manifestasi
 Trombositopenia (<100.000
perdarahan (tes tourniket sel/mm³
positif)
dengan
tanda
 Peningkatan
hematokrit
kebocoran plasma
(≥20%)
Demam
Berdarah
Dengue
II
Tanda dan gejala klinis
 Trombositopenia (<100.000
seperti pada derajat I disertai sel/mm³
perdarahan spontan
 Peningkatan
hematokrit
(≥20%)
Demam
Berdarah
Dengue
III
Demam
Berdarah
Dengue
IV
Tanda dan gejala klinis

seperti pada derajat I atau II
disertai kegagalan sirkulasi

(hipotensi,
nadi
lemah,
restlessness, tekanan nadi
sempit ≤ 20 mmHg)
Trombositopenia (<100.000
sel/mm³
Tanda dan gejala klinis

seperti pada derajat III
disertai syok berat; tekanan

darah dan nadi yang sulit
dinilai
Trombositopenia (<100.000
sel/mm³
Peningkatan
(≥20%)
Peningkatan
(≥20%)
hematokrit
hematokrit
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
-
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit: normal atau menurun dan neutrofil adalah sel dominan pada fase
demam awal  titik terendah menjelang akhir fase demam  limfositosis relatif
>45% dari total leukosit di hari ketiga dengan limfosit plasma biru pada hapusan
darah tepi >15% dari jumlah total leukosit











Trombosit: fase awal demam jumlah trombosit normal, kemudian mengalami
penurunan ringan pada hari ketiga sampai kedelapan  penurunan ke titik
terendah akhir fase demam
Hematokrit: normal pada fase awal demam  meningkat mulai hari ketiga
demam
Hemostasis: penurunan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII,
antitrombin III dan yang lebih jarang penurunan plasmin inhibitor. Dapat
terjadi pemanjangan waktu tromboplastin parsial dan waktu protrombin, serta
waktu trombin juga mengalami pemanjangan pada kasus yang berat.
Protein: albuminuria ringan dan hipoproteinemia
Enzim hati: AST dan ALT meningkat
Elektrolit: hiponatremia, hipokalsemia.
Asidosis metabolik dan peningkatan nitrogen urea darah dapat terjadi pada
kasus syok berkepanjangan.
Isolasi virus: mengetahui karakteristik serotipe atau genotipe virus,
Asam nukleat virus.
Antigen virus, yaitu mendeteksi glikoprotein flavivirus (NS-1)
Pemeriksaan imunoserologi, meliputi:



IgM: dapat terdeteksi mulai hari ketiga sampai kelima, meningkat hingga
minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari.
IgG: mulai terdeteksi pada hari ke-14 pada infeksi primer dan hari ke-2 pada
infeksi sekunder.
Lain-lain: uji NS-1 yang dapat dideteksi pada hari pertama sampai hari
kedelapan.
Kriteria Diagnosis
✢ Periode demam akut selama dua sampai tujuh hari,
✢ Manifestasi hemoragik, yang terdiri dari gejala berikut: tes tourniquet positif,
petekie, ekimosis atau purpura, maupun perdarahan dari mukosa, saluran pencernaan,
tempat injeksi, atau lokasi lain.
✢ Jumlah trombosit ≤ 100.000 sel/mm3
✢ Tanda kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang
ditunjukkan dari gejala berikut:
✢ Meningkatnya hematokrit/hemokonsentrasi ≥20% dari baseline atau perlambatan
pada proses pemulihan,
✢ Bukti adanya kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia/albuminaemia.
Patofisiologi
Fase
Demam
Fase
Kritis
Fase
Pemuli
han
FASE DEMAM
FASE KRITIS
FASE PEMULIHAN
5 - 7 hari
3-7 hari sejak
timbulnya
demam
dan
berlangsung
selama
24-48
jam.
48-72 jam setelah fase kritis
demam tinggi
gejala demam
yang menurun
sampai dengan
syok
Keadaan umum yang membaik
sakit kepala
retro-orbital
dan
tanda vital stabil
mual, dan muntah.
nafsu makan meningkat
arthralgia,
malaise
hematokrit stabil atau menurun
sampai 35-40%
mialgia,
diuresis telah kembali normal
Diagnosis Banding





Tifoid
Campak
Leptospirosis
Influenza
Chikungunya
Komplikasi
 Komplikasi neurologis: kejang, penurunan kesadaran, ensefalitis.
 Kegagalan multiorgan seperti efusi paru masif dan gangguan pernafasan,
gagal jantung, disfungsi hati dan ginjal.
 Syok berlangsung lama: asisdosis metabolik dan perdarahan hebat karena
terjadinya koagulasi intravaskular diseminata.
Prognosis
 Prognosis penyakit DBD ditentukan oleh pemahaman penyakit dan
bagaimana perjalanan klinis infeksi virus, imunologis, dan faktor host.
 Pada DBD, gejala timbul secara mendadak dan tidak ada tanda-tanda awal
yang memungkinkan untuk memprediksi hasil yang parah.
Tata Laksana
1. Management untuk DHF grade I dan II
 Terapi cairan sebanyak dosis pemeliharaan (untuk 1 hari) + 5% defisit (oral & IV

bersamaan), selama 48 jam.
Contoh : anak dengan BB 20 kg, dengan defisit 5%→50 ml/kg x 20 = 1000 ml. Dosis
pemeliharaan 1500 ml untuk 1 hari→Total: dosis pemeliharaan + 5% defisit = 2500 ml
2. Management untuk DHF grade III
 10 ml/kg untuk anak anak atau 300–500 ml untuk dewasa dalam waktu 1 jam / bolus,
jika dibutuhkan.
3. Management untuk DHF grade IV
 10 ml/kg bolus cairan secepatnya, baiknya diberikan 10 hingga 15 menit. Kalau

tekanan darahnya stabil, selanjutnya menggunakan tatalaksana grade III
Bila pemberian 10ml/kg cairan bolus tidak membaik → dilakukan ulang 10ml/kg dan
biasanya hasil lab kan kondisinya akan membaik
BAB IV
DIFFERENTIAL DIAGNOSE
DENGUE SHOCK SYNDROME
Definisi
Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue disertai dengan
manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan.
Etiologi
AGENT
✘ Virus dengue
✘ Memiliki empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4
✘ DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui
VEKTOR
✘ gigitan nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus
✘ Nyamuk Aedes aegypti (daerah perkotaan)
✘ Kedua spesies nyamuk (daerah pedesaan)
Patofisiologi
Manifestasi Klinis dan Klasifikasi
Diagnosis
Laboratory diagnosis
 Virus isolation  serotypic/genotypic characterization
 Viral nucleic acid detection
 Viral antigen detection
 Immunological response based tests  IgM and IgG antibody assays
Download