Uploaded by Alya Masinta Woelandarie

PRESKAS PNEUMONIA ASPIRASI

advertisement
PRESENTASI KASUS
PNEUMONIA ASPIRASI EC NEAR DROWNING
Pembimbing :
dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA
Disusun oleh:
Alya Masinta Woelandarie
41137196100047
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA
PERIODE 18 FEBRUARI– 24 MEI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas hidayah dan petunjuk-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah presentasi kasus dengan judul “Pneumonia Aspiras Ec Near
Drowning” Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik
di stase Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada dr. Dody Firmanda SpA, MA selaku
pembimbing presentasi kasus ini. Penulis menyadari makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah presentasi kasus ini dapat bermanfaat dan
membuka wawasan pembaca.
Jakarta, 30 Maret 2019
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tenggelam merupakan kasus gawat darurat, termasuk penyebab kematian utama karena
kecelakaan pada anak, dan memerlukan pertolongan cepat di tempat kejadian, kemudian
dilanjutkan dengan perawatan secara intensif. Secara umum, di dunia, sekitar 500.000 orang
tenggelam setiap tahunnya. kejadian tenggelam pada anak sekitar 4,6/100.000/tahun. Kematian
terjadi 32,8/100 korban tenggelam, 5-12% korban yang berhasil bertahan hidup mengalami
kerusakan neurologis berat yang permanen.1,2
Awalnya,
kasus
tenggelam
(immersion/drowning)
dan
hampir
tenggelam
(submersion/near drowning) dianggap sama dengan keadaan tenggelam (drowning). Akibat
terpenting peristiwa tenggelam adalah/hampir tenggelam adalah hipoksia, sehingga
oksigenisasi, ventilasi, dan perfusi harus dipulihkan secepat mungkin. Hal ini memerlukan
tindakan resusitasi jantung paru dan layanan kegawat daruratan medis.1,3,6
Salah satu komplikasi akibat dari kasus tenggelam adalah pneumonia yang diakibatkan
oleh aspirasi cairan. Berdasarkan penelitian dari Kennedy dari 13 pasien yang mengalami
peristiwa near drowning, 7 pasiennya mengalami pneumonia. Hal ini turut serta berdampak
pada kasus secondary drowning.4
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.
2.2.
Identitas Pasien
Nama
: An. Fadil
Usia
: 1 tahun 2 bulan
No. Rekam Medik
: 01682423
Tanggal lahir
: Jakarta, 01 Januari 2018
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Depok
Identitas Orang Tua
Nama ayah
: Tn. A
Nama ibu
: Ny. A
Umur
: 35 tahun
Umur
: 30 tahun
Alamat
: Depok
Alamat
: Depok
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan terakhir : S1
2.3.
Pendidikan terakhir : SLTA
Anamnesis
Keluhan Utama:
Hampir tenggelam di kolam ikan sejak 30 menit SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dibawa ke RS karena hampir tenggelam 30 menit SMRS di kolam ikan dengan
kedalaman ± 500 cm di depan rumah saat sedang bermain. Pasien ditemukan tidak sadarkan
diri posisi tengkurap di kolam ikan. Tidak diketahui berapa lama pasien tenggelam. Kemudian
ibu pasien berinisiatif menepuk-nepuk punggung beberapa saat kemudian pasien sadar,
terbatuk-batuk mengeluarkan air dari mulutnya, menangis dan terlihat sesak. Segera setelah
kejadian tersebut ibu pasien langsung membawa pasien ke RS Fatmawati.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah di rawat di RS sebelumnya, tidak ada riwayat kejang, demam, dan
batuk.
4
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa pada keluarga disangkal. Tidak ada riwayat penyakit pada keluarga.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
Ibu rutin ANC di bidan. Tidak ada penyulit saat kehamilan. Pasien lahir cukup bulan,
lahir pervaginam. BBL 3900 gram, PBL 46 cm.
Riwayat Imunisasi:
Pasien mengikuti semua kegiatan imunisasi yang diselenggarakan oleh puskesmas
secara lengkap.
Riwayat Perkembangan:
Pasien dapat berdiri sendiri, berjalan dengan pegangan, mampu memegang benda
dengan tangannya, pasien juga sudah bisa berkata mama dan papa.
Riwayat Makanan
Selain ASI, pasien sudah mendapatkan MPASI berupa bubur saring.
2.4.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada tanggal 28 Maret 2018 di IGD
Keadaan Umum : Compos Mentis, Tampak Sakit Sedang
Tanda Vital : HR 160x/menit, RR 40x/menit, T 36,5 C
BB : 8 Kg TB: 68 cm
Kepala : normocephal, UUB tidak cekung
Mata : Konjungtiva anemis -/- Sklera Ikterik -/Hidung: Napas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa lembab, faring tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB –
Toraks : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi intercostae (+)
Paru
: vesikuler +/+, rhonki basah halus +/+, wheezing -/-
Jantung : BJ I II reguler, murmur-, gallopAbdomen : Datar, supel, bising usus + normal, turgor cukup, lien dan hepar tidak
teraba, nyeri tekan tidak ada
5
Ekstremitas : Tampak pucat, akral hangat, edema pitting tidak ada, CRT< 2 detik
2.5.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hb 10,1 / Ht 38 / Leu 22.4 / Trom 490.000 / Erit 5.2 juta // MCV 75.2 / MCH 27,0 / MCHC
28
pH 7,32/ pCO2 26,5 / pO2 189 / BP 759 / HCO3 15 / Sat O2 99,0% / BE -8,4 / Total CO2
15,9  Menggunakan nasal canule 3 Lpm
GDS 150 / Na 136 / K 3.5 / Cl 105
Foto Thoraks
Ro- thoraks : Infiltrat di perihiler dan parakardial bilateral dd/ Pneumonia aspirasi
2.6.
Diagnosis
Pneumonia Aspirasi ec Near Drowning
Asidosis Metabolik ec riwayat hipoksemia
2.7.
Tatalaksana
1. Rawat inap
2. O2 Nasal Kanul 3 liter/menit
3. Pemasangan NGT
4. KaEN 3B 800cc /24 jam
5. Natrium bikarbonat 1mEq/kgBB IV
6. Cefotaxime 200 mg 3x1 gr IV
6
2.8.
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : bonam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang disebabkan oleh aspirasi
benda asing baik yang berasal dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.1
Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi
kesaluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru. Kerusakan yang
terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya tahan tubuh. Sindrom
aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi yang berbeda
dan cara terapi yang juga berbeda.3
3.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam
lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan
oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau
vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia. Aspirasi benda asing
merupakan kegawat daruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi
pneumonia bakterial.1
3.3 Patofisiologi
Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang termasuk bayi baru lahir.
Di sini terdapat peranan aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material
yang teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam pneumonia aspirasi,
yaitu sifat material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.2
Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara
berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim
disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan
epitel, pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi
infiltrasi sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan
interstisial, duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan
8
membran hialin dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi
dan perfusi.2
3.4 Manifestasi Klinis
Secara klinis ditemukan gejala respiratory seperti takipneu, retraksi subcostal (chest
indrawing), napas cuping hidung, ronchi, dan sianosis. Ronchi ditemukan bila hanya ada
infiltrat alveolar. Retraksi dan takipneu merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna.
Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerak ekskrusi dada tertinggal di daerah efusi. Gerakan
dada juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura
bertambah, sesak napas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura semakin bekurang dan
berubah menjadi nyeri tumpul.1
3.4 Penegakkan Diagnosis
 Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gejala yang timbul biasanya mendadak setelah diberi
minum, tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran napas akut bagian atas.
Demam, takipnea dan batuk lazim ada. Apnea dan syok dapat juga terjadi.1,5
 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan takipneu, retraksi subcostal (chest indrawing), napas
cuping hidung, ronchi, dan sianosis. Ronchi ditemukan bila hanya ada infiltrat
alveolar. Retraksi dan takipneu merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna.
Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerak ekskrusi dada tertinggal di daerah
efusi. Gerakan dada juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi
pleura. Bila efusi pleura bertambah, sesak napas akan semakin bertambah, tetapi
nyeri pleura semakin bekurang dan berubah menjadi nyeri tumpul.1
 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke
kiri. Pada pemeriksaan AGD kadar PaCO2 dapat rendah,normal,atau meningkat.
Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas. Pada foto
thorax terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru serta
dilakukan kultur bakteri.1
9
3.5 Tatalaksana
Tatalaksana aspirasi pneumonia adalah sebagai berikut:1

Indikasi MRS
1. Ada kesukaran napas
2. Sianosis
3. Umur kurang dari 6 bulan
4. Ada penyulit misalnya : muntah, dehidrasi, empiema
5. Diduga infeksi oleh staphylococcus
6. Imunokompremis
7. Perawatan di rumah kurang baik
8. Tidak respon dengan pemberian antibiotik oral

Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan
pulse oxymetri. Bila ada tanda gagal napas diberikan ventilasi mekanik

Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai
berat badan, peningkatan suhu dan dehidrasi

Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral bertahap melalui selang
nasogatrik

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi

Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebabnya. Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan
klinis dilakukan penggantian antibiotika sampai anak dinyatakan sembuh. Lama
pemberian antibiotik tergantung: kemajuan klinis penderita, hasil laboratorium, foto
thoraks dan jenis kuman penyebabnya. Biasanya antibiotik yang diberikan yaitu
antibiotic beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan kloramfenikol atau
diberikan sefalosporin generasi ketiga.
10
3.6 Komplikasi3
1. Gagal nafas dan sirkulasi
2. Syok sepsis
Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung diantara masalah lain dan
sering menyebabkan kematian.
3. Efusi pleura, empyema dan abses
Abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe
bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru, tetapi kadang
abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.
3.7 Prognosis
Prognosisnya tergantung pada keparahan aspirasi dan sebagian lagi pada penyakit yang
mendasarinya. Kebanyakan penderita infiltratnya akan membersih dalam waktu 2 minggu.
Angka mortalitas untuk penderita dengan aspirasi masif sekitar 25%.5
11
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosis pneumonia aspirasi ec near drowning ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gejala, tanda klinis, dan gambaran foto rontgen. Pasien pada kasus ini didapatkan terdapat
riwayat tenggelam, tampak sesak napas disertai batuk. Tanda klinis pada pasien didapatkan
kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, frekuensi napas 40x/menit,
didapatkan retraksi interkostae, frekuensi nadi 160x/menit. Pada pemeriksaan paru didapatkan
rhonki pada kedua paru. Pada pemeriksaan lab didapatkan leukositosis dan asidosis metabolik.
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan infiltrat pada parakardial dan perihiler bilateral.
Pada pasien ini diberikan oksigen sebagai terapi utama untuk mengatasi keadaan sesak
pasien. Pasien ini dipasangkan NGT untuk mencegah terjadinya aspirasi vomit yang
merupakan komplikasi dari near drowning. Dilakukan pemeriksaan AGD untuk melihat
komplikasi dari near drowning berupa asidosis metabolik dan dilakukan observasi kadar
oksigen pada pasien. Antibiotik intravena diberikan pada pasien setelah terlihat tanda-tanda
infeksi, Antibiotik yang dianjurkan adalah yaitu antibiotik beta-laktam, ampisilin, atau
amoksisilin, dikombinasikan kloramfenikol atau diberikan sefalosporin generasi ketiga.
12
REFERENSI
1. Kallas H. Drowning and near drowning. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke18. Philadelphia. Saunders; 2007. h. 321-30.
2. Zulkarnaen I. Hampir Tenggelam. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi pertama
Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia;2008 hlm 427-32
3. American Heart Association. Drowning. Circulation 2005;112:IV-133-IV-135.
4. Ender, Pete. Pneumonia Associated with Near Drowning.Clinical Infectious
Disease. English. Oxford Journal; 1997. h. 896-907.
5. Brenner R, Taneja G. Injury prevention: Drowning. Encyclopedia on Early
Childhood
Development.
Tersedia
dari:
http://www.child-
encyclopedia.com/documents/Brenner-TanejaANGxp.pdf. Diunduh 29 Maret
2019.
6. World Health Organization. Facts about injuries: drowning. Injuries & Violence
prevention. Non-communicable Diseases and Mental Health. tersedia dari:
www.who.int/violence_injury_prevention. Diunduh 29 Maret 2019.
13
Download