Uploaded by Adil EF EN

pembahasan h. waris

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelumnya, yang menjadi titik acuan ialah Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang merupakan landasan dari
konstitusional terkait munculnya eksistensi baru yang progresif bagi
perwujudan hukum waris islam di Indonesia. Dikatakan sedemikian rupa
karena memang pada masa sebelumnya tidak ada tempat yang layak dalam tata
peraturan perundang-undangan Indonesia.1
Maksudnya bisa diartikan seperti tidak adanya sikap yang seragam
dalam penanganannya (hanya sebagian Peradilan Agama pada daerah yang
diatur PP No.45 Tahun 1957 yang berwenang menangani sengketa waris,
itupun dalam penyelesaiannya tidak sampai tuntas). Pengadilan Agama dalam
menjalankan wewenang ini terbatas dalam dua hal saja, yakni penentuan siapa
saja yang berhak menjadi ahli waris (ahli waris) dan penentuan berapa
besarnya bahagian mereka masing-masing (fursah).
Lebih daripada itu, seperti menentukkan harta warisan sekaligus
melakukan pembagian terhadap harta warisan tersebut tidak menjadi
wewenangnya sama sekali, sehingga bila yang berkenaan dengan keduanya
tersebut (yang tidak dicakup oleh Pengadilan Agama) maka dialihkan untuk
diselesaikan oleh Pengadilan Umum terutama yang berkenaan dengan
penyitaan dan eksekusi.2
Selain itu, hukum kewarisan islam sendiri terdapat dua pokok
bahasan yang menjadi ranah atau ruang lingkup dalam peninjauannya yakni
1
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia: Dalam Perspektif Islam, Adat dan BW, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005), hlm. 24
2
Journal Hukum Kewarisan Islam UINSU diakses dari http://repository.uinsu.ac.id/2953/ pada
tanggal 12 Maret 2019 pukul 10.27
1
yang terdapat dalam KHI dan dalam Faraid. Sehingga dari problematika yang
terjadi bila dikorelasikan dengan tinjuan KHI dan Faraid yang menjadikan
kami tertarik untuk membahas permasalahan mengenai Asas-Asas Hukum
Kewarisan Islam Dalam Faraid Dan KHI.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam ?
2. Bagaimana Macam-Macam Asas Hukum Kewarisan Islam dalam Faraid
dan KHI?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Asas Hukum Kewarisan Islam dalam
Faraid dan KHI
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam
1.
Pengertian Asas
Perkataan asas berasal dari bahasa Arab, asasun artinya: dasar,
basis, pondasi Kalau dihubungkan dengan sistem berpikir, yang
dimaksud dengan asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar
Oleh karena itu, didalam bahasa Indonesia, asas mempunyai arti :3
a.
Dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat)
b.
Dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi)
c.
Hukum dasar
Sedangkan asas menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai
beberapa arti, diantaranya adalah kebenaran yang menjadi tumpuan
berpikir atau berpendapat.4
Diantaranya terdapat pengertian asas menurut para ahli :5
a.
Mariam Darus Badrulzaman, dalam bukunya Mencari Sistem
Hukum Benda Nasional mengatakan bahwa asas adalah asas
diperoleh melalui kontsruksi yuridis, yaitu dengan menganalisis
(mengolah) data-data yang sifatnya nyata (konkrit) untuk kemudian
mengambil sifatsifatnya yang umum (kolektif) atau abstrak.
b.
Sudikno Mertokusumo, mengatakan asas merupakan pikiran dasar
yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan
yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem
hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III Cet. Ill, ( Jakarta:
Balai Pustaka.2005), hlm. 70.
4
W.J. S Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1984), hlm. 61.
5
Journal Hukum Kewarisan Islam UINSU diakses dari http://repository.uinsu.ac.id/2953/ pada
tanggal 12 Maret 2019 pukul 10.27
3
putusan Hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan
konkrit tersebut.
c.
H Idris Djafar dan Taufik Yahya, dalam bukunya Kompilasi Hukum
Kewarisan Islam menjelaskan bahwa asas pada umumnya berfungsi
sebagai rujukan atau latar belakang peraturan yang konkrit untuk
mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan hukum.
d.
H. Mohammad Daud Ali, dalam bukunya Hukum Islam Pengantar
Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia dalam
memberikan pengertian tentang asas, membagi pada dua sudut
pandang. Pertama, asas dikaitkan dengan hukum, maka yang
dimaksud dengan asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai
tumpuan berpikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakan
dan pelaksanaan hukum.12Kedua, dilihat secara umum, asas
berfungsi sebagai rujukan untuk mengembalikan segala masalah
yang berkenaan dengan hukum.
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut, jika dihubungkan
dengan hukum, maka yang dimaksud dengan asas adalah "kebenaran
yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan berpendapat,
terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
2.
Pengertian Hukum Kewarisan Islam6
Hukum Kewarisan Islam atau yang disebut faraid dalam literatur
hukum islam ialah salah satu bagian dari keseluruhan hukum islam yang
mengatur peralihan harta dari orang yang telah meninggal kepada orang
yang masih hidup. Sebagai hukum agama yang terutama bersumber
kepada wahyu Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW,
hukum kewarisan Islam mengandung berbagai asas yang dalam
beberapa hal berlaku pula pada hukum kewarisan yang bersumber dari
akal manusia.
6
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 19
4
3.
Pengertian Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam
Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam merupakan pondasi atau
dasar dari yang berupa fakta atau kebenaran untuk mengatur peralihan
harta dari orang yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup
dalam upaya menetapkan hukum terhadap suatu persoalan atau
ketetapan hukum
B.
Macam-Macam Asas Hukum Kewarisan Islam dalam Faraid dan KHI
Pada hakikatnya, asas-asas hukum kewarisan islam yang
terkandung dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) hampir sama dengan asas
hukum islam dalam faraid, terbagi menjadi :7
1.
Asas Ijbari (Keharusan, Kewajiban)
2.
Asas Bilateral
3.
Asas Individual (Perorangan)
4.
Asas Keadilan Berimbang
5.
Asas kewarisan terjadi hanya kalau ada yang meninggal dunia
Penjelasan terkait Macam Asas yang terkandung didalam Faraid maupun
KHI :
1.
Asas-Asas Hukum Kewarisan
Berdasarkan pemaham ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Rasulullah
saw yang berkaitan dengan pelaksanaan kewarisan, ada beberapa asas
yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan suatu keputusan hukum
berkaitan dengan penyelesaian harta peninggalan.
H Mohammad Daud Ali membagi asas hukum kewarisan Islam menjadi
lima asas.8 Sedangkan H. Idris Djakfar dan Taufik Yahya membagi asas
hukum kewarisan Islam menjadi enam asas.9
7
Amir Syarifuddin, Op. Cit, hlm. 19
Amin Husein Nasution, Hukum Kewaisan Suatu Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid dan
Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 73
9
Ibid
8
5
Macam-Macam Asas Hukum Kewarisan Islam diantaranya :
a.
Asas Ijbari (Keharusan, kewajiban)
Yang dimaksud Ijbari ialah bahwa dalam hukum kewarisan
islam secara otomatis. Artinya, secara hukum langsung berlaku dan
tidak memerlukan tindakan hukum baru setelah matinya pewaris
atau peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal dunia
(pewaris) kepada ahli warisnya sesuai dengan ketetapan Allah swt,
tanpa digantungkan kepada kehendak seseorang baik pewaris
maupun ahli waris.
Pendapat lain mengatakan bahwa Ijbari merupakan suatu
cara peralihan harta dari orang yang telah meninggal kepada orang
yang masih hidup berlaku dengan sendirinya tanpa usaha dari yang
meninggal atau kehendak yang menerima. Unsur keharusannya
(ijbari/compulsory) terutama terlihat dari segi di mana ahli waris
(tidak boleh tidak) menerima berpindahnya harta pewaris kepadanya
sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karena
itu orang yang akan meninggal dunia pada suatu ketika, tidak perlu
merencanakan penggunaan hartanya setelah ia meninggal dunia
kelak, karena dengan kematiannya, secara otomatis hartanya akan
beralih kepada ahli
warisnya dengan bagian
yang sudah
dipastikan.10
Azas Ijbari ini dapat juga dilihat dari segi yang lain yaitu:11
1) Peralihan harta yang pasti terjadi setelah orang meninggal
dunia
2) Jumlah harta sudah ditentukan besar kecilnya untuk masingmasing ahli waris, sebagaimana telah ditentukan pada Q.S AINisa'(4): 11, 12 dan 176
3) Orang-orang yang akan menerima harta warisan itu sudah
ditentukan dengan pasti yakni mereka yang mempunyai
10
11
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 19
Fatchur Rahnan. Ilmu Waris Cet.III, (Bandung: Al-Ma'arif, 1994), hlm. 38.
6
hubungan nasab (darah) dan perkawinan, apakah perkawinan
utuh atau perkawinan yang dianggap utuh, sebagaimana
ditentukan pada Q S. AI-Nisa' (4): 11, 12 dan 176
b.
Asas Bilateral
Asas ini mengandung arti bahwa harta warisan beralih
kepada atau melalui dua arah. Yang berarti bahwa setiap orang
menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak garis kerabat, yaitu
pihak kerabat garis keturunan laki-laki dan pihak kerabat garis
keturunan perempuan. Asas bilateral ini dapat dilihat dalam alQur'an surat an-Nisa'/4: 7.
Pendapat lain mengatakan bahwa warisan itu beralih ke
bawah yakni anak-anak, ke atas yakni ayah dan ibu, dan ke samping
yakni saudara-saudara dari kedua belah pihak garis keluarga (yaitu
garis laki-laki dan perempuan). Dan inilah yang disebut keturunan
kewarisan secara bilateral.12
c.
Asas Individual
Asas ini memiliki arti bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi
untuk dimiliki secara perseorangan. Masing-masing ahli waris
menerima bagiannya secara tersendiri, tanpa terikat dengan ahli
waris yang lain. Hal ini didasrkan kepada ketentuan bahwa setiap
insan pribadi mempunyai kemampuan untuk menerima hak dan
menjalankan kewajiban, yang didalam ushul fikih disebut ahliyat alwujub.13 Hal serupa diisyaratkan oleh Hazairin sehingga harta
kewarisan dalam Al-Quran adalah termasuk jenis yang individual
bilateral.14
12
Amir Syarifuddin, Op. Cit, hlm.23
Ibid
14
Hazairin, Op. Cit, hlm. 17
13
7
Terdapat esensi asas individual yang mencakup empat hal, yakni :15
1) Hubungan kekeluargaan harus diakui keabsahannya
2) Pokok pangkal lahirnya keindividual adalah orang tua
3) Tujuan pewarisan adalah ketersambungan keturunan yang akrab
4) Harta yang diperoleh setiap ahli waris harus digunakan pada
jalan yang benar.
d.
Asas Keadilan Berimbang
Kata “Adil” merupakan kata bahasa indonesia yang berasal
dari kata Al-Adlu. Kata ini dikekemukakan dalam konteks yang
berbeda dan arah yang berbeda pula, sehingga akan memberikan
definisi
yang berbeda
sesuai
dengan
konteks
dan
tujuan
penggunaannya.
Dalam hubungan dengan hak yang menyangkut materi,
khususnya yang menyangkut dengan kewarisan, kata tersebut dapat
diartikan dengan keseimbangan hak dan kewajiban antara yang
diperoleh dengan keperluan dan kegunaan. Asas ini mengandung
pengertian bahwa harus ada keseimbangan antara hak yang
diperoleh seseorang dari harta warisan dengan kewajiban atau beban
biaya kehidupan yang harus ditunaikannya Laki-laki dan perempuan
misalnya, mendapat bagian yang sebanding dengan kewajiban yang
dipikulnya masing-masing (kelak) dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat Seorang laki-laki menjadi penanggung jawab dalam
kehidupan keluarga, mencukupi keperluan hidup anak dan isterinya
sesuai dengan kemampuannya. 16
15
Ali Farman, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan Tafsir
Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.86-87
16
Amir Syarifuddin, Op. Cit, hlm.26
8
Namun selain daripada itu, pendapat lain pun mengemukakamn adanya
tambahan asas lain yakni :17
a. Asas Integrity (Ketulusan)
Asas ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan
Hukum Kewarisan dalam Islam diperlukan ketulusan hati untuk
mentaatinya karena terikat dengan aturan yang diyakini kebenarannya,
yaitu berasal dari Allah swt melalui Rasulullah Muhammad saw, sebagai
pembawa risalah Al-Our'an. Oleh karena itu, ketulusan seseorang
melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum kewarisan sangat tergantung
dari keimanan yang dimiliki untuk mentaati hukum-hukum Allan swt.
Adapun dasar kesadarannya adalah firman Allah swt di dalam Q.S. AliImran/3: 85
b. Asas Ta' abbudi (Penghambaan diri)
Yang dimaksud asas Ta'abbudi adalah melaksanakan pembagian
waris secara hukum Islam adalah merupakan bagian dari pelaksnaan
perintah (ibadah) kepada Allah swt., yang apabila dilaksanakan
mendapat pahala dan diberi ganjaran dan apabila tidak dilaksanakan juga
diber ganjaran seperti layaknya mentaati dan tidak mentaati pelaksanaan
hukum-hukum Islam lainnya Ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan
kewarisan Allah swt, telah menjelaskan di dalam Q.S. An-Nisa' (4): 11
dan 12, 176.
c. Asas sosial dan kemanusiaan
Asas sosial dan kemanusiaan merupakan suatu asas yang apabila
sedang membagi harta warisan, jangan melupakan kerabat, anak-anak
yatim dan fakir miskin yang ada disekeliling. Hal yang dimaksud sesuai
QS. An-Nisa' (4): 8. Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa
kerabat,35 anak-anak yatim dan orangorang miskin, maka berilah
mereka dari harta itu36(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik
17
Ali Farman, Op. Cit, hlm.71-82
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Perkataan asas berasal dari bahasa Arab, asasun artinya: dasar, basis,
pondasi Kalau dihubungkan dengan sistem berpikir, yang dimaksud dengan
asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar. Sedangkan asas
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti,
diantaranya adalah kebenaran yang menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat. Yang dimksud dengan Hukum Kewarisan Islam atau yang
disebut faraid dalam literatur hukum islam ialah salah satu bagian dari
keseluruhan hukum islam yang mengatur peralihan harta dari orang yang
telah meninggal kepada orang yang masih hidup. sedangkan asas-Asas
Hukum Kewarisan Islam merupakan pondasi atau dasar dari yang berupa
fakta atau kebenaran untuk mengatur peralihan harta dari orang yang telah
meninggal kepada orang yang masih hidup dalam upaya menetapkan
hukum terhadap suatu persoalan atau ketetapan hukum.
2.
Pada hakikatnya, asas-asas hukum kewarisan islam yang terkandung dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) hampir sama dengan asas hukum islam
dalam faraid, terbagi menjadi :
a. Asas Ijbari (Keharusan, Kewajiban)
b. Asas Bilateral
c. Asas Individual (Perorangan)
d. Asas Keadilan Berimbang
e. Asas kewarisan terjadi hanya kalau ada yang meninggal dunia
f. Asas Integrity (Ketulusan)
g. Asas Ta' abbudi (Penghambaan diri)
h. Asas sosial dan kemanusiaan
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Farman, Ali. 1995. Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan
Pendekatan Tafsir Tematik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Husein Nasution, Amin. 2012. Hukum Kewaisan Suatu Analisis Komparatif
Pemikiran Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Syarifuddin, Amir. 2004. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Kencana.
Journal Hukum Kewarisan Islam UINSU diakses dari
http://repository.uinsu.ac.id/2953/ pada tanggal 12 Maret 2019 pukul 10.27
Suparman, Eman. 2005. Hukum Waris Indonesia: Dalam Perspektif Islam, Adat
dan BW. Bandung: PT Refika Aditama.
12
Download