Uploaded by Rita Pinto

SOSBUD Proses Sosial (PAK SIM)

advertisement
ASPEK SOSIAL BUDAYA
Oleh: Simplexius Asa
I. PROSES SOSIAL
Studi AMDAL yang komprehensif meminta perhatian pada aspek sosial budaya
yang dipotret melalui setidaknya tiga hal: proses sosial, pranata sosial, dan persepsi
masyarakat terhadap rencana kegiatan. Sosiologi membedakan antara pranata sosial
dan relasi sosial. Pranata sosial
1
dengan pola dan dinamika perilaku tertentu
dipotret melalui adanya (bentuk-bentuk) struktur sosial dalam masyarakat seperti
kelompok sosial dan kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial dan kekuasan.
Pranata sosial adalah potret masyarakat dalam keadaan statis.
Proses sosial pada dasarnya dimulai ketika terjadi relasi sosial, yakni hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi, baik antara individu yang satu dengan
lainnya maupun antara individu dengan kelompok masyarakat. Hubungan timbal
balik tersebut diletakkan pada nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut oleh
masyarakat. Proses sosial berbeda dengan dengan prnata sosial karena lebih cair dan
dinamis.
2
Proses sosial terjadi karena adanya interaksi antar anggota masyarakat
baik antar antara individu dan/atau antar pranata sosial.
Soerjono Soekanto merumuskan beberapa bentuk interaksi sosial, yakni
akomodasi (accommodation), kerjasama (cooperation), persaingat (competition),
pertentangan bahkan pertikaian (conlict).3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindoPersada – Rajawali Press, Jakarta, Cetakan
ke 44, 2013, hlmn. 53-54. Lihat juga: Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT.
RajaGrafindoPersada – Rajawali Press, Jakarta, Cetakan ke 21, 2012, hlmn. 171-172. Bandingkan pula dengan:
Yehezkel Dror, Law and Social Chages dalam Wilhelm Aubert, Sociology of Law-Selected Readings, Penguin
Education, Penguin Books Ltd, Aucland 10, New Zealand, hlmn. 90-91.
1
Ibid, hlmn. 55; dikatakan: “Proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila individu
atau kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi
apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan
perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama.
2
3
Ibid, hlmn 65. Selain yang dikemukakan Soerjono Soekanto, literature menyebut juga beberapa pola relasi
lain, yakni inkulturasi (inculturation), asimilasi (assimilation), dominasi (domination), solidaritas (solidarity)
dan lain sebagainya.
1
Steven Vago menguraikan dan menandaskan bahwa secara umum diskusi
tentang hukum dan masyarakat bertalian erat dengan satu dari dua konsepsi idial,
yakni integration-consensus 4 dan conflict-coercion.5 Sependapat dengan Vago, Akers
menyebut dua konsep di atas dengan istilah yang berbeda, yakni social organization
dan social disorganization.
6
Keadaan suatu masyarakat disebut social organized jika
potret sistem sosial dalam masyarakat menggambarkan adanya integrasi dan
kesesuaian (conformity) dengan norma dan nilai yang dianut, terjadi kohesi sosial
yang kuat diantara individu yang menjadi anggota masyarakat dan interaksi sosial
dilaksanakan menurut tatacara yang telah diatur.
7
Sebaliknya keadaan masyarakat
dikatakan sedang terjadi social disorganized jika potret dalam masyarakat
menggambarkan adanya gangguan atau kekacauan terhadap integrasi dan kohesi
sosial, kontrol sosial sulit dilaksanakan dan diantara elemen pranata sosial yang satu
dengan lainnya dalam masyarakat terjadi pertentangan dan pertikaian .8
Uraian tentang pandangan dan istilah yang oleh Vago disebut sebagai
integration-consensus dan conflict-coercion maupun yang oleh Akers disebut sebagai
social organization dan social disorganization sebenarnya dimaksudkan untuk
menegaskan pentingnya potret dari dua dimensi interaksi sosial tersebut dalam suatu
proses sosial. Kedua dimenasi dimaksud adalah proses sosial asosiatif dan proses
sosial disosiatif, yang diperkenalkan oleh Gillin dan Gillin.
9
4
Steven Vago, Law and Society, 3rd Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, US, 1998, hlmn. 16.
“integration-consensus … describes society as a functionally integrated, relatively stable system held together
by a basic consensus of values. Social order is considered as more or less permanent, and individuals can best
achieve their interests through cooperation.”
Ibid, hlmn. 16. “conflict-coercion … perspective, in direct opposition, considers society as consisting of
individuals and groups characterized by conflict and dissension and held together by coercion. Order is
temporary unstable because every individual and groups strives to maximize its own interest in a world of
limited resources and goods.”
5
6
Ronald L. Akers, Criminological Theories, University of Florida, Fitzroy Dearborn Publisher, Chicago and
London, 1999, hlmn. 115.
Ibid. Dikatakan: “A social system (a society, community, or subsystem within society) is described as socially
disorganized and integrated if there is sn internal consensus on its social interaction proceeds in an orderly
way”.
7
Ibid. Dikatakan: “Conversely, the system is described as disorganized or anomic if there is a disruption in its
social cohesion or integration, a breakdown in social control, or malalignment among its elements”.
8
9
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlmn. 65. Tentang Gillin and Gillin, lihat selengkapnya dalam Cultural
Sociology, a revision of An Introduction to Sociology, The Macmillan Company, New York, 1954.
2
Meminjam istilah Gillin and Gillin di atas,
Soerjono Soekanto menjelaskan
bahwa suatu proses sosial disebut sebagai proses yang asosiatif jika dalam suatu
masyarakat terjalin adanya kerjasama (cooperation), baik sebagai interaksi sosial
yang pokok maupun sebagai proses yang utama dan akomodasi (accommodation).10
Sedangkan di sisi lain, suatu proses disebut disosiatif jika terjadi persaingan
(competition) dan kontraversi (contraversion).11
A.
Proses Sosial Asosiatif
Wilayah studi ini meliputi tiga Desa/Kelurahan di Kecamatan Kupang Timur,
kabupaten Kupang yakni, Kelurahan Merdeka, Kelurahan Babau dan Desa Nunkurus
yaitu wilayah yang dijadikan lokasi rencana pembangunan pabrik garam oleh PT.
Puncak
Keemasan
Garam
Dunia.
Secara
geografis,
letak
wilayah
rencana
pembangunan pabrik garam relatif sangat dekat (20-30 kilometer) dengan Kota
Kupang, Ibukota sekaligus kota terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kondisi
tersbut mempengaruhi proses sosial dan interaksi sosial yang terjadi antar sesama
warga yang diletakkan di atas kesamaan kepentingan sebagai sesama warga
masyarakat.
Warga yang mendiami ketiga Desa/Kelurahan terdiri atas beberapa etnis, yaitu
etnis Timor atau orang Timor, etnis Sabu atau orang Sabu, etnis Rote atau orang Rote,
etnis Alor atau orang Alor, etnis/orang Bugis-Makassar dan warga eks Timor-Timur
yang sekarang sudah menjadi negara Timor Leste, serta beberapa etnis lain dalam
jumlah yang sangat kecil. Etnis yang dominan mendiami wilayah rencana
pembangunan pabrik garam adalah orang Timor, orang Rote dan orang Sabu.
Mayoritas penduduknya beragama Kristen Protestan, berturut-turut diikuti oleh yang
beragama Katholik, Islam, Hindu dan Budha. Mayoritas penduduk di wilayah studi
bekerja sebagai petani dan/atau nelayan, pedagang hasil pertanian dan hasil
tangkapan ikan di Pasar Tradisional. Hanya sebagian kecil penduduk yang bekerja
pengusaha, pegawai pada instansi pemerintah, sektor informal lainnya.
10
11
Lihat selengkapnya dalam Soerjono Soekanto, Ibid, hlmn. 65-81.
Ibid, hlmn. 81-97.
3
Meskipun masyarakat di wilayah rencana pembangunan pabrik garam berasal
dari etnis yang berbeda, proses sosial yang asosiatif atau integrasi sosial terjadi karena
adanya ikatan kesamaan agama dan kepercayaan (sesama umat Kristani), kesamaan
profesi
dan/atau
pekerjaan/mata
pencaharian.
Kekhasan
adat
istiadat
yang
diwariskan/dibawa oleh etnis tertentu dipertahankan sepanjang urusannya terkait
perkawinan atau kematian sesama warga. Kekhasan lainnya sudah melebur karena
adanya proses asimilasi dan inkulturasi, terutama melalui jaringan kekerabatan dan
solidaritas karena perkawinan (kawin-mawin), serta toleransi diantara sesama warga.
Hingga
studi
ini
dilaksanakan,
warga
masyarakat
setempat
tetap
menjaga
keharmonisan hubungan sosial dan berusaha menghindari terjadinya konflik sosial dan
konflik kepentingan diantara mereka.
Kohesi
atau
ikatan
sosial
tersebut
selanjutnya
menjadi
jiwa
dalam
mengembangkan semangat gotong royong dan tolong menolong dalam suasana
persaudaraan (katong samua basodara) dalam berbagai segi kehidupan sosial, seperti
gotong-royong membangun rumah ibadat, gotong royong menyiapkan lahan
pertanian, saling menghargai dan menghormati dalam kegiatan atau upacara
keagamaan, termasuk pula ketika sesame warga mengalami musibah atau bencana.
Kondisi ini juga didukung oleh masih kuatnya loyalitas warga setempat terhadap elit
tradisional dari masing-masing etnis dalam komunitas. Peran tokoh atau elit
tradisional dalam menjaga harmoni sosial di wilayah ini masih nampak dalam
pengaturan pembagian air untuk pertanian, pelaksanaan adat perkawinan serta ketika
menengahi konflik sosial antar warga. Hasil wawancara dan informasi dari wilayah
studi menunjukkan bahwa di lokasi / wilayah rencana pembangunan pabrik garam
tidak pernah terjadi konflik sosial yang berkepanjangan dan tidak terkontrol serta
berdampak luas.
B.
Proses Sosial Disosiatif
Proses sosial dissosiatif adalah proses yang mengarah kepada terjadinya
pertentangan atau konflik di dalam masyarakat. Informasi yang diperoleh di lapangan
menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah ini jarang terlibat dalam konflik-konflik
terbuka, baik antar sesama warga setempat maupun dengan pihak lain, khususnya
4
penduduk pendatang. Kendatidemikian, hal potensial yang dapat memicu terjadinya
proses sosial disosiatif dalam masyarakat di wilayah rencana pembangunan pabrik
garam adalah adanya indikasi persaingan antar warga maupun kelompok masyarakat
dalam memperoleh keuntungan ekonomis dari adanya potensi alam yang akan
diusahakan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan kunci (key informants)
yang berasal dari kalangan pemerintahan, tokoh adat maupun warga masyarakat
biasa, diperoleh gambaran bahwa potensi keresahan dan konflik antar warga
menyangkut penguasaan tanah relatif kecil. Hal ini disebabkan karena semua warga
desa memiliki pemahaman mengenai kelompok-kelompok suku yang menguasai
lahan-lahan serta memiliki ketaatan yang tinggi terhadap tokoh adat (fukun) yang
juga memiliki kewenangan mengatur urusan tanah di desa-desa ini. Sehubungan
dengan rencana pembangunan pabrik garam yang akan dilaksanakan oleh PT. Puncak
Keemasan Garam Dunia, potensi-potensi konflik yang dapat terjadi, baik pada tahap
pra-konstruksi, konstruksi maupun operasi adalah masalah pelibatan tenaga kerja
lokal. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian dari pihak pemrakarsa,
pemerintah setempat dan semua pihak terkait lainnya.
C. Pranata/Kelembagaan Masyarakat
Secara sosiologis, lembaga keagaamaan adalah pranata sosial yang sangat kuat
dalam masyarakat. Sebahagian besar penduduk di wilayah studi menganut agara
Kristen Protestan dan Kristen Katholik dimana kekristenan telah disebarluaskan sejak
tahun 1.500-an. Masyarakat setempat sangat menaruh hormat dan percaya serta taat
terhdap pemimpin agama. Lembaga agama dan para peminpinnha ikut memainkan
peran yang cukup menentukan dalam menata perilaku individu dan kehidupan sosial
masyarakat setempat.
Pranata lainnya adalah organisasi sosial yang didirikan oleh pemerintah seperti
BPD dan LKMD. Pranata sosial yang saat ini paling dominan peranannya dalam
kehidupan
masyarakat
setempat
adalah
lembaga
pemerintahan,
khususnya
pemerintah kecamatan dan desa. Hal ini dapat dipahami mengingat struktur
masayarakat di wilayah studi sesungguhnya adalah komunitas subculture perkotaan.
5
Studi mengonfirmasi adanya kelompok masyarakkat berdasarkan kesamaan
profesi / pekerjaan atau kelompok kepentingan tertentu seperti kelompok tani dan
nelayan, kelompok petukangan serta kelompok arisan pedagang di Pasar Tradisional.
Hasil studi juga menunjukkan bahwa kelembagaan/pranata masyarakat tradisional
setempat masih ada dan terpelihara secara turun temurun serta mengikat warga dari
etnis pemilik pranata tersebut, khususnya dalam uerusan perkawinan dan kematian
warga. Basis dari pranata dimaksud adalah norma dan nilai-nilai budaya.
D. Warisan Budaya
Sebagaimana tergambar dalam pembahasan tentang proses sosial, secara sosial
budaya, corak kehidupan masyarakat yang bernuansa budaya tradisional warisan
leluhur yang khas dari masing-masing etnis dalam komunitas sepanjang terkait
perkawinan dan kematian sesama warga masih tetap ditahankan. Demikian juga
dengan spirit dan semangat solidaritas dalam budaya gotong-royong serta tolongmenolong. Diakui bahwa lunturnya berbagai upacara yang diwariskan oleh para
leluhur dipengruhi oleh masuknya agama Kristen dan menyebarnya semangat
kekristenan. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi pula oleh kondisi
sosial masyarakat yang cenderung telah menganut pola relasi subculture perkotaan
Hasil penelusuran lapangan menunjukkan bahwa di wilayah rencana pembangunan
pabrik garam sudah tidak ditemukan lagi situs adat peninggalan leluhur di wilayah ini.
baik berupa bangunan (Rumah Adat / Rumah Pemali), Situs Pekuburan Adat maupun
hutan dan tanah yang dijadikan tempat keramat.
E. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Hasil konsultasi publik bersama dengan wakil-wakil pemerintah, tokoh adat
serta warga masyarakat terkena dampak yang dilaksanakan di Aula Kantor Camat,
Kecamatan Kupang Timur, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang,pada
tanggal 08 Mei
2019, serta wawancara dengan sejumlah warga yang dianggap sebagai informan kunci
(key informants), ketika melakukan kunjungan lapangan menunjukkan bahwa sikap
6
dan persepsi masyarakat setempat terhadap rencana usaha dan atau kegiatan ini,
untuk sebagian dapat dikatakan cukup positif, dalam arti dapat menyetujui dan
mendukung kehadiran PT. Puncak Keemasan Garam Dunia yang berencana
membangun pabrik garam di wilayah studi.
Meskipun demikian, sebagaimana terurai dalam catatan Hasil Konsultasi Publik
dan Transkrip Rekaman Proses Sosialisasi (terlampir), masih ada beberapa hal atau
permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh, baik oleh
pemerintah daerah setempat (Kabupaten, Kecamatan dan Desa), maupun oleh pihak
pemrakarsa, yakni:
1) Perekrutan tenaga kerja harus mendapat rekomendasi dari warga dan tokoh
masyarakat di Desa Nunkurus, Lurah babau dan Kelurahan babau sebelum
diumumkan secara terbuka dengan catatan perlu menguutakan masyarakat
Kelurahan Merdeka, Kelurahan Babau Dan Desa Nunkurus;
2) Pembangunan tanggul harus mempertimbangkan bencana banjir yang mungkin
dapat terjadi;
3) Perlu disosialisasikan tentang (letak, luas, batas dan peruntukan) terutama aspek
yuridis teknis untuk kegiatan di Tambak dan Pabrik Garam Kelurahan Merdeka,
Kelurahan Babau Dan Desa Nunkurus, dengan melibatkan Kepala Desa dan/atau
Lurah, Tokoh Masyarakat, Petani, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkunga
Hidup, Badan Pertanahan Nasional UPT Kehutanan Kabuaten Kupang dan/atau
stakeholders lainnya;
4) Perlu menunjuk wakil dari wilayah kegiatan Pabrik dan tambak Garam;
References
Dominikus Rato, Hukum Dalam Perspektif Konstruksi Sosial, LaksBang Mediatama,
Sleman Yoyakarta, Tahun 2009.
Dragan Milovanovic, A Primer in the Sociology of Law, Second Edition, Harrow and
Hesston Publisher, New York, USA, Year 1994.
Gillin and Gillin, lihat selengkapnya dalam Cultural Sociology, a revision of An
Introduction to Sociology, The Macmillan Company, New York, Year 1954.
7
Karolus Kopong Medan dan Mahmutarom HR, Editor, Paranata Hukum – Sebuah
Telaah Sosiologis, Kumpulan Tulisan Esmi Warassih, PT. Suryandaru Utama,
Semarang, Tahun 2005.
Ronald L. Akers, Criminological Theories, University of Florida, Fitzroy Dearborn
Publisher, Chicago and London, Year 1999.
Steven Vago, Law and Society, 3rd Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey, US, Year 1998.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindoPersada, Rajawali
Press, Jakarta, Cetakan ke 44, Tahun 2013.
---------------------------, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT.
Rajawali Press, Jakarta, Cetakan ke 21, Tahun 2012.
RajaGrafindoPersada,
Wilhelm Aubert, Sociology of Law-Selected Readings, Penguin Education, Penguin
Books Ltd, Auckland 10, New Zealand, Year 1980.
Dokumen
1.
2.
3.
4.
5.
Kuisioner yang telah diisi dan ditandatangani oleh responden.
Dokumen Hasil Konsultasi Publik.
Rekaman dan Transkrip Hasil Rekaman Sosialisasi dan Konsultasi Publik.
Notulensi Hasil Rapat dan Sosialisasi / Konsultasi Publik.
Daftar Hasil Konsultasi Publik
8
Download