Uploaded by User26311

kelasA-Laprak1-Revan RAmadhan-150510180139 (1)

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ILMU HAMA PENYAKIT TANAMAN
Tipe Gejala Kerusakan Tanaman oleh Hama dan Identifikasi Hama
Revan Ramadhan
150510180139
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Judul
Tipe Gejala Kerusakan Tanaman oleh Hama dan Identifikasi Hama
I. Pendahuluan
Serangan hama menjadi salah satu penyebab utama kehilangan hasil pada tanaman
budidaya. Hama adalah organisme yang menyebabkan kerugian secara nilai ekonomis dalam
pengelolaan budidaya tanaman. Hama digolong menjadi empat tipe bila dilihat dari tingkat
kerusakan yaitu hama utama (major pest), hama sekunder (minor pest), incidental pest dan
hama migran (migran pest). Salah satu usaha untuk menekan kerusakan yang disebabkan
oleh hama diperlukan teknologi pengendalian baik secara non kimiawi (non chemical
control) dan kimiawi (chemical control). Pada penentuan tingkat keberhasilan pengendalian
yang kita lakukan, ada beberapa hal yang perlu ditekankan yaitu selain ambang ekonomi dari
populasi hama, ketepatan dalam mendiagnosis kerusakan yang diakibatkan oleh hama juga
sangat penting untuk memutuskan pengendalian yang tepat.
Penyebab kerusakan hama dapat dikarenakan faktor biotik dan abiotik. Kerusakan
dikarenakan faktor biotik meliputi beberapa kelompok hama misalnya serangga, tikus,
burung dan serangan (jamur, bakteri, nematoda dan virus) yang dikategorikan sebagai
patogen. Apabila kita membahas kelompok hama maka yang paling banyak menimbulkan
kerusakan adalah serangga. Terkait pengenalan serangga, kita haru mengetahui ordo-ordo
serangga yaitu Lepidoptera, Coleoptera, Orthoptera, Hemiptera (tiga suborder : Heteroptera,
Auchenorrhyncha, Stenorrhyncha), Diptera, Hymenoptera dan lain-lain. Selain itu, tipe
kerusakan dapat kita kategorikan berdasarkan type alat mulut dimana serangga ada yang
mempunyai tipe menggigit mengunyah (Chewing : larva Lepidoptera, larva dan imago
Coleoptera, Orthoptera), menusuk menghisap (piercing-sucking: Hemiptera), Meraut
menghisap (Rasping-sucking : Thysanoptera) dan mengkait menghisap (Diptera). Akan tetapi
kerusakan diakibatkan oleh hama juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kerusakan
yang disebabkan oleh hama tersebut misalnya penggorok daun (leafminer), bintil/bisul daun
(gall makers) dan busuk buah oleh lalat buah.
Dapat kita simpulkan bahwa gejala kerusakan pada tanaman dapat dijadikan sebagai
alat mendiagnosis hama yang yang menyerangnya walaupun diperlukan identifikasi
selanjutnya, misalnya adanya lubang-lubang pada daun, batang ataupun buah menunjukkan
bahwa bagian tanaman tersebut di sebabkan oleh serangga yang memiliti tipe alat mulut
menggigit mengunyah. Selain itu, terdapat juga lubang-lubang pada buah yang disebabkan
oleh serangga yang memiliki tipe alat mulut mengait menghisap (lalat buah). Tanaman yang
mengalami kerusakan disebabkan serangga yang memiliki tipe alat mulut menusuk
menghisap memperlihatkan gejala bintik-bintik (spots), ada bekas tusukan dan daun menjadi
keriting (curled) dan bentuknya mengalami malformasi.
II. Bahan & Metode
2.1 Waktu : Jum’at, 06 September 2019 Pukul 09.00 WIB – 11.00 WIB
2.2 Tempat : Lab. Pendidikan HPT
2.3 Metode : Mengindentifikasi, Menganalisis, dan Mendiagnosis
2.4 Alat dan Bahan
-
Preparat berbagai jenis hama,
-
Sampel bagian tanaman yang rusak akibat hama,
-
Lup / Kaca Pembesar
-
Mikroskop Cahaya,
-
Mikroskop Digital.
2.5 Langkah Kerja
-
Lakukan pengamatan terhadap bagian tanaman yang terserang hama secara
seksama (boleh menggunakan alat bantu; Lup, Mikroskop Cahaya, Mikroskop
Digital),
-
Dokumentasikan tanaman serta hama yang menyerang tanaman tersebut,
-
Identifikasi gejala kerusakan pada tanaman serta identifikasi hama yang
menyerangnya,
-
Catat hasil identifikasi ditunjang dengan pustaka-pustaka pendukung.
III. Hasil
Berikut hasil pengamatan dan identifikasi yang dilakukan bersama kelompok.
Anggota Kelompok:
-
Karina Nur R.
-
Kiki Nuratni S.
-
Miftahul Ardli
-
Revan Ramadhan
-
Riska Adysa
a. Tanaman 1: Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Gejala Kerusakan : Daun menjadi keriput, karena getah pada daun
diserap oleh kutu daun melalui tusukan.
Hama yang Menyerang : Kutu Daun (Aphis gossypii)
Tipe Alat Mulut : Meraut-menghisap
Siklus Hidup : Paurometabola (Telur-Nimfa-Imago)
Stadia Merusak : Nimfa dan Imago
Taksonomi Hama :

Ordo

Famili : Aphididae

Genus : Aphis

Spesies : Aphis gossypii
: Hemiptera
b. Tanaman 2 : Tembakau (Nicotiana tabacum)
Gejala kerusakan : Daun berlubang yang disebabkan oleh ulat.
Hama yang menyerang : Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricus)
Tipe Alat Mulut : Menggigit - mengunyah
Siklus Hidup : Metamorfosis sempurna (Holometabola)
Stadia Merusak : larva
Klasifikasi Hama :

Ordo
: Lepidoptera

Famili
: Noctuidae

Genus
: Spodoptera

Spesies
: Spodoptera litura F.
c. Tanaman 3 : Padi (Oryza sativa. L)
Gejala kerusakan : Bulir padi diserang pada masa matang susu,
sehingga bulir menjadi kosong (hampa), dan bulir menjadi berwarna
coklat, serta daunnya menguning dan kering.
Hama yang menyerang : Walang sangit (Leptocorisa acuta)
Tipe Alat Mulut : Menusuk- menghisap
Siklus Hidup : Metamorfosis tidak sempurna (Paurometabola)
Stadia Merusak : Imago
Klasifikasi Hama :

Ordo
: Hemiptera

Famili
: Alydidae

Genus
: Leptocorisa

Spesies
: Leptocorisa acuta
d. Tanaman 4 : Kelapa (Cocos nucifera)
Gejala Serangan : adanya lubang dan bekas gorokan pada daun yang
menyebabkan bekas robekan berbentuk huruf v seperti kipas.
Hama yang menyerang : Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.)
Tipe Alat Mulut : Menggigit - mengunyah
Siklus Hidup : Metamorfosis Sempurna (holometabola)
Stadia Merusak : Imago
Klasifikasi Hama :

Ordo : Coleoptera

Famili : Scarabaeidae

Genus : Oryctes

Spesies : Oryctes rhinoceros L
e. Tanaman 5 : Belimbing (Averrhoa carambola)
Gejala Serangan : adanya lubang dan larva di dalam buah dan buah
mengalami pembusukan.
Hama yang Menyerang : Lalat Buah (Dacus sp.)
Tipe Alat Mulut : Mengait – Menghisap
Siklus Hidup : Holometabola (metamorfosis sempurna)
Stadia Merusak : larva
Klasifikasi Hama :

Ordo : Diptera

Famili : Tephritidae

Genus : Dacus sp.
f. Tanaman 6 : Tomat (Solanum lycopersicum)
Gejala Serangan : adanya bekas gorokan pada tengah atau pinggir
daun, sehingga terlihat transparan, dan daun mejadi keriting.
Hama yang Menyerang : Lalat pengorok daun (Liriomyza)
Tipe Alat Mulut : Mengkait – Menghisap
Siklus Hidup : metamorfosis sempurna (holometabola)
Stadia Merusak : Imago
Klasifikasi hama:

Ordo
: Diptera

Famili
: Agromyzidane

Genus
: Liriomyza

Spesies
: Liriomyza sp.
IV. Pembahasan
Pada praktikum ini telah dilakukan pengamatan dan identifikasi hama, dan terdapat
beberapa gejala yang muncul akibat adanya serangan hama. Setiap hama memiliki cara
merusak dan ciri-ciri yang berbeda. Berikut ada 6 hama yang teridentifikasi:
a. Kutu Daun Jeruk
Kutu daun (Aphis gossypii) adalah salah satu hama yang menyerang tanaman jeruk
nipis. A. gossypii akan menyebakan daun tanaman mengecil dan keriting. A. Gossypii
menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian
daun menggulung. Kutu daun membentuk koloni yang berwarna hitam, coklat atau hijau
kekuningan tergantung spesiesnya. A. gossypii dapat mengisap nutrisi tumbuhan inang, bekas
tusukkannya menyebabkan muncul bercak-bercak klorotik.
A. gossypii dapat menjadi vektor penyakit virus tumbuhan. Menurut Blackman dan
Eastop (2007) bahwa lebih dari 50 penyakit virus tumbuhan ditularkan oleh A. gossypii
(Riyanto, et al. 2016).
Morfologi Aphis gossypii :
Imago A. gossypii ada yang bersayap dan ada yang tidak, ukuran antenanya lebih
pendek dari panjang tubuhnya. Warna tubuhnya bervariasi mulai dari hijau, hijau kebiruan
sampai abu-abu kebiru-biruan. Nimfa A. gossypii berwarna abu-abu sampai hijau, kadangkadang mempunyai tanda hitam pada kepala, toraks dan bakal sayap serta abdomen berwarna
hijau kehitam-hitaman. Nimfa A. gossypii dapat berkembang menjadi imago bersayap dan
imago tidak bersayap (Riyanto, et al. 2016). Siklus hidup Aphis gossypii adalah
Paurometabola dimana metamorphosis tidak sempurna yang sepenuhnya terjadi di darat.
Paurometabola terjadi dimulai dari telur, lalu menjadi nimfa, dan terakhir menjadi imago.
Secara kultur teknis, kutu daun dapat dikendalikan dengan penggunaan mulsa jerami
di bedengan pembibitan jeruk dapat menghambat perkembangan populasi kutu. Sementara,
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan
aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin. Penyemprotan dilakukan secara
terbatas pada tunas-tunas yang terserang.
b. Ulat Grayak pada Tembakau
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama yang menyerang
tanaman tembakau. S. litura menyerang tanaman pada fase vegetatif yaitu dengan memakan
tanaman muda sehingga hanya menyisakan tulang daun atau menyebabkan daun berlubang
(Lestari, et al. 2013).
Morfologi dan siklus hidup Ulat Grayak:
Spodoptera litura betina meletakkan telur secara berkelompok pada permukaan daun,
tiap kelompok telur terdiri atas ± 350 butir. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru
yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung imago betina. Telur akan menetas sekitar 4
hari dalam kondisi hangat atau sampai dengan 11 atau 12 hari jika musim dingin. Larva yang
baru menetas akan tinggal sementara ditempat telur diletakkan, beberapa hari setelah itu larva
akan mulai berpencar. Kalshoven (1981) menyebutkan bahwa larva S. litura terdiri dari 5
periode instar. Pupa S. litura berwarna coklat kemerahan dan panjangnya 18-20 mm. Masa
stadium pupa ± 10 hari, setelah itu S. litura akan berubah menjadi imago. Imago dapat
terbang dengan jarak yang cukup jauh dan dapat terbang lebih dari 20 jam per hari. Migrasi
imago menggunakan persediaan gula dalam tubuh sebagai sumber energi. Miyahara et al.
(1971) menyebutkan bahwa imago betina S. litura dapat menghasilkan telur antara 10002000 butir (Sri Lestari, et al, 2013)
c. Walang Sangit
Walang sangit merupakan salah satu hama yang merusak tanaman padi. Walang
sangit (Leptocorisa acuta) akan mengeluarkan bau yang busuk dan menyengat ketika sedang
dalam bahaya. Bau khasnya itu merupakan bentuk dari pertahanan diri dari ancaman predator
(pemangsa). Walang sangit biasanya menyerang tanaman padi ketika sedang memasuki fase
generatif (pembungaan) sampai fase matang susu. Hal ini menyebabkan pengisian bulir padi
menjadi tidak sempurna dan menyebabkan bulir padi menjadi kosong.
Morfologi dan siklus hidup walang sangit :
Menurut Rajapakse & Kulasekera (2000) cit. Effendi et al. (2010), menyatakan siklus
hidup walang sangit lebih kurang 35 – 56 hari dan mampu bertelur 200-300 butir per induk.
Walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya
secara berkelompok dalam satu sampai dua baris. Telur bewarna hitam, berbentuk segi enam
dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1- 21 butir dan lama periode telur rata-rata 5,2
hari.
Serangga dewasa (imago) berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang
sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antena yang panjang. Perbandingan
antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin
setelah 4-6 hari. Umumnya telur diletakkan pada permukaan daun di dekat malai yang segera
muncul. Tujuannya agar pada waktu menetas nimfa segera dapat mengisap malai yang masih
masak susu. Jumlah total telur sekitar 100 butir, jarak bertelurnya kira-kira 2-3 hari, telur
menetas lebih kurang satu minggu. Perkembangannya dari telur sampai dewasa lebih kurang
25 hari, umur yang dewasa lebih kurang 21 hari (Sigit Purnomo, 2013)
Pengendalian walang sangit dapat dilakukan dengan pembersihan dan pengendalian
tanaman rumput-rumputan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif yang dapat
digunakan untuk bertahan hidup sebelum menyerang tanaman padi. Atau dapat juga
menggunakan pestisida, sebagai pengendalian secara kimia. Serta pengendalian secara
biologi menggunakan jamur atau parasitoid.
d. Kumbang Badak
Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) adalah salah satu hama yang menyerang
tanaman kelapa. Stadia yang menyerang tanaman kelapa adalah imago, baik jantan ataupun
bentina.
Morfologi kumbang badak :
O. rhinoceros dewasa berwarna hitam kecokelatan dan berukuran cukup besar
panjangnya sekitar 3-5 cm dan lebar sekitar 2-3 cm. Memiliki kepala yang kecil dan memiliki
tanduk atau cula sebagai ciri khasnya, biasanya tanduk jantan lebih panjang daripada betina,
serta memiliki mandibel yang kuat yan berfungsi untuk melubangi pohon(Adelia Rizki,
2016).
Pengendalian kumbang badak umumnya menggunakan pestisida dan insektisida
kimia, dan pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan jamur
entomopatogen Metarhizium anisopliae (Aisyah Surya B, et al, 2015).
e. Lalat Buah Belimbing
Lalat buah menjadi salah satu hama yang merusak aneka buah termasuk belimbing.
Kerusakan yang diakibatkan hama ini akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai
kematangan yang diinginkan, sehingga produksi hasil menurun. Lalat buah biasanya
menyerang tanaman atau buah yang sudah matang sempurna, karena memiliki tekstur daging
buah yang lebih lunak sehingga, lalat buah dapat dengan mudah membuat lubang sebagai
tempat perletakan telur yang nantinya akan menetas di dalam dan akan menjadi larvayang
dapat merusak buah.
Pengendalian dari lalat buah ini dapat menggunakan pestisida apabila melakukan
pengendalian secara kimiawi. Selain itu, pengendalian secara kultur teknis, fisik/mekanik
dan biologi. Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan cara sanitasi lahan.
Pengendalian kultur teknis lainnya yaitu menggunakan perangkap lem kuning, pengasapan
dan pemasangan mulsa plastik. Pengendalian secara fisik/mekanis yaitu menggunakan
perangkap atraktan metyl eugenol/cue
f. Hama Pengorok Daun (Liriomyza sp.)
Hama pengorok daun merupakan salah satu hama yang menyerang komoditas daun
tanaman tomat. Gejalanya berupa lubang korokan seperti terowongan atau beralur yang
berwarna putih bening pada bagian mesofil daun. Semakin lama lubang korokan akan
berubah warna menjadi kecoklatan.
Untuk mengendalikan Liriomyza sp. umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida. Imago lalat pengorok daun berukuran sekitar 2 mm. Siklus hidup pengorok daun
berlangsung sekitar 21 hari, dimulai dengan peletakan telur pada daun melalui penusukan.
Saat menetas larva akan mengorok jaringan palisade, dan setelah dewasa akan jatuh ke tanah
dan membentuk pupa (Yuliantoro B, 2010).
Daftar Pustaka
Baliadi, Yuliatoro, dkk. 2010. Lalat Pengorok Daun, Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae),
Hama Baru pada Tanaman Kedelai di Indonesia. Malang.
Bintang, Aisyah S, Dkk. 2015. Keragaman Genetik Metarhizium Anisopliae Dan
Virulensinya Pada Larva Kumbang Badak (Oryctes Rhinoceros). Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia. Vol. 19(1) : 12–18
Cravens, R.H. 1997. Pests and Diseases. Canada, US:Time-Life Books Inc.
Lestari, Sri, dkk. 2013. Tabel Hidup Spodoptera litura Fabr. dengan Pemberian Pakan yang
Berbeda. Jurnal Sain Veteriner. 31(2) : 166-179
Pertami, Adelia R. 2016. Intesitas Serangan Oryctes rhinoceros pada Tanaman Kelapa di
Tiga Desa Kabupaten Jepara. Skripsi.
Pracaya. 1993. Hama Dan Penyakit Tanaman. (3rd Ed.). Jakarta, ID: PT. Penebar Swadaya.
Purnomo, Sigit. 2013. Populasi Walang Sangit (Leptocorisa Oratorius Fabricius) Di
Kecamatan Sabak Auh Kabupaten Siak Provinsi Riau Pada Tanaman Padi Masa
Tanam Musim Penghujan. Skripsi.
Riyanto, dkk. 2016. Studi Biologi Kutu Daun (Aphis Gossypii Glover) (Hemiptera:
Aphididae). Jurnal Pembelajaran Biologi. Vol. 3(2) : 146-152.
Lampiran
Download