Uploaded by User12633

diskusi topik

advertisement
Mohon izin berpendapat
1. Jelaskan pengertian peraturan dan keputusan dan berikan contoh-contoh dari
peraturan dan keputusan
Peraturan adalah: Peraturan merupakan salah satu bentuk keputusan yang harus ditaati dan
dilaksanakan. Jasi, kita harus menaati peraturan agar semua menjadi teratur dan orang akan
merasa nyaman.
Contoh Peraturan
a. Peraturan Pemerintah RI. No.71 Tahun 2000/ Tentang tata cara peran serta.
b. UU RI.No.31 Tahun 1999/ Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan bebas
dari Korupsi,Kolusi,Dan Nepotisme.
Keputusan adalah: Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang
dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif
tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat
berupa tindakan / opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau
irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah.
Contoh Keputusan:
Pada tahun 1983, kepercayaan knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan nike, sehingga
berdampak pada 350 karyawan yang ia miliki, oleh karena itu PHIL sebagai Ketua Dewan
Direksi memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu nomor satu melalui
kecepatan penjualannya dengan konsep "Nike Global Segmentation & Targeting Positioning".
2. Uraikan tata urutan peraturan perundang undangan di Indonesia menurut Tap MPRS
No. XX/MPRS/1966; Tap MPR No. III/MPR/2000; UU No. 4 Tahun 2004; dan UU No.
11 Tahun 2012
a. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai sumber
tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Republik
Indonesia.
Urutannya yaitu :
1)
UUD 1945;
2)
Ketetapan MPR;
3)
UU;
4)
Peraturan Pemerintah;
5)
Keputusan Presiden;
6)
Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
b. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Undang-Undang.
Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-undangan RI yaitu :
1)
UUD 1945;
2)
Tap MPR;
3)
UU;
4)
Peraturan pemerintah pengganti UU;
5)
PP;
6)
Keppres;
7)
Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku
c. Uraian tata urutan peraturan perundang undangan di Indonesia menurut UU Nomor
10 Tahun 2004
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/peraturan pemerintah pengganti Undang-undang;
3. Peraturan pemerintah;
4. Peraturan presiden;
5. Peraturan Daerah.
d. Uraian tata urutan peraturan perundang undangan di Indonesia menurut UU Nomor
10 Tahun 2004
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan perundangundangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2)
Ketetapan MPR;
3)
UU/Perppu;
4)
Peraturan Presiden;
5)
Peraturan Daerah Provinsi;
6)
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
3. Mekanisme penyusunan Peraturan Perundang Undangan di Indonesia
a. RUU dapat berasal dari DPR atau Presiden.
b. RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau alat
kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi atau Dewan Perwakilan
Daerah (DPD)
c. RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga
pemerintah non-kementerian sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya
d. RUU tersebut kemudian disusun dalam Program Legislasi Nasional (prolegnas) oleh
Badan Legislasi DPR untuk jangka waktu 5 tahun serta dibuat pula dalam jangka waktu
tahunan yang berisi RUU yang telah diurutkan prioritas pembahasannya.
e. Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan Naskah Akademik kecuali untuk
RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), RUU penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) menjadi UU, serta RUU pencabutan UU
atau pencabutan Perpu.
f. Pimpinan DPR memberitahukan adanya RUU dan membagikan RUU kepada seluruh
anggota DPR dalam rapat paripurna
g. DPR dalam rapat paripurna berikutnya memutuskan RUU tersebut berupa persetujuan,
persetujuan dengan perubahan, atau penolakan
h. Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat pembicaraan.
i. Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan
Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus
j. Kegiatan dalam pembicaraan tingkat I dilakukan dengan pengantar musyawarah,
pembahasan daftar inventarisasi masalah, dan penyampaian pendapat mini fraksi
k. Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna. Dalam rapat paripurna berisi:
1. Penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD,
dan hasil Pembicaraan Tingkat I;
2. Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan
yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
3. Pendapat akhir Presiden yang disampaikan oleh menteri yang mewakilinya.
l. Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah mufakat, keputusan diambil dengan
suara terbanyak
m. RUU yang membahas tentang otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan wilayah; pengelolaan sumber daya alam
atau sumber daya lainnya; dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dilakukan
dengan melibatkan DPD tetapi hanya pada pembicaraan tingkat I saja.
n. Dalam penyiapan dan pembahasan RUU, termasuk pembahasan RUU tentang APBN,
masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis kepada DPR
melalui pimpinan DPR dan/atau alat kelengkapan DPR lainnya.
o. RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan Presiden diserahkan kepada
Presiden untuk dibubuhkan tanda tangan, ditambahkan kalimat pengesahan, serta
diundangkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia
Mekanisme penyusunan Peraturan Perundang Undangan di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Dalam
perencanaan diinventarisasi masalah yang ingin diselesaikan beserta latar belakang dan tujuan
penyusunan peraturan perundang-undangan. Masalah yang ingin diselesaikan setelah melalui
pengkajian dan penyelarasan, dituangkan dalam naskah akademik. Setelah siap dengan naskah
akademik, kemudian diusulkan untuk dimasukkan ke dalam program penyusunan peraturan.
Untuk undang-undang, program penyusunannya disebut Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
b. Penyusunan
Penyusunan peraturan perundang-undangan dapat diartikan dalam 2 (dua) maksud. Pertama,
penyusunan
dalam
arti
proses,
yakni
proses
penyampaian
rancangan
dari
Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota atau DPR/DPD setelah melalui tahap perencanaan. Proses
penyusunan ini berbeda untuk undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan presiden.
Kedua, penyusunan dalam arti teknik penyusunan, yakni pengetahuan mengenai tata cara
pembuatan judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan, dan lampiran.
c. Pembahasan
Pembahasan adalah pembicaraan mengenai substansi peraturan perundang-undangan di antara
pihak-pihak terkait. Untuk undang-udang, pembahasan dilakukan oleh DPR bersama Presiden
atau menteri melalui tingkat-tingkat pembicaraan. Untuk peraturan di bawahnya, pembahasan
dilakukan oleh instansi terkait tanpa keterlibatan DPR.
d. Pengesahan
Untuk undang-undang, rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan
Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undangundang. Untuk peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, disampaikan oleh
Menteri Hukum dan HAM kepada Presiden melaui Kementerian Sekretariat Negara atau
Sekretariat Kabinet.
e. Pengundangan
Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan
Lembaran Daerah, atau Berita Daerah. Tujuan pengundangan adalah agar masyarakat
mengetahui isi peraturan perundang-undangan tersebut dan dapat menjadi acuan kapan suatu
peraturan perundang-undangan mulai berlaku dan mengikat.
Untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang baik, selain hal-hal tersebut di atas perlu
juga diketahui hal-hal khusus, seperti tata cara pendelegasian wewenang, pengaturan penyidikan,
pencabutan, dan perubahan peraturan perundang-undangan.
a. Pendelegasian Wewenang
Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat mendelegasikan kewenangan mengatur
lebih lanjut pada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Undang-undang dapat
mendelegasikan kewenangan pengaturan pada peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah dapat
mendelegasikan pada peraturan presiden dan seterusnya. Pendelegasian kewenangan juga dapat
dilakukan dari suatu undang-undang kepada undang-undang yang lain, dari suatu peraturan
daerah kepada peraturan daerah yang lain. Pendelegasian kewenangan harus menyebut dengan
tegas ruang lingkup materi muatan yang diatur dan jenis peraturan perundang-undangan yang
didelegasikan.
b. Penyidikan
Pengetahuan mengenai bagaimana membuat ketentuan penyidikan diperlukan ketika akan
menyusun undang-undang dan peraturan daerah yang mengatur mengenai sanksi pidana.
Ketentuan penyidikan memuat pemberian kewenangan kepada Penyidik PNS kementerian,
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, atau instansi tertentu untuk menyidik pelanggaran
terhadap ketentuan undang-undang dan peraturan daerah.
c. Pencabutan
Apabila ada peraturan perundang-undangan lama yang tidak diperlukan lagi atau sudah tidak
sesuai dengan perkembangan keadaan dan perlu diganti dengan peraturan perundang-undangan
yang baru, maka peraturan perundang-undangan yang baru harus secara tegas mencabut
peraturan perundang-undangan yang tidak diperlukan itu. Jika materi dalam peraturan
perundang-undangan yang baru menyebabkan perlu penggantian sebagian atau seluruh materi
dalam peraturan perundang-undangan yang lama, maka di dalam peraturan perundang-undangan
yang baru harus secara tegas diatur mengenai pencabutan sebagian atau seluruh peraturan
perundang-undangan yang lama.
d. Perubahan
Perubahan peraturan perundang-undangan dilakukan dengan cara menyisip atau menambah
materi ke dalam peraturan perundang-undangan atau menghapus atau mengganti sebagian materi
peraturan perundang-undangan. Perubahan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan
terhadap seluruh atau sebagian buku, bab, bagian, paragraf, pasal, dan/atau ayat, kata, frasa,
istilah, kalimat, angka, dan/atau tanda baca.
Sekian, terimakasih.
Download