Uploaded by User16583

Paper AKK

advertisement
ANALISIS PENERAPAN PSAK – 102 MURABAHAH
(STUDI KASUS PADA 5 BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA)
Tio Andri Prasetyo
Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Alih Program, Politeknik Keuangan Negara STAN
Handaru Edit Sasongko
Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Alih Program, Politeknik Keuangan Negara STAN
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah praktik akuntansi yang meliputi pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah pada ………………. Telah diterapkan sesuai
dengan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah. Penelitian ini adalah penelitian sutdi kasus dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah implementasi akuntansi murabahah yang
diterapkan pada …………. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ……………….
Kata Kunci: Akuntansi Syariah, Murabahah, PSAK 102
Pendahuluan
Banyaknya jumlah penduduk muslim di Indonesia, kesadaran dalam menjalankan syariat islam, dan terbatasnya
dana pembiayaan membentuk permintaan akan hadirnya Lembaga Keuangan Syariah yang menawarkan produk
yang terbebas dari hal yang dilarang syariat Islam.
Salah satu produk yang ditawarkan Lembaga Keuangan Syariah adalah pembiayaan Syariah. Namun, dalam
praktiknya hanya beberapa produk saja yang banyak digunakan oleh Lembaga Keuangan syariah dalam
menyalurkan pembiayaannya, antara lain mudharabah, musyarakah, murabahah dan Ijarah qard (Baktiar, 2017).
Produk murabahah mendominasi pembiayaan yang ada di Indonesia. Murabahah memiliki pangsa pasar berkisar
antara tinggi 62,4% (tahun 2005) hingga tahun 2005, terendah 54,9% (pada tahun 2011), tetapi tetap dominan dan
pada tahun 2013 mencapai 60,0%, sedangkan musyarakah dan mudharabah tahun 2013 masing-masing 21,7% dan
7,4%. (Lembaga Keuangan Indonesia, 2016)
Murabahah adalah jual beli barang antara Lembaga Keuangan Syariah dengan nasabah, dimana harga awal barang
telah diketahui bersama antara pihak Lembaga Keuangan dan nasabah, serta adanya kesepakatan atas margin
keuntungan yang nantinya akan diperoleh Lembaga Keuangan. Murabahah juga merupakan produk pendanaan
syariah. Nasabah yang tidak memiliki cukup dana, akan diberikan bantuan oleh pihak Lembaga Keuangan syariah.
Bantuan diberikan dengan cara, pihak Lembaga Keuangan akan membeli barang yang diinginkan nasabah terlebih
dahulu dari penyedia barang, kemudian pihak Lembaga Keuangan menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
akad murabahah.
Transaksi murabahah di Indonesia telah diatur dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 102 tentang
Akuntansi Murabahah yang merupakan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan Syariah Indonesia. Kepatuhan
terhadap penggunaan PSAK 102 ditujukan untuk memberikan jaminan bahwa praktik akuntansi bebas dari segala
unsur yang dilarang dalam syariat islam.
Namun demikian, penelitian Mustofa (2012) menunjukkan bahwa dalam hal pengukuran keuntungan murabahah
telah sesuai dengan PSAK 102, namun dalam hal pengakuan, penyajian, dan pengungkapan tidak sesuai dengan
PSAK 102. Penelitian yang dilakukan Parno dan Tikawati (2016) menunjukkan bahwa Perlakuan akuntansi
murabahah pada KPN IAIN Samarinda yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran, penyajian dan
pengungkapan belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No. 102. Demikian pula penelitian Fahmi dan Febrina
(2019) menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri Palembang dalam penerapan akad murabahah, masih belum
sesuai dengan ketentuan pada PSAK 102, khususnya dalam pengenaan denda.
Dengan tuntutan bahwa syariat islam harus diterapkan di semua aspek termasuk didalamnya praktik akuntansi,
kemudian adanya fenomena praktik akuntansi syariah berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang belum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, perlu untuk melakukan review yang lebih mendalam terhadap masalah tersebut,
sehingga diperoleh bukti empiris atas penerapan konsep syariah di Bank …………... Penelitian dimaksudkan untuk
mengungkap mengetahui apakah praktik akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi murabahah pada ………………. telah diterapkan sesuai dengan PSAK 102 tentang
Akuntansi Murabahah, adapun metode penelitian yang tepat digunakan adalah metode kualitatif, dan pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan studi kasus.
Kajian Pustaka
Konsep Murabahah
Murabahah adalah jual beli dengan harga pokok dan margin keuntungan yang diketahui dan disepakati antara
penjual dan pembeli. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Sabiq (2009: 190) murabahah adalah menjual barang
dengan harga pembelian ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan Muhammad (2010: 137) berpendapat
bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok perolehan barang dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak penjual dengan pihak pembeli barang. Dalam PSAK No. 102 murabahah didefinisikan
dengan akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan
penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Akuntansi Syariah
Menurut American Accounting Association (AAA) Akuntansi adalah proses mengidentifikasi/mengenali,
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan
yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Sedangkan menurut AICPA (American
Institute of Cerified Public Accountans) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan
uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah proses penyediaan informasi atas entitas yang dikelola manajemen kepada pihak berkepentingan dalam
rangka pengambilan keputusan.
Syariah adalah konsep dimana semua bentuk kegiatan didasarkan pada hukum agama Islam. Akuntansi Syariah,
berdasarkan asal kata adalah akuntansi dengan menerapkan kaidah hukum – hukum islam dalam seluruh aspek
kegiatannya. Sebagaimana pendapat Nurhayati dan Wasilah (2013: 2), akuntansi syariah adalah proses akuntansi
yang menyediakan informasi kepada stakeholder suatu entitas dimana dapat memberikan stakeholder kepastian
atas kelangsungan operasi perusahaan dalam batas batas syariah islam dan dalam pemenuhan tujuan sosioekonomi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah (PSAK 102) ditetapkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 27 Juni 2007. PSAK 102 menggantikan
pengaturan mengenai akuntansi murabahah dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada
1 Mei 2002.
PSAK 102 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah untuk:
a. Lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual
maupun pembeli; dan
b. Pihak-pihak yang melakukan transaksi murabhah dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi syariah.
Karakteristik transaksi murabahah PSAK 102:
a. Aset yang akan dijual Bank dalam transaksi murabahah pada prinsipnya harus dimiliki Bank sebelum akad
murabahah disepakati. Cara memperoleh aset murabahah dapat secara langsung oleh Bank atau diwakilkan
kepada pihak lain termasuk nasabah.
b. Dalam hal Bank diwakilkan kepada pihak lain, pihak yang mewakili hanya sebatas pada pencarian informasi
barang sesuai spesifikasi yang diinginkan nasabah. Sedangkan penentuan atas pembelian aset dari pemasok
menjadi kewenangan Bank.
c. Harga perolehan aset murabahah harus diberitahukan Bank kepada nasabah.
d. Harga jual murabahah adalah harga perolehan aset murabahah sebelum dikurangi uang muka ditambah dengan
marjin yang disepakati.
e. Murabahah yang dilakukan oleh Bank harus berdasarkan pesanan nasabah yang bersifat mengikat.
f. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda
sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga
(harga dalam akad) yang digunakan. Sedangkan besarnya angsuran dapat disesuaikan berdasarkan kesepakatan
Bank dengan nasabah.
Perlakuan akuntansi transaksi murabahah yang diatur dalam PSAK 102:
a. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.
b. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:
i.
Jika murabahah pesanan mengikat:
 Dinilai sebesar biaya perolehan; dan
 Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan
kenasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset.
ii.
Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat:
 Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih
rendah; dan
 Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
c. Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai berikut:
i. Jika terjadi sebelum akad murabahah maka sebagai pengurangan biaya perolehan aset murabahah;
ii. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati maka bagian yang menjadi hak
nasabah;
 Dikembalikan kepada nasabah jika nasabah masih berada dalam proses penyeleseian kewajiban;
atau
 Kewajiban kepada nasabah jika nasabah telah menyeleseikan kewajiban.
iii.
Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang menjadi bagian hak lembaga keuangan
syariah diakui sebagai tambahan keuntungan murabahah;
iv.
Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad diakui sebagai pendapatan
operasional lain.
d. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan tereliminasi pada saat:
i.
Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah dikurangi dengan biaya
pengembalian; atau
ii.
Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual.
e. Pengakuan piutang
i.
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah
ditambah keuntungan yang disepakati.
ii.
Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.
f. Pengakuan keuntungan Keuntungan murabahah:
i.
Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak
melebihi satu tahun; atau
ii.
Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut
untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang
paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah-nya:
 Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini terapan untuk murabahah tangguh
dimana risiko penagihan kas dari 51 piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta
penagihannya relatif kecil.
 Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah.
Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif
besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga.

Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk
transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang
serta penagihannya cukup besar. Dalam praktik, metode ini jarang dipakai, karena transaksi
murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan
kasnya.
g. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau
lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui dengan menggunakan salah satu metode berikut:
i.
Jika diberikan pada saat penyeleseian, maka penjual mengurangi piutang murabahah dan keuntungan
murabahah; atau
ii.
Jika diberikan setelah penyeleseian, maka penjual terlebih dahulu menerima pelunasan piutang
murabahah dari pembeli, kemudian penjual membayar potongan pelunasan (muqasah) kepada pembeli
dengan mengurangi keuntungan murabahah.
h. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
i.
Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu diakui sebagai pengurangan
keuntungan murabahah;
ii.
Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli diakui sebagai beban.
i. Pengakuan denda Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan
denda yang diterima diakui sebagai dana kebajikan.
j. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:
i.
Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima;
ii.
Jika barang jadi di beli oleh pembeli,maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan
bagian pokok);
iii.
Jika barang batal di beli oleh pembeli,maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah di
perhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dimana peneliti melakukan analisis praktik akuntansi murabahah pada bank ……, kemudian membandingkannya
dengan PSAK No. 102 yang mencakup pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan…….. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2018 dari kelima bank
tersebut.
Analisis Data dan Pembahasan
Bank Syariah Bukopin
1. Pengakuan
a. Pengakuan Aset Murabahah
Berdasarkan PSAK No. 102 paragraf 18, disebutkan bahwa aset murabahah diakui sebagai persediaan
sebesar biaya perolehan. Namun demikian, dalam Laporan Keuangan Bank Syariah Bukopin, tidak
ditemukan persediaan murabahah. Pada Catatan Atas Laporan Keuangan ditemukan pernyataan
manajemen bahwa Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Apabila
murabahah yang dilakukan adalah tanpa pesanan, pada Laporan Keuangan, mungkin terdapat persediaan
murabahah yang tersisa sehingga nampak pada laporan posisi keuangan bank. Namun demikian, pada
Laporan Keuangan Bank Syariah Bukopin, tidak ditemukan persediaan murabahah. Kemungkinan pada
tahun 2018 bank hanya melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah saja sehingga
semua barang pasti terjual atau semua persediaan murabahah baik yang diperoleh berdasarkan pesanan
ataupun tanpa pesanan, telah habis terjual kepada nasabah namun bank belum melakukan pembelian
persediaan murabahah.
b. Pengakuan Piutang Murabahah
Dalam PSAK No. 102 paragraf 22, disebutkan bahwa pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui
sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode
laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang
dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Berdasarkan catatan atas laporan keuangan Bank Syariah Bukopin telah melaksanakan pengakuan Piutang
Murabahah sesuai PSAK 102. Manajemen, dalam Catatan Atas Laporan Keuangan menyatakan bahwa
piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yakni saldo piutang dikurangi
cadangan kerugian menyatakan bahwa pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya
perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati.
c. Pengakuan Keuntungan Murabahah
Berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Bukopin telah melaksanakan pengakuan keuntungan
murabahah sesuai PSAK 102 dengan mengakui pendapatan selama periode akad sesuai dengan tingkat
risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun.
Hal ini dibuktikan dengan pernyataan manajemen dalam Catatan Atas Laporan Keuangan bahwa
Pendapatan murabahah yang termasuk margin ditangguhkan dan pendapatan administrasi, diakui dengan
menggunakan metode tingkat imbal hasil efektif, yaitu tingkat imbal hasil yang akan mendiskonto secara
tepat estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang sepanjang perkiraan umur instrumen
keuangan tersebut atau, jika lebih tepat untuk masa yang lebih singkat untuk nilai tercatat bersih dari aset
keuangan atau liabilitas keuangan.
d. Pengakuan Denda
Berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak diperoleh informasi yang cukup mengenai
pengakuan denda murabahah sesuai PSAK 102. Dalam Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Dana
Kebajikan, terdapat pos denda. Namun demikian, pada laporan keuangan ditemukan cukup bukti untuk
dapat memastikan apakah denda tersebut berasal hanya dari denda murabahah atau denda dari akad yang
lain.
e. Pada laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak ditemukan kebijakan manajemen terkait pengakuan
diskon pembelian aset murabahah, pengakuan potongan pelunasan piutang murabahah, pengakuan
potongan angsuran murabahah, serta pengakuan uang muka.
2. Pengukuran
Pengukuran aset murabahah setelah perolehan dalam PSAK No. 102 paragraf 19 dijelaskan sebagai berikut:
a. Jika murabahah pesanan mengikat, maka:
 dinilai sebesar biaya perolehan; dan
 jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke
nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset.
b. Jika murabahah pesanan tidak mengikat, maka:
 Dinilai sebesar biaya perolehan atau nilai neto yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah;
 Jika nilai neto yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.
Dalam laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak disajikan pos asset murabahah, begitupun dengan pos
asset syariah lainnya seperti istisna dan ijarah juga tidak ditampilkan dalam laporan keuangan.Tidak adanya
penyajian asset murabahah dapat disebabkan karena Bank Bukopin Syariah telah habis menjual seluruh asset
murabahah di tahun 2018.
3. Penyajian
Bank Syariah Bukopin dalam beberapa hal telah melakukan penyajian murabahah sesuai PSAK 102. Namun
demikian, masih terdapat beberapa hal yang dipersyaratkan dalam PSAK 102 namun tidak disajikan dalam
laporan keuangan. Berdasarkan catatan atas laporan keuangan, Bank Syariah Bukopin menyajikan piutang
murabahah sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yakni saldo piutang dikurangi cadangan kerugian
sedangkan margin murabahah yang ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. Adapun
cadangan kerugian penurunan nilai piutang murabahah disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang
murabahah.
Denda disajikan sebagai komponen dari sumber dana kebajikan namun manajemen, dalam catatan atas laporan
keuangan, tidak melakukan rincian sumber denda tersebut. Apakah hanya berasal dari denda transaksi
murabahah atau denda dari transaksi lain
Manajemen menyajikan pendapatan murabahah sebagai bagian dari pos pendapatan pengelola dana oleh bank
sebagai mudharib. Dalam PSAK 102 disyaratkan bahwa Beban potongan pelunasan/angsuran murabahah
sebagai pos lawan pendapatan marjin murabahah. Namun demikian, beban potongan pelunasan/angsuran yang
seharusnya disajikan sebagai pos lawan pendapatan marjin murabahah tidak disajikan dalam laporan keuangan.
4. Pengungkapan
Bank Syariah Bukopin telah meaksanakan pengungkapan informasi keuangan sebagaimana dipersyaratkan
oleh PSAK 102, sebagai berikut:
c. Bank Syariah Bukopin melakukan pengungkapan atas cadangan kerugian penurunan nilai piutang serta
rincian piutang murabahah berdasarkan keterkaitan. Pengungkapan piutang murabahah berdasarkan
keterkaitan mengungkapkan tentang pihak yang terkait dalam transaksi murabahah yaitu pihak ketiga dan
pihak yang berelasi, diungkapkan secara rinci beserta jumlahnya.
d. Untuk piutang yang bermasalah, Bank Syariah Bukopun melaksanakan beberapa kebijakan antara lain
restrukturisasi melalui perpanjangan waktu, penjadwalan kembali dan penambahan plafon pembiayaan
bagi debitur.
e. Dalam kebijakan Bank Syariah Bukopin, pendapatan murabahah yang termasuk margin ditangguhkan dan
pendapatan administrasi, diakui dengan menggunakan metode tingkat imbal hasil efektif.
f. Selisih antara nilai bersih yang dapat direalisasikan dengan saldo piutang atau pembiayaan yang tidak
dapat ditagih diakui sebagai penambah atau pengurang cadangan kerugian penurunan nilai piutang atau
pembiayaan.
Namun demikian, besarnya piutang murabahah baik yang dibebani sendiri oleh Bank maupun secara bersamasama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank belum diungkapkan.
Bank Mega Syariah
1. Pengakuan
a. Pengakuan Aset Murabahah
Dalam laporan keuangan Bank Mega Syariah tidak disajikan persediaan murabahah padahal dalam catatan
atas laporang keuangan disebutkan bahwa Bank Mega Syariah melakukan pembelian persediaan
murabahah dengan dan tanpa pesanan. Seharusnya apabila dilakukan pembelian tanpa pesanan,
dimungkinkan pada akhir tahun masih terdapat sisa persediaan murabahah. Namun demikian, pada akhir
tahun tidak terdapat persediaan murabahah, kemungkinan semua barang murabahah telah habis terjual
karena semua asset murabahah dibeli berdasarkan pesanan nasabah terlebih dahulu.
b. Pengakuan Piutang Murabahah
Berdasarkan catatata atas laporan keuangan, Bank Mega Syariah mengakui piutang murabahah pada saat
akad murabahah terjadi. Piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah
keuntungan yang disepakati. Adapun pada akhir periode pelaporan, piutang murabahah dinilai sebesar
nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian.
c. Pengakuan Keuntungan Murabahah
Pada Bank Mega Syariah, keuntungan diakui selama periode akad berlangsung. Keuntungan diakui
proporsional sebesar jumlah yang dapat ditagih dari piutang murabahah sesuai dengan metode efektif
(anuitas).
d. Pengakuan Potongan Pelunasan Piutang Murabahah
Dalam PSAK No. 102 paragraf 26, potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli
yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang
keuntungan murabahah.
Pada Bank Mega Syariah, disajikan potongan pelunasan piutang murabahah pada laporan rekonsiliasi
pendapatan dan bagi hasil, namun tidak ditemukan informasi tentang kebijakan pengakuan potongan
pelunasan secara rinci.
e. Pengakuan Denda
Berdasarkan catatan atas laporan keuangan, Bank Mega Syariah memberikan denda kepada nasabah
yang mampu membayar tetapi menunda pembayaran dengan sengaja. Denda yang dikenakan berupa
pembayaran kepada bank oleh nasabah sejumlah uang yang besarnya tidak ditentukan atas dasar
kesepakatan dan tidak dibuat saat akad ditandatangani. Dana yang berasal dari denda kemudian
digunakan untuk dana kebajikan.
f. Pada laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak ditemukan kebijakan manajemen terkait pengakuan
diskon pembelian aset murabahah, pengakuan potongan angsuran murabahah, dan pengakuan uang muka
2. Pengukuran
Aset Murabahah pada Bank Mega Syariah tidak disajikan pada laporan keuangan. Namun dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan, manajemen menyatakan bahwa piutang murabahah diukur dengan menjumlahkan nilai
perolehan asset murabahah ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Secara implisit, data diketahui dari
pernyataan manajemen bahwa asset murabahah diukur menggunakan harga perolehan, namun pos asset
murabahah tidak ditemukan dalam penyajian di laporan posisi keuangan Bank Mega Syariah. Hal ini mungkin
terjadi karena semua asset murabahah telah terjual habis pada tiap akhir tahun.
3. Penyajian
Dalam penyajian transaksi murabahah, Bank Mega Syariah telah menyajikan transaksi murabahah sesuai
dengan PSAK 102.
 Bank Mega Syariah menyajikan denda yang diakibatkan oleh kelalaian nasabah dalam pembayaran
angsuran transaksi murabahah sebagai salah satu sumber dana dari dana kebajikan.
 Pada Bank Mega Syariah, saldo piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasi,
yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian, cadangan Kerugian Penurunan Nilai murabahah
disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang murabahah, dan marjin murabahah ditangguhkan
disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah
 Dalam rincian pendapatan marjin murabahah, disakikan beban potongan pelunasan/angsuran sebagai
akun kontra pendapatan marjin murabahah.
 Dalam laporan keuangan Bank Mega Syariah, denda yang disebabkan karena kelalaian nasabah disajikan
sebagai komponen dari sumber dana kebajikan. Manajemen tidak melakukan rincian sumber denda
tersebut sehingga tidak diketahui apakah denda seluruhnya berasal dari transaksi murabahah atau bukan.
Namun demikian, Bank Mega Syariah masih belum menyajikan uang muka murabahah dari pembeli.
Seharusnya uang muka murabahah disajikan sebagai liabilitas lainnya.
4. Pengungkapan
Bank Mega Syariah telah melaksanakan pengungkapan informasi keuangan sebagaimana dipersyaratkan oleh
PSAK 102, sebagai berikut
 Bank Mega Syariah mengungkapkan rincian piutang murabahah berdasarkan jenis piutang, sektor
ekonomi, kategori usaha, dan jangka waktu piutang murabahah.
 Dalam hal cadangan kerugian penurunan nilai, bank mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa
aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok



aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat
bukti objektif mengenai penurunan nilai tersebut.
Bank Mega Syariah mengungkapkan rincian piutang murabahah yang dilakukan dengan pihak – pihak
yang memiliki afiliasi/relasi dengan pihak bank beserta jumlahnya. Serta diungkapkan bahwa Transaksi
dengan pihak berelasi untuk tahun 2018 masih dalam kewajaran bisnis perbankan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Aset murabahah digolongkan sebagai asset produktif pada Bank Mega Syariah. Berkaitan dengan
penghapusan asset produkti, aset produktif akan dihapuskan dari masing-masing penyisihan kerugian pada
saat manajemen Bank berpendapat bahwa aset tersebut sudah tidak akan tertagih atau terealisasi lagi.
Dalam catatan atas laporan keuangan, diungkapkan bahwa metode pengakuan keuntungan murabahah
adalah pengakuan keuntungan transaksi jual beli Murabahah dengan pembayaran tangguh atau secara
angsuran dilakukan selama periode akad sesuai dengan metode efektif (anuitas).
Namun demikian, Bank Mega Syariah masih belum mengungkapkan besarnya piutang murabahah baik yang
dibebani sendiri oleh Bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan Bank
serta penanganan piutang murabahah yang bermasalah.
Kesimpulan dan Saran
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2007. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Muhammad. 2010. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Download