View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hubungan Sosial
Kehidupan sosial harus di pandang sebagai suatu sistem (sistem sosial),
yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhungan
dalam suatu kesatuan. Dimana bagia-bagian atau unsur-unsur yang di maksut
adalah bagian-bagian atau unsur-unsur dari kehidupan sosial yang dapat di
sebut sebagai unsur-unsur sosial inilah sebagai suatu elemen yang utama
dalam kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam
suatu bentuk pergaulan.
Oleh karena itu suatu bentuk pergaulan sosial di tandai sebagai berikut:
a) Adanya manusia yang hidup bersama yang berjumlah dua orang atau
lebih.
b) Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena mereka bergaul (berhubungan ) cukup lama
dan hidup bersama, maka akan tejadi adaptasi serta pengorganisaian
perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok),
sehingga dalam kehidupan sosial di tandai pula oleh
12
c) Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan akhirnya
menjadi
d) Suatu sistem kehidupan.
Pernyataan tersebut diatas menandakan bahwa kehidupan sosial itu
bukanlah suatu kehidupan yang statis, melaikan kehidupan yang dinamis.
Kehidupan sosial tersebut terdiri dari manusia- manusia yang melakukan
hubungan dengan bergagai kepentingan (untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu) dan untuk itu mengorganisasikan perilaku mereka dengan polapola tertentu sebagaimana di kemukakan oleh Raymon firth bahwa:
‘‘perhubungan-perhubungan yang timbul dari hidup bersama itu
dapat dilihat sebagai suatu sistem yang dapat dinamakan struktur
sosial. Struktur sosial suatu pergaual hidup manusia meliputi
berbagai tipe kelompok yang tejadi dari orang banyak dan
meliputi pula lembaga-lembaga dimana orang banyak tadi ambil
bagian” ( taneko 1986:11 ).
Perhubungan-perhubungan tidak dapat di pungkiri dalam hidup
dan kehidupan manusia dalam masyarakat. Hal ini karena masyarakat
memang merupakan sistem sosial, dalam arti merupakan suatu kesatuan
yang utuh dan saling berhubungan satu sama lainya. Oleh karena itu satu
hal yang menjadi unsur terpenting dalam hal ini adalah ‘‘ hubungan
13
sosial” itu sendiri. Dalam bebagai kepustakaan pejelasan mengenai
hubungan sosial dan interaksi sosial tidak jauh berbeda. Sebagaimana
dikemukakan oleh Abd. Syani (1987 :31) bahwa interaksi sosial adalah
identik dengan hubungan sosial, karena adanya hubungan sosial berarti
sekaligus merupakan interaksi sosial. Dikatakan demikian karena didalam
interaksi sosial terhadap saling hubungan antara satu sama lainnya dan
saling memberi dan menerima yang akan terwujud sebagai suatu
kerjasama atau mungkin terjadi persaingan atau pertentangan. Hal senada
dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1990 :61) bahwa:
‘‘ interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dan kelompok manusia”
Dengan kata lain hubungan sosial atau interaksi sosial dapat dikatakan
juga sebagai proses sosial. Hal ini karena hubungan sosial ( interaksi
sosial ) merupakan syarat pertama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial
sebagai
wujud
dari
kedinamisan
masyarakat.
Gillin
dan
gillin
mengemukakan bahwa:
‘‘ proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat
di lihat apabilah orang perorangan dan kelmpok-kelompok
14
manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentukbentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara
hidup yang telah ada. (soekanto 1990:60).
Sebagai suatu kunci dalam kehidupan bermasyarakat, maka
hubungan sosial adalah suatu yang mutlak bagi manusia, oleh karena
tanpa adanya proses hubungan tersebut tidak akan mungkin ada wujud
kehidu pan bersama sebagaimana yang telah ada dan dirasakan oleh setiap
manusia. Memang perlu disadari bahwa bila kita melihat masyarakat
secara totalitas (keseluruhan), maka perlu melihat bagaimana bentuk
hubungan-hubunga sosialnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
roucek dan werren dalam memberikan defenisi tentang sosiologis,
dikatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia
dalam kelompok-kelompok (soekanto, 1990 : 19). Dengan demikian
bahwa melihat hubungan sosial berarti melihat masyarakat sebagai
keseluruhan atau keterlibatan individu dan kelompok dalam mayarakat.
Manusia yang dikodratkan mempunyai sifat yang berbedabeda,dalam melakukan
berbagai
hubungan
sosial
tentunya
akan
memperlihatkan perbedaan tindakan sosial dengan manusia lainya. Oleh
karena itu cukup jelas pendapat maclver dan page bahwa objek sosiolgis
yaitu ‘‘ masyarakat iyalah suatu sistem dari kebiasan dan tata cara, dari
15
wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan
dan
pengawasan
tingkalaku
serta
kebebasan-kebebasan
manusia.
Keseluruhan yang selalau berubah ini kita namakan masyarakat.
Masyarakat merupakan hubungan sosial. Dan masyarakat selalu berubah.
Selanjutnya berlangsungnya proses interaksi sosial didasarkan atau di
pengaruhi oleh berbagai faktor yang sebagaimana di kemukakan oleh
soerjono soekanto (1990 :63) antara lain faktor imitasi, sugesti,
identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendirisendiri secara terpisa maupun dalam keadaan yang bergabung. Faktor
imitasi cukup pegang peranan penting dalam berlangsungnya interaksi
sosial, karena hal ini dapat mendorong seseoarang untuk mematuhi segala
kaedah dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Faktor
sugesti berlaku apabilah seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu
sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
Identifikasi merupakan keinginan-keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat
berlangsung dengan sendirinya maupun secara disegaja oleh karena sering
seseorang
memerlukan
bermasyarakat.
Walaupun
tipe-tipe
ideal
tertentu
berlangsung dengan
didalam
proses
sendirinya,
proses
identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang di
identifikasi benar-benar mengenal pihak lain, sehingga pandangan-
16
pandangan sikap-sikap maupun kaedah-kaedah yang berlaku pada pihak
lain tadi dapat melembagai dan bahkan menjiwai. Nyatalah bahwa
langsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih
mendalam daripada proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan
bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi atau sugesti.
Sedangkan proses simpati merupakan suatu proses dimana seseorang
merasa tertarik dari pihak lain. Dimana proses ini peranan seseorang
memang peranan penting, walaupun dorongan yang paling utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk
kerjasama dengan pihak lain juga. Kesemua faktor tersebut menjadi dasar
dalam berlangsungnya proses interaksi sosial.
Faktor-faktor
yang
melandasi
terjadinya
hubugan
sosial
sebagaimana terebut diatas sifatnya cukup kompleks sehingga terasa sulit
untuk mengadakan perbedaan-perbedaan yang tegas. Namun demikian
berlangsungnya proses interaksi akan terjadi bila dua syarat terpenuhi
seperti yang di kemukakan oleh soerjono soekanto (1990 :64) bahwa
syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Adanya kontak sosial.
2. Adanya komunikasi.
17
Kontak sosial merupakan tahap awal terjadinya proses interaksi
sosial yang perwujudannya mempunyai tiga bentuk dalam
hubungan sosial yaitu antara orang perorangan, antara orang
perorangan dengan suatu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainya. Terjadinya kontak sosial tidak hanya semata-mata
tergantung dari wujud tindakan, akan tetapi juga tanggapan
terhadap tindakan tersebut. Kontak tersebut dapat bersifat jelas
akan mengarah bentuk kerjasama, dan sebaliknya yang bersifat
negatif mengara pada bentuk pertentangan. Selanjutnya mengenai
komunikasi soerjono soekanto (1990:67) memberi pengertian
bahwa :
‘‘komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada
perikelakuan orang lain (yang terwujud pembicaraan,
gerak-gerak badania atau sikap) perasaan –perasaan apa
yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan
kemudian
memberi
reaksi
terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain
tersebu”.
Dengan adanya komunikasi tersebut, maka sikap-sikap dan
perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perorangan
dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lainya atau orang lain.
18
Hal ini kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi
apa yang akan di lakukan.
Aksi dan reaksi yang dilakuan manusia sebagaimana
terungkap
diatas
menunjukkan
dimana
aktifitas
kegiatan
kehidupan manusia yang semuanya ini di tunjukan untuk
mencapai keseimbangan dalam hidup dan kehidupan. Hal ini
sejara dengan pendekatan teori ‘‘ fungsionalisme structural” yang
penekananya pada masyrakat dipandang sebagai suatu sistem
yang secara fungsional terintegrasi kedalam suatu bentuk
equiblirium. Penekana yang demikian sebagai suatu pendekatan
memang untuk mempertahankan keutuhan masyarakat itu sendiri
yang nota bene terdiri dari bergai elemen atau unsure-unsur yang
saling berkaitan satu sama lainya.
19
B. Bentuk-Bentuk Hubungen Sosial.
Secarah naluriah memang manusia hidup tidak terlepas adanya
hubungan dengan manusia lainya. Dengan kata lain sebagai mahluk sosial
manusia pasti bermasyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya di
berbagai aspek kehidupan namun demikian proses hubungan tersebut disadari
maupun tidak masih membutuhkan suatu makna perjuangan dalam
menghadapi manusia lainya. Sebagaimana dikemukakan soerjono soekanto
(1985 :57) bahwa:
‘‘ suatu hubungan sosial dinamakan perjuangan apabila perilaku
sala satu pihak secara sengaja berorientasi pada pelaksanaan
keinginannya terhadap perlawanan pihak lain atau pihak-pihak
lainya. Kalau sarana perjuangan tidak menyangkut kekerasan fisik
aktual , maka proses tersebut disebut perjuangan damai..”
Sejalan dengan pernyataan tersebut diatas, nampak jelas bahwa perilaku
seseorang dalam melaksanakan bergagai macam hubungan sosial mempunyai
orientasi tertentu agar keinginanya dapat tercapai. Dengan demikian maka
kriterium penting memang menuntut adanya orientasi mutual minimal
perilaku masing-masing pihak terhadap pihak yang dihubungi. Oleh karena itu
isinya memungkinkan untuk beraneka ragamnya bentuk hubungan tersebut.
Seberhubungan dengan hal ini max weber mengatakan :
20
‘‘isinya mungkin menyangkut konflik, sikap bermusuhan, daya tarik
seksual, persahabatan, dan lain sebagainya. Dilain pihak isinya
adalah
mungkin
menyangkut
pemenuhan
suatu
kebutuhan,
pengelakan terhadap kewajiban, ketegasan agar menaati perjanjian,
dan seterusnya…..”( soekanto 1985 :53-54).
Isi dari proses hubungan sosial sebagaimana yang di kemukakan oleh
berbagai para ahli tersebut diatas, nampaknya menunjukkan suatu bentuk
sosial yang secara garis besar dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut
berbentuk positif dan negatif. Namun demikian untuk lebih jelas terperinci
dibawah ini penulis mengemukakan pendapat gillin dan gillin yang perna
mengadakan pengolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua
macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
1. Proses yang asosiatif (processes association) yang terbagi dalam tiga
bentuk khusus lagi yakni : akomodasi, asimimilasi, akulturasi.
2. Proses yang disosiatif (processes of dissociation) yang mencakup :
persaingan , persaingan yang meliputi kontropersi dan tantangan atau
pertikaian (conflict).
Persaingan
lainya
perna
dikemukakan
oleh
kimball
young,
menurutnya bentuk-bentuk proses sosial adalah:
21
1. Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan
pertetangan atau pertikaian (conflict).
2. Kerjasama
(co-operation)
yang
menghasilkan
akomodasi
(acomodation) dan.
3.
Differensiasi (diferentiation) yang merupakan suatu proses dimana
orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan
kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas
dasar perbedaan usia,sex dan pekerjaan. Differensiasi tersebut
menghasilkan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Tomatsu shibutani mengedepankan pula beberapa pola interaksi
yaitu:
1. Akomodasi dalam situasi-ssituasi.
2. Ekspresi pertemuan dan anjuran.
3. Interaksi strategi dalam pertentangan-pertentangan.
4. Pengembangan perilaku massa (soekanto, 1990 71).
Dibawah ini akan di jelaskan pengertian dari beberapa proses interaksi yang
pokok :
 Akomodasi
22
Istila akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjukkan pada
suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk
pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan ( equilibrium ) dalam
interaksi antara orang perorangan atau kelompok dalam kaitannya dengan normanorma sosial dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
A. Bentuk-bentuk akomodasi.
Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk yaitu:
1. Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh
karena adanya paksaaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana
disatu pihak berada dalam keadaan lemah bila dibandingkan dengan pihak
lain.
2. Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak yang terlibat
saling mengurangi tuntutanya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise
adalah bahwa salah satu pihak tersedia untuk merasakan dan memahami
keadaan pihak lainya dan begitu pula sebaliknya.
3. Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihakpihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan
diselesaikan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua bela pihak atau oleh suatu
badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.
23
4. Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak
ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihak ketiga tersebut
tugas utamanya adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai.
Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasehat belaka, dia tak mempunyai
wewenang untuk memberi keputusan-keputusa penyelesaian perselisihan
tersebut.
5. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan
dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercio dan bukan kesempatan bagi
pihak-pihak yang bersangkutan untu mengadakan suatu asimilasi.
6. Toleransi, juga sering dinamakan tolerant participation. Ini merupakan suatu
bentuk akomodasi tampa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang
toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakn, hal mana
disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompok-kelompok
manusia untuk dapat untuk menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
7. Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentagan
karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu
dalam melakukan pertentanganya. Hal ini disebabkan bagi kedua belah pihak
sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
8. Adjudikation, menyelesaikan perkara atau sengketa di pengadilan.
24
walaupun tersebut
bermacam-macam bentuk akomodasi seperti
telah diuraikan diatas dan telah banyak ketegangan-ketegangan yang teratasi,
namun masih ada saja unsur pertentangan latent yang belum diatasi secara
sempurna.
 Asimilasi.
Asimilasi adalah suatu proses, melalui mana dua kelompok atau lebih
yang mempunyai sikap, mores dan kebudayaan yang berlainan, dan contoh
yang paling terkenal adalah penyatuan kebudayaan di amerika dimana, orangorang
yang
berbeda
kebudayaan,
dan
biasanya
kebudayaan
yang
bertentangan, telah membentuk suatu kebudayaan bersama yang terdiri dari
berbagai sumber yang berlainan ini.
Walaupun asimilasi selalu dipahamkan mengikuti pengertian antara
satu dengan yang lain. Istila ini juga telah digunakan untuk menerangkan
prosesdimana kelompok kelompok yang berlainan dalam suatu dalam
kebudayaan yang sama telah bersatu dalam kebudayaan mereka.
Asimilasi biasanya disertai dengan penyatuan, yang menunjukkan
perpaduan dua rumpun bangsa yang berbeda melalui perkawinan.
Proses dimana seorang individu atau kelompok dari satu kebudayaan
memperoleh tingka laku dan pola-pola pemikiran bagi kebudayaan yang
berlainan, dinamakan akulturasi.
25
Proses dimana seorang individu, yang secarah relatif terpengaruh oleh
suatu falsafah hidup yang berlainan, atau cara memandang sesuatu, seperti
mengenai agama atau keyakinan politik yang berlainan, disebut konversi.
 Kontraversi.
Kontraversi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses-proses
yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontraversi
terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai diri
seseorang atau rencana dan perasaan tidak suka yang di sembunyikan.
Kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang. Atau perasaan
tersebut dapat pula berkembang terhadap suatu usul, buah fikir, kepercayaan,
doktrin atau rencana yang dikemukakan orang perorangan atau kelompok
manusia lain.
Dalam bentuknya yang murni, kontraversi adalah sikap mental yang
trsembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan
suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi
suatu kebencian, atan tetapi tidak sampai menjadipertentangan atau pertikaian.
Suatu contoh adalah kecurigaan terhadap seseorang yang sering ditemui, atau
apabilah sesuatu rencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah di ragukan
kegunaanya oleh masyarakat. Bentuk kontravensi menurut leopold von wiese,
dan howard becker, dalima, yaitu:
26
 Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keenggana,
perlawanan,
perbuatan
menghalang-halangi,
gangguan-gangguan
perbuatan kekerasan dan mengacaukan rencana pihak lain.
 Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan-pernyataan orang lain
dimuka umum, memaki-maki melalui surat-surat selembran, memfitna,
melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan seterusya.
 Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desa-desus dan
mengecewakan pihak lain dan seterusnya.
 Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain, dan
perbuatan khianat dan seterusnya.
 Yang
taktis,
misalnya
mengejutkan
lawan,
menggangu
atau
membingungkan pihak lain, umpama dalam kampanye partai-partai politik
dalam pemilihan umum. Contoh lain adalah memaksa pihak lain
menyesuaikan diri(comformiti) dengan kekerasan,provokasi, intimidasi
dan seterusnya.
 Akulturasi
Akulturasi atau acculturation atau culture contact, mempunyai berbagai
arti, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah
27
kedalam kebudayaan sendiri tampa menyebabkan hilangnya keperibadian
kebudayaan itu sendiri.
Dengan menyimak uraian-uraian terdahulu maka dapat dikatakan
bahwakebutuhan manusia untuk mengadakan hubungan dengan sesamanya,
didasarkan pada keinginan manusia untuk mendapatkan:
A. Kepuasan dalam mengadakan hubungan serta mempertahankanya
disebut lasimnya disebut kebutuhan akan inklusi.
B. Pengawasan dan kekuasaan, yang disebut sebagai kebutuhan akan
kontrol.
C. Cinta dan kasih sayang, yaitu kebutuhan akan efeksi.
Untuk menjelaskan suatu pola interaksi yang ideal, sulit
sekali.oleh karena itu sebagai contoh akan disajikan apa yang secara
tradisional berlaku dalam masyarakat jawa. Adalah suatu yang hakiki,
bahwa sebelum mengadakan interaksi, terlebih dahulu diadakan
introspeksi (mawas diri). Kalau dirinya sudah merasa tenang, maka dia
akan
dapat berfikir secarah lebih jerni dan mengambil keputusan
secarah lebih mantap. Tingkah laku yang
infulsif, emosional dan
sikap menyalahkan keadaan, dianggap sebagai sikap yang tidak
dewasa. Hal ini disebabkan karena kehidupan sosial ini bertujuan untuk
28
mencapai kebahagian, yang tidak identik dengan kenikmatan,
kesedapan atau kemewahan.
C.Tinjauan TentangMasyarakat.
Menurut mac, iver and page masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial
yang selalu berubah-ubah.
Sedangkan menurut selo soemarjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama menhasilkan kebudayaan.
Sedangkan masyarakat menurut ralph linton setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dalam batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas.
Untuk dapat disebut sebagai suatu masyarakat maka unsur pertama yang harus
dipenuhi adalah adanya sejumlah orang yang hidup bersama. Jumlah minimal orang
yang hidup bersama untuk dapat disebut masyarakat ini adalah dua orang. Oleh
karena itu keluarga yang terdiri dari suami dan istri menurut sosiologi dapat disebut
sebagai masyrakat.
Unsur kedua dari masyarakat adalah bahwa orang-orang tersebut bercampur
untuk waktu yang cukup lama. Dalam waktu yang cukup lama tersebut orang-orang
bercampur, bergaul dan saling mengadakan hubungan atau interaksi sosial. Jadi
29
dalam masyarakat itu bukan hanya sekedar terdapat orang-orang yang hidup bersama
dalam waktu yang cukup lama, tampa kegiatan, melainkan mesti ada hubungan atau
interaksi sosial.
Jadi dari uraiyan diatas, ada beberapa unsyur dari masyarakat yaitu sebagai
berikut :
1. Manusia yang hidup bersama.
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
3. Saling mengadakan hubungan atau interaksi sosial.
4. Adanya kesadaran bahwa mereka sebagai suatu kesatuan .
5. Adanya suatu sistem hidup bersama.
Secara jelas dan terinci anderssor dan parker mengemukakan ciri-ciri dari suatu
masyarakat yaitu :
1. Adanya sejumlah orang.
2. Tinggal dalam suatu daerah tertentu.
3. Mengadakan atau mempunyai hubungan yang tetap teratur sama lain.
4. Sebagai akibat hubungan ini membentuk suatu sistem hubungan antara
manusia.
5. Mereka terlibat karena memiliki kepentingan yang sama.
30
D. Pengertian Konflik
Pribadi maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan
misalnya dalam ciri-ciri badania, emosi, unsur-unsur kebudayaan, polapola prilaku dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat
mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan
atau pertikaian ( konflik ). Konflik adalah proses pencapaian tujuan
dengan cara melemahkan pihak lawan, tampa memperhatikan norma
dan nilai yang berlaku ( kamus sosiologi, 1985 : 85 ).
Konflik merupakan bentuk integrasi dimana tempat ,waktu serta
intensitas dan lain sebagainya tunduk pada perubahan, sebagaimana isi
segitiga yang dapat berubah.coser mengambil pembahasan dari
simmel, mengembangkan proposisi dan memperluas konsep simmel
tersebut dalam menggambarkan kondisis-konndisi dimana konflik
secara positif membantu struktur sosial dan terjadi secara negatif akan
memperlemah kerangka masyarakat. Coser membahas ahli teori (
bangsa amerika ) yang lebih awal, menyataan pemahaman mereka
tentang
sebagai
kesadaran
yang
tercermin
dalam
semangat
pembaharuan masyarakat. Albion small dan george E. vincen sebagai
pengarang terkenal buku teks pertama sosiologi amerika, misalnya
mencerminkan oriantasi pembaharuan sosiologi ketika menulis,
31
sosiologi dilahirkan dalam semangat medern untuk memperbaiki
masyarakat ( margaret M. poloma 1994 : 107 ).
Konflik sosial yang menjadi objek sosiologi harus benar-benar
merupakan fakta sosial, sunggu terjadi dan dapat di observasi. Itu
berarti ada dua pihak bukan hanya satu pihak yang terlibat dalam
konflik, dan masing-masing mau menghancurkan lawan atau
membuatnya tak berdaya. Perlu di perhatikan, bahwa bahasa rakyat
juga mengenal bahasa konflik dalam arti tang sesungguhnya, misalnya
konflik generasi muda dengan generasi tua, konflik kepentingan,
konflik peranan/jabatan. Bentrokan antara individu dengan individu
,kerabat dengan kerabat , suku dengan suku, bangsa dengan bangsa,
golongan agama yang satu dengan yang lain, umumnya mendatangkan
penderitaan bagi kedua bela pihak yang terlibat, seperti korba jiwa,
material dan spritual serta bekobarnya kebencian dan balas dendam.
Akibat lain iyalah terhentinya kerja sama antara kedua bela pihak
yang terlibat konflik. Masa antarah pecahnya konflik dan terbentuknya
kerjasama kembali disebut masah permusuha. Dalam masa ini usaha
kooperatif tidak dapat dilakukan. Hal ini mengakibatkan proses
kemajuan masyarakat mengalami kemacetan. Apabila konflik terjadi di
suatu negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan bersifat
separatif, konflik juga menghambat persatuan bangsa serta dan
interaksi sosial dan nasional. ( Drs. D .Henrpuspito OC, 1989 : 248 ).
32
Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacukan
analisa konflik sosial, secara implisit melihatnya sebagai desktruktif
atau patologis bagi kelompok sosial. Coser memilih menunjukkan
berbagai sumbangan konflik
yang secara potensia positif untuk
membentuk serta mempertahankn struktur. Dia melakukan hal ini
dengan membagun diatas sosiologi klasik pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan konflik sosiologi jerman yang terkenal yaitu g
George Simmel. Jelaslah bagi coser maupun kaum funsionalisme
struktural, struktur sosial ada di dalam dirinya sendiri dan bergerak
melalui kendala. Coser mengungkapkan hal itu sebagai berikut :
“sosiologi konflik harus mencari nilai-nilai serta kepentingankepentingan yang tertanam secara struktural sehingga membuat
manusia saling terlibat dalam konflik, bilamana ia tidak ingin
dilarutkan kedalam penjelasan psikologis mengenai agresivitas
bawaan, dosa turunan, atau kebengalan manusia. Apa yang
disumbangkan Coser kepada orientasi fungsionalisme iyalah deskripsi
mengenai bagaimana struktur-struktur sosial itu dapat merupakan
produk konflik dan bagaimana mereka mempertahankan oleh konflik.
Prosisisnya sebagian besar berkisar di seputar intensitas dan fungsi
konflik bagi lembaga-lembaga sosial. Waaupun Coser terikat pada
kesatuan teori masyarakat yang ilmia, tetapi ia menolak setiap gerakan
33
kearah naturalisme atau determinisme yang ekstrim pada setiap
tindakan manusia ( Margaret M. Polman, 1994 : 125 ).
Konflik dapat terjadi antara individu-individu,antara kelompokkelompok dan antara organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu
masing-masing berpegang pada pandangan yang sama sekali
bertentangan satu sama lain, dan mereka tidak perna berkompromi, dan
masing-masing menarik kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda,
dan apabila mereka cenderung bersifat toleran, maka dapat di pastikan
akan timbunya konflik tertentu. Berdasarkan risalah konflik ( dari
Simmel ) sebagai bentuk dari asosiasi,Coser membentangan proporsi
untuk menguji fungsionalisme konflik bagi kelompok sosial. (Margaret
M. Polman, 1994 : 127).
Tentang fungsi pertikaian, Ritzer dengan mengutip Berghe, melukiskan
sebagai berikut :
1. Berbagai alat untuk memelihara solidaritas.
2. Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain.
3. Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
4. Fungsi komunikasi. Sebelum konflik tertentu mungkin tidak
mengetahui posisi lawan. Tetapi dengan adanya konflik posisi dan
batas antara kelompok tahu secara pasti diman mereka berdiri dan
karena itu dapat mengambil keputusan lebih baik untuk bertindak
lebih cepat. (taneko,1994 : 74 ).
34
Konflik dapat merupakan proses yang instrumental dalam
pembentukan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konfli
dengan kelompok
lain dapat garis batas antara dua atau lebih
kelompok dan melindunginya agar tidak lebur dalam dunia sosial
sekelilingnya. (Margaret M. Polman,1994 : 108).
Intensitas konflik dalam suatu sistem dapat ditelah dengan cara
memusatkan perhatian hubungan timbal balik antara variabel-variabel
:
a. Keterlibatan emosional para partisipan.
b. Keketatan struktur sosial.
c. Taraf realisme dari konflik.
d. Jangkauaan konflik terhadap nilai-nilai dan masalahmasalah pokok dalam sistem.
e. Taraf
obyektifitas
diatas
kepentingan-kepentingan
pribadi walaupun semua fariabel dianggap penting.
Coser cenderung memberikan prioritas pada proposisi
pertama dan kedua yang dianggapnya menentukan
apaka
konflik
diobjektivikasikan
realitas,
dan
menjangkau nilai-nilai (Prof. Dr. Soerjono Soekanto
dan Ratih lestarini, 1988 : 96).
 Sebab musabab atau akar-akar pertentangan
35
Faktor-faktor penyebab timbunya pertentangan antara lain :
1. Perbedaan antara indivudu-individu. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin
akan melahirkanbentrokan antara mereka.
2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung
pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar –belakang pembentukan serta
perkembanmgan keperibadian tersebut. Seorang secara sadar maupun tidak sadar
sedikit bayaknya akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola
pendirian dari kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat pula
menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.
3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antara indivividu maupun
kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan. Wujud kepentingan dapat
bermacam-macam ada kepentingan ekonomi,politik, dan lain sebagainya.
4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk
sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini
menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendirianya, umpama
mengenai reorganisasi sistem nilai. Sebagaimana diketahui perubahan sosial
mengakibatkan terjadinya disorganisasi pada struktur.
Walaupun pertentangan merupakan suatu proses dissosiatif yang agak tajam,
akan tetapi pertentangan merupakan suatu proses sosial juga mempunyai fungsi
positif bagi masyarakata pakah suatu pertentangan membawah akibat-akibat positif
atau tidak, tergantung dari persoalan yang dipertentangkan dan juga dari struktur
36
sosial
dimana
pertentangan
yang
menyangkut
suatu
tujuan,
nilai
atau
kepentingan.sepanjang pertentangan tidak berawalan dengan pola-pola hubungan
sosial di dalam tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif.
Oleh karena hal itu mempunyai kecenderungan untuk memungkinkan adanya
penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok.
Salah satu faktor yang dapat membatasi akibat negatif dari suatu pertentangan adalah
sikap toleransi yang sudah insttitunalised. Dalam kelompok-kelompok dimana para
warganya mengadakan intraksi sosial dalam frekwensi yang tinggi kemungkinan
terjadinya pertentangan dapat ditekan. Memang,benih-benih pertentangan kadangkadang ada. Akan tetapi sudah menjadi anggapan umum bahwa untuk memelihara
hubungan baik, seyogyanya benih-benih pertentangan jangan di biarkan berkembang
sehingga mengakibatkan terjadinya pertentangan maka kemungkinan besar kutuhan
kelompok akan terancam, oleh karena pertentangan tidak saja langsung bersangkutan
dan sebab-musababnya, akan tetapi segalah perasaan tidak puas yang selama itu di
tekan, akan meletus. Kemudian, pertentangan tersebut akan meluas pada pertentangan
pribadi yang dilandaskan pada perasaan.
Dalam kelompok dimana interaksional antara warga tidak terlalu rapat,
kemungkinan besar pertentangan tidak akan membawa akibat-akibat negatif. Aneka
macam pertentangan mungkin terjadi dalam kelompok-kelompok demikian, dan itu
berarti bahwa tidak akan haya berpusat pada suatu pertentangan saja. Pertentangan
37
dianggap sebagai suatu jalan untuk mengurangi ketegangan dan dibatasi hanya pada
pokok persoalan penyebabnya saja.
 Bentuk-bentuk pertentangan
Pertentanga mempunyai beberapa bentuk khusus antara lain :
1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai
berkenalan sudah saling tidak menyukai. Apabila permulaan yang buruk tadi
dikembangkan, maka timbul rasa untuk saling membenci, maki-makian
diucapkan, penghinaan dilontarkan dan seterusnya sampai mungkin timbul
suatu perkelahian fisik. Apabilah perkelahian dapat dilerai untuk sementara,
maka seolah-olah untuk seterusnya kedua-duanya tak mungkin berhadapan
muka lagi.
2. Pertentangan rasial. Dalam hal ini pun para pihak akan menyadari betapa
adanya perbedaan-perbedaan antara mereka yang seringkali menimbulkan
pertentangan, misalnya, pertentangan antara orang-orang
negro dengan
orang-orang kulit putih di amerika serikat. Sebetulnya sumber pertentangan
tidak hanya terletak pada perbedaan kepentingan dan kebudayaan. Keadaan
tersebut di tambah dengan kenyataan bahwa salah satu ras merupakan
golongan mayoritas.
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial. Pada umumnya ia disebabkan oleh
perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.
38
4. Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut baik antara
golongan dalam suatau masyarakat, maupun antara negara-negara yang
berdaulat. Hal yang terakhir menimbulkan bentuk pertentangan berikutnya,
yaitu :
5. Pertentangan yang bersifat internasional. Ini disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan dan itu berarti
kehilangan muka dalam forum internasional. Tidak jarang pertentangan
demikian menyulut perang total antara negara. (soerjiono soekanto, 1990
:102-103).
 cara menyelesaikan konflik
Berdasarkan kebiasaan orang mencari menyelesaikan suatu masalah,
yakni carah lebih muda (tidak formal) lebih dahulu, kemudian carah resmi
(formal), maka cara-cara menyelesaikan konflik sebagai berikut :
1. Konsiliasi
Konsiliasi berasal dari kata conciliation atau perdamaian, yaitu suatu
cara untuk mempertemukaan pihak–pihak yang berselisih guna mencapai
persetujuan bersama untuk kedamaian, dalam proses ini pihak-pihak yang
berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ketiga. Namun hal ini pihak
ketiga tidak bertugas secarah menyeluruh dan tuntas. Ia hanya
memberikan pertimbangan-pertentangan yang di anggapnya baik kepada
dua bela pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketa.
2. Mediasi
39
Mediasi berasal dari bahasa latin mediation, yaitu suatu cara
menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang pengantara
(mediator). Dalam hal ini fungsi seorang mediator juga tidak mempunyai
wewenang untuk memberikan keputusan yang mengikat, keputusan hanya
bersifat konsultif. Pihak-pihak yang bersangketa sendirilah yang harus
mengambil keputusan untuk menghentikan perselisihan.
3. Arbitrasi
Arbitrasi dari kata latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan
seorang hakim (arbitrer) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi berbeda
dengan konsiliasi dan mediasi. Seoarang arbirer memberikan keputusan
yang mengikat kedua bela pihak yang bersngketa, artinya keputusan
seorang hakim harus di taati. Apabilah salah satu pihak tidak menerima
keputusan itu, ia dapat naik banding kepada pengadilan yang lebih tinggi
sampai instansi pengadilan nasional yang tinggi. Orang-orang yang
bersengketa tidak slalu perlu mencari keputusan secara formal melalui
pendidikan. Dalam masalah biasa dan dalam lingkup yang sempit pihakpihak bersengketa mencari seseorang atau suatu instansi swasta sebagai
arbiter. Cara yang tidak formal itu sering di ambil dalam perlombaan dan
pertandingan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai arbiuter adalah wasit.
4. Paksaan (coercion)
Paksaan
iyalah
suatu
cara
menyelesaikan
pertikaian
dengan
menggunakan paksaan fisik maupun psikologis tidak berhasil, di pakailah
40
paksaan fisik,.pihak yang biasa menggunakan paksaan adalah pihak yang
kuat, pihak yang terasa yakin menang, bahkan sanggup menghancurkan
pihak musuh. Pihak inilah yang menentukan syarat-syarat untuk menyerah
dan berdamai yang harus diterima pihak yang lemah.
5. Détente.
Détente berasal dari kata perancis yang berarti menggedorkan.
Pengertian yang diambil dari dunia diplomasi ini berarti mengurangi
hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai. Cara ini hanya
merupakan persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam rangka
pembicraan tentang langka-langka mencapai perdamaian. Jadi dalam hal
ini belum ada penyelesaian defenitif, belum ada pihak yang dinyatakan
kalah atau menang. Dalam praktek détente sering dipakai sebagai peluang
untuk memperkuat diri masing-masing, perang fisik diganti dengan perang
saraf. Lama masa “istirahat’’ itu tidak tertentu, jika mereka masingmasing pihak merasa lebih kuat, biasaya mereka tidak melangka ke meja
perundigan, melainkan ke medan perang lagi. (Drs. Hendropuspito OC,
1989 :250).
Selain itu masih ada cara lain dalam menyelesaikan konflik
(resoluution konflick) sebagamana yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Winardi, SE.
adalah dihadapi dengan cara :
a.Bersikap tidak acuh terhadapnya.
41
Sikap tidak acuh berarti tidak adanya upaya langsun untuk menghadapi sebuah
konflik yang telah termanifestasi. Maka dalam keadaan demikian, konflik dibiarkan
menjadi sebuah kekuatan konstrutif atau sebagai kekuatan destruktif.
b. Menekan,atau
menekan
sebuah
konflik
yang
terjadi
(supression)
menyebabkan
menyusutnya dampak konflik yang negatif, tetapi iya tidak mengatasi, ataupun
meniadakan pokok-pokok penyebab timbulnya konflik tersebut. Ia hanya merupakan
sebuah pemecahan semu (surface solution), yang menyebabkan kondisi-kondisi
anteseden, yang merupakan penyebab orisinal terjadinya konflik tetap ada.
c. menyelesaikanya.
Penyelesaian konflik (conflict revolution) bayak terjadi, apabilah alasan-alasan
latar belakang terjadinya suatu konflik di tiadakan dan tidak disisahkan kondisi yang
menggantung atau antagonisme untuk penyebab timbulnya konflik pada masa
mendatang. (Prof. Dr. Winardi, 1994 : 17).
 Akibat-akibat pertentangan
Pertentangan berdampak sebagai berikut :
1) Tambahnya solidaritas in group.
42
Apabilah suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain maka
solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan bertambah erat.
Merdeka bahkan bersedia berkorban demi kebutuhan kelompoknya.
2) Apabibilah pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam suatu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya
persatuan kelompok tersebut.
3) Perubahan keperibadian antara individu pertentangan yang berlangsung
didalam kelompok atau antara kelompok selalu ada orang yang menaruh
simpati kepada kedua bela pihak. Ada pribadi-pribadi yang telah
menghadapi situasi demikian, akan tetapi bayak juga yang merasa
tertekan, sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya.
4) Hancurnya harta benda dan
Kiranya cukup jelas betapa salah satu bentuk pertentangan yang
terdahsyat yaitu peperangan telah menyebabkan penderitaan berat, baik
bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang
kebendaan maupun jiwa raga manusia.
5) Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.
Apabilah kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang, maka
mungkin timbul akomodasi. Ketidak seimbangan antara kekuatankekuatan pihak-pihak yang mengalami bentrokan, akan menyebabkan
dominasi oleh satu pihak terhadap lawanya. Kedudukan pihak yang
43
didominasi tadi adalah sebagai pihak yang takluk terhadap kekuasaan
lawannya secara terpaksa. (soerjiono soekanto, 1990 : 103-104)
44
Download