Uploaded by User19034

Handout KD 3.2

advertisement
HANDOUT
Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
A. Konsep Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah
Persamaan dasar akuntansi (accounting equation) adalah persamaan yang
menggambarkan bahwa jumlah harta yang tercatat pada sebelah kiri sama dengan jumlah
sumber pembelanjaan atau kekayaan yang terdapat pada sebelah kanan. Persamaan dasar
akuntansi menjadi pondasi untuk semua sistem akuntansi. Faktanya, seluruh konsep dan
kerangka akuntansi didasarkan pada persamaan dasar akuntansi.
1. Pengertian Persamaan Dasar Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi adalah suatu persamaan yang menggambarkan
perubahan unsur-unsur dasar posisi keuangan perusahaan atau lembaga/instansi
pemerintah sebagai dampak dari adanya transaksi keuangan. Adapun unsur-unsur dasar
posisi keuangan tersebut terdiri atas aset, liabilitas, dan ekuitas.
2. Kegunaan Persamaan Dasar Akuntansi
Pada proses akuntansi keuangan daerah, persamaan dasar akuntansi berfungsi untuk
mengetahui adanya perubahan komponen akuntansi seperti aset, liabilitas, dan ekuitas
setiap terjadi adanya transaksi. Selain itu, persamaan dasar akuntansi berguna untuk
mengetahui jumlah uang yang telah digunakan dan dibelanjakan dalam satu periode
akuntansi.
3. Elemen Persamaan Dasar Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi merupakan konsep dasar pencatatan dalam akuntansi
dengan menggunakan sistem double entry. Artinya, setiap adanya transaksi akan
berpengaruh pada akun yang lain dalam jumlah yang sama. Persamaan dasar akuntansi
dinyatakan dengan rumus atau persamaan sebagai berikut.
Aset=Liabilitas +Ekuitas
Ada beberapa elemen atau unsur dalam persamaan dasar akuntansi, yaitu sebagai
berikut.
a. Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki lembaga/instansi pemerintah atau
perusahaan yang dapat dinilai dengan uang yang terdiri atas harta berwujud dan tak
berwujud.
b. Liabilitas adalah kewajiban yang harus dilunasi oleh lembaga/instansi pemerintah
atau perusahaan kepada pihak ketiga sebagai akibat adanya transaksi sebelumnya.
c. Ekuitas adalah kewajiban lembaga/instansi pemerintah atau pemilik atau hak
pemilik atas lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan.
d. Prive adalah pengambilan uang lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan oleh
pemiliknya untuk kepentingan pribadi.
e. Pendapatan (revenue) adalah hasil yang diperoleh lembaga/instansi pemerintah atau
perusahaan dalam kegiatan pemberian jasa kepada pihak luar lembaga/ instansi
pemerintah atau perusahaan.
f. Beban (expenses) adalah pengorbanan yang dikeluarkan lembaga/instansi
pemerintah atau perusahaan untuk memperoleh pendapatan.
Ekuitas dapat berubah karena adanya pendapatan dan beban. Pendapatan akan
menambah aset dan ekuitas perusahaan atau beban usaha akan mengurangi aset dan
ekuitas lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan.
4. Konsep Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah
Pada dasarnya, persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah sama persamaan dasar
akuntansi secara umum. Komponen persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah
terdiri atas pendapatan, beban, ekuitas, dan hal pokok dalam persamaan dasar akuntansi
pemerintah daerah.
a. Pendapatan
Pendapatan merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai bentuk
penambah modal atau ekuitas dalam suatu periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayarkan kembali.
b. Beban
Beban adalah suatu bentuk penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas atau modal. Beban dapat berupa
pengeluaran, konsumsi aset, atau munculnya liabilitas sebagai akibat dari adanya
suatu transaksi.
c. Ekuitas
Ekuitas dalam persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah bersumber dari
transaksi akrual dan transaksi kas yang terakumulasi dalam Saldo Anggaran Lebih
(SAL). Komponen dasar persamaan akuntansi di atas, dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Asset+Beban (Beban+Pengeluaran
Utang+Ekuitas+Pendapatan-LO
=
Pembiayaan)
(Pendapatan+Penerimaan Pembiayaan)
Berdasarkan konsep tersebut, pendapatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
akan menambah SAL, dan belanja akan mengurangi SAL. Demikian juga
penerimaan pembiayaan akan menambah SAL, dan pengeluaran pembiayaan akan
mengurangi SAL. Karena SAL merupakan bagian dari ekuitas maka persamaan
akuntansi yang digunakan untuk persamaan akuntansi akrual sudah termasuk
persamaan akuntansi dengan basis kas. Jadi, untuk transaksi akrual maupun transaksi
LRA menggunakan satu persamaan yang sama.
d. Hal Pokok dalam Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah
Pada sistem akuntansi keuangan daerah, pendapatan merupakan hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai bentuk penambah modal atau ekuitas dalam suatu
periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayarkan kembali.
Adapun beban merupakan bentuk penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas atau modal, dan dapat berupa
pengeluaran, konsumsi aset, atau munculnya suatu liabilitas sebagai akibat dari
adanya bagai berikut suatu transaksi.
Elemen ekuitas terdiri atas kejadian atau transaksi yang bersumber dari transaksi
akrual dan transaksi kas yang terakumulasi dalam SAL. Pendapatan LRA akan
menambah SAL dan belanja akan mengurangi SAL. Demikian juga penerimaan
pembiayaan akan menambah SAL dan pengeluaran pembiayaan akan mengurangi
SAL. Karena SAL merupakan bagian dari ekuitas maka persamaan akuntansi yang
digunakan untuk persamaan akuntansi akrual sudah termasuk persamaan akuntansi
dengan basis kas sehingga untuk transaksi akrual maupun transaksi LRA
menggunakan satu persamaan yang sama.
B. Debet dan Kredit dalam Akuntansi Pemerintah Daerah
Dalam akuntansi dengan menggunakan sistem double entry, terdapat mekanisme debet
dan kredit, yaitu sebagai berikut.
1. Debet
Debet dalam akuntansi berasal dari bahasa Latin, yaitu debere yang merupakan
lawan dari kredit. Kolom debet menunjukkan adanya pertambahan nilai atau bersaldo
normal untuk kelompok akun aset dan beban. Adapun untuk kelompok liabilitas,
ekuitas, dan pendapatan yang berada di sisi debet berarti transaksi tersebut mengalami
penurunan nilai atau saldo.
2. Kredit
Kredit dalam akuntansi berasal dari bahasa Latin, yaitu credere yang merupakan
lawan dari debet. Sisi atau kolom untuk kredit menunjukkan adanya pertambahan nilai
atau bersaldo normal bagi kelompok akun liabilitas, ekuitas, dan pendapatan. Adapun
untuk kelompok akun aset dan beban yang berada di sisi kredit, menunjukkan telah
terjadi penurunan nilai atau saldo normalnya.
3. Aturan Debet dan Kredit dalam Akuntansi Pemerintah Daerah
Adapun aturan mekanisme debet dan kredit dalam akuntansi adalah sebagai berikut.
a. Akun Aset (Asset Account)
Akun aset merupakan akun yang digunakan untuk melakukan pencatatan
transaksi yang berkaitan dengan aset seperti penambahan maupun pengurangan aset.
Adapun pengaruh akun aset, yaitu apabila terjadi peningkatan aset maka akan dicatat
dalam kolom debet, sedangkan apabila terjadi penurunan aset akan dicatat dalam
kolom kredit.
b. Akun Liabilitas (Liability Account)
Akun liabilitas merupakan akun yang berfungsi untuk mencatat semua jenis
transaksi yang berkaitan atau berpengaruh terhadap akun utang. Adapun pengaruh
transaksi terhadap akun utang, yaitu apabila terjadi peningkatan utang maka akan
dicatat dalam kolom kredit, sedangkan apabila terjadi penurunan utang akan dicatat
pada kolom debet.
c. Ekuitas (Equity Account)
Akun ekuitas merupakan akun yang berfungsi untuk mencatat semua jenis
transaksi yang berkaitan atau berpengaruh terhadap peningkatan dan penurunan
ekuitas. Adapun pengaruh dalam akun ekuitas, yaitu apabila terjadi peningkatan
modal maka akan dicatat dalam kolom kredit, sedangkan apabila terjadi penurunan
modal akan dicatat pada kolom debet.
d. Akun Pendapatan dan Beban
Akun pendapatan dan beban dicatat dengan prosedur yang berbeda. Akun
pendapatan apabila bertambah dicatat dalam kolom kredit, sedangkan akun beban
yang bertambah dicatat dalam kolom debet. Akun-akun tersebut dapat digambarkan
dalam tabel-tabel berikut.
Akun-Akun Aset
Debet (+)
Sisi debet untuk mencatat peningkatan
jumlah aset
Kredit (-)
Sisi kredit untuk mencatat penurunan
jumlah aset
Akun-Akun Liabilitas
Debet (+)
Sisi debet untuk mencatat penurunan
jumlah kewajiban
Kredit (-)
Sisi kredit untuk mencatat peningkatan
jumlah kewajiban
Akun-Akun Ekuitas
Debet (+)
Sisi debet untuk mencatat penurunan
jumlah kewajiban
Kredit (-)
Sisi kredit untuk mencatat peningkatan
jumlah kewajiban
Neraca
Aset
Akun-akun Aset
Debet (+)
Kredit (-)
(Saldo Normal)
Liabilitas
Akun-akun Liabilitas
Debet (+)
Kredit (-)
(Saldo Normal)
Ekuitas
Akun-akun Ekuitas
Debet (+)
Kredit (-)
(Saldo Normal)
Akun Ekuitas
Aset
Liabilitas
Akun Beban
Akun Pendapatan
Debet (+)
Kredit (-)
Debet (+)
Kredit (-)
(Saldo Normal)
(Saldo Normal)
Aturan debet dan kredit dikenal dalam sistem pembukuan berpasangan. Aturanaturan yang dimaksud dalam sistem tersebut, yaitu sebagai berikut:
Jenis Rekening
Bertambah
Berkurang
Aset
D
K
Utang
K
D
Modal
K
D
Pendapatan
K
D
Biaya
D
K
Klasifikasi rekening tersebut digunakan untuk rekening umum yang terdapat
dalam neraca. Namun, dalam aturan debet dan kredit pada struktur pemerintah
daerah, transaksi yang berakibat bertambahnya aset akan dicatat pada sisi debet,
sedangkan transaksi yang berakibat pada berkurangnya aset akan dicatat pada sisi
kredit. Hal tersebut sama untuk akun belanja dan pengeluaran pembiayaan.
Adapun untuk akun utang, ekuitas dana, pendapatan, dan penerimaan
pembiayaan, apabila transaksi mengakibatkan pertambahan pada akun tersebut akan
dicatat pada kolom kredit dan sebaliknya apabila mengakibatkan pengurangan akan
dicatat pada sisi debet.
C. Saldo Normal Akun
Pada sistem akuntansi pemerintah daerah, terdapat beberapa bentuk penyesuaianpenyesuaian dalam saldo normal akun. Saldo normal akun-akun yang merupakan unsur –
unsur laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu sebagai berikut.
Akun
Bertambah
Berkurang
Saldo Normal
Aset
Debet
Kredit
Debet
Liabilitas
Kredit
Debet
Kredit
Ekuitas
Kredit
Debet
Kredit
Pendapatan LO
Kredit
Debet
Kredit
Beban
Debet
Kredit
Debet
Perubahan SAL
Menyesuaikan
Pendapatan LRA
Kredit
Debet
Kredit
Penerimaan pembiayaan
Kredit
Debet
Kredit
Belanja
Debet
Kredit
Debet
Pengeluaran pembiayaan
Debet
Kredit
Debet
Estimasi pendapatan
Debet
Kredit
Debet
Estimasi penerimaan pembiayaan
Debet
Kredit
Debet
Apropiasi belanja
Kredit
Debet
Kredit
Apropiasi pengeluaran pembiayaan
Kredit
Debet
Kredit
Estimasi perubahan SAL
Menyesuaikan
Pada akhir periode, saldo akun pendapatan dan akun beban dilaporkan dalam laporan
laba rugi. Saldo akun nominal dalam buku besar kemudian dipindahkan ke akun ikhtisar
laba rugi. Selanjutnya, akun ikhtisar laba rugi ini akan dipindahkan ke akun ekuitas.
Adapun saldo akun riil pada akhir periode akan dilaporkan di neraca dan saldo rekening
riil akan dibawa ke periode berikutnya.
Saldo kenaikan yang dicatat dalam suatu akun biasanya sama atau lebih besar dari
jumlah penurunan akun tersebut. Oleh karena itu, jika secara normal pada akhir periode
akuntansi, saldo dari suatu akun memiliki total debet lebih besar dari pada total kreditnya
maka dikatakan bahwa akun tersebut memiliki saldo normal debet. Jadi, akun aset dan
beban umumnya mempunyai saldo debet. Jika pada keadaan normal suatu akun memiliki
total kredit umumnya lebih besar daripada total debet seperti pada akun liabilitas, ekuitas,
dan pendapatan maka akun-akun tersebut memiliki saldo normal kredit.
Pada dasarnya, akun liabilitas, ekuitas, dan pendapatan umumnya bersaldo normal
kredit. Jika suatu akun yang umumnya bersaldo normal debet mempunyai saldo kredit atau
sebaliknya maka kemungkinan telah terjadi kesalahan atau kondisi yang tidak normal.
Misalnya, saldo kredit pada akun kas bisa terjadi karena adanya kesalahan dalam mencatat.
Namun, sebaliknya pada akun liabilitas bisa terjadi memiliki saldo debet karena
kemungkinan telah terjadi kelebihan pembayaran liabilitas
D. Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintah Daerah
Jurnal merupakan pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang dilaksanakan
setiap hari. Jurnal adalah proses pencatatan pertama dalam siklus akuntansi setelah analisis
transaksi. Jurnal berfungsi sebagai dasar untuk mem-posting transaksi ke buku besar.
Bentuk yang umum dari jurnal adalah jurnal umum (general journal) yang mencatat segala
jenis transaksi yang terjadi.
Dalam siklus akuntansi perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah, jurnal
merupakan kegiatan pencatatan dasar sebelum posting akun di buku besar. Jadi, jika terjadi
kesalahan dalam membuat jurnal, mengakibatkan akun di buku besar juga salah sehingga
laporan keuangan pun pada akhirnya juga salah.
Jurnal juga merupakan permulaan pencatatan secara kronologis berupa pendebetan dan
pengkreditan dari transaksi keuangan yang telah terjadi serta penjelasannya. Pendebetan
dan pengkreditan transaksi dilakukan menurut kaidah pencatatan debet dan pencatatan
kredit, di mana pencatatan debet harus dilakukan lebih dahulu, baru kemudian pencatatan
kredit. Pencatatan debet dan pencatatan kredit ini merupakan kegiatan dalam jurnal yang
biasanya juga disebut sebagai pencatatan ayat-ayat jurnal.
1. Fungsi Jurnal
Proses pencatatan transaksi keuangan dimulai dari penyelenggaraan jurnal telah kita
pelajari sebelumnya. Sumber utama dari catatan-catatan lain dan keteranganketerangan tentang transaksi keuangan lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan
merupakan catatan yang ada di dalam buku jurnal (biasanya disebut jurnal). Hal ini
terjadi karena catatan di dalam jurnal merupakan catatan asli tentang semua transaksi
keuangan yang terjadi di lembaga pemerintah atau perusahaan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa jurnal memiliki beberapa fungsi seperti berikut.
a. Jurnal Memiliki Fungsi Mencatat
Alasan suatu jurnal memiliki fungsi mencatat adalah semua transaksi keuangan
yang terjadi di suatu lembaga pemerintah atau perusahaan harus dicatat di dalamnya.
Selain akun yang harus didebet dan dikredit juga disertai dengan keterangan yang
dianggap penting terkait dengan transaksi keuangan tersebut merupakan informasi
yang harus dicatat dalam jurnal. Hal tersebut akan memberi kemudahan untuk
mencari kembali dan mengecek transaksi tertentu jika diperlukan di kemudian hari.
b. Jurnal Memiliki Fungsi Historis
Alasan suatu jurnal memiliki fungsi historis, yaitu pencatatan di dalamnya harus
dilakukan secara kronologis. Hal ini berarti pencatatan harus dilakukan menurut
urutan waktu terjadinya setiap transaksi keuangan. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan di dalam jurnal dapat menunjukkan sejarah atau perkembangan kegiatan
lembaga pemerintah atau perusahaan secara urut dari waktu ke waktu.
c. Jurnal Memiliki Fungsi Analisis
Alasan suatu jurnal memiliki fungsi analisis adalah informasi yang dicatat di
dalamnya merupakan hasil analisis dan pertimbangan petugas di bidang akuntansi.
Suatu analisis dilakukan untuk penentuan adanya pengaruh transaksi keuangan
terhadap aset, liabilitas, dan ekuitas. Dengan demikian, dapat ditentukan akun apa
yang harus didebet dan akun apa yang harus dikredit, serta berapa besar nilainya
masing-masing. Hasil analisis-analisis tersebut yang akan dicatat di dalam jurnal.
d. Jurnal Memiliki Fungsi Instruktif
Alasan suatu jurnal memiliki fungsi instruktif adalah ayat jurnal sebenarnya
merupakan perintah untuk mendebet akun tertentu (yang disebut terlebih dahulu).
Hal ini dilakukan dengan jumlah tertentu dan juga mengkredit akun tertentu (yang
disebut kemudian dan ditulis agak ke kanan) dengan jumlah tertentu pula.
e. Jurnal Memiliki Fungsi Informatif
Alasan jurnal memiliki fungsi informatif ialah melalui jurnal dapat diperoleh
informasi secara detail mengenai transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh
perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah. Informasi-informasi tersebut berupa
tanggal terjadinya transaksi, berbagai akun yang didebet dan yang dikredit beserta
nilainya masing-masing. Dalam hal ini, pihak yang berhubungan dengan terjadinya
transaksi tersebut, jenis apa saja transaksi yang terjadi, dan sejenisnya. Jadi, apabila
Anda memerlukan informasi tentang suatu transaksi keuangan dapat dicari di dalam
jurnal.
Setelah mempelajari mengenai fungsi jurnal tersebut maka penyelenggaraan
jurnal dapat memberi berbagai keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut, yaitu
sebagai berikut.
1) Adanya penyediaan alat pencatat akun-akun yang terpengaruh oleh adanya
transaksi keuangan. Dengan demikian, dapat diketahui akun yang didebet dan
yang dikredit lengkap dengan besaran nilainva masing-masing. Selain itu, adanya
keterangan penting lain yang dicatat di dalamnya.
2) Adanya penyediaan alat pencatat transaksi keuangan secara kronologis. Oleh
karena itu, dapat memberi gambaran lengkap dan menyeluruh tentang semua
transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh perusahaan atau lembaga/instansi
pemerintah dari hari ke hari atau dari waktu ke waktu sehingga dapat diketahui
perkembangannya.
3) Adanya penyediaan data berupa catatan dalam satu buku bahkan satu lembar
untuk mengoreksi apabila terjadi kesalahan. Dalam hal ini, kesalahan dalam
menganalisis akibat suatu transaksi keuangan atau dalam mencatat akibat adanya
transaksi keuangan ke dalam jurnal. Jadi, apabila tidak menggunakan jurnal maka
akan sulit mencari letak terjadinya kesalahan. Ada beberapa contoh kesalahan
yang sering terjadi, yaitu:
a) lupa akan mendebet atau mengkredit suatu akun, serta
b) mendebet atau mengkredit pada sisi akun yang salah (seharusnya didebet
tetapi keliru dikredit dan sebaliknya).
2. Sistematika Pencatatan
Dasar pencatatan adalah dasar yang dipergunakan untuk menentukan saat pencatatan
suatu transaksi keuangan. Ada dua dasar pencatatan yang dapat digunakan dalam
akuntansi, yaitu cash basis dan accrual basis
a. Cash Basis
Cash basis merupakan dasar pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan pada
saat transaksi keuangan yang bersangkutan telah diselesaikan secara tunai.
b. Accrual Basis
Accrual basis merupakan dasar pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan
pada saat terjadinya transaksi yang bersangkutan, terlepas apakah transaksi tersebut
telah diselesaikan secara tunai atau belum. Dasar pencatatan ini perlu dipahami
terlebih dahulu karena perbedaan dasar yang dipergunakan akan mengakibatkan
hasil pencatatan yang berbeda pula.
Sebagai contoh, suatu lembaga/instansi pemerintah memperoleh pendapatan
selama bulan Desember 2018, sebesar Rp10.000.000,00. Dari jumlah tersebut, yang
sudah diterima sebesar Rp6.000.000,00 sedangkan sisanya akan diterima pada bulan
Januari 2019. Dengan menggunakan cash basis, pendapatan bulan Desember 2018
akan dicatat sebesar Rp6.000.000,00. Adapun jika menggunakan pencatatan accrual
basis, pendapatan bulan Desember 2018 dicatat sebesar Rp10.000.000,00. Dari
kedua dasar pencatatan di atas, yang paling sering digunakan sebagai dasar
pencatatan dalam akuntansi adalah accrual basis.
3. Bentuk Jurnal Umum
Berikut merupakan bentuk atau format dari jurnal umum.
Jurnal Umum Halaman 1
Tanggal
Keterangan
Ref
Jumlah
Debet
Kredit
Adapun keterangan-keterangan mengenai kolom jurnal umum, yaitu sebagai berikut.
a. Halaman Jurnal
Halaman jurnal merupakan halaman yang menunjukkan informasi yang dicatat
pada akun. Halaman jurnal berfungsi untuk memudahkan dalam pencarian dan
pengidentifikasian jurnal. Hal ini karena buku jurnal terdiri atas jumlah halaman
yang banyak. Misalnya, apabila sumber pencatatan transaksi pada suatu akun
menunjukkan angka 1, artinya sumber pencatatan transaksi tersebut terdapat pada
buku jurnal halaman 1.
b. Kolom Tanggal
Kolom tanggal berfungsi untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi keuangan
perusahaan atau lembaga pemerintah.
c. Kolom Keterangan
Kolom keterangan berfungsi untuk melakukan pencatatan aktivitas transaksi
sesuai dengan perkiraan yang terkait dan penjelasan yang dibutuhkan.
d. Kolom Referensi
Kolom referensi (ref) berfungsi untuk mencatat referensi yang ada dalam buku
besar.
e. Kolom Debet dan Kredit
Kolom debet dan kredit berfungsi untuk mencatatkan nilai transaksi. Kolom debet
untuk mengisi transaksi yang dimasukkan dalam kolom debet, sedangkan kolom
kredit untuk mengisi transaksi yang dimasukkan dalam kolom kredit.
4. Melakukan Penjurnalan Akuntansi Pemerintah Daerah
Penjurnalan akuntansi pemerintah daerah dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu menjurnal pembayaran langsung, menjurnal pendapatan, pencatatan jurnal
penerimaan kembali belanja, akuntansi surplus/defisit, pencatatan jurnal transaksi
penerimaan pembayaran, dan pencatatan transaksi pengeluaran pembiayaan.
a. Menjurnal Pembayaran Langsung
Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak, apabila jumlah
peruntukan dan penerimanya sudah pasti. Dokumen sumber untuk merekam
pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana
Langsung (SP2D LS). Contoh: pembayaran gaji pegawai bulan Juni 2018 dengan
SP2D LS sebesar Rp50.000.000,00. Dari jumlah tersebut terdapat potongan PPh,
Askes, Taspen, dan Taperum sebesar Rp3.000.000,00. Jurnal untuk pembayaran gaji
pegawai tersebut sebagai berikut.
SKPD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Belanja Pegawai
50.000.000
Piutang dari Bendahara Umum
50.000.000
Daerah (BUD)
(Untuk mencatat belanja pegawai)
BUD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Belanja Pegawai
50.000.000
Kas di Kas Daerah
50.000.000
Kas di Kas Daerah
30.000.000
Penerimaan PFK
30.000.000
Potongan atas pembayaran yang dilakukan pemerintah untuk kepentingan pihak
lain dicatat sebagai penerimaan PFK. Sebaliknya, pada saat disetorkan kepada pihak
lain yang berhak dicatat sebagai Penyetoran PFK. Penerimaan dan penyetoran PFK
bukan transaksi anggaran, tetapi dalam istilah keuangan dikenal sebagai transaksi
transito. Oleh karena itu, penerimaan atau pengeluaran PFK tidak disajikan dalam
LRA, tetapi disajikan dalam laporan arus kas. Contoh: Apabila potongan sebesar
Rp3.000.000,00 di atas disetor ke kas negara akan dijurnal sebagai berikut.
Tanggal
Keterangan
Pengeluaran PFK
Kas di Kas Daerah
Ref
Debet
3.000.000
Kredit
3.000.000
(Untuk mencatat penyetoran PFK)
Apabila terdapat belanja untuk perolehan aset tetap atau aset lainnya maka pada
saat terjadi pembayaran tidak hanya dilakukan pencatatan belanja tetapi sekaligus
perolehan asetnya. Pencatatan aset tetap yang diperoleh dapat dilakukan dengan
menggunakan jurnal pendamping, yang sering kali dikenal sebagai jurnal korolari.
Contoh: Dibeli mesin fotokopi seharga Rp60.000.000,00 dari PT Tritanu dan sudah
dibayar secara langsung dengan SP2D LS pada tanggal 30 Mei 2018. Jurnal untuk
pembelian mesin fotokopi tersebut sebagai berikut.
SKPD
Tanggal
BUD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Belanja Modal-Perlatan dan Mesin
60.000.000
Piutang dari Bendahara BUD
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal)
Peralatan dan Mesin
60.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
(Untuk mencatat perolehan mesin fc)
Keterangan
Ref
Debet
Belanja Modal-Peralatan dan Mesin
60.000.000
Kas di Kas Daerah
(Untuk mencatat realisasi belanja
modal)
b. Menjurnal Pendapatan
Berikut ilustrasi akuntansi untuk penerimaan pendapatan pajak
1) Pendapatan yang disetor ke BUD
SKPD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Utang kepada BUD
xxx
Pendapatan
(Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak)
BUD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kas di Kas Daerah
xxx
Pendapatan
(Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak)
Kredit
60.000.000
60.000.000
Kredit
60.000.000
Kredit
xxx
Kredit
xxx
2) Pendapatan Melalui Kas Bendahara Penerimaan
SKPD
Penerimaan Kas oleh Bendahara Penerimaan
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kas Bendahara Penerimaan
xxx
Pendapatan yang Ditangguhkan
(Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak)
Penyetoran Kas oleh SKPD kepada BUD
Jurnal 1
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Utang kepada BUD
xxx
Pendapatan
(Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak)
Jurnal 2
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Pendapatan yang Ditangguhkan
xxx
Kas Bendahara Penerimaan
(Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak)
Kredit
xxx
Kredit
xxx
Kredit
xxx
BUD
Penerimaan Kas pada SKPD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Tidak ada jurnal
Penerimaan Setoran Kas dari SKPD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Kas di Kas Daerah
xxx
Pendapatan …
xxx
(Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak)
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Contoh: Pemerintah Provinsi X memberikan
kuasa kepada PT Y untuk melakukan pemungutan pajak bahan bakar dengan
memberikan upah pungut sebesar 2% dari jumlah penerimaan. Pada bulan Mei 2018,
jumlah penerimaan paiak bahan bakar Rp100 juta, dengan upah pungut yang
dipotong langsung Rp2.000.000,00. Jurnal untuk contoh tersebut sebagai berikut.
SKPD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Utang kepada BUD
100.000.000
Pendapatan Pajak
100.000.000
(Buku Pembantu:pajak bahan bakar)
Belanja Barang
2.000.000
Piutang dari BUD
2.000.000
(Mencatat upah pungut)
BUD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Kas di Kas Daerah
100.000.000
Pendapatan Pajak
100.000.000
(Buku Pembantu:pajak bahan bakar)
Belanja Barang
2.000.000
Kas di Kas Daerah
2.000.000
(Mencatat upah pungut)
Pendapatan yang berasal dari penjualan aset tetap atau lainnya perlu adanya jurnal
pendamping untuk mengakui penurunan aset yang bersangkutan pada SKPD. Jurnal
pendamping ini sering disebut jurnal korolari.
c. Pencatatan Jurnal Penerimaan Kembali Belanja
Meskipun pembayaran belanja telah dilakukan secara hati-hati, namun kadangkadang terjadi kesalahan atau kelebihan sehingga ada koreksi atau penerimaan
kembali belanja di kemudian hari. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan
kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai
pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain
PAD.
Contoh 1: Pada bulan Juni 2018 diterima kembali belanja pegawai bulan Maret 2017
sejumlah Rp2.000.000,00. Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut sebagai
berikut.
SKPD
Tanggal
Keterangan
Piutang dari BUD
Belanja Pegawai
(Mencatat penerimaan
belanja pegawai)
Ref
Debet
2.000.000
Kredit
2.000.000
kembali
BUD
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Kas di Kas Daerah
2.000.000
Belanja Pegawai
2.000.000
(Mencatat penerimaan kembali
belanja pegawai)
Contoh 2: Pada bulan Juni 2018 diterima pengembalian belanja perjalanan dinas
sejumlah Rp5.000.000,00 dari seorang pegawai yang dibayarkan pada tahun 2017.
Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut sebagai berikut.
SKPD
Tanggal
Keterangan
Utang kepada BUD
Ref
Debet
5.000.000
Kredit
Pendapatan lain-lain PAD
(Mencatat penerimaan kembali
belanja perjalanan dinas tahun lalu)
BUD
Tanggal
5.000.000
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Kas di Kas Daerah
5.000.000
Pendapatan lain-lain PAD
5.000.000
(Mencatat penerimaan kembali
belanja perjalanan dinas tahun lalu)
d. Akuntansi Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan. Adapun defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja
selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos surplus/defisit. Dalam ilustrasi
digunakan pendekatan penutupan akun secara berjenjang. Pada SKPD, akun realisasi
anggaran ditutup ke akun alokasi anggaran dalam DPA SKPD.
Contoh : Estimasi pendapatan di DPA SKPD Rp 10.000.000 dan realisasi
pendapatan Rp9.000.000. Allotment belanja sebesar Rp20.000.000 dan realisasi
belanja Rp18.000.000. Jurnal penutup di SKPD, yaitu sebagai berikut.
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Pendapatan
9.000.000
Utang kepada BUD
1.000.000
Estimasi pendapatan yang
10.000.000
dialokasikan
Allotment Belanja
20.000.000
Piutang dari BUD
2.000.000
Belanja…
18.000.000
Selanjutnya, penutupan akun pendapatan dan belanja serta anggarannya di BUD
dapat diilustrasikan dengan contoh sebagai berikut.
Contoh : Estimasi pendapatan Rp 1.000.000.000.000 dan realisasi pendapatan
Rp950.000.000.000. Sementara apropriasi belanja Rp1.250.000.000.000 dan
realisasi belanja Rp1.100.000.000.000.
Jurnal Penutup
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Des 31
Apropriasi Belanja
1.250
Alokasi Apropriasi Belanja
1.250
Des 31
Alokasi Estimasi Pendapatan
1.000
Estimasi Pendapatan
1.000
Des 31
Pendapatan
950
Surplus/Defisit
150
Belanja
1.100
e. Pencatatan Jurnal Transaksi Penerimaan Pembayaran
Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan dicatat dan dibukukan
oleh Bendahara Umum Daerah (BUD).
Contoh: Pada tahun 2018 diterima pinjaman dari pemerintahan pusat sejumlah
Rp500.000.000. Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang akan
diangsur selama 5 tahun mulai tahun 2019. Jurnal untuk penerimaan pinjaman
tersebut, yaitu sebagai berikut.
Tanggal
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Kas di Daerah
500.000.000
Penerimaan Pinjaman
500.000.000
Dana yang harus disediakan
untuk pembayaran utang jangka
100.000.000
panjang
Utang kepada Pemerintah
100.000.000
Pusat
f. Pencatatan Transaksi Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkannya kas dari kas daerah.
Contoh: Dikeluarkan uang sejumlah Rp100.000.000sebagai penyertaan modal
pada PDAM. Jurnal untuk pengeluaran penyertaan modal tersebut sebagai berikut
Ref
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
Pengeluaran penyertaan modal Pemda
100.000.000
Kas di kas daerah
100.000.000
(Mencatat penyertaan modal PDAM)
Penyertaan modal Pemda
Diinvestasikan dalam investasi
jangka panjang
100.000.000
100.000.000
(Mencatat penyertaan modal PDAM)
E. Posting Buku Besar dalam Akuntansi Pemerintah Daerah
Setelah dilakukan pencatatan jurnal yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
langkah selanjutnya adalah melakukan pembukuan ayat-ayat jurnal tersebut ke dalam buku
besar. Pada praktik akuntansi, kegiatan tersebut disebut posting. Guna melakukan posting
ke dalam buku besar, kita harus memahami langkah-langkah pencatatan transaksi ke dalam
jurnal karena jurnal dan posting merupakan urutan proses yang berkaitan. Apabila terjadi
kesalahan dalam mencatat ke dalam jurnal maka akan berdampak pada pembukuan ke
dalam buku besar. 100
1. Pengertian Buku Besar
Buku besar (general ledger) merupakan buku yang berisi kumpulan akun-akun
perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah. Akun sering disebut sebagai rekening
atau perkiraan akun-akun yang terdapat dalam neraca. Akun-akun ini disebut sebagai
akun terbuka atau akun riill. Akun ini memiliki saldo yang dilaporkan dalam neraca.
Contohnya adalah akun kas, akun piutang, dan akun perlengkapan. Adapun akun- akun
yang terdapat dalam laba rugi disebut sebagai akun nominal atau akun tertutup
Dikatakan demikian, karena saldo nominal akun-akun ini harus dibuat menjadi (nol)
pada akhir periode dengan membuat jurnal penutup. Contoh akun yang terdapat dalam
laporan laba rugi di antaranya beban operasi, beban pemasaran, beban gaji, pendapatan
jasa, dan pendapatan sewa.
2. Bentuk Buku Besar
Bentuk buku besar meliputi bentuk skontro dan bentuk stafel. Bentuk skontro
disebut juga dengan bentuk horizontal atau bentuk akun T. Karena buku besar
merupakan kumpulan dari akun-akun yang ada di perusahaan atau lembaga/instansi
pemerintah maka bentuk buku besar sama dengan bentuk akun. Buku besar dalam
bentuk T ini dalam praktik jarang digunakan karena saldo setiap akun tidak bisa
diketahui setiap saat. Saldo akun dapat diketahui hanya saat terjadi penutupan buku
pada akhir periode.
Bentuk buku besar lain adalah bentuk stafel atau biasa juga disebut dengan bentuk
vertikal (balance-column account). Bentuk ini terdiri atas kolom-kolom yang meliputi
kolom untuk pemindahan (posting) debet, satu kolom untuk pemindahan (posting)
kredit, satu kolom untuk menunjukkan saldo akun jika yang terjadi adalah saldo debet,
dan satu kolom untuk menunjukkan saldo akun jika yang terjadi adalah saldo kredit.
Bentuk yang sering digunakan dalam praktik akuntansi karena saldo untuk setiap akun
bisa diketahui setiap saat. Adapun contoh buku besar dua kolom yaitu sebagai berikut.
No. Akun:111
Tgl
Keterangan
Ref
Debet
Tgl Keterangan Ref
Kredit
Buku besar berbentuk stafel (balance-column account) tersebut sedikit berbeda
dengan bentuk T. Beberapa perbedaan tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Letak kolom debet dan kredit tidak berlawanan tetapi berdampingan.
b. Kolom jumlah rupiah bertambah untuk mencatat saldo setiap akun. Dengan kolom
tambahan ini maka saldo akun ditentukan setiap kali terjadi transaksi. Dengan
demikian, saldo setiap akun akan dengan mudah diketahui setiap saat.
3. Prosedur Pemindahan (Posting)
Transaksi pertama dicatat dalam jurnal. Kemudian, secara periodik ayat jurnal
dipindahkan ke akun-akun di buku besar. Proses pemindahan debet dan kredit dari ayat
jurnal ke akun di buku besar disebut dengan proses posting. Posting merupakan
pemindahbukuan informasi akuntansi dari buku jurnal ke buku besar. Prosedur ini
dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan gambaran pengaruh transaksi terhadap
setiap akun aset, liabilitas, maupun ekuitas. Pada setiap akhir periode, jumlah saldo
setiap akun ini akan diringkas untuk penyusunan neraca saldo dan laporan keuangan.
Pemindahan (posting) dari satu ayat jurnal dengan satu ayat debet dan satu ayat kredit
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Langkah 1 : Pindahkan tanggal ayat jurnal di buku jurnal ke dalam tanggal akun di
buku besar sesuai dengan akun masing-masing.
b. Langkah 2 : Pindahkan jumlah debet dan kredit masing-masing ayat jurnal ke
masing-masing akun sesuai dengan debet dan kreditnya.
c. Langkah 3 : Pindahkan halaman buku jurnal (di pojok kanan atas) ke kolom
referensi pada setiap akun di buku besar.
d. Langkah 4 : Masukkan nomor masing-masing akun di buku besar (pojok kanan
atas) ke kolom referensi di buku jurnal II.
F. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Akuntansi pemerintah daerah sebagai sebuah proses tentu menghasilkan output. Output
atau produk akuntansi tersebut adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan
bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh
suatu perusahaan atau lembaga pemerintah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan laporan keuangan merupakan
laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan dalam pemerintah adalah unit pemerintahan
yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundangundangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan,
yang terdiri atas Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, satuan organisasi di lingkungan
pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Dalam akuntansi pemerintah, ada beberapa prinsip yang digunakan dalam pelaporan
keuangan pemerintah, yaitu basis akuntansi, nilai historis, realisasi, substansi, perioditas,
konsistensi, pengungkapan lengkap, dan penyajian wajar.
1. Basis akuntansi
Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah berbasis
kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi
anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, liabilitas, dan ekuitas dalam neraca.
2. Nilai Historis (Historical Cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan liabilitas dicatat
sebesar jumlah kas atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang dalam masa pemerintahan yang akan datang.
3. Realisasi (Realization)
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah diotorisasi melalui
anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membayar utang
dan belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA merupakan laporan yang wajib
disusun maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui
anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.
4. Substansi (Substance)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain
yang seharusnya disajikan maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek
formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau
berbeda dengan aspek formalitasnya maka hal tersebut harus diungkapkan dengan
jelas dalam catatan atas laporan keuangan.
5. Perioditas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas perlu dibagi menjadi periodeperiode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan, namun
periode bulanan, triwulan, dan semesteran juga dianjurkan.
6. Konsistensi (Consistency)
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode
oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa
tidak boleh terjadi perubahan satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya.
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru
ditetapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode yang
lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat
ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau catatan atas
laporan keuangan.
8. Penyajian Wajar (Fair Presentation)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, laporan
perubahan saldo, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam rangka penyajian yang wajar,
diperlukan faktor kehati-hatian pada saat melakukan akuntansi pemerintah sehingga
aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan liabilitas dinyatakan tidak
terlalu rendah.
Laporan keuangan dihasilkan dari pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran
transaksi keuangan. Dalam akuntansi pemerintah daerah, terdapat beberapa macam
laporan keuangan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran, neraca, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menggambarkan realisasi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama satu periode akuntansi. Laporan realisasi
anggaran merupakan laporan yang digunakan dalam melakukan penyediaan informasi
tentang anggaran dan realisasi pendapatan LRA, belanja, transfer, surplus/ defisit LRA,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan.
Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap anggaran pendapatan dan
belanja daerah dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah dalam satu periode laporan.
Laporan realiasi anggaran ini menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya dalam satu periode laporan.
Laporan realisasi anggaran berisi beberapa unsur, yaitu pendapatan, belanja,
transfer, surplus atau defisit, pembiayaan, dan sisa lebih atau kurang pembiayaan
anggaran.
a) Pendapatan
Pendapatan merupakan semua bentuk penerimaan kas daerah yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan
merupakan hak pemerintah.
b) Belanja
Belanja merupakan semua bentuk pengeluaran dari rekening kas daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c) Transfer
Transfer merupakan semua bentuk penerimaan atau pengeluaran uang dari suatu
entitas pelaporan dari/atau kepada pelaporan lainnya, termasuk di antaranya Dana
Bagi Hasil (DBH) dan Dana Perimbangan.
d) Surplus atau Defisit
Surplus atau defisit merupakan selisih lebih atau kurang antara pendapatan dengan
belanja dalam satu periode pelaporan keuangan pemerintah daerah.
e) Pembiayaan
Pembiayaan merupakan semua bentuk penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau suatu pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, dalam penganggaran
pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan adanya
surplus anggaran.
f) Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran
Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran (SilLPA/SiKA) merupakan selisih
lebih atau kurang antara realisasi penerimaan dengan realisasi pengeluaran anggaran
pendapatan dan belanja daerah selama satu periode pelaporan.
Unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dapat dituliskan sebagai berikut.
a. Pendapatan
xxx
b. Belanja
xxx
c. Transfer
xxx+
xxxd. Surplus/Defisit
xxx
e. Pembiayaan (Neto)
xxxf. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
xxx
2. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah
daerah yang berisi aset, liabilitas, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) merupakan laporan yang menggambarkan atau
menyajikan mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas, dan setara kas selama satu
periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus kas masuk
dan arus kas keluar ini diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi aset
nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Adapun penyajian laporan arus kas dan
pengungkapan yang berkaitan dengan arus kas ini diatur dalam Pernyataan Standar
Anggaran Pemerintahan (PSAP) Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian dari laporan keuangan
yang menyajikan informasi mengenai penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam
rangka pengungkapan yang memadai. Catatan atas laporan keuangan ini dibuat dengan
tujuan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat dipahami dan dibandingkan
dengan laporan keuangan entitas lainnya.
Download