Uploaded by User27692

WICE JURNALL

advertisement
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL SKRIPSI
HUBUNGAN USIA DAN GENETIK DENGAN KEJADIAN
RHEUMATOID ARTRITIS DI POLI PENYAKIT DALAM
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
OLEH:
WICE PORNIGSI
NPM.1426010026
Telah Dikoreksi dan Disetujui oleh Pembimbing I
Program Studi SI Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti Bengkulu
2019
Pembimbing I
Ns. Tuti Anggriani Utama, S.Kep.,M.Kep
HUBUNGAN USIA DAN GENETIK DENGAN KEJADIAN
RHEUMATOID ARTRITIS DI POLI PENYAKIT DALAM
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
Relationship Age and Genetics With Arthritis Rheumatoid Events In Poly
Disease RSUD.DR.M.Yunus Bengkulu
Wice Pornigsi1, H.S.Effendi1, Tuti Anggriani Utama1
1Program
Studi S1 Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penyakit RA (Rheumatoid Artritis) merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari
lima sendi (poliartritis). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari
Hubungan usia dan genetik dengan kejadian rheumatoid arthritis (RA) di poli
penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dan desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study
dengan menggunakan rancangan korelasional dan menggunakan teknik
accidental sampling dengan kriteria inklusi dan eklusi pada 33 responden.
Populasi penelitian ini semua pasien yang menderita rheumatoid arthritis (RA) di
poli penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Teknik pengumpulan data
dengan wawancara pada pasien RA menggunakan panduan kuesioner. Hasil
penelitian: Dari 33 orang terdapat 24 orang (72,7 %) usai > 40 Tahun, 9 orang
(27,3%) ≤ 40 Tahun. Dari 33 orang terdapat 19 orang (57,6 %) ada faktor
genetik dan 14 orang (60,0%) tidak ada faktor genetik. Dari 33 orang terdapat
21 orang (63,6 %) yang mengalami deformitas, 8 orang (24,2 %) destruksi dan 4
orang (12,1 %) sinovitis. dan berdasarkan Hasil uji statistik Pearson Chi-Square
didapat nilai χ2 = 14.964 dengan p-value = 0,001<0,05 dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan usia dan genetik dengan kejadian rheumatoid
arthritis (RA) di poli penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Di harapkan
kepada tenaga kesehatan dapat memberikan pengananan yang tepat serta
melakukan edukasi dengan mengunakan media poster dan leaflet pada saat
keluaga pasien menjalani pengobatan serta meningkatkan program pembinaan
pada pasien Rheumatoid Arthritis (RA) di poli penyakit dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu.
Kata Kunci
: Usia, Genetik, Rheumatoid Artritis
ABSTRACT
RA (Rheumatoid Arthritis) is an autoimmune disorder that causes chronic joint
inflammation that affects more than five joints (polyarthritis). The purpose of this
study was to study the relationship of age and genetics with the incidence of
rheumatoid arthritis (RA) in polyclinic disease in RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
This type of research is quantitative and the research design used is a cross
sectional study using a correlational design and using accidental sampling
techniques with inclusion and exclusion criteria for 33 respondents. The study
population was all patients suffering from rheumatoid arthritis (RA) in poly
disease in RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Date collection techniques by
interviewing RA patients using a questionnaire guide. Results: From 33 people
there were 24 people (72.7%) after> 40 years, 9 people (27.3%) ≤ 40 years. Of
the 33 people there were 19 people (57.6%) had genetic factors and 14 people
(60.0%) had no genetic factors. Of the 33 people there were 21 people (63.6%)
who experienced deformity, 8 people (24.2%) destruction and 4 people (12.1%)
synovitis. and based on the Pearson Chi-Square statistical test results obtained
value χ2 = 14,964 with p-value = 0.001 <0.05 this it can be concluded that there
is a relationship between age and genetics with the incidence of rheumatoid
arthritis (RA) in poly disease in RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. It is expected that
health workers can provide appropriate care and education by using poster and
leaflet media when the patient's family is undergoing treatment and increasing the
training programe for Rheumatoid Arthritis (RA) patients in polyclinic in RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu.
Keywords: Age, Genetics, Rheumatoid Arthritis
A. Pendahuluan
Penyakit reumatik adalah penyakit
yang menyerang persendian dan
struktur di sekitarnya yang terdiri lebih
dari 100 jenis. Salah satu jenis dari
penyakit reumatik adalah Rheumatoid
Arthritis. Rheumatoid Arthritis (RA)
adalah penyakit autoimun progresif
dengan
inflamasi
kronik
yang
menyerang sistem muskuloskeletal
namun dapat melibatkan organ dan
sistem tubuh secara keseluruhan, yang
ditandai dengan pembengkakan, nyeri
sendi serta destruksi jaringan sinovial
yang disertai gangguan pergerakan
diikuti dengan kematian prematur
(Mansjoer, 2015).
Prevalensi
dan
insiden
penyakit Rheumatoid Arthritis
(RA) bervariasi antara populasi satu
dengan lainnya, di Amerika Serikat
dan beberapa daerah di Eropa
prevalensi Rheumatoid Arthritis
(RA) sekitar 1% pada usia dewasa,
Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan
Finlandia sekitar 0,8% dan
Amerika Serikat 1,1% sedangkan di
Cina sekitar 0,28%. Jepang sekitar
1,7 % dan India 0,75%. Insiden di
Amerika dan Eropa Utara mencapai
20-50/100000 dan Eropa Selatan
hanya
9-24/100000
(Sudoyo,
2014).
Di
Indonesia
reumatik
mencapai 23,6 % hingga 31,3 %.
Angka ini menunjukkan bahwa
tingginya angka kejadian reumatik.
Peningkatan jumlah populasi lansia
yang mengalami penyakit reumatik
juga terjadi di Jawa Timur.
Berdasarkan data statistik Indonesia
(2016), di Provinsi Bengkulu
jumlah lansia pada tahun 2015
adalah 173.606 orang, dengan
status kesehatan baik 64.818 orang,
cukup baik 72.705 orang dan status
kesehatan kurang baik 36.083
orang (Reskesdas, 2018).
diketahui bahwa rheumatoid
arthritis adalah penyakit kronik
dan fluktuatif sehingga apabila
tidak dilakukan penanganan yang
tepat dan cepat akan menyebabkan
kerusakan sendi yang progresif,
deformitas,
disabilitas,
dan
kematian. Menurut Fuch dan
Edward, hanya 15 % pasien RA
yang memperoleh pengobatan
secara medis yang mengalami
remisi atau berfungsi normal
setelah 10 tahun sejak awal onset
dan hanya 17 % dengan tanpa
disabilitas. Prognosis arthritis
rheumatoid sendiri dievaluasi dari
berbagai parameter seperti level
remisi, status fungsional, dan
derajat
kerusakan
sendi
(Sumariyono, 2014).
Umur dapat mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh
secara
keseluruhan.
Dengan
bertambahnya usia atau umur
secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri
mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Pada mereka yang sudah
berusia lanjut, lapisan pelindung
persendian mulai menipis dan
cairan sendi mulai mengental.
Menyebabkan tubuh menjadi kaku
dan
sakit
saat
digerakkan.
Biasanya timbul antara usia 40-60
tahun. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mutia Sahida
(2012) yang menyatakan tidak ada
hubungan antara usia dengan
kejadinya arthritis rheumatoid.
Penyebab
Rheumatoid
arthritis masih belum diketahui
walaupun banyak hal mengenai
patogenesisnya telah terungkap.
Biasanya merupakan kombinasi
dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem
reproduksi. Namun faktor pencetus
terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikoplasma dan
virus. Penyakit ini tidak dapat
ditunjukkan memiliki hubungan
pasti dengan genetik. Beberapa
hasil uji laboratorium dipakai
untuk membantu menegakkan
diagnosis RA. Sekitar 85% pasien
RA mempunyai antibodi di dalam
serumnya yang dikenal sebagai
faktor reumatoid. Faktor reumatoid
adalah suatu indikator diagnosis
yang membantu, tetapi uji untuk
menemukan faktor ini bukanlah
suatu uji untuk menyingkirkan
diagnosis Rheumatoid Arthritis.
Sekitar 5% orang normal memiliki
faktor reumatoid yang positif
dalam serumnya. Insiden ini
meningkat dengan bertambahnya
usia. Sebanyak 20% orang normal
yang berusia diatas 60 tahun dapat
memiliki faktor reumatoid dalam
titer yang rendah (Sylvia, 2015).
Berdasarkan latar belakang
rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “ Apakah ada hubungan
usia
dan
genetik
dengan
rheumatoid
artritis
di
RSUD.DR.M.Yunus
Bengkulu.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mempelajari hubungan
hubungan usia dan genetik dengan
rheumatoid
artritis
di
RSUD.DR.M.Yunus Bengkulu
B. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dan
desain penelitian yang digunakan
adalah Cross Sectional Study
dengan menggunakan rancangan
korelasional
dan menggunakan
teknik Accidental Sampling pada
33 responden. Populasi penelitian
semua pasien yang menderita
rheumatoid arthritis (RA) di poli
penyakit dalam RSUD dr. M.
Yunus
Bengkulu.
Teknik
pengumpulan
data
dilakukan
dengan menggunakan data primer.
Teknik analisis data dilakukan
dengan analisis univariat dan
bivariat dengan uji statistik
Pearson Chi-Square.
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk
mengetahui gambaran usia dan genetik
dengan artritis rheumatoid di RSUD
DR.M.Yunus
Bengkulu
Tabel 1
Distribusi Frekuensi usia di poli penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu
No
1.
2.
Usia
> 45 Tahun
≤ 45 Tahun
Total
Berdasarkan tabel 1 dapat
dilihat bahwa dari 33 orang terdapat 24
Frekuensi
24
9
33
Persentase (%)
72.7
27.3
100.0
orang (72,7 %) usai > 40 Tahun, 9
orang (27,3%) ≤ 40 Tahun.
Tabel 2
Gambaran Distribusi Frekuensi Genetik di Poli Penyakit Dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
No
Genetik
1.
Ada Faktor Genetik
2.
Tidak
Ada
Genetik
Total
Faktor
Berdasarkan tabel 2 tampak
bahwa dari 33 orang terdapat 19 orang
Frekuensi
Persentase (%)
19
57.6
14
42.4
33
100.0
(57,6 %) ada faktor genetik dan 14
orang (60,0%) tidak ada faktor genetik.
Tabel 3
Gambaran Distribusi Frekuensi Rheumatoid Arthritis (RA) di poli Penyakit
Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
No
Rheumatoid Arthritis (RA)
Frekuensi
Persentase
(%)
1.
Deformitas
21
63.6
2.
3.
Destruksi
Sinovitis
8
24.2
4
12.1
Total
33
100.0
Berdasarkan tabel 3 tampak bahwa
dari 33 orang terdapat 21 orang (63,6
%) yang mengalami deformitas, 8
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui keeratan hubungannya
digunakan uji statistik uji statistik Chisquare. Untuk melihat keeratan
orang (24,2 %) destruksi dan 4 orang
(12,1 %) sinovitis.
hubungan digunakan uji contingency
coefficient (C).
Tabel 4
Hubungan Usia dengan Kejadian Rheumatoid
Arthritis (RA) Di Poli Penyakit Dalam RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu
Rheumatoid Arthritis
Tota π‘₯ 2
ρ
C
l
Value
Deformit Destruksi Sinoviti
as
s
>45 Tahun
20
3
1
24 14.964 0,001 0,559
≤
45
1
5
3
9
Tahun
Total
21
8
4
33
𝐢
0,519
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat nilai
= 0,707 = 0,41,9 kategori
πΆπ‘šπ‘Žπ‘₯
tabulasi silang antara hubungan usia
hubungan sedang.
dengan kejadian Rheumatoid Arthritis
(RA) di poli penyakit dalam RSUD dr.
D. Pembahasan
M. Yunus Bengkulu. Dari 24 orang
yang ada faktor genetik terdapat 20
Analisis menggunakan uji statistik
orang
Rheumatoid
Arthritis Pearson Chi-Square menunjukkan
deformitas, 3 orang Rheumatoid ada hubungan usia dan genetik dengan
Arthritis
destruksi, 1 orang kejadian rheumatoid artritis di oli
Rheumatoid Arthritis sinovitis.
penyakit dalam RSUD.DR.M.Yunus
Dari 9 orang yang tidak ada faktor Bengkulu.
genetik terdapat 1 orang Rheumatoid
Arthritis
deformitas, 5 orang
Rheumatoid Arthritis
bukan
Rheumatoid Arthritis
destruksi, 3 merupakan suatu penyakit, tapi
orang Rheumatoid Arthritis sinovitis.
merupakan
suatu
sindrom
dan
Hasil uji statistik Pearson Chi- golongan penyakit yang menampilkan
Square didapat nilai χ2 = 14.964 perwujudan sindroma reumatik cukup
dengan p-value = 0,001<0,05 berarti banyak,
namun
semuanya
signifikan, maka Ho ditolak dan Ha menunjukkan adanya persamaan ciri.
diterima.
Jadi ada hubungan usia Menurut kesepakatan para ahli di
dengan kejadian Rheumatoid Arthritis bidang rematologi, reumatik dapat
(RA) di poli penyakit dalam RSUD dr. terungkap sebagai keluhan dan atau
M. Yunus Bengkulu.
tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan
Hasil uji Contingency Coefficient ada tiga keluhan utama pada sistem
didapat nilai C=0,559 dengan p- muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan
value=0,001<0,05 berarti signifikan, (rasa kaku) dan kelemahan, serta
nilai C tersebut dibandingkan dengan adanya tiga tanda utama yaitu:
nilai Cmax =0,707 (nilai m adalah nilai pembengkakan sendi, kelemahan otot,
terendah dari baris atau kolom). Jadi dan gangguan gerak (Sjamsuhidajat R,
2016).
Usia
Hasil penelitian keluhan biasanya
mulai secara perlahan dalam beberapa
minggu atau bulan. Sering pada keadan
awal tidak menunjukkan tanda yang
jelas. Keluhan tersebut dapat berupa
keluhan umum, keluhan padasendi dan
keluhan diluar sendi (Putra, 2013).
Penderita penyakit kronik seperti
Rheumatoid Arthritis
mengalami
berbagai
macam
gejala
yang
berdampak negatif terhadap kualitas
hidup mereka. Banyak usaha yang
dilakukan
agar
pasien
dengan
Rheumatoid Arthritis dapat merasa
lebih baik dan dapat memperbaiki
kualitas hidup mereka. Pengobatan saat
ini tidak hanya bertujuan mencegah
atau
berusaha
menyembuhkan
Rheumatoid Arthritis, tujuan utama
pengobatan juga untuk mengurangi
akibat penyakit dalam hidup pasien
dengan meningkatkan kualitas hidup
dan mengurangi kecacatan (Potter,
2015).
Telah
diketahui
bahwa
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit
kronik dan fluktuatif sehingga apabila
tidak dilakukan penanganan yang tepat
dan
cepat
akan
menyebabkan
kerusakan sendi yang progresif,
deformitas, disabilitas, dan kematian.
Menurut Fuch dan Edward, hanya 15
% pasien RA yang memperoleh
pengobatan secara
medis
yang
mengalami remisi atau berfungsi
normal setelah 10 tahun sejak awal
onset dan hanya 17 % dengan tanpa
disabilitas. Prognosis Rheumatoid
Arthritis sendiri dievaluasi dari
berbagai parameter seperti level remisi,
status
fungsional,
dan
derajat
kerusakan sendi (Sumariyono, 2014).
Penatalaksanaan
pada
RA
mencakup
terapi
farmakologi,
rehabilitasi dan pembedahan bila
diperlukan, serta edukasi kepada
pasiendan
keluarga.
Tujuan
pengobatan adalah menghilangkan
inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan
mencegah destruksi jaringan lebih
lanjut (Mansjoer,2014). Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwah
pada usia ≥ 45 tahun lebih banyak
mengalami Rheumatoid Arthritis
sehingga membutuhkan penanganan
perawatn hendaknya memberikan
pendidikan kesehatan agar pasien
yang
mengalami
Rheumatoid
Arthritis sebaiknya mengkonsumsi
makanan yang bergizi menghindari
makanan seperti daun pakis, rebung,
serta diharapkan melakukan olah raga
ringan aktif dalam kegiatan olahraga
serta menjaga pola hidup sehat.
E. Kesimpulan
1. Dari 33 orang terdapat 24 orang
(72,7 %) usai > 40 Tahun, 9
orang (27,3%) ≤ 40 Tahun.
2. Dari 33 orang terdapat 19
orang (57,6 %) ada faktor
genetik dan 14 orang (60,0%)
tidak ada faktor genetik.
3. Dari 33 orang terdapat 21
orang (63,6 %) yang mengalami
deformitas, 8 orang (24,2 %)
destruksi dan 4 orang (12,1 %)
sinovitis
4. Ada hubungan Usia dengan
kejadian Rheumatoid Arthritis
(RA) di poli penyakit dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
dengan kategori hubungan
sedang.
5. Ada hubungan genetik dengan
kejadian Rheumatoid Arthritis
(RA) di poli penyakit dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
dengan kategori hubungan
sedang.
Daftar Pustaka
Mansjoer, 2015. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Potter, 2015. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Pradana, 2012. Sensitifitas dan
Spesitifitas Kriteria ACR 1987
Dan ACR/EULAR 2010 Pada
Penderita Artirits Reumatoid di
RSUP Dr. Kariadi Semarang
(SKRIPSI).UNDIP. Semarang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
(2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian
RI
tahun
2013.Diakses: 19 Maret 2019,
dari
http://www.depkes.go.id/resource
s/download/general/HasilRiskesd
as2018.pdf.
Sugiyono 2014. Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumariyono,
2014.
Hermeneutik,Sebuah
Metode
Filsafat.Cetakan 12.Yogyakarta:
Kanisius.
Suyono, 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC.
Download