PEMBELAJARAN AIR DAN SANITASI BERBASIS NILAI (Herawati

advertisement
PEMBELAJARAN AIR DAN SANITASI BERBASIS NILAI
(Herawati)
[email protected]
[email protected]
Abstrack
The pressures of rising population and urbanization and lifestyles which are driven by
consumerism have progressively eroded the values that held our societies together. Furthermore, those
conditions have also influenced the water and sanitation condition, created problems which increase
inequity and inefficiency and, to some extend, major catastrophes or disasters to many people. The
emerging problems require long-term solutions and change in current attitudes to develop environmentalfriendly water utilization and sanitation ethics and habits in society. These attitudinal changes can be
facilitated through education, because our students today will be the decision-makers of tomorrow which
might affect the conservation of water and the environment.
Value-based Water and Sanitation Education is a set of instructional strategies to ensure that
students gain awareness of their living environment and acquire knowledge, skills, values and
experiences, and also the determination in using and conserving water and environment based on human
values. The awareness, skills and attitudes will enable them to act - individually and collectively - to solve
present and future problems on water, sanitation and hygiene.
The objective of concept of values based water and sanitation education is to develop a set of
prototypes of teaching/learning materials, lesson plans, and activity guides, for implementing in schools,
integratively into the existing curriculum. This paper explaines the concept of values based water and
sanitation education as well as the description of the integration the concept values based water and
sanitation education into learning.
A. Latar Belakang
Semua makhluk hidup membutuhkan air. Manusia dapat bertahan hidup tidak makan selama
seminggu, namun manusia tidak akan tahan tanpa air dalam beberapa hari saja. Oleh karena
itu air mutlak harus diperhatikan dan dicermati ketersediaannya, baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Ketersediaan air di dunia seolah-olah tidak ada habisnya, sehingga
banyak orang yang tidak menyadari bahwa sebetulnya ketersediaan air ini suatu saat dapat
menjadi sangat terbatas baik jumlah maupun kualitasnya, apabila tidak dikelola dengan
sebaik-baiknya.
Data menunjukkan bahwa prediksi antara ketersediaan dan kebutuhan air bersih di Indonesia
umumnya dan di Pulau Sumatera serta di Pulau Jawa khususnya sangat mengkhawatirkan,
seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
Indonesia
Jawa
Ketersediaan Air
Bersih
691,340.70
30,569.20
Kebutuhan Air Bersih
1995
2000
108,763.26
156,362.26
62,926.26
83,378.22
2015
356,575.09
164,671.98
Sumatera
111,077.65
19,164.80
25,297.54
46,583.18
Dari data di atas menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih di Pulau Jawa melebihi
ketersediaan air bersih yang ada hingga tahun 2015. Walaupun secara keseluruhan
kebutuhan air bersih di Indonesia dan di Pulau Sumatera belum terlalu mengkhawatirkan,
namun penggunaan yang tidak efisien dapat menyebabkan pada suatu saat terjadi krisis air
bersih juga.
Sampai saat ini, issu tentang krisis air dan sanitasi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi sudah
menjadi issu masyarakat global yang ada di belahan dunia dan telah diprediksi dunia akan
mengalami kekurangan persediaan air bersih dan buruknya sanitasi di sebagian dunia lainnya
pada tahun 2015. Guna menghadapi tantangan tersebut, beberapa negara di dunia telah
mengadakan kesepakatan melalui Millenium Development Goals (MDGs) yang dilaksanakan
pada tahun 2000 di Johannessburg, Africa Selatan yang berisikan pengentasan krisis air
sampai pada tahun 2015.
Pada dasarnya ada tiga masalah klasik yang dihadapi berkaitan dengan sumberdaya air.
Pertama, air yang berlebihan dapat menimbulkan bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Kedua, kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan dan ketiga, masalah yang berkaitan
dengan kualitas air seperti air yang kotor dan tercemar yang dapat menimbulkan berbagai
penyakit.
Seperti diketahui bahwa air merupakan sumberdaya yang terbatas dan sanitasi adalah sesuatu
yang sangat berharga bagi kesehatan, untuk itu, diharapkan masyarakat pengguna air dapat
melakukan efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan dan dapat
memelihara sanitasi dimanapun berada sehingga tercipta suatu lingkungan yang bersih dan
sehat. Peningkatan kesadaran masyarakat agar dapat melakukan pengelolaan sumberdaya air
dengan bijaksana dan pemeliharaan sanitasi dasar antara lain dapat dilakukan melalui
pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu cara alternatif dalam usaha peningkatan kesadaran
masyarakat dalam menggunakan air dan diharapkan dapat menjadi cara efektif dalam
pengelolaan sumber daya air. Melalui pendidikan pula diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku arif guru terutama siswa dalam menyelesaikan masalahmasalah manajemen air dan sanitasi pada kehidupan sehari-hari. Guna memudahkan
penyampaian konsep tersebut SEAMOLEC telah melaksanakan pengintegrasian konsep dan
nilai Manajemen Air dan Sanitasi dalam Pembelajaran di sekolah-sekolah di Aceh.
Tulisan ini menjelaskan mengenai konsep dan nilai air dan sanitasi dan pembelajaran air dan
sanitasi berbasis nilai beserta langkah-langkah penerapannya. Tulisan ini juga menguraikan
tentang bagaimana suatu pembelajaran diintegrasikan oleh konsep dan nilai air dan sanitasi.
B. Konsep Pendidikan Air dan Sanitasi Berbasis Nilai
Pengembangan konsep dan nilai dari pendidikan air dan sanitasi berbasis nilai (values based
water and sanitation Education) mulai dikembangkan oleh UNHABITAT di negara-negara
Afrika Selatan tahun 2001 yang kemudian ditindaklanjuti oleh negara-negara di asia
Tenggara melalui kerjasama antara SEAMEO - UNHABITAT untuk mengembangkan
program pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai bagi sekolah-sekolah yang ada di negara
Asia Tenggara.
Beberapa definisi tentang Pendidikan air dan sanitasi berbasis nilai yang diberikan oleh UNHABITAT:
1. Pendidikan air dan sanitasi berbasis nilai adalah suatu proses dimana siswa memperoleh
kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya lingkungan hidup di sekitarnya.
Keterampilan, nilai, dan pengalaman akan mendorong mereka untuk bertindak secara
individual maupun secara berkelompok dalam memecahkan segala permasalahan baik
kini maupun di masa yang akan datang terkait dengan masalah-masalah manajemen air
dan sanitasi.
2. Pendidikan air dan sanitasi berbasis nilai adalah suatu proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran manusia terhadap pengelolaan air dan sanitasi
serta tantangan yang terkait sehingga dapat mengembangkan keterampilan atau keahlian,
sikap, motivasi dan komitmen yang diperlukan dalam menangani tantangan tersebut
3. Pendidikan air dan sanitasi berbasis nilai merupakan pembelajaran komprehensif yang
dilakukan seumur hidup, merupakan jawaban terhadap tantangan perubahan dunia. Hal
ini menyiapkan individu untuk memahami permasalahan yang terkait dengan air dan
sanitasi dan menyediakan individu yang memiliki keterampilan dan sikap produkstif
untuk memperbaiki dan melindungi lingkungan hidup sesuai dengan nilai-nilai etika.
Dari definisi di atas, pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran, maka istilah
pendidikan dapat diubah menjadi proses pembelajaran dan istilah pendidikan air dan sanitasi
berbasis nilai dapat diubah menjadi pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai.
Sehingga, dari definisi yang sudah disebutkan pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai
merupakan suatu pendekatan inovatif yang tidak hanya menanamkan pengetahuan mengenai
air, sanitasi, dan kesehatan tetapi juga memberikan insprirasi dan motivasi kepada siswa
untuk mengubah perilaku mereka dalam penggunaan air secara bijak.
Lebih lanjut bahwa pendekatan pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai menjadi penting
karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah:
1. pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai dapat diintegrasikan dengan mudah ke dalam
kurikulum yang sudah ada
2. pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai dibuat karena dampak akhir yang dihasilkan
yaitu adanya pengembangan karakter yaitu ketika pemahaman akan nilai air dan sanitasi
dimengerti, dihargai dan kemudian dipraktekkan oleh anak-anak dan generasi muda
Melalui pendekatan ini, diharapkan para pendidik dapat mengenalkan pemahaman yang lebih
baik dan turut memudahkan pendekatan ini hingga munculnya suatu etika penggunaan atau
pemanfaatan air yang baru. Pendekatan ini dapat juga menjadi titik tolak dalam membantu
perubahan tingkah laku positif diantara siswa, guru, dan semua komponen yang termasuk
dalam proses pendidikan.
Sementara itu, Konsep dan nilai pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai dapat dilihat dari
berbagai perspektif, diantaranya adalah dari perspektif nilai pendidikan dan perspektif air dan
sanitasi. Konsep yang dibangun dalam pembelajaran berbasis air dan sanitasi berasal dari
nilai-nilai yang terkandung dari perspektif pendidikan dan perspektif air dan sanitasi, seperti
yang tergambar dalam diagram 1.
Diagram 1. nilai dalam pembelajaran berbasis nilai air dan sanitasi
Nilai dalam perspektif
pendidikan
Pendidikan nilai untuk
lingkungan: Air, Sanitasi, dan
Kesehatan
Nilai dalam perspektif air
dan sanitasi
Nilai Air dan Sanitasi
Pendidikan Air, Sanitasi dan
Kesehatan Berbasis Nilai
Pengertian nilai yang terkandung dalam perspektif pendidikan memiliki beberapa definisi
diantaranya adalah sebagai berikut.
 Nilai adalah kualitas dari segala sesuatu yang diharapkan. Nilai utama yang memberi
arti dalam kehidupan seseorang, memotivasi orang tersebut untuk bertindak sehingga
dapat menunjukkan siapa orang tersebut. (Cattle. 1965)
 Nilai adalah standar normatif yang mempengaruhi manusia dalam mengambil
keputusan dari berbagai alternatif yang ada (Nicholas.1969)
 Nilai adalah prinsip, standard atau kualitas yang diharapkan dan diakui oleh
masyarakat. (Kapani.2000).
Sementara itu, pengertian nilai yang terkandung dalam perspektif air dan sanitasi yaitu nilai
yang berhubungan dengan manfaat air dan sanitasi dalam kehidupan. Air dan sanitasi perlu
dikelola karena dalam pengelolaan air dan sanitasi tersebut dapat merefleksikan nilai
ekonomi, nilai sosial, nilai budaya dan lingkungan terhadap semua pengguna. Sehingga nilai
yang berhubungan dengan air dan sanitasi dapat dirasakan manfaatnya dan tergambarkan
pada nilai ekonomi, nilai sosial, nilai ekosistem dan nilai budaya, nilai-nilai tersebut adalah:
1. Nilai kehidupan
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak akan ada kehidupan di dunia ini bila
tidak ada air. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makanan dalam sebulan, namun manusia
tidak akan dapat bertahan hidup dalam seminggu tanpa air. Banyak anak-anak yang sakit
(diare, leptospirosis, kulit) atau bahkan meninggal karena mengkosumsi air yang
mengandung bibit penyakit serta kesulitan dalam memperoleh air bersih. Air merupakan
komponen yang terbesar dalam tubuh manusia (65-70 persen), sehingga kehidupan manusia
sangat tergantung pada air. Sedang beberapa sayuran dan buah-buahan mengandung lebih
dari 80 persen air. Oleh karena itu, sudah semestinya manusia mencintai air, yang juga
berarti mencintai kehidupan
.
2. Nilai sosial
Selain sebagai hak dasar manusia, air juga memiliki peran yang penting dalam pembangunan.
Air dan sanitasi merupakan pusat pembangunan sosial ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
Telah diterima secara luas bahwa pembangunan sumberdaya air secara berkelanjutan dan
pengadaan sistem suplai air dan sanitasi dalam masyarakat merupakan kunci bagi
pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Saat ini krisis air dan sanitasi di dunia
bukan merupakan krisis pendanaan atau sumberdaya alam, tetapi krisis dalam pemerintahan
yang dicirikan oleh adanya korupsi, kesalahan dan buruknya pengelolaan.
Kesadaran masyarakat akan pelestarian sumberdaya air dengan tidak membuang sampah
atau membangun perumahan di bantaran sungai sudah sangat mendesak untuk ditanamkan,
agar bila musim hujan tidak terjadi banjir. Banjir dapat menimbulkan masalah ekonomi dan
sosial di masyarakat. Perolehan air bersih dan penyakit yang ditimbulkan pasca banjir
menjadi hal baru yang perlu diwaspadai.
Terselenggaranya pasar air merupakan salah satu contoh penggambaran manajemen air dan
sanitasi yang memiliki nilai sosial. Dimana air memiliki fungsi sebagai sarana atau tempat
berkumpulnya pedagang dan pembeli dari berbagai tempat yang memiliki tujuan yaitu
terjadinya interaksi sosial dan transaksi perdagangan. Terjadinya transaksi perdagangan
menimbulkan suatu kegiatan ekonomi yang sekaligus dapat menimbulkan nilai ekonomi .
3. Nilai ekonomi
Air memiliki nilai ekonomi dan berkontribusi langsung dalam kegiatan ekonomi. Air
mendukung pertanian, pembangkit tenaga listrik dan merupakan pendukung utama dalam
kegiatan industri.
Bertambahnya jumlah penduduk khususnya di daerah urban (perkotaan) menimbulkan
masalah dalam perolehan dan pendistribusian air bersih. Di kota-kota besar, PDAM sudah
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembelian air kemasan bahkan
sudah merupakan hal yang biasa ditemukan. Semakin sulit memperoleh air bersih maka
semakin mahal untuk memperoleh dan memanfaatkannya.
4. Nilai ekosistem
Ekosistem tidak dapat ditiru secara buatan oleh teknologi. Ekosistem melayani segala hal
yang terkait dengan produksi pangan, penguraian bahan organik; pemurnian air dan udara;
pencegahan dan penanggulangan banjir; penyerapan sampah domestik dan industri serta
mengubahnya menjadi bahan yang berguna; penyimpanan, daur ulang dan pendistribusian air
bersih. Fungsi ekosistem tersebut harus dipelihara sekalipun pembangunan perlu dilakukan,
sehingga tidak menimbulkan bencana yang kerugiannya akan lebih besar.
5. Nilai budaya dan agama
Nilai air juga terkandung dalam nilai budaya dan agama. Beberapa nilai seperti berbagi
dengan sesama dan peduli pada lingkungan sekitar, saling menghargai dan merasa sebagai
satu kesatuan merupakan nilai dalam masyarakat. Peran dan sikap dalam budaya dan nilai
untuk memelihara dan mengelola air amatlah diperlukan. Hal ini telah dilakukan oleh
masyarakat tradisional yang telah menyatukan budaya dan nilai dalam melindungi alam dan
lingkungannya seperti air dan hutan.
Penggunaan air bersih untuk berwudhu merupakan contoh nilai air yang terkandung dalam
agama. Air oleh sebagian orang dianggap sebagai media yang dapat memberikan kekuatan.
Di dalam budaya kita bahkan dilakukan upacara-upacara tradisional yang menggunakan atau
terkait dengan air seperti tron u laot, upacara siraman menjelang pernikahan, atau mandi
kembang pada malam satu suro.
C. Nilai Kemanusiaan dalam Pembelajaran berbasis Air dan Sanitasi
Nilai kemanusiaan merupakan unsur yang penting dalam kehidupan. Secara alamiah,
manusia memiliki nilai-nilai yang baik yang perlu ditingkatkan dan nilia-nilai yang tidak baik
yang perlu dikurangi. Nilai kemanusian adalah nilai pada diri manusia yang diharapkan,
dihargai dan diakui oleh masyarakat. Nilai kemanusiaan juga memberikan inspirasi dan
memotivasi seseorang untuk mengubah perilaku sehingga dapat lebih bijak/arif dalam
melestarikan dan mengelola air dan sanitasi.
Pengembangan nilai dalam pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai
Nilai Kemanusiaan meliputi lima nilai pokok, yaitu:
a. Mencintai (love): peduli, rasa kasihan, dedikasi, simpati, membantu.
b. Perdamaian (peace): perhatian, konsentrasi, optimis, kepuasan hati.
c. Perilaku benar (right conduct): kebersihan, semangat, kewajiban, kepatuhan,
kepemimpinan.
d. Tidak berperilaku keras/jahat (non-violence): penghargaan, kerjasama, kesamaan,
kesadaran, kesatuan, tidak membeda-bedakan.
e. Kebenaran (truth): rasa ingin tahu, kejujuran.
Kelima nilai pokok inilah yang dapat diajarkan kepada siswa melalui pengintegrasian konsep
dan nilai air dan sanitasi dalam pembelajaran dalam bentuk pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Dalam pengintegrasian kelima nilai ini diharapkan timbul suatu
kebiasaan yang baik dalam diri siswa dalam menggunakan air dan memelihara sanitasi.
C. Pembelajaran Berbasis Nilai
Salah satu landasan teori pendidikan yang menerapkan konsep dan nilai air dan sanitasi
adalah Human Value Integrated Learning Process yang dikembangkan oleh Art-ong Jumsai,
PhD. Manusia belajar melalui proses interaksi dengan lingkungan melalui panca indera.
Tahapan pertama dari pemrosesan informasi yang diterima oleh manusia adalah penerimaan
stimuli dari lingkungan. Informasi yang diterima oleh panca indera diolah di dalam otak
manusia. Walaupun otak menerima informasi melalui panca indera, tidak berarti bahwa
kesadaran dan pengetahuan akan diterima begitu saja. Di dalam otak manusia terdapat
pikiran sadar (conscious mind) yang merupakan bagian dari pikiran manusia tentang
kesadaran. Kesadaran akan apa yang difikirkan dan untuk membuat suatu keputusan. Untuk
mengerti akan stimuli yang berasal dari panca indera diperlukan pikiran yang sadar.
Sebagai contoh dalam suatu pembelajaran, apabila fikiran anak tidak terfokus dengan apa
yang sedang didengarkan dari penjelasan guru, misalnya memikirkan jalan-jalan dengan
orang tuanya, maka anak tersebut tidak akan dapat mencerna informasi yang diterima dari
gurunya. Dengan demikian anak harus konsentrasi terhadap stimuli (informasi) yang
diterimanya. Lebih jauh dikatakan bahwa pada saat manusia menerima informasi dari
lingkungannya, otak manusia harus memproses sehingga dapat menginterpretasikan
informasi yang diterima.
Teori information-processing dikatakan sebagai dasar untuk menjelaskan tentang proses
belajar. Manusia selain memiliki pikiran sadar (conscious mind) juga memiliki pikiran bawah
sadar (unconscious mind). Lebih jauh dikatakan bahwa bagian bawah sadar ini dibagi lagi
menjadi dua yaitu subconscious dan superconcious. Bagian subconscious berhubungan
dengan ingatan dan penyimpanan dari pengalaman yang lalu, seperti memori dalam
komputer yang menyimpan data, informasi, kejadian lalu, program, perasaan (feeling) dan
emosi (emotion).
Program yang tersimpan di dalam tubuh manusia termasuk denyutan jantung, proses
pencernaan dan program dapat ditambahkan di dalam pikiran subconscious apabila seseorang
menerima stimuli secara terus menerus, mengucapkan secara verbal atau mental secara terus
menerus atau melakukan sesuatu secara terus menerus. Dengan demikian kebiasaan dan
tingkah laku dapat diubah atau dibentuk.
Pada saat stimuli diterima oleh panca indera, stimuli tersebut tidak dengan serta merta
dimengerti oleh pikiran sadar. Stimuli yang datang harus dicocokkan terlebih dahulu dengan
apa yang telah tersimpan di dalam pikiran bawah sadar. Apabila di dalam bawah sadar sudah
ada stimuli yang sama maka akan dengan mudah stimuli dapat diterima dan memperkuat
ingatan. Nilai utama yang dikembangkan oleh Art-ong adalah kearifan diri (self wisdom);
kearifan diri akan kebenaran (truth), tingkah laku benar (right conduct), perdamaian,
mencintai, dan tidak berlaku keras/jahat (non-violence).
Dalam praktek pembelajaran, guru bukan saja memberikan informasi yang dapat diterima
melalui lima pancaindera yang dimiliki oleh siswa, namun juga indera ke enam, yaitu hati.
Guru mengajar dengan hati (rasa), sehingga pembelajaran berlandaskan nilai merupakan
kesatuan dari kepala (berpikir), hati (kesadaran), dan tangan (kegiatan atau
pengucapan/berbicara). Secara garis besar pembelajaran berbasis nilai yang dikembangkan
oleh Art-ong adalah seperti terlihat pada diagram.
Siswa
Super-conscious
Intuisi
Suara hati
Rangsangan
dari luar
Panca indera
Interpretasi
Pikiran sadar
Pengetahuan
Kesadaran
Penyimpanan data
Pengeluaran data
Indera ke
enam
inspirasi
Sub-conscious
(pengalaman lalu,
memori)
Kurikulum
Pembelajaran
Berbasis Nilai
Lingkungan
Sekolah
Teman
Guru
Masyarakat
Orang Tua
Diagram 1.2 Pembelajaran Berbasis Nilai
Dari diagram tersebut nampak bahwa pendidikan nilai bukan saja terjadi di dalam kelas,
namun juga dari lingkungan baik lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
D. Proses Pengintegrasian Konsep dan Nilai Air dan Sanitasi dalam Pembelajaran
Pembelajaran yang mengintegrasikan konsep nilai-nilai air dan sanitasi bertujuan untuk:
1. meningkatkan kreativitas guru dalam melakukan pembelajaran yang dapat dimuati
dengan konsep dan nilai-nilai manajemen air dan sanitasi.
2. meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku arif guru dan siswa dalam menyelesaikan
masalah-massalah manajemen air dan sanitasi pada kehidupan sehari-hari.
3. menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai air dan sanitasi
kepada guru dan siswa
Lebih lanjut, tujuan akhir dari pengintegrasian konsep dan nilai air dan sanitasi dalam
pembelajaran adalah mengembangkan satu set materi pengajaran yang berisikan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), panduan kegiatan yang akhirnya dapat diimplementasikan
di sekolah.
Pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai dapat dilakukan secara terintegrasi atau
monolitik. Mengingat fleksibilitas kurikulum yang dimiliki dalam pendidikan di Indonesia,
akan lebih tepat apabila pembelajaran dilakukan secara terintegrasi dengan materi yang akan
disampaikan. Pembelajaran ini tidak akan mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan
memberikan nuansa nilai-nilai kemanusiaan dalam menggunakan air dan sanitasi pada
pembelajaran. Lebih lanjut, dalam pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai dapat
memperkaya kurikulum yang ada dan juga dapat meningkatkan profesionalitas guru dalam
proses belajar mengajarnya.
Menurut Kemmis and Mc Teggart (dalam Ikhsan, 2007)
proses pengintegrasian
pembelajaran nilai air dan sanitasi ke dalam mata pelajaran dapat digambarkan sebagai
kegiatan penelitian tindakan kelas (classroom action research, CAR), , Penelitian tindakan
kelas memiliki beberapa tahapan yang mensyaratkan guru untuk mendisain dan menyiapkan
semua langkah proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai dengan evluasi, sehingga
membantu semua komponen sistem pembelajarn untuk menjamin proses belajar mengajar
sesuai pada tempatnya.
Tahap pertama adalah perencanaan, dimana dalam tahap ini guru menggunakan semua
variasi sumber belajar untuk membantu proses belajar mengajarnya. Dalam hal ini, Rencana
Pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan salahsatu sumber belajar bagi guru dalam tahap
perencanaan. RPP membantu siswa untuk mecapai tujuan akhir pembelajaran yang meliputi
semua pengalaman belajar yang disediakan untuk siswa, seperti strategi pembelajaran,
sumber dan lingkungan belajar, dan teknik evaluasi.
Dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran guru juga memuat kompetensi
sesuai dengan kurikulum, materi yang akan diajarkan, pendekatan atau teknik yang akan
dilakukan, alat dan bahan yang akan digunakan serta prosedur evaluasi. Nilai-nilai
kemanusiaan yang akan ditumbuhkembangkan perlu dituliskan dan disiapkan evaluasinya
dalam RPP. Penanaman nilai-nilai kemanusiaan juga harus tergambar jelas dalam kegiatan
belajar mengajar. Selain itu, dalam pengembangan RPP, pemilihan topik-topik yang berbasis
air dan sanitasi perlu diperhatikan.
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) serta pendekatan
kontekstualisme sangat disarankan diterapkan dalam pembelajaran air dan sanitasi berbasis
nilai karena situasi yang menyenangkan bagi siswa dapat merangsang ketertarikan siswa
dalam belajar. Oleh karenanya, di dalam pembelajaran guru dapat menggunakan berbagai
media seperti foto, chart, video, gambar atau melakukan kegiatan praktikum, sehingga
seluruh pancaindera siswa (hati, kepala dan tangan) berperan dalam proses pembelajaran ini.
RPP terdiri dari beberapa komponen yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Masalah
waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses pembelajaran juga diperhatikan guna
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pencapaian yang terbaik dalam
pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai ini. Evaluasi juga menjadi perhatian dalam
pendekatan pembelajaran berbasis nilai dan sanitasi.
Tahap kedua adalah tahap tindakan dan observasi, dimana guru sebelum memasuki ruangan
kelas, guru diperbolehkan melaksanakan dan mengobservasi contoh pelaksanaan
pengintegrasian pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai dalam proses belajar mengajar.
Salahsatu bagian dari tindakan dan observasi adalah melalui pelatihan.
Tahap selanjutnya adalah refleksi, dimana guru diminta untuk melakukan refleksi atas proses
pembelajaran yang dilakukan. Hasil dari refleksi akan sangat berguna dan sangat penting
dalam peningkatan RPP untuk proses belajar mengajar berikutnya. Siklus penelitian tindakan
kelas ini, selain dapat digunakan dalam pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai juga
dapat digunakan dalam setia proses belajar mengajar biasanya.
Pada akhirnya, melalui pengintegrasian konsep dan nilai air dan sanitasi dalam pembelajaran
diharapkan dapat menggugah kepedulian siswa tentang pentingnya penggunaan air secara
efesien dan pentingnya memelihara sanitasi lingkungan dan juga diharapkan dapat
meningkatan proses belajar mengajar.
E. KESIMPULAN
Pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai merupakan pendekatan pembelajaran baru dan
merupakan pendekatan inovatif yang tidak hanya menanamkan pengetahuan mengenai air,
sanitasi, dan kesehatan tetapi juga memberikan insprirasi dan motivasi kepada siswa untuk
mengubah perilaku mereka dalam penggunaan air secara bijak.
Konsep pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai memiliki beberapa definisi dan dapat
dilihat dari beberapa perspektif diantaranya dari perspektif nilai pendidikan dan perspektif air
dan sanitasi. Konsep yang dibangun dalam pembelajaran berbasis air dan sanitasi berasal
dari nilai-nilai yang terkandung dari perspektif pendidikan dan perspektif air dan sanitasi.
Pengembangan pembelajaran air dan sanitasi juga didasarkan pada nilai, dimana dalam
pembelajaran guru bukan saja memberikan informasi yang dapat diterima melalui lima
pancaindera yang dimiliki oleh siswa, namun juga indera ke enam, yaitu hati. Guru mengajar
dengan hati (rasa), sehingga pembelajaran berlandaskan nilai merupakan kesatuan dari
kepala (berpikir), hati (kesadaran), dan tangan (kegiatan atau pengucapan/berbicara).
Pengintegrasian pembelajaran air dan sanitasi berbasis nilai ini dikembangkan melalui
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan salah satu
metode yaitu metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu
perencanaan, tindakan dan observasi dan refleksi. Sehingga pada akhirnya dalam
Pengintegrasian pembelajarn berbasis nilai air dan sanitasi diharapkan adanya perubahan
pola pikir, kesadaran, serta tingkah laku siswa dalam menggunakan air dan memelihara
sanitasi.
F. DAFTAR PUSTAKA
1. SEAMOLEC (2007), SEAMEO Resources Package: Human Values Based Water,
Sanitation And Hygiene Education. Jakarta
2. UNHABITAT (2006), Human Values based water, sanitation and Hygiene Classroom, a
Guide Book. Kenya
3. Herawati, dkk (2007), Manajemen air dan Sanitasi, Kebudayaan Lokal dan Keragaman
Budaya. Jakarta
4. Ikhsan, Jaslin. & Pannen P. (2007). dalam Resources Peckage in Human Value Water
Sanitation Education. Jakarta
Download