BAB II GAMBARAN UMUM MORFOLOGI, MORFEM, AFIKSASI

advertisement
BAB II
GAMBARAN UMUM MORFOLOGI, MORFEM, AFIKSASI, PROSES
MORFEMIS, VERBA, NOMINA DAN ADJEKTIVA BAHASA JEPANG
2.1 Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang dari dari linguistik yang mengkaji tentang kata
dan proses pembentukannya (Sutedi, 2004:42). Morfologi ini dalam bahasa
jepang diistilahkan dengan kata 形 態 論
keitairon. Koizumi (1993:89)
mendefenisikan kaitairon sebagai :意味を担う最初の言語形式を「形態素」と
呼ぶが、形態論はこの形態素を扱う部門である。 “imi wo ninau saisho no
gengokeishiki wo [keitaisou] to yobu ga, keitairon wa kono keitaisou wo atsukau
bumon de aru”. Artinya : keitairon (morfologi) adalah bidang ilmu yang mengkaji
tentang satuan bahasa terkecil yang memiliki makna yang disebut morfem
(keitaisou).
Sedangkan objek yang dikaji dalam morfologi ini adalah kata 語/単語
(go/tango) sebagai satuan paling besar dan morfem (keitaiso) sebagai satuan
terkecil. Sesuai dengan yang diungkapkan Koizumi (1993:89) 形態論では語形の
分析が中心となる。 “keitairon de wa gokei no bunseki ga chuushin to naru”.
Yang bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat berarti : “dalam
Morfologi, yang menjadi pusat penelitiannya adalah tentang bentuk kata”.
Sebelum melangkah lebih jauh tentang morfologi ini, akan lebih baik
untuk mengetahui apa itu kata dan morfem sebagai objek kajian dari morfologi
ini. Leonard Bloomfield dalam Parera (1998:2) menyatakan bahwa “a word is
minimum free form”. Yang dimaksud free form disini adalah : sebagai suatu
bentuk yang dapat diujarkan, tersendiri dan bermakna, tapi bentuk itu tidak dapat
dipisahkan atas bagian-bagian yang satu diantara (mungkin juga semua) tidak
dapat diujarkan tersendiri. Kata secara morfologis terbagi atas dua macam, yaitu :
kata bermorfem tunggal dan kata bermorfem jamak.
Contoh :
Quick dan Quickly
Quick adalah contoh kata bermorfem tunggal dalam bahasa Inggris,
sedangkan kata quickly adalah contoh kata bermorfem jamak. Selanjutnya untuk
morfem dan seluk-beluknya akan dibahas dalam sub-bab tersendiri.
2.2 Pengertian dan Jenis-jenis Morfem
2.2.1 Pengertian Morfem
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, morfologi hanya mengkaji kata
dan morfem sebagai ruang lingkup kajiannya. Para ahli telah banyak
menghasilkan berbagai defenisi tentang morfem. Bloomfield dalam Parera
(1989:14) menyatakan morfem sebagai berikut : “a linguistic form which bears no
partical phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or a
morpheme”
Artinya : satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain
manapun juga, baik bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal atau morfem.
Contoh :
Dancing
/dance/ + /-ing/
Dances
/dance/ + /-s/
Pelaut
/pe-/ + /laut/
Lautan
/laut/ + /-an/
Dalam contoh di atas terdapat kata dancing dan pelaut. Kata dancing
terdiri dari 2 satuan, yaitu /dance/ dan /-ing/. Sedangkan kata pelaut terdiri dari
satuan /pe-/ dan satuan /laut/. Banyak kata-kata lain yang juga terdiri dari satuan
tersebut, seperti kata dances yang terdiri dari satuan /dance/ dan satuan /-s/ dan
lautan yang terdiri dari satuan /laut/ dan satuan /-an/ yang telah tertulis di atas.
Maka satuan satuan terkecil itulah yang disebut morfem.
Dalam bahasa Jepang, morfem ini disebut dengan 形 態 素 Keitaisou.
Menurut Sutedi (2003:41) morfem (keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang
memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih
kecil lagi. Hal senada juga diungkapkan oleh Koizumi (1993:90) yang
mengatakana bahwa 形 態素は 「意味 を担 う 最初の 言語形 式」 で ある。
“keitaisou wa [imi wo ninau saisho no gengo keishiki] de aru”. Artinya : morfem
adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna. Sedangkan satuan bahasa
disini beliau melanjutkan 言語形式というのは、音素連続で示される音形
(表現)とそれに対する特定の意味(内容)とが結びついたものである。
“gengokeishiki to iu no wa, onsourenzoku de shimesareru onkei (hyougen) to sore
ni tai suru tokutei no imi (naiyou) to ga musubi tsuita mono de aru” yang artinya :
satuan bahasa disini adalah pelekatan makna khusus dengan ujar yang dihasilkan
melalui proses morfemis.
Contoh :
大学 Daigaku
大/dai-/ + 学/-gaku/
Secara makna,kata daigaku terdiri dari 2 satuan, yaitu 大 dai dan 学 gaku.
Banyak kata-kata lain yang menggunakan kudua satuan terkecil tersebut seperti
kata 大 臣 (daijin) yang berarti menteri, juga kata 学 校 (gakkou) yang berarti
sekolah. Tapi kedua satuan tersebut tidak dapat dipecah lagi menjadi satuan yang
lebih kecil yang mengandung makna. Satuan terkecil /dai-/ yang secara leksikal
bermakna ‘besar’ dan /-gaku/ yang secara leksikal bermakna ‘ilmu/belajar’,
masing-masing merupakan satu morfem.
Secara sederhana Ramlan (1987:36-43) menjelaskan morfem sebagai berikut :
1. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna
kata yang sama merupakan satu morfem.
2. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda
merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti atau
makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan
secara fonologik.
3. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda,
sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih
dianggap satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama dan
mempunyai distribusi komplementer.
4. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin
merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.
Apabila satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama itu berbeda
artinya, tentu saja merupakan morfem yang berbeda.
5. Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu
kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut
morfem zero.
6. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
2.2.2. Jenis-jenis Morfem
Sama dengan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan linguistik,
morfem juga terbagi atas berbagai macam jenis. Secara umum, Koizumi
(1993:93) membagi morfem bahasa Jepang ke dalam 2 besar, yaitu :
(1) 自由形 Jiyuukei (morfem bebas)
(2) 結合形 Ketsugoukei (morfem terikat)
Selanjutnya Koizumi menjelaskan bahwa yang disebut jiyuukei adalah 単
独で発語をなす形態素。“tandoku de hatsugo wo nasu keitaisou” yang artinya :
morfem bebas adalah morfem yang dapat membentuk ujaran dalam bentuk
tunggal. Sedangkan yang dimaksud ketsugoukei adalah 単独で発語をなさず、
常に他の形態素と結びついて用いられる形態素。“tandoku de hatsugo wo
nasazu, jou ni hoka no keitaisou to musubuitsute mochiirareru kaitaisou” yang
artinya : morfem terikat adalah morfem yang digunakan untuk mengikat morfem
lain dan tidak dapat menjadi ujaran dalam bentuk tunggal.
Dari kedua jenis morfem di atas, kita dapat membentuk kata-kata dengan
pola sebagai berikut :
•
自由形 Jiyuukei
Contoh : ヤマ yama ‘gunung’
•
自由形 + 結合形 Jiyuukei + ketsugoukei
Contoh : シロ.イ shiro + /-i/ ‘putih’
•
結合形 + 結合形 Ketsugoukei + ketsugoukei
Contoh : カイ.テ kai + /-te/ ‘menulis’
•
自由形 + 自由形 Jiyuukei + jiyuukei
Contoh : ヤマ.ミチ yamamichi ‘jalan gunung’
Selain itu berdasarkan isinya, Koizumi (1993:95) juga membagi morfem
ke dalam 2 macam, yaitu :
(1) 語幹 (Gokan)
(2) 接辞(Setsuji)
Selanjutnya Koizumi menjelaskan bahwa yang dimaksud gokan disini
adalah 具 体 的 で 個 別 的 な 意 味 を 持 つ 形 態 素 の 異 形 態 。 “gutaiteki de
kobetsuteki na imi wo motsu keitaisou no ikeitai” yang artinya : gokan adalah
morfem berubah yang memiliki satu-persatu makna secara praktis. Sedangkan
setsuji adalah 文法的な関係を指す形態素の異形態。“bunpouteki na kankei
wo sasu keitaisou no ikeitai” yang artinya : setsuji adalah morfem berubah yang
menunjukkan hubungan gramatikal.
Contoh :
お金 Okane (uang)
書く Kaku (menulis)
Dalam contoh diatas, /o-/ dalam kata okane dan /–u/ dalam kata kaku
merupakan setsuji yang menunjukkan hubungan gramatikal. /-o/ dalam kata okane
menunjukkan hubungan gramatikal yang membentuk ungkapan sonkeigo.
Sedangkan /-u/ dalam kata kaku adalah setsuji yang menunjukkan hubungan
gramatikal yang menunjukkan bahwa kata kaku adalah verba yang menunjukkan
masa sekarang atau bentuk fuutsuukei. Sedangkan kane dan /kaԚ-/ adalah gokan
atau dasar kata yang memberi makna pada kata tersebut.
2.3. Afiksasi dan Jenis-jenis Afiks Bahasa Jepang
2.3.1. Pengertian Afiksasi
Afiksasi adalah peleburan afiks (imbuhan) pada morfem dasar (Verhaar,
2008:98). Sejalan dengan pendapat Verhaar, Abdul Chaer juga berpendapat
bahwa afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar kata atau
bentuk dasar (2007:177). Kemudian, Verhaar juga menjelaskan (2008:107) bahwa
proses afiksasi ini memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
3. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk
yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal, yang sama.
4. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang
lain dari kata atau unsur leksikal tertentu.
Dalam bahasa Jepang, afiks disebut dengan 接 辞 setsuji. Setsuji ini
menurut Koizumi (1993:95) adalah 文法的な関係を指す形態素の異形態。
“bunpouteki na kankei wo sasu keitaisou no ikeitai” yang artinya : setsuji adalah
morfem berubah yang menunjukkan hubungan gramatikal.
2.3.2. Jenis-jenis Afiks
Secara umum, Koizumi (1993:94-96) membagi setsuji atas 2 kategori,
yaitu:
(1) Jenis-jenis afiks (setsuji) berdasarkan bentuk formal 接辞の形式的分類
‘setsuji no keishikiteki bunrui’.
(2) Jenis-jenis afiks (setsuji) berdasarkan isi 接辞の内容的分類 ‘setsuji no
naiyouteki bunrui’.
Berdasarkan bentuk formal, setsuji terbagi atas :
•
接 頭 辞 Settouji (prefiks/awalan), yaitu setsuji yang ditambahkan
sebelum gokan. Disebut juga awalan. Dalam bahasa Jepang terdapat
banyak settouji, diantaranya yang paling banyak adalah settouji yang
menyatakan rasa hormat yang dipakai dalam pola-pola 尊敬語 sonkeigo
(ragam bahasa hormat).
Contoh :
/真-/ (settouji) + 心 (gokan) →
•
真心
接 中 辞 Setsuchuuji (infiks/sisipan), yaitu setsuji yang disisipkan
ditengah gokan. Pada umumnya, setsuchuuji ini terdapat pada bentuk 自
動詞 jidoushi (intransitive) dan 他動詞 tadoushi (transitif) dalam verba
bahasa Jepang. Tapi secara keseluruhan, setsuchuuji ini jumlahnya yang
paling sedikit bila dibandingkan dengan settouji ataupun setsubiji.
Contoh :
見る (tadoushi) + /-え-/ (setsuchuuji) →
•
見える (jidoushi)
接尾辞 Setsubiji (sufiks/akhiran), yaitu setsuji yang ditambahkan setelah
gokan. Sama halnya dengan settouji, dalam bahasa Jepang juga terdapat
cukup banyak setsubiji. Dan ada kalanya terdapat banyak setsubiji dalam
sebuah kata.
Contoh :
立たされた
setsubiji
→
gokan + shieki setsubiji + ukemi setsubiji + kako
Sedangkan berdasarkan berdasarkan isi, Koizumi (1993:94-96) membaginya atas
:
•
派生接辞 (hasei setsuji) yaitu setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan
dalam kelas kata yang sama dapat memberi sifat khusus. Terbagi atas
setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan setsuji yang memberi sifat
khusus dalam kelas kata yang sama.
Contoh :
3.
Setsuji yang dapat mengganti kelas kata (derivasi)
「女」
4.
(名詞)
→
「女らしい」(形容詞の「らしい」)
「広い」(形容詞)→
「広さ」(名詞化する「さ」)
「広い」(形容詞)→
「広まる」(動詞化する「まる」)
Setsuji yang memberi sifat khusus dalam kelas kata yang sama
(infleksi)
•
「読む」→
読ませる/yom-ase-ru/の使役接辞/ase
「読む」→
読まれる/yom-are-ru/の受身接辞/are
屈折接辞 (kussetsu setsuji), yaitu setsuji yang memberikan perubahan
sistematis pada kata dalam kelas kata yang sama berdasarkan kategori
gramatikal.
Contoh :
Boy  Boys (penjamakan kata)
2.4. Proses Morfemis Bahasa Jepang
Menurut
Parera
(1994:18)
proses
morfemis
merupakan
proses
pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Sedangkan
menurut ahli linguistik bahasa Jepang, proses morfemis adalah apabila 2 buah
morfem disatukan, mengakibatkan terjadinya penyesuaian diantara kedua morfem
tersebut. Proses tersebut terjadi dengan cara 付 加 (fuka/penambahan), 消 除
(sukujo/penghapusan), 重 複
(jufuku/pengulangan) dan
ゼロ接辞
(zero
setsuji/imbuhan kosong) (Situmorang, 2007:11).
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa proses morfemis ini dapat
terjadi dengan cara 付加 (fuka/penambahan), 消除 (sukujo/penghapusan), 重複
(jufuku/pengulangan) dan
ゼ ロ 接 辞 (zero setsuji/imbuhan kosong). Tapi,
Koizumi (1993:105-109) berpendapat bahwa proses morfemis dapat terjadi
melalui 6 cara, yaitu :
(1) 付加 (fuka/penambahan)
Fuka adalah proses morfemis yang menambahkan morfem pada kata dasar
untuk kemudian membentuk kata baru. Sebagai contoh, dapat dilihat dari
pembentukan 他動詞 tadoushi dari 自動詞 jidoushi dalam bahasa Jepang
berikut ini :
Contoh :
(自) 付く tsuk-u  (他) 付ける tsuke-ru
Jika akhir gokan dari kata jidoushi tersebut kita anggap sebagai C, maka
setelah terjadi proses morfemis fuka menjadi Ce. Secara umum dapat
diambil rumus C (自) Ce (他).
(2) 消除 (sukujo/penghapusan)
Sukujo adalah proses morfemis yang menghilangkan morfem dalam
membentuk kata baru. Secara praktis, sukujo adalah kebalikan dari fuka.
Contoh :
(自) 裂ける sake-ru  (他) 裂く sak-u
Jika akhir gokan dari jidoushi tersebut adalah Ce, setelah terjadi proses
morfemis sukujo menjadi C. Maka dapat diambil rumus Ce (自)  C (他).
(3) 置換 (chikan/pergantian)
Chikan adalah proses morfemis yang mengganti morfem dalam
membentuk kata baru.
Contoh :
(自) 集まる atsumar-u  (他) 集める atsume-ru
Jika akhir gokan dari jidoushi tersebut adalah Car dan setelah terjadi
proses morfemis chikan menjadi Ce, maka dapat diambil rumus Car  Ce.
(4) ゼロ接辞 (zero setsuji/imbuhan kosong)
Zero setsuji adalah morfem khusus yang ditambahkan dalam proses
morfemis. Disebut morfem zero karena tidak terlihat.
Contoh ;
(自) 吹く fuk-u  (他)
吹く fuk-u
Jika akhir gokan dari jidoushi tersebut adalah C, maka akhir gokan dari
tadoushi tersebut setelah proses morfemis zero setsuji adalah Cø. Sehingga
dapat ditarik rumus C  Cø
(5) 重複 (jufuku/pengulangan)
Jufuku adalah proses morfemis yang mengulang morfemnya dalam
membentuk kata baru. Dalam bahasa Jepang biasanya terdapat pada 擬音
語 giongo dan 擬 態 語 gitaigo. Giongo adalah kata-kata yang
menunjukkan bunyi dan suara binatang dan benda. Gitaigo adalah katakata yang menunjukkan bentuk dan keadaan suatu benda.
Contoh :
Giongo  オイオイ oioi dan シクシク shikushiku
Gitaigo  バラバラ barabara dan デブデブ debudebu
Selain itu, secara umum proses morfemis jufuku terbagi atas dua bagian,
yaitu:
-
語幹の重複 Gokan no jufuku, yaitu pengulangan langsung dari gokan.
Contoh : 人々hitobito dan 神々kamigami
-
語 幹 と 接 辞 Gokan to setsuji, yaitu pengulangan gokan yang
ditambahkan dengan penambahan setsuji (morfem).
Contoh : 若々しい wakawakashii
(6) 融合 (Yuugou/penyatuan)
Yuugou adalah proses morfemis yang menggabungkan atau menyatukan
morfem-morfem dalam pembentukan kata. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari contoh berikut :
Contoh :
それはウソだ
→
それはウソではない
→
それはウソじゃあな
い
Sore wa uso da  Sore wa uso dewanai  Sore wa uso jyaanai
Jyaa adalah bentuk biasa dari dewa dalam percakapan bahasa
Jepang. Sedangkan dewa adalah bentuk gabungan antara jodoushi “da”
dengan partikel “wa”. Sama halnya dengan bentuk そりゃあ soryaa yang
merupakan bentuk gabungan dari それ sore dengan partikel は wa.
2.5. Pembentukan Kata Bahasa Jepang
Pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut 語形成 gokeisei. Sutedi
(2003:45) menyatakan bahwa dalam pembentukan kata ada 4, yaitu :
•
派生語 Haseigo (kata jadian)
•
複合語 Fukugougo (kata majemuk)
•
借り込み Karikomi/しゅりゃく shuryaku (akronim)
•
とうじご Toujigo (singkatan)
Haseigo merupakan kata yang terbentuk dari penggabungan morfem isi 内
容形態素 (naiyou keitaisou) dengan afiks 接辞 (setsuji) dengan pola sebagai
berikut :
1. Settouji + Naiyou keitaisou
Contoh :
/o-/ + nomina
お宅 otaku (rumah)
/go-/ + nomina
ご家族 gokazoku (keluarga)
/su-/ + nomina
素足 suashi (kaki telanjang)
/ma-/ + nomina
真心 magokoro (setulus hati)
/ka-/ + adjektiva
か黒い kaguroi (hitam pekat)
2. Naiyou keitaisou + setsubiji
Contoh :
Gokan adjektiva + /-sa/
寒さ samusa (dinginnya/nomina)
Gokan adjektiva + /-mi/ 厚み atsumi (ketebalan/nomina)
Nomina verba + suru
勉強する benkyou suru (belajar/verba)
Nomina + /-teki/
経済的 keizaiteki (ekonomis/adjektiva)
Kata yang terbentuk dari penggabungan beberapa morfem isi disebut
dengan fukugougo (kata majemuk) (Sutedi, 2003:47). Dengan pola pembentukan
sebagai berikut :
Contoh :
Nomina + nomina
山.道 Yamamichi “jalan gunung”
雨.傘 Amagasa “payung hujan”
Verba + verba
取り.出す Toridasu “mengambil”
Nomina + verba
東京.行き Tokyoiki “mengunjungi Tokyo”
Verba + nomina
食べ.物 Tabemono “makanan”
Karikomi/shuryaku merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis)
dari kosa kata aslinya, sedangkan toujigo adalah singkatan huruf pertama yang
dituangkan dalam huruf alphabet (romaji) (sutedi, 2003:47)
Contoh karikomi/shuuryaku :
テレビジョン terebijyon  テレビ terebi
ハーソナルコンヒュータ Pa-sonaru kompyuuta  ハソコン pasokon
Contoh toujigo :
Nihonhousoukyokai  NHK
Watercloset  WC
2.6. Adjektiva Bahasa Jepang
2.6.1. Defenisi dan Ciri-ciri Adjektiva Bahasa Jepang
Adjektiva dalam bahasa Jepang disebut 形容詞 keiyoushi. Kitahara dalam
Sidjianto (2004:154) menyatakan i-keiyoushi sering disebut keiyoushi yaitu kelas
kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya dapat
menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk. Sedangkan Situmorang
(2007:25) mendefenisikan keiyoushi berdasarkan huruf kanjinya sebagai kata
bentuk keadaan, yang berasal dari kanji 形 (kei/katachi) yang berarti bentuk, kanji
容 (you/youshu) yang berarti keadaan dan kanji 詞 (shi/kotoba) yang berarti kata.
Yang termasuk dalam kategori keiyoushi adalah semua adjektiva yang berakhiran
/–i/ kecuali kata kirei, kirai dan yumei.
Selain itu, Nishihara Suzuku, et al (1988:1) menyatakn bahwa 形容詞は
物や事がらの性質、除隊などを表すとともに話し手の修験的判断、感情な
どを表す。“keiyoushi wa mono ya kotogara no seishitsu, jotai nado wo arawasu
to tomo ni hanashite no shuugenteki handan, kanjou nado wo arawasu” yang
artinya : “adjektiva adalah yang menyatakan keadaan, sifat dan lain-lain tentang
benda dan hal, dan juga menyatakan kesimpulan dan perasaan si pembicara”.
Contoh :
青い空。Aoi sora ‘langit biru’
ダイヤモンドはガラスより固い。Daiyamondo wa garasu yori katai ‘berlian
lebih keras daripada kaca’
今日は暑いですね。Kyou wa atsui desu ne ‘hari ini panas ya!’
あなたに会えないので、寂しい Anata ni aenai no de, sabishii ‘aku kesepian
karena tidak bisa bertemu denganmu’
Pada contoh pertama, terdapat adjektiva aoi ‘biru’ yang menyatakan
keadaan langit. Sedangkan pada contoh kedua, terdapat adjektiva katai ‘keras’
yang menyatakan sifat dari daiyamondo ‘berlian’. Pada contoh ketiga, terdapat
adjektiva atsui ‘panas’ yang merupakan kesimpulan dari si pembicara. Dan pada
contoh terakhir terdapat adjektiva sabishii ‘sepi’ yang merupakan ungkapan
perasaan si pembicara yang kesemuanya terdapat dalam defenisi di atas..
Dari berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat
pada adjektiva bahasa Jepang (keiyoushi) adalah sebagai berikut :
•
Menyatakan sifat atau keadaan sesuatu
•
Menyatakan kesimpulan dan perasaan pembicara
•
Dapat menjadi predikat
•
Dapat mengalami perubahan bentuk
•
Semua berakhiran /–i/ kecuali kata kirei, kirai dan yumei
2.6.2. Jenis-Jenis Adjektiva Bahasa Jepang
Shimizu dalam sudjianto (2004:154) membagi adjektiva bahasa Jepang
atau keiyoushi dalam 2 bagian, yaitu :
1. 属性形容詞 Zokusei keiyoushi, yaitu kelompok adjektiva yang
menyatakan sifat atau keadaan secara objektif.
Contoh :
高い takai ‘tinggi’, 長い nagai ‘panjang’, 早い hayai ‘cepat’, 遠い
tooi ‘jauh’ dan sebagainya.
2. 感情形容 詞 Kanjou keiyoushi, yaitu kelompok adjektiva yang
menyatakan perasaan atau emosi secara subjektif.
Contoh :
楽 し い tanoshii ‘senang’, 悲 し い kanashii ‘sedih’, 痛 い itai
‘sakit’, 怖い kowai ‘takut’ dan sebagainya.
2.7. Nomina Bahasa Jepang
2.7.1. Defenisi dan Ciri-ciri Nomina Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, nomina dikenal dengan sebutan meishi. Matsuoka
dalam Sudjianto (2004:156) menyatakan meishi adalah kata-kata yang
menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami konjugasi
dan dapat dilanjutkan dengan kakujoshi. Kemudian Hirai dalam Sudjianto
(2004:156) menyatakan bahwa meishi, disebut juga taigen, di dalam suatu kalimat
ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan dan sebagainya.
Sedangkan Situmorang (2010:34) mendefenisikan meishi sebagai kata
nama berdasarkan kanjinya, yaitu 名 (mei/na) yang berarti nama dan 詞
(shi/kotoba) yang bermakna kata.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada nomina bahasa Jepang (meishi) adalah sebagai berikut :
1. Merupakan 自立語 jiritsugo (kata yang berdiri sendiri)
2. Tidak mengalami perubahan bentuk
3. Dapat membentuk bunmetsu dengan ditambahkan partikel ga, wa, wo, no,
ni, dan sebagainya
4. Dapat menjadi subjek, objek, predikat dan sebagainya
5. Disebut juga taigen sebagai lawan dari yougen
2.7.2. Jenis-jenis Nomina Bahasa Jepang
Terada Nakano dalam Sudjianto (2004:157) membagi meishi dalam 5
kategori, yaitu :
1. 普 通 名 詞 Futsuu meishi (nomina biasa), yaitu nomina yang
mewakili nama benda.
Contoh :
人 hito ‘orang’, 犬 inu ‘anjing’, 水 mizu ‘air’ dan lain-lain.
2. 固 有 名 詞 Koyuu meishi (nomina nama), yaitu nomina yang
terbatas pada nama-nama tertentu, misalnya nama orang atau nama
tempat.
Contoh :
Medan, Tokyo, Suzuki dan lain-lain.
3. 代 名 詞 Daimeishi (pronomina/kata ganti orang), yaitu nomina
yang menggantikan orang.
Contoh :
私 watashi, 彼 kare, 彼女 kanoujo dan lain-lain.
4. 数詞 Sushi (kata bilangan), yaitu nomina yang menyatakan jumlah.
Di Jepang terdapat bermacam-macam, diantaranya :
Contoh :
一 ichi/hito dan lain-lain.
5. 形式名詞 Keishiki meishi (nomina formal), yaitu nomina yang
menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat
atau arti yang sebenarnyasebagai nomina.
Contoh :
こと koto, ため tame, わけ wake, はず hazu, まま mama dan lainlain.
2.8. Verba Bahasa Jepang
2.8.1. Defenisi dan Ciri-ciri Verba Bahasa Jepang
Verba dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan 動詞 Doushi. Doushi
adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-I dan
adjektiva-na menjadi salah satu jenis yoogen. Kelas kata ini dipakai untuk
menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami
perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura dalam
Sudjianto, 2004:149). Dengan yoogen disini bermakna bahwa verba ini termasuk
jenis kata yang menjadi predikat.
Sedangkan dari huruf kanjinya, Situmorang (2010:9) mendefenisikan
doushi sebagai kata yang bermakna gerakan, yang berasal dari kanji 動
(ugoku/dou) yang bermakna bergerak dan kanji 詞(shi/kotoba) yang bermakna
kata.
Sedangkan verba bahasa Jepang menurut Matsuoka Takashi (1992:12)
adalah ; 動詞の基本的な性格は単独で述語の動きし、文中での動きの違い
に応じて活用することである。”doushi no kihontekina seikaku wa tandoku de
juugo no ugoki shi, bunchuu de no ugoki no chigai ni oujite katsuyou suru koto de
aru”. Yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti : verba adalah kata
yang sifat dasarnya cenderung berperan sebagai predikat dalam kalimat tunggal
dan mengalami perubahan bentuk (Masuoka Takashi, 1992:12)
Contoh :
アミルさンは日本へ行った。Amiru-san wa nihon e itta ‘amir akan pergi ke
Jepang’
机の上にラジオがある。Tsukue no ue ni rajio ga aru ‘di atas meja ada radio’
Dalam kalimat pertama, terlihat jelas bahwa verba itta disini menyatakan
aktivitas pergi, sedangkan dalam kalimat kedua verba aru menyatakan keberadaan
radio.
Dari berbagai defenisi dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
cirri-ciri yang melekat dalam verba bahasa Jepang (doushi) adalah sebagai
berikut:
1. Merupakan jenis yoogen
2. Dapat berdiri sendiri
3. Menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu
4. Dapat mengalami perubahan bentuk
5. Dengan sendirinya dapat menjadi predikat
2.8.2. Jenis-jenis Verba Bahasa Jepang
Shimizu dalam Sudjianto (2004:150) membagi doushi kepada 3 bagian,
yaitu :
1. 自動詞 Jidoushi (transitif), kata-kata ini menunjukkan kelompok doushi
yang tidak berarti mempengaruhi pihak lain.
Contoh :
行く iku ‘pergi’, 起きる okiru ‘bangun’, 寝る neru ‘tidur’, 出る deru
‘keluar’, 閉まる shimaru ‘tertutup’ dan lain-lain.
2. 他 動 詞 Tadoushi (intransitif), kata-kata ini, menunjukkan kelompok
doushi yang menyatakan arti mempengaruhi pihak lain.
Contoh :
起こす okosu ‘membangunkan’, 寝かす nekasu ‘menidurkan’, 出す dasu
‘mengeluarkan’, 閉める shimeru ‘menutup’ dan lain-lain.
3. しょ動詞 Shodoushi, merupakan kelompok doushi yang memasukkan
pertimbangan pembicara, maka tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif
dan kausatif. Selain itu, tidak memiliki bentuk perintah dan ungkapan
kemauan (意思表現 ishi hyougen)
Contoh :
見える mieru ‘terlihat’, いる iru ‘ada’, 聞こえる kikoeru ‘terdengar’, 行
ける ikeru ‘dapat pergi’ dan lain-lain.
Selain pembagian di atas, Terada Takano dalam Sudjianto (2004:150) juga
membagi doushi dalam 3 jenis, yaitu :
1. 複 合 動 詞 Fukugou doushi, adalah doushi yang terbentuk dari
gabungan 2 buah kata atau lebih. Gabungan kata tersebut secara
keseluruhan dianggap sebagai satu kata.
Contoh :
Verba + verba
 話し合う hanashiau ‘berunding’
Nomina + verba  調査する choosa suru ‘menyelidiki’
2. 派生語としての動詞 Haseigo toshite no doushi, adalah verba yang
terbentuk dengan menambahkan prefix atau sufiks dan secara
keseluruhan dianggap satu kata.
Contoh :
さ迷うSamayou ‘keluyuran’
寒がる Samugaru ‘merasa dingin’
3. 補助動詞 Hojo doushi, yaitu verba yang menjadi bunsetsu tambahan.
Contoh :
ろうかにごみが捨ててある。rouka ni gomi ga sutete aru
姉に数学を教えてもらう。Ane ni suugaku wo oshiete morau
Kata aru dan morau di sini hanya berperan menambahkan keterangan pada
kata kerja inti, yaitu sutete dan oshiete.
Situmorang (2010:9) juga membagi doushi kepada 3 bagian berdasarkan
bentuk konjugasinya, yaitu :
1. 五段動詞 Godandoushi, disebut juga verba golongan satu. Disebut
godandoushi karena mengalami 5 macam bentuk perubahan dalam
konjugasinya.
Contoh :
/asobu/ + /toki/ (sushikei)
/asoba/ + /nai/, /seru/ (mizenkei)
/asobe/ + /ba/, /ru/, /masu/ (kateikei)
/asobi/ + /masu/, /masen/ (renyoukei)
/asobo/ + /u/ (mizenkei)
2. 一段動詞 Ichidandoushi, disebut juga verba golongan dua. Disebut
ichidandoushi karena hanya mengalami satu macam perubahan dalam
konjugasinya.
Contoh :
Oki_ru
 /oki/ + /te/, /oki/ + /ta/
Tabe_ru
 /tabe/ + /te/, /tabe/ + /ta/
3. カ変動詞 Kahendoushi dan サ変動詞 sahendoushi, disebut juga verba
golongan tiga atau verba golongan khusus, karena mengalami
perubahan yang tidak beraturan.
Contoh :
Ku_ru  /ki/ + /ta/, /ki/ + /te/, /ko/ + /nai/
Su_ru  /shi/ + /te/, /shi/ + /ta/, /shi/ + /nai/
Download