*Created by : Hamri Permana / 14031028 / Pendidikan Biologi A Biologi FMIPA – UNP ©Copyright 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMAN 3 KERINCI Kelas / Semester : XII / 1 Tahun ajaran : 2015 - 2016 Mata Pelajaran : Biologi Materi poko : Pola pola hukum Mendel Alokasi waktu : 5 x pertemuan A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi DNA, gen dan kromosom dalam pembentukan dan pewarisan sifat serta pengaturan proses pada mahluk hidup. 1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta, disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium. 2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar. 3.5 Memahami pola-pola Hukum Mendel 4.5 Mengaitkan pola-pola Hukum Mendel dengan peristiwa yang ditemukan sehari-hari. C. Indikator 1. Mengetahui konsep dasar tentang pewarisan sifat 2. Mengetahui konsep dari hukum Mendel I 3. Mengetahui konsep dari hukum Mendel II 4. Mengetahui penyimpangan semu hukum Mendel 5. Menjelaskan pola persilangan monohibrid 6. Menjelaskan pola persilangan dihibrid 7. Menjelaskan penyimpangan semu pada hukum Mendel 8. Membedakan persilangan monohibrid dengan dihibrid 9. Memecahkan persoalan terkait hukum Mendel D. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan observasi, diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran hukum Mendel ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, menyelesaikan tugas, serta : 1. Siswa mengetahui konsep dasar hukum Mendel I dan hukum Mendel II setelah mendapatkan penjelasan dari guru dan presentasi sekelompok siswa didepan kelas. 2. Siswa mengetahui apa saja penyimpangan yang terjadi pada hukum Mendel setelah mempelajari literatur yang dianjurkan dan menerima penjelasan dari guru. 3. Siswa mampu menjelaskan pola persilangan dengan cara monhibrid setelah mendapatkan penjelasan dari guru 4. Siswa mampu menjelaskan pola persilangan dengan cara dihibrid setelah mendapatkan penjelasan dari guru. 5. Siswa mampu mengerjakan soal soal mengenai hukum Mendel I (persilamgan monohibrid) yang ditugaskan oleh guru kepada siswa dengan benar. 6. Siwa mampu mengerjakan soal soal mengenai hukum Mendel II (persilamgan dihibrid) yang ditugaskan oleh guru kepada siswa dengan benar. E. Materi pembelajaran Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada keturunannya. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antar individu mempunyai perbandingan fenotip maupun genotip yang mengikuti aturan tertentu. Aturan-aturan dalam pewarisan sifat ini disebut pola-pola hereditas. Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Hasil percobaannya, ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization. Dalam makalah tersebut, Mendel mengemukakan beberapa hipotesis mengenai pewarisan material genetik dari tetua kepada anaknya, di antaranya adalah Hukum Segregasi dan Hukum Perpaduan Bebas. Hukum Segregasi atau Hukum Mendel I menyatakan bahwa dalam pembentukan sel gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Sedangkan, Hukum Perpaduan Bebas atau Hukum Mendel II menyatakan bahwa alel dari lokus satu akan berpadu secara bebas dengan alel-alel dari lokus lainnya. Orang yang pertama kali melakukan percobaan tentang pewarisan sifat adalah Gregor Mendel. Dia menyilangkan kacang kapri (pisum sativum) dengan memperhatikan satu sifat beda yang mencolok, seperti kapri berbunga merah disilangkan dengan kapri berbunga putih, kapri berbiji bulat disilangkan dengan kapri berbiji keriput. Berdasarkan penelitian ini, Mendel merumuskan Hukum Mendel I dan Mendel II. Mari cermati uraian berikut ini. 1. Percobaan Monohibrid dan Hukum Mendel I Pada percobaan monohibrid untuk tujuh sifat yang diamati pada tanaman kapri, Mendel memperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel dibawah. Pada seluruh tanaman F1, hanya ciri sifat dari salah satu tetuanya yang muncul, sedangkan ciri sifat dari tetua yang lain tidak muncul. Sifat yang muncul pada F1, misalnya biji bundar disebut sifat dominan. Sedangkan, sifat yang tidak muncul, misalnya biji keriput disebut sifat resesif. Pada generasi F2, ciri-ciri yang dipunyai kedua tetua muncul kembali, misalnya biji bundar dan biji keriput. Dari percobaan Mendel untuk seluruh sifat yang diamati pada F2, terdapat perbandingan yang mendekati 3 : 1, antara ciri dominan dan resesif. Data Persilangan dan F1 Percobaan Mendel Sifat Persilangan Tanaman F1 Bentuk biji bundar >< keriput 100 % bundar Warna albumen kuning >< hijau 100 % kuning Warna bunga merah-ungu >< putih 100 % merah-ungu Bentuk polong gembung >< berkerut 100 % gembung Warna polong hijau >< kuning 100 % hijau Kedudukan bunga aksial >< terminal 100 % aksial Tinggi tanaman tinggi >< pendek 100 % tinggi Data F2 Percobaan Mendel Sifat Dominan Resesif Perbandingan Bentuk biji 5474 bundar 1850 keriput 2.96 : 1 Warna albumen 6022 kuning 2001 hijau 3.01 : 1 Warna bunga 705 merah-ungu 224 putih 3.15 : 1 Bentuk polong 882 gembung 299 berkerut 2.95 : 1 Warna polong 428 hijau 152 kuning 2.85 : 1 Kedudukan bunga 451 aksial 207 terminal 3.14 : 1 Tinggi tanaman 787 tinggi 277 pendek 2.84 : 1 Dari percobaan tersebut, Mendel menyimpulkan bahwa pada saat pembentukan gamet, terjadi pemisahan bebas pasangan gen-gen yang dikandung oleh induk (parental) sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari alelnya. Misalnya, induk Bb (F1) menghasilkan gamet B dan b. Hal ini dikenal sebagai Hukum Segregasi atau Hukum Mendel I. Kemudian, terjadi perkawinan antara induk jantan dan betina. Hal ini menyebabkan gamet B dan b bergabung secara acak. Sehingga, dihasilkan F2 dengan perbandingan fenotif 3 : 1. Untuk lebih memahami hukum Mendel I, mari cermati percobaan monohibrid berikut ini. 2. Percobaan Dihibrid dan Hukum Mendel II Percobaan Mendel yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan dihibrid. Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi bebas dengan pasangan alel lokus lainnya, dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini dirumuskan dari hasil observasi terhadap penyebaran fenotip F2 persilangan dihibrid. Pada F2, Mendel memperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1. Misalnya, persilangan dengan dua sifat beda antara biji bundar kuning dengan keriput hijau. Pada F1 diperoleh biji bundar kuning. Hal ini terjadi, karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas. Artinya, biji bundar dominan terhadap keriput, dan kuning dominan terhadap hijau. Persilangan antara F1 menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan fenotip antara bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1. Backcross, Testcross, dan Persilangan Resiprok Untuk memastikan kebenaran hasil percobaan yang dilakukannya, Mendel melakukan serangkaian percobaan untuk menguji hipotesisnya. Uji yang dilakukan oleh Mendel tersebut adalah backcross, testcross, dan persilangan resiprok. A. Persilangan Resiprok Persilangan resiprok disebut juga dengan persilangan kebalikan, yaitu persilangan dilakukan dengan tidak memerhatikan jenis kelamin induknya. Misalnya, persilangan tanaman ercis berbatang tinggi dengan genotip TT (homozigot dominan) dengan tanaman ercis berbatang pendek dengan genotip tt (homozigot resesif). Pada persilangan ini, sel kelamin jantan maupun betina dapat berasal dari tanaman ercis berbatang tinggi maupun tanaman ercis berbatang pendek. Dengan kata lain, jika tanaman ercis jantan berbatang tinggi disilangkan dengan tanaman ercis betina berbatang pendek maka keturunan yang dihasilkan akan memiliki sifat yang sama dengan hasil persilangan antara tanaman ercis betina berbatang tinggi dengan tanaman ercis jantan berbatang pendek. Dengan demikian, terlihat bahwa individu jantan maupun betina memiliki kesempatan yang sama rata dalam pewarisan sifat. B. Backcross Backcross sering disebut juga persilangan atau perkawinan balik. Backcross adalah perkawinan antara individu F1 dengan salah satu induknya, baik jantan maupun betina. Dengan uji persilangan balik ini dapat diketahui bahwa individu yang fenototipnya sama belum tentu memiliki genotip yang sama. Misalnya saja perkawinan antara tikus hitam dan tikus putih. Pada tikus tersebut terdapat gen B yang merupakan penentu warna hitam dan bersifat dominan, sedangkan warna putih ditentukan oleh adanya gen b pada tikus yang bersifat resesif. Perhatikan Tabel di bawah ini. P : ♀ BB (Hitam) >< ♂ bb (Putih) (G) : F1 : B b Bb (Hitam) F1 >< F1 :♀ BB (Hitam) >< ♂ Bb(Hitam) G : B B b F2 ♂/♀ B B BB b Bb (Hitam) (Hitam) Dari uji persilangan balik (backcross) di atas, jelas terlihat bahwa tikus yang berwarna hitam dapat memiliki genotip BB atau Bb. Dengan demikian terbukti bahwa individu yang memiliki fenotip sama dapat memiliki genotip yang berbeda. C. Testcross Testcross (uji silang) adalah persilangan antara individu F1 dengan individu homozigot resesif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah genotip F1 heterozigot atau homozigot. Jika dengan uji silang diperoleh keturunan yang fenotipnya menyebar atau 50% : 50% (1 : 1) berarti individu yang diuji genotipnya heterozigot. Akan tetapi, jika keturunan yang dihasilkan dari uji silang 100% memiliki fenotip yang sama berarti individu yang diuji genotipnya homozigot. Agar lebih jelas, perhatikan tabel di bawah ini. P : ♀ BB (Hitam) >< ♂ bb (Putih) (G) : : B Bb (Hitam) Testcross :♀ Bb (Hitam) >< ♂ bb(putih) G B b F1 b b : F2 ♂/♀ B b Bb (Hitam) b bb (putih) Dari hasil uji silang tersebut diperoleh fenotip yang merata pada keturunan yang dihasilkan dengan rasio fenotip hitam : putih = 50% : 50% atau 1 :1. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa genotip individu F1 adalah heterozigot. Dalam kasus ini, individu F1 berfenotip hitam dengan genotip Bb. Alel Dalam genetika, alel (dari bahasa Belanda, allel, dibentuk dari kata bahasa Yunani, αλλήλων atau allélon, "saling berhadapan") merupakan bentuk-bentuk alternatif dari gen pada suatu lokus. Alel terbentuk karena adanya variasi pada urutan basa nitrogen akibat peristiwa mutasi. Istilah ini muncul akibat penggunaan allelomorph oleh William Bateson pada buku karangannya Mendel's Principles of Heredity (1902). Lokus dikatakan bersifat polimorfik apabila memiliki variasi alel dalam suatu populasi dan, sebaliknya, dikatakan bersifat monomorfik ("satu bentuk") apabila tidak memiliki variasi. Individu yang memiliki alel sama pada suatu lokus dikatakan memiliki genotipe yang homozigot sedangkan yang memiliki alel berbeda dikatakan heterozigot. Karena genotipe diekspresikan menjadi suatu fenotipe, alel dapat menyebabkan perbedaan penampilan di antara individuindividu dalam suatu populasi. A. Identitas alel Konsep alel dapat sedikit berbeda tergantung dari apa yang dilihat. Dua atau lebih alel dikatakan "identik karena keadaan" (identical by state, IBS) apabila mereka memberikan efek fenotipe yang sama, meskipun ada kemungkinan memiliki sekuens basa yang berbeda. Dalam tingkat DNA, khususnya dalam penggunaan SNP, artinya lebih ketat karena mereka harus memiliki sekuens basa yang sama. Apabila berada pada lokus yang sama pada dua kromosom yang homolog, sepasang alel dari satu individu dikatakan "identik karena segaris keturunan" (identical by descent, IBD) jika dan hanya jika keduanya merupakan salinan sempurna dari satu alel milik satu individu pada generasi pendahulunya. Apabila terjadi mutasi terhadap salah satu salinan pada transmisi di antara generasi, alel mutan ini tidak dianggap identik lagi. Identitas alel dipakai dalam genetika populasi untuk menentukan tingkat kedekatan kekerabatan antara dua individu yang memiliki moyang yang sama, seperti pada anggota generasi hasil perkawinan sekerabat. B. Alel ganda Alel ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu gen yang menempati lokus sama pada kromosom homolognya. Dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam pengekspresian suatu sifat. Di dalam suatu lokus, terdapat sepasang atau lebih alel. Bila terdapat sepasang alel dalam suatu lokus, maka disebut alel tunggal. Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu lokus, maka disebut alel ganda atau multiple alelmorfi (Bintang, Galai, 2012). Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen. tetapi gen yang bermutasi tidak selalu menghasilkan varian yang sama. Umpamanya, gen A bermutasi menjadi a1 atau a2 atau a3, yang masing-masing menghasilkan fenotip yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A dapat menghasilkan 4 macam varian, sedangkan anggota alel-nya bukan hanya 2 (dua), tetapi ada 4 (empat), yaitu: A, a1, a2 dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda (Anang, Asep, 2011). Pada multiple alelmorfi, terjadi perbedaan sifat pengekspresian suatu gen. Dua gen yang terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan ekspresi yang berbeda karena adanya interaksi antara kedua gen tersebut. Interaksi tersebut dapat berupa pemnculan sifat yang dominan pada satu gen (menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat gen yang ada sehingga memunculkan sifat kombinasi antara gen-gen tersebut/ seimbang (Bintang, Galai, 2012). Secara matematika hubungan antara banyaknya anggota alel ganda dan banyaknya macam genotipe individu diploid dapat diformulasikan sebagai berikut (Susanto, Agus Hery, 2011) : ~ Warna rambut kelinci ~ Beberapa warna dasar kulit kelinci disebabkan oleh suatu seri alel ganda, yaitu (Suryo, 2005) : 1. C+ adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu bercampur kuning, cokelat dan dengan ujung rambut hitam. Kelinci ini merupakan kelinci liar (normal). 2. Cch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu perak, tanpa warna kuning. Kelinci yang mempunyai fenotip ini disebut “chinchilla”. 3. Ch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut putih, kecuali telinga, hidung, kaki, dan ekor berwarna hitam. Kelinci ini dinamakan kelinci Himalaya. 4. c adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berwarna putih. fenotipe Kemungkinan genotipe Kelabu (normal) C+ C+ ; C+CCH ; C+CH ; C+c Chinchilla CCH CCH ; CCH CH ; CCHc Himalaya CH CH ; C H c albino cc Berbagai percobaan perkawinan pada bermacam-macam kelinci itu memberi petunjuk bahwa dominansi alel-alel tersebut ialah: Perkawinan antara kelinci normal dengan chincilla menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berupa kelinci normal. Tetapi keturunan F2 memperlihatkan perbandingan fenotip = 3 normal : 1 chincilla. Ini memberikan pengertian bahwa gen yang menyebabkan warna abu-abu dan chinchilla merupakan alel (Suryo, 2005). Penyimpangan semu pada hukum Mendel (terlampir pada bahan ajar). F. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan saintifik (scientific) dengan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah (problem-based learning). G. Langkah Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Memberikan salam dan berdoa Mengondisikan kelas dan pembiasaan Apersepsi Pernahkah kamu melihat dalam satu buah jagung terdapat ragam warna yg bervariasi ? Apa yang menyebabkannya ? Motivasi Guru menginformasikan pada siswa Pendahuluan untuk mengamati tentang berbagai 10 menit produk dari rekayasa genetika (yang sudah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan bagaimana hubungan antara materi dengan kekuasaan Tuhan. Kegiatan Inti Mengamati Siswa diberikan berbagai kasus tentang 55 menit hukum Mendel yang misalnya persilangan pada kacang ercis, siswa mengamati bagaimana proses dari persilangan tersebut. Siswa fokus terhadap penjelasan dari guru mengenai pola dan cara persilangan pada hukum Mendel. Menanya Siswa menanya dibantu oleh gurunya tentang apa penyebab terjadinya ragam warna pada jagung tersebut ? Bagaimana proses persilangan tersebut dilakukan sehingga bisa mengahasilkan produk seperti jagung tadi dan mengapa dengan persilangan tersebut bisa menghasilkan sebuah jagung yg ragam warnanya? Guru membagi siswa atas beberapa kelompok dan kelompok yg ditugaskan tampil maju kedepan kelas. Kemudian guru memberikan beberapa soal tentang persilangan monohibrid dan dihibrid. Mengumpulkan Data (Eksperimen/Eksplorasi) Siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan kegiatan: Mengamati prinsip hukum Mendel Menganalisa tampilan power point yang disajikan oleh siswa lainnya. Mengamati karakteristik hukum Mendel I Mengamati karakteristik hukum Mendel II 30 menit Memecahkan soal soal tentang persilangan monohibrid dan dihibrid yang telah diberikan oleh guru. Mengasosiasikan Siswa mendiskusikan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan pemahaman sebelumnya, dan mendiskusikan apa yang diperolehnya dengan perilaku yang harus dilakukannya. Segala diskusi yang dilakukan siswa guru ikut serta didalamnya. Mengkomunikasikan Menjelaskan secara lisan: bunyi hukum Mendel I dan II. Mendeskripsikan prinsip prinsip hukum Mendel. Menjelaskan cara persilangan dengan cara monohibrid dan dihibrid. 30 menit Menyajikan tabel sifat beda dari percobaan hukum Mendel I dan II. Mengaitkan cara persilangan yg telah dipelajari dengan masalah yg diberikan diawal (kenapa dalam satu buah jagung terdapat ragam warna yg banyak) 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang bagaimana konsep dasar dari hukum Mendel Penutup 2. Dengan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan mengenai apa 10 menit yang telah dipelajari (hukum Mendel I dan II). 3. Guru memberikan tugas mandiri berupa soal soal pengayaan untuk melatih kemampuan siswa. 4. Guru memberikan tugas untuk mencari informasi tentang persilangan Resiprok. 5. Guru mengakhiri pembelajaran dan mengingatkan pada kelompok berikutnya untuk presentasi didepan kelas pada materi persilangan Resiprok. . Pertemuan 2 Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Memberikan salam dan berdoa Mengondisikan kelas dan pembiasaan Mengecek kesiapan siswa dan kondisi kelas. Menanyakan kabar siswa dan mengecek kehadiran. Memberikan apersepsi pada siswa mengenai cara pembuktian kebenaran hukum Mendel. Pendahuluan Guru memberikan motivasi terhadap siswa 10 menit dengan membuat siswa penasaran akan bagaimana cara pembuktian benar atau salahnya hukum Mendel. Menjelaskan judul dan tujuan pembelajaran di pada siswa dan pentingnya materi tersebut. Guru menjelaskan bagaimana hubungan antara materi dengan kekuasaan Tuhan. Mengamati Siswa diberikan berbagai kasus tentang persilangan Resiprok yang misalnya persilangan antara gamet jantan dan gamet betina, apakah menghasilkan keturunan yang sama. Siswa mengamati bagaimana proses dari persilangan tersebut. Berdasarkan materi mengenai persilangan Resiprok dari buku ajar, siswa diminta mengamati teknis persilangannya. Kegiatan Inti Siswa fokus terhadap penjelasan dari guru 30 menit mengenai persilangan Resiprok. Menanya Siswa bertanya dibantu oleh gurunya tentang persilangan Resiprok ? Kenapa harus dengan persilangan Resiprok untuk membuktikan hukujm Mendel ? Apakah ada cara lain untuk membuktikan hukum Mendel selain dengan cara persilangan Resiprok ? Guru menyuruh kelompok yg ditugaskan tampil maju kedepan kelas. Kemudian guru memberikan beberapa soal tentang persilangan Resiprok dan guru menambahkan kekurangan dari presentasi dari kelompok penyaji dengan memberikan penjelasan ataupun penguatan. Mengumpulkan Data(Eksperimen/Eksplorasi) Siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan kegiatan: Menganalisa tampilan power point yang disajikan oleh kelompok siswa lainnya. Mengamati cara persilangan Resiprok pada 40 menit bahan ajar yang tersedia. Mengerjakan soal soal yang telah diberikan guru mengenai persilangan Resiprok. Menuliskan prinsip dasar dari persilangan Resiprok. Mengasosiasikan Mendiskusikan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan pemahaman sebelumnya, dan mendiskusikan apa yang diperolehnya dengan perilaku yang harus dilakukannya, dalam istilah lain siswa menemukan alasan mengapa persilangan Resiprok digunakan sebagai pembukti hukum Mendel dan siswa menemukan diberikan solusi diawal dari masalah pembelajaran yang kemudian menguji coba solusi yang ditemukan tersebut. Setiap diskusi yang dilakukan oleh siswa, guru terlibat didalam diskusi tersebut sebagai referensi (tempat bertanya jika terdapat kejanggalan yang ditemukan oleh siswa). Mengkomunikasikan Salah satu kelompok siswa dimintai untuk mempresentasikan hasil analisa terhadap sajian yang di lakukan oleh kelompok penyaji dengan pemahaman yang siswa tersebut dapatkan dari bimbingan guru selama proses kegiatan mengasosiasikan. Mengaitkan atau menghubungkan materi sebelumnya yang telah dipelajari (hukum Mendel I & II) dengan materi yang dipelajari sekarang (persilangan Resiprok). Siswa diminta menyimpulkan tentang materi persilangan Resiprok. Guru memberikan konfirmasi berupa pembenaran dan kesimpulan dari jawaban siswa terhadap soal yang telah diberikan sebelumnya dan dikaitkan dengan keseluruhan materi yang telah dipelajari dalam pertemuan tersebut dan sebelumnya. Penutup Guru memberikan tugas terstruktur kepada 10 menit siswa berupa soal soal mengenai materiyang baru selesai dipelajari (persilangan Resiprok) untuk melatih kemampuan siswa. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan tugas mandiri mencari dan membaca artikel maupun literatur mengenai Backcross dan Testcross juga mengenai Definisi Alel. Pertemuan 3 Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Memberikan salam dan berdoa Mengondisikan kelas dan pembiasaan Mengecek kesiapan siswa dan kondisi kelas. Menanyakan kabar siswa dan mengecek Pendahuluan kehadiran. Memberikan apersepsi pada siswa mengenai cara pembuktian kebenaran hukum Mendel. Guru memberikan motivasi terhadap siswa 10 menit dengan membuat siswa penasaran akan bagaimana cara pembuktian benar atau salahnya hukum Mendel. Menjelaskan judul dan tujuan pembelajaran di pada siswa dan pentingnya materi tersebut. Guru menjelaskan bagaimana hubungan antara materi dengan kekuasaan Tuhan. Mengamati Berdasarkan dipersiapkan tugas mandiri siswa di yang rumah telah mengenai Backcross dan Testcross juga mengenai Definisi Alel, siswa diminta mengamati apakah ada hubungannya dengan materi yang sebelumnya serta contoh nyatanya dialam sekitar. Siswa diberikan berbagai kasus tentang Backcross dan Testcross serta Alel yang misalnya bagaimana cara mengetahui silsilah Kegiatan Inti penyakit menurun pada manusia (misalnya diabetes) dan teknik industri dalam mencari bibit unggul. Siswa fokus terhadap penjelasan dari guru mengenai Backcross dan Testcross juga mengenai Definisi Alel. Menanya Siswa bertanya dibantu oleh gurunya tentang Backcross, Testcross dan definisi Alel. Bagaimanakah cara kerja pembuktian Backcross dan Testcross terhadap hukum Mendel ? 55 menit Apa yang dimaksud dengan alel dan apa hubungannya dengan hukum Mendel ? Guru menyuruh kelompok yg ditugaskan tampil maju kedepan kelas. Kemudian guru memberikan beberapa soal tentang Backcross dan Testcross, serta guru memberi penegasan dan pembenaran mengenai apa yang telah dipresentasikan oleh kelompok penyaji. Mengumpulkan Data(Eksperimen/Eksplorasi) Siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan kegiatan: Menganalisa tampilan power point yang disajikan oleh kelompok siswa lainnya. Mengamati cara persilangan Backcross dan Testcross pada bahan ajar yang tersedia. Memahami Definisi Alel dengan benar dari bahan ajar yang tersedia dan tugas mandiri yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Menyelesaikan soal soal yang telah diberikan guru sebelum presentasi oleh kelompok siswa lainnya, yang mana soal tersebut mengenai Backcross dan Testcross. Menuliskan garis besar dari hasil presentasi oleh kelompok penyaji didepan kelas. Menuliskan teknis dari Backcross dan Testcross dari hasil penjelasan guru dan presentasi kelompok penyaji. Mengasosiasikan Mendiskusikan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan pemahaman sebelumnya, dan mendiskusikan apa yang diperolehnya 55 Menit dengan perilaku yang harus dilakukannya. Dan dengan hal ini siswa menemukan solusi dari masalah yg diberikan guru diawal pembelajaran. Mengkomunikasikan Siswa dibimbing oleh guru mengaitkan atau menghubungkan antara materi yang di pelajari sekarang dengan hukum Mendel. Mengemukakan atau berargumen mengenai bagaimana manfaat mempelajari materi yang dibahas terhadap kehidupan sehari hari. Siswa diminta menyimpulkan tentang materi Backcross dan Testcross juga Definisi Alel. Guru memberikan konfirmasi berupa pembenaran dan kesimpulan dari jawaban siswa dan dikaitkan dengan keseluruhan materi yang telah dipelajari dalam pertemuan tersebut. Penutup Guru memberikan tugas tersturktur kepada 15 menit siswa berupa soal soal yang wajib dikerjakan mengenai Backcross dan Testcross serta Definisi Alel. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan tugas mandiri berupa mencari dan merangkum artikel artikel serta literatur mengenai Alel Ganda. Pertemuan 4 Kegiatan Alokasi Deskripsi Kegiatan Waktu . Memberikan salam dan berdoa Mengondisikan kelas dan pembiasaan Mengecek kesiapan siswa dan kondisi kelas. Menanyakan kabar siswa dan mengecek kehadiran. Memberikan mengenai apersepsi contoh kasus pada siswa Alel pada kehidupan sehari hari. Pendahuluan Guru memberikan motivasi terhadap siswa dengan membuat siswa terkagum 10 menit dan terpesona dengan apa yang akan didapatkan siswa dengan mempelajari alel ganda. Guru menjelaskan judul serta tujuan pembelajaran pada siswa dan pentingnya materi tersebut. Guru menjelaskan bagaimana hubungan antara materi dengan kekuasaan Tuhan. Mengamati Siswa diberikan berbagai kasus tentang alel ganda yang misalnya mengapa ada Kegiatan Inti perbedaan pada golongan darah manusia, kenapa hal tersebut bisa terjadi. Siswa fokus terhadap penjelasan dari guru mengenai pola dan cara persilangan 30 menit pada hukum Mendel. Siswa fokus terhadap penjelasan dari guru mengenai Backcross dan Testcross juga mengenai Definisi Alel. Menanya Siswa menanya dibantu oleh gurunya tentang apa penyebab terjadinya Alel ganda ? Bagaimana peristiwa alel ganda bisa terjadi ? Apa saja faktor yang bisa menyebabkan terjadinya alel ganda ? Guru memanggil kelompok yg ditugaskan tampil maju kedepan kelas. Kemudian guru menambahkan kekurangan dari presentasi dari kelompok penyaji dengan memberikan penjelasan ataupun penguatan, serta guru memberikan beberapa soal mengenai alel ganda untuk dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Mengumpulkan Data (Eksperimen/Eksplorasi) Siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan kegiatan: Mengamati penyebab terjadinya alel ganda Menganalisa tampilan power point yang disajikan oleh siswa lainnya. Memecahkan soal soal mengenai alel ganda pada bulu kelinci dan golongan darah yang telah diberikan oleh guru. Mengasosiasikan Siswa mendiskusikan tentang apa yang 30 menit telah dipelajarinya dengan pemahaman sebelumnya, dan mendiskusikan apa yang diperolehnya dengan perilaku yang harus dilakukannya. Segala diskusi yang dilakukan siswa guru ikut serta didalamnya. Mengkomunikasikan Menjelaskan secara lisan: definisi dari Alel ganda Mendeskripsikan penyebab terjadinya Alel ganda Menjelaskan cara persilangan pada alel ganda 10 menit Menyajikan tabel kemungkinan genotipe yang terjadi pada alel ganda. Mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan kehidupan sehari hari dan menganalisa hubungannya dengan hukum Mendel. Siswa diminta menyimpulkan tentang bagaimana konsep dasar dari alel ganda Dengan bantuan proyektor, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dalam Penutup bentuk power point dan disimpulkan mengenai apa yang telah dipelajari (alel ganda pada bulu kelinci dan golongan darah manusia). Guru berupa memberikan soal soal tugas tersturkturi pengayaan melatih kemampuan siswa. untuk 10 menit Guru memberikan tugas mandiri untuk mencari informasi tentang penyimpangan semu hukum Mendel dalam bentuk artikel, text book dan lain sejenisnya.. Guru mengakhiri pembelajaran dan mengingatkan pada kelompok berikutnya untuk presentasi didepan kelas pada materi persilangan Resiprok. . Pertemuan 5 Alokasi Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu Memberikan salam dan berdoa Mengondisikan kelas dan pembiasaan Mengecek kesiapan siswa dan kondisi kelas. Menanyakan kabar siswa dan mengecek kehadiran. Memberikan apersepsi pada siswa mengenai cara pembuktian kebenaran hukum Mendel. Pendahuluan Guru memberikan motivasi terhadap siswa 10 menit dengan membuat siswa penasaran akan bagaimana cara pembuktian benar atau salahnya hukum Mendel. Menjelaskan judul dan tujuan pembelajaran di pada siswa dan pentingnya materi tersebut. Guru menjelaskan bagaimana hubungan antara materi dengan kekuasaan Tuhan. Mengamati Kegiatan Inti Siswa diberikan berbagai kasus tentang penyimpangan semu hukum Mendel yang 55 menit misalnya gen letal, tautan seks dan lain sebagainya. Siswa mengamati dimana terdapat kejanggalannya sehingga bisa disebutkan sebagai penyimpangan dari hukujm Mendel. Berdasarkan materi mengenai penyimpangan semu hukum Mendel dari buku ajar, siswa diminta mengamati teknis persilangan dan perbandingannya. Siswa fokus terhadap penjelasan dari guru mengenai teknis persilangan dan perbandingan dari beberapa penyimpangan hukum Mendel. Menanya Siswa bertanya dibantu oleh gurunya tentang penyimpangan semu hukum Mendel ? Kenapa bisa terjadi peyimpangan pada hukum Mendel ? Guru menyuruh kelompok yg ditugaskan tampil maju kedepan kelas. Kemudian guru memberikan beberapa soal tentang tautan seks, epistatis – hipostatis, gen penghambat dan lain sejenisnya, serta guru menambahkan kekurangan dari presentasi dari kelompok penyaji dengan memberikan penjelasan ataupun penguatan. Mengumpulkan Data(Eksperimen/Eksplorasi) Siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan kegiatan: Menganalisa tampilan power point yang disajikan oleh kelompok siswa lainnya. Mengamati cara persilangan dan perbandingan beberapa penyimpangan semu hukum Mendel 55 menit pada bahan ajar yang tersedia. Mengerjakan soal soal yang telah diberikan guru mengenai tautan seks, epistatis dan hipostatis,gen komplementer, kriptomeri dan lain sejenisnya. Menuliskan alasan utama penyebab kenapa ada penyimpangan semu pada hukum Mendel. Mengasosiasikan Mendiskusikan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan pemahaman sebelumnya, dan mendiskusikan apa yang diperolehnya dengan perilaku yang harus dilakukannya, dalam istilah lain siswa menemukan alasan mengapa bisa terjadi penyimpangan pada hukum Mendel dan siswa menemukan solusi dari masalah yang diberikan diawal pembelajaran kemudian menguji coba solusi yang ditemukan tersebut. Setiap diskusi yang dilakukan oleh siswa, guru terlibat didalam diskusi tersebut sebagai referensi (tempat bertanya jika terdapat kejanggalan yang ditemukan oleh siswa). Mengkomunikasikan Salah satu kelompok siswa dimintai untuk mempresentasikan hasil analisa terhadap sajian yang di lakukan oleh kelompok penyaji dengan pemahaman yang siswa tersebut dapatkan dari bimbingan guru selama proses kegiatan mengasosiasikan. Mengaitkan atau menghubungkan materi sebelumnya yang telah dipelajari (hukum Mendel, alel dan lain lain) dengan materi yang dipelajari sekarang (penyimpangan semu hukum Mendel). Siswa diminta menyimpulkan tentang materi penyimpangan semu hukum Mendel. Guru memberikan konfirmasi berupa pembenaran dan kesimpulan dari jawaban siswa terhadap soal yang telah diberikan sebelumnya dan dikaitkan dengan keseluruhan materi yang telah dipelajari dalam pertemuan tersebut dan sebelumnya. Penutup Guru memberikan tugas terstruktur kepada 15 menit siswa berupa soal soal mengenai materi yang baru selesai dipelajari (penyimpangan semu hukum Mendel) untuk melatih kemampuan siswa. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan tugas mandiri mencari dan membaca artikel maupun literatur mengenai tautan gen dan pindah silang. H. Penilaian 1. Aspek penilaian a. Kognitif b. Afektif c. Psikomotor 2. Teknik penilaian a. Teknik Non tes Observasi sikap Keaktifan b. Teknik tes Memberikan ujian Memberikan tes kinerja 3. Instrumen penilaian a. Instrumen penilaian sikap berupa lembar pengamatan penilaian sikap. b. Instrumen penilaian tes tertulis berupa tes essay dan objektif. c. Instrumen penilaian psikomotor berupa lembar pengamatan penilaian psikomotor. I. Media Pembelajaran 1. Lembar kerja siswa LKS (Lembar kerja siswa) 2. Buku ajar yang relevan 3. Bahan tayang (seperti slide power point dan video) 4. Lembar penilaian J. Sumber belajar Pratiwi D.A. dkk. 2015. Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)Madrasah Aliyah (MA) Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Padang, April 2016 Kepala Sekolah Guru Dra. Febria Suharti, M.Si. Hamri Permana, M.Pd. NIP. 19670220 1993 03 2001 NIP. 19960624 2018 06 K. Lembar Penilaian a. Penilaian Afektif LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : XII/1 Tahun Pelajaran : 2015/2016 Waktu Pengamatan : Indikator sikap dalam pembelajaran : 1. Antusia 2. Bertanya 3. Menjawab 4. sopan Indikator dalam kegiatan kelompok. 5. Bekerjasama 6. Menghargai pendapat orang lain Indikator sikap dalam proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 7. Jujur 8. Tanggung jawab 9. toleran Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. No Nama Siswa Sikap 1 2 1 2 3 4 5 …. 32 Ket: : Melakukan - : Tidak melakukan b. Penilaian Kognitif *terlampir pada soal dibuku ajar 3 4 5 6 7 8 9 c. Penilaian Psikomotor LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PSIKOMOTOR Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : XII/1 Tahun Pelajaran : 2015/2016 Waktu Pengamatan : Indikator psikomotor dalam pembelajaran : 1. Mengemukakan pendapat 2. Bertanya 3. Menjawab 4. Menyanggah Indikator dalam kegiatan kelompok. 5. Bekerjasama 6. Memimpin kegiatan diskusi Indikator sikap dalam proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 7. Menyampaikan ide 8. Memberikan solusi 9. Mengemukakan masalah Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. No Nama Siswa Sikap 1 1 2 3 4 5 …. 32 Ket: : Melakukan - : Tidak melakukan 2 3 4 5 6 7 8 9