Uploaded by User31689

IONI MATA

advertisement
11.1 Antiinfeksi untuk Mata
11.1.1Antibakteri
11.1.2Antijamur
11.1.3 Antivirus
INFEKSI MATA. Kebanyakan infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal.
Blefaritis dan konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis dan
endoftalmitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Blefaritis bakterial
diobati dengan pemberian salep mata antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata.
Tetapi kadang- kadang diperlukan pengobatan sistemik yang biasanya dilakukan setelah kultur
organisme dan ditentukan sensitivitas antimikrobanya. Antibiotika yang sesuai seperti
tetrasiklin diberikan selama 3 bulan atau lebih.
Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan sendirinya. Antibakteri
tetes mata atau salep mata digunakan bila diperlukan pengobatan.
Respons yang kurang baik terhadap pemberian obat menunjukkan konjungtivitis kemungkinan
disebabkan oleh virus atau alergi. Konjugtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba
sistemik dan topikal. Ulkus kornea dan keratitis memerlukan penanganan oleh dokter spesialis
dan mungkin membutuhkan penggunaan antimikroba subkonjungtival atau sistemik.
Endoftalmitis adalah kedaruratan medik yang juga membutuhkan penatalaksanaan oleh dokter
spesialis dan sering membutuhkan penggunaan antibiotika parenteral, subkonjungtival, atau
intraokuler. Untuk acuan pengobatan kutu pubis (crab lice) bulu mata, lihat 13.10.4.
11.1.1 Antibakteri
Infeksi karena bakteri biasanya diobati secara topikal dengan obat tetes dan salep mata.
Pemberian sistemik kadang-kadang diperlukan untuk blefaritis. Pada infeksi intraokular,
beberapa cara pemberian (intrakornea, intravitral, dan sistemik) dapat digunakan.
Kloramfenikol memiliki spektrum aktivitas yang luas dan merupakan obat pilihan untuk
infeksi mata superfisial. Tetes mata kloramfenikol ditoleransi dengan baik dan rekomendasi
bahwa kloramfenikol tetes mata harus dihindari sebab meningkatkan risiko anemia aplastik
tidak ditemukan. Antibiotika lain dengan spektrum aktivitas luas termasuk kuinolon,
siprofloksasin dan ofloksasin; framisetin, gentamisin dan neomisin juga aktif melawan bakteri
dengan variasi yang luas. Gentamisin, siprofloksasin dan ofloksasin efektif untuk infeksi yang
disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Tetes mata siprofloksasin digunakan untuk ulkus
kornea; penggunaan intensif (terutama untuk dua hari pertama) dibutuhkan sepanjang siang
dan malam. Asam fusidat bermanfaat untuk infeksi stafilokokus.
Propamidin isetionat kecil manfaatnya dalam infeksi bakteri tetapi spesifik untuk kondisi
keratitis akantamoeba yang jarang terjadi (neomisin dapat digunakan sebagai obat tambahan;
lihat juga 13.1.9).
Neonatus. Tetes mata antibakteri digunakan untuk pengobatan konjungtivitis bakteri akut pada
neonatus (optalmia neonatorum), jika mungkin, mikroorganisme penyebabnya sebaiknya
diidentifikasi. Tetes mata kloramfenikol atau neomisin digunakan untuk pengobatan
konjungtivitis ringan, untuk infeksi yang lebih serius disarankan juga antibakteri sistemik. Jika
tidak ada respon pada pengobatan awal diperlukan investigasi; sebaiknya dipertimbangkan
Infeksi klamidial.
Infeksi mata gonokokal diobati dengan injeksi dosis tunggal seftriakson. Infeksi mata klamidial
sebaiknya ditangani dengan pemberian eritromisin oral. Tetes mata gentamisin bersama
dengan antibakteri sistemik yang sesuai digunakan pada pengobatan infeksi mata
pseudomonas. DENGAN KORTIKOSTEROID. Banyak sediaan antibakteri juga dikombinasi
dengan kortikosteroid tetapi campuran demikian tidak boleh digunakan kecuali pasien berada
dalam supervisi seorang spesialis. Secara khusus obat jenis ini tidak boleh diresepkan untuk
mata merah yang belum terdiagnosa yang kadang-kadang disebabkan oleh virus herpes
simpleks dan mungkin sulit untuk didiagnosa (lihat 13.1.4.1).
CARA
PENGGUNAAN.
Obat tetes mata. Gunakan sedikitnya tiap 2 jam, kemudian kurangi frekuensi saat infeksi sudah
terkendali
dan
lanjutkan
untuk
48
jam
setelah
sembuh.
Salep mata. Gunakan pada malam hari (bila digunakan tetes mata siang harinya) atau 3-4 kali
sehari (bila hanya salep yang digunakan).
Monografi:
ASAM FUSIDAT
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
DIBEKASIN
FRAMISETIN SULFAT
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
lihat keterangan di atas.
GATIFLOKSASIN
Indikasi:
infeksi okular eksternal seperti konjungtivitis dan keratitis bakterialis yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang peka terhadap gatifloksasin.
Peringatan:
pemakaian lama dihindari karena dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang tidak
sensitif, termasuk jamur yang dapat menimbulkan super infeksi.
Interaksi:
penggunaan bersamaan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dalam plasma,
meningkatkan efek antikoagulan warfarin dan derivatnya, meningkatkan kadar serum kreatinin
pada pasien pengguna siklosporin secara sistemik, gangguan metabolism kafein.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas.
Efek Samping:
iritasi konjungtival, peningkatan lakrimasi, keratitis dan konjungtivitis papilari, kemosis,
perdarahan konjungtival, mata kering, iritasi mata, nyeri mata, garis mata membengkak,
pusing, mata merah, kemampuan penglihatan berkurang dan gangguan mengecap.
Penggunaan:
hari ke 1 – 2 : teteskan 1 tetes pada mata yang sakit setiap 2 jam sampai 8 kali sehari (mulai
bangun tidur), hari ke 3 – 7 : teteskan 1 tetes pada mata yang sakit sampai 4 kali sehari (mulai
bangun tidur).
GENTAMISIN
Indikasi:
sebagai terapi tambahan pada peningkatan tekanan intra okular pada pasien dengan hipertensi
okular atau glaukoma sudut lebar.
Peringatan:
gentamisin dan metabolitnya dieksresikan melalui terutama ginjal, maka tidak
direkomendasikan untuk digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat (CrCl <
30ml/menit); gangguan hati.
Interaksi:
tidak direkomendasikan digunakan bersamaan dengan obat golongan penghambat karbonik
anhidrase oral.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap komponen obat.
Efek Samping:
pandangan kabur, rasa yang tidak biasa seperti pahit, kecut; lebih jarang terjadi: blefaritis,
dermatitis, mata kering, sensasi tubuh yasing, sakit kepala, hiperemia, okular discharge,
ketidaknyamanan okular, keratitis okular, nyeri okular, pruritus akular, dan rinitis; pada kasus
yang lebih jarang terjadi: reaksi alergi, alopesia, nyeri dada, konjungtivis, diare, diplopia,
mengantuk, mulut kering, dispnea, dispepsia, kelelahan mata, keratokonjungtivis, keratopati,
nyeri ginjal, mual, faringitis, mata berair, dan gatal-gatal.
Penggunaan:
satu tetes pada mata yang sakit, tiga kali sehari. Gunakan berselang minimal 10 menit dari
penggunaan obat penurun tekanan okular yang lain.
KLORAMFENIKOL
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
rasa pedas sementara; laporan yang jarang mengenai anemia aplastik; lihat juga keterangan di
atas
Penggunaan:
Lihat keterangan di atas
LEVOFLOKSASIN
Indikasi:
pengobatan topikal untuk infeksi okular eksternal seperti konjungtivitis yang disebabkan oleh
strain bakteri yang rentan terhadap levofloksasin.
Peringatan:
efikasi produk ini terhadap methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) belum
terbukti; untuk menghindari resistensi bakteri, uji sensitifitas bakteri perlu dilakukan dan
periode pengobatan dengan levofloksasin dilakukan dalam waktu paling singkat yang sudah
dapat mengeradikasi infeksi; tidak direkomendasikan untuk anak berusia di bawah 1 tahun;
kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5).
Kontraindikasi:
pasien dengan riwayat sensitifitas terhadap ofloksasin dan semua antibiotika golongan
kuinolon.
Efek Samping:
eritema, ruam, dispnea, penurunan tekanan darah, udem kelopak mata (hentikan pengobatan);
blefaritis (kemerahan pada kelopak mata/udem,dll), dermatitis pada kelopak mata, gatal; iritasi,
lesi pada kornea seperti keratitis superficial diffuse.
Penggunaan:
Satu tetes digunakan tiga kali sehari. Dosis dapat disesuaikan sesuai dengan gejala yang
dialami pasien
NEOMISIN SULFAT
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
lihat keterangan di atas.
OFLOKSASIN
Indikasi:
digunakan untuk mengobati infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif.
Peringatan:
hindarkan pemakaian yang lama karena dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang
tidak sensitif termasuk jamur, yang dapat menimbulkan super infeksi; kehamilan (lihat
Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5).
Interaksi:
antibiotika sejenis topikal β-laktam.
Efek Samping:
pedih, rasa gatal, dan merah-merah pada konjungtiva; rasa menyengat, kemerahan, gatal,
konjungtivitis kimia/keratitis, udem okular/perikular/wajah, sensasi asing pada tubuh,
photophobia, pandangan tidak jelas, mata berair, mata kering, dan nyeri pada mata; jarang
pusing.
Penggunaan:
1-2 tetes setiap 4-6 jam. Dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes tiap 2 jam selama 24-48 jam
pertama. Kemudian frekuensi harus diturunkan bertahap sesuai tanda-tanda perbaikan klinis.
OKSITETRASIKLIN
POLIMIKSIN B SULFAT
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
lihat keterangan di atas.
SIPROFLOKSASIN
Indikasi:
infeksi bakteri superfisial, lihat keterangan diatas; ulkus kornea.
Peringatan:
tidak disarankan untuk digunakan pada anak berusia di bawah 1 tahun; kehamilan (lihat
Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5).
Efek Samping:
rasa terbakar lokal dan gatal; pelupuk mata terbentuk krusta; hyperaemia; gangguan indra
pengecap; kornea menjadi berwarna, keratitis, udem pada kelopak mata, lacrimation,
photophobia, infiltrasi kornea; dilaporkan adanya mual dan gangguan penglihatan.
Penggunaan:
infeksi bakteri superfisial, lihat keterangan di atas. Ulkus kornea, gunakan siang dan malam,
hari pertama 2 tetes tiap 15 menit untuk 6 jam, kemudian setiap 30 menit untuk sisa hari; hari
kedua gunakan 2 tetes tiap jam; hari ketiga hingga keempat belas gunakan 2 tetes tiap 4 jam;
untuk pengobatan lebih lama dibutuhkan petunjuk dokter untuk menentukan frekuensi (lama
pengobatan maksimum 21 hari).
SULFASETAMID
TOBRAMISIN
Indikasi:
Lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
Lihat keterangan di atas.
11.1.2 Antijamur
Infeksi jamur pada kornea dapat terjadi setelah ‘cedera agrikultural’, terutama dalam suhu
panas dan lembab. Mikosis orbital lebih jarang dan bila timbul biasanya karena penyebaran
langsung dari infeksi di sinus paranasal. Lansia, kelemahan, atau imunosupresan dapat
menyebabkan berkembang biaknya jamur (fungi). Penyebaran infeksi melalui peredaran darah
kadang-kadang menimbulkan endoftalmitis metastatik.
Berbagai fungus yang berbeda dapat menimbulkan infeksi okuler; tetapi infeksi ini dapat
diidentifikasi dengan prosedur laboratorium yang sesuai.
11.1.3 Antivirus
Infeksi herpes simpleks, seperti ulcer kornea dendritik dapat diobati dengan asiklovir. Implan
okular lepas lambat yang mengandung gansiklovir dapat disisipkan melalui pembedahan untuk
mengobati retinitis CMV yang mengancam penglihatan. Pengobatan lokal tidak dapat
melindungi terhadap infeksi sistemik atau infeksi pada mata yang sebelah. Untuk pengobatan
sistemik retinitis CMV, lihat 5.3.2.2.
Monografi:
ASIKLOVIR
Indikasi:
pengobatan lokal infeksi herpes simpleks.
Efek Samping:
agak menyengat dan pernah dilaporkan inflamasi lokal.
Penggunaan:
gunakan 5 kali sehari (lanjutkan untuk sedikitnya 3 hari setelah penyembuhan total).
IDOKSURIDIN
11.2 Kortikosteroid dan Antiinflamasi Lain
11.2.1 Kortikosteroid
11.2.2 Antiinflamasi lain
11.2.1 Kortikosteroid
Kortikosteroid yang digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep mata, atau injeksi
subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik memiliki peranan penting dalam pengobatan
inflamasi segmen anterior, termasuk yang disebabkan oleh pembedahan. Kortikosteroid topikal
lazimnya hanya digunakan di bawah pengawasan dokter spesialis; Tiga risiko yang
berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid:



Mata merah, dimana diagnosis belum dikonfirmasi, mungkin diakibatkan oleh virus herpes
simpleks. Kortikosteroid memperburuk kondisi yang dapat berakhir pada kerusakan
penglihatan atau bahkan hilangnya mata. Infeksi bakteri, jamur dan amuba menunjukkan
bahaya yang sama.
Pada individu yang rentan, penggunaan preparat kortikosteroid mata dapat menyebabkan
glaukoma steroid.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan katarak steroid.
Efek samping lain termasuk penipisan kornea dan sklera.
Penggunaan produk kombinasi yang mengandung kortikosteroid dengan antiinfeksi jarang
dibenarkan. Kortikosteroid sistemik mungkin dapat bermanfaat untuk kondisi okular. Risiko
terjadinya katarak steroid meningkat sejalan dengan peningkatan dosis dan lama pemberian.
Monografi:
BETAMETASON
Indikasi:
pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek).
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
berikan tetes mata tiap 1-2 jam sampai keadaan terkendali kemudian kurangi frekuensi, salep
2-4 kali tiap hari, atau pada malam hari bila digunakan bersama tetes mata.
DEKSAMETASON
Indikasi:
untuk pengobatan jangka pendek pada mata dengan kondisi responsif steroid ketika
pengobatan antibiotik profilaktik juga diperlukan, setelah diyakini tidak terjadi infeksi jamur
dan virus; blepharitis pada kelopak mata.
Peringatan:
meskipun pada umumnya dianggap aman, penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan pada
masa pertumbuhanPenggunaan jangka panjang pada bayi dapat menekan kelenjar adrenal.
Pengobatan dengan kombinasi steroid-antibiotik jangan dilakukan lebih dari 7 hari berturutturut. Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum ditetapkan. Jangan
mengulang atau memperpanjang pengobatan tanpa pemeriksaan yang teratur terhadap
peningkatan tekanan okular. Kortikosteroid topikal tidak boleh digunakan pada mata merah
tanpa diagnosa yang jelas karena dapat terjadi risiko kebutaan. Pemberian bersamaan dengan
aminoglikosida dapat menyebabkan berkurangnya pendengaran yang tidak dapat balik bila
diberikan secara sistemik atau topikal pada kulit yang luka atau rusak.
Kontraindikasi:
penderita hipersensitif terhadap salah satu komponen sediaan; infeksi herpes simpleks akut
dan penyakit virus lainnya pada kornea dan konjungtiva, tuberkulosis pada mata, penyakit
jamur pada mata, trakoma, infeksi purulent akut pada mata; otitis eksterna disertai perforasi
membran pada telinga.
Efek Samping:
paling sering terjadi sensitasi alergi, reaksi-reaksi yang disebabkan komponen steroid berupa
peningkatan tekanan intraokular dengan kemungkinan perkembangannya terjadi glaukoma,
pembentukan katarak subkapsular posterior dan perlambatan penyembuhan luka dan
perforasi.
Penggunaan:
untuk mata satu-dua tetes pada mata yang sakit hingga 6 kali sehari atau lebih sering jika
diperlukan.
FLUOROMETOLON
Indikasi:
pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek).
Peringatan:
lihat keterangan di atas; tendensi untuk meningkatkan tekanan intraokuler berkurang.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
gunakan tetes mata 2-4 kali/hari (mula-mula tiap jam untuk 24-48 jam, kemudian kurangi
frekuensi).
HIDROKORTISON ASETAT
Indikasi:
pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek).
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
PREDNISOLON
Indikasi:
pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek).
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
gunakan tetes mata tiap 1-2 jam hingga kondisi terkendali kemudian kurangi frekuensi.
11.2.2 Antiinflamasi lain
Sediaan lain yang digunakan untuk pengobatan topikal inflamasi dan konjungtivitis alergi
meliputi antihistamin, lodoksamid dan natrium kromoglikat. Sediaan topikal antihistamin
seperti tetes mata yang mengandung antazolin sulfat, ketotifen, levokabastin, dan olopatadin
dapat digunakan untuk konjungtivitis alergi. Tetes mata natrium kromoglikat mungkin berguna
untuk keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis alergi lainnya. Tetes mata lodoksamid
digunakan untuk konjungtivitis alergi termasuk yang musiman. Tetes mata diklofenak juga
digunakan untuk konjungtivitis alergi musiman.
Monografi:
ANTAZOLIN
Indikasi:
konjungtivitis alergi.
KALIUM PEMIROLAS
Indikasi:
untuk pengobatan konjungtivis alergi dan vermal.
Peringatan:
data keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui serta pada bayi belum tersedia.
Pengguaan pada wanita hamil hanya jika manfaatnya melebihi risikonya.
Efek Samping:
iritasi mata, blefaritis, gatal pada kelopak.
Penggunaan:
1 tetes dua kali sehari (pagi dan malam hari).
KETOTIFEN
Indikasi:
konjungtivitis alergi seasonal.
Efek Samping:
rasa terbakar yang tidak menetap atau rasa tersengat, punctate corneal epithelial erosion,
jarang terjadi mata kering, perdarahan subkonjungtiva, fotofobia; sakit kepala, mengantuk,
reaksi pada kulit, dan dilaporkan mulut kering.
Penggunaan:
DEWASA dan ANAK diatas 3 tahun, gunakan 2 kali sehari.
KROMOGLIKAT NATRIUM
Indikasi:
konjungtivitis alergi.
Efek Samping:
rasa terbakar sementara dan rasa tersengat.
Penggunaan:
gunakan tetes mata 4 kali sehari, salep mata 2-3 kali sehari.
LEVOKABASTIN
Indikasi:
konjungtivtis alergi.
Efek Samping:
iritasi lokal, pandangan kabur, urtikaria, dispnea, sakit kepala, rasa mengantuk.
Penggunaan:
DEWASA dan ANAK di atas usia 9 tahun, gunakan 2 kali/hari, tingkatkan bila perlu hingga
3-4 kali/hari, hentikan bila tidak ada perbaikan dalam 3 hari; maksimum 4 minggu
pengobatan per tahun.
LODOKSAMID
Indikasi:
konjungtivitis alergis.
Efek Samping:
rasa terbakar sementara, rasa tersengat, gatal, dan lakrimasi; dilaporkan terjadinya flushing
dan pusing.
Penggunaan:
DEWASA dan ANAK di atas usia 4 tahun, gunakan tetes mata 4 kali sehari.
NAPAZOLIN
NEPAFENAK
Indikasi:
nyeri dan inflamasi yang berhubungan dengan operasi katarak.
Peringatan:
berpotensi meningkatkan perdarahan jaringan okular (termasuk hifemas) terkait dengan
operasi okular, pemakaian bersama AINS topikal dan steroid topikal berpotensi memperlambat
penyembuhan, pemakaian jangka lama dapat menyebabkan kerusakan epitelial, penebalan
erosi, luka atau periorasi pada kornea, sehingga harus segera dihentikan dan dilakukan
pemantauan ketat, penderita dengan tendensi perdarahan atau penderita yang sedang
mengkonsumsi obat lain yang dapat memperpanjang waktu perdarahan, kehamilan, menyusui,
anak usia dibawah 10 tahun.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas, kehamilan.
Efek Samping:
kekeruhan kapsular, penurunan ketajaman penglihatan, rasa asing, peningkatan tekanan
intraokular dan perasaan lengket.
Penggunaan:
hanya untuk pemakaian topikal mata. Satu tetes nepafenak 0,1% pada mata yang terkena, tiga
kali sehari dimulai sejak satu hari sebelum operasi katarak, dilanjutkan pada hari operasi dan
pada dua minggu pertama setelah operasi.
OLOPATADIN
Indikasi:
pengobatan gejala dan tanda-tanda alergi konjungtivitis.
Peringatan:
bukan merupakan pengobatan iritasi yang berkaitan dengan pemakaian lensa kontak (jangan
menggunakan lensa kontak apabila mata merah), pengawet dalam sediaan tetes mata yang
mengandung olopatadin kemungkinan dapat diabsorpsi oleh lensa kontak, pasien yang
menggunakan lensa kontak dan matanya tidak merah disarankan untuk menunggu minimal
10 menit setelah penggunaan obat ini sebelum menggunakan lensa kontak kembali.
Efek Samping:
pusing, astenia, penglihatan terganggu, rasa menyengat atau rasa terbakar, sindrom flu, mata
kering, sensasi asing pada tubuh, hiperemia, hipersensitivitas, keratitis, udem pada kelopak
mata, mual, faringitis, pruritus, rinitis, sinusitis dan gangguan indra pengecap.
Penggunaan:
satu tetes dua kali sehari pada setiap mata yang terinfeksi dengan interval pemberian 6
sampai dengan 8 jam.
TETRAHIDROZOLIN (TETRIZOLIN)
11.3 Midriatik dan Sikloplegik
Antimuskarinik melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris; keduanya berbeda dalam
potensi dan lama kerja.
Midriatik yang relatif lebih lemah, kerja singkat, seperti tropikamid 0,5%, digunakan untuk
funduskopi. Siklopentolat 1% atau atropin lebih disukai untuk memberikan sikloplegia untuk
refraksi pada anak. Atropin 1% (dalam bentuk salep) kadang- kadang lebih disukai untuk anak
di bawah usia 5 tahun karena absorbsi sistemiknya berkurang. Atropin yang kerjanya lebih
lama (sampai dengan 7 hari) juga digunakan untuk pengobatan uveitis anterior terutama untuk
mencegah posterior synechiae. Sering digunakan dengan tetes mata fenilefrin 10% (2,5% pada
anak, pasien lansia, dan mereka yang berpenyakit jantung).
Homatropin 1% juga digunakan untuk pengobatan inflamasi segmen interior dan dianjurkan
karena mula kerjanya lebih pendek.
PERINGATAN. Iris berpigmen gelap lebih resisten terhadap dilatasi pupil oleh karena itu perlu
kehati-hatian untuk mencegah overdosis. Midriasis dapat menimbulkan glaukoma sudut sempit
akut pada beberapa pasien, biasanya mereka berusia lebih dari 60 tahun dan hipermetropik
(long-sighted) yang merupakan faktor predisposisi untuk glaukoma karena kamar anterior yang
dangkal. Fenilefrin dapat berinteraksi dengan inhibitor monoamine-oksidase yang digunakan
secara sistemik; lihat juga Lampiran 1 (simpatomimetik).
MENGEMUDI. Pasien sebaiknya diingatkan untuk tidak mengemudikan kendaraan selama 12 jam setelah mendapat midriatikum. EFEK SAMPING. Efek samping okular dari midriasis
dan sikloplegik termasuk rasa pedih sementara dan peningkatan tekanan intraokular; pada
pemberian jangka panjang dapat terjadi iritasi lokal, hiperaemia, udem, dan konjungtivitis.
Dermatitis kontak cukup sering terjadi dengan obat midriatik antimuskarinik, khususnya
atropin.
Selain itu, reaksi toksik sistemik pada atropin dan siklopentolat dapat terjadi pada pasien yang
sangat muda dan sangat tua.
Antimuskarinik
Monografi:
ATROPIN SULFAT
Indikasi:
prosedur refraksi pada anak; lihat juga keterangan di atas.
Peringatan:
efeknya lama sekali, dapat memicu glaukoma; lihat juga keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
SIKLOPENTOLAT HIDROKLORIDA
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
pasien dengan tekanan intraokuler yang meningkat; lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
HOMATROPIN HIDROBROMIDA
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
TROPIKAMID
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
Simpatomimetik
Monografi:
FENILEFRIN HIDROKLORIDA
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
anak-anak dan lansia (hindari dosis 10%); penyakit kardiovaskuler (hindari atau hanya
gunakan dosis 2,5%); takikardia; hipertiroidisme; diabetes; lihat juga keterangan di atas.
Efek Samping:
rasa menyengat dan nyeri pada mata; penglihatan terganggu, photophobia; efek sistemik
diantaranya aritmia, hipertensi, spasme arteri koroner.
11.4 Pengobatan glaukoma
Glaukoma adalah kelainan yang ditandai dengan kehilangan pandangan penglihatan yang
berhubungan dengan kerusakan pada optic disc dan saraf mata. Walaupun umumnya glaukoma
dikaitkan dengan peningkatan intraokular tapi juga dapat terjadi pada tekanan intraokular
normal.
Glaukoma yang paling umum terjadi adalah glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma simplek
kronik; glaukoma sudut lebar) di mana sumbatannya terjadi pada trabecular meshwork.
Kondisi ini sering tanpa gejala dan penderita kehilangan penglihatan secara bermakna.
Glaukoma sudut tertutup primer (glaukoma sudut tertutup akut; glaukoma sudut sempit)
disebabkan tertutupnya aliran aqueous humour ke bilik anterior dan secara medis merupakan
keadaan gawat darurat. Hanya obat yang dapat menurunkan tekanan intraokular yang
digunakan dalam pengobatan glaukoma; obat tersebut bekerja melalui mekanisme berbeda.
Beta-bloker topikal atau analog prostaglandin umumnya merupakan obat pilihan pertama. Obat
ini perlu dikombinasikan atau ditambah dengan obat lain seperti miotik, simpatomimetik dan
inhibitor anhidrase karbonik untuk mengkontrol tekanan intraokular.
Untuk pengurangan tekanan intraokular yang segera, dan sebelum operasi diberikan manitol
20% (sampai 500 mL) melalui infus intravena perlahan-lahan hinggga tekanan intraokular
turun secara memuaskan. Injeksi intravena asetazolamid juga digunakan untuk keadaan gawat
darurat karena peningkatan tekanan intraokular.
Jika dibutuhkan, terapi anti glaukoma standar dapat diberikan sebagai pengobatan tambahan
setelah iridotomi, iridektomi atau operasi operasi drainase pada glaukoma sudut terbuka (openangle) atau sudut tertutup (angle-closure).




Beta Bloker
Analog Prostaglandin
Simpatomimetik
Miotik
Beta Bloker
Penggunaan topikal beta bloker pada mata efektif mengurangi tekanan intraokuler terutama
pada glaukoma sudut terbuka, mungkin dengan mengurangi laju produksi cairan bola mata.
Penggunaan secara oral juga mengurangi tekanan intraokuler tetapi cara pemberian ini tidak
digunakan karena efek sampingnya yang mengganggu.
Beta bloker yang digunakan sebagai tetes mata di antaranya betaksolol, levobunolol,
metipranolol dan timolol.
PERINGATAN, KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING: Penyerapan sistemik terjadi
setelah penggunaan topikal, oleh karena itu tetes mata yang mengandung beta-bloker
dikontraindikasikan pada pasien dengan bradikardia, heart block, atau gagal jantung. Penting:
sebagai peringatan untuk menghindari asma lihat catatan di bawah. Pertimbangkan juga
peringatan, kontraindikasi, dan efek samping lain dari beta-bloker (lihat 2.4.3). Efek samping
lokal dari tetes mata antara lain mata kering sementara, dan blefarokonjungtivitis alergis.
Catatan: Telah diinformasikan bahwa beta- bloker, bahkan yang jelas kardioselektif, sebaiknya
tidak digunakan pada pasien dengan asma atau riwayat penyakit paru obstruktif, kecuali bila
tidak ada pengobatan alternatif. Pada kasus demikian risiko bronkospasme sebaiknya
diantisipasi dan tindakan pencegahan dilakukan.
INTERAKSI: Karena penyerapan sistemik mungkin terjadi setelah penggunaan topikal,
kemungkinan interaksi sebaiknya diingat, khususnya dengan obat semacam verapamil. Lihat
juga Lampiran 1 (beta bloker).
Monografi:
BETAKSOLOL HIDROKLORIDA
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
gunakan tetes mata 2 kali sehari.
LEVOBUNOLOL HIDROKLORIDA
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas; dilaporkan kadang terjadi anterior uveitis.
Penggunaan:
gunakan tetes mata 1 kali atau 2 kali sehari.
METIPRANOLOL
Indikasi:
lihat keterangan di atas, tetapi dalam glaukoma sudut lebar kronis dibatasi pada pasien yang
alergi terhadap zat pengawet atau mereka yang memakai lensa kontak (dimana benzalkonium
klorida harus dihindari).
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas; dilaporkan terjadi uveitis anterior granulomatosa (hentikan
pengobatan).
Penggunaan:
gunakan tetes mata 2 kali sehari.
TIMOLOL MALEAT
Indikasi:
untuk pengobatan peningkatan tekanan intra okular pada pasien dengan hipertensi okular atau
glaukoma sudut lebar.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Kontraindikasi:
gagal jantung, aritmia jantung derajat dua atau tiga dengan blokade AV, bradikardi, syok
kardiogenik, asma bronkial, obstruksi saluran napas kronis dengan kecenderungan spasmus
bronkus atau riwayat spasmus bronkus; hipersensitif terhadap timolol maleat dan
benzalkonium klorida.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
dewasa: 1 tetes pada mata yang sakit, satu kali sehari; jika sediaan tetes mata lain juga
digunakan, harus pada jarak lima menit; periksa tekanan intra okular 34 minggu setelah awal
pengobatan, dan selama pengobatan periksa tekanan intra okular secara teratur karena respon
pasien dapat berubah-ubah.
Analog Prostaglandin
Latanoprost dan analog prostaglandin, meningkatkan arus keluar uveosklera. Obat ini
diindikasikan untuk mengurangi tekanan intra-okular pada hipertensi okuler atau pada
glaukoma sudut terbuka. Pasien sebaiknya dimonitor untuk perubahan warna mata karena
latanoprost dapat meningkatkan pigmen coklat dalam iris; diperlukan penanganan yang hatihati pada mereka dengan warna iris yang bercampur dan mereka yang menerima pengobatan
hanya pada satu mata saja.
Monografi:
BIMATOPROST
Indikasi:
peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular, yang tidak
diatasi atau tidak respon secara baik terhadap obat penurun tekanan intraokular lainnya.
Peringatan:
peningkatan pigmentasi dan pertumbuhan bulu mata; peningkatan pigmentasi iris dan kelopak
mata. Perubahan ini dapat berlangsung secara permanen.
Kontraindikasi:
hipersensitif.
Efek Samping:
kejadian antara 15-45% (dengan urutan kejadian menurun sesuai urutan berikut): konjungtiva
hiperemia, pertumbuhan bulu mata dan pruritus okular; kejadian 3-10% (dengan urutan
kejadian yang menurun): okular kering, gangguan penglihatan, okular terbakar, sensasi benda
asing, nyeri mata, pigmentasi kulit periokular, blefaritis, katarak, keratitis punctate superfisial,
eritema kelopak mata, iritasi okular, bulu mata yang menghitam; kejadian 1-3% (dengan urutan
kejadian yang menurun): kotoran mata, mata berair, fotofobia, konjungtivitis alergi, astenopia,
peningkatan pigmentasi iris, edema konjungtival; < 1%: inflamasi intraokular (iritis).
Dosis:
1 tetes pada mata yang sakit, sekali sehari pada malam hari. Tidak boleh lebih dari sekali.
Apabila digunakan bersamaan dengan obat optalmik topikal lainnya, berikan jeda waktu
pemberian selama 5 menit.
LATANOPROS
Indikasi:
peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma sudut lebar dan hipertensi okular yang tidak
mentoleransi obat lain atau respon yang kurang baik.
Peringatan:
sebelum memulai pengobatan, pasien harus diberitahu kemungkinan perubahan warna mata;
amati perubahan warna mata; afakia atau pseudofakia dengan koyakan pada kapsul posterior
lensa atau ruang lensa anterior; faktor risiko udem makular sistoid; asma berat atau mudah
kumat ; tidak boleh dipakai dalam jangka waktu 5 menit setelah penggunaan sediaan yang
mengandung tiomersal; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5).
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap komponen obat.
Efek Samping:
pigmentasi coklat terutama pada pasien yang warna irisnya campuran; radang kelopak mata,
iritasi okular dan nyeri; bulu mata memanjang, bertambah gelap dan tebal; hiperaemia
konjungtiva; erosi epitelial punctata transient; ruam kulit; lebih jarang edema kelopak mata
dan ruam; jarang dyspnoea, asma yang lebih parah, iritis, uvitis, edema lokal, kulit palpebral
menjadi gelap.
Penggunaan:
gunakan satu tetes pada mata yang sakit, sehari satu kali, pada malam hari.
TAFLUPROS
Indikasi:
untuk mengurangi tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular.
Peringatan:
aphakia atau pseudophakia, asma bronkial atau riwayat asma bronkial, endophtalmitis (iritis,
uveitis); kehamilan atau berencana untuk hamil; hentikan menyusui selama menggunakan obat
ini.
Kontraindikasi:
riwayat hipersensitif.
Efek Samping:
pewarnaan pada iris, infeksi konjungtiva, kelainan bulu mata (bertambah panjang, ketebalan
dan jumlah), gatal, iritasi, sensasi adanya benda asing pada mata, blepharal pigmentation,
gangguan pada epitel kornea termasuk superficial punctuate keratitis; nyeri pada mata,
hipertrikosis pada kelopak mata, kelopak mata memerah, eye discharge, fotofobia, udema pada
kelopak mata, rasa berat pada mata, lakrimasi, pandangan kabur, sakit kepala, udema pada
konjungtiva, pusing, eritema, peningkatan AST (GOT), adanya protein pada urin; peningkatan
kadar kalium darah; perdarahan subkonjungtiva, pusing, peningkatan ALT (GPT), peningkatan
γ-GTP, adanya gula dalam urin, peningkatan eosinofil, penurunan jumlah leukosit, peningkatan
asam urat.
Dosis:
satu tetes pada mata yang sakit sekali sehari, jangan digunakan lebih dari sekali sehari karena
penggunaan yang lebih sering dapat menurunkan efek.
TRAVOPROS
Indikasi:
penurunan tekanan intraokular pada pasien dengan glaukoma sudut lebar atau hipertensi
okular.
Peringatan:
lihat pada Latanoprost dan keterangan di atas.
Kontraindikasi:
kehamilan atau yang merencanakan kehamilan.
Efek Samping:
lihat pada Latanoprost; juga dilaporkan sakit kepala, pruritus okular, photophobia, dan
keratitis; jarang hipotensi, bradikardi, konjungtivis, browache.
Penggunaan:
sehari sekali, pada malam hari; tidak direkomendasikan penggunaan untuk anak-anak dan
remaja di bawah 18 tahun.
TRAVOPROS+TIMOLOL
Simpatomimetik
Penghambat karbonik anhidrase dan obat sistemik
Inhibitor karbonik anhidrase, asetazolamid dan dorzolamid mengurangi intraokular melalui
penurunan produksi aqueous humour. Penggunaan sistemik juga menimbulkan efek diuresis
lemah.
Asetazolamid diberikan secara oral atau injeksi intravena ( injeksi intramuskular menyebabkan
nyeri karena larutan bersifat basa). Obat digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan
untuk mengurangi tekanan intraokular. Asetazolamid adalah golongan sulfonamid, sehingga
kelainan darah, ruam, dan efek samping dari penggunaan obat golongan sulfonamid dapat
muncul. Tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam jangka panjang; gangguan
elektrolit dan asidosis metabolik yang terjadi dapat diatasi dengan pemberian kalium
bikarbonat ( seperti tablet effervescent kalium).
Dorzolamid, merupakan inhibitor karbonik anhidrase topikal, digunakan untuk pasien yang
tidak memberikan respon terhadap beta-bloker atau pada mereka yang dikontraindikasikan
memakai beta-bloker. Digunakan secara tunggal atau sebagai obat tambahan dari beta-bloker
topikal. Efek samping serupa sulfonamid sistemik dapat timbul dan mungkin memerlukan
penghentian obat bila efek yang timbul parah.
Diuretik osmotik, manitol hipertonik intravena, atau gliserol per oral, berguna sebagai penurun
tekanan okuler sementara.
Monografi:
ASETAZOLAMID
Indikasi:
penurunan tekanan intraokuler dalam glaukoma sudut lebar, glaukoma sekunder, dan
perioperatif pada glaukoma sudut sempit; diuresis (lihat bagian 2.5.6).
Peringatan:
obstruksi pulmoner (risiko asidosis); lansia; kehamilan (lihat Lampiran 4); tidak dianjurkan
untuk penggunaan jangka panjang tetapi bila diberikan juga diperlukan pemantauan hitung
jenis darah dan kadar elektrolit plasma; hindari ekstravasasi pada tempat injeksi (risiko
nekrosis).
Interaksi:
lihat Lampiran 1 (asetazolamid).
Kontraindikasi:
hipokalemia, hiponatremia, hyperchloraemic acidosis; gangguan fungsi hati hati berat;
gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3); hipersensitifitas terhadap sulfonamid.
Efek Samping:
mual, muntah, diare, gangguan indra pengecap; kehilangan nafsu makan, paraestesia, flushing,
sakit kepala, pusing, kelelahan, perasaan menjadi sensitif, depresi; haus, poliuria; penurunan
libido; asidosis metabolik dan gangguan keseimbangan elektrolit pada pengobatan jangka
panjang; kadang-kadang mengantuk, kebingungan, gangguan pendengaran, urtikaria, melena,
glikosuria, hematuria, gangguan fungsi hati, gangguan pada darah diantaranya agranulositosis
dan trombositopenia, ruam diantaranya sindrom Steven Johnson dan nekrolisis epidermal
toksik; jarang fotosensitifitas, kerusakan hati, flaccid paralysis, kejang; dilaporkan juga
miopati yang tidak menetap.
Dosis:
oral
atau
injeksi
intravena
0,25-1
g/
hari
dalam
dosis
terbagi.
Cara injeksi intramuskular seperti pada injeksi intravena tetapi lebih baik dihindari karena pH
alkalis.
BRINZOLAMID
Indikasi:
terapi tambahan pada peningkatan tekanan intra okular pada pasien hipertensi okular atau
glaukoma sudut lebar.
Peringatan:
gangguan fungsi hati; kehamilan (lihat Lampiran 4).
Interaksi:
lihat Lampiran 1 (Brinzolamid).
Kontraindikasi:
gangguan fungsi ginjal (creatinine clerance kurang dari 30mL/menit), asidosis hiperkloremik;
menyusui; hipersensitif terhadap komponen obat.
Efek Samping:
iritasi lokal, gangguan rasa, mual, dispepsia, mulut kering, nyeri dada, mimisan, haemoptysis,
dyspnoea, rinitis, faringitis, bronkitis, paraestesia, depresi, pusing, sakit kepala, dermatitis,
alopesia, erosi kornea.
Dosis:
gunakan tiga kali sehari masing-masing satu tetes. Brinzolamid dapat digunakan bersamaan
dengan sediaan mata lain untuk menurunkan tekanan intra okular, jika digunakan bersamaan
dengan sediaan mata lain harus diberikan dengan rentang waktu minimal 10 menit.
BRINZOLAMID + TIMOLOL
Indikasi:
menurunkan tekanan intraokular pada pasien hipertensi okular atau glaukoma sudut terbuka
dimana monoterapi dengan komponen lain kurang memberikan respon pada penurunan
tekanan intraokular.
Peringatan:
gangguan fungsi ginjal, efek sistemik, reaksi anafilaktik, pseudoeksfoliative glaucoma atau
pigmentary glaucoma, kehamilan, tidak direkomendasikan untuk anak di bawah umur 18
tahun, hati-hati pada penderita diabetes.
Interaksi:
hati-hati pemberian penghambat CYP3A4 (ketokonazol, itrakonazol, klotrimazol, ritonavir dan
troleandomisin) karena akan menghambat metabolisme brinzolamid. Pemberian bersama tetes
mata mengandung timolol dengan penghambat kanal kalsium oral, guanetidin, betabloker,
antiaritmia, glikosida digitalis atau parasimpatomi metik berpotensi memberikan efek adisi
yang menimbulkan hipotensi atau bradikardi.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas, riwayat asma bronkial atau penyakit paru obstruktif kronik berat, bradikardi
sinus, hambatan atrioventrikuler derajat dua atau tiga, gagal jantung, syok kardiogenik, rinitis
alergi berat dan hiperreaktifitas bronkial, hipersensitif terhadap beta bloker lain, asidosis
hiperkloremik, gangguan fungsi ginjal berat, hipersensitif terhadap sulfonamid.
Efek Samping:
umum: penglihatan buram, iritasi mata, nyeri mata, sensasi abnormal di mata, rasa tidak enak
pada lidah; tidak umum: inflamasi permukaan mata dengan kerusakan pada lapisan permukaan,
inflamasi bagian dalam mata, mata merah, mata gatal, kelopak mata gatal, memerah, bengkak
atau keropeng, mata tidak berfungsi, mata alergi, mata kering, mata lelah, penyakit paru kronis,
penurunan tekanan darah, iritasi saluran nafas, batuk, gangguan tidur, inflamasi kulit,
kemerahan atau gatal, hidung berair, gangguan rambut; efek lain yang mungkin terjadi:
kerusakan pada saraf optik, peningkatan tekanan dalam mata, endapan di permukaan mata,
gangguan kornea, penurunan sensitivitas mata, inflamasi atau infeksi pada konjungtiva,
penglihatan abnormal, berbayang, atau mengalami penuruanan, peningkatan pigmentasi pada
mata, pertumbuhan dipermukaan mata, peningkatan produksi air mata, mata bengkak,
sensitivitas pada cahaya, penurunan pertumbuhan atau jumlah bulu mata, kelopak mata
terkulai, inflamasi pada kelenjar mata, perubahan pada denyut jantung dan irama jantung, nyeri
dada, penurunan fungsi jantung, jantung berhenti berdetak, peningkatan tekanan darah,
penurunan aliran darah ke otak, stroke, pembengkakan pada kondisi ekstrim, nafas pendek atau
kesulitan bernafas, gejala kedinginan, sesak nafas, infeksi hidung, bersin, hidung mampet,
hidung kering, hidung berdarah, asma, depresi, kesulitan mengingat/gangguan pada memori,
sakit kepala, gelisah, iritabilitas/mudah tersinggung, kelelahan, gemetar, perasaan abnormal,
pingsan, pusing, drowsine , mual, muntah, diare, gas lambung, nyeri saluran cerna, inflamasi
saluran napas, sensasi abnormal atau rasa kering di mulut, penurunan sensitivitas rasa, tidak
mampu mencerna, nilai fungsi hati abnormal, peningkatan kadar klorin darah, penurunan
jumlah sel darah merah, peningkatan gejala alergi, kuping berdenging, sensasi berputar,
pingsan, gatal, memerah, penurunan atau abnormalitas sensasi kulit, rambut rontok, nyeri
punggung, nyeri sendi, nyeri otot, ketegangan otot, nyeri luar biasa, kelemahan otot, nyeri
ginjal, sering berkemih, penurunan gairah seks, kesulitasn seks pada pria, kadar gula rendah.
Penggunaan:
satu tetes pada mata yang sakit, dua kali sehari, pagi dan malam atau sesuai arahan dokter.
Jika menggunakan lebih dari satu obat tetes mata, beri jarak waktu pemberian masing-masing
obat 5 menit. Jika mengganti obat antiglaukoma optalmik lainnya dengan kombinasi ini, obat
lain harus dihentikan dan kombinasi ini mulai diberikan pada hari berikutnya.
Miotik
Pupil yang kecil adalah efek samping yang tidak menguntungkan dari obat ini (kecuali bila
pilokarpin digunakan sementara sebelum pembedahan glaukoma sudut tertutup). Obat ini
bekerja dengan membuka saluran drainase yang inefisien pada trabecular meshwork, dengan
cara kontraksi atau spasme otot silier. Obat ini juga menghasilkan spasme akomodasi yang
dapat menyebabkan pandangan kabur dan browache (efek samping khusus pada pasien di
bawah usia 40 tahun).
Miotik digunakan dalam penanganan tekanan intraokular yang tinggi, termasuk pilokarpin.
PERINGATAN. Iris berwarna gelap membutuhkan miotik dengan kadar yang lebih tinggi atau
pemberian dengan frekuensi yang lebih sering dan penanganan yang lebih hati-hati sebaiknya
dilakukan untuk menghindari dosis berlebih. Pelepasan retina (retinal detachment) dapat
terjadi pada individu yang rentan atau pada orang dengan kelainan pada retina; karena itu
pemeriksaan fundus disarankan sebelum memulai pengobatan dengan miotik. Penanganan
juga dibutuhkan pada konjungtiva atau kerusakan kornea. Tekanan intraokular dan penglihatan
sebaiknya dimonitor pada pasien glaukoma simplek kronik dan pasien yang diberikan miotik
dalam waktu yang lama. Miotik sebaiknya digunakan secara hati-hati pada penderita penyakit
jantung,hipertensi, asma, tukak peptik, obstruksi saluran kemih, dan penyakit Parkinson.
KONTRAINDIKASI. Miotik dikontraindikasikan pada keadaan di mana konstriksi pupil tidak
diperbolehkan seperti pada iritis akut, uveitis anterior, dan beberapa kondisi glaukoma
sekunder. Sebaiknya dihindari pada penyakit inflamasi akut dari segmen anterior.
EFEK SAMPING. Spasmus siliari menyebabkan sakit kepala dan browache yang dapat
bertambah parah pada 2-4 minggu pengobatan awal (efek samping khusus pada pasien di
bawah 40 tahun). Efek samping okular seperti terbakar, gatal, penglihatan kabur, kongesti
vaskular konjungtivitis, miopia, perubahan lensa mata, perdarahan vitreous, dan pupillary
block.
Efek samping parasimpatomimetik seperti berkeringat, bradikardia, dan kolik usus dapat
terjadi setelah penyerapan sistemik dari obat tetes mata ini; efek lain di antaranya hipersalivasi
dan bronkospasme.
Monografi:
KARBAKOL
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
gunakan tetes mata hingga 4 kali sehari.
PILOKARPIN
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas.
Penggunaan:
gunakan tetes mata 3-6 kali sehari.
11.5 Anestetik Lokal
Tetrakain (ametokain) mungkin merupakan anestetika lokal topikal yang paling sering
digunakan. Proksimetakain menyebabkan lebih sedikit sengatan awal pada mata dan
bermanfaat untuk anak. Sediaan kombinasi lignokain dan fluoresein digunakan untuk tonometri. Tetrakain memberikan efek anestesi yang lebih nyata dan sesuai untuk penggu- naan
sebelum prosedur bedah minor, seperti pengambilan jahitan kornea. Efek sementara terhadap
epitel kornea. Lignokain, dengan atau tanpa adrenalin (epineprin), diinjeksikan ke dalam
pelupuk mata untuk pembedahan minor, sedangkan injeksi retrobulbar atau peribulbar
digunakan pada pembedahan bola mata itu sendiri. Anestetika lokal tidak boleh digunakan
untuk mengatasi gejala-gejala sakit mata.
11.6 Sediaan Optalmik Lain
11.6.1 Sediaan untuk defisiensi air mata, lubrikan okuler, dan astringen
11.6.2 Sediaan diagnostik dan peri- operatif okuler
11.6.1 Sediaan untuk Defisiensi Air Mata,
Lubrikan Okuler, dan Astringen
Mata pedih kronis yang berkaitan dengan sekresi airmata yang berkurang atau abnormal,
biasanya dijumpai pada kasus sindrom Sjogren.
Kondisi pasien dan pilihan pasien sering merupakan acuan dalam pemilihan sediaan.
Hipromelose merupakan obat pilihan untuk defisiensi air mata. Frekuensi penggunaan dapat
ditingkatkan sesuai kebutuhan (misalnya: setiap jam) untuk memberikan efek yang memadai.
Permukaan mucin okuler kadang abnormal pada defisiensi air mata dan kombinasi hipromelosa
dan mukolitik seperti asetilsistein dapat membantu.
ASTRINGEN
OKULER
DAN
LUBRIKAN
Seng sulfat adalah astringen tradisional yang telah digunakan dalam tetes mata untuk
pengobatan lakrimasi yang berlebihan. Salep mata sederhana adalah sediaan steril yang netral
yang dapat digunakan untuk melunakkan krusta pada blefaritis atau lubrikan netral pada malam
hari; juga digunakan untuk melindungi permukaan okuler.
Monografi:
DEKSTRAN 70
Indikasi:
defisiensi air mata.
Peringatan:
hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter jika kondisi tetap atau memburuk,
atau jika terjadi nyeri pada mata, perubahan penglihatan, mata tetap merah atau iritasi.
HIPROMELOSE
Indikasi:
defisiensi air mata.
KARBOMER + HIPROMELOSE
Indikasi:
Penyembuhan simtomatik dari mata kering dan iritasi mata yang berhubungan dengan
kekurangan produksi air mata.
Peringatan:
Jika mengalami iritasi, sakit kepala, nyeri, perubahan pada penglihatan, rasa tidak nyaman,
atau kondisi memburuk dan menetap lebih dari 72 jam, segera hentikan penggunaan obat.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas.
Efek Samping:
Penglihatan buram, nyeri mata, sensasi benda asing pada mata, iritasi, hiperemia, alergi pada
mata.
Penggunaan:
Dewasa, satu tetes pada setiap mata (hindari sentuhan ujung kemasan pada mata) dan kedipkan
mata beberapa kali.
NATRIUM KLORIDA
Indikasi:
digunakan untuk irigasi, termasuk pertolongan pertama bila terkena zat berbahaya; intraokuler atau irigasi topikal selama prosedur pembedahan.
POLIETILENGLIKOL + PROPILENGLIKOL
Indikasi:
untuk meredakan gejala iritasi dan rasa terbakar yang sementara akibat kekeringan pada mata.
Peringatan:
hentikan pemakaian jika terjadi reaksi hipersensitivitas ocular, nyeri pada mata, keluar air mata
berlebihan, dan perubahan penglihatan, atau timbul kemerahan, atau iritasi lebih parah, atau
kemerahan atau iritasi terjadi lebih dari 72 jam.
Kontraindikasi:
hipersensitif.
Dosis:
1-2 tetes pada mata sesuai kebutuhan.
POLIVINIL ALKOHOL
Indikasi:
defisiensi air mata.
SENG SULFAT
Indikasi:
lihat keterangan di atas.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
VITAMIN A PALMITAT
Indikasi:
menggantikan cairan air mata untuk mengatur kondisi mata kering termasuk
keratoconjungtivitis sicca dan untuk ketidakstabilan lapisan air mata atau kurangnya
kelembaban kornea.
Peringatan:
lensa kontak harus dilepas sebelum pemberian atau pemakaian kembali paling cepat 30 menit
sesudah pemberian; pasien yang mengalami penglihatan buram/kabur setelah pemakaian
sediaan agar tidak mengendarai atau mengendalikan mesin sebelum penglihatannya
bersih/jernih; kehamilan dan menyusui.
Interaksi:
lihat Lampiran 1.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap komponen yang ada pada sediaan.
Efek Samping:
kadang-kadang terjadi rasa seperti terbakar yang hanya berlangsung sementara atau kelopak
mata lengket dan/atau pandangan kabur sesaat setelah pemberian.
Penggunaan:
Dewasa dan anak: 3-4 kali sehari 1 tetes atau sesuai kebutuhan, tergantung pada beratnya
kasus. Pegang tube secara vertikal dan gunakan satu tetes pada conjunctival sac.
11.6.2 Sediaan Diagnostik dan Peri Operatif Okuler
Sediaan Diagnostik Okuler
Fluoresein natrium digunakan pada prosedur diagnostik dan untuk menetapkan letak
kerusakan kornea akibat luka atau penyakit.
Monografi:
FLUORESEIN NATRIUM
Indikasi:
deteksi lesi dan benda asing.
Obat Peri–Operatif Okuler
Merupakan sediaan obat mata yang digunakan untuk persiapan operasi mata dan obat yang
disuntikan ke dalam chamber anterior pada saat operasi mata. Natrium hialuronat digunakan
selama operasi mata. praklonidin, suatu stimulan alpha- adrenoceptor, mengurangi tekanan
intra okular melalui pengurangan jumlah cairan mata (aqueos humour). Hanya digunakan
untuk pengobatan jangka pendek. Larutan garam fisiologis rutin digunakan pada saat operasi
mata.
Monografi:
ASETILKOLIN KLORIDA
Indikasi:
pembedahan katarak, keratoplasti, iridektomi, dan pembedahan segmen anterior lainnya yang
memerlukan miosis total yang cepat.
NATRIUM DIKLOFENAK
Indikasi:
inhibisi miosis intraoperatif selama pembedahan katarak (tetapi tidak bersifat midriatik
intrinsik); inflamasi pascabedah pada pembedahan katarak; rasa sakit pada epitel kornea yang
rusak setelah keratektomi fotorefrakti.
NATRIUM HIALURONAT
Indikasi:
cairan injeksi digunakan selama prosedur pembedahan mata; tetes mata digunakan untuk
menghilangkan rasa terbakar, iritasi, dan ketidaknyamanan akibat kekeringan pada mata dan
untuk percepatan perbaikan gangguan permukaan akular mata seperti Sindrom Sjogren dan
Sindrom Sisca (mata kering).
Efek Samping:
gatal, iritasi, hiperemia. Jika efek samping tersebut terjadi, tindakan yang tepat harus
dilakukan misalnya penghentian penggunaan. Hipersensistivitas berupa blefaris, dermatitis
kelopak mata; terjadi juga konjungtivitis, lesi kornea seperti keratitis superfisial difus; lebih
jarang terjadi: discharge mata.
Penggunaan:
Tetes mata: satu tetes setiap kali pemakaian, 5-6 kali sehari. Dosis dapat disesuaikan dengan
gejala yang dirasakan pasien.
Keterangan:
Polimer viskoelastik biasanya terdapat dalam cairan aqueus dan vitreous.
Subfoveal Choroidal Neovascularisation
Verteporfin diindikasikan untuk pengobatan foto dinamik pada degenerasi makular karena
faktor usia (age-related macular degeneration) yang disebabkan oleh classic subfoveal
choroidal neovascularisation atau myopia patogen. Pada pemberian secara intravena,
verteporfin diaktivasi melalui iradiasi lokal menggunakan non-thermal red light untuk
menghasilkan derivat yang bersifat sitotoksik. Hanya boleh digunakan oleh dokter spesialis.
Pegabtanib natrium merupakan suatu penghambat faktor pertumbuhan endothel vaskular
yang diindikasikan untuk pengobatan neovascular (wet) age-related macular degeneration.
Pegatanib natrium diberikan melalui injeksi intravitreal, dan diberikan oleh dokter spesialis.
Terapi Fotodinamik untuk wet age-related macular degeneration.
Direkomendasikan bahwa terapi fotodinamik untuk wet age-related macular degeneration
hanya dapat digunakan untuk diagnosis classic (no occult) subfoveal choroidal
neovascularisation yang sudah pasti dengan kondisi akuitas visual terbaik yang dapat dikoreksi
adalah 6/60 atau lebih baik. Terapi fotodinamik tidak direkomendasikan untuk wet age-related
macular degeneration yang sebagian besar termasuk kategori classic namun sebagian termasuk
kategori occult subfoveal choroidal neovascularisation kecuali untuk tujuan uji klinik.
Monografi:
PEGABTANIB NATRIUM
Indikasi:
pengobatan neovascular (wet) age-related macular degeneration (AMD).
Peringatan:
pantau tekanan intraokular selama pemberian injeksi; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui
(lihat Lampiran 5).
Kontraindikasi:
infeksi okular atau periokular aktif atau belum dipastikan.
Efek Samping:
gangguan penglihatan (diantaranya pandangan tidak jelas, flashing lights, gangguan jangkauan
penglihatan), mual, nyeri tulang belakang, astenia, pruritus, hiperkolesterolemia, demam;
jarang gangguan lakrimasi, perdarahan subretinal atau vitreus, reaksi hipersensitivitas
(diantaranya nyeri dada, syncope, berkeringat, perubahan pada tekanan darah dan denyut
jantung); reaksi pada tempat penyuntikan diantaranya nyeri, udem, inflamasi, perdarahan,
perubahan warna.
Dosis:
injeksi intraviteal, 0,3 mg sekali setiap 6 minggu (9 injeksi per tahun) pada mata yang
dimaksud.
VERTEPORFIN
Indikasi:
degenerasi makular yang berhubungan dengan faktor usia pada pasien dengan predominantly
classic subfoveal choroidalneovascularisation.
Peringatan:
fotosensitivitas- hindarkan pemaparan pada kulit dan mata yang tidak dilindungi terhadap
cahaya terang selama proses infus dan selama 48 jam sesudahnya; hindarkan penggunaan pada
gangguan fungsi hati berat, obstruksi empedu; hindarkan ekstravasasi; kehamilan (lihat
Lampiran 4).
Kontraindikasi:
porfiria; menyusui (lihat Lampiran 5).
Efek Samping:
gangguan penglihatan (termasuk pandangan kabur, kilatan cahaya, defek visual), mual, nyeri
punggung, asthenia, pruritus, hiperkolesterolemia, demam; gangguan air mata, perdarahan
subretinal atau vitreous, reaksi hipersensitivitas (termasuk nyeri dada, sinkop, berkeringat,
perubahan tekanan darah dan denyut nadi); reaksi pada tempat penyuntikan termasuk nyeri,
udem, inflamasi, perdarahan, perubahan warna.
Dosis:
melalui infus intravena selama 10 menit, 6 mg/m2 dilarutkan dalam 30 mL larutan infus.
Download