Uploaded by Dante Priadi

Rangkuman Buku Pengantar Hukum Dagang

advertisement
Rangkuman Buku
Pengantar Hukum Dagang
BAB 1 PENDAHULUAN
Pengertian Umum
Tidak ada definisi yang ajeg tentang apa itu Hukum Dagang.
Purwosucipto : Adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan.1
Buku
: Adalah seperangkat aturan hukum, baik tertulis ataupun tidak,
mengatur semua kegiatan di bidang perniagaan.2
Sumber Hukum Dagang
Dapat ditemukan dalam seluruh produk perundang-undangan, bahkan hingga
kebiasaan-kebiasaan dalam transaksi dagang.
Namun yang terpenting adalah:
•
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”).
•
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (“KUHD”).
Pasal 1 KUHD 3 menyatakan, bahwa beberapa perihal dalam KUHD
masih dapat diatur lebih lanjut dalam KUHPer.
Contoh hal yang diatur dalam KUHD dan KUHPEr masih mengaturnya:
•
Dalam hal pengaturan tentang Perjanjian, dalam KUHD tidak diatur lebih
lanjut, maka pengaturan dalam KUHPer berlaku juga.
Pengertian hukum dagang dalam arti sempit (hukum perusahaan).
Pengertian hukum dagang dalam arti luas (hukum perdagangan). Perdagangan adalah tatanan
kegiatan, yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa, di dalam negeri dan melampaui batas
wilayah negara, dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan
atau kompensasi. [Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang Pelaksanaan
Pengawasan Kegiatan Perdagangan, Nomor 36 Tahun 2018, Pasal 1 Ayat 1].
3
“KUHPER, seberapa jauh daripadanya dalam Kitab ini tidak khusus diadakan penyimpanganpenyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam Kitab ini.”
1
2
•
Dalam hal pembagian laba Persekutuan Firma, dalam KUHD tidak diatur lebih
lanjut, maka pengaturan dalam KUHPer berlaku juga.
Understanding contract law under common law system 4 is highly
recommended in context of understanding business law 5
BAB 2 HUKUM KONTRAK
Pengertian Umum
Tidak ada definisi yang ajeg tentang apa itu Kontrak di bawah peraturan Hukum
Negara Indonesia.
Namun, setidaknya ada beberapa karakteristik dari suatu kontrak, yaitu:
•
Janji or promises; 6
•
Persetujuan or agreements;
•
Kewajiban timbal-balik or mutual obligations; and
•
Dapat dipaksakan pelaksanaannya melalui perangkat hukum or legally
enforceable.
Buku
: Adalah suatu persetujuan, antara dua orang atau lebih, yang saling
mengikatkan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu,
yang pelaksanaanya dapat dipaksakan melalui perangkat hukum
(Lembaga peradilan).
Macam – Macam Kontrak
Macamnya dapat dilihat dari (3) perbedaan 7, yaitu:
Common law, in general, is a body of law that develops and derives through judicial decisions, as
distinguished from legislatives enactments. [Black’s Law Dictionary, 1990].
5
Seringkali pihak dalam kontrak dagang, tunduk pada hukum yang berbeda. Dengan demikian,
mempelajari sistem hukum lain penting.
6
Ini berbicara mengenai consideration. Dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan persyaratan.
7
Ralph C. Hoeber, et al., Contemporary Business Law, Principles and Cases, 3rd ed., (McGraw-Hill Book
Company, 1986), h.148
4
Bentuk
Formal
: Bentuknya ditentukan oleh Undang-Undang.
i.e, dalam rangka penerbitan wesel dan cek (sebagai surat berharga
or negotiable instruments).8 Jadi untuk menerbitkannya, harus sesuai
dengan ketentuan dalam KUHD.9
Informal
: Bentuknya tidak ditentukan oleh Undang-Undang. Biasanya kontrak
ini dapat berbentuk tertulis (akta bawah tangan/akta otentik) ataupun
tidak tertulis (secara lisan).
i.e, kontrak antara penumpang dan pengemudi taksi (sebagai kontrak
secara lisan).
Pihak
Sepihak (Unilateral)
: Prestasinya yang bersifat sepihak.10
i.e, Hibah. Subekti mengklaim, bahwa dalam hibah,
prestasinya ditentukan secara sepihak.
This book claimed, that, the understanding of Unilateral Contract
under the provisions of common law system, is different. 11
Timbal-Balik (Bilateral)
: Para pihak saling berjanji, jadi ada kewajiban timbalbalik.
Tercantumnya Syarat dan Ketentuan
Maksudnya Syarat dan Ketentuan dalam hal ini, adalah hak dan kewajiban para pihak.
Expressed
: Tegas dinyatakan. (Umumnya dalam bentuk tertulis).
i.e (teori), A(pembeli) dan B(penjual). A mengatakan “Oke, barangnya
diantara ke alamat ini ya, tapi kalau sampai rusak. Anda ganti
barangnya.” Dalam hal ini, bila B setuju, maka B telah setuju dengan
Adalah salah objek transaksi dalam kegiatan perniagaan.
Pasal 100 – 109c KUHD.
10
R. Subekti, Aneka Perjanjian
11
Yaitu, dimana offerer tidak meminta janji timbal-balik dari offeree, melainkan meminta pihak lain
tersebut untuk melakukan sesuatu. [McCarty, The Legal Environment of Business, hlm. 215.] Sebagai
contoh (contoh teori), misalnya ada suatu poster bertuliskan: “barangsiapa menemukan “sesuatu” dan
menyerahkannya kepada Mr.X, akan mendapat imbalan sebesar sekian rupiah. Tertanda Mr.X”. Dalam
contoh ini, Mr. X tidak mengharapkan adanya janji dari pihak lain, melainkan suatu tindakan nyata dari
pihak lain itu. Maka tindakan nyata itu adalah kesepakatanya.
8
9
Syarat dan Ketentuan yang dinyatakan dengan tegas secara lisan oleh
A.
Implied
: Tidak tegas dinyatakan. (Umumnya adalah melihat kebiasaan)
i.e (contoh teori), dalam hal perjanjian pengangkutan. Antara
A(penumpang) dan B(supir angkot). Pada saat A naik angkot B, disini
Commented [IY1]: This is my hypothesis. Ask the
lecturer to clarify whether or not my statement is
acceptable.
A telah secara tidak langsung menyetujui untuk mengadakan
perjanjian
pengangkutan(setidaknya
tempat
tujuan,
harga
pengangkutan, cara pengangkutan,dll) dengan B, walaupun Syarat
dan Ketentuannya tidak secara tegas dinyatakan.
Asas Penting Hukum Kontrak
Asas, diartikan sebagai landasan pokok yang menjadi dasar pemikiran mengenai
kontrak.
Buku ini mengklaim ada (2) asas penting dalam pengaturan hukum kontrak.
Konsensualitas
Dicapainya “kesepakatan” atas perihal perjanjian.12 KUHPEr tidak merumuskan lebih
lanjut kapan kesepakatan terjadi, maka itu ditarik pengertian dari sistem Anglo Saxon.
Jadi, Kesepakatan dianggap ada, saat adanya penerimaan penawaran.13
The fulfillment of an agreements in a Unilateral Contracts, differs
from Bilateral Contracts.
Terjadinya Kesepakatan dalam Kontrak Sepihak/Unilateral Contract
Adalah pada saat dilaksanakanya prestasi yang dikehendaki oleh pemberi/pembuat.
Contoh Teori : Dalam hal pemberian surat kuasa, disini kesepakatan ada pada saat
penerima kuasa itu melaksanakan apa yang dikuasainya hingga
selesai.
Liat footnote 10 juga.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan., hlm.85.
A contract comes into existence when the offeree accepts the same exact terms of the proposal.
McCarty, Environment of Business., hlm. 219.
12
13
Commented [IY2]: Will further elaborated, under
“Transport Law” course.
Terjadinya
Kesepakatan
dalam
Kontrak
Timbal
Balik/Bilateral
Contract
Adalah pada saat pihak kedua menyampaikan janjinya sesuai dengan yang
dikehendaki pihak pertama.14
Contoh Teori : Dalam suatu kontrak yang ada perancangannya, disini pada saat
adanya penandatanganan oleh kedua belah pihak, maka dapat
dianggap kesepakatan ada pada saat waktu itu juga.
Kebebasan Berkontrak
Para pihak dalam suatu kontrak, diperbolehkan mengadakan perjanjian apa saja. Ini
berkembang dari sistem ekonomi Laissez-Faire.15
Di Indonesia, dalam KUHPer, kebebasan ini diberi batasan melalui Pasal 1337.16
Persyaratan
Di Indonesia, syarat dari suatu kontrak(perjanjian) ada (4) sebagaimana diatur dalam
pasal 1320 KUHPer.
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu; dan
4. Suatu sebab yang halal.
Reitzel et al., Contemporary Business Law, hlm. 168.
An economic philosophy that suggest government involvement in finances is not necessary. The
market will balance itself out naturally. [Black's Law Dictionary Free Online Legal Dictionary 2nd Ed].
“Contracting parties, should have a broad freedom to contract as they like to make economic decisions
subject, only to a few limitations imposed by law for the prevention of fraud, the protection of minors,
and so on.” [Reitzel, et al, Contemporary Business Law, hlm. 144].
16
Tidak boleh bertentangan dengan Kesusilaan, Ketertiban Umum, dan Undang-Undang.
14
15
Kesepakatan
Definisi tentang ‘kesepakatan’17 tidak diatur lebih lanjut oleh KUHPer, melainkan
KUHPer hanya menjabarkan bahwa yang kesepakatan tidak boleh mengandung unsur
khilaf, paksaan, dan/atau tipuan.18
Khilaf Subjektif
: Terjadi pada pihak yang melakukan perjanjianya.
[Contoh Teori], antara dokter dan seorang pasien. Disini pasien
berharap bertemu dengan dokter khusus, namun justru
bertemu dengan dokter umum. Tetapi, disini dokter umum itu
tidak mengetahui bahwa pasien itu berkunjung guna bertemu
dengan dokter khusus. Dengan demikian, maka dapat
dianggap telah terjadi kekhilafan subjektif dalam hal ini.19
Khilaf Objektif
: Terjadi pada perihal perjanjianya.
[Contoh Teori], antara pembeli dan penjual lukisan. Disini
pembeli mengharapkan yang dibelinya merupakan lukisan asli,
namun ternyata lukisan itu sebuah replika yang mana si penjual
kira si pembeli sudah mengetahuinya. Dengan demikian, maka
dapat dianggap telah terjadi kekhilafan objektif dalam hal ini.
Paksaan
: Terjadi pada pihak yang melakukan perjanjianya.
Melakukan ancaman dengan alasan yang tidak sah.20
[Contoh Teori], antara pembeli dan penjual lukisan. Disini
karena pembeli mengetahui bahwa lukisan itu sebenarnya
merupakan replika, maka pembeli tidak sepakat atas jual-beli
yang akan dilakukan. Namun, pembeli mengancamnnya
dengan akan dibukanya rahasia pribadinya. Dengan demikian,
maka dapat dianggap telah terjadi paksaan dalam hal ini.
Buku ini mengklaim bahwa, pengertian dari Kesepakatan adalah pada saat adanya persetujuan atas
apa yang diperjanjikannya, dengan maksud untuk mengikatkan diri dalam hubungan hak dan
kewajiban, sebagaimana yang dirumuskan dalam janji-janji yang dikemukakan pada tahapan prakontrak.
18
Pasal 1321 KUHPer.
19
Buku ini, hlm.14. paragraph.4.
20
Buku ini, hlm.15, paragraph.1.
17
Penipuan
: Terjadi pada pihak yang melakukan perjanjianya.
Sengaja menyesatkan informasi dengan tipu daya.21
[Contoh Teori], antara pembeli dan penjual lukisan. Disini
pembeli mengharapkan yang dibelinya merupakan lukisan asli,
namun nyatannya lukisan itu palsu. Tetapi, karena penjual
mengharapkan terjualnya lukisan tersebut, maka dilakukan tipu
daya dan sejenisnya sehingga pembeli tergerak untuk membeli
lukisan itu. Dengan demikian, maka dapat dianggap telah
terjadi paksaan dalam hal ini.
Kecakapan
KUHPer tidak mendefinisikan secara langsung apa itu kecakapan. Jadi, ditinjau dari
doktrin atau para pakar hukum.
Buku
: Kecakapan, adalah contractutal capability atau the ability to agree.22
Contractual capacity can be defined as the legal ability 23 to bind
themselves to the contract and to enforce any promises made to
them.
Walau KUHPer tidak menjabarkan definisi dari kecapakan itu sendiri. Namun, KUHPer
menyatakan kategori/batasan pihak yang tidak cakap.24 Dengan demikian, dapat
dilihat pada mindmap berikut mengenai apa dan/atau siapa itu cakap menurut
KUHPer.
Dewasa
: 21 Tahun dan/atau telah menikah.25
Tidak dibawah Pengampuan
: Tidak boros, tidak sakit ingatan, tidak bermata
gelap/sakit otak.
Buku ini, hlm.15, paragraph 2.
Buku ini, hlm.15, paragraph 3.
23
Ability to understand the nature and effects of one’s act. [Black’s Law Dictionary., hlm. 188.]
24
Pasal 1330.
25
Pasal 330 KUHPer.
21
22
The book claimed, that the nuance of legal capability, emphasizes
on whether or not the actor, can fathom the consequences of the
legal action that they carry out 26
Hal Tertentu
Ini adalah syarat objektif.27 Dan yang dimaksud dengan hal tertentu disini, adalah hal
yang dapat diperdagangkan dengan bebas,28 yaitu kebendaan dan jasa.29
Sebab yang halal
Ini adalah syarat objektif.30 Suatu klausul perjanjian tidak boleh melanggar kesusilaan,
ketertiban umum,31 dan peraturan perundang-undangan.32
Pelaksanaan dan Berakhirnya Kontrak
Mengacu pada pasal 1381 KUHPer, ada (9) alasan suatu kontrak berakhir.
1. Pembayaran;
2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpan atau penitipan;
3. Pembaharuan utang;
4. Perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Percampuran utang;
6. Pembebasan utangnya;
7. Musnahnya barang yang terutang;
8. Kebatalan atau pembatalan;
9. Terpenuhinya syarat batal.
Namun, pada pokoknya, suatu kontrak berakhir apabila sudah tidak ada kewajiban
yang harus dilakukan oleh para pihak terkait kontrak yang bersangkutan.33
Buku ini, hlm. 16, paragraph 3, kalimat ke-2.
Buku ini, hlm. 17, paragraph 3.
28
Mengacu pada Pasal 1332 KUHPer.
29
Pasal 1601 tentang perjanjian perburuhan.
30
Buku ini, hlm. 17, paragraph 4.
31
Perjanjian ‘debt collector’.
32
Perjanjian jual-beli narkoba.
33
Buku ini, hlm. 19, Paragraph 3, kalimat ke-1.
26
27
Referring to Common Law System, a Contract can be terminated by
performance 34 and/or discharge.35
Iktikad Baik
KUHPer pasal 1338 (3), menyatakan:
“Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan Iktikad Baik”
Jadi, cara pelaksanaan perjanjian36 itu tidak boleh bertentangan dengan kepatutan
dan keadilan.37 Terkait dengan kepatutan dan keadilan, tidak dinyatakan secara tegas
oleh UU. Sehingga peranan hakim sangatlah besar dalam menetukan apa yang patut
dan bagaimana yang adil.
Contoh
: Jadi, seorang kreditur memaksa debitur melaksanakan kewajibannya
padahal ia tahu bahwa debitur akan mengalami kerugian besar jika
dilaksanakan. Dalam hal demikian, sewajarnya kreditur tidak memaksa
debitur untuk melaksanakan kewajibannya mengingat kondisi debitur.
Demikian juga sebaliknyna, debitur tidak boleh mencari alasan untuk
menunda-nunda pelaksanaan perjanjian jika memang tidak ada alasan
yang cukup untuk itu.38
Untuk menjabarkan lebih lanjut apa itu iktikad baik, saya mengambil putusan PN.
Putusan PN Surabaya
Substansi kontrak harus berdasarkan kepercayaan atau
tanggal 17 Juli 2013
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para
pihak.
Ada 2(dua) macam:
•
Iktikad baik nisbi
penilaian pada sikap dan tingkah laku nyata dari
subjek.
•
Iktikad baik mutlak
Performances occurred, when each contracting parties have fulfill their obligation/promises stated
within the contract.
35
Discharge occurred, when a mutual rescission is reached.
36
Dapat dijumpai di Inggris, bahwa Principle of utmost good faith harus diindahkan sebelum
ditutupnya perjanjian, Article 18 of the Marine Insurance Act 1906.
37
Subekti, Hukum Perdata, hlm. 139.
38
Buku ini, hlm. 20 - 21
34
penilaian pada akal sehat dan keadilan serta
dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai
keadaan menurut norma-norma yang objektif.
Keadaan Memaksa
Pasal 1244 KUHPer :
“JIka ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti
biaya, rugi dan bunga apabila tak dapat membuktikan, bahwa hal
tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksankannya perikatan itu,
disebabkan
suatu
hal
yang
tak
terduga,
pun
tak
dapat
dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika iktikad
buruk tidaklah ada pada pihaknya.”
Pasal 1245 KUHPer :
“Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran
keadaan memaksa atau lantara suatu kejadian tak disengaja si
berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan
perbuatan yang terlarang”
Keadaan memaksa hanya dapat dikemukakan oleh seorang debitur
yang telah beriktikad baik berusaha melaksanakan kewajibannya.
Arti keadaan memaksa dapat ditafsirkan dari Pasal 1244 dan 1245 KUHPer, yaitu,
sebagai suatu alasan untuk dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi.39
Keadaan memaksa juga sering disebut sebagai force majeur atau overmacht.
Keadaan memaksa, umumnya diartikan sebagai Act of God seperti banjir, gempa,
angina topan, dll), namun tidak menutup kemungkinan bahwa para pihak dapat
menyepakati hal tertentu yang dapat dianggap sebagai force majeur/overmacht.
Contoh Teori : Dalam hal kontrak pengangkutan laut, dimana angin topan dapat
dijadikan sebagai alasan keadaan memaksa. Dalam hal kontrak jualbeli emas, krisis ekonomi dapat dijadikan sebagai alasan keadaan
memaksa.
39
Subekti Hukum Perjanjian, hlm. 55.
BAB 3 HUKUM PERUSAHAAN
Pengantar
Pilihan Bentuk Usaha
Didasarkan pada pertimbangan pada untung dan ruginya. Berikut adalah beberapa
pilihan bentuk usaha pada umumnya:
Perseorangan/Sole Proprietorship
Deskripsi
: Pengusaha = 1; Pengusaha mempunyai wewenang sepenuhnya
dalam mengelola perusahaanya; Bertanggungjawab sepenuhnya;
Pembentukan : Sederhana, tidak membutuhkan formalitas tertentu.
Contoh
: Penjual Kaki Tiga.
Persekutuan/Partnership
Deskripsi
: Pengusaha > 1; Dalam pengelolaan perusahaan, Wewenang
pengusaha terbagi-bagi; Para pengusahaa bertanggungjawab ATAS
DASAR ‘KESEPAKATAN’.40
Pembentukan : Relatif Sederhana, membutuhkan Anggaran Dasar yang dibuat
secara notariil.
Contoh
: Persekutuan Komanditer (CV) dan Firma.
Badan Hukum/Corporation
Deskripsi
: Pengusaha > 1; Dalam pengelolaan perusahaan, wewenang
pengusaha
terbagi-bagi;41
Para
pengusahaa
tidak
bertanggungjawab secara pribadi atas semua perbuatan hukum
yang dibuat atas nama PT.42
Pembentukan : Relatif Rumit, secara tegas disebutkan dalam UU.
Contoh
: PT dan Koperasi
Jadi pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan undang-undang ataupun kesepakatan mereka
sendiri.
41
Para pengusaha juga harus tunduk pada UU yang berlaku tentang Perseroan Terbatas (PT).
42
Berlaku asas separate legal entity.
40
Bentuk Usaha Persekutuan
Bentuknya ada (3), yaitu (1) Persekutuan Perdata, (2) Persekutuan Firma (“Firma”), dan
(3) Persekutuan Komanditer/CV (“CV”).
Ada (2) aspek yang akan dibahas dalam sub-bab ini, yaitu aspek internal dan eksternal
suatu persekutuan.
Dimana aspek Internal meliputi:
•
Prosedur Pembentukan
•
Hubungan hak dan kewajiban antara para sekutu umumnya
•
Masalah pengangkatan dan pemberhentian pengurus
•
Masalah pembagian keuntungan dan kerugian
•
Perubahan kesepakatan(Anggaran Dasar) para sekutu
Dimana aspek eksternal meliputi:
•
Siapa yang berhak mewakili persekutuan dalam melakukan hubungan dengan
pihak ketiga
•
Apa saja wewenang dari wakil tersebut
•
Siapa saja yang memikul kewajiban persekutuan terhadap pihak ketiga
Persekutuan Perdata (Civil Partnership)
Diatur mulai dari pasal 1618 KUHPer.
Pengertiannya, dapat ditarik dari pasal 1618 KUHPer
“Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau
lebih
mengingatkan
diri,
untuk
memasukan
sesuatu
dalam
persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang
terjadi karenannya.”
Jadi, dari pengertian di atas, ada (3) unsur sebagai berikut:
Kontrak/Perjanjian
: Pengaturan tentang kontrak berlaku semua.
Kontribusi/Pemasukan
: Harus ada kontribusi berupa barang dan/atau jasa.43
Merupakan unsur mutlak dari suatu persekutuan.44
Pembagian Keuntungan
: Semua sekutu wajib menikmati keuntungan.45
Pasal 1619 (2) KUHPer.
R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia (Jilid I Bagian Kedua), hlm. 41.
45
Pasal 1633, 1634 & 1635 KUHPer.
43
44
Persekutuan Perdata terbagi menjadi (2),46 yaitu (1) Persekutuan
Penuh;47 (2) Persekutuan Khusus.48
Mengacu pada pasal 1623 KUHper, ketentuan ini yang memungkinkan bahwa suatu
persekutuan perdata dibentuk dengan tujuan untuk “menjalankan kegiatan usaha”
(business profit).
Menjalankan kegiatan usaha
Pasal 1 (B) UU 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap
jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan,
bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.”
Dari pengertian diatas, dapat ditarik bahwa ada (4) unsur untuk mengartikan suatu
kegiatan usaha:
1. Status atau Kedudukan Tertentu
Harus mempunyai kedudukan/status sebagai penjalan perusahaan atau
sebagai pedagang.
Contoh
: A sebagai penjual buku.
B sebagai penjual sepatu.
2. Terus-Menerus (Berkesinambungan)
Konsistensi status/kedudukan tertentu tadi, jadi tidak bersifat temporer.
Contoh
: A sebagai penjual buku dari 5 tahun lalu.
B sebagai penjual sepatu dari dia kecil.
C sebagai dosen sejak 20 tahun lalu
3. Sah atau Legal
Sah dimata hukum, jadi tidak boleh melanggar kaidah hukum yang berlaku.
Contoh
: A sebagai penjual buku dari 5 tahun lalu.
Pasal 1620 KUHPer.
Pasal 1622 KUHPer berbunyi : “persekutuan penuh tentang keuntungan hanyalah mengenai segala
apa yang akan diperoleh para pihak dengan nama apa pun, selama berlangsungnya persekutuan
sebagai hasil dari kerajinan mereka.”
48
Pasal 1623 KUHPer berbunyi: “Persekutuan khusus ialah persekutuan yang sedemikian yang hanya
mengenai barang-barang tertentu saja, atau pemakaiannya, atau hasil-hasil yang akan didapatnya dari
barang-barang itu, atau lagi mengenai suatu perusahaan maupun mengenai hal menjalankan sesuatu
perusahaan atau pekerjaan tetap.”
46
47
Commented [IY3]: Kapankah suatu “perusahaan” tidak
dianggap temporer ?
Tidak ada batasanya, namun biasanya harus dilihat dari
pandangan masyarakat.
B sebagai penjual sepatu dari dia kecil.
C sebagai penjual ganja sejak 20 tahun lalu, ini ga boleh.
4. Tujuan Mencari Laba
Dengan maksud untuk mencari keuntungan atau laba.
Contoh
: A sebagai penjual buku dari 5 tahun lalu.
B sebagai penjual sepatu dari dia kecil.
C sebagai dosen. Ini tidak termasuk.
Sifat Kepribadian Perdata
Ada setidaknya (2) asas yang mendasari suatu persekutuan perdata. (1) Instuitues
Personae; (2) Affection Societatis.
Instuitues Personae : Adanya kedekatan pribadi terhadap para sekutu.
Affection Societatis : Adanya keinginan untuk bekerja sama terhadap para sekutu.
Pendirian Persekutuan Perdata
Dapat ditarik dari pasal 1624 KUHPEr
“Persekutuan mulai berlaku sejak saat perjanjian, jika dalam
perjanjian ini tidak telah ditetapkan suatu saat lain.”
Jadi, pada pokoknya, pendirian persekutuan perdata cukup secara konsensual
belaka.49
Namun,
pada
praktiknya,
pendirian
persekutuan
perdata
tetap
membutuhkan beberapa dokumen tertulis. Terkhususnya untuk Firma dan CV, yang
mana akan dibahas lebih lanjut nanti.
Aspek Internal
•
Kewajiban adanya pemasukan50
Ini merupakan unsur mutlak suatu persekutuan perdata. Jadi, Para sekutu,
harus memberikan kontribusi baik berupa benda ataupun jasa secara jelas.
Contoh
: A ingin mobilnya untuk persekutuan. Disini yang harus
dipertanyakan adalah, mobilnya itu diserahkannya dengan hak
apa ? apakah hak miliknya ? hak pakai saja atau bagaimana ?
Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, jilid 1, Bag. 2, cet. 5, (Jakara: Rajawali Pers, 1983), hlm. 43.
Pasal 1618 KUHPer menyatakan : “…. Mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu dalam
persekutuan,…”
Pasal 1619 (2) KUHPer menyatakan
: ”Masing-masing sekutu diwajibkan memasukan uang,
barang-barang lain ataupun kerajinannya ke-dalam perseroan itu.”
49
50
selanjutnya mengenai penyerahannya juga harus jelas, karena
dalam hal ini mobil, maka penyerahannya harus sesuai dengan
pasal 612 KUHPer, demikian pula untuk jenis kebendaan
lainnya.
•
Pengangkatan Pengurusan
Dapat dilakukan secara Mandater atau Statuer.
Mandater
: Pengangkatan
dilakukan
tanpa
persetuajuan
melalui
Statuer
: Pengangkatan dilakukan dengan persetujuan melalui AD
Anggaran Dasar (“AD”)
•
Pemberhentian Pengurusan
Dapat dilakukan dengan perubahan AD atau tanpa perubahan AD/seketika.
Perubahan AD : Untuk pengangkatan secara Statuer
Seketika
•
: Untuk pengangkatan secara Mandater
Pembagian Keuntungan
Para sekutu wajib menikmati keuntungan.51 Terkait dengan bagiannya, apabila
diatur dalam AD, maka AD lah yang berlaku. Namun apabila AD tidak
mengaturnya, maka ketentuan KUHPer yang berlaku.
Pasal 1633 (1) : Para sekutu secara proporsional mendapatkan bagiannya
sesuai dengan pemasukannya.
•
Pembagian Kerugian
Pembebanan seluruh kerugian kepada seorang sekutu saja diperbolehkan,
akan
tetapi
pada
pokoknya.
Setiap
sekutu
bertanggungjawab
atas
perbuatannya itu sendiri.
Aspek Eksternal
Mengacu pada pasal 1644 dan 1645 KUHPer.
Pasal 1644 KUHPer : “Janji bahwa suatu perbuatan telah dilakukan atas tanggungan
persekutuan hanyalah mengikat si sekutu yang melakukan
perbuatan itu saja. Dan tidaklah mengikat sekutu-sekutu
lainnya, kecuali jika orang-orang yang belakangan ini telah
memberikan kuasa kepadanya untuk itu, atau urusannya telah
memberikan manfaat bagi persekutuan.”
Pasal 1645 KUHPer : “Jika salah seorang sekutu atas nama persekutuan telah
membuat suatu perjanjian, maka persekutuan dapat menuntut
pelaksanaan perjanjian itu.”
51
Pasal 1635 KUHPer
Para sekutu, bertindak atas namanya sendiri, terkecuali, tindakan itu telah disepakati
sebelumnya atas tindakan bersama.
Bubarnya Persekutuan
Mengacu pada pasal 1646 KUHPer, ada (4)
1. Lewat batas waktu;
2. Musnahnya barang atau selesainya urusan yang menjadi tugas pokok
persekutuan perdata;
3. Kehendak para sekutu; dan
4. Salah seorang sekutu meninggal dunia52 atau di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.
Pemberesan
Pengurusan “akibat hukum” dari berakhirnya persekutuan perdata. Akibat hukum
disini, dimaksud adalah seperti utang yang belum lunas, harta kekayaan yang belum
diinventarisasi dan sebagainya.
Pemberes harus ditunjuk dan diberi honorarium. Umumnya, ditunjuk dalam AD
ataupun rapat terakhir persekutuan.
Firma
Pengertian Firma
Dapat dilihat dari pasal 16 KUHD yang berbunyi:
“Yang dinamakan perseroan firma ialah tiap-tiap perserikatan yang
didirikan untuk menjalankan sesuatu perusahaan di bawah satu nama
bersama”
Ditariklah (3) unsur dari pengertian di atas ini.
Perserikatan
: Jadi, firma adalah suatu persekutuan perdata.
Demikian
pengaturan
dalam
KUHPer
juga
berlaku.
Menjalankan suatu perusahaan
: Jadi,
kriteria
menjalankan
perusahaan
sebagaimana yang telah disebutkan di atas
berlaku juga.
52
Terkecuali diperjanjian sebaliknya [pasal 1651 KUHPer]
Nama Bersama
: Jadi, firma harus mempunyai nama tersendiri
yang dijadikan indentitas.
Penamaan firma53, dapat diambil dari:
1. Nama dari salah seorang sekutu;
2. Nama dari salah seorang sekutu dengan
tambahan;
3. Kumpulan nama dari semua atau sebagian
dari nama para sekutu; dan
4. Nama lain yang bukan nama keluarga,
seperti tujuan kegiatan perusahaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa firma adalah, perikatan, untuk menjalankan suatu
perusahaan yang mana perusahaan itu diberi nama.
Pendirian atau Pembentukan Firma
Dapat dilihat dari pasal 22 – 28 KUHD.
1. Pembuatan Akta Pendirian Otentik
Mengacu pada pasal 22 KUHD yang menyatakan:
“Tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, akan
tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk
merugikan pihak ketiga”
Jadi, firma harus didirikan dengan akta otentik.
Terkait dengan Isinya setidaknya dapat dilihat dari pasal 26 KUHD, yaitu:
•
Identitas para sekutu Firma.
[26 (1o)]
Jadi, harus ada identitas(nama, alamat, tanggal lahir,dll), tanda tangan, hak
dan kewajiban para sekutu, dll.
Contoh
•
: A, Jakarta Selatan, 06-04-1998.
Nama Firma
[26 (2o)]
Jadi, harus ada nama persekutuan firma yang akan digunakan dalam rangka
melakuan hubungan hukum.
Contoh
: Ali Budiarjo, Nugroho, Reksodiputro (“ABNR”), Asegaf
Hamzah & Partners (“AHP”), dll.
53
R.v.J. Jakarta tanggal 2 September 1921.
•
Bidang usaha
[26 (2o)]
Jadi, tujuan kegiatan usaha Firma harus jelas.
Contoh
•
: Melakukan jasa pengangkutan, asuransi, perikanan, dll.
Penentuan siapa yang mengurus Firma
[17 & 26 (3o)]
Jadi, harus dinyatakan dengan tegas siapa yang boleh dan siapa yang tidak
boleh mengurus firma.
Contoh
•
:…
Jangka waktu berlangsungnya Firma
[26 (4o)]
Jadi, harus dinyatakan dengan tegas Firma ini berlangsungnya berapa lama.
Contoh
: 15 Tahun, dsb.
Karena Firma merupakan juga suatu persekutuan perdata, maka
ketentuan dalam KUHPer tentang persekutuan perdata juga
berlaku. Berikut kiranya adalah beberapa ketentuan yang juga harus
ada dalam AD serta Akta Pendirian Firma
•
Pengaturan rapat para sekutu
Jadi, harus ada kaidah terkait dengan pelaksanaan kegiatan usaha oleh para
sekutu pengurus.
Contoh
: Pertanggungjawaban pengurus, laporan keunangan, pemgian
laba, dll.
•
Pernyataan kesanggupan inbreng atau kontribusi.
Jadi, harus ada perincian setidaknya dalam rangka maksud dan nominal dari
hal yang akan dikontribusikan ke dalam Firma.
Contoh
: A memasukan tanah dan bagunanya sebagai kantor serta
nominalnya bagi persekutuan firmanya.
•
Pengaturan kemungkinan keluar masuknya sekutu baru
Jadi, harus diperjelas bagaimana seorang sekutu dapat bergabung maupun
keluar dari persekutan.
Contoh
: Pertanggungjawaban pengurus, laporan keunangan, pemgian
laba, dll.
•
Aturan menyangkut perubahan AD Firma
Jadi, harus diperjelas bagaimana suatu AD akan dapat dirubah.
Contoh
•
: Kuorumnya, dll.
Pemberesan dan pembubaran
Jadi, harus diperjelas bagaimana firmanya akan berakhir, dan siapa yang akan
ditunjuk sebagai pemberesnya.
Contoh
:…
Pembuatan akta pendirian otentik itu penting karena:
1. Memberikan perlindungan Hukum bagi para sekutu.
Dengan adanya akta pendirian, kemudian misalnya ada gugatan, maka sekutu
tidak secara sendirinya bertanggungjawab secara pribadi. Melainkan, para
sekutu akan bertanggungjawab secara tanggung-renteng.
2. Menjamin kepastian hukum.
Dengan adanya akta pendirian, Firma akan secara mudah mendaftarkan
perusahaanya ke dalam data resmi pemerintahan.
3. Mempermudah pada saat melakukan hubungan hukum
Dengan adanya Akta Pendirian, kemudian misalnya Bank meminta akta
pendirian Firma karena suatu hubungan hukum. Maka dengan mudah Firma
akan memberikanya.
4. Menghindari sanksi.
Akta Pendirian firma yang dibuat dengan Akta Otentik merupakan kewajiban.
Dengan demikian, dengan adanya Akta Pendirian, Firma akan terhindar dari
sanksi.
2. Pendaftaran
Atas dasar lex posterior derogate lex priori, maka terkait dengan pendaftaran
akan mengacu pada UU Wajib Daftar Perusahaan.
Firma wajib daftar kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat
3. Pengumuman pendirian Firma
Ini berdasarkan pasal 28 KUHD, yang menyatakan
“Selain daripada itu, para pesero diwajibkan pula menyelenggarakan
pengumuman dari petikan akta sebagaimana termaksud dalam
ketentuan, dalam Berita Negara.”
Jadi, Firma wajib diumumkan ke dalam Berita Negara. Kalau tidak atau belum,
maka terhadap segala urusan Firma, haruslah dianggap sebagai “Perseroan
Umum”54
Commented [IY4]: Ini maksudnya Persekutuan Perdata
bukan ?
Hubungan Aspek Internal Firma
Berdasarkan pasal 1 dan 15 KUHD, maka dalam hal ini, pengaturan KUHPEr lah yang
berlaku tentang persekutan perdata. Jadi, bisa dilihat pada sub-bab sebelumnya.
Hubungan Aspek Eksternal Firma
Hal ini dapat kita tafsirkan dari pasal 17 – 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(“KUHD”).
Siapa yang berwenang
: Adalah tiap sekutu yang “berwenang”
Berwenang maksudnya, yaitu tiap sekutu yang tidak
dilarang dalam Anggaran Dasar (“AD”) Firma untuk
melakukannya.
Apa wewenangnya
: Mengelola perusahaan (to manage), mencatat atau
mengadministrasikan
kekayaan
perusahaan
(to
administrate), dan melakukan perbuatan hukum, baik di
luar maupun di dalam pengadilan mengatasnamakan
perusahaan (represent).
Suatu Firma HARUS melakukan suatu perbuatan hukum
yang sesuai dengan tujuan kegiatan usaha firma/AD
Firma. Bila tidak, maka ini perbuatan itu adalah
perbuatan yang disebut dengan ultra vires.
Berdasarkan pasal 29 (1) KUHD, yang menyatakan : “Selama pendaftaran dan pengumuman itu
belum berlangsung, maka terhadap pihak ketiga perseroan firma itu harus dianggap sebagai
perseoran umum, ialah untuk segala urusan, pula sebagai didirikan untuk waktu tak terbatas dan
akhirnyapun seolah-olah tiada seorang persero yang dikecualikan dari hak bertindak dan hak
menandatangani untuk Firma itu.”
54
Pertanggungjawabanya
: Apabila perbuatan hukumnya merupakan ultra vires,
maka sekutu yang melakukan perbuatan itu, akan
bertanggungjawab secara pribadi.
Apabila berbutan itu sah, maka para sekutu firma, akan
bertanggungjawab secara tanggung-renteng terhadap
perbuatan itu.
CV
Pengertian
A type of partnership with at least one general partner and at least
one limited partner. A general partner is responsible for managing
the partnership but maintains personal liability for the partnership's
debts. A limited partner generally does not participate in managing
the partnership, but enjoys limited personal liability.55
Di Indonesia, tidak ada definisi yang jelas dalam KUHD. Namun apabila mengacu
pada pasal 19 KUHD yang menyatakan:
“Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan perseroan
komanditer, didirikan antara satu orang atau beberapa persero yang
secara tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya
pada pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang
pihak lain.”
Jadi, dari definisi di atas, suatu CV harus ada (2) jenis sekutu. yaitu sekutu komanditer
dan sekutu komplementer.
Sekutu Komanditer
: Adalah sekutu yang hanya memberikan modal namun
Sekutu Komplementer
: Adalah sekutu yang memberikan modal dan ikut serta
tidak ingin ikut campur pengurusan CV.
dalam urusan CV.
Kemudian terkait dengan jenisnya, suatu CV akan bergantung pada jumlah jenis
sekutunya pada saat berinteraksi dengan pihak ketiga.
55
https://www.law.cornell.edu/wex/limited_partnership
•
Apabila CV itu terdiri atas 1 sekutu komandit & 1 sekutu komplementer, maka
CV akan dianggap sebagai perseorangan. Dikarenakan yang aktif mengurus
dan bertanggungjawab hanyalah satu orang.
•
Apabila CV itu terdiri atas >1 sekutu komandit & 1 sekutu komplementer, maka
CV masi akan dianggap sebagai perseorangan. Dikarenakan yang aktif
mengurus dan bertanggungjawab hanyalah satu orang.
•
Apabila CV itu terdiri atas 1 sekutu komandit & >1 sekutu komplementer, maka
CV akan dianggap sebagai Firma. Dikarenakan yang aktif mengurus dan
bertanggungjawab lebih dari satu orang.
•
Apabila CV itu terdiri atas >1 sekutu komandit & >1 sekutu komplementer,
maka CV masih akan dianggap sebagai Firma. Dikarenakan yang aktif
mengurus dan bertanggungjawab lebih dari satu orang.
Struktur
Ada (3)
CV diam-diam
•
Sekutu komandit tidak ikut mengurus CV.
CV terang-terang
•
Sekutu komandit ikut mengurus urusan internal CV.
•
CV telah didaftarakan.
CV dengan saham
•
Sekutu komandit membeli saham CV.
Hubungan Internal CV
Berdasarkan pasal 15 jo. Pasal 1 KUHD, maka berlaku AD CV, KUHPEr.
Perseroan Terbatas (“PT”)
Pengertian dan Definisi
Pasal 1 angka 1 UUPT
: Perseroan
Terbatas,
yang
selanjutnya
disebut
Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Buku
: Mengartikan PT menjadi (4) unsur sebagai berikut:
1.
PT adalah badan hukum
2.
PT didirikan berdasarkan perjanjian
3.
PT adalah persekutuan modal
4.
PT tunduk pada UUPT 2007
Karakterisitk PT
•
PT merupakan badan hukum
Maksudnya adalah, pengemban hak dan kewajiban dari bentuk usaha PT,
adalah PT itu sendiri setelah didirikan melalui proses yang ditentukan oleh UU,
sehingga PT juga disebut sebagai subjek hukum.
Contoh
: PT dapat menjadi pemilik suatu kebendaan, serta dapat
memikul kewajiban.
•
Saham PT mudah dialihkan
Artinya dapat terjadi setiap hari
Contoh
•
: Saham dibursa efek
Adanya pertanggungjawaban terbatas (limited liability)
Ini juga terkaiit bahwa PT merupakan Legal Entity yang eksistensinya terpisah.
Tanggungjawab para pihak yang terlibat di dalam organisasi PT, hanya
terbatas pada kedudukan dan fungsinya masing-masing.
Contoh
: Pemegang
saham
hanya
bertanggung
jawab
untuk
menyetorkan jumlah modal yang menjadi kewajibannya.
•
PT didirikan berdasarkan perjanjian
Jadi, pendirian PT bukanlah perjanjian sebagaimana Firma dan CV.
•
Merupakan asosiasi modal
Jadi, PT lebih menghimpun modal sebesar-besarnya, yaitu modal saham.
Pendirian PT
•
Untuk PT biasa
1. Pembuatan perjanjian pendirian PT secara otentik
o 2 (dua) orang atau lebih
o Dibuat dengan akta notaris
o Akta pendirian memuat anggaran dasar
[pasal 7 UU PT]
2. Pendaftaran akta pendirian PT kepada kementerian HUKUM dan HAM
[pasal 9 UU PT]
3. Pendaftaran PT dalam Daftar Perusahaan dan Pengumuman dalam
Tambahan Berita Negara
[pasal 29 - 30 UU PT]
*Perbuatan hukum sebelum pengesahan akta pendirian PT oleh Menteri Hukum dan
HAM
Tidak mengikat PT, pertanggungjawaban ada pada calon pendiri secara
tanggung-renteng. Namun, apabila ingin dijadikan sebagai perubuatan hukum
PT, maka harus dibahas dalam RUPS pertama yang diselenggarakan 60 hari
sejak pengesahan akta pendirian PT.
Organ PT
•
RUPS
•
Direksi
•
Dewan Komisaris
o Minimal 2 untuk PT terbuka
[pasal 108 ayat (5)]
RUPS
•
Merupakan organ PT yang memiliki semua wewenang yang oleh UU tidak
diberikan pada Direksi dan Dewan Komisaris.
[pasal ayat (4) dan pasal 75 ayat (1)]
•
Ada 2 jenis RUPS
o RUPS Tahunan
§
Dilakukan terkait dengan laporan keuangan
o RUPS Lainnya
§
•
Dilakukan terkait dengan hal-hal kepentingan
Untuk menjalankan fungsi dan wewenangnya, ada beberapa hal yang harus
dipenuhi terlebih dahulu:
o Prosedur
Commented [IY5]: Yaitu:
1.Mengangkat dan Memberhentikan Direksi dan
Dewan Komisaris.
2.Meminta pertanggungjawaban Direksi dan Dewan
Komisaris.
3. Menetapkan kebijakan dividen dan dana
cadangan.
4. Mengubah Anggaran Dasar.
5. Menetapkan kebijakan umum seperti Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi.
§
Dapat dilkukan melalui media elektronik
o Quorum
§
Rapat
§
Pengambilan Keputusan
Ø Musyawarah untuk sepakat
Ø Voting
•
Ada yang disebut dengan Keputusan Sirkuler. Yaitu keputusan yang diambil di
luar keputusan RUPS berdasarkan surat usulan para pemegang saham, dengan
syarat
SEMUA
PEMEGANG
menandatanganinya.
[pasal 91]
DIREKSI dan Dewan Komisaris
saham
setuju
secara
tertulis
dengan
BAB 4 PEDAGANG PERANTARA
Pengantar
•
Di era bisnis modern, umumnya arus barang mulai dari produsen hingga
konsumen dibutuhkan suatu pihak. Inilah yang pada praktiknya disebut
sebagai pedagang perantara.
•
Pedagang perantara diatur dalam KUHD dan diluar KUHD sesuai dengan
perkembangannya serta kebutuhannya.
Prinsip Dasar
Adalah kontrak antara pihak yang bersangkutan. Yaitu pemberi kuasa (principal) dan
penerima kuasa (agent), untuk melakukan suatu pekerjaan.
“Kontrak”
: Disini, maksudnya adalah Perjanjian Pemberian Kuasa
Yaitu, “Persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan
kepada orang lain yang menerimannya, untuk dan atas namanya
menyelengarakan suatu urusan.” [ps.1792 BW]
Adapun unsur pemberian kuasa sebagai berikut:
1. Pemberian kuasa adalah persetujuan (kontrak)
2. Isinya adalah penyuruhan atau pemberian kuasa untuk menyelenggarakan
urusan
3. Pihak yang disuruh melakukan atas nama (on behalf)
*Unsur no.2 adalah unsur paling penting.
*Unsur no.3, tidak begitu penting dikarenakan pada praktiknya ketentuan ini sering
diabaikan.
Contoh
: Komisioner sebagai pedagang perantara yang menutup perjanjian
atas namanya sendiri;
Ekspeditur sebagai pedagang perantara yang menutup perjanjian
pengangkutan barang atas namanya sendiri.
Sumber Hukum Kegiatan Pedagang Perantara
Sumbernya tersebar dalam produk perundang-undangan bergantung pada jenis
pedagang perantara itu sendiri. Namun dapat dibagi menjadi (2) bagian, yaitu Di
dalam dan di luar KUHD.
Di dalam KUHD, mengatur tentang:
1. Bursa Dagang
2. Makelar
3. Kasir
4. Komisioner
5. Ekspeditur
6. Pengangkut
Di luar KUHD, mengatur tentang:
1. Peraturan Menteri Pedagangan No.11 tahun 2006 terkait tentang agen dan
distributor.
2. UU 8/1995 tentang pasar modal
dan UU 32/1997 tentang perdagangan
berjangka komoditi terkait dengan bursa dagang.
3. UU 10/1998 tentang perbangkan terkait dengan kasir.
Macam Pedagang Perantara
1. Bursa Dagang
Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 59.
Khususnya, ada pada UU 32/1997(UU Bursa Komoditi) dan UU
8/1995(UU Pasmod).
Pengertian
: Tempat
untuk
mempertemukan
pihak
yang
termasuk
gelanggang perdagangan. [ps.59 KUHD]
Tempat untuk memperdagangkan efek [UU Pasmod]
Tempat
untuk
memperdagangkan
komoditi
[UU
Komoditi]
Contoh
: Bursa Efek Indonesia dan Bursa Berjangka Komoditi
Bursa
2. Makelar
Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 62.
Khususnya, ada pada UU 32/1997(UU Bursa Komoditi) dan UU
8/1995(UU Pasmod).
Pengertian
: Pedagang Perantara, berbentuk Perusahaan, menjalankan
pekerjaan, atas amanat dan nama Principal, bersumpah
dihadapan PN, dan mendapat upah untuk itu. [ps.62 KUHD]
Adapun unsur makelar sebagai berikut:
a. Adalah Perusahaan
b. Membutuhkan izin dari pejabat yang berwenang dalam
penyelenggaraanya
c. Membutuhkan sumpah dalam PN
d. Melakukan atas suruhan Principal
e. Menutup perjanjian atas nama Principal
f. Mendapatkan upah atas pekerjaannya
[ps.62 KUHD]
Pialang pedagang efek [UU Pasmod]
Commented [IY6]: Dalam prakteknya ini sering
diabaikan…
Contoh : Berdasarkan ps.36 - PP 45/1995, seorang
pedagang perantara efek tidak harus disumpah
terlebih dahulu, melainkan hanya membutuhkan izin
dari pihak yang berwenang serta mempunyai Direksi
dan karyawan.
Pialang pedagang komoditi [UU Bursa Komoditi]
* Hubungan hukum Makelar dengan Principal, adalah pemberian kuasa biasa.
Hal ini dikarenakan Makelar melakukan pekerjaannya atas amanat dan atas
nama, yang mana kedua elemen disebutkan tadi, merupakan elemen
pemberian kuasa biasa yang disebutkan dalam ps.1792 BW.
Contoh
: Pialang efek dan komoditi di Bursa Dagang.
3. Komisioner
Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 76.
Khususnya, ada pada UU 32/1997(UU Bursa Komoditi) dan UU
8/1995(UU Pasmod).
Pengertian
: Pedagang Perantara, berbentuk Perusahaan, menjalankan
amanat Principal, atas namanya sendiri, dan mendapat upah
untuk itu. [ps.76 kUHD]
Pialang pedagang efek [UU Pasmod]
Pialang pedagang komoditi [UU Bursa Komoditi]
Contoh
: Pialang efek dan komoditi di Bursa Dagang.
Commented [IY7]: Pada praktiknya komisioner dapat
menjalankan atas nama Principalnya. Dan apabila ini
terjadi, maka berdasarkan ps.79 KUHD, komisioner
berubah menjadi Makelar karena yang berlaku adalah
hubungan hukum berdasarkan pemberian kuasa biasa
sebagaimana yang dirumuskan dalam ps.1792 BW.
PERBEDAAN KOMISIONER DAN MAKELAR, TERLETAK PADA PELAKSANAAN
AMANAT TERSEBUT. DIMANA:
KOMISIONER MENJALANKAN ATAS NAMA SENDIRI TERHADAP PIHAK KETIGA,
sedangkan
MAKELAR MENJALANKAN ATAS NAMA PRINCIPAL TERHADAP PIHAK KETIGA
4. Kasir
Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 74.
Khususnya, ada pada UU 10/1998 tentang perbangkan.
Pengertian
: Orang, yang menerima upah, dipercaya dengan menyimpan
uang, dan melakukan pembayaran. [ps.74 KUHD]
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangkah meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
[UU Perbankan]
a. Melakukan pembayaran terhadap pihak ketiga
b. Penerimaan uang dari pihak ketiga
c. Penyimpanan uang milik nasabah
* Berdasarkan UU Perbankan, maka Bank tidak selalu berada dalam posisi
kasir, melainkan dapat bertindak sebagai kreditor juga.
Contoh
: Bank
5. Ekspeditur
Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 86.
Pengertian
: Orang, yang menyuruh, orang lain untuk menyelenggarakan
pengankutan barang dagangan atau barang lainnya melalui
daratan atau peraian [ps.86 KUHD]
* Jadi, Ekspeditur merupakan perantara dari pemilik brang dan pengangkut
barang.
* Hubungan hukum
Ekspeditur dengan Pemilik Barang = adalah perjanjian pengiriman barang
Ekspeditur dengan Pengangkut = adalah perjanjian pengangkutan barang
* Ekspeditur dapat menjalankan atas namanya sendiri atau bukan. Ini akan
berdampak pada pengaturan yang harus ia ikuti, apakah sebagai komisioner
ataukah makelar. Tetapi, terlepas dari itu, Ekspeditur mempunyai kewajiban
sebagai berikut:
a. Menyimpan Barang [ps.1694 BW]
b. Melaksanakan pengiriman barang [ps.1354-1364 BW]
c. Membuat catatan [ps.86 alinea ke-2 KUHD]
d. Pengiriman dengan rapih, cepat dan aman. Serta bertanggungjawab
atas kerusakan barang. [ps.87 dan 88 KUHD]
Contoh
: JNE, Emisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Emisi Muatan Kapal
Udara (EMKU), Go-Send (?), dll.
6. Pengangkut
Pengaturan : Umumnya di KUHD mulai dari pasal 91.
Pengertian
: Orang, yang menyelenggarakan pengangkutan, dari suatu
tempat, ke tempat tujuan [Purwosucipto]
*dihubungkan dengan pasal 1601 BW, maka pasal itu,
merupakan dasar hukum berlakunya perjanjian pemberian jasa
berupa pengangkutan barang.
Contoh
: JNE, Emisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Emisi Muatan Kapal
Udara (EMKU), Go-Send (?), dll.
7. Agen and Distributor
Pengaturan : PermenDag No.11/2006.
Pengertian
Agen
: Perantara, untuk dan atas nama Principal, berdasarkan
perjanjian,
melakuan
pemasaran,
tanpa
melakukan
pemindahan ha katas barang/jasa principal.
Distributor
: Perantara, untuk dan atas nama sendiri, berdasarkan perjanjian,
melakuan pembelian, penyimpnan, penjualan serta pemasaran
barang/jasa yang dimilikinya.
Contoh
: Retailer (sebagai agen), Reseller (Distributor)
Hak dan Kewajiban
Mengacu pada perjanjiannya masing-masing, namun BW berlaku sebagai
unsur naturalianya.
•
Agen harus melaksanakan amanatnya setelah “terikat” [ps.1800 BW]
Terikat
: Adanya persetujuan untuk menerima penyuruhan itu
[ps.1793 BW]
•
Agen harus melakukan pelaporan [ps.1802 BW]
Commented [IY8]: Terhadap pasal ini, dapat
disimpangi berdasarkan kesepakatan para pihaknya.
•
Agen berhak menunjuk sub-agent.
•
Prinsipal tidak bertanggungjawab lebih dari apa yang ia amanatkan
[ps.1802 BW] Ini merupakan bentuk perlindungan Prinsipal juga.
Berkahirnya hubungan Agen dan Prinsipal
Ada (2) faktor, yaitu:
I.
II.
Perbuatan para pihak
•
Adanya perjanjian/kesepakatan untuk mengakhiri.
•
Telah terlaksananya mandat Prinsipal secara sempurna
•
Karena keterlambatan pelaksanaan mandate oleh Agen
•
Terpenuhinya syarat batal
•
Penarikan kembali mandate yang bukan irrevocable agencies
Ketentuan UU
•
Kematian para pihak [ps.1813 bw]
•
Bubarnya perusahan
•
Karena kepailitan [[ps.1813 bw]
•
TIdak dimungkikannya lagi dikarenakan :
o Objek musnah
o Pelaksanaan tidak dimungkinkan lagi
o Apabila dilaksanakan akan menyebabkan pelanggaran
hukum
BAB 5 – SURAT BERHARGA
Pengantar
•
Dalam praktik perdagangan, transaksi bisa dengan Surat Berharga
Konsep Dasar
•
Surat Berharga disebut pula sebagai commercial paper or negotiable
instrument.
•
Dikatakan sebagai Surat Berharga, dikarenakan:
o Memiliki nilai ekonomis tertentu
o Dapat diperjualbelikan ditujukan alat pengganti uang tunai
•
Surat Berharga vs Surat yang Berharga
Surat berharga
: Surat yang memiliki nilai ekonomis, dan sifatnya mudah
dialihkan ditujukan sebagai pengganti uang tunai.
Surat yang Berharga: Surat yang ditujukan untuk membuktikan kepemilikan
atau pengakutan utang, dan bukan sebagai pengganti
uang tunai.
Hakikat Surat Berharga
•
Adalah sebagai kontrak dan benda.
•
Berlaku dua kententuan hukum
o Hukum Perjanjian
§
Dikarekanan ada janji
Contoh
: Misalnya dalam Wesel, drawee wajib membayar
pada payee.
o Hukum Kebendaan
§
Dikarenakan dapat diperjualbelikan
§
Surat Berharga adalah benda bergerak tak berwujud [ps.511 BW]
Hubungan Hukum dalam Lembaga Surat Berharga
Bergantung pada macam surat berharga itu sendiri
Wesel
: Drawee (Tertarik) Drawer(Penerbit) dan Payee(penerima wesel)
Cek
: Drawer(penarik),Drawee(tertarik) dan Payee (benerima cek)
Surat Sanggup
: Penerbit dan Pemegang Surat Sanggup
Macam Surat Berharga
•
Di luar KUHD
o Sertifikat Deposito dan Bilyet Giro
•
Di dalam KUHD
o Wesel, Cek danSurat Sanggup
Download