Uploaded by Clara

tugasakhir

advertisement
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/325315056
Dampak Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Limbah
Domestik di Indonesia
Article · May 2018
CITATIONS
READS
0
4,005
1 author:
Ely Kusrini
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup akibat limbah domestik di indonesia View project
All content following this page was uploaded by Ely Kusrini on 23 May 2018.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Dampak Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat
Limbah Domestik di Indonesia
Ely Kusrini
Government Affrairs and Administration
Jusul Kalla Schools of Government
[email protected]
[email protected]
Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pasal 1 yang di maksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya. Kondisi lingkungan di Indonesia semakin hari semakin
memprihatinkan yang di karnakan dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia seperti
penebangan hutan, pembakaran hutan dan alih fungsi lahan menyebabkan gundulnya hutan terus
meningkat.
Lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam siklus kehidupan
manusia. Hal ini di sebab kan oleh ulah manusia yang semakin hari semakin meningkat dan
membahayakan bagi lingkungan hidup lainnya. Akibat kerusakan lingkungan yang di sebabkan
oleh tangan manusia tersebut akan membawa dampak bencana lingkungan seperti banjir,
perubahan iklim hingga pemanasan global.
Manusia merupakan salah satu mahluk hidup dalam suatu ekosistem tertentu yang
membutuhkan suatu kebutuhan - kebutuhan tertentu, untuk mendapatkan kebutuhan itu maka
seseorang mencari cara untuk mendapatkannya. Cara yang seperti itu justru berperan dalam
kerusakan lingkungan disekitar kita. Seperti yang sudah di sebutkan di atas, pembakaran hutan
guna untuk membuka lahan pertanian, menangkap ikan dengan cara menggunakan racun atau
bom, menggunakan bahan-bahan kimia secara berlebihan pada pertanian , beberapa kegiatan
tersebut dapat membahayakan lingkungan disekitar (D. K. Lingkungan, 2016).
Masih banyak sekali kerusakan lingkungan lainnya yang di sebabkan oleh manusia
maupun oleh alam. Ada beberapa kerusakan yang terjadi di Indonesia menurut surve yaitu,
pertama penambangan emas oleh newmon tepatnya di NTB. Akibatnya terdapat hancurnya
keadaan alam yang bisa kita lihat saat ini, kerusakan laut terjadia akibatkan masyarakat
membuang air kotoran dilaut dan lingkungan sekitarnya, bahkan air kotor yang di buang itu
terdapat kandungan merkuri dan arsenik. Yang kedua, kegiatan di PT. Freeport pada tahun 1967
yang berlokasi di papua sampai sekarang. Berlangsungnya kegiatan penambangan tersebut ada
beberapa kegiatan yang dilakukan seperti bisnis ekonomi freeport, dari kegiatan tersebut telah
memberikan keuntungan kepada pt. Freeport itu sendiri. Akan tetapi belum dapat memberikan
manfaatkan di Indonesia. Pembuangan limbah yang memiliki unsur senyawa B3 yaitu (Bahan,
Berbahaya dan Beracun) yang sudah mencapai pesisir laut Arafura melalui sungai Ajkwa. Hasil
dari audit lingkungan yang di lakukan Parametix, mengungkapkan bahwa limbah tailing yang di
buang merupakan bahan yang bisa menghasilkan cairan asam yang sangat berbahaya. Yang
terakhir yaitu, rusaknya terumbu karang pada laut di Indonesia. Terumbu karang pada laut
Indonesia sering di sebut saat ini mengalama keadaan yang sangat mengkhawatirkan,
dikarenakan terumbu karang yang sangat hancur mencapai 50%, sedangkan yang masih baik
sekitaran 6,2%. Hal ini telah dilihat dan diteliti oleh pusat Penelitian dan Pembangunan
Oseanologi Lemabaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P3O-LIPI). Kerusakan tersebut di sebabkan
oleh percobaan nelayan yang menangkap ikan dengan cara mengeboman dan pengambilan
terumbu karang untuk digunakan sebagai bahan bangunan (Mimika, 2015)
Upaya pemerintah dalam menangani kerusakan lingkungan di Indonesia saat ini masih
mengalami kendala. Akhir-akhir ini kekhawatiran masyarakat akibat kerusakan lingkungan telah
mencapai tingkat yang sangat tinggi. Banyak ahli mendiskusikan tentang hal tersebut, akan tetapi
permasalahan tersebut masih terus berlangsung. Kekhawatiran akan semakin bertambah jika
penanganan permasalahan kerusakan lingkungan belum terselesaikan. Hal-hal seperti ini akan
menjadi persoalaan sosial yang rumit dan permasalahan bagi masyarakat.
Negara berkembang seperti Indonesia sendiri khusunya sangat penting untuk
melaksanakan pembangunan yang bertujuan dapat mencukupi kebutuhan dan kemakmuran
warga negara Indonesia. Pada era modern saat ini pembangunanan didukung dengan muncul
teknologi yang sangat canggih. Akan tetapi teknologi juga mempunyai pengaruh bagi lingkungan
yang di sebabkan karena lingkungan yang terkontraminasi oleh kotoran-kotoran sampah dan
limbah. Lingkungan yang terkontraminasi merupakan suatu perubahan yang disebabkan karena
adanya aktivitas manusia atau suatu proses yang alami, yang dapat membuat mutu kualitas atau
tingkatannya yang tidak bisa berfungsi sebagai mana mestinya (I Made Ari Permadi, 2013).
Setiap rumah penduduk memiliki toilet dan septictank sebagai tempat pembuangan akhir
tinja dengan jumlah 57% dan sisanya tinja yang dihasilkan tidak dibuang ke septictank.
Sebanyak 29 % penduduk membuang tinja langsung ke saluran drainase yang sudah lebih 10
tahun digunakan oleh sebagian besar (64%) penduduk. Salah satu cara yang dilakukan untuk
merawat septicktank adalah dengan menguras septictank. Berdasarkan, hasil studi EHRA hampir
60% tidak pernah melakukan pengurasan terhadap septictankyang dimiliki dan hanya sekitar
40% saja septictank yang pernah dikuras selama pemakaiannya (P. T. Lingkungan, 2017)
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan sistem sanatasi pengelolaan
air limbah rumah tangga terburuk ke tiga di Asia Tenggara setelah Myanmar dan Laos. Masalah
sanitasi timbul akibat beberapa kebiasaan buruk masyarakat pemukiman padat yang membuang
limbah cair ke suangai tanpa diolah terlebih dahulu. Cara pembuangan limbah ke sungai
sebelumnya di anggap berhasil dan pertama kali tidak menimbulkan permasalahan, karena
jumlah limbah cair tersebut sedikit (Achsin Muhammad Afandi, 2017). Pemukiman yang sangat
padat penduduknya sehingga membuat limbah rumah tangga semakin tinggi alirannya. Hal ini
bisa mengakibatkan penurunan kualitas air sungai apabila limbah tersebut di buang ke sungai
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Energi yang paling umum di butuhkan untuk IPAL adalah menyediakan oksigen untuk
pengelohan biologis seperti kolom aerobik, filter menetes, atau kontraktor biologis berputar.
Sekitar 60-70% dari total energi yang di suplai ke IPAL umumnya untuk aerasi (Faisal, 2017).
Jika limbah cair domestik tidak segera dikelola maka akan menjadi ancaman yang serius, karena
mengingat semakin meningkatnya jumlah limbah cair domestik. Sehingga di perlukan suatu
pengelolaan limbah cair domestik yang bisa menurunkan kandungan organik pada air limbah
sebelum di buang perairan (Wirosoedarmo et al., n.d.).
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan yang begitu cepat akan
mendapatkan dampak penurunan yang sangat serius atas kualitas dari lingkungan tersebut.
Tingkat jumlah penduduk membuat pemakaian air bersih meningkat sehingga menyebabkan
jumlah air limbah domestik juga meningkat. Akibat dari pencemaran lingkungan limbah
domestik yang bisa menurunkan kualitas dari lingkungan air, karena air besih merupakan salah
satu kebutuhan yang sangat penting dan susah untuk di dapatkan. Perkembangan industri saat ini,
air banyak yang tercemar oleh berbagai macam limbah hasil kegiatan manusia, seperti limbah
rumah tangga, limbah industri. Air sungai yang tercemar akan menurun kualitasnya kemudian
tidak dapat di pergunakan lagi. Hasil pemantauan dari kualitas air di Indonesia menunjukkan
bahwa kadar bahan organik dan logam berat pada air cukup tinggi sehingga memerlukan biaya
yang tinggi untuk meningkatnya kualitas bahan baku air minum.
Sarana dan prasarana pengolahan air limbah domestik di kota-kota besar saat ini masih
saat minim. Pengelolaan air limbah permukiman yang bisa di tangani melalui sistem pengolahan
di tempat atau pun melalui pengelolaan sistem terpusat. Beberpa kota di Indonesia banayak yang
masih belum mempunyai sistem pengelolaan air limbah yang di lakukan secara terpusat. Saat ini
diketahui bahwa sistem pengelolaan air limbah terpusat hanya di sebelas kota yang ada sistem
tersebut, tetapi pelayananya masih sangat rendah (Teknologi, n.d.)
Akibat dari meningkatnya penduduk dan juga terbatasnya sarana sanitasi maupun instansi
pengolah air limbah membuat pencemaran air khususnya air sungai menjadi di tinggi. Di
bangunnya instansi pengolahan air limbah rumah tangga di negara maju di ketahui mahal dan
juga sangat suluit. Ketertinggalan pembangaunan sanitasi menimbulkan berbagai permasalahan
yang ada seperti kurangnya air permukaan dan kualitas air tanah, pencemaran uadara yang
mengakibatkan kesehatan masyarakat terganggu, sehingga membuat daya saing bangsa dan
neagar menurun. Sehingga tuntunan akan pengolahan air limbah untuk perbaikan sanitasi
semakin meningkat khususnya di Indonesia, sejalan dengan meningktanya beban pencemaran air
permukaan maupun air tanah.
Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mengalami masalah serius yang harus segera
diatasi mengingat besarnya tingkat kerusakan lingkungan yang telah. Upaya-upaya tersebut
sangat erat kaitannya dengan aktivitas keseharian manusia yang selama ini dianggap dapat
mengancam kelestarian dan kestabilan lingkungan. Pengelolaan lingkungan hidup sudah menjadi
kewajiban bersama antara masyarakat yang merupakan pelaku industri dan juga pihak
pemerintah. Hal tersebut sangta penting dikarenakanb Indonesia sudah menjadi negara semi
industri. Sebagaimana lazimnya negara semi industry menargetkan tingkat pertumbuhan output,
tetapi hal tersebut masih sangat kurang mendapatkan perhatian dari eksternalitas negatif. Pola
perilaku masyarakat seharusnya mengutaman pengelolaan lingkungan yang dimana dapat
menghasilkan limbah maupun sampah. Limbah yang paling berbahaya yaitu limbah cair
domestik karena limbha tersebut sangat tidak baik bagi kesehatan dan juga kelangsungan hidup
manusia.
Limbah cair yang mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, mengalami
perubahan fisik, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media
untuk tumbuhnya kuman. Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban pencemaran
pada air limbah adalah dengan mengukur BOD (Biological Oxygen Demand). Sesuai dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah. BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah
oksigen yang di butuhkan oleh mikroorganisme didalam air lingkungan untuk mencegah bahan
buangan organik yang ada didalam air lingkungan tesebut.
Sebagian besar pencemaran air sungai berasal dari limbah domestik yang mencapai 60%
- 70%, dengan kontribusi pencemaran berasal dari limbah domestik, limbah industry, dan
limbah pertanian. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk membenahi sistem sanitasi yaitu
dengan cara mengolah air limbah terlebih dahulu sebelum dibuang dan berguna dalam
mengurangi pencemaran air yang digunakan untuk sumber. Bebrapa cara untuk mengolah air
limbah yaitu membuat rawa buatan. Tujuannya adalah untuk membenahi kualitas air dan
mengurangi efek yang berbahaya, serta memberikan upaya konfersi air. Pembuatan constructed
wetland (rawa buatan) sebagai taman (Suswati & Wibisono, 2013)
Analisis adanya pencemaran limbah domestik dalam suatu lingkungan merupakan hal
penting untuk dilakukan berkaitan dengan kesehatan, keindahan dan alasan ekologi lainnya.
Pencemaran domestic yang umumnya berasal dari limbah manusia dan hewan merupakan faktor
penyebab utama menurunnya kualitas air. Salah satu parameter yang bisa digunakan untuk
mengidentifkasi adanya kontaminasi limbah domestik pada wilayah adalah karakteristik biologi
berupa keberadaan bakteri coliform. Bakteri coliform merupakan mikroorganisme yang menjadi
indikator adanya pencemaran lingkungan atau sanitasi yang kurang baik akibat limbah domestic.
Bakteeri coliform tergolong dalam family enterobacteriaceae yang dibedakan ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok fekal dan kelompok non fekal. Coliform fekal merupakan bakteri
indikator yang menjadi tanda ada atauntidaknya pencemaran bateri pathogen. Ini di sebabkan
karena keberadaan koloni coliform fekal berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen.
Semakin saedikit kandungan coliform menunjukan semakin baik kualitas air pada suatu kawasan
(Bakteri et al., 2017).
Secara umum air yang tercemar dapat dilihat secara langsung. Misalnya dilihat dari
kekeruhannya, karena pada dasarnya air yang bersih itu warnanya sangat jernih, kemudian
warnanya yang transparan dan tembus cahaya. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yanag di maksud dengan Pencemaran Air adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen laian ke dalam
air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Dari urain bahwa
pencemaran air dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja dari segitiga manusia pada
suatu perairan yang peruntukannya sudah jelas. Sumber air di dayagunakan manusia untuk
berbagai keperluan, salah satunya pendayagunaan air dalam bidang budaya, seperti untuk
transportasi, menghasilkan listrik dari energi potensial pada bending, industri dan pariwisata (P.
T. Lingkungan, 2017).
Berbagai macam usaha yang telah di lakukan untuk mengolah limbah dengan cara
menggunakan bahan-bahan kimia secara langsung. Dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut
untuk menetralisir limbah sering kali mematikan mikroorganisme yang justru dapat menguraikan
bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah, khusunya limbah cair. Penggunaan bahanbahan yang dapat mereduksi limbah dengan potensi yang sangat besar dan mudah di peroleh
seperti tanaman air. Contohnya tanaman azolla dan eceng gondok, tanaman ini masih jarang di
lakukan karena tanaman eceng gondok dalam jumlah yang banyak apabila tidak bisa di kontrol
dapat memenuhi saluran air, sehingga penggunaannya harus sangat di kontrol. Begitu juga
tanaman azolla. Kedua tanaman ini biasanya di anggap sebagai gulma yang harus di berantas.
Karna bisa menyumbat aliran air pada sungai, danau, dan saluran irigrasi. Tanaman azolla dan
eceng gondok mempunyai ciri-ciri antara lain, mudah sekali berkembang biak, bisa tumbuh di
berbagai kondisi dan mempunya kemapuan untuk meningkatkan mutu air yang tercemar karna
limbah. Dua jenis tanamn tersebut mampu menyerap logam berat sehingga sangat perlu untuk
mencoba guna memperbaiki kualitas limbah cair.
Selain itu ada juga beberapa kendala yang secara terpusat dalam upaya pengelolaan air
limbah domestik yaitu di sebebkan oleh peraturan perundangan belum mendukung, peran serta
masyarakat masih kurang, faktor pembiayaan yang cukup tingnggi, lembaga atau instansi yang
masih tumpang tindih serta lemahnya aspek teknologi.
Secara umum sumber pencemaran bisa di bedakan menjadi dua jenis, yaitu pencemaran
point source dan non-point source. Pencemaran point source adalah pencemaran yang bersumber
dari identifika lokal. Point source sangat mudah untuk di identifikasi, di ukur dan di kontrol.
Sedangkan pencemaran non-point source adalah air hujan yang jatuh di permukaan jalan dapat
terkontaminasi dengan mudah oleh minyak mobil, debu, kotoran hewan, dan tanah. Pengaturan
jumlah bahan pencemar yang dapat di buang langsung ke sungai berdsarkan atas kajian ilmiah
tentang daya tampung beban pencemaran pada sungai. Hal ini di lakukan karena untuk
memastikan bahwa bahan pencemar yang di buang ke sungai tidak melewati batas kemampuang
air sungai untuk membersihkan sendiri. Tingginya tingkat pencemaran di sungai tersebut di
sebabkan karena tingginya jumlah limbah pencemar yang masuk dari daratan ke sungai sehingga
menambah beban pencemaran dari tahun ke tahun.
Jakarta menjadi salahbsatu contoh kota yang mengakibatkan pencemaran lingkungan air
limbah cair domestik sehingga menimbulkan rasa kekhawatiran. Khususnya di berbagai kota
besar penduduknya masih saja membuang air limbah ke sungai atau pun dilaut tanpa melakukan
sistem pengolahan dahulu. Rendahnya kesadaran sebagian masyarakat mengenai pencemaran
lingkungan menyebabkan semakin tingginya pencemaran yang diperoleh dari air laut atau pun
sungai di kota Jakarta.
Diberbgai kota yang ada di Jakarta membangun Instalasi Pengolahan Limbah Berbasis
Masyarakat (IPLBM) yang di lakukan secara teknis. Limbah cair dari instalasi mengalir menuju
rumah kerumah dengan melewati jalur pipa yang dangkal dan tangki septic komunal di rangkai
dengan ukuran besar. Banyak kendala maupun hambatan yang ada di instalasi di air limbah
sehingga meningkatkan laju perkembangan penduduk dan diindustrilisasi di kota besar. Hal
tersebut mengakibatkan instalasi pengolahan air limbah sudah tidak lagi dapat mengolah sesuai
standar yang sudah ditentukan, sehingga membuat tingkat kualitas lingkungan tersebut menurun.
tersebut (Widayat, 2009).
Kepedulian masyarakat dan pemerintah saat ini masih di anggap rendah akan peranan
kesehatan lingkungan untuk mendukung kualitas lingkungan sehingga mengakibatkan kurangnya
pelayanan pengelolaan terhadap air bersih. Keadaan ini terlihat pada pelayanan-pelayanan
pengolahan air limbah dibeberapa kota yang saat ini masih memeiliki kendala tersebut. Ini
dikarenakan masyarakat yang malas untuk membayar pelayanan pengolahan air bersih dan air
limbah. Kelengkapan pengolahan air limbah domestic saat masih sangat kurang dan tidak
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Paling utama adalah daerah yang padat penduduk
disebabkan terbatasnya pengetahuan akan pengelolaan lingkungan dan terbatasnyalahan untuk
tempatpengolahan air limbah. Sehingga banyak penduduk yang masih membuang limbah rumah
tangga dengan asal-asalan dan tidak diolah terlebih dahulu.
Dalam pengelolaan air limbah yang bertujuan untuk mengatasi masalah pencemaran dan
krisis akan air bersihr ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melakukan
pengolahan air limbah tersebut secara komunal, kemudian pengolahan lanjutan untuk di daur
ulang. Mendaur ulang air limbah dengan cara komunal menggunakan sistem gabungan biologis
dengan menggunakan reaktor bio filter anaerob dan aerob untuk membasmi polutan di dalam air
limbah tersebut. Kemudian pengolahan lanjutan dengan proses aksidasi, menyaring
menggunakan pasir dan juga menggunakan saringna karbon aktif, kemudian di lanjutkan dengan
stelivisator ultraviolet untuk meningkatkan kualitas dari hasil pengolahan air limbah sebagai
alternatif untuk menghemat dalam menggunakan air bersih (Widayat, 2009).
Kesimpulan
Kondisi lingkungan di Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan yang di karnakan
dua faktor penyebabnya, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Akibat kerusakan lingkungan
yang di sebabkan oleh tangan manusia tersebut akan membawa dampak bencana lingkungan
seperti banjir, perubahan iklim hingga pemanasan global. Manusia merupakan salah satu
makhluk hidup dalam suatu ekosistem tertentu yang membutuhkan suatu kebutuhan, untuk
mencukupi kebutuhannya, manusia akan melakukan berbagai cara yang akan berdampak pada
kerusakan lingkungan di sekitarnya. Berbagai macam usaha yang telah di lakukan untuk
mengolah limbah dengan cara menggunakan bahan-bahan kimia secara langsung. Dari
penggunaan bahan-bahan kimia tersebut
untuk menetralisir limbah sering kali mematikan
mikroorganisme yang justru dapat menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung dalam
limbah, khusunya limbah cair. Penggunaan bahan-bahan yang dapat mereduksi limbah dengan
potensi yang sangat besar dan mudah di peroleh seperti tanaman air. Contohnya tanaman azolla
dan eceng gondok, tanaman ini masih jarang di lakukan karena tanaman eceng gondok dalam
jumlah yang banyak apabila tidak bisa di kontrol dapat memenuhi saluran air, sehingga
penggunaannya harus sangat di kontrol. Begitu juga tanaman azolla. Kedua tanaman ini biasanya
di anggap sebagai gulma yang harus di berantas. Karna bisa menyumbat aliran air pada sungai,
danau, dan saluran irigrasi. Tanaman azolla dan eceng gondok mempunyai ciri-ciri antara lain,
mudah sekali berkembang biak, bisa tumbuh di berbagai kondisi dan mempunya kemapuan
untuk meningkatkan mutu air yang tercemar karna limbah. Dua jenis tanamn tersebut mampu
menyerap logam berat sehingga sangat perlu untuk mencoba guna memperbaiki kualitas limbah
cair.
Bakteri, D., Lingkungan, P., Biologi, P. S., Sains, F., Al, U., Indonesia,
A., … Baru, K. (2017). Deteksi Bakteri Pencemar Lingkungan (
Coliform) Pada Ikan Sapu-Sapu Asal Sungai Ciliwung, 4(1), 24–27.
I Made Ari Permadi, R. . R. M. (2013). Dampak pencemaran lingkungan
akibat limbah dan upaya penanggulangannya di kota denpasar.
Kertha Negara, 1, 3–7.
Lingkungan, D. K. (2016). Social Responsibility), 203–225.
Lingkungan, P. T. (2017). POLICY AND STRATEGY OF DOMESTIC
WASTE WATER, 10(2), 58–75.
Mimika, K. (2015). No Title, (82).
Suswati, A. C. S. P., & Wibisono, G. (2013). Pengolahan Limbah
Domestik dengan Teknologi Taman Tanaman Air (Constructed
Wetlands). Indonesian Green Technology Journal, 2(2), 70–77.
Teknologi, P. (n.d.). PENGOLAHAN IKAN DI MUNCAR ( Studi
Kasus Kawasan Industri Pengolahan Ikan di Muncar – Banyuwangi
), 69–80.
Widayat, W. (2009). Daur ulang air limbah domestik kapasitas 0,9 m3
per jam menggunakan kombinasi reaktor biofilter anaerob aerob dan
pengolahahan lanjutan. Jai, 5(1), 28–41.
https://doi.org/10.22219/jpbi.v2i3.3860
Wirosoedarmo, R., Tunggul, A., Haji, S., Hidayati, E. A., Pertanian, T.,
Brawijaya, U., & Veteran, J. (n.d.). Pengaruh Konsentrasi Dan
Waktu Kontak Pada Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan
Karbon Aktif Tongkol Jagung Untuk Menurunkan BOD dan COD
The Influence Of Concentration and Contact Time in Domestic
Sewage Treatment Using Activated Carbon the Cob of Corn , 30–37.
View publication stats
Download