Rangkuman Buku Pengantar Hukum Dagang BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Umum Tidak ada definisi yang ajeg tentang apa itu Hukum Dagang. Purwosucipto : Adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan.1 Buku : Adalah seperangkat aturan hukum, baik tertulis ataupun tidak, mengatur semua kegiatan di bidang perniagaan.2 Sumber Hukum Dagang Dapat ditemukan dalam seluruh produk perundang-undangan, bahkan hingga kebiasaan-kebiasaan dalam transaksi dagang. Namun yang terpenting adalah: • Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”). • Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (“KUHD”). Pasal 1 KUHD 3 menyatakan, bahwa beberapa perihal dalam KUHD masih dapat diatur lebih lanjut dalam KUHPer. Contoh hal yang diatur dalam KUHD dan KUHPEr masih mengaturnya: • Dalam hal pengaturan tentang Perjanjian, dalam KUHD tidak diatur lebih lanjut, maka pengaturan dalam KUHPer berlaku juga. Pengertian hukum dagang dalam arti sempit (hukum perusahaan). Pengertian hukum dagang dalam arti luas (hukum perdagangan). Perdagangan adalah tatanan kegiatan, yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa, di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara, dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. [Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Perdagangan, Nomor 36 Tahun 2018, Pasal 1 Ayat 1]. 3 “KUHPER, seberapa jauh daripadanya dalam Kitab ini tidak khusus diadakan penyimpanganpenyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam Kitab ini.” 1 2 • Dalam hal pembagian laba Persekutuan Firma, dalam KUHD tidak diatur lebih lanjut, maka pengaturan dalam KUHPer berlaku juga. Understanding contract law under common law system 4 is highly recommended in context of understanding business law 5 BAB 2 HUKUM KONTRAK Pengertian Umum Tidak ada definisi yang ajeg tentang apa itu Kontrak di bawah peraturan Hukum Negara Indonesia. Namun, setidaknya ada beberapa karakteristik dari suatu kontrak, yaitu: • Janji or promises; 6 • Persetujuan or agreements; • Kewajiban timbal-balik or mutual obligations; and • Dapat dipaksakan pelaksanaannya melalui perangkat hukum or legally enforceable. Buku : Adalah suatu persetujuan, antara dua orang atau lebih, yang saling mengikatkan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang pelaksanaanya dapat dipaksakan melalui perangkat hukum (Lembaga peradilan). Macam – Macam Kontrak Macamnya dapat dilihat dari (3) perbedaan 7, yaitu: Common law, in general, is a body of law that develops and derives through judicial decisions, as distinguished from legislatives enactments. [Black’s Law Dictionary, 1990]. 5 Seringkali pihak dalam kontrak dagang, tunduk pada hukum yang berbeda. Dengan demikian, mempelajari sistem hukum lain penting. 6 Ini berbicara mengenai consideration. Dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan persyaratan. 7 Ralph C. Hoeber, et al., Contemporary Business Law, Principles and Cases, 3rd ed., (McGraw-Hill Book Company, 1986), h.148 4 Bentuk Formal : Bentuknya ditentukan oleh Undang-Undang. i.e, dalam rangka penerbitan wesel dan cek (sebagai surat berharga or negotiable instruments).8 Jadi untuk menerbitkannya, harus sesuai dengan ketentuan dalam KUHD.9 Informal : Bentuknya tidak ditentukan oleh Undang-Undang. Biasanya kontrak ini dapat berbentuk tertulis (akta bawah tangan/akta otentik) ataupun tidak tertulis (secara lisan). i.e, kontrak antara penumpang dan pengemudi taksi (sebagai kontrak secara lisan). Pihak Sepihak (Unilateral) : Prestasinya yang bersifat sepihak.10 i.e, Hibah. Subekti mengklaim, bahwa dalam hibah, prestasinya ditentukan secara sepihak. This book claimed, that, the understanding of Unilateral Contract under the provisions of common law system, is different. 11 Timbal-Balik (Bilateral) : Para pihak saling berjanji, jadi ada kewajiban timbalbalik. Tercantumnya Syarat dan Ketentuan Maksudnya Syarat dan Ketentuan dalam hal ini, adalah hak dan kewajiban para pihak. Expressed : Tegas dinyatakan. (Umumnya dalam bentuk tertulis). i.e (teori), A(pembeli) dan B(penjual). A mengatakan “Oke, barangnya diantara ke alamat ini ya, tapi kalau sampai rusak. Anda ganti barangnya.” Dalam hal ini, bila B setuju, maka B telah setuju dengan Adalah salah objek transaksi dalam kegiatan perniagaan. Pasal 100 – 109c KUHD. 10 R. Subekti, Aneka Perjanjian 11 Yaitu, dimana offerer tidak meminta janji timbal-balik dari offeree, melainkan meminta pihak lain tersebut untuk melakukan sesuatu. [McCarty, The Legal Environment of Business, hlm. 215.] Sebagai contoh (contoh teori), misalnya ada suatu poster bertuliskan: “barangsiapa menemukan “sesuatu” dan menyerahkannya kepada Mr.X, akan mendapat imbalan sebesar sekian rupiah. Tertanda Mr.X”. Dalam contoh ini, Mr. X tidak mengharapkan adanya janji dari pihak lain, melainkan suatu tindakan nyata dari pihak lain itu. Maka tindakan nyata itu adalah kesepakatanya. 8 9 Syarat dan Ketentuan yang dinyatakan dengan tegas secara lisan oleh A. Implied : Tidak tegas dinyatakan. (Umumnya adalah melihat kebiasaan) i.e (contoh teori), dalam hal perjanjian pengangkutan. Antara A(penumpang) dan B(supir angkot). Pada saat A naik angkot B, disini Commented [IY1]: This is my hypothesis. Ask the lecturer to clarify whether or not my statement is acceptable. A telah secara tidak langsung menyetujui untuk mengadakan perjanjian pengangkutan(setidaknya tempat tujuan, harga pengangkutan, cara pengangkutan,dll) dengan B, walaupun Syarat dan Ketentuannya tidak secara tegas dinyatakan. Asas Penting Hukum Kontrak Asas, diartikan sebagai landasan pokok yang menjadi dasar pemikiran mengenai kontrak. Buku ini mengklaim ada (2) asas penting dalam pengaturan hukum kontrak. Konsensualitas Dicapainya “kesepakatan” atas perihal perjanjian.12 KUHPEr tidak merumuskan lebih lanjut kapan kesepakatan terjadi, maka itu ditarik pengertian dari sistem Anglo Saxon. Jadi, Kesepakatan dianggap ada, saat adanya penerimaan penawaran.13 The fulfillment of an agreements in a Unilateral Contracts, differs from Bilateral Contracts. Terjadinya Kesepakatan dalam Kontrak Sepihak/Unilateral Contract Adalah pada saat dilaksanakanya prestasi yang dikehendaki oleh pemberi/pembuat. Contoh Teori : Dalam hal pemberian surat kuasa, disini kesepakatan ada pada saat penerima kuasa itu melaksanakan apa yang dikuasainya hingga selesai. Liat footnote 10 juga. Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan., hlm.85. A contract comes into existence when the offeree accepts the same exact terms of the proposal. McCarty, Environment of Business., hlm. 219. 12 13 Commented [IY2]: Will further elaborated, under “Transport Law” course. Terjadinya Kesepakatan dalam Kontrak Timbal Balik/Bilateral Contract Adalah pada saat pihak kedua menyampaikan janjinya sesuai dengan yang dikehendaki pihak pertama.14 Contoh Teori : Dalam suatu kontrak yang ada perancangannya, disini pada saat adanya penandatanganan oleh kedua belah pihak, maka dapat dianggap kesepakatan ada pada saat waktu itu juga. Kebebasan Berkontrak Para pihak dalam suatu kontrak, diperbolehkan mengadakan perjanjian apa saja. Ini berkembang dari sistem ekonomi Laissez-Faire.15 Di Indonesia, dalam KUHPer, kebebasan ini diberi batasan melalui Pasal 1337.16 Persyaratan Di Indonesia, syarat dari suatu kontrak(perjanjian) ada (4) sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPer. 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; dan 4. Suatu sebab yang halal. Reitzel et al., Contemporary Business Law, hlm. 168. An economic philosophy that suggest government involvement in finances is not necessary. The market will balance itself out naturally. [Black's Law Dictionary Free Online Legal Dictionary 2nd Ed]. “Contracting parties, should have a broad freedom to contract as they like to make economic decisions subject, only to a few limitations imposed by law for the prevention of fraud, the protection of minors, and so on.” [Reitzel, et al, Contemporary Business Law, hlm. 144]. 16 Tidak boleh bertentangan dengan Kesusilaan, Ketertiban Umum, dan Undang-Undang. 14 15 Kesepakatan Definisi tentang ‘kesepakatan’17 tidak diatur lebih lanjut oleh KUHPer, melainkan KUHPer hanya menjabarkan bahwa yang kesepakatan tidak boleh mengandung unsur khilaf, paksaan, dan/atau tipuan.18 Khilaf Subjektif : Terjadi pada pihak yang melakukan perjanjianya. [Contoh Teori], antara dokter dan seorang pasien. Disini pasien berharap bertemu dengan dokter khusus, namun justru bertemu dengan dokter umum. Tetapi, disini dokter umum itu tidak mengetahui bahwa pasien itu berkunjung guna bertemu dengan dokter khusus. Dengan demikian, maka dapat dianggap telah terjadi kekhilafan subjektif dalam hal ini.19 Khilaf Objektif : Terjadi pada perihal perjanjianya. [Contoh Teori], antara pembeli dan penjual lukisan. Disini pembeli mengharapkan yang dibelinya merupakan lukisan asli, namun ternyata lukisan itu sebuah replika yang mana si penjual kira si pembeli sudah mengetahuinya. Dengan demikian, maka dapat dianggap telah terjadi kekhilafan objektif dalam hal ini. Paksaan : Terjadi pada pihak yang melakukan perjanjianya. Melakukan ancaman dengan alasan yang tidak sah.20 [Contoh Teori], antara pembeli dan penjual lukisan. Disini karena pembeli mengetahui bahwa lukisan itu sebenarnya merupakan replika, maka pembeli tidak sepakat atas jual-beli yang akan dilakukan. Namun, pembeli mengancamnnya dengan akan dibukanya rahasia pribadinya. Dengan demikian, maka dapat dianggap telah terjadi paksaan dalam hal ini. Buku ini mengklaim bahwa, pengertian dari Kesepakatan adalah pada saat adanya persetujuan atas apa yang diperjanjikannya, dengan maksud untuk mengikatkan diri dalam hubungan hak dan kewajiban, sebagaimana yang dirumuskan dalam janji-janji yang dikemukakan pada tahapan prakontrak. 18 Pasal 1321 KUHPer. 19 Buku ini, hlm.14. paragraph.4. 20 Buku ini, hlm.15, paragraph.1. 17 Penipuan : Terjadi pada pihak yang melakukan perjanjianya. Sengaja menyesatkan informasi dengan tipu daya.21 [Contoh Teori], antara pembeli dan penjual lukisan. Disini pembeli mengharapkan yang dibelinya merupakan lukisan asli, namun nyatannya lukisan itu palsu. Tetapi, karena penjual mengharapkan terjualnya lukisan tersebut, maka dilakukan tipu daya dan sejenisnya sehingga pembeli tergerak untuk membeli lukisan itu. Dengan demikian, maka dapat dianggap telah terjadi paksaan dalam hal ini. Kecakapan KUHPer tidak mendefinisikan secara langsung apa itu kecakapan. Jadi, ditinjau dari doktrin atau para pakar hukum. Buku : Kecakapan, adalah contractutal capability atau the ability to agree.22 Contractual capacity can be defined as the legal ability 23 to bind themselves to the contract and to enforce any promises made to them. Walau KUHPer tidak menjabarkan definisi dari kecapakan itu sendiri. Namun, KUHPer menyatakan kategori/batasan pihak yang tidak cakap.24 Dengan demikian, dapat dilihat pada mindmap berikut mengenai apa dan/atau siapa itu cakap menurut KUHPer. Dewasa : 21 Tahun dan/atau telah menikah.25 Tidak dibawah Pengampuan : Tidak boros, tidak sakit ingatan, tidak bermata gelap/sakit otak. Buku ini, hlm.15, paragraph 2. Buku ini, hlm.15, paragraph 3. 23 Ability to understand the nature and effects of one’s act. [Black’s Law Dictionary., hlm. 188.] 24 Pasal 1330. 25 Pasal 330 KUHPer. 21 22 The book claimed, that the nuance of legal capability, emphasizes on whether or not the actor, can fathom the consequences of the legal action that they carry out 26 Hal Tertentu Ini adalah syarat objektif.27 Dan yang dimaksud dengan hal tertentu disini, adalah hal yang dapat diperdagangkan dengan bebas,28 yaitu kebendaan dan jasa.29 Sebab yang halal Ini adalah syarat objektif.30 Suatu klausul perjanjian tidak boleh melanggar kesusilaan, ketertiban umum,31 dan peraturan perundang-undangan.32 Pelaksanaan dan Berakhirnya Kontrak Mengacu pada pasal 1381 KUHPer, ada (9) alasan suatu kontrak berakhir. 1. Pembayaran; 2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpan atau penitipan; 3. Pembaharuan utang; 4. Perjumpaan utang atau kompensasi; 5. Percampuran utang; 6. Pembebasan utangnya; 7. Musnahnya barang yang terutang; 8. Kebatalan atau pembatalan; 9. Terpenuhinya syarat batal. Namun, pada pokoknya, suatu kontrak berakhir apabila sudah tidak ada kewajiban yang harus dilakukan oleh para pihak terkait kontrak yang bersangkutan.33 Buku ini, hlm. 16, paragraph 3, kalimat ke-2. Buku ini, hlm. 17, paragraph 3. 28 Mengacu pada Pasal 1332 KUHPer. 29 Pasal 1601 tentang perjanjian perburuhan. 30 Buku ini, hlm. 17, paragraph 4. 31 Perjanjian ‘debt collector’. 32 Perjanjian jual-beli narkoba. 33 Buku ini, hlm. 19, Paragraph 3, kalimat ke-1. 26 27 Referring to Common Law System, a Contract can be terminated by performance 34 and/or discharge.35 Iktikad Baik KUHPer pasal 1338 (3), menyatakan: “Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan Iktikad Baik” Jadi, cara pelaksanaan perjanjian36 itu tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan keadilan.37 Terkait dengan kepatutan dan keadilan, tidak dinyatakan secara tegas oleh UU. Sehingga peranan hakim sangatlah besar dalam menetukan apa yang patut dan bagaimana yang adil. Contoh : Jadi, seorang kreditur memaksa debitur melaksanakan kewajibannya padahal ia tahu bahwa debitur akan mengalami kerugian besar jika dilaksanakan. Dalam hal demikian, sewajarnya kreditur tidak memaksa debitur untuk melaksanakan kewajibannya mengingat kondisi debitur. Demikian juga sebaliknyna, debitur tidak boleh mencari alasan untuk menunda-nunda pelaksanaan perjanjian jika memang tidak ada alasan yang cukup untuk itu.38 Untuk menjabarkan lebih lanjut apa itu iktikad baik, saya mengambil putusan PN. Putusan PN Surabaya Substansi kontrak harus berdasarkan kepercayaan atau tanggal 17 Juli 2013 keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Ada 2(dua) macam: • Iktikad baik nisbi penilaian pada sikap dan tingkah laku nyata dari subjek. • Iktikad baik mutlak Performances occurred, when each contracting parties have fulfill their obligation/promises stated within the contract. 35 Discharge occurred, when a mutual rescission is reached. 36 Dapat dijumpai di Inggris, bahwa Principle of utmost good faith harus diindahkan sebelum ditutupnya perjanjian, Article 18 of the Marine Insurance Act 1906. 37 Subekti, Hukum Perdata, hlm. 139. 38 Buku ini, hlm. 20 - 21 34 penilaian pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang objektif. Keadaan Memaksa Pasal 1244 KUHPer : “JIka ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila tak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksankannya perikatan itu, disebabkan suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika iktikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.” Pasal 1245 KUHPer : “Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantara suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang” Keadaan memaksa hanya dapat dikemukakan oleh seorang debitur yang telah beriktikad baik berusaha melaksanakan kewajibannya. Arti keadaan memaksa dapat ditafsirkan dari Pasal 1244 dan 1245 KUHPer, yaitu, sebagai suatu alasan untuk dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi.39 Keadaan memaksa juga sering disebut sebagai force majeur atau overmacht. Keadaan memaksa, umumnya diartikan sebagai Act of God seperti banjir, gempa, angina topan, dll), namun tidak menutup kemungkinan bahwa para pihak dapat menyepakati hal tertentu yang dapat dianggap sebagai force majeur/overmacht. Contoh Teori : Dalam hal kontrak pengangkutan laut, dimana angin topan dapat dijadikan sebagai alasan keadaan memaksa. Dalam hal kontrak jualbeli emas, krisis ekonomi dapat dijadikan sebagai alasan keadaan memaksa. 39 Subekti Hukum Perjanjian, hlm. 55. BAB 3 HUKUM PERUSAHAAN Pengantar Pilihan Bentuk Usaha Didasarkan pada pertimbangan pada untung dan ruginya. Berikut adalah beberapa pilihan bentuk usaha pada umumnya: Perseorangan/Sole Proprietorship Deskripsi : Pengusaha = 1; Pengusaha mempunyai wewenang sepenuhnya dalam mengelola perusahaanya; Bertanggungjawab sepenuhnya; Pembentukan : Sederhana, tidak membutuhkan formalitas tertentu. Contoh : Penjual Kaki Tiga. Persekutuan/Partnership Deskripsi : Pengusaha > 1; Dalam pengelolaan perusahaan, Wewenang pengusaha terbagi-bagi; Para pengusahaa bertanggungjawab ATAS DASAR ‘KESEPAKATAN’.40 Pembentukan : Relatif Sederhana, membutuhkan Anggaran Dasar yang dibuat secara notariil. Contoh : Persekutuan Komanditer (CV) dan Firma. Badan Hukum/Corporation Deskripsi : Pengusaha > 1; Dalam pengelolaan perusahaan, wewenang pengusaha terbagi-bagi;41 Para pengusahaa tidak bertanggungjawab secara pribadi atas semua perbuatan hukum yang dibuat atas nama PT.42 Pembentukan : Relatif Rumit, secara tegas disebutkan dalam UU. Contoh : PT dan Koperasi Jadi pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan undang-undang ataupun kesepakatan mereka sendiri. 41 Para pengusaha juga harus tunduk pada UU yang berlaku tentang Perseroan Terbatas (PT). 42 Berlaku asas separate legal entity. 40 Bentuk Usaha Persekutuan Bentuknya ada (3), yaitu (1) Persekutuan Perdata, (2) Persekutuan Firma (“Firma”), dan (3) Persekutuan Komanditer/CV (“CV”). Ada (2) aspek yang akan dibahas dalam sub-bab ini, yaitu aspek internal dan eksternal suatu persekutuan. Dimana aspek Internal meliputi: • Prosedur Pembentukan • Hubungan hak dan kewajiban antara para sekutu umumnya • Masalah pengangkatan dan pemberhentian pengurus • Masalah pembagian keuntungan dan kerugian • Perubahan kesepakatan(Anggaran Dasar) para sekutu Dimana aspek eksternal meliputi: • Siapa yang berhak mewakili persekutuan dalam melakukan hubungan dengan pihak ketiga • Apa saja wewenang dari wakil tersebut • Siapa saja yang memikul kewajiban persekutuan terhadap pihak ketiga Persekutuan Perdata (Civil Partnership) Diatur mulai dari pasal 1618 KUHPer. Pengertiannya, dapat ditarik dari pasal 1618 KUHPer “Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengingatkan diri, untuk memasukan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenannya.” Jadi, dari pengertian di atas, ada (3) unsur sebagai berikut: Kontrak/Perjanjian : Pengaturan tentang kontrak berlaku semua. Kontribusi/Pemasukan : Harus ada kontribusi berupa barang dan/atau jasa.43 Merupakan unsur mutlak dari suatu persekutuan.44 Pembagian Keuntungan : Semua sekutu wajib menikmati keuntungan.45 Pasal 1619 (2) KUHPer. R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia (Jilid I Bagian Kedua), hlm. 41. 45 Pasal 1633, 1634 & 1635 KUHPer. 43 44 Persekutuan Perdata terbagi menjadi (2),46 yaitu (1) Persekutuan Penuh;47 (2) Persekutuan Khusus.48 Mengacu pada pasal 1623 KUHper, ketentuan ini yang memungkinkan bahwa suatu persekutuan perdata dibentuk dengan tujuan untuk “menjalankan kegiatan usaha” (business profit). Menjalankan kegiatan usaha Pasal 1 (B) UU 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan “Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.” Dari pengertian diatas, dapat ditarik bahwa ada (4) unsur untuk mengartikan suatu kegiatan usaha: 1. Status atau Kedudukan Tertentu Harus mempunyai kedudukan/status sebagai penjalan perusahaan atau sebagai pedagang. Contoh : A sebagai penjual buku. B sebagai penjual sepatu. 2. Terus-Menerus (Berkesinambungan) Konsistensi status/kedudukan tertentu tadi, jadi tidak bersifat temporer. Contoh : A sebagai penjual buku dari 5 tahun lalu. B sebagai penjual sepatu dari dia kecil. C sebagai dosen sejak 20 tahun lalu 3. Sah atau Legal Sah dimata hukum, jadi tidak boleh melanggar kaidah hukum yang berlaku. Contoh : A sebagai penjual buku dari 5 tahun lalu. Pasal 1620 KUHPer. Pasal 1622 KUHPer berbunyi : “persekutuan penuh tentang keuntungan hanyalah mengenai segala apa yang akan diperoleh para pihak dengan nama apa pun, selama berlangsungnya persekutuan sebagai hasil dari kerajinan mereka.” 48 Pasal 1623 KUHPer berbunyi: “Persekutuan khusus ialah persekutuan yang sedemikian yang hanya mengenai barang-barang tertentu saja, atau pemakaiannya, atau hasil-hasil yang akan didapatnya dari barang-barang itu, atau lagi mengenai suatu perusahaan maupun mengenai hal menjalankan sesuatu perusahaan atau pekerjaan tetap.” 46 47 Commented [IY3]: Kapankah suatu “perusahaan” tidak dianggap temporer ? Tidak ada batasanya, namun biasanya harus dilihat dari pandangan masyarakat. B sebagai penjual sepatu dari dia kecil. C sebagai penjual ganja sejak 20 tahun lalu, ini ga boleh. 4. Tujuan Mencari Laba Dengan maksud untuk mencari keuntungan atau laba. Contoh : A sebagai penjual buku dari 5 tahun lalu. B sebagai penjual sepatu dari dia kecil. C sebagai dosen. Ini tidak termasuk. Sifat Kepribadian Perdata Ada setidaknya (2) asas yang mendasari suatu persekutuan perdata. (1) Instuitues Personae; (2) Affection Societatis. Instuitues Personae : Adanya kedekatan pribadi terhadap para sekutu. Affection Societatis : Adanya keinginan untuk bekerja sama terhadap para sekutu. Pendirian Persekutuan Perdata Dapat ditarik dari pasal 1624 KUHPEr “Persekutuan mulai berlaku sejak saat perjanjian, jika dalam perjanjian ini tidak telah ditetapkan suatu saat lain.” Jadi, pada pokoknya, pendirian persekutuan perdata cukup secara konsensual belaka.49 Namun, pada praktiknya, pendirian persekutuan perdata tetap membutuhkan beberapa dokumen tertulis. Terkhususnya untuk Firma dan CV, yang mana akan dibahas lebih lanjut nanti. Aspek Internal • Kewajiban adanya pemasukan50 Ini merupakan unsur mutlak suatu persekutuan perdata. Jadi, Para sekutu, harus memberikan kontribusi baik berupa benda ataupun jasa secara jelas. Contoh : A ingin mobilnya untuk persekutuan. Disini yang harus dipertanyakan adalah, mobilnya itu diserahkannya dengan hak apa ? apakah hak miliknya ? hak pakai saja atau bagaimana ? Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, jilid 1, Bag. 2, cet. 5, (Jakara: Rajawali Pers, 1983), hlm. 43. Pasal 1618 KUHPer menyatakan : “…. Mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu dalam persekutuan,…” Pasal 1619 (2) KUHPer menyatakan : ”Masing-masing sekutu diwajibkan memasukan uang, barang-barang lain ataupun kerajinannya ke-dalam perseroan itu.” 49 50 selanjutnya mengenai penyerahannya juga harus jelas, karena dalam hal ini mobil, maka penyerahannya harus sesuai dengan pasal 612 KUHPer, demikian pula untuk jenis kebendaan lainnya. • Pengangkatan Pengurusan Dapat dilakukan secara Mandater atau Statuer. Mandater : Pengangkatan dilakukan tanpa persetuajuan melalui Statuer : Pengangkatan dilakukan dengan persetujuan melalui AD Anggaran Dasar (“AD”) • Pemberhentian Pengurusan Dapat dilakukan dengan perubahan AD atau tanpa perubahan AD/seketika. Perubahan AD : Untuk pengangkatan secara Statuer Seketika • : Untuk pengangkatan secara Mandater Pembagian Keuntungan Para sekutu wajib menikmati keuntungan.51 Terkait dengan bagiannya, apabila diatur dalam AD, maka AD lah yang berlaku. Namun apabila AD tidak mengaturnya, maka ketentuan KUHPer yang berlaku. Pasal 1633 (1) : Para sekutu secara proporsional mendapatkan bagiannya sesuai dengan pemasukannya. • Pembagian Kerugian Pembebanan seluruh kerugian kepada seorang sekutu saja diperbolehkan, akan tetapi pada pokoknya. Setiap sekutu bertanggungjawab atas perbuatannya itu sendiri. Aspek Eksternal Mengacu pada pasal 1644 dan 1645 KUHPer. Pasal 1644 KUHPer : “Janji bahwa suatu perbuatan telah dilakukan atas tanggungan persekutuan hanyalah mengikat si sekutu yang melakukan perbuatan itu saja. Dan tidaklah mengikat sekutu-sekutu lainnya, kecuali jika orang-orang yang belakangan ini telah memberikan kuasa kepadanya untuk itu, atau urusannya telah memberikan manfaat bagi persekutuan.” Pasal 1645 KUHPer : “Jika salah seorang sekutu atas nama persekutuan telah membuat suatu perjanjian, maka persekutuan dapat menuntut pelaksanaan perjanjian itu.” 51 Pasal 1635 KUHPer Para sekutu, bertindak atas namanya sendiri, terkecuali, tindakan itu telah disepakati sebelumnya atas tindakan bersama. Bubarnya Persekutuan Mengacu pada pasal 1646 KUHPer, ada (4) 1. Lewat batas waktu; 2. Musnahnya barang atau selesainya urusan yang menjadi tugas pokok persekutuan perdata; 3. Kehendak para sekutu; dan 4. Salah seorang sekutu meninggal dunia52 atau di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit. Pemberesan Pengurusan “akibat hukum” dari berakhirnya persekutuan perdata. Akibat hukum disini, dimaksud adalah seperti utang yang belum lunas, harta kekayaan yang belum diinventarisasi dan sebagainya. Pemberes harus ditunjuk dan diberi honorarium. Umumnya, ditunjuk dalam AD ataupun rapat terakhir persekutuan. Firma Pengertian Firma Dapat dilihat dari pasal 16 KUHD yang berbunyi: “Yang dinamakan perseroan firma ialah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk menjalankan sesuatu perusahaan di bawah satu nama bersama” Ditariklah (3) unsur dari pengertian di atas ini. Perserikatan : Jadi, firma adalah suatu persekutuan perdata. Demikian pengaturan dalam KUHPer juga berlaku. Menjalankan suatu perusahaan : Jadi, kriteria menjalankan perusahaan sebagaimana yang telah disebutkan di atas berlaku juga. 52 Terkecuali diperjanjian sebaliknya [pasal 1651 KUHPer] Nama Bersama : Jadi, firma harus mempunyai nama tersendiri yang dijadikan indentitas. Penamaan firma53, dapat diambil dari: 1. Nama dari salah seorang sekutu; 2. Nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan; 3. Kumpulan nama dari semua atau sebagian dari nama para sekutu; dan 4. Nama lain yang bukan nama keluarga, seperti tujuan kegiatan perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa firma adalah, perikatan, untuk menjalankan suatu perusahaan yang mana perusahaan itu diberi nama. Pendirian atau Pembentukan Firma Dapat dilihat dari pasal 22 – 28 KUHD. 1. Pembuatan Akta Pendirian Otentik Mengacu pada pasal 22 KUHD yang menyatakan: “Tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga” Jadi, firma harus didirikan dengan akta otentik. Terkait dengan Isinya setidaknya dapat dilihat dari pasal 26 KUHD, yaitu: • Identitas para sekutu Firma. [26 (1o)] Jadi, harus ada identitas(nama, alamat, tanggal lahir,dll), tanda tangan, hak dan kewajiban para sekutu, dll. Contoh • : A, Jakarta Selatan, 06-04-1998. Nama Firma [26 (2o)] Jadi, harus ada nama persekutuan firma yang akan digunakan dalam rangka melakuan hubungan hukum. Contoh : Ali Budiarjo, Nugroho, Reksodiputro (“ABNR”), Asegaf Hamzah & Partners (“AHP”), dll. 53 R.v.J. Jakarta tanggal 2 September 1921. • Bidang usaha [26 (2o)] Jadi, tujuan kegiatan usaha Firma harus jelas. Contoh • : Melakukan jasa pengangkutan, asuransi, perikanan, dll. Penentuan siapa yang mengurus Firma [17 & 26 (3o)] Jadi, harus dinyatakan dengan tegas siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh mengurus firma. Contoh • :… Jangka waktu berlangsungnya Firma [26 (4o)] Jadi, harus dinyatakan dengan tegas Firma ini berlangsungnya berapa lama. Contoh : 15 Tahun, dsb. Karena Firma merupakan juga suatu persekutuan perdata, maka ketentuan dalam KUHPer tentang persekutuan perdata juga berlaku. Berikut kiranya adalah beberapa ketentuan yang juga harus ada dalam AD serta Akta Pendirian Firma • Pengaturan rapat para sekutu Jadi, harus ada kaidah terkait dengan pelaksanaan kegiatan usaha oleh para sekutu pengurus. Contoh : Pertanggungjawaban pengurus, laporan keunangan, pemgian laba, dll. • Pernyataan kesanggupan inbreng atau kontribusi. Jadi, harus ada perincian setidaknya dalam rangka maksud dan nominal dari hal yang akan dikontribusikan ke dalam Firma. Contoh : A memasukan tanah dan bagunanya sebagai kantor serta nominalnya bagi persekutuan firmanya. • Pengaturan kemungkinan keluar masuknya sekutu baru Jadi, harus diperjelas bagaimana seorang sekutu dapat bergabung maupun keluar dari persekutan. Contoh : Pertanggungjawaban pengurus, laporan keunangan, pemgian laba, dll. • Aturan menyangkut perubahan AD Firma Jadi, harus diperjelas bagaimana suatu AD akan dapat dirubah. Contoh • : Kuorumnya, dll. Pemberesan dan pembubaran Jadi, harus diperjelas bagaimana firmanya akan berakhir, dan siapa yang akan ditunjuk sebagai pemberesnya. Contoh :… Pembuatan akta pendirian otentik itu penting karena: 1. Memberikan perlindungan Hukum bagi para sekutu. Dengan adanya akta pendirian, kemudian misalnya ada gugatan, maka sekutu tidak secara sendirinya bertanggungjawab secara pribadi. Melainkan, para sekutu akan bertanggungjawab secara tanggung-renteng. 2. Menjamin kepastian hukum. Dengan adanya akta pendirian, Firma akan secara mudah mendaftarkan perusahaanya ke dalam data resmi pemerintahan. 3. Mempermudah pada saat melakukan hubungan hukum Dengan adanya Akta Pendirian, kemudian misalnya Bank meminta akta pendirian Firma karena suatu hubungan hukum. Maka dengan mudah Firma akan memberikanya. 4. Menghindari sanksi. Akta Pendirian firma yang dibuat dengan Akta Otentik merupakan kewajiban. Dengan demikian, dengan adanya Akta Pendirian, Firma akan terhindar dari sanksi. 2. Pendaftaran Atas dasar lex posterior derogate lex priori, maka terkait dengan pendaftaran akan mengacu pada UU Wajib Daftar Perusahaan. Firma wajib daftar kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat 3. Pengumuman pendirian Firma Ini berdasarkan pasal 28 KUHD, yang menyatakan “Selain daripada itu, para pesero diwajibkan pula menyelenggarakan pengumuman dari petikan akta sebagaimana termaksud dalam ketentuan, dalam Berita Negara.” Jadi, Firma wajib diumumkan ke dalam Berita Negara. Kalau tidak atau belum, maka terhadap segala urusan Firma, haruslah dianggap sebagai “Perseroan Umum”54 Commented [IY4]: Ini maksudnya Persekutuan Perdata bukan ? Hubungan Aspek Internal Firma Berdasarkan pasal 1 dan 15 KUHD, maka dalam hal ini, pengaturan KUHPEr lah yang berlaku tentang persekutan perdata. Jadi, bisa dilihat pada sub-bab sebelumnya. Hubungan Aspek Eksternal Firma Hal ini dapat kita tafsirkan dari pasal 17 – 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (“KUHD”). Siapa yang berwenang : Adalah tiap sekutu yang “berwenang” Berwenang maksudnya, yaitu tiap sekutu yang tidak dilarang dalam Anggaran Dasar (“AD”) Firma untuk melakukannya. Apa wewenangnya : Mengelola perusahaan (to manage), mencatat atau mengadministrasikan kekayaan perusahaan (to administrate), dan melakukan perbuatan hukum, baik di luar maupun di dalam pengadilan mengatasnamakan perusahaan (represent). Suatu Firma HARUS melakukan suatu perbuatan hukum yang sesuai dengan tujuan kegiatan usaha firma/AD Firma. Bila tidak, maka ini perbuatan itu adalah perbuatan yang disebut dengan ultra vires. Berdasarkan pasal 29 (1) KUHD, yang menyatakan : “Selama pendaftaran dan pengumuman itu belum berlangsung, maka terhadap pihak ketiga perseroan firma itu harus dianggap sebagai perseoran umum, ialah untuk segala urusan, pula sebagai didirikan untuk waktu tak terbatas dan akhirnyapun seolah-olah tiada seorang persero yang dikecualikan dari hak bertindak dan hak menandatangani untuk Firma itu.” 54 Pertanggungjawabanya : Apabila perbuatan hukumnya merupakan ultra vires, maka sekutu yang melakukan perbuatan itu, akan bertanggungjawab secara pribadi. Apabila berbutan itu sah, maka para sekutu firma, akan bertanggungjawab secara tanggung-renteng terhadap perbuatan itu. CV Pengertian A type of partnership with at least one general partner and at least one limited partner. A general partner is responsible for managing the partnership but maintains personal liability for the partnership's debts. A limited partner generally does not participate in managing the partnership, but enjoys limited personal liability.55 Di Indonesia, tidak ada definisi yang jelas dalam KUHD. Namun apabila mengacu pada pasal 19 KUHD yang menyatakan: “Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan perseroan komanditer, didirikan antara satu orang atau beberapa persero yang secara tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pihak lain.” Jadi, dari definisi di atas, suatu CV harus ada (2) jenis sekutu. yaitu sekutu komanditer dan sekutu komplementer. Sekutu Komanditer : Adalah sekutu yang hanya memberikan modal namun Sekutu Komplementer : Adalah sekutu yang memberikan modal dan ikut serta tidak ingin ikut campur pengurusan CV. dalam urusan CV. Kemudian terkait dengan jenisnya, suatu CV akan bergantung pada jumlah jenis sekutunya pada saat berinteraksi dengan pihak ketiga. 55 https://www.law.cornell.edu/wex/limited_partnership • Apabila CV itu terdiri atas 1 sekutu komandit & 1 sekutu komplementer, maka CV akan dianggap sebagai perseorangan. Dikarenakan yang aktif mengurus dan bertanggungjawab hanyalah satu orang. • Apabila CV itu terdiri atas >1 sekutu komandit & 1 sekutu komplementer, maka CV masi akan dianggap sebagai perseorangan. Dikarenakan yang aktif mengurus dan bertanggungjawab hanyalah satu orang. • Apabila CV itu terdiri atas 1 sekutu komandit & >1 sekutu komplementer, maka CV akan dianggap sebagai Firma. Dikarenakan yang aktif mengurus dan bertanggungjawab lebih dari satu orang. • Apabila CV itu terdiri atas >1 sekutu komandit & >1 sekutu komplementer, maka CV masih akan dianggap sebagai Firma. Dikarenakan yang aktif mengurus dan bertanggungjawab lebih dari satu orang. Struktur Ada (3) CV diam-diam • Sekutu komandit tidak ikut mengurus CV. CV terang-terang • Sekutu komandit ikut mengurus urusan internal CV. • CV telah didaftarakan. CV dengan saham • Sekutu komandit membeli saham CV. Hubungan Internal CV Berdasarkan pasal 15 jo. Pasal 1 KUHD, maka berlaku AD CV, KUHPEr. Perseroan Terbatas (“PT”) Pengertian dan Definisi Pasal 1 angka 1 UUPT : Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Buku : Mengartikan PT menjadi (4) unsur sebagai berikut: 1. PT adalah badan hukum 2. PT didirikan berdasarkan perjanjian 3. PT adalah persekutuan modal 4. PT tunduk pada UUPT 2007 Karakterisitk PT • PT merupakan badan hukum Maksudnya adalah, pengemban hak dan kewajiban dari bentuk usaha PT, adalah PT itu sendiri setelah didirikan melalui proses yang ditentukan oleh UU, sehingga PT juga disebut sebagai subjek hukum. Contoh : PT dapat menjadi pemilik suatu kebendaan, serta dapat memikul kewajiban. • Saham PT mudah dialihkan Artinya dapat terjadi setiap hari Contoh • : Saham dibursa efek Adanya pertanggungjawaban terbatas (limited liability) Ini juga terkaiit bahwa PT merupakan Legal Entity yang eksistensinya terpisah. Tanggungjawab para pihak yang terlibat di dalam organisasi PT, hanya terbatas pada kedudukan dan fungsinya masing-masing. Contoh : Pemegang saham hanya bertanggung jawab untuk menyetorkan jumlah modal yang menjadi kewajibannya. • PT didirikan berdasarkan perjanjian Jadi, pendirian PT bukanlah perjanjian sebagaimana Firma dan CV. • Merupakan asosiasi modal Jadi, PT lebih menghimpun modal sebesar-besarnya, yaitu modal saham. Pendirian PT • Untuk PT biasa 1. Pembuatan perjanjian pendirian PT secara otentik o 2 (dua) orang atau lebih o Dibuat dengan akta notaris o Akta pendirian memuat anggaran dasar [pasal 7 UU PT] 2. Pendaftaran akta pendirian PT kepada kementerian HUKUM dan HAM [pasal 9 UU PT] 3. Pendaftaran PT dalam Daftar Perusahaan dan Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara [pasal 29 - 30 UU PT] *Perbuatan hukum sebelum pengesahan akta pendirian PT oleh Menteri Hukum dan HAM Tidak mengikat PT, pertanggungjawaban ada pada calon pendiri secara tanggung-renteng. Namun, apabila ingin dijadikan sebagai perubuatan hukum PT, maka harus dibahas dalam RUPS pertama yang diselenggarakan 60 hari sejak pengesahan akta pendirian PT. Organ PT • RUPS • Direksi • Dewan Komisaris o Minimal 2 untuk PT terbuka [pasal 108 ayat (5)] RUPS • Merupakan organ PT yang memiliki semua wewenang yang oleh UU tidak diberikan pada Direksi dan Dewan Komisaris. [pasal ayat (4) dan pasal 75 ayat (1)] • Ada 2 jenis RUPS o RUPS Tahunan § Dilakukan terkait dengan laporan keuangan o RUPS Lainnya § • Dilakukan terkait dengan hal-hal kepentingan Untuk menjalankan fungsi dan wewenangnya, ada beberapa hal yang harus dipenuhi terlebih dahulu: o Prosedur Commented [IY5]: Yaitu: 1.Mengangkat dan Memberhentikan Direksi dan Dewan Komisaris. 2.Meminta pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris. 3. Menetapkan kebijakan dividen dan dana cadangan. 4. Mengubah Anggaran Dasar. 5. Menetapkan kebijakan umum seperti Merger, Konsolidasi dan Akuisisi. § Dapat dilkukan melalui media elektronik o Quorum § Rapat § Pengambilan Keputusan Ø Musyawarah untuk sepakat Ø Voting • Ada yang disebut dengan Keputusan Sirkuler. Yaitu keputusan yang diambil di luar keputusan RUPS berdasarkan surat usulan para pemegang saham, dengan syarat SEMUA PEMEGANG menandatanganinya. [pasal 91] DIREKSI dan Dewan Komisaris saham setuju secara tertulis dengan BAB 4 PEDAGANG PERANTARA Pengantar • Di era bisnis modern, umumnya arus barang mulai dari produsen hingga konsumen dibutuhkan suatu pihak. Inilah yang pada praktiknya disebut sebagai pedagang perantara. • Pedagang perantara diatur dalam KUHD dan diluar KUHD sesuai dengan perkembangannya serta kebutuhannya. Prinsip Dasar Adalah kontrak antara pihak yang bersangkutan. Yaitu pemberi kuasa (principal) dan penerima kuasa (agent), untuk melakukan suatu pekerjaan. “Kontrak” : Disini, maksudnya adalah Perjanjian Pemberian Kuasa Yaitu, “Persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada orang lain yang menerimannya, untuk dan atas namanya menyelengarakan suatu urusan.” [ps.1792 BW] Adapun unsur pemberian kuasa sebagai berikut: 1. Pemberian kuasa adalah persetujuan (kontrak) 2. Isinya adalah penyuruhan atau pemberian kuasa untuk menyelenggarakan urusan 3. Pihak yang disuruh melakukan atas nama (on behalf) *Unsur no.2 adalah unsur paling penting. *Unsur no.3, tidak begitu penting dikarenakan pada praktiknya ketentuan ini sering diabaikan. Contoh : Komisioner sebagai pedagang perantara yang menutup perjanjian atas namanya sendiri; Ekspeditur sebagai pedagang perantara yang menutup perjanjian pengangkutan barang atas namanya sendiri. Sumber Hukum Kegiatan Pedagang Perantara Sumbernya tersebar dalam produk perundang-undangan bergantung pada jenis pedagang perantara itu sendiri. Namun dapat dibagi menjadi (2) bagian, yaitu Di dalam dan di luar KUHD. Di dalam KUHD, mengatur tentang: 1. Bursa Dagang 2. Makelar 3. Kasir 4. Komisioner 5. Ekspeditur 6. Pengangkut Di luar KUHD, mengatur tentang: 1. Peraturan Menteri Pedagangan No.11 tahun 2006 terkait tentang agen dan distributor. 2. UU 8/1995 tentang pasar modal dan UU 32/1997 tentang perdagangan berjangka komoditi terkait dengan bursa dagang. 3. UU 10/1998 tentang perbangkan terkait dengan kasir. Macam Pedagang Perantara 1. Bursa Dagang Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 59. Khususnya, ada pada UU 32/1997(UU Bursa Komoditi) dan UU 8/1995(UU Pasmod). Pengertian : Tempat untuk mempertemukan pihak yang termasuk gelanggang perdagangan. [ps.59 KUHD] Tempat untuk memperdagangkan efek [UU Pasmod] Tempat untuk memperdagangkan komoditi [UU Komoditi] Contoh : Bursa Efek Indonesia dan Bursa Berjangka Komoditi Bursa 2. Makelar Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 62. Khususnya, ada pada UU 32/1997(UU Bursa Komoditi) dan UU 8/1995(UU Pasmod). Pengertian : Pedagang Perantara, berbentuk Perusahaan, menjalankan pekerjaan, atas amanat dan nama Principal, bersumpah dihadapan PN, dan mendapat upah untuk itu. [ps.62 KUHD] Adapun unsur makelar sebagai berikut: a. Adalah Perusahaan b. Membutuhkan izin dari pejabat yang berwenang dalam penyelenggaraanya c. Membutuhkan sumpah dalam PN d. Melakukan atas suruhan Principal e. Menutup perjanjian atas nama Principal f. Mendapatkan upah atas pekerjaannya [ps.62 KUHD] Pialang pedagang efek [UU Pasmod] Commented [IY6]: Dalam prakteknya ini sering diabaikan… Contoh : Berdasarkan ps.36 - PP 45/1995, seorang pedagang perantara efek tidak harus disumpah terlebih dahulu, melainkan hanya membutuhkan izin dari pihak yang berwenang serta mempunyai Direksi dan karyawan. Pialang pedagang komoditi [UU Bursa Komoditi] * Hubungan hukum Makelar dengan Principal, adalah pemberian kuasa biasa. Hal ini dikarenakan Makelar melakukan pekerjaannya atas amanat dan atas nama, yang mana kedua elemen disebutkan tadi, merupakan elemen pemberian kuasa biasa yang disebutkan dalam ps.1792 BW. Contoh : Pialang efek dan komoditi di Bursa Dagang. 3. Komisioner Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 76. Khususnya, ada pada UU 32/1997(UU Bursa Komoditi) dan UU 8/1995(UU Pasmod). Pengertian : Pedagang Perantara, berbentuk Perusahaan, menjalankan amanat Principal, atas namanya sendiri, dan mendapat upah untuk itu. [ps.76 kUHD] Pialang pedagang efek [UU Pasmod] Pialang pedagang komoditi [UU Bursa Komoditi] Contoh : Pialang efek dan komoditi di Bursa Dagang. Commented [IY7]: Pada praktiknya komisioner dapat menjalankan atas nama Principalnya. Dan apabila ini terjadi, maka berdasarkan ps.79 KUHD, komisioner berubah menjadi Makelar karena yang berlaku adalah hubungan hukum berdasarkan pemberian kuasa biasa sebagaimana yang dirumuskan dalam ps.1792 BW. PERBEDAAN KOMISIONER DAN MAKELAR, TERLETAK PADA PELAKSANAAN AMANAT TERSEBUT. DIMANA: KOMISIONER MENJALANKAN ATAS NAMA SENDIRI TERHADAP PIHAK KETIGA, sedangkan MAKELAR MENJALANKAN ATAS NAMA PRINCIPAL TERHADAP PIHAK KETIGA 4. Kasir Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 74. Khususnya, ada pada UU 10/1998 tentang perbangkan. Pengertian : Orang, yang menerima upah, dipercaya dengan menyimpan uang, dan melakukan pembayaran. [ps.74 KUHD] Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. [UU Perbankan] a. Melakukan pembayaran terhadap pihak ketiga b. Penerimaan uang dari pihak ketiga c. Penyimpanan uang milik nasabah * Berdasarkan UU Perbankan, maka Bank tidak selalu berada dalam posisi kasir, melainkan dapat bertindak sebagai kreditor juga. Contoh : Bank 5. Ekspeditur Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 86. Pengertian : Orang, yang menyuruh, orang lain untuk menyelenggarakan pengankutan barang dagangan atau barang lainnya melalui daratan atau peraian [ps.86 KUHD] * Jadi, Ekspeditur merupakan perantara dari pemilik brang dan pengangkut barang. * Hubungan hukum Ekspeditur dengan Pemilik Barang = adalah perjanjian pengiriman barang Ekspeditur dengan Pengangkut = adalah perjanjian pengangkutan barang * Ekspeditur dapat menjalankan atas namanya sendiri atau bukan. Ini akan berdampak pada pengaturan yang harus ia ikuti, apakah sebagai komisioner ataukah makelar. Tetapi, terlepas dari itu, Ekspeditur mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. Menyimpan Barang [ps.1694 BW] b. Melaksanakan pengiriman barang [ps.1354-1364 BW] c. Membuat catatan [ps.86 alinea ke-2 KUHD] d. Pengiriman dengan rapih, cepat dan aman. Serta bertanggungjawab atas kerusakan barang. [ps.87 dan 88 KUHD] Contoh : JNE, Emisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Emisi Muatan Kapal Udara (EMKU), Go-Send (?), dll. 6. Pengangkut Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 91. Pengertian : Orang, yang menyelenggarakan pengangkutan, dari suatu tempat, ke tempat tujuan [Purwosucipto] *dihubungkan dengan pasal 1601 BW, maka pasal itu, merupakan dasar hukum berlakunya perjanjian pemberian jasa berupa pengangkutan barang. Contoh : JNE, Emisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Emisi Muatan Kapal Udara (EMKU), Go-Send (?), dll. 7. Agen and Distributor Pengaturan : PermenDag No.11/2006. Pengertian Agen : Perantara, untuk dan atas nama Principal, berdasarkan perjanjian, melakuan pemasaran, tanpa melakukan pemindahan ha katas barang/jasa principal. Distributor : Perantara, untuk dan atas nama sendiri, berdasarkan perjanjian, melakuan pembelian, penyimpnan, penjualan serta pemasaran barang/jasa yang dimilikinya. Contoh : Retailer (sebagai agen), Reseller (Distributor) Hak dan Kewajiban Mengacu pada perjanjiannya masing-masing, namun BW berlaku sebagai unsur naturalianya. • Agen harus melaksanakan amanatnya setelah “terikat” [ps.1800 BW] Terikat : Adanya persetujuan untuk menerima penyuruhan itu [ps.1793 BW] • Agen harus melakukan pelaporan [ps.1802 BW] Commented [IY8]: Terhadap pasal ini, dapat disimpangi berdasarkan kesepakatan para pihaknya. • Agen berhak menunjuk sub-agent. • Prinsipal tidak bertanggungjawab lebih dari apa yang ia amanatkan [ps.1802 BW] Ini merupakan bentuk perlindungan Prinsipal juga. Berkahirnya hubungan Agen dan Prinsipal Ada (2) faktor, yaitu: I. II. Perbuatan para pihak • Adanya perjanjian/kesepakatan untuk mengakhiri. • Telah terlaksananya mandat Prinsipal secara sempurna • Karena keterlambatan pelaksanaan mandate oleh Agen • Terpenuhinya syarat batal • Penarikan kembali mandate yang bukan irrevocable agencies Ketentuan UU • Kematian para pihak [ps.1813 bw] • Bubarnya perusahan • Karena kepailitan [[ps.1813 bw] • TIdak dimungkikannya lagi dikarenakan : o Objek musnah o Pelaksanaan tidak dimungkinkan lagi o Apabila dilaksanakan akan menyebabkan pelanggaran hukum BAB 5 – SURAT BERHARGA Pengantar • Dalam praktik perdagangan, transaksi bisa dengan Surat Berharga Konsep Dasar • Surat Berharga disebut pula sebagai commercial paper or negotiable instrument. • Dikatakan sebagai Surat Berharga, dikarenakan: o Memiliki nilai ekonomis tertentu o Dapat diperjualbelikan ditujukan alat pengganti uang tunai • Surat Berharga vs Surat yang Berharga Surat berharga : Surat yang memiliki nilai ekonomis, dan sifatnya mudah dialihkan ditujukan sebagai pengganti uang tunai. Surat yang Berharga: Surat yang ditujukan untuk membuktikan kepemilikan atau pengakutan utang, dan bukan sebagai pengganti uang tunai. Hakikat Surat Berharga • Adalah sebagai kontrak dan benda. • Berlaku dua kententuan hukum o Hukum Perjanjian § Dikarekanan ada janji Contoh : Misalnya dalam Wesel, drawee wajib membayar pada payee. o Hukum Kebendaan § Dikarenakan dapat diperjualbelikan § Surat Berharga adalah benda bergerak tak berwujud [ps.511 BW] Hubungan Hukum dalam Lembaga Surat Berharga Bergantung pada macam surat berharga itu sendiri Wesel : Drawee (Tertarik) Drawer(Penerbit) dan Payee(penerima wesel) Cek : Drawer(penarik),Drawee(tertarik) dan Payee (benerima cek) Surat Sanggup : Penerbit dan Pemegang Surat Sanggup Macam Surat Berharga • Di luar KUHD o Sertifikat Deposito dan Bilyet Giro • Di dalam KUHD o Wesel, Cek danSurat Sanggup