Uploaded by User3603

Sistem Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Manajemen

advertisement
Tugas RMK
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Sistem Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Manajemen
AIDA SALSABILA. R (A31116023)
SINARTI (A31116036)
ANDI TENRI GADING N. A ( A031171011)
MUH AFFAN ALI (A031171313)
ANDI MUCHRIZAL ARFANDY (A31114508)
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
Skema Pengkodean Data
Semua aplikasi SIA menggunakan kode-kode untuk mewakili berbagai aspek dari aktivitas
ekonomi. Akan tetapi secara khusus, pengkodean penting untuk bagian GLS(General Ledger
System) dari sistem GLS/FRS(Financial Reporting System), yang merupakan titik di mana semua
subsistem SIA berkumpul bersama.
1. Sebuah Sistem Tanpa Kode
Perusahaan-perusahaan memproses volume besar transaksi dan akun-akun yang memiliki
atribut mirip dengan perusahaan lain dalam kelas yang sama. Pada kenyataannya,
atribut­atribut umum ini merupakan basis untuk pengkiasifikasian akun-akun dan transaksi
seperti itu. Misalnya, suatu file piutang dagang perusahaan dapat berisi akun-akun untuk
beberapa pelanggan yang berbeda dengan nama sama dan alamat serupa. Untuk memroses
transaksi dengan akurat dengan akun-akun yang benar, perusahaan harus mampu
membedakan antara akun satu dengan yang lain. Pekerjaan ini menjadi sangat sulit ketika
jumlah atribut dan item-item yang mirip bertambah banyak.
Pendekatan tanpa kode memerlukan ruang pencatatan yang luas, memakan waktu untuk
mencatat, dan jelas rentan terhadap banyak jenis kesalahan. Efek negatif dari pendekatan ini:
1. Staf Penjualan. Untuk mengidentifikasi item-item yang dijual dengan benar memerlukan
penjelasan rincian yang banyak ke dokumen sumber. Di samping waktu dan usaha yang
terlibat, hal ini cenderung menstimulus kesalahan dan pengiriman yang tidak benar.
2. Personel Gudang. Menempatkan dan mengambil barang-barang untuk pengiriman
terhambat, dan sering kali terjadi kesalahan pengiriman.
3. Personel Akuntansi. Memposkan ke akun-akun buku besar akan memerlukan pencarian
melalui file-file buku besar pembantu dengan keterangan yang panjang sebagai kuncinya.
Hal ini akan memperlambat, dan pengeposan ke akun yang salah menjadi umum.
2. Sebuah Sistem dengan Kode
Masalah-masalah ini dipecahkan, atau setidaknya sangat dikurangi, dengan menggunakan
kode-kode yang mewakili setiap item dalam akun persediaan dan pemasok. Mari asumsikan
bahwa item persediaan dalam contoh sebelumnya diberi kode numerik 896, dan pemasok
tersebut dalam akun UD diberi kode nomor 321. Versi kode untuk ayat jurnal sebelumnya dapat
sangat disederhanakan:
Akun
896
Dr
Cr
1000
321
1000
Hal ini tidak berarti bahwa informasi rinci tentang persediaan dan pemasok tidak penting
bagi organisasi. Tentu saja perlu! Fakta-fakta ini akan disimpan dalam file referensi dan
digunakan untuk tujuan-tujuan seperti persiapan daftar suku cadang, katalog, tagihan bahan
baku, dan informasi surat menyurat. Namun, memasukkan perincian ini akan mengacaukan
pemrosesan transaksi dan terbukti disfungsional.
Sebagian penggunaan kode yang umum adalah:
1. Dengan tepat mewakili sejumlah informasi yang kompleks yang jika tidak dikode akan
berantakan
2. Menyediakan sarana akuntabilitas untuk kelengkapan transaksi yang diproses
3. Mengidentifikasi transaksi dan akun yang unik dalam satu file
4. Mendukung fungsi audit dengan menyediakan jejak audit yang efektif
3. Numeric and Alphabetic
Kode Sekuensial
Kode sekuensial mewakili item-item dalam tatanan yang berurutan (menurun atau menaik).
Suatu aplikasi yang umum dari kode sekuensial numeric adalah dokumen sumber yang
sudah diberi nomor sebelumnya. Pada saat dicetak, setiap dokumen diberi nomor kode
sekuensial yang unik. Nomor ini menjadi nomor transaksi yang memungkinkan transaksi
melacak setiap transaksi yang diproses dan mengidentifikasi setiap dokumen yang hilang
atau berada di luar urutan.
Keunggulan: pengkodean sekuensial mendukung rekonsiliasi transaksi batch, seperti
pesanan penjualan pada akhir pemrosesan.
Kelemahan: pengkodean sekuensial tidak membawa kandungan informasi di luar tatanan
urutan dokumen.
Kode Blok
Kode blok (block code) numerik merupakan variasi dari pengkodean sekuensial yang
mengatasi sebagian dari kelemahannya, seperti yang baru saja disebutkan di atas. Aplikasi
yang umum dari pengkodean blok adalah pembuatan chart of account (daftar akun).
Setiap jenis akun diwakili oleh suatu kisaran kode-kode atau blok kode yang unik. Jadi,
klasifikasi dan subklasifikasi akun neraca dan laporan rugi laba dapat digambarkan.
Keunggulan: pengkodean blok memungkinkan penyisipan kode baru dalam satu blok tanpa
harus mengorganisasikan kembali seluruh struktur kode.
Kelemahan: kandungan informasi dari kode blok tidak langsung kelihatan.
Kode Grup
Kode grup numerik digunakan untuk mewakili item-item atau peristiwa yang kompleks yang
melibatkan dua atau lebih data yang saling berkaitan. Kodenya terdiri atas wilayah-wilayah atau
fields yang memiliki makna spesifik.
Keunggulan:
1. Kode grup memfasilitasi perwakilan sejumlah besar data yang berbeda.
2. Kode grup memungkinkan struktur data disajikan dalam bentuk hierarkis yang bersifat logis dan
lebih mudah diingat oleh manusia.
3. Kode grup memungkinkan analisis dan pelaporan yang rinci baik dalam kelas item maupun pada
item-item dari kelas yang berbeda.
Kelemahan: mereka cenderung digunakan secara berlebihan. Terdapat kemungkinan bahwa data-data
yang tidak saling berkaitan akan dihubungkan semata-mata karena memang dapat dilakukan.
Kode Alfabetis
Kode alfabetis dapat ditempatkan secara berurutan (dalam urutan alfabetis) atau dapat digunakan
dalam teknik pengkodean blok atau grup.
Keunggulan: kapasitas untuk mewakili sejumlah besar item meningkat secara dramatis melalui
penggunaan kode alfabetis murni atau karakter alfabetis yang digabungkan dengan kode numerik.
Kelemahan: sulit merasionalisasi makna kode-kode yang telah ditetapkan secara sekuensial dan
menyortir record yang dikodekan secara alfabetis cenderung lebih sulit bagi pemakai.
Kode Mnemonic
Kode mnemonik adalah karakter alfabetis dalam bentuk akronim dan kombinasi lainnya yang
bermakna.
Keunggulan: skema kode mnemonic membuat pemakai tidak perlu mengingat artinya; kode itu
sendiri membawa informasi tingkat tinggi tentang item yang diwakilinya.
Kelemahan: kemampuan mereka terbatas dalam mewakili item-item dalam suatu kelas.
Sistem Buku Besar Umum
1. Voucher Jurnal
Sumber input bagi buku besar adalah voucher jurnal. Sebuah voucher jurnal, yang dapat
digunakan untuk mewakitli rangkuman transaksi yang serupa atau satu transaksi yang
unik, mengidentifikasi jumlah keuangan, dan akun buku besar yang dipengaruhi.
Transaksi rutin, jurnal penyesuaian, dan jurnal penutup, semuanya dimasukkan ke buku
besar unum dari voucher jurnal.
2. Basis Data GLS
Database GLS terdiri atas sejumlah file transaksi, file induk, file referensi dan file arsip.





File induk buku besar umum merupakan file utama dalam database GLS. Basis dari
file ini adalah kode daftar akun perusahaan.
File Sejarah Buku Besar Umum memiliki format yang sama dengan induk GL.
Tujuan utama file ini adalah untuk mewakili laporan keuangan komparatif dengan
basis historis.
File Voucher Jurnal Historis berisi voucher jurnal untuk periode masa lalu. Informasi
histories ini mendukung tanggung jawab kepengurusan manajemen untuk
menghitung utilisasi sumber daya.
File Pusat Pertanggungjawaban berisi data pendapatan, pengeluaran dan utilisasi
sumber daya lainnya untuk setiap pusat pertanggungjawaban dalam organisasi.
File Anggaran Induk berisi jumlah anggaran untuk pendapatan, biaya, dan sumber
daya lainnya untuk pusat-pusat pertanggungjawaban.
3. Prosedur GLS
Seperti yang telah kita lihat pada chapter sebelumnya, aspek dari prosedur pembaruan
GLS adalah dilakukan seperti juga operasi terpisah atau berhubungan dengan sistem
pemrosesan transaksi. Fokus kita yang selanjutnya adalah hubungan antara GLS dan
Laporan Keuangan.
Sistem Pelaporan Keungan
Pengguna yang Canggih Dengan Kebutuhan Informasi yang Homogen
Karena komunitas pengguna eksternal sangat besar dan kebutuhan informasinya bervariasi,
laporan keuangan diarahkan ke pembaca umum. Laporan keuangan disiapkan dengan pemikiran
bahwa pembacanya terdiri atas pengguna yang canggih (sophisticated users) dengan kebutuhan
informasi yang relative homogen.
Prosedur Pelaporan Keuangan
Proses akuntansi keuangan (financial accounting process) dimulai dari status bersih di awal
tahun fiscal yang baru. Hanya akun-akun (permanen) neraca yang merupakan kelanjutan dari
tahun sebelumnya. Dari titik ini, prosesnya dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut:
1) mencatat transaksi.
2) mencatat jurnal khusus.
3) membukukan ke buku besar pembantu.
4) membukukan ke buku besar umum.
5) menyiapkan neraca percobaan yang belum disesuahkan.
6) membuat jurnal penyesuaian.
7) menjurnal dan membukukan ayat jurnal penyesuaian.
8) menyiapkan neraca percobaan yang telah disesuaikan.
9) menyiapkan laporan keuangan.
10) menjurnal dan membukukan ayat jurnal penutup.
11) menyiapkan neraca percobaan pascapenutup.
Mengendalikan FRS
Berbagai risiko potensial dalam FRS terdiri atas :
o Jejak audit yang tak sempurna
o Akses yang tidak diotorisasi ke buku besar umum
o Akun buku besar umum yang tidak seimbang dengan akun buku besar pembantu
o Saldo akun buku besar umum yang salah karena voucher jurnal yang salah atau tidak
diotorisasi
Jika tidak dikendalikan, berbagai risiko ini dapat menyebabkan laporan keuangan dan laporanlaporan lainnya salah dalam pernyataannya sehingga dapat menyesatkan para pengguna.
Konsekuensi potensialnya adalah letigasi, kerugian yang signifikan bagi perusahaan, dan sanksi
yang ditetapkan oleh SOX .
Isu Pengendalian SAS 78/COSO
Otorisasi transaksi.
Jurnal voucher adalah dokumen yang mengotorisasi sebuah entri ke buku besar umum.
Pemisahan Tugas
Karyawan di Buku Besar umum tidak seharusnya:
a. Memiliki tanggugung jawab untuk melakukan pembukuan untuk jurnal khusus atau
buku besar pembantu.
b. Menyiapkan jurnal voucher
c. Bertanggung jawab dalam mengawasi aktiva fisik
Pengendalian akses
Akses yang tidak diotorisasi ke akun-akun buku besar umum dapat menghasilkan kesalahan,
penipuan dan salah penyajian dalam laporan keuangan. Perundang-undangan SOX secara
tegas berbicara area risiko ini oleh kebutuhan organisasi untuk mengimplementasikan
pengendalian yang membatasi akses data base untuk diotorisasi hanya oleh individuindividu.
Catatan akuntansi
Jejak audit merupakan jalur yang diikuti oelh suatu transaksi melalui tahap input,
pemrosesan dan output dalam sistem pemrosesan transaksi. Ini meliputi jaringan dokumen,
jurnal dan buku besar yang didesain untuk memastikan bahwa suatu transaksi dapat secara
akurat ditelusuri melalui sistem tersebut dari awal sampai disposisi akhirnya.
Sistem Pelaporan Manajemen
Pelaporan manajemen sering disebut pelaporan diskresioner karena tidak dimandatkan seperti
halnya pelaporan keuangan. Namun, seseorang dapat mempermasalahkan istilah diskresioner,
dan berpendapat bahwa sistem pelaporan manajemen (MRS) yang efektif diamanatkan oleh
undang-undang sox, yang mengharuskan semua perusahaan publik memantau dan melaporkan
efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Faktor yang Memengaruhi MRS
1.
Prinsip-prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip manajemen memberikan wawasan tentang kebutuhan informasi manajemen.
Formalisasi Tugas.
Prinsip formalisasi Tugas/Pekerjaan menyatakan bahwa pihak manajemen harus
menstruktur perusahaan disekitar pekerjaan yang dilakukannya, bukannya disekitar
individu dengan keahlian unik.
Implikasi untuk MRS. Formalisasi pekerjaan suatu perusahaan memungkinkan
spesifikasi informasi yang diperlukan untuk mendukung pekerjaan tersebut.
Tanggung Jawab dan Wewenang
Prisnsip tanggunga jawab merujuk pada kewajiban individu untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Tanggung jawab terkait erat dengan prinsip wewenang. Jika seorang manajer
mendelegasi tanggung jawab ke bawahannya, ia harus memberikan wewenang kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan dalam batas-batas tanggug jawab itu.
Implikasi untuk MRS. Prinsip tanggung jawab dan wewenang mendefinisikan jalur
pelaporan vertikal perusahaan dimana informasi mengalir. Lokasi manajer dalam jalur
pelaporan memengaruhi ruang lingkup dan perincian informasi yang dilaporkan.
Jangkauan Pengendalian
Jangkauan pengendalian seorang manajer merujuk pada jumlah bawahan yang langsung
dibawah pengendaliannya.
Implikasi untuk MRS. Para manajer dengan jangkauan pengendalian sempit sering
terlibat dengan operasi yang terperinci dan dengan keputusan yang spesifik.
Manajemen dengan Pengecualian
Prinsip manajer dengan pengecualian menunjukkan bahwa para manajer harus membatasi
perhatian mereka pada wilayah-wilayah yang berpotensi bermasalah (yaitu pengecualian)
dari pada terlibat dalam setiap aktivitas dan keputusan.
Implikasi untuk MRS. Para manajer membutuhkan informasi yang mengidentifikasi
operasi atau sumber daya yang beresiko tidak dapat dikendalikan
2.
Fungsi, Tingkat dan Jenis Keputusan Manajemen
Manajemen tingkat atas membuat keputusan perencanaan strategis, termasuk:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran perusahaan.
b. Menentukan ruang lingkup kegiatan bisnis.
c. Menentukan atau memodifikasi struktur organisasi.
d. Mengatur filosofi manajemen.
3. Struktur Masalah
Struktur suatu masalah mencerminkan seberapa baik pengambilan keputusan memahami
masalah tersebut. Struktur masalah memiliki tiga elemen:
a) Data-nilai yang digunakan untuk mewakili faktor-faktor yang relevan dengan
masalah tersebut
b) Prosedur-urutan langkah-langkah atau peraturan keputusan yang digunakan untuk
memecahkan masalah
c) Tujuan-hasil yang ingin dicapai oleh pengambil keputusan dengan memecahkan
masalah tersebut.
Karakteristik
keputusan
Kerangka
waktu
Ruang
Lingkup
Tingkat
Detail
Perencanaan
strategis
Jangka
panjang
Beredampak
tinggi
Sangat
ringkas
Jenis keputusan
Perencanaan Pengendalian Pengendalian
taktis
manajemen
operasional
Menengah
Menengah
Pendek
Berdampak
sedang
Berdampak
lebih rendah
Cukup
ringkas
Berdampak
sangat rendah
Sangat
Terperinci
Terperinci
Perulangan
Tidak
berulang
Berulang
secara
berkala
Berulang
secara berkala
Sering
berulang
Tingkat
kepastian
Tidak pasti
Sangat pasti
Tidak pasti
Sangat pasti
4. Tipe-tipe Pelaporan Manajemen
Tujuan laporan
Sebelumnya, ingat kembali bahwa informasi mengarahka pengguna pada suatu tindakan.
Oleh karena itu agar berguna, laporan harus memiliki kandungan informasi. Nilainya
adalah dampaknya terhadap pengguna. Hal ini dapat ditunjukkan dalam dua tujuan
pelaporan umum, yaitu:
1) Mengurangi tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan sesuatu masalah yang
dihadapi pengambilan keputusan
2) Memengaruhi perilaku pengambilan keputusan dengan cara yang positif
Pelaporan Terprogram
Laporan terprogram memberikan informasi untuk memecahkan masalah yang telah
diantisipasi pengguna. Terdapat dua subkelas laporan terperogram: laporan terjadwaldan
laporan menurut perintah. System pelapran manajemen menghasilkan laporan terjadwal
menurut kerangkah waktu yang ditetapkan, bisa harian, mingguan, kuartalan, dan
sebagainya.
Atribut laporan
Agar efektif, suatu laporan harus memiliki atribut berikut ini: relevan, ringkas,
berorientasi pengecualian, akurat, lengkap, tepat waktu dan singkat.
Pelaporan Ad Hoc.
Manajer tidak selalu dapat mengantisipasi kebutuhan informasi. Hal ini terjadi terutama
bagi manajemen tingkat atas dan menengah. Dalam dunia bisnis yang dinamis, masalahmasalah yang muncul memerlukan informasi baru dan sering kali tidak cukup waktu
untuk menulis program computer tradisional untuk memastikan informasi yang
diperlukan. Namun demikian, kemajuan teknologi basis data membuat kebutuhan
langsung dan kapalitas untuk menghasilkan laporan tersedia secara luas bagi para
pengguna. Sehingga, manajer dengan latar belakang komputr yang terbatas dapat dengan
cepat menghasilkan laporan khusus dari terminal atau computer mikro, tanpa bantuan
tenaga professional pemrosesan data
5. Akuntansi Pertanggung Jawaban
Sebagian besar pelaporan manajemen melibatkan akuntansi pertanggungjawaban. Konsep
ini menyatakan bahwa setiap peristiwa ekonomi yang mempengaruhi perusahaan adalah
tanggung jawab manajer, dan dapat dilacak ke masing-masing manajer. Arus informasi
dalam system pertanggungjawaban mengalir ke atas dan ke bawah melalui saluran
informasi, hal ini mewakili dua tahap akuntansi pertanggungjawaban:
a. Menciptakan serangkaian tujuan kinerja keuangan (anggaran) yang berkaitan dengan
tanggung jawab manajer
b. Melaporkan dan mengukur kinerja actual ketika dibandingkan dengan tujuan-tujuan
tersebut.
6. Pertimbangan Perilaku
Keserasian Tujuan
Telah dibahas sebelumnya tentang prinsip-prinsip manajemen, yaitu wewenang,
tanggungjawab, dan formalisasi pekerjaan. Jika diterapkan dengan benar dalam perusahaan,
prinsip-prinsip ini meningkatkan keserasian tujuan. Manajer tingkat klebih rendah yang
berusaha mencapai tujuannya berkontribusi secara positif terhadap tujuan atasannya.
Informasi yang Berlebihan
Informasi yang berlebihan muncul ketika seorang manajer menerima informasi berlebih
dari yang dapat dicernanya. Hal ini dapat terjadi ketika seorang perancang sistem pelaporan
tidak mempretimbangkan tingkat organisasional dan jangkauan pengendalian manajer
dengan tepat. Informasi yang berlebihan akan membuat manajer mengabaikan informasi
formalnya dan bergantung pada petunjuk-petunjuk informal dalam membuat keputusan.
Ukuran Kinerja yang Tidak Tepat
Salah satu tujuan laporan adalah untuk menstimulun perilaku yang konsisten dengan
tujuan perusahaan. Ketika ukuran kinerja yang tidak tepat digunakan, laporan itu akan ber
pengaruh sebaliknya.
Download