Uploaded by yesicasitumorang4

isi util 2

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
System utilitas bangunan merupakan system yang sangat penting dan harus ada dalam
sebuah bangunan . System utilitas bangunan akan menjadi dasar bagi bangunan yang dirancang
untuk berproses sesuai dengan fungsinya. Apabila suatu bangunan tidak memiliki system
utilitas bangunan, maka bangunan tersebut tidak akan mampu memadai fungsi yang ada di
bangunan tersebut. Apabila bangunan tersebut tidak mampu memadai fungsi yang ditetapkan
sesuai rancangan , maka tidak akan tercipta suatu aktivitas / kegiatan manusia didalamnya,
Sistem utilitas dalam suatu bangunan memerlukan penataan , perencanaan, dan
perancangan yang terstruktur maupun terarah sehingga mempu beroperasi dengan baik.
Apabila sistem utilitas yang dirancang telah memenuhi 3 tahap tersebut maka bangunan
tersebut dapat mempermudah civitas didalamnya dalam melakukan aktivitasnya. Dengan
adanyan sistem utilitas ini , Civitas akan memperoleh kenyamanan dan kemudahan dalam
beraktivitas disebuah bangunan.
Sistem utilitas juga semakin sering menjadi topic pertimbangan dalam perancangan
pembangunan gedung bertingkat. Saat ini , sudah banyak dilakukan pembangunan gedung yang
bertingkat tinggi untuk mengatasi masalah lahan sempit seiring berjalannya waktu . Namun,
bangunan gedung yang bertingkat memiliki resiko yang cukup tinggi mengenai sistem utilitas
bangunannya .
Salah satu Resiko yang perlu diperhatikan dalam sistem utilitas gedung bertingkat adalah
resiko dari musibah kebakaran yang disebabkan oleh kesalahan manusia saat beraktivitas dan
sambaran petir yang disebabkan oleh adanya gangguan dari alam sendiri . hal – hal seperti ini
perlu diatasi dengan adanya sistem pemadam kebakaran dan penangkal petir dalam sebuah
bangunan.
Sistem pemadam kebakaran akan mengatasi masalah kebakaran ( api yang tak terkendali
dan menyebar ) yang sewaktu – waktu dapat terjadi dan tidak terduga. Sistem pemadam
kebakaran dalam sebuah gedung harus mampu menyelamatkan semua civitas didalam gedung
, sehingga saat terjadi kebakaran , musibah ini tidak merebut nyawa dari civitas yang ada.
Selain itu , sistem pemadam kebakaran dalam suatu bangunan harus diperhitungkan sebaik
mungkin sehingga sistem ini mampu meredakan api kebakaran dalam waktu singkat sehingga
kerugian yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Oleh karena itu diperlukan sistem pemadam
kebakaran yang dapat memadamkan api agar tidak menjalar sampai petugas pemadam dating
untuk menyelesaikan api yang tidak terkendali .
Kebakaran yang terjadi dalam suatu bangunan dapat dicegah melalui hal – hal yang
memang
sudah
dipersiapkan
sebelumnya,
Pencegahan
terhadap
kebakaran
dapat
disosialisasikan kepada masyarakat umum. Apabila kebakaran sudah terjadi, maka hal yang
dapat dilakukan adalah pemadaman api dan evakuasi korban. Proses pemadaman dilakukan
dengan menggunakan beberapa peralatan penunjang seperti alat detector , main control fire
system , penyediaan air maupun proses penyaluran air menuju titik api. Bangunan yang baik
adalah bangunan yang sudah dilengkapi oleh semua sistem utilitas utama maupun penunjang.
Oleh sebab itu sistem pemadam kebakaran sangat diperlukan pada setiap bangunan baik itu
yang difungsikan sebagai ruang privat maupun ruang publik.
Sistem penangkal petir diperlukan untuk mengatasi gangguan alam berupa sambaran petir.
Secara geografis, letak Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa dan menyebabkan Indonesia
berada di iklim tropis. Iklim tropis ini menyebabakan Indonesia memiliki hari guruh yang
cukup tinggi , dimana Kota Denpasar memiliki hari guruh mencapai 61 guruh (SNI 03-66522002). Sistem penangkal petir dalam suatu bangunan harus memiliki instalasi penangkal petir
yang baik dimana , letak dari penangkal petir tersebut memiliki sudut yang mampu menjangkau
seluruh bangunan.
Pada makalah ini akan dibahas lebih rinci lagi tentang penerapan sistem pemadam
kebakaran dan penangkal petir pada obyek bangunan “ The Trans Resort Bali “ yang teletak di
daerah seminyak. Bahasan dari makalah ini akan mencakup mengenai sistem , komponen ,
layout , dan kapasitas dari sistem pemadam kebakaran dan penangkal petir di obyek yang kami
bahas.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa jenis komponen peralatan pemadam kebakaran dan penangkal petir yang digunakan
pada obyek bangunan “ The Trans Resort Bali “ ?
2.
Bagaimana sistem operasi serta standard aturan yang berlaku dalam pengaplikasian
pemadam kebakaran dan penangkal petir di obyek bangunan“ The Trans Resort Bali “?
3.
Bagaimana lay out dari penempatan sistem pemadam kebakaran dan penangkal petir di
obyek bangunan “ The Trans Resort Bali “ ?
4.
Apakah penerapan sistem pemadam kebakaran dan penangkal petir dari obyek “ The Trans
Resort Bali “ memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Pekerja Umum No.
26/PRT/M/2008 dan SNI 03-6652-2002 ?
5. Bagaimana proses pemeliharaan dan perawatan dari sistem pemadam kebakaran dan
penangkal petir di “ The Trans Resort Bali “ ?
1.3 Tujuan
a. Memahami jenis komponen peralatan pemadam kebakaran dan penangkal petir yang
digunakan pada suatu bangunan khusunya obyek bangunan “ The Trans Resort Bali “
b. Mengetahui sistem operasi serta standard aturan yang berlaku dalam pengaplikasian
pemadam kebakaran dan penangkal petir pada suatu bangunan khusunya di obyek
bangunan“ The Trans Resort Bali “
c. Memberikan refrensi lay out dari penempatan sistem pemadam kebakaran dan
penangkal petir pada suatu bangunan khusunya di obyek bangunan “ The Trans Resort
Bali “
d. Mengidentifikasi apakah penerapan sistem pemadam kebakaran dan penangkal petir di
“ The Trans Resort Bali “ sudah sesuai standart yang berlaku atau masih belum
mengikuti standart yang berlaku.
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan wawasan tentang sistem pemadam kebakaran dan penangkal
petir dalam suatu bangunan . selain itu makalah ini dapat dijadikan pedoman untuk merancang
sistem pemadam kebakaran yang lebih baik dimana mempertimbangkan kualitas pengamanan,
pencegahan , bahkan evakuasi pada suatu bangunan.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini , data – data sebagai bahan pembahasan untuk makalah ini
diperoleh dengan beberapa metode yaitu :
1. Metode Observasi
Untuk mengetahui obyek bangunan yang akan dibahas sistem pemadam kebakaran dan
penangkal petirnya , tim penulis langsung melakukan pengamatan di lokasi obyek yang
terletak di Jalan Sunset Road Kerobokan. Dengan melakukan pengamatan langsung di
obyek bangunan , dapat diketahui bagaimana keadaan yang terjadi di obyek , cara kerja
sistem utilitasnya , serta langkah – langkah yang dilakukan oleh tim enginerring untuk
melakukan perawatan berkala terhadap sistem utilitas yang ada pada obyek tersebut.
2. Metode Wawancara
Untuk mengetahui pengetahuan yang mendalam tentang sistem pemadam kebakaran
dan penangkal petir di obyek bangunan the trans resort bali ini , tim penulis melakukan
wawancara langsung dengan kepala tim engineer yang menangani langsung sistem
utilitas di obyek tersebut. Dengan melakukan metode ini , tim penulis setidaknya lebih
memahami tentang penerapan langsung dari sistem utilitas yang telah dirancang.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini dilakukan untuk memperjelas fakta – fakta berupa kalimat
pemaparan dari hasil observasi dan wawancara yang kami peroleh. Dengan gambar –
gambar yang akan dipaparkan pada makalah ini , maka pemahaman tentang wujud dan
penerapan sistem utilitas lebih jelas terlihat dan mudah untuk dikenali.
2.2 Data Obyek
2.2.1 Lokasi Obyek
Gambar. 1.1 Lokasi Objek (The Trans Resort Bali )
Sumber : Google maps, 2019
Gambar 1.2 Entrance dan Tampak Depan Obyek
Sumber : Survey Lapangan, 2019
Objek studi kasus yang telah diobservasi yaitu The Trans Resort Bali yang terletak di
Jl. Sunset Road Kerobokan, Kerobokan Kelod, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali.
Jarak hotel dari bandara Ngurah Rai hanya sekitar 10 km dan akses menuju pantai seminyak
cukup dalam waktu 10 menit. Lokasi hotel strategis yang disekitarnya banyak terdapat boutique
desainer, restaurant, dan shopping centre. The Trans Resort sebagai salah satu hotel bintang 5
kelas dunia yang telah banyak menerima penghargaan baik nasional maupun internasional yang
membuatnya semakin berkelas dibandingkan hotel lain disekitarnya
Hotel ini terletak di wilayah ekonomi dengan keadaan lalu lintas yang cukup padat .
aksesibilitas menuju hotel ini terletak langsung di pinggir jalan raya sunset road kerobokan. .
Pada saat melakukan observasi , hal yang paling utama diamati yaitu mengenai sistem
pemadam kebakaran dan penangkal petir . apabila dilihat dari luar bangunan, sudah terdeteksi
adanya penangkal petir di puncak bangunan dan adanya hydran di luar bangunan dekat dengan
entrance hotel.
2.2.2 Fungsi
The Trans Resort Bali terletak di pusat area Seminyak yang ramai dan stylish sebagai
salah satu akomodasi pariwisata yang menawarkan tempat peristirahatan mewah dan elegan
dengan kolam renang outdoor, spa dan pusat kebugaran, dan juga area parkir untuk kendaraan
pribadi. Dengan fungsinya yang cukup kompleks ini tentunya membutuhkan instalasi utilitas
yang tepat sehingga dapat memadai untuk kegiatan operasional sehari-hari namun tidak
mengganggu kenyamanan visual dan sirkulasi civitasnya.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.3 Interior The Trans Resort Bali (a) gym center (b) room (c) ballroom
Sumber: The Trans Resort Bali, 2019
2.2.3 Layout The Trans Resort Bali
Bangunan hotel terdiri dari 5 tingkatan ditambah dengan satu lantai paling bawah yang
merupakan lantai basement. Dari lantai basement ini menuju lower ground yang merupakan
back office lalu menuju ground level yang sudah memasuki area hotel dimana terdapat lobby,
main pool, restaurant, room hotel dan fungsi ruang akomodasi lainnya. pada lantai 1-3 sudah
merupakan room hotel tempat menginap yang di area tengah merupakan void atau ruang
terbuka yang langsung merupakan orientasi dari bangunan hotel yaitu berupa kolam renang.
Gambar 1.4 Denah Basement
Sumber: Survey lapangan, 2019
Gambar 1.5 Denah lower ground
Sumber: Survey lapangan, 2019
Gambar 1.6 Denah ground
Sumber: Survey lapangan, 2019
Gambar 1.7 Denah lantai 1
Sumber: Survey lapangan, 2019
Gambar 1.8 Denah lantai 2
Sumber: Survey lapangan, 2019
Gambar 1.9 Denah lantai 3
Sumber: Survey lapangan, 2019
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran yang dirancang dengan matang pada the trans resort bali
sebagai bentuk pencegahan terhadap kebakaran menggunakan sarana dan prasarana sebagai
berikut ,
1. Detector System
Detector system adalah sistem yang digunakan untuk mendeteksi tanda – tanda
terjadinya kebakaran pada suatu bangunan. Pada bangunan The Trans Resort Hotel , terdapat
beberapa detector system yaitu heat detector, smoke detector, dan gas detector.
Heat detector / alat pendeteksi panas adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
adanya temperature tinggi dalam suatu ruangan. Heat detector ini akan mengirimkan sinyal
apabila mendeteksi panas hingga mencapai 55-90 derajat celcius Heat detector ini
diintegrasikan dengan panel controller ( security alarm ) . Heat detector mampu mendeteksi
inframerah, ultraviolet dan radiasi panas.
Smoke detector adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya gumpalan asap
dalam suatu ruang. Gas detector adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kebocoran gas berbahaya seperti LPG dan Methane. Gas detector adalah salah satu jenis
detector yang ada pada the trans resort bali tanpa harus menggunakan panel controller. Ketika
detector ini mendeteksi adanya gas berbahaya dalam suatu ruangan maka secara otomatis built
in sirine akan berbunyi. Gas detector ini ditempatkan pada ruang yang rentan akan kebocoran
gas seperti di kitchen hotel.
Pada obyek the trans resort bali , detector system ini terdapat pada semua ruang
termasuk masing – masing unit kamar yang berada di lantai lower ground hingga 3rd floor .
Detector system pada the trans resort bali ini menggunakan full addressable system. Sistem ini
memiliki cara kerja dimana setiap detector mempunyai alamat yang spesifik , sehingga saat
detector mendeteksi adanya panas/ asap pada suatu ruangan, detector akan mengirim sinyal ke
master control fire alarm. Lalu dari master control fire alarm , sinyal akan dikirim ke pompa
elektrik agar mengalirkan air ke sprinkler . setelah proses ini, alarm pada hydrant akan berbunyi
secara otomatis .
Gambar 2.1 Heat Detector pada Unit kamar
Sumber : Survey Lapangan
Pada masing – masing unit kamar terdapat 1 unit heat detector dan smoke detector ,
dimana pada trans resort bali ini terdapat 185 kamar. Selain itu terdapat juga heat detector di
ruang lain seperti lobby , kitchen , tempat bermain anak – anak , ball room . Pada ruang – ruang
tersebut , terdapat lebih dari 1 detector karena , jarak antar detector pada trans resort hotel yaitu
5 meter. Perawatan dari heat detector atapun smoke detector ini dibersihan secara berkala dari
sarang laba – laba sehingga tidak merusak fungsi detector dalam menangkap sinyal dan tidak
merusak estetika dalam ruang.
MCFA
Heat detector
Electrical pump
hydran
t
sprinkler
Gambar 2.2 Skema heat detector
Sumber : Data hasil observasi di trans resort hotel
2.
ASS (Automatic Sprinkler Sistem)
Sistem sprinkler otomatis adalah sistem pemadam kebakaran yang dipasang secara
permanen dalam bangunan. Sistem ini akan memadamkan api yang tidak terkendali saat terjadi
kebakaran secara otomatis. Sprinkler akan menyemburkan air di lokasi yang terjadi kebakaran.
Sistem sprinkler secara otomatis akan berkerja apabila mendapat sinyal dari master
control fire system . sinyal yang di terima oleh master control fire system ini sebelumnya
memperoleh sign dari detector system untuk menghidupkan mesin pompa secara otomatis .
Dngan dinyalakannya mesin pompa secara otomatis , maka mesin pompa tersebut akan
mengalirkan air ke sprinkler , sehingga segel sprinkler akan pecah dan menyemprotkan air di
wilayah yang terdapat tanda – tanda kebakaran.
Sistem sprinkler pada umumnya terdapat beberapa jenis yaitu dry pipe system , wet dry
system , deluge system, preaction system , dan kombinasi dari dry and wet system. Dari sistem
sprinkler tersebut yang digunakan pada the trans resort hotel adalah sistem dry pipe dan wet
pipe system.
Dry pipe system digunakan pada ruangan – ruangan dengan peralatan elektronik yang
cukup banyak , dengan tingkat kebakaran yang ringan. Dry pipe system ini adalah system yang
menyambungkan sistem perpipaan dengan sistem sprinkler secara otomatis dan dengan
tekanan tertentu. Rangkaian perpipaan yang disambungkan dengan sprinkler ini disambungkan
dengan nitrogen bertekanan tertentu. Nitrogen dalam pipa tersebut akan terlepas akibat adanya
panas api dan akhirnya membuka dry pipe valve. Setelah itu air akan secara otomatis
menyembur dari sprinkler. Dry pipe system ini memiliki kepadatan pancaran sekitar 5 mm/
menit dengan area jangkau 80 – 400 m2.
Sistem pipa basah ( wet pipe ) adalah sistem yang digunakan pada ruang – ruang dengan
tingkat kebakaran yang cukup tinggi. Sistem ini diletakkan pada wilayah kitchen dan cafeteria,
karena pada area ini rentan terjadi kebakaran yang disebabkan oleh aktivitas adanya api dari
furniture di ruang tersebut. Wet pipe system ini menggunakan sprinkler otomatis yang langsung
disambung dengan suplai air. Pipa utama dan pipa distribusi sampai outlet selalu terisi penuh
dengan air sehingga bisa mengeluarkan suplai air kapan saja apabila nozzle terkena panas. Jadi
, saat terjadi kebakaran sprinkler akan mengeluarkan air dengan segera. Sistem pipa basah ini
memiliki kepadatan pancaran sekitar 8 mm/menit , dengan area 300 m2.
Tabel 1.1 Penempatan sprinkler
No
Jenis Lantai
Penempatan kepala
Sprinkler pada The Trans Resort Bali
1
Basement
Dengan jarak 3 m
2
Lower ground
Dengan jarak 3 m
3
Ground floor
Dengan jarak 3 m
4
Lantai 1
Dengan jarak 3 m
5
Lantai 2
Dengan jarak 3 m
6
Lantai 3
Dengan jarak 3 m
Sumber : Data hasil observasi di Trans Resort Bali
Gambar 2.3 Kepala sprinler di lantai basement dan unit hotel
Sumber : Data hasil observasi
Sistem sprinkler pada gedung the trans resort bali ini menggunakan instalasi yang menyatu
dengan instalasi hydrant. Adapun jenis pompa yang bekerja pada sprinkler yaitu :
a.
Hydrant Pump
Hydrant pump adalah komponen utama / pipa utama dalam sistem hydrant. Fungsi
utama dari hydrant pump adalah memompa air dari sumber air ke seluruh jaringan instalasi
yang tersedia di hotel . hydrant pump ini akan bekerja secara maksimal saat tekanan
meningkat .
b.
Jockey Pump
Jockey pump adalah pompa yang terhubung langsung ke instalasi hydrant . jockey
pump ini berfungsi sebagai pompa yang menstabilkan tekanan pada pipa hydrant. Jockey pump
bertugas pada sistem sprinkler otomatis dan hydrant pump untuk mendorong sistem sprinkler.
Jockey pump ini dapat mengeluarkan tekanan yang tinggi tapi debit airnya tidak begitu besar
sesuai dengan kemampuan . Pipa hydrant sangat berpeluang mengalami penurunan tekanan ,
oleh karena itu dibutuhkan jockey pump untuk menstablikan tekanan di hydrant pump.
c.
Booster Pump
Booster pump adalah pipa yang digunakan sebagai pendorong air dari water tank
dengan tekanan yang sesuai dengan kebutuhan dari hotel. Pompa Booster yang digunakan
pada the trans resort hotel ini menggunakan sistem Variable Speed Driver.
Gambar 2.4 Instalasi Pemipaan yang bekerja ke sprinkler
Sumber : Hasil Observasi
Gambar 2.5 Ruang Pompa Basement hotel
Sumber : Data hasil observasi di pasar badung
3.
APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Alat pemadam api ringan terdapat pada the trans resort bali sebagai alat pemadaman
tahap awal saat terjadi kebakaran dalam tahap kecil . alat pemadam api ringan ini dibantu
dengan penyediaan tabung pemadam api . adapun isi dari tabung pemadam yang dapat
digunakan untuk melakukan pemadaman api saat terjadi kebakaran adalah :
a.
Air
Air merupakan bahan api yang utama karena keberadaannya yang melimpah serta
kemampuannya dalam menyerap panas. Hampir setiap terjadi peristiwa kebakaran air selalu
digunakan.
b.
Halon
Pemadam halon adalah bagian yang terdiri dari beberapa unsur kimia. Prinsip kerja
pemadamannya sama dengan pemadam karbondioksida dari control panel. Cara
pengoperasiaanya sama dengan pemadam carbondioksida, gas halon terdiri dari Carbon(C),
Fluorine(C1), Bromide (Br) dan Iodine (Hartono Poerbo, 2002, : 74). Tabung ini bisa
ditempatkan pada ruangan tempat penyimpanan arsip yang tidak boleh terkena air. Tabung gas
halon diletakkan dan dihubungkan dengan instalasi ke arah kepala sprinkler. Jika terjadi
kebakaran, kepala sprinkler akan pecah dan gas halon akan mengalir.
c.
Karbondioksida atau Co²
Karbondioksida merupakan bahan yang efektif digunakan untuk pemadam kebakaran
kelas C, misalnya di ruangan-ruangan mesin/listrik, gudang-gudang peralatan mesin dan
sebagainya. Tabung-tabung utama pemadam Co² cair dan bertekanan yang dihubungkan satu
sama lain dengan pipa, yang kemudian dihubungkan lagi dengan nozzle pengeluaran yang
akan memancarkan semua isi tabung utama setelah sistem otomatisasi pemadam dijalankan.
Tabung start Co² terdiri dari 2-3 tabung, yang berfungsi untuk menstart tabung-tabung utama
dengan cara memberikan tekanan gas yang cukup besar sehingga katup-katup pengeluaran
terbuka dan bahan pemadam Co² memancar keluar melalui nozzle pengeluaran. Tabung Co²
ini dilengkapi dengan peralatan elektronis (Hartono Poerbo, 2002 : 73).
d.
Busa (foam)
Bahan pemadam busa yang pertama adalah busa bahan kimia yang dihasilkan dari
pencampuran garam basa dengan garam asam dalam air. Reaksi tersebut menghasilkan busa
yang berasal dari karbondioksida yang terbentuk Prinsip pemadaman dari busa adalah
mengisolasi bahan baker dari oksigen (udara) dan pendinginan karena mengandung air. Oleh
karena itu kebakaran yang masih terdapat bahaya aliran listrik busa tidak dapat digunakan.
e.
Pemadam Tepung
Powder Dry Chemical atau serbuk kimia kering adalah bahan pemadam serbaguna
dapat dipakai untuk memadamkan kelas A – B dan C. Alat deteksinya adalah cara pendeteksian
panas yang merupakan gabungan dari sistem deteksi panas dengan sistem mekanis alat
pemadam portabel. Alat ini hanya bekerja secara otomatis menyemprotkan bahan dry chemical
bila terjadi kebakaran dan temperatur ruangan mencapai 72°c, berat kotor 5 kg sedang berat
bersih 3,5 kg. Waktu yang dibutuhkan untuk pendeteksian 2 – 3 detik dan waktu pemancaran
± 10 detik. Pemasangan di langit-langit ruangan pada ketinggian 2-2,5m di atas peralatan yang
kemungkinan besar dapat menjadi sumber api. Jangkauan pemadaman ± 9m (Hartono Poerbo,
2002 : 75
Pada obyek the trans resort bali setiap ruang dipasang alat pemadam api ringan (APAR)
. Alat pemadam api ringan ini dipasang pada setiap tempat yang mudah terlihat dan mudah
dijangkau serta siap untuk digunakan,
Tabel 1.2 Tipe Apar (Alat Pemadam Api Ringan)
No
1.
2.
3.
4.
5.
No
1.
2.
3.
4.
5.
Tinjauan
Tipe
Bahan
Penempatan
Jarak jangkauan
Luasan kerja
Tinjauan
Tipe
Bahan
Penempatan
Jarak jangkauan
Luasan kerja
Pengamatan
Powder Dry Chemical
Tepung (serbuk kimia)
Menempatkan di tempat yang mudah
terlihat
15 meter
Lantai basement – lantai 3 menggunakan 2
tabung
Pengamatan
Carbon dioxide
karbondioksida
Menempatkan di tempat yang
mudah terlihat
Mencapai 30 m
Lantai bansement -lantai 3
menggunakan 12 tabung, dimana
masing – masing lantai terdapat 2
tabung.
Sumber : Data hasil observasi
Gambar 2.6 APAR
Sumber : Data hasil observasi
Table 1.3 Jumlah Apar
Lantai
Jumlah Luasan
Apar
lantai
Lantai basement 1
3
1000m2
Lantai lower ground
3
4000m2
Lantai ground
2
4000m2
Lantai 1
2
4000m2
Lantai 2
2
4000m2
Lantai 3
2
4000m2
Sumber : Data hasil observasi
Dari data table diatas dapat disimpulkan bahwa pemakaian APAR pada the trans resort
bali berjumlah 14 buah , dengan 2 tabung bahan tepung dan 12 buah bahan liquid.
4.
Hydrant
Hydant adalah alat yang digunakan sebagai perlindungan api aktif di the trans resort
hotel. Hydrant ini merupakan alat yang memiliki koneksi dengan alat lain diatas tanah yang
menyediakan akses pasokan air untuk tujuan pemadam kebakaran. Air yang digunakan pada
hydrant adalah air yang bertekanan karena disambungkan dengan pompa yang menghasilkan
tekanan. Hydrant yang digunakan pada the trans resort hotel ini terdapat di dalam dan diluar
bangunan. Tiap hydrant yang telah terpasang memiliki datu atu lebih konektor selang
kebakaran. Hydrant pada hotel ini mampu memberikan debit air 1000 liter / menit.
Hydrant di dalam bangunan adalah hydran box dimana airnya akan dialirkan ke pipa
didalam box dan paletnya sudah terbuka sehingga petugas yang mengoperasikannya hanya
memasang selang di palet tersebut dan air bertekanan 8 bar akan keluar sendirinya. Ukuran
selang Box indoor menggunakan selang berdiameter 1,5 inci sedang penggunaan selang pada
hydrant box outdoor menggunakan selang berukuran 2,5 inci
Hydrant di luar bangunan terdapat hydrant pilar dan hydrant box. Hydrant pilar ini
memiliki tempat selang khusus dan tempat air muncul. Hydrant box out door letaknya
bersebelahan dengan hydrant pillar,
Hydrant box ada di dalam dan diluar bangunan karena memiliki komponen yang sangat
penting dalam sistem pemadam kebakaran di the trans resort bali. Hydrant box ini merupakan
tempat penyimpanan berbagai komponen pelengkap , fire nozzle, hydrant valve, fire hose rack,
dan nozzle coupling.
Gambar 2.7 hydrant box di luar bangunan
Sumber : Data hasil observasi
Gambar 2.8 Hydrant box di dalam bangunan
Sumber : Data hasil observasi
Gambar2.9 Pemipaan hydrant di Basement
Sumber : Data hasil observasi
Table 1.4 Jumlah hydrant
No
Bagian bangunan
1. Luar basement
Jumlah
hydrant
4 buah
2. Lantai lower ground
4 buah
3. Lantai ground
6 buah
4. Lantai 1
4 buah
5. Lantai 2
4 buah
6. Lantai 3
4 buah
Sumber : Data hasil observasi
Tipe hydrant
Luasan
Hydrant
box
outdoor
dan
hydrant pilar
Hydrant outdoor
dan hydrant pilar
Hydrant out door
& indoor serta
hydrant pilar
Hydrant
Box
Indoor
Hydrant
Box
Indoor
Hydrant
Box
Indoor
1000 M2
1000m2
1000m2
1000m2
1000m2
1000m2
Gambar 3.1 Skema hydrant dan sprinkler
Sumber : https://jasabangun.co.id/2017/12/19/instalasi-alat-safety-digedung/
5.
Tangga darurat
Tangga darurat sangat berperan aktif dalam sarana penyelamatan ketika terjadi
kebakaran , karena pada saat terjadi kebakaran sarana proteksi kebakaran pasif ( mati ) .
Keberadaan dan kondisi tangga darurat kebakaran mempengaruhi kemudahan dalam proses
evakuasi kebakaran serta mampu menjadi hambatan jika tidak adanya perencanaan dalam
pembangunan.
Menurut SNI terdapat persyaratan yakni:
1. jumlah tangga darurat minimal 2 unit
2. jarak pencapaian maksimal 25 meter
3. tangga di proteksi oleh dinding pemisah tahan api
4. tangga darurat akses secara langsung dengan ruang luar
5. lebar tangga minimal 1,2 m dengan permukaan kasar (tidak licin)
6. lebar injakan tangga minimal 28 cm
7. tinggi anak tanggga maksimal 17,5 cm
8. anak tangga antar bordes maksimal 16 pijakan
9. handrail terbuat dari besi berdiameter 10cm kokoh tidak goyah
10. tinggi handrail minimal 110cm
11. jarak sisi luar handrail minimal 4cm
12. perletakan signage yang mudah dilihat banyak orang minimal 1,5 m dari lantai
13. ukuran huruf dan angka signage minimal 12cm
pada the trans resort bali , tangga darurat mengarah langsung pada lantai ground sehingga
memudahkan pengunjung untuk segera di evakuasi. Komponen dari tangga darurat di hotel ini
yaitu :
a. anak tangga yang terbuat dari bahan beton bertukang . ketinggian dari anak tangga
adalah 15 cm dengan lebar pijakan 30 cm . jumlah anak tangga mencapai bordes adalah
10 buah.
b. Handrail terbuat dari bahan stainless steel . ketinggian dari handrail adalah 80 cm
dengan jarak antar handrail adalah 5 cm.
c. Dinding terbuat dari beton betulang yang diaci lalu dicat.
C
o
C
o
C
o
C
Gambar 3.2 Letak tangga darurat
o
Sumber : Data hasil observasi
Gambar 3.3 Tangga Darurat
Sumber : Data hasil observasi
3.2
Sistem Penangkal Petir
a.
Jenis Sistem Penangkal Petir
Data sistem penangkal petir yang diperoleh dari objek yaitu:
1. Jenis sistem
: Sistem elektrostatis
2. Jumlah penerima : 1 buah
3. Radius
: 107m
4. Pemancar ion
: generator listrik atau batere cadangan ((generated ionization)
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem penangkal petir elektrostatis.
Sistem ini aktif bekerja dan bersifat menarik petir untuk menyambar bagian kepala terminal
petir flash vectron dengan cara memancarkan ion-ion ke udara. Kerapatan ion makin besar
apabila jarak ke kepalanya semakin dekat. Hal ini dikarenakan setiap bilah pemicu yang
merupakan komponen terminal petir aktif mengumpulkan ion di awan.
Pemancaran ion dapat menggunakan generator listrik atau batere cadangan (generated
ionization) atau secara alamiah (natural ionization). Area perlindungan system ini berupa bola
dengan radius mencapai 150 meter dan radius proteksi ini akan mengecil sejalan dengan
bertambahnya waktu. system ini dapat di kenali dari kepalanya yang dikelilingi 3 bilah
pembangkit (bilah pemicu) beda tegangan dan di pasang pada tiang tinggi.
Gambar3.4 Tiang Penangkal Petir pada Objek (kiri)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
b. Perangkat Sistem Penangkal Petir
Gambar3.5 Detail Tiang Penangkal Petir Objek
Sumber: https://antipetir.com
Bagian-bagian sistem
penangkal
petir
elektrostatis seperti yang digunakan pada objek adalah:
1.
Air terminal (head)
Air terminal terletak di paling atas penangkal petir. Bagian ini berfungsi sebagai sasaran
sambaran petir. Air terminal dibedakan menjadi 2 macam menurut cara kerjanya, yaitu pasif
(konvensional) dan aktif (modern). Pada air terminal pasif, bagian ujungnya menyerupai
tombak dan bagian head terminal-nya tidak aktif memberikan umpan (ion) kepada petir.
Sedangkan pada jenis yang katif, bagian ujungnya berbentuk menyerupai paying dan dapat
mengeluarkan ion untuk memancing sambaran petir. Air terminal yang terdapat pada objek
termasuk dalam jenis pasif (konvensional).
2.
Konduktor
Konduktor adalah komponen yang berupa kabel down sebagai penghubung antara air
terminal ke tempat pembumian atau grounding. Konduktor harus dibuat sedemikian rupa agar
ketika dialiri arus listrik, maka tidak akan terjadi lompatan listrik yang berpotensi membuat
bangunan menjadi konduktor. Trans Hotel & Resort hanya memiliki satu jalur kabel down
konduktor (tipe konvensional).
3.
Pembumian atau grounding
Grounding merupakan komponen yang terletak paling bawah. Lokasi grounding tidak
boleh terletak terlalu dekat dengan bangunan sehingga pembuatan grounding disesuaikan
dengan keadaan tanah di lokasi pembumian. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai
hambatan tanah yang rendah sehingga komponen penangkal petir dapat bekerja dengan
maksimal.
Gambar 3.6 Layout Grounding & Lightning Trans Hotel & Resort
Sumber: Data Observasi
Tiang penangkal petir ini kemudian tersambung pada pondasi dan control box sistem
penangkal petir. Letak dari kedua bagian ini berada di lightning grounding pit yang berdekatan
dengan lift grounding pit dan electronic grounding pit. Control box berisi generator listrik atau
batere cadangan sebagai pemancar ion.
Gambar3.7 Detail Pondasi Tiang Penangkal Petir Objek
Sumber: http://pakarpetir.com
Gambar3.8 Control Box Objek
Sumber: http://pakarpetir.com
Komponen-komponen air terminal pada sistem penangkal petir objek adalah:
1.
Main rod
Batang utama yang berbentuk runcing dan terbuat dari logam. Main rod berfungsi
sebagai penerima sambaran petir langsung. Komponen ini memiliki kemampuan untuk
menerima sambaran petir hingga 300 KA.
2.
Elektroda
Komponen ini memainkan peran yang penting sebagai bilah pemicu untuk
mengumpulkan cadangan energy awan dari luar. Energy tersebut kemudian dimanfaatkan
untuk membangkitkan early streamer emission conductor.
3.
Ion generator
Komponen ini terdiri dari unit kapasitor, ion pembangkit, dan sensor petir. Ion
generator adalah perangkat kunci anti petir atau penangkal petir flash vectron.
4.
Spear shooter
Bagian ini adalah konduktor di sisi atas untuk menembak ion ke udara.
c.
Cara Kerja Sistem Penangkal Petir
Cara kerja sistem penangkal petir elektrostatis adalah saat muatan listrik negatif di
bagian bawah awan sudah tercukupi, muatan listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan
listrik kemudian merambat naik melalui kabel konduktor penangkal petir menuju ujung batang
penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat dengan atap, daya tarik
menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung alat penangkal petir
tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik.
Aliran listrik kemudian melewati kabel tembaga penangkal petir. Secara otomatis,
muatan mengalir ke dalam tanah melalui kabel konduktor penangkal petir. Dengan demikian,
sambaran petir tidak mengenai bangunan, tetapi merambat ke dalam bangunan melalui kawat
jaringan listrik sampai ke bagian grounding.
Hal berbahaya terkait cara kerja sistem penangkal petir adalah sambaran petir yang
merambat dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik,
juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan
listrik tersambar petir, biasanya dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik (surge
arrestor) di dalam bangunan, yaitu semacam internal proteksi penangkal petir yang terhubung
dengan cara kerja penangkal petir elektrostatis.
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Utilitas bangunan merupakan hal terpenting dalam sebuah bangunan karena tanpa
utilitas , fungsi bangunan idak akan terwujud. Dalam makalah ini sistem pemadam kebakaran
yang paling utama dalam sebuah hotel yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Detector system
Sprinkler
APAR
Hydrant
Tangga Darurat.
Sistem penangkal petir yang digunakan pada sebuah bangunan juga diperlukan untuk
melindungi bangunan dari bahaya petir.
4.2
SARAN
Suatu bangunan harus lebih memperhatikan standarisasi dari penerapan utilitas dalam
sebuah bangunan agar sistem utilitas dapat berfungsi dengan baik dan mempertimbangkan
kenyamanan dan keselamatan dari civitas didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
_________, Anonim. SNI 03-6652-2002, Tata Cara Perencanaan Proteksi dan Peralatan
Terhadap Sambaran Petir
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 2008. No. 26/PRT/M/2008,Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Ardianto, Antonius. Darmawan, AMS. Frick, Heinz.2008. Ilmu Fisika Bangunan, Seri
Konstruksin Arsitektur 8. PENERBIT KANISIUS :Yogyakarta
Kiswanto, Eko. 2012. “Hydrant”. http://www.slideshare.net/ekokiswantoslide/hydrant-15633604.
Diakses tanggal 20 mei 2019.
Loekmantara,
A.2012.”Sistem
Pemadam
Kebakaran
(Fire
Fighting
System)”.
http://aloekmantara.blogspot.com/2012/09/sistem-pemadam-kebakaran-fire-fighting.html
.
Tanggal akses 20 mei 2019.
Suroto, Tomi. 2011. Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Protection) pada Gedung Hotel Sahid
Raya Yogyakarta. https://eprints.uny.ac.id. Diakses tanggal 21 mei 2019.
Download