Uploaded by User31185

Perdirjen PRL No. 03 Tahun 2016 Pedoman Pemanfaatan Zona Perikanan Berkelanjutan KKP

advertisement
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN
BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI
PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL
MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
DIREKTORAT KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Gedung Mina Bahari III Lantai 10
Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110
Telp/Fax: (021) 3522045, Surel: [email protected]
Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN
BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL
MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
DIREKTORAT KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2016
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN
BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL
MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
Jakarta 2016
PENGARAH
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
PENANGGUNG JAWAB
Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut
PENYUNTING
M. Firdaus Agung, Amehr Hakim, Setiono, Sarmintohadi, Sonny Koeshendrajana,
Umi Muawanah, Dedi Adhuri, Taufiq Alimi, Darmawan, Abdul Halim, Handoko Adi
Susanto, M. Khazali, Hirmen Sofyanto, Muh. Imran Amin, Tasrif K. Wijaya, Arwandrija
Rukma, Veda Santiadji, Safran Yusri, Royke Pangalila, Jupri, Risris Sudarisman, Yanda
Vidora, Wahyu P. Maharti, Dimas Adhiyaksa, Diesta S. Ulya, Yoppie Agustian
© 2016
Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
Jl. Medan Merdeka Timur No 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 11 Telp. (021) 3513211 Ext. 6201, 6203,
Fax. (021) 3520357, 3522560, 3522060 Jakarta
PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
NOMOR 03/PER-DJPRL/2016
TENTANG
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK
KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT,
Menimbang
:
a.
bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya
ikan di zona perikanan berkelanjutan di kawasan
konservasi perairan untuk masyarakat lokal dan
tradisional melalui kemitraan kawasan konservasi
perairan, dipandang perlu menyusun Pedoman
Pemanfaatan Zona Perikanan Berkelanjutan
Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan
Penangkapan Ikan oleh Masyarakat Lokal dan
Tradisional;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang
Laut tentang Pedoman Pemanfaatan Zona
Perikanan Berkelanjutan Kawasan Konservasi
Perairan untuk Kegiatan Penangkapan lkan oleh
Masyarakat Lokal dan Tradisional;
Mengingat
1.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009;
2.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
:
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
3
-2-
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007
tentang Konservasi Sumber Daya Ikan;
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan
Pembudidaya lkan Kecil;
5.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
6.
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
7.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;
8.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
21/PERMEN-KP/2015
tentang
Kemitraan
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan;
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
9.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN
RUANG LAUT TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN
ZONA PERlKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN
KONSERVASI
PERAIRAN
UNTUK
KEGIATAN
PENANGKAPAN IKAN OLEH MASYARAKAT LOKAL
DAN TRADISIONAL.
Pasal 1
Pedoman Pemanfaatan Zona Perikanan Berkelanjutan Kawasan Konservasi
Perairan untuk Kegiatan Penangkapan Ikan oleh Masyarakat Lokal dan
Tradisional dimaksudkan sebagai pedoman bagi unit organisasi pengelola
kawasan konservasi perairan Nasional, unit organisasi pengelola kawasan
konservasi perairan daerah, masyarakat lokal, dan masyarakat tradisional
untuk penangkapan ikan di zona perikanan berkelanjutan melalui program
kemitraan kawasan konservasi perairan.
4
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
-3-
Pasa1 2
Pedoman Pemanfaatan Zona Perikanan Berkelanjutan Kawasan Konservasi
Perairan untuk Kegiatan Penangkapan Ikan oleh Masyarakat Lokal dan
Tradisional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 3
Kegiatan kemitraan kawasan konservasi perairan dilaksanakan dalam
kawasan konservasi perairan Nasional dan kawasan konservasi perairan
daerah.
Pasal 4
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Juli 2016
DIREKTUR JENDERAL
PENGELOLAAN RUANG LAUT,
Ttd.
BRAHMANTYA SATYAMURTI POERWADI
Disalin sesuai dengan aslinya
Plt. Kabag Hukum, Kepegawaian
dan Organisasi
Miftahul Huda
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
5
6
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGELOLAAN RUANG LAUT
NOMOR: 03/PER-DJPRL/2016 TENTANG
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA
PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN
KONSERVASI PERAIRAN UNTUK
KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN OLEH
MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL
MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
BAB l. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membentuk 20 juta hektar
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) pada tahun 2020, sekaligus meningkatkan
efektifitas pengelolaan KKP yang telah ada. Guna mewujudkan komitmen
tersebut, saat ini Pemerintah dan Pemerintah Daerah telah menetapkan lebih
dari 17 juta hektar KKP diseluruh perairan Indonesia. Selain menambah luasan
kawasan konservasi, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan
juga terus berupaya meningkatkan efektivitas pengelolaan setiap KKP yang telah
ada saat ini untuk mencapai tujuan pembentukannya masing-masing. Idealnya,
sebuah KKP yang dikelola secara efektif berkontribusi terhadap perbaikan kondisi
biofisik ekosistem dan jaminan kesinambungan sumber daya, peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
KKP yang didesain dengan baik dan dikelola efektif merupakan salah satu alat
pengelolaan perikanan yang telah terbukti berhasil di banyak negara lain di
dunia, dan Indonesia bukanlah sebuah pengecualian.
Sesuai dengan peruntukannya, kegiatan pemanfaatan KKP terkait
sektor perikanan dapat dilakukan di dalam zona perikanan berkelanjutan.
Zona perikanan berkelanjutan merupakan suatu bagian dari kawasan yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar KKP
dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang ada termasuk perikanan.
Salah satu model pemanfaatan sumber daya ikan yang terbukti berhasil
adalah melalui pemanfaatan Subzona penangkapan ikan untuk jangka waktu
tertentu, khususnya masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar KKP. Model
ini mengadopsi wilayah kelola perikanan di beberapa tempat di dunia telah
diketahui berkontribusidalam menjamim ketahanan pangan, mempertahankan
sumber mata pencaharian masyarakat, dan memperbaiki kondisi sumber daya
ikan. Pemanfaatan Subzona ini dilakukan oleh kelompok masyarakat lokal dan
tradisional di dalam KKP melalui suatu perjanjian kemitraan.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
7
Disadari bahwa dukungan dan partisipasi aktif masyarakat merupakan
salah satu kunci keberhasilan pengelolaan KKP. Dukungan dan partisipasi
masyarakat harus tercermin dari setiap tahapan pengelolaan, dimana masyarakat
terlibat sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan, implementasi, serta evaluasi
pengelolaan KKP. Masyarakat harus ikut serta menjaga keberadaan KKP dan ikut
memastikan agar pengelolaan KKP berjalan dengan baik. Sebaliknya, keberadaan
KKP juga harus menjamin masyarakat yang hidup di dalam maupun sekitar KKP
untuk dapat memanfaatkan KKP dalam mendukung pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Pengelolaan Subzona melalui perjanjian kemitraan merupakan
perwujudan dari pengelolaan KKP yang kolaboratif dimana masyarakat diberi
manfaat dan tanggung jawab untuk bersama dengan unit pengelola KKP mengelola
sumber daya yang ada secara berkelanjutan.
Pedoman ini dimaksudkan untuk menjabarkan penerapan pengelolaan
Subzona melalui perjanjian kemitraan di dalam KKP. Disadari bahwa panduan
ini masih belum sempurna, oleh karenanya perlu untuk terus menerus diperbaiki
sesuai dengan keperluannya.
1.2 Tujuan Pedoman
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah:
1. Sebagai acuan bagi unit organisasi pengelola kawasan konservasi perairan
untuk melakukan kemitraan dengan kelompok masyarakat dalam membentuk
Subzona penangkapan ikan di Zona Perikanan Berkelanjutan dalam kawasan
konservasi perairan (KKP).
2. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam mengajukan usulan program
kemitraan dan pelaksanaan kegiatan penangkapan ikan di Zona Perikanan
Berkelanjutan dalam kawasan konservasi perairan (KKP).
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini mengatur tentang pemanfaatan Subzona
penangkapan ikan di Zona Perikanan Berkelanjutan untuk kelompok masyarakat
yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan konservasi perairan yang telah
memanfaatkan sumber daya ikan di kawasan tersebut selama bertahun-tahun
lamanya. Jika kawasan konservasi tersebut telah memiliki sistem zonasi, maka
Subzona penangkapan ikan tersebut berada dalam zona perikanan berkelanjutan.
Selanjutnya, jika kawasan konservasi yang dimaksud belum memiliki sistem
zonasi, maka Subzona penangkapan ikan nantinya dapat diakomodasi kedalam
zona perikanan berkelanjutan.
8
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
Kelompok masyarakat selanjutnya dikelompokkan kedalam dua
(2) kategori yakni kelompok masyarakat lokal dan kelompok masyarakat
tradisional.
1.4 Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan;
2. Program Kemitraan Kawasan Konservasi Perairan yang selanjutnya disebut
Program Kemitraan adalah rencana yang memuat kegiatan­
-kegiatan
kemitraan sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan;
3. Konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik
untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman
sumber daya ikan;
4. Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi,
dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber
daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan;
5. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan adalah pengkoordinasian
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan pengendalian sumber daya
kawasan konservasi perairan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, antar sektor, suatu dan yang antar ekoisistem darat dan
laut,serta
antar ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
6. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan adalah
dokumen kerja yang dapat dimutakhirkan secara periodik, sebagai panduan
operasional pengelolaan kawasan konservasi perairan;
7. Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan diartikan sebagai pemanfaatan
sumber daya kawasan konservasi perairan yang dapat dilakukan melalui
kegiatan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pariwisata alam
perairan, penelitian, dan pendidikan;
8. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan adalah suatu bentuk rekayasa teknik
pemanfaatan ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan
batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya
dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan
ekosistem.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
9
9.
Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara
pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.
10. Zona Perikanan Berkelanjutan adalah bagian Kawasan Konservasi
Perairan yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung
kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.
11. Subzona penangkapan ikan, adalah bagian Zona Perikanan Berkelanjutan
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan tradisional untuk
penangkapan ikan dengan mengedepankan keseimbangan produksi
dengan kelestarian untuk jangka waktu tertentu.
12. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara
apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/
atau mengawetkannya.
13. Masyarakat Lokal adalah kelompok Masyarakat yang menjalankan tata
kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai
nilai-nilai yang berlaku umum, tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada
sumber daya dalam Kawasan Konservasi Perairan.
14. Masyarakat Tradisional adalah Masyarakat perikanan tradisional yang
masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan
ikan atau kegiatan lainnya yang sah di daerah tertentu yang berada
dalam Kawasan Konservasi Perairan sesuai dengan kaidah hukum laut
internasional.
15. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang­
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
16. Pemerintah Daerah Provinsi adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
17. Satuan Unit Organisasi Pengelolaan adalah unit pelaksana teknis pusat,
unit pelaksana teknis daerah, atau bagian unit dari satuan organisasi
yang menangani bidang perikanan.
10
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
BAB 2. PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
2.1 Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, adalah
kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara
berkelanjutan. KKP ditetapkan berdasarkan tiga kriteria utama yaitu
ekologi, sosial dan budaya, dan ekonomi. Kriteria ekologi meliputi berbagai
aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, keterkaitan ekologis,
keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka,
daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan. Kriteria sosial dan budaya
meliputi tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi
ancaman, kearifan lokal serta adat istiadat. Adapun kriteria ekonomi meliputi
nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, estetika, dan
kemudahan mencapai kawasan.
Terdapat empat jenis KKP yaitu: Taman Nasional Perairan (TNP), Taman
Wisata Perairan (TWP), Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan
(SP). Taman Nasional Perairan adalah kawasan konservasi perairan yang
mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang
berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. Taman Wisata Perairan adalah
Taman Wisata Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan tujuan
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. Suaka
Alam Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan ciri khas tertentu
untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya.
Suaka Perikanan diartikan sebagai kawasan perairan tertentu, baik air
tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat
berlindungjberkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang berfungsi
sebagai daerah perlindungan.
Berdasarkan kewenangan pengelolaanya, KKP terdiri dari KKP Nasional
(KKPN) yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan KKP Daerah (KKPD) yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
11
2.2 Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Mengacu pada definisi KKP diatas maka tujuan pembentukan dan
pengelolaan sebuah KKP adalah untuk mewujudkan pengelolaan perikanan
termasuk jenis dan keanekaragaman hayati ikan dan ekosistem yang terkait
dengannya secara berkelanjutan. Pengelolaan KKP dilakukan berdasarkan
rencana pengelolaan KKP yang disusun dan dilaksanakan oleh unit
organisasi pengelola. Dokumen rencana pengelolaan KKP memuat rencana
zonasi yang terdiri dari: zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona
pemanfaatan dan zona lainnya. Apabila sebuah KKP diketahui memiliki
keterkaitan biofisik dengan KKP lainnya disertai dengan bukti ilmiah yang
meliputi aspek oseanografi, limnologi, bioekologi perikanan, dan daya
tahan lingkungan, maka kedua KKP tersebut dapat membentuk sebuah
jejaring KKP. Dalam pengelolaan KKP, unit organisasi pengelola dapat
membangun kemitraan pengelolaan dengan kelompok masyarakat dan/
atau masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat, korporasi, lembaga
penelitian, maupun perguruan tinggi.
Selain zona inti, KKP dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
dalam rangka menunjang perikanan dan pariwisata berkelanjutan.
Pemanfaatan KKP dapat dilakukan dengan aturan sebagai berikut:
a. kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan
di zona perikanan berkelanjutan; dan
b. kegiatan pariwisata bahari dapat dilakukan di zona pemanfaatan dan
zona perikanan berkelanjutan;
c. kegiatan penelitian dan pendidikan dapat dilakukan di zona inti, zona
perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, maupun zona lainnya.
Pemanfaatan KKP dapat berupa pemanfaatan kawasan konservasi
perairannya maupun pemanfaatan jenis maupun genetik ikan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Untuk menjamim ketertiban dalam pengelolaan
kawasan maka perlu dilakukan pengawasan terhadap KKP yang dilakukan
oleh pihak yang berwenang.
Adapun kata atau frasa yang diberi huruf tebal merupakan perangkat­
perangkat penting pengelolaan KKP sebagaimana telah dijelaskan pada
Pengertian di bagian 1.4 di atas.
12
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
BAB 3. PENGELOLAAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN UNTUK
KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
Pengelolaan perikanan di Subzona penangkapan ikan dalam Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) merupakan salah satu bentuk pemanfaatan KKP
melalui kegiatan penangkapan ikan secara berkelanjutan. Pemanfaatan
Subzona tersebut dilakukan melalui perjanjian kemitraan kepada kelompok
masyarakat selanjutnya menjadi bagian resmi dan tidak terpisahkan dari
keseluruhan suatu sistem pengelolaan dan zonasi KKP. Secara khusus,
Subzona tersebut dapat dialokasikan di beberapa bagian ataupun keseluruhan
zona perikanan berkelanjutan KKP. Dalam tingkatan yang lebih luas,
Subzona ini merupakan bagian yang bersinergi dengan upaya pengelolaan
perikanan secara nasional berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
Negara Republik Indonesia.
Pemanfaatan Subzona penangkapan ikan melalui perjanjian kemitraan
di dalam KKP merupakan bagian dari upaya pemerintah membantu
memperkuat kapasitas kelompok masyarakat untuk dapat mengatur hajat
hidup dan meningkatkan kesejahteraannya sendiri dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan di sekitarnya. Secara garis besar, pemanfaatan
Subzona dilakukan melalui petjanjian kemitraan dengan kelompok
masyarakat akan menurunkan biaya pengelolaan KKP untuk kegiatan
perlindungan, pelestarian kawasan, pengawasan, penegakan hukum dan
juga manajemen serta administrasi.
3.1 Prinsip-Prinsip Kegiatan Penangkapan lkan di Kawasan Konservasi
Perairan
Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pengelolaan sumber
daya perikanan di dalam Subzona penangkapan ikan adalah sebagai
berikut:
1. Pertimbangan ilmiah. Pemanfaatan Subzona penangkapan ikan dan
pemanfaatan sumber daya ikan harus didasari oleh pertimbangan ilmiah
yang mencakupi ilmu pengetahuan alam, sosial dan ekonomi dengan
porsi masing-masing yang seimbang. Pengelolaan sumber daya perikanan
di dalam Kawasan Konservasi Perairan juga dapat mengacu kepada FAO
Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) serta acuan lainnya
yang sesuai.
2. Manfaat yang berkelanjutan. Pemanfaatan Subzona penangkapan ikan
dan pemanfaatan sumber daya ikan menuntut kelompok masyarakat
setempat untuk secara aktif melaksanakan kewajiban yang melekat pada
hak yang diberikan, termasuk diantaranya adalah menjaga agar Subzona
penangkapan ikan dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan
peruntukannya.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
13
3. Rasa keadilan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya ikan harus
memenuhi rasa keadilan masyarakat yang secara historis dan turun­
temurun telah memanfaatan sumber daya ikan di lokasi tertentu di
dalam KKP.
4. Kemitraan yang menguntungkan. Pemanfaatan sumber daya ikan
merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah selaku pengelola KKP
dengan kelompok masyarakat setempat yang mengharuskan keduanya
untuk bermitra dan berperan aktif dalam pengelolaan, termasuk dalam
upaya pengawasan dan penegakan aturan di KKP .
5. Keterpaduan untuk efisiensi. Pemanfaatan sumber daya ikan
mengharuskan adanya keterpaduan antara program pengelolaan unit
organisasi pengelola KKP dengan program pembangunan pemerintah
daerah yang secara administratif menaungi masyarakat yang bertempat
tinggal di dalam KKP.
6. Keterbukaan. Pemanfaatan sumber daya ikan harus dilaksanakan
secara terbuka dengan melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk
dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan konservasi dan evaluasi
penggunaan dan manfaat hak akses yang telah diberikan kepada
masyarakat .
7. Kelestarian sumber daya. Pemanfaatan sumber daya ikan harus dapat
menjamin kelestarian sumber daya ikan yang merupakan sumber mata
pencaharian masyarakat dan kekayaan keanekragaman hayati bangsa
Indonesia .
3.2 Karaktersitik Pengelolaan Sumber daya lkan di Zona Perikanan
Berkelanjutan
Pengelolaan Subzona penangkapan ikan merupakan salah satu
metode pengelolaan perikanan yang semakin banyak diterapkan untuk
mengelola sumber daya ikan karena terbukti berhasil mempertahankan
kesinambungan sumber daya ikan dan meningkatkan pendapatan nelayan.
Keberhasilan pemanfaatan Subzona penangkapan ikan ditentukan oleh
berbagai karakteristik utama seperti tertera pada Tabel di bawah.
Tabel 1. Karakterristik utama Subzona Penangkapan Ikan
Karakteristik
Utama
Batasan Subzona
yang jelas
14
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Penjelasan
Deliniasi
batas-batas
Subzona
harus
mempertimbangkankan
keberadaan
lokasi
habitat penting dalam siklus hidup ikan yang
akan dikelola seperti daerah pemijahan, daerah
pergerakan
larva
atau
juvenil,
daerah
pembesaran, dan tempat mencari makan. Hal ini
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
untuk memastikan bahwa ikan tersebut memiliki
kemampuan untuk mengembangkan baik jumlah
dan ukurannya secara berkelanjutan.
Penentuan batas-batas Subzona penangkapan ikan
juga harus merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan peta zonasi konservasi perairan
terutama di zona berkelanjutan.
Dirancang
berdasarkan ilmu
pengetahuan
Disain pengelolaan Subzona penangkapan ikan dan
pemanfaatan sumber daya ikan harus memperhitungkan kesesuaian antara ketersediaan data/
informasi ilmiah, aspek sosial ekonomi masyarakat
dan kapasitas kelembagaan kelompok masyarakat.
Harus dirancang agar sesuai dengan skala kegiatan
penangkapan kelompok masyarakat sehingga dapat
dikelola dengan batas-batas Subzona penangkapan
ikan yang jelas.
Dikelola
berdasarkan
karakteristik
perikanan setempat
Target kelola
ditentukan sesuai
kriteria yang
disepakati
Pemanfaatan
sumber
daya
ikan
harus
memperhitungkan kesesuaian antara kapasitas
unit penangkapan ikan yang ada dengan ketersediaan
stok ikan yang dikelola untuk mencegah terjadinya
kondisi tangkap berlebihan (over fishing) yang akan
mengakibatkan hilang atau punahnya sumber daya
ikan tersebut.
Pengaturan pemanfaatan sumber daya dapat mengikuti beberapa model seperti: a) pengaturan jumlah,
jenis dan dimensi unit penangkapan ikan yang diperbolehkan, b) jenis, ukuran dan spesifikasi alat
tangkap yang diperbolehkan, c) waktu dan lokasi
penangkapan ikan yang diperbolehkan, d) ukuran
dan jumlah ikan yang boleh ditangkap.
Pemilihan jenis ikan yang dikelola harus memperhatikan besaran jumlah tangkapan, nilai ekonomi, nilai
ekologi dan nilai budaya yang ada di kelompok masyarakat.
Faktor lain yang harus diperhitungkan adalah tingkat
produktivitas (seberapa cepat pulih jumlahnya) dan
tingkat kerentanan ikan tersebut terhadap kegiatan
eksploitasi.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
15
Habitat dan Ekosistem
Karakteristik
Utama
Keterkaitan ekologis
Penjelasan
Agar Subzona penangkapan ikan yang akan
dimanfaatkan memiliki habitat yang sesuai dan
dapat dikelola oleh kelompok masyarakat, maka
perlu dilakukan analisis kondisi kesehatan
lingkungannya saat ini, daya lentingnya (seberapa
cepat pulih setelah ada gangguan kerusakan),
intensitas (besaran dan frekuensi) ancaman
terhadap habitat tersebut, dan sumber ancaman
baik dari kegiatan perikanan maupun nonperikanan
Sosial Kemasyarakatan
Karakteristik
Utama
Inklusif dan
Partisipatif
Mengelola konflik
Transparansi
Penjelasan
Pemangku kepentingan secara aktif mendukung
penegakan aturan di dalam Subzona penangkapan
ikan dan kawasan konservasi secara umum baik
secara individu maupun kelembagaan karena
turut langsung menyusun rencana pengelolaan
dan berbagai aturan pemanfaatan sumber
dayanya.
Harus dirancang untuk mengelola konflik
pemanfaatan sumber daya antara kelompok
masyarakat yang mengelola Subzona penangkapan
ikan melalui perjanjian kemitraan tertentu dengan
individu lain disekitarnya.
Lembaga pengelola Subzona penangkapan ikan
harus memperhatikan secara serius kepentingan
masyarakat subsisten, tradisional dan berskala
kecil.
Keseluruhan
proses
yang
berjalan dan
pengambilan keputusan harus dilakukan secara
transparan, melibatkan seluruh pemangku
kepentingan
utama
dan
memperhatikan
kesetaraan gender.
Kelembagaan
Karakteristik
Utama
Kepastian
16
Penjelasan
Pemanfaatan Subzona penangkapan ikan kepada
kelompok masyarakat harus memiliki kepastian
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
Subzona tidak
dipindah tangankan
hukum, dilindungi dan memiliki jangka waktu
yang cukup panjang agar dapat memberikan
manfaat sesuai tujuan rencana pengelolaan yang
diajukan.
Subzona tidak dapat diperjual belikan, dipindah
tangankan, atau dijadikan agunan.
Subzona dapat dibagi (share) kepada nelayan
selain kelompok yang memperoleh Subzona sejauh
rasio kapasitas penangkapan ikan dengan jumlah
stok ikan yang tersedia masih seimbang.
Inisiatif bersama
Kemitraan
Aturan yang
mengikat
Alokasi pembagian Subzona pada nelayan lain
diatur bersama oleh unit organisasi pengelola
KKP dan kelompok masyarakat yang diberi
Subzona. Nelayan luar yang bisa memperoleh
bagian Subzona adalah mereka yang memiliki
kesamaan jenis dan spesifikasi unit penangkapan
ikan, secara historis menangkap ikan di Subzona
tersebut, dan bersedia mematuhi segenap
ketentuan dan aturan yang ditetapkan oleh unit
organisasi pengelola KKP.
Kerjasama kemitraan dalam pemanfaatan Subzona
melalui perjanjian kemitraan ini dapat diinisiasi
atau dimulai dari inisiatif kelompok masyarakat
yang tinggal di dalam KKP ataupun prakarsa unit
organisasi pengelola KKP.
Pemanfaatan Subzona didasarkan pada kerjasama
kemitraan antara unit organisasi pengelola dengan
kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi
keterbukaan, dan saling menguntungkan. Prinsip
dasarnya adalah tanggung jawab bersama dalam
mengelola sumber daya ikan di dalam KKP.
Unit
organisasi
pengelola
dan
kelompok
masyarakat bersama-sama merencanakan dan
memanfaatkan sebagian atau seluruh zona
perikanan berkelanjutan, serta menjaga zona inti
kawasan.
Syarat keanggotaan dan aturan yang mengikat
anggota kelompok penerima disusun dan
disepakati secara bersama dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat yang lebih besar.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
17
Akuntabilitas
Pengawasan dan
evaluasi berkala
Kelompok masyarakat penerima dan unit
organisasi pengelolaan KKP harus mematuhi
seutuhnya isi perjanjiaan kemitraan yang telah
disusun dan disepakati bersama, terutama aturan
aturan mengenai pemanfaatan sumber daya ikan.
Apabila terjadi pelanggaran atas isi perjanjian
yang telah disepakati maka dilakukan upaya
penyelesaian dengan mengutamakan musyawarah
untuk mufakat.
Pemberi atau penerima manfaat Subzona bersama­
sama menyusun dan menyepakati mekanisme
dan jadwal pemantauan dan evaluasi pencapaian
tujuan pemanfaatan melalui perjanjian kemitraan
secara berkala.
Kedua belah pihak harus menyertakan langkah­
langkah
perbaikan
didalam
pelaksanaan
pengelolaan dilapangan seperlunya sesuai dengan
hasil rekomendasi perbaikan yang disepakati
bersama.
Ekonomi
Ciri Khas Utama
Penjelasan
Efisiensi dan efektifitas
Pertimbangan berbagai aspek keekonomian harus
dilakukan saat menentukan tujuan pengelolaan
dan
perancangan
program-program
ke:rja
pendukung pelaksanaan pemanfaatan Subzona.
Secara makro tujuan keekonomian adalah 1)
mencegah terjadinya kelebihan kapitalisasi
dalam upaya penangkapan ikan, 2) mengurangi
biaya pengelolaan kawasan konservasi peraturan
termasuk upaya penegakan hukumnya, 3)
meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok
penerima manfaat, 4) menciptakan kemandirian
ekonomi masyarakat
Secara mikro tujuan keekonomian adalah 1)
menghemat biaya operasional upaya penangkapan
ikan, 2) meningkatkan pendapatan harian
anggota, 3) menjamin akses pemasaran yang lebih
baik, 4) memberikan alternatif mata pencaharian
pendukung, 5) mendapatkan nilai tambah hasil
tangkapan
18
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
3.3 Kondisi
dan
Permasalahan
Pengelolaan
Zona
Berkelanjutan untuk Kegiatan Penangkapan Ikan
Perikanan
Pengelolaan Subzona penangkapan ikan kepada masyarakat yang
tinggal didalam dan sekitar kawasan konservasi merupakan perwujudan
dari pengelolaan kawasan konservasi perairan secara kolaboratif. Penerima
manfaat Subzona yang merupakan masyarakat yang tinggal di dalam dan
sekitar KKP secara langsung merupakan bagian penting dari struktur
pengelolaan KKP seperti tercermin pada Gambar 1 di bawah ini. Kelompok
masyarakat tersebut sekaligus berpartisipasi langsung dalam memanfaatkan
dan menjaga sumbedardaya ikan agar tetap lestari. Kolaborasi pengelolaan
ini diharapkan bisa mempercepat pencapaian tujuan pembentukan KKP
dalam mengelola sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
Secara khusus, pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan dapat
dialokasikan di beberapa bagian ataupun keseluruhan zona perikanan
berkelanjutan KKP.
Subzona tidak dimanfaatkan oleh individu atau perorangan melainkan
hanya oleh kelompok masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar KKP dan
menggantungkan hidupnya dari memanfaatkan sumber daya ikan di zona
perikanan berkelanjutan. Adapun kelompok masyarakat tersebut adalah: 1)
sejumlah nelayan dari satu desa atau lebih di dalam KKP yang menyatakan
dirinya bergabung menjadi satu kelompok; atau 2) sejumlah nelayan dari
satu desa atau lebih di dalam KKP yang memiliki kesamaan jenis alat dan
metoda penangkapan ikan yang menyatakan dirinya bergabung menjadi
satu kelompok; atau 3) organisasi pemerintahan desa; atau 4) kelembagaan
kelompok masyarakat lokal dan tradisional; atau 5) kelembagaan masyarakat
lainnya termasuk koperasi nelayan dan sejenisnya.
Diadaptasi dari Poon, S. E. and Bonzon, K. (2013).
Gambar 1. Kolaborasi pengelolaan penangkapan ikan di dalam KKP
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
19
BAB 4. TAHAPAN PENGELOLAAN SUBZONA PENANGKAPAN IKAN
Tahapan pengelolaan Subzona penangkapan ikan untuk kelompok
masyarakat lokal dan kelompok masyarakat tradisional dapat di
gambarkan seperti diagram alir berikut ini:
I. Tahap Persiapan
1. Pengumpulan data & informasi dasar
2. Identifikasi kesiapan kemitraan
3. Penentuan tujuan pengelolaan
4. Penentuan jenis sumber daya ikan yang dikelola
5. Penentuan batas-batas Subzona
II. Tahap Penyusunan Dokumen Rencana
Pengelolaan
1. Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan
III. Tahap Penilaian Dokumen dan Pembentukan Subzona
1. Penilaian Dokumen Rencana Pengelolaan dan
Pembentukan Kemitraan
2. Keputusan Pembentukan Subzona
3. Ketentuan dan Persyaratan
IV. Tahap Pelaksanaan
1. Monitoring
2. Pengawasan dan penegakan hukum
3. Evaluasi kemitraan
4. Inovasi Perbaikan kemitraan
Gambar 2. Tahapan pengelolaan Subzona penangkapan ikan kepada
masyarakat lokal dan traditional
20
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
Tahap-tahapan tersebut di atas selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
4.1 Tahap Persiapan
4.1.1 Pengumpulan Data dan Informasi Dasar
Data dan informasi dasar menyangkut: (a) kondisi sumberdaya
kawasan konservasi, (b) kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat yang
tinggal di dalam dan sekitar kawasan konservasi, khususnya Subzona, dan
(c) kondisi kelembagaan masyarakat.
4.1.1.1 Kondisi Somber Daya Kawasan Konservasi Perairan
Informasi ekologis yang perlu diketahui adalah sebaran habitat penting
bagi ikan dalam keseluruhan siklus hidupnya, termasuk terumbu karang,
padang lamun dan hutan bakau, lokasi-lokasi penting tempat pemijahan
ikan (spawning aggregation sites) serta jenis, intensitas dan sumber ancaman
terhadap habitat penting, untuk mengetahui daya lenting (kemampuan pulih)
dari suatu ekosistem, jika mengalami ancaman.
4.1.1.2 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Lokal dan
Tradisional
Kondisi kegiatan ekonomi masyarakat difokuskan pada kegiatan
perikanan. Kajian kondisi perikanan merupakan kumpulan data dan informasi
yang menggambarkan tentang seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan, pemanfaatan, dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, penanganan hasil tangkapan, pengolahan, dan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Hal terpenting dalam kajian kondisi perikanan adalah mengidentifikasi
dan menentukan kondisi, indikator kinerja, dan rekomendasi pilihan
intervensi pengelolaan yang memungkinkan tercapainya pengelolaan
perikanan yang berhasil ditandai oleh sifat-sifat bertahan dalam jangka
panjang, berkelanjutan secara lokal, serta memiliki mekanisme yang mandiri.
Jenis data yang dikumpulkan selama pelaksanaan survei meliputi hal-hal
sebagai berikut:
•
Sumber daya ikan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa nama famili, spesies,
nama lokal, musim penangkapan, dan jumlah hasil tangkapan (kg per
hari)
•
Kapal penangkapan ikan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa ukuran kapal (panjang,
lebar, dan dalam), kekuatan mesin, jumlah kapal, jumlah izin.
•
Alat Penangkapan Ikan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa jenis alat tangkap dan
spesifikasinya.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
21
•
•
•
•
•
22
Spesifikasi alat tangkap minimal memuat informasi ukuran mata pancing
dan panjang senar, misalnya spesifikasi alat tangkap pancing tonda
memiliki 10 mata pancing dengan ukuran mata pancing no 7, Senar/
tali pancing memiliki panjang 500 m, mata pancing diikatkan pada senar
dengan jarak 2 meter. Informasi alat tangkap dan alat bantunya disertai
dengan fotoI sketsa, dan metode pengoperasiannya.
Daerah Penangkapan ikan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa lokasi penangkapan,
kedalaman (m), jumlah hasil tangkapan per trip per lokasi penangkapan.
Pemasaran
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa jumlah pengumpul
(fish collector), jumlah pedagang (trader). Jumlah eksportir, nama
perusahaan, harga beli dan jual setiap tingkatan bisnis, jenis ikan yang
diperdagangkan, kuantitas penjualan dalam satuan waktu, serta daerah
tujuan penjualan (keseluruhan rantai pasar).
Pengolahan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa nama perusahaan,
kelompok, jumlah tenaga kerja, jenis produk olahan, daerah tujuan
pemasaran (domestik atau luar negeri).
Infrastruktur
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa fasilitas perikanan antara
lain jumlah dan status tempat pelelangan ikan, pelabuhan perikanan
pantai, pabrik es, pengolahan, transportasi.
Isu dan permasalahan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa isu dan permasalahan
terkait kegiatan perikanan seperti kegiatan penangkapan (penanganan
hasil tangkapan, penurunan hasil tangkap baik jumlah dan ukuran,
penggunaan alat tangkap yang merusak,konflik pemanfaatan),
pengolahan (kualitas dan diversifikasi produk), pemasaran (transportasi,
kualitas produk, kepastian harga dan penyerapan produk perikanan).
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
4.1.1.3 Kondisi Kelembagaan Masyarakat Lokal dan Tradisional
Unit organisasi pengelola KKP perlu mendata keberadaan organisasi
dan kelembagaan masyarakat setempat khususnya yang bergerak di sektor
perikanan dan memahami efektifitas organisasi dan lembaga-lembaga
tersebut. Beberapa aspek yang perlu dianalisis antara lain adalah mengenai
keanggotaan dan pembentukan kepengurusan, serta penyusunan peraturan
dan prosedur serta kepatuhan anggota terhadap peraturan dan prosedur
dalam organisasi atau lembaga tersebut .
4.1.2
Identifikasi Kesiapan Program Kemitraan
4.1.2.1 Persyaratan Calon Mitra
Persyaratan minimal calon mitra penerima manfaat Subzona adalah
kelompok atau kelembagaan masyarakat yang memiliki badan hukum,
serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Mekanisme rekrutmen
anggota, keanggotaan dan kepengurusan didalam kelompok atau organisasi
juga harus diatur dengan baik dan jelas.
4.1.2.2 Penguatan Kelembagaan Kelompok Masyarakat Mitra
Bagi kelompok masyarakat yang sudah mengajukan sebagai calon mitra
namun dinilai belum memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditentukan,
maka unit organisasi pengelola KKP dapat membantu, membimbing dan
memperkuat kelompok tersebut agar dapat memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Dalam membantu kelompok tersebut, pengelola kawasan
dapat berkerjasama dengan pihak lain yang berkompeten.
Bagi KKP yang mempunyai potensi pembentukan Subzona
penangkapan ikan, Unit Organisasi Pengelola KKP secara aktif mendorong
terbentuknya kelompok masyarakat untuk mengajukan pembentukan
Subzona. Kelompok tersebut dapat dibentuk sesuai dengan konteks sosial,
hukum, dan politik setempat. Berikut adalah proses yang dapat dilalui dalam
memfasilitasi pembentukan kelembagaan kelompok masyarakat:
1. Mengidentifikasi pemangku kepentingan utama perikanan. Dalam
langkah ini, dilakukan pemetaan pemangku kepentingan perikanan
dengan mengidentifikasi siapa saja pengguna sumber daya ikan serta
hubungan keterkaitan mereka satu dengan lainnya.
2. Melakukan penjangkauan. Unit organisasi pengelola KKP menjangkau
masing-masing kelompok pemangku kepentingan yang relevan untuk
mengkomunikasikan konsep dan ide sebuah organisasi yang akan
menjadi mitra dalam pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan.
Perlu pula dijelaskan tentang peran dan tanggung jawab dari organisasi
yang akan dibentuk dalam kerangka kemitraan, termasuk dalam
pemanfaatan Subzona di dalam kawasan konservasi.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
23
3.
4.
5.
6.
Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan masyarakat luas
memperkenalkan organisasi yang akan dibentuk.
Menominasikan dan menentukan kelompok- kelompok masyarakat yang
akan menjadi anggota organisasi.
Menyusun aturan main organisasi, termasuk AD/ART dalam kerangka
kemitraan dengan unit pengelola kawasan yang akan dibentuk.
Melegalisasi orgnanisasi masyarakat yang dibentuk sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
Kriteria keanggotaan kelompok atau organisasi yang akan dibentuk
harus jelas dan disusun melalui proses yang transparan dan berkeadilan.
Anggota-anggota hendaknya mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi
yang sama yaitu memanfaatkan sumber daya perikanan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup dan sumber mata pencaharian. Persyaratan keanggotaan
dapat ditentukan oleh Rapat Anggota dan diketahui oleh unit organisasi
pengelola kawasan konservasi.
Beberapa kriteria dasar keanggotaan meliputi:
•
Penduduk setempat;
•
Nelayan atau pemanfaat sumber daya laut lainnya ;
•
Berpartisipasi dalam upaya pelestarian KKP;
•
Memiliki ikatan sejarah dan/atau budaya dengan masyarakat dan
lingkungan sekitar KKP;
•
Memiliki keanggotaan dalam suatu organisasi yang sudah ada (nelayan,
masyarakat, atau kekerabatan);
•
Memiliki hubungan dengan sumber daya dan/atau berada dekat sumber
daya;
•
Patuh terhadap peraturan kelompok pengelola.
Kelompok mitra pengelola harus menetapkan persyaratan yang ketat
untuk memastikan komitmen dari seluruh anggotanya agar patuh terhadap
berbagai aturan dan kesepakatan yang telah dibuat dengan unit pengelola
kawasan. Jumlah anggota suatu kelompok atau organisasi dapat ditentukan
berdasarkan potensi dan karakteristik stok sumber daya yang dikelola dan
peran dari masing-masing anggota.
4.1.3 Penentuan Tujuan Pengelolaan Subzona untuk Kegiatan
Penangkapan lkan oleh Masyarakat Lokal dan Tradisional Melalui
Program Kemitraan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan
tujuan pemanfaatan Subzona bersama dengan para pemangku kepentingan
terkait. Tujuan pemanfaatan mempertimbangkan perpaduan aspek ekologi,
sosial dan ekonomi secara berimbang. Tujuan pemanfaatan dirumuskan
melalui berbagai pertemuan, diskusi dan konsultasi dengan melibatkan
24
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
paling tidak para ahli yang kompeten dibidang perikanan, lingkungan, sosial
dan ekonomi.
Penentuan tujuan harus memadukan antara data/informasi ilmiah
mengenai kondisi perikanan dan lingkungannya dengan: a) kondisi setempat
saat itu dan yang akan datang berdasarkan pengamatan empiris, b) hal-hal
yang bersifat praktis terkait kondisi dan tingkah laku jenis perikanan yang
akan dikelola, c) kesadaran akan pentingnya konservasi sumber daya ikan,
dan d) hal-hal terkait lainya yang sifatnya dinamis. Tujuan pemanfaatan
Subzona tidak boleh bertentangan dengan visi-misi KKP sebagaimana tertera
dalam Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP.
4.1.3.1 Aspek Sumber Daya Kawasan
Dari aspek biologis, tujuan utama pemanfaatan Subzona ditekankan
pada upaya menghentikan penangkapan ikan berlebihan (overfishing),
meningkatkan jumlah populasi stok ikan yang sudah berkurang dan
mencegah terjadinya penangkapan ikan yang bukan sasaran utama (non­
target). Tujuan ini penting untuk memastikan keberlanjutan sumber daya
sekaligus memperkuat insentif upaya konservasi sumber daya ikan secara
permanen.
Dari aspek ekologis, tujuan Subzona ditekankan pada upaya untuk
melindungi fungsi ekosistem (terumbu karang, padang lamun, bakau) yang
ada dan habitat penting bagi ikan (lokasi memijah, pembesaran, mencari
makan, ruaya, dan lain-lain). Secara ideal luasan Subzona harus meliputi
bagian dari keseluruhan habitat penting tersebut untuk memastikan
perlindungan menyeluruh sumber daya ikan disetiap fase kehidupannya.
4.1.3.2 Aspek Sosial Budaya dan Ekonomi
Tujuan pengelolaan dari aspek sosial menitik beratkan pada
pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan bagi nelayan subsisten
atau skala kecil setempat dengan azas keadilan dan pelestarian karakter
dan budaya setempat. Harus dipastikan bahwa manfaat sebesar-besarnya
diutamakan bagi masyarakat yang secara historis dan turun temurun telah
memanfaatkan sumber daya ikan pada area penangkapan di dalam KKP.
Tujuan pengelolaan juga harus dapat membuka peluang alternatif pekerjaan,
menjamin pendapatan anggota kelompok dan memberikan kemudahan
terhadap akses pasar, serta menjaga ketahanan pangan termasuk manfaat
non-perikanan seperti: peningkatkan status sosial, pendanaan pendidikan,
perawatan kesehatan dan penyediaan infrastruktur penunjang lainnya.
Tujuan pengelolaan dari aspek ekonomi dititik beratkan pada hal-hal
seperti:
a) peningkatan pendapatan dan keuntungan masyarakat,
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
25
pengurangan kelebihan kapitalisasi (over-capitalization) usaha
perikanan, dan
c) dukungan keberlanjutan usaha perikanan tangkap untuk jangka
panjang.
Pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan harus menjamin
kepentingan kolektif masyarakat dengan mendistribusikan manfaat
dari pengelolaan sumber daya perikanan secara adil. Masyarakat harus
mendapatkan jaminan bahwa manfaat dan keuntungan yang diperoleh
melalui upaya pengelolaan saat ini, tetap akan menjadi hak mereka di
masa yang akan datang. Dengan demikan masyarakat mendapat insentif
untuk terus mengelola sumber daya ikan secara bersama-sama dan
berkelanjutan.
Perhatian juga harus diberikan pada peningkatan kualitas maupun
nilai tambah perikanan pasca panen. Selain itu, pengelolaan rantai
produksi, rantai pasokan maupun rantai pasar yang tepat akan dapat
meningkatkan keuntungan bagi kelompok masyarakat penerima manfaat
Subzona.
b)
4.1.3.3 Aspek Kelembagaan
Tujuan pengelolaan dari aspek regulasi dan kelembagaan harus
menekankan pada kejelasan terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. batas Subzona yaitu ada kejelasan batas pengelolaan yang mengandung
sumber daya ikan yang bernilai bagi kelompok masyarakat;
2. rincian tentang hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang, termasuk
aturan kapan, dimana, bagaimana dan siapa yang boleh menangkap
ikan;
3.jaminan dan perlindungan terhadap manfaat yang diperoleh serta
kejelasan lingkup hak dan kewajiban dalam kemitraan;
4.organisasi, lembaga atau kelompok yang dibentuk harus berbadan
hukum, memiliki otoritas dari anggota kelompoknya, serta memiliki
mekanisme pengambilan keputusan yang akuntabel dan transparan;
5.kejelasan sanksi yang akan dikenakan terkait dengan pelanggaran
aturan perundangan, pelanggaran kesepakatan dalam kemitraan,
ataupun kegagalan pencapman tujuan pengelolaan yang telah ditetapkan
bersama;
6. mekanisme pemantauan dan evaluasi oleh unit pengelola yang menjamin
efektifitas dan efisiensi pengelolaan kawasan oleh kelompok masyarakat.
26
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
4.1.4 Penentuan Jenis lkan yang akan Dikelola
Penentuan jenis sumber daya ikan utama dapat dilakukan berdasarkan
beberapa kriteteria yang dianggap penting oleh pengelola kawasan, seperti
misalnya, nilai ekonomis dan sosial spesies ikan dan tingkat kerentanan
spesies ikan. Ikan-ikan ekonomis penting seperti kerapu dan kakap biasanya
menjadi target utama tangkapan masyarakat, sehingga rentan terhadap
ancaman tangkap lebih. Demikian pula dengan rajungan, teripang dan lola
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan-ikan ekonomis penting sudah tentu
menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan masyarakat sehingga
perlu dijamin kelestariannya.
Jenis ikan yang dikelola dapat berupa satu jenis (spesies) ikan saja
atau beberapa jenis (spesies) ikan, tergantung pada tujuan pengelolaan dan
karakteristik sumber daya yang ada. Spesies ikan yang dimaksud termasuk
ikan yang berenang bebas (fin-fish) dan hewan yang pergerakannya relative
terbatas di dasar laut (seperti kekerangan, udang, teripang, rajungan, lola,
dll).
4.1.5
Penentuan Batas dan Luasan
Tahapan ini dimaksudkan untuk menentukan batas-batas dan luasan
Subzona. Batas Subzona dicantumkan dalam koordinat posisi geografis
pada peta kawasan konservasi perairan. Untuk mendukung kemudahan
pelaksanaan dan pengawasan, batas-batas harus mudah diidentifikasi dan
diketahui. Beberapa batas penanda yang dapat digunakan antara lain titik
koordinat pada GPS, mengambil titik ikat dari alam atau penanda buatan
manusia, menarik jarak tertentu terhadap daratan, menggunakan garis
lurus, menggunakan kontur kedalaman atau mengikuti keberadaan terumbu
karang tepi, seperti pada garnbar 2 di bawah ini.
Sumber (Poon, S. E. and Bonzon, K. (2013).
Gambar 3. Contoh model-model penentuan Subzona penangkapan ikan
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
27
Penentuan Subzona harus sesuai dengan peruntukan Rencana Zonasi
dan Pengelolaan KKP yang telah ditetapkan. Batas Subzona bisa diseluruh
atau sebagian zona perikanan berkelanjutan tergantung dari luasan KKP,
luasan zona perikanan berkelanjutan, atau pertimbangan ekologis dan biologis
target sumber daya ikan yang hendak dikelola, serta kompleksitas kegiatan
perikanan target. Subzona sebaiknya berada dekat dengan pemukiman atau
mudah untuk dijangkau oleh kelompok masyarakat sehingga pemanfaatan
sumber daya ikan dapat dilakuan dengan biaya relatif murah dan efisien.
Selain itu lokasi yang mudah dijangkau akan memudahkan pengawasan oleh
kelompok masyarakat tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan batas-batas
Subzona adalah sebagai berikut:
1. Sebagian atau seluruh zona perikanan berkelanjutan kawasan
konservasi perairan
2. Mempertimbangkan jangkauan dan kapasitas pengelolaan
masyarakat
3. Batas-batas geografis harus mudah diketahui dan diidentifikasi
4. Mencakup keseluruhan atau sebagian besar habitat penting sumber
daya ikan target.
5. Memperhitungkan lokasi-lokasi penting seperti tempat pendaratan
ikan, lokasi pelelangan, pelabuhan, pengolahan dan pusat
distribusi.
6. Berdekatan atau berdampingan dengan zona inti untuk
memanfaatkan secara optimal limpahan ikan yang dihasilkan.
Subzona harus ditentukan dan disepakati melalui kesepakatan
bersama masyarakat. Sebelum kesepakatan bersama ini ditandatangani oleh
seluruh komponen masyarakat yang mewakili, terlebih dahulu batas­-batas
Subzona tersebut disetujui dan divalidasi terlebih dahulu oleh unit organisasi
pengelola dengan mengacu pada reneana zonasi KKP. Kesepakatan bersama
ini dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan Bersama, ditandatangani
dan disaksikan oleh kepala desa/kampung, tokoh agama, toko masyarakat,
tokoh pemuda, kelompok masyarakat pengelola dan lainnya. Berita Acara
ini menjadi bagian dari keseluruhan dokumen kerjasama kemitraan antara
kelompok masyarakat dengan unit organisasi pengelola KKP.
4.2 Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan
Untuk memastikan kelancaran pelaksanaan dan evaluasi Subzona
perlu disusun sebuah rencana kerja pengelolaan Subzona. Rencana kerja
disusun oleh kelompok masyarakat mitra dipandu oleh unit organisasi
pengelola KKP.
28
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
Rencana kerja tersebut menggambarkan kondisi sumber daya ikan di
Subzona, termasuk status stok perikanan, tujuan pelaksanaan pengelolaan,
hak dan kewajiban anggota, kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan
dalam waktu tertentu, serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam dokumen
rencana kerja juga berisi indikator-indikator capaian dan strategi-strategi
pencapaian tujuan, termasuk bagaimana memastikan kepatuhan terhadap
seluruh aturan dan rencana pelaksanaan pengelolaan Subzona tersebut.
Dokumen rencana kerja pengelolaan wilayah kelola perikanan masyarakat
paling sedikit mencakupi hal-hal sebagai berikut:
1. Opsi-opsi pendekatan pengelolaan perikanan (pengaturan jenis dan
ukuran unit penangkapan ikan, jumlah unit penangkapan ikan
yang diperbolehkan, ukuran dan jumlah ikan yang boleh ditangkap,
waktu dan lokasi penangkapan, dan lain sebagainya yang sesuai
dengan kondisi perikanan setempat).
2. Tentang organisasi pemanfaatan Subzona (bentuk organisasi,
mekanisme
pengambilan
keputusan,
struktur
organisasi,
keanggotaan, dan lain-lain).
3. Rencana kerja beserta indikator capaian yang terukur dengan tata
waktu yang jelas sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama,
termasuk pelaksanaan rencana kerja pemantauan dan evaluasi.
4. Mekanisme pengawasan, penegakan hukum dan sanksi bagi
pelanggaran yang ditemukan.
5. Kesepakatan-kesepakatan antara kelompok masyarakat pengusul
jika ada.
6. Biaya yang dibutuhkan dan sumber pendanaan yang diharapkan.
4.3 Penilaian Dokumen Rencana Pengelolaan
4.3.1 Pembentukan Kemitraaan
Proses dan kriteria penilaian usulan pemanfaatan Subzona
melalui perjanjian kemitraan akan dirinci lebih lanjut sebagai acuan bagi
unit organisasi pengelola KKP. Pemanfaatan Subzona melalui perjanjian
kemitraan dilakukan melalui mekanisme Perjanjian Kemitraan antara unit
organisasi pengelola dengan kelompok masyarakat yang telah memenuhi
syarat. Perjanjian Kemitraan ini menjadi dasar bagi unit organisasi pengelola
dalam memberikan manfaat Subzona dan dasar bagi kelompok masyarakat
yang hidup didalam atau sekitar KKP untuk berpartisipasi aktif dalam
pengelolaan Subzona.
Adapun mekanisme dalam membentuk kemitraan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Unit organisasi pengelola KKP mengusulkan program kemitraan
kepada kelompok masyarakat atau sebaliknya kelompok masyarakat
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
29
mengusulkan program kemitraan pengelolaan perikanan kepada unit
organisasi pengelola KKP
2. Apabila usulan program kemitraan ini disepakati kedua belah pihak,
maka selanjutnya disusun rencana kerja pengelolan melalui tahapan­
tahapan yang telah dijelaskan dalam pedoman ini yang kemudian
dituangkan dalam sebuah Perjanjian Kemitraan.
3. Perjanjian kemitraan ditandatangani oleh kepala satuan unit organisasi
pengelola dengan ketua organisasi atau kelompok masyarakat pengelola
kawasan yang dibentuk oleh kelompok masyarakat.
4.
Kepala satuan unit organisasi pengelola sebelum melakukan
penandatangan Perjanjian Kemitraan wajib melaporkan kepada Direktur
Jenderal atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.
Muatan perjanjian kemitraan antara unit organisasi pengelola KKP
dengan kelompok masyarakat penerima manfaat Subzona paling sedikit
memuat perihal sebagai berikut:
1.Bentuk dan status hukum kelompok masyarakat penerima manfaat
Subzona;
2.
Keanggotaan kelompok-kelompok masyarakat dalam kelompok
masyarakat penerima manfaat Subzona;
3. Program Kemitraan;
4. Hak dan Kewajiban para pihak;
5. Jangka waktu dan pembiayaan;
6. Pelaporan dan pemantauan;
7. Penyelesaian perselisihan; dan
8. Pemutusan hubungan kerjasama.
Sebagai pelengkap perjanjian kemitraan pemanfaatan Subzona, para
pihak harus melampirkan Dokumen Rencana Ketja Subzona yang telah
disusun dan disepakati bersama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian kemitraan dimaksud.
4.3.2 Pengesahan Rencana Pengelolaan
Proses pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan harus
dilaksanakan secara adil dan transparan untuk meminimalkan potensi
konflik sosial dan mendapat dukungan dari masyarakat. Keputusan diambil
dengan mempertimbangkan: (a) riwayat pemanfaatan daerah penangkapan
ikan, (b) masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya,
(c) persyaratan hukum dalam pemanfaatan Subzona melalui pe:rjanjian
kemitraan, (d) profil ekologis, sosial, ekonomi, dan kelembagaan setempat
yang ada, dan (f) semua potensi konflik pemanfaatan sumber daya yang ada.
30
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
4.3.3 Syarat dan Ketentuan Pelaksanaan Program Kemitraan
Dalam ketentuan dan persyaratan dalam pemanfaatan Subzona
melalui perjanjian kemitraan diatur hal-hal sebagai berikut:
4.3.3.1 Jenis dan Skala Usaha
Jenis dan skala usaha penangkapan ikan di dalam Subzona hanya
diperuntukan bagi kegiatan penangkapan ikan dengan skala subsistem
(untuk mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari), dan/atau skala perikanan
kecil dengan maksimum ukuran kapal penangkap ikan tidak melebihi 10 GT.
Metoda penangkapan ikan yang diperbolehkan adalah metoda penangkapan
ikan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
tidak bersifat merusak lingkungan dan sesuai dengan kesepakatan antara
kelompok masyarakat dengan unit organisasi pengelola KKP.
4.3.3.2 Lokasi
Subzona penangkapan ikan hanya dapat diberikan di dalam zona
perikanan berkelanjutan di dalam KKP dengan memperhatikan keberadaan
zona inti dan kesesuaiannya dengan zona-zona lain di sekelilingnya. Lokasi
dan luasan Subzona disesuaikan dengan pertimbangan ilmiah, kondisi
sumber daya dan habitat, praktek penangkapan ikan saat ini, dan kapasitas
mitra kelompok masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari Subzona.
4.3.3.3 Jangka Waktu
Jangka waktu pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan
mempertimbangkan lama waktu yang adil bagi kelompok masyarakat
penerima untuk mengelola, memanfaatkan sekaligus menikmati manfaat
dari upaya yang mereka lakukan untuk melindungi dan memanfaatkan
sumber daya ikan secara lestari. Tergantung dari jenis target sumber
daya yang hendak dikelola, jangka waktu pemanfaatan Subzona melalui
perjanjian kemitraan paling lama 15 tahun dan setiap 5 tahun dilakukan
evaluasi.
Jaminan jangka waktu yang panjang juga akan membangun
kepercayaan sekaligus ikatan sosial yang semakin baik antar kelompok­
kelompok masyarakat dan unit pengelola KKP untuk mencapai tujuan
bersama efektifitas pengelolaan kawasan konservasi perairan. Di sisi lain
jaminan jangka waktu yang panjang memungkinkan untuk melakukan
berbagai inovasi pengelolaan guna lebih menjamin keberlanjutan sumber
daya perikanan.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
31
4.3.3.4 Bentuk Pelaksanaan Kemitraan
Pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan diberikan dalam
bentuk perjanjian kemitraan antara unit organisasi pengelola KKP dengan
kelompok masyarakat yang telah memenuhi syarat.
4.3.3.5 Hak dan Kewajiban Masing-Masing Pihak
Unit organisasi pengelola KKP:
a) penentuan Subzona di dalam zona perikanan berkelanjutan;
b) melakukan pemantauan dan evaluasi berkala;
c) melakukan pengawasan dan penegakan hukum; dan
d) menjamin pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan yang telah
disepakati.
Kelompok masyarakat penerima manfaat Subzona:
a) mengelola kegiatan penangkapan ikan sesuai perjanjian kemitraan;
b) melakukan pemantauan dan melaporkan kegiatan penangkapan ikan
yang melanggar hukum danjatau melanggar perjanjian kemitraan; dan
c) menjalankan rencana pengelolaan perikanan, termasuk ketentuan jenis
alat tangkap yang dipergunakan sesuai dengan perjanjian kemitraan
yang telah disepakati.
Para mitra bersama-sama melaksanakan rencana pengelolaan
Subzona sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing. Dalam
pelaksanaannya, unit organisasi pengelola KKP melakukan pembinaan
terhadap kelompok masyarakat mitra antara lain dalam bentuk bimbingan,
dukungan, sosialisasi, dan/atau penyuluhan pengelolaan KKP, pengelolaan
perikanan, dan lainnya.
4.4 Pelaksanaan Kemitraan
Tahap pelaksanan merupakan tahapan implementasi dari perencanaan
pengelolaan Subzona. Dalam tahapan ini, kegiatan yang harus dilakukan
meliputi monitoring, pengawasan, evaluasi dan inovasi.
4.4.1 Monitoring Pelaksanaan Kemitraan
4.4.1.1 Monitoring Kondisi Sumber Daya lkan
Monitoring kondisi sumber daya ikan secara umum bertujuan untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan dan kondisi sumber daya ikan antar waktu
khususnya didalam Subzona yang dimanfaatkan. Indikator pemanfaatan dan
kondisi sumber daya ikan yang bisa dipergunakan antara lain hasil tangkapan
per satuan upaya penangkapan (CPUE- catch per unit effort) dan rasio potensi
memijah (spawning potential ratio / SPR). Contoh metode monitoring sumber
daya ikan dapat dilihat pada berbagai panduan umum monitoring sumber
daya ikan yang telah ada.
32
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
Inovasi dan perbaikan pengelolaan perikanan di Subzona mutlak
harus terus menerus dilaksanakan melalui antara lain penelitian yang
tersusun dan terencana dengan baik. Inovasi dalam pemanfaatan sumber
daya terkait dengan pembatasan jumlah tangkapan dan pengembangan
alat tangkap yang ramah lingkungan dengan tetap memperhatikan tujuan
konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya ikan yang lestari diperlukan antara lain:
• Peningkatan sistem pengelolaan (management), kebijakan, pemantauan
(monitoring), pengawasan (surveillance), pengendalian (controlling)
secara terpadu dan menyeluruh terhadap seluruh kegiatan perikanan
tangkap di Subzona,
• Penerapan prinsip-prinsip perikanan tangkap yang bertanggung jawab
dan lestari,
• Peningkatan taraf hidup anggota kemitraan,
• Penggunaan aplikasi teknologi informasi untuk memantau kegiatan,
musim, harga dan lain sebagainya.
4.4.1.2 Monitoring Sosial Budaya Dan Ekonomi
Monitoring aspek sosial ekonomi bertujuan untuk mengukur
perubahan (perbaikan) tingkat perekonomian kelompok masyarakat mitra
termasuk juga kepatuhan masyarakat terhadap peraturan (zona larang
ambil) yang ditetapkan didalam KKP secara umum dan Subzona yang
dimanfaatkan secara khusus. Tehnik pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner survei dan metode pengamatan langsung. Contoh
metode monitoring aspek sosial ekonomi dan kepatuhan dapat dilihat pada
berbagai panduan umum montoring yang telah ada.
4.4.2 Pengawasan dan Penegakan Hukum
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan aturan-aturan atau
kesepakatan-kesepakatan yang disepakati dan ditetapkan dalam pengelolaan
perikanan di dalam Subzona. Kesepakatan ini dapat berupa kesepakatan
yang dibuat antara unit organisasi pengelola dengan masyarakat atau
kesepakatan diantara masyarakat pengelola yang memperoleh manfaat.
Perihal yang diawasai berupa antara lain: apakah masyarakat pengakses
Subzona merupakan anggota atau bukan, apakah kuota dan alat tangkap
yang digunakan sesuai dengan yang ditentukan, apakah ada pelanggaranpelanggaran didalam pemanfaatan Subzona, dan lain-lain.
Pengawasan dilakukan oleh unit organisasi pengelola kawasan
konservasi perairan, kelompok masyarakat dan/ atau secara bersama-sama.
Pelanggaran terhadap aturan dan kesepakatan dapat diselesaikan ditingkat
kelompok masyarakat, pemerintahan desa, unit organisasi pengelola atau
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
33
penegak hukum. Pilihan penyelesaian masalah ini tergantung dari tingkatan
dan skala masalah yang ditemui.
4.4.3 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan
Evaluasi efektivitas pelaksanaan kemitraan dititikberatkan pada
evaluasi terhadap pelaksanaan rencana kerja pengelolaan Subzona. Halhal yang dievaluasi termasuk diantaranya: dampak pelaksanaan kemitraan,
ketercapaian atau ketidaktercapaian tujuan yang ditetapkan, serta umpan
balik terhadap perbaikan rencana kerja. Tingkat efektivitas pelaksanaan
program kemitraan merupakan presentase dari realisasi target (sasaran)
terhadap keseluruhan target (sasaran) yang telah ditetapkan bersama.
Pelaksanaan evaluasi rencana kerja dilakukan dengan memperhatikan
tujuh langkah berikut:
1) Menentukan tujuan evaluasi.
Aspek ini mencakupi penentuan untuk apa evaluasi dilakukan.
Tujuan harus ditentukan dengan singkat dan jelas serta dipahami
bersama. Sebagai contoh, tujuan bisa berupa upaya untuk mengetahui
dampak pengelolaan Subzona di zona perikanan berkelanjutan secara
keseluruhan atau hanya untuk mengetahui capaian pelaksanaan suatu
kegiatan yang tertera pada rencana kerja.
2) Menyusun desain evaluasi.
Desain evaluasi termasuk penyusunan kuesioner survei, penentuan
enumerator lapangan serta metoda pengumpulan data. Bisa juga data
dan informasi dikumpulkan melalui laporan atau dokumen-dokumen
yang telah dipublikasikan sebelumnya.
3) Mendiskusikan rencana pelaksanaan evaluasi.
Rencana evaluasi perlu disepakati tahapan pelaksanaannya, karena
akan terkait antara lain dengan tata waktu, biaya, tahapan, metode, dan
sumber perolehan data dan informasi.
4) Menentukan pelaku evaluasi.
Memastikan siapa saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas masingmasing tahapan pelaksanaan kegiatan evaluasi.
5) Melaksanakan evaluasi.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dalam rentang waktu tertentu dan
sesuai dengan rencana kerja pengelolaan.
6) Mendesiminasikan hasil evaluasi.
Hasil evaluasi sebaiknya disebarluaskan ke pihak terkait, sehingga dapat
menjadi dasar pihak lain untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dan
mendorong partisipasi aktif pemangku kepentingan lainnya dalam upaya
pengelolaan perikanan.
34
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
7) Menggunakan hasil evaluasi.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, salah
satunya sebagai acuan untuk perbaikan rencana pengelolaan Subzona
dan/ atau rencana kerja kemitraan selanjutnya.
Pelaksanaan evaluasi efektivitas rencana kerja dilakukan untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan Subzona yang dimitrakan. Pelaksanaan
waktu evaluasi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu 1) evaluasi per enam
bulan, bertujuan untuk mengetahui perkembangan kegiatan pengelolaan
yang telah dilakukan, 2) evaluasi pertahun, bertujuan untuk mengetahui
capaian yang telah dilaksanakan sehingga hasil evaluasi dapat digunakan
untuk membantu perencanaan kegiatan tahun berikutnya.
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
35
BAB 5 . PENUTUP
Pedoman ini disusun dalam rangka mendukung upaya pengelolaan
efektif kawasan konservasi perairan di Indonesia baik yang dikelola oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu pendekatan pengelolaan
yang baik adalah dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di dalam
dan sekitar kawasan konservasi untuk berpartisipasi secara langsung dan
aktif dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan kawasan konservasi. Pelibatan
lembaga kelompok masyarakat melalui kemitraan dapat dibangun dalam
pemanfaatan sumber daya perikanan secara berkelanjutan di dalam kawasan
konservasi. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan kepada
unit pengelola kawasan konservasi khususnya dalam mengelola sumeberdaya
ikan yang terdapat di dalam zona pemanfaatan melalui pemanfaatan
Subzona penangkapan ikan kepada masyarakat yang telah memenuhi
ketentuan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan oleh panduan ini.
Pemanfaatan Subzona dalam kawasan konservasi secara formal kepada
lembaga kelompok masyarakat melalui perjanjian kemitraan merupakan
sebuah terobosan inovatif dalam pengelolaan bersama (co­-management)
kawasan konservasi perairan di Indonesia. Pedoman ini berupaya untuk
mencakupi segala hal yang diperlukan sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki saat ini dalam mewujudkan pendekatan pemanfaatan Subzona
tersebut diatas. Meskipun demikian, disadari bahwa pedoman ini masih jauh
dari kesempurnaan dan harus diperlakukan sebagai dokumen yang perlu
terus disempurnakan setiap waktu dirasa perlu.
Beberapa panduan kegiatan lain yang belum tercakupi dan merupakan
bagian penting untuk mendukung keberhasilan pengelolaan perikanan dalam
kawasan konservasi sebagaimana disebutkan dalam pedoman ini harus
segera disusun. Panduan tersebut dapat disusun bersama-sama dengan
mitra penerima manfaat Subzona agar dapat dipahami dan diterapkan
dengan baik di lapangan.
DIREKTUR JENDERAL
PENGELOLAAN RUANG LAUT,
Ttd.
BRAHMANTYA SATYAMURTI POERWADI
Disalin sesuai dengan aslinya
Plt. Kabag Hukum, Kepegawaian
dan Organisasi
Miftahul Huda
36
PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
Download