Panel Diskusi kars

advertisement
Implikasi UU No 12 tahun 2012 terhadap
Pendidikan Keperawatan di Indonesia
Illah Sailah
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Ditjen Pendidikan Tinggi
Kemdikbud
12/2/2012
Surabaya, 2 Desember 2012
Pokok Bahasan
HAL YANG DIATUR DALAM
UU No 12/2012
KERANGKA KUALIFIKASI
NASIONAL INDONESIA
IMPLIKASI TERHADAP
PENDIDIKAN KEPERAWATAN
12/2/2012
Semangat dari UU Pendidikan Tinggi
• Perluasan dan Jaminan Akses
• Pengembangan Tridharma secara utuh
• Kesetaraan
• Penguatan Pendidikan Vokasi
• Keutuhan jenjang pendidikan
• Otonomi perguruan tinggi
• Sistem penjaminan mutu
• Memastikan tanggungjawab negara dan
menghindari liberalisasi & komersialisasi PT
3
Ruang Lingkup UU Pendidikan Tinggi
• Ketentuan Umum
• Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
• Penjaminan Mutu
• Perguruan Tinggi
• Pendanaan dan Pembiayaan
• Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Oleh Lembaga Negara Lain
• Peran Masyarakat
• Sanksi Administratif
• Ketentuan Pidana
• Ketentuan Lain-lain
• Ketentuan Peralihan
• Ketentuan Penutup
4
Prinsip Pengelolaan Otonomi PT
• Nirlaba
• Akuntabel
• Transparan
• Penjaminan mutu
• Efektif dan Efisien
6
IMPLIKASI PADA PENDIDIKAN
KEPERAWATAN
1. Standar Pendidikan Keperawatan harus merujuk
pada SNPT, yang sedang disusun.
2. Konsep efisiensi dan efektifitas mendorong
terlaksananya ide resource sharing, integrasi proses
dan pengoptimalan penggunaan ICT, sehingga
memungkinkan program akademik diintegrasikan
dalam proses dengan program profesi
3. Adanya LAM, memungkinkan bidang kesehatan
memiliki LAM Kesehatan, namun perlu PerMen
Akreditasi, BAN PT, dan LAM
12/2/2012
IMPLIKASI PADA PENDIDIKAN
KEPERAWATAN
4. Bagi yang belum terakreditasi, sejauh ijinnya masih
berlaku, dianggap terakreditasi minimum.
Implementasinya perlu PerMen
5. Berlakunya KKNI, maka penyetaraan untuk SDM,
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), dapat
diimplementasikan setelah adanya Permen
Penerapan KKNI
6. Sertifikat Kompetensi sebagai bukti lulus uji
kompetensi, Sertifikat Profesi sebagai bukti lulus
Pendidikan Profesi, SKB untuk Uji Kompetensi
menunggu Permen tentang Sertifikat Kompetensi.
12/2/2012
PERPADUAN ANTARA PENDIDIKAN FORMAL,
PROFESIONALISME, PENGALAMAN KERJA DAN KARIR:
Pencapaian Level pada KKNI Melalui Berbagai Jalur
S1
D3
D2
D1
SMA
D4
P
9
8
7
6
SMP
5
L3
4
L2
L1
3
2
1
Respon UU No.12 tahun 2012 terhadap
Tantangan Pendidikan Tinggi Kesehatan
Doktor
(S3)
Doktor
Terapan (S3)
Spesialis 2
Sistem matrikulasi
Sistem RPL
Magister
(S2)
Magister
Terapan (S2)
Spesialis 1
Profesi
Sarjana
(S1)
Diploma 4
(D4)
Diploma 3 (D3)
Diploma 2 (D2)
Diploma 1 (D1)
Sekolah Menegah Atas/ Kejuruan/ Madrasah Alyah
Pengembangan pengetahuan
Baru
VOKASI
AKADEMIK
Ilmu
Pengetahuan
Teori dan
Konsep
12/2/2012
Pekerjaan yang lebih
Efisien, efektif, produktif
Harmonisasi SUPPLY – DEMAND
Tenaga Kesehatan
STANDAR
PELAYANAN
Primer
Sekunder
Tersier
STANDAR
KOMPETENSI
STANDAR
PENDIDIKAN
•
•
•
Mutu prodi  Lulusan
Kompetensi yang diperoleh
Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia bidang kesehatan
Vokasi
Akademik
Profesi
Kemampuan vs kewenangan
Kompetensi
hasil capaian
pembelajaran
kampus
Kewenangan dalam
dunia kerja
Dunia kerja/kehidupan
bermasyarakat
Persyaratan Dosen
Kualifikasi pendidikan/Pengakuan Tingkat
Kompetensi KKNI
DOSEN PADA PT
D3+/5
Akademi Komunitas
Akademi
Sekolah Tinggi
Institut
Universitas
Politeknik
Pengaturan eksisting
Pengaturan baru
S1/SST/6
S2/MST/8
S3/DRT/9
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
Menjaga Mutu
Lulusan
Menjaga Mutu Institusi
Pendidikan Tinggi
Kesehatan
melalui
Sistem Akreditasi
Lembaga Akreditasi Mandiri
Pendidikan Tinggi Kesehatan
(LAM PTKes)
SISTEM
PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN TINGGI
KESEHATAN
dIdukung dengan
implementasi
TIK
PDPT – PDPTKes - e-Health
melalui
Sistem Uji Kompetensi
Lembaga Pengembangan Uji
Kompetensi (LPUK)
Tujuan Pengembangan LAM-PTKes & LPUK
1
Pengembangan dan
pelaksanaan sistem
penjaminan mutu kesehatan
yang lebih akuntabel dan
transparan
3
2
Peningkatan kapasitas dan
keterlibatan secara positif dan
proaktif dari berbagai pemangku
kepentingan profesi kesehatan
dalam sistem penjaminan mutu
dan regenerasi profesi yang
sehat dan berkualitas
Peningkatan pengakuan global
pada mutu pendidikan tinggi
kesehatan dan kompetensi tenaga
kesehatan Indonesia
KERANGKA SISTEM PENJAMINAN MUTU
PT KESEHATAN BERBASIS DATA & TIK
INSTITUSI
SPMI
DIKTI :
Standar Nasional
Pendidikan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
LULUSAN
SPME
SISTEM UJI
SERTIFIKASI
LAM PTKes
LPUK
Perguruan Tinggi
+
• K/L
• LPNK
• OP
• Badan lain yang
mendapat
pengakuan
• metode akreditasi
• Instrumen spesifik
• publikasi hasil
akreditasi
Standar isi;
Standar proses;
Standar kompetensi lulusan;
Standar pendidik dan tenaga
kependidikan;
Standar sarana dan prasarana;
Standar pengelolaan;
Standar pembiayaan;
Standar penilaian pendidikan
Standar penelitian &
pengabdian masyarakat
MUTU
• metode uji
• Item soal
• tata kelola
• publikasi hasil
uji kompetensi
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
PDPT – PDPT Kesehatan
PENGEMBANGAN SISTEM PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
QC/I
PT PT PT
bidan
AIPT
QA
LAM
Prodi
QR
KEMDIKBUD
QC : Quality Culture/Implementor
QA : Quality Assurance
QR : Quality Regulator
perawat/ners
PENDIDIKAN
dr drg
OP
LPUK
kompetensi
KKI/MTKI/KFN
KEMKES
PELAYANAN/PROFESI
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPMPT)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Sekretariat
Ditjen Dikti
Peraturan
Perundangundangan
Visi
Pendidikan
Tinggi
Indonesia
Badan
Standar Nasional
Pendidikan Tinggi
Standar
Nasional
Pendidikan
Tinggi
(SNPT)
Perguruan
Tinggi
Negeri/Swasta
Sistem
Penjaminan
Mutu
Internal
(SPMI)
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
Kebutuhan Stakeholders
7
12/2/2012
Badan
Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi
Sistem
Penjaminan
Mutu
Ekternal
(SPME/
Akreditasi)
M
Dasar SPMPT :
Standar Nasional Pendidikan (SNP)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Standar isi;
Standar proses;
Standar kompetensi lulusan;
Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
Standar sarana dan prasarana;
Standar pengelolaan;
Standar pembiayaan;
Standar penilaian pendidikan
Standar
BSNP
(dalam UU DIKTI ditambah dengan Standar Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat)
Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai
12/2/2012dengan SNPT dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
Konsep Kebijakan Sistem Akreditasi
Quality Cascade
Health Education System
Quality System
Quality
Schools
Certification System
Continuous Professional Development
Referensi : R. Woollard & Irawan Yusuf
12/2/2012
Accreditation System
Quality
Graduates
Quality
Practice
The Best Health
Outcomes
Standardisasi Elemen Kompetensi Lulusan
Landasan
kepribadian
penguasaan kaidah berkehidupan
bermasyarakat sesuai dengan
pilihan keahlian dalam berkarya
sikap dan perilaku dalam
berkarya menurut tingkat
keahlian ilmu dan keterampilan
yang dikuasai
12/2/2012
penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, dan/atau olahraga
kemampuan dan
keterampilan berkarya
Draft Standar Kompetensi Perawat
Area 1 :
Praktik Profesional, etis, legal dan peka budaya
• Bertanggung gugat terhadap praktik
profesional
• Melaksanakan praktik keperawatan dengan
prinsip etis dan peka budaya
• Melaksanakan praktik secara legal
Draft Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan , Desember 2011
12/2/2012
Draft Standar Kompetensi Perawat
Area 2 :
Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
• Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen
asuhan keperawatan
• Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan
• Melakukan pengkajian keperawatan
• Menyusun rencana keperawatan
• Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
• Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan
• Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal
dalam pemberian pelayanan
• Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
• Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan
keperawatan/ pelayanan kesehatan
• Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan
keperawatan
12/2/2012
Draft
Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan , Desember 2011
Draft Standar Kompetensi Perawat
Area 3:
Pengembangan personal dan profesional
• Melaksanakan peningkatan profesional dalam
praktik keperawatan
• Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan asuhan keperawatan
• Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai
wujud tanggung jawab profesi
Draft Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan , Desember 2011
12/2/2012
Konsep Kebijakan Sistem Uji Kompetensi
1.
Untuk menjamin lulusan pendidikan profesi kesehatan yang
kompeten dan terstandar secara nasional.
2.
Dilakukan oleh badan mandiri yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan memvalidasi strategi, metodologi dan tools
untuk mengevaluasi kompetensi tiap lulusan profesi kesehatan.
3.
Ujian Kompetensi Nasional profesi kesehatan sebagai exit exam,
sehingga tiap lulusan institusi pendidikan profesi kesehatan akan
mendapatkan ijazah (dari institusi pendidikan) dan sertifikat
kompetensi (dari organisasi profesi) setelah menyelesaikan program
pendidikan dan lulus ujian kompetensi. Ijazah dan Sertifikat
Kompetensi merupakan syarat registrasi guna mendapatkan Surat
Tanda Registrasi (STR). STR sebagai salah satu syarat mendapatkan
izin praktik profesi kesehatan.
12/2/2012
Konsep Kebijakan Sistem Uji Kompetensi
4.
5.
6.
7.
Perbaikan metode uji dengan CBT (Computer Based Testing) dan
OSCE (Objective Structured Clinical Examination). Selain itu,
untuk menjaga kualitas dan confidentiality soal uji, akan
dibentuk NIBNA (National Item Bank Networking for
Assessment).
Ujian kompetensi dilaksanakan di institusi yang memenuhi syarat
untuk pelaksanaan ujian menurut standar dan panduan yang
dikembangkan oleh Badan Uji Mandiri.
Pusat ujian bisa berada di institusi pendidikan maupun Majelis
Tenaga Kesehatan Propinsi (MTKP) yang memenuhi syarat
sebagai pusat ujian kompetensi
Resertifikasi profesi kesehatan dilakukan oleh organisasi profesi
melalui Continuous Professional Development (CPD) atau ujian
kompetensi yang berupa assessment of performance in the work
place.
12/2/2012
Blue Print Uji Kompetensi Ners
12/2/2012
Pedoman Uji Kompetensi yang telah
dihasilkan melalui Proyek HPEQ
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pedoman Pengembangan Soal Uji Pengetahuan untuk CBT
Pedoman Pengembangan Soal Uji Keterampilanuntuk OSCE
Pedoman Penyelenggaraan CBT
Draft Pedoman Penyelenggaraan OSCE (termasuk penyiapan
pelatihan untuk penguji, SP dan infrastruktur penunjang)
Pedoman dan Tata Tertib Penentuan Batas Lulus (Standard
Setting) untuk uji tulis/komputer
Pedoman Pendaftaran Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan
Indonesia
Pedoman Penanganan Retaker Uji Kompetensi
Tata Tertib Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan Indonesia
12/2/2012
Regional
1
2
3
4
5
6
12/2/2012
Institusi
UNSYIAH
USU
UNAND
UNSRI
UI
YARSI
USAKTI
UKRIDA
UNIKA
UNILA
UNPAD
UNJANI
UKM
UNDIP
UGM
UNISSULA
UMY
UNRAM
UNLAM
UNAIR
UB
UNUD
UHT
UWK
UNHAS
UNSRAT
UNTAD
UNCEN
JUMLAH
Jumlah Work Station
55
88
53
118
110
126
60
88
70
20
157
100
166
80
165
108
50
25
50
40
105
116
72
99
100
75
20
56
2372
Lokasi Uji
Kompetensi yang
Difasilitasi Proyek
HPEQ
: Total 28 Center
TOGETHER WE CAN ACHIEVE MORE….
12/2/2012
TERIMA KASIH
Dr.dr.Sutoto,M.Kes
Tempat/Tgl lahir :Purwokerto, 21 Juli – 1952
JABATAN SEKARANG:
1.
Ketua KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit)
2.
Ketua umum PERSI
3.
Dewan Pengawas AIPNI
4.
Anggota Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua :IRSPI (Ikatan RS Pendidikan Ind) Th 2005-2008
2. Ketua :ARSPI (Asosiasi RS Pendidikan Ind) Th 2008-2010
3. Ketua IRSJAM (Ikatan RS Jakarta Metropolitan) 2008-2010
PENDIDIKAN:
1. SI Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro
2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada
3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude)
PENGALAMAN KERJA
1. Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS):
2. Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah,1978-1979
3. Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., 1979-1992
4. Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001
5. Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001 S/D 2005
6. Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010
7. Sesditjen Binyanmed KEMNENKES R.I( Feb-sept 2010)
8. Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UHAMKA, UMY
2



DIDIRIKAN : 11 APRIL 1978
MERUPAKAN PERHIMPUNAN BAGI SEMUA RS DI INDONESIA
SEBAGAI INDUK ORGANISASI DARI ASOSIASI RS YG
BERSIFAT KHUSUS /SPESIFIK , al :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
ARSADA ( ASOSIASI RS DAERAH)
ARSPI ( ASOSIASI RS PENDIDIKAN INDONESIA)
ARS TNI & POLRI ( ASOSIASI RS TNI & POLRI)
ARSSI ( ASOSIASI RS SWASTA INDONESIA)
ARS BUMN ( ASOSIASI RS BUMN)
ARVI ( ASOSIASI RS VERTIKAL INDONESIA)
MUKISI
PERDHAKI
PELKESI
ARSABAPI
ARSWAKOI
ARSGMP


PUBLIK ( NIRLABA)
- RS PEMERINTAH
(DEPKES, PEMDA, TNI,
POLRI, DEPHAN, BUMN )
- RS PERKUMPULAN &
YAYASAN
PRIVAT : RS BERBADAN
HUKUM (PT) / FOR PROFIT


RS PENDIDIKAN (MEMILIKI SK MENKES PENETAPAN SEBAGAI RS
PENDIDIKAN :39
RS YG DIPAKAI UNTUK PENDIDIKAN : 238


Pasal 23
(1) Rumah Sakit pendidikan merupakan
Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu
dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya
Pasal 22
 (1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit
pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar
rumah sakit pendidikan.
 (2) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan.
Pasal 23


(2) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat
dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit
pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.


Pasal 10
Bangunan Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 harus dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang paripurna,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan


mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit
publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan
sebagai Rumah Sakit pendidikan
Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif pajak
sebagaimana dmaksud pada ayat (1) huruf h
diatur dengan Peraturan Pemerintah
1.
2.
3.
Rumah sakit pendidikan keperatawan berperan sebagai
tempat mengembangkan pengalaman belajar klinik
dan sosialisasi profesionalisme perawat serta
sebagai tempat penumbuhan dan pembinaan
kemampuan dan sikap profesional
Pengalaman belajar klinik/lapangan pada pendidikan
tinggi keperawatan diperlukan untuk menumbuhkan dan
membina kemampuan dan sikap keperawatan
profesional.
RSP Keperawatan merupakan fasilitas pendidikan yang
mutlak harus ada Untuk untuk mengembangkan
pengalaman belajar klinik




Belum adanya kesamaan visi,misi dan
komitmen yang sama, hal ini
menimbulkan:
Pendidikan Keperawatan dianggap revenue
center  penetapan tarif untuk mahasiswa
tak jelas/ tak seragam
PSIK swasta seringkali diasumsikan banyak
dananya ada RS memberlakukan tarif yg
berbeda (diskriminasi)
Satu RSP dipakai oleh sangat banyak
PendIdikan Keperawatan

2. Belum dimilikinya standar administrasi dan
manajemen:
1.
2.
3.
3.
4.
Hubungan tak didukung Perjanjian Kerjasama (PKS) yg menjamin
proses pendidikan keperawatan berkualitas
Kurangnya koordinasi PSIK dengan RSP  tak ada Bakordik,
hirarki hubungan antara Kordinator pendidikan dengan RSP dan
PSIK tak jelas
Tak ada uraian tugas, tg jawab , wewenang, dan masa tugas
ditetapkan bersama RSP dan PSIK
Kebijakan penerimaan peserta didik tidak tercantum dalam PKS
Tak ada Kebijakan mengenai daya tampung RSP Peraturan ttg
sistem penyelanggaraan pendidikan, pelayanan, penelitian
termasuk reward and punishment bagi semua pihak yang terlibat
seringkali tak ada
 Ada RSP yang belum memiliki uraian tugas tertulis
peserta didik dan kebijakan yg mengatur batas
kewenangan yang dapat dilakukan peserta didik
 Ada PSIK dalam mengirim peserta didik tak diikuti
keterangan tentang kompetensi apa yang sudah
dimilki dan kompetensi apa yang diharapkan selama
proses pendidikan di RSP
 Ada RSP tak memiliki jadwal pra pelaksanaan
pedidikan berisi tanggal masuk, nama & jumlah
peserta didik yg akan masuk juga termasuk jadwal
pelaksanaan yang tetap sesuai program ditiap bagian
(nama, kegiatan, waktu, penanggung jawab, ruang,
dilaksanakan sesuai jadwal)
◦ Ada RSP tak memiliki administrator khusus
untuk mengurusi peserta didik keperawatan
◦ Ada RSP tak memiliki sistem, alur
pencatatan & pelaporan nilai supaya tepat
waktu
◦ Ada RSP tak memiliki sistem informasi
pendidikan berisi data basis peserta didik
(identitas & hasil belajar)
◦ Ada RSP tak memiliki pelaporan progress
report pendidikan setiap tahun dari
pelaksana kepada RSP dan PSIK (jumlah,
tingkat kelulusan, daftar tunggu ujian)
• Ada RSP tak memiliki dokumen mengenai
anggaran yg memuat item biaya
pendidikan langsung: seperti SDM, bahan
habis pakai, administrasi, & overhead
operasional , serta biaya tak langsung dan
akomodasi
• Penyusunan dokumen pembiayaan
seharusnya dilakukan rutin dg melibatkan
kordinator pendidikan dan PSIK, serta
laporan pertanggung jawaban keuangan
dalam satuan waktu tertentu yg disepakati
kedua belah pihak
Penyiapan tenaga pendidikan dan pelatih dan
program pembelajaran klinik menjadi
tanggung jawab SIAPA ?
 Ratio Clinical Instructur dengan peserta didik ?
 Diperlukan Panitia kredensial khusus terpadu
berasal dari RSP dan PSIK yg berperan menilai
kinerja tenaga pendidik klinik pd
pembelajaran klinik dg kriteria yang jelas
 Tenaga pendidik klinik dan pelatih program
harus memiliki kompetensi dlm kependidikan,
keilmuan dan keprofesian

 Perlu disusun sistem monitoring & evaluasi tenaga
pendidik klinik dan pembimbing klinik dalam
aspek kegiatan belajar mengajar, penelitian dan
pengabdian masyarakat
 Perlu disusun dokumen pengembangan diri tenaga
pendidik klinik dan pembimbing klinik (mengikuti
seminar, pelatihan, karya ilmiah, penelitian dll)
termasuk pola karir nya
 Diperlukan standar fasilitas fisik yg menunjang
pendidikan yg disediakan RSP dan PSIK sesuai
kesepakatan bersama
 Sarana, prasarana pendidikan al: ruang
pembelajaran, diskusi, perpustakaan, teknologi
informasi, sistem dokumentasi, skill lab dll
 Fasilitas ruang pertemuan yg memenuhi syarat
bagi peserta didik
 Terdapat jumlah kasus yg memadai shg peserta
didik dapat berlatih ketrampilan klinik dg adekuat
Belum semua RSP memiliki:
◦ Perhatian dan komitmen terhadap
pendidikan keperawatan
◦ Memiliki target pembelajaran yang jelas
◦ Memiliki kegiatan yang terstruktur dan
berimbang
◦ Memiliki sistem evaluasi yang jelas dan
objektif
4. Belum semua RSP mempunyai program
pendidikan klinik yg terstruktur yg ditetapkan
bersama PSIK dan Mengacu pada Kurikulum
Nasional
5. Belum semua RSP memberlakukan tata tertib
peserta didik yg bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran
6. Belum semua pengelola dan pelaksana di RSP
mengetahui dan memahami dengan baik
Pedoman Program pendidikan klinik
7. Belum semua RSP dan PSIK memiliki sistem
jaminan mutu pendidikan profesi keperawtan
yang disepakati bersama antara RSP dangan
PSIK


RSP melakukan evaluasi program pendidikan
klinik secara berkala
Belum semua RSP menilai secara bersama
peserta penddikan klinik keperawatan secara
bersama dengan staf PSIK secara
komprehensif meliputi ranah pengetahuan
psikomotor dan afektif




Berbagai Permasalahan di RSP untuk pendidikan
klinik keperawatan telah dikemukakan
Diperlukan penataan RSP keperawatan agar RSP
menjadi wahana pengalaman belajar klinik yang
berkualitas bagi peserta didik
Belum terbitnya PP tentang RSP sesuai amanat
UU RS, oleh karena itu AIPNI harus ikut
mengawal terbitnya PP ini
Diperlukan suatu upaya bersama dengan
seluruh stake holder untuk meningkatkan mutu
pendidikan keperawatan khususnya agar
peserta didik dapat memperoleh pengalaman
belajar klinik yang bermutu
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Ditjen Pendidikan Tinggi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2012
1
Sumber: UNESCO - OECD
Years of schooling and GDP per capita
in age group 15–64, 1960–2000
Sumber: UNESCO - OECD
Years of schooling and GDP per capita
in age group 15–64, 1960–2000
Sumber: UNESCO - OECD
Years of schooling and GDP per capita
in age group 15–64, 1960–2000
APA PENDIDIKAN KARAKTER?
Pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati.
(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010)
5
Pendidikan Komprehensif:
Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif
“…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagianbagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup
anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro)
PT
Pendidikan
AKADEMIK
dsb
SMA
SMP
PAUD
/SD
Pendidikan
KARAKTER
6
Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa
FITRAH MANUSIA DICIPTAKAN SEBAGAI MAKHLUK
SOSIAL YANG BERHARKAT DAN BERMARTABAT
BANGSA
BERKARAKTER
PERMASALAHAN
BANGSA DAN NEGARA
1.Disorientasi dalam
implementasi nilai-nilai
Pancasila;
2.Bergesernya nilai etika
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara;
3.Memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya
bangsa;
4.Ancaman disintegrasi
bangsa ;
5.Melemahnya
kemandirian bangsa
LINGKUNGAN
STRATEGIS
Global,
Regional,
Nasional
R A N:
POLHUKAM,
KESRA,
PEREKONOMIAN
Pembangunan
Karakter Bangsa
STRATEGI:
1.Sosialisasi/
Penyadaran
2.Pendidikan
3.Pemberdayaan
4.Pembudayaan
5.Kerjasama
KONSENSUS
NASIONAL
1. Pancasila
2. UUD 45
3. Bhinneka
Tunggal Ika
4. NKRI
+
1. Tangguh;
2. Kompetitif;
3. Berakhlak
mulia;
4. Bermoral;
5. Bertoleran;
6. Bergotong
royong;
7. Berjiwa
patriotik;
8. Berkembang
dinamis;
9. Berorientasi
Iptek yang
semuanya
dijiwai oleh
IMTAQ kepada
Tuhan Yang
Maha Esa
berdasarkan
Pancasila
BANGSA YANG
BERAKHLAK
MULIA,
BERMORAL,
BERTETIKA,
BERBUDAYA
DAN BERADAB
BERDASARKAN
PANCASILA
7
DISAIN INDUK PENDIDIKAN KARAKTER
Agama, Pancasila, UUD
1945,
UU No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
Teori
Pendidikan,
Psikologi, Nilai,
Sosial Budaya
Nilai-nilai
Luhur
Pengalaman terbaik
(best practices) dan
praktik nyata
PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN
INTERVENSI
SATUAN
KELUARGA
MASYARAKAT
PENDIDIKAN
Perilaku
Berkarakter
PEMBIASAAN
PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana, Kebersamaan,
Komitmen Pemangku Kepentingan
8
Tujuan, Fungsi, Media Pendidikan Karakter
FUNGSI:
Mengembangkan karakter
bangsa agar mampu
mewujudkan nilai-nilai
luhur Pancasila
“Pendidikan karakter
sebagai pilar kebangkitan
bangsa, raih prestasi
junjung tinggi budi
pekerti”
(Hardiknas, 20 Mei 2011)

Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat politik;
pemerintah; dunia usaha; media massa
9
KONFIGURASI NILAI (SOSIAL-KULTURALPSIKOLOGIS)
cerdas, kritis,
kreatif, inovatif,
ingin tahu, berpikir
terbuka, produktif,
berorientasi Ipteks,
dan reflektif
bersih dan sehat,
disiplin, sportif,
tangguh, andal,
berdaya tahan,
bersahabat,
kooperatif,
determinatif,
kompetitif, ceria,
dan gigih
OLAH
PIKIR
OLAH
RAGA
OLAH
HATI
OLAH
RASA/
KARSA
beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, adil,
bertanggung jawab,
berempati, berani
mengambil resiko,
pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa
patriotik
ramah, saling
menghargai, toleran,
peduli, suka menolong,
gotong royong,
nasionalis, kosmopolit ,
mengutamakan
kepentingan umum,
bangga menggunakan
bahasa dan produk
Indonesia, dinamis,
kerja keras, dan beretos
kerja
10
KARAKTER MAHASISWA
JUJUR
TANGGUNG
JAWAB
SALING
MENGHARGAI
PEDULI
TANGGUH
11
PENDIDIKAN KARAKTER
DI KAMPUS
KURIKULUM
(BAHAN KAJIAN, PROSES
PEMBELAJARAN, CARA
EVALUASINYA)
KEGIATAN KEMAHASISWAAN OR,
SENI, PENALARAN,
KEWIRAUSAHAAN, SOSIOPRENEUR,
PEMIKIRAN KRITIS, BINA DESA
BUDAYA
AKADEMIK
Peraturan
dan etika
kampus
INSAN CERDAS KOMPREHENSIF
12
Character Building is a Focus
hidden curriculum
Integration to the courses
Campus culture
Character Habitualization
Extra
curiculum
Integration to many student
activities
Daily activities
in the
communities
Habitualization and
internalization in the
family and community
activities
13
Technology
skills
Problem
solving
skills
Multicultural/
multilingual
literacy
Basic
skills
Communication
& interpersonal
skills
21ST CENTURY SKILLS
AND LITERACIES
Critical &
creative
thinking skills
Awareness
towards
Environment
Adapted from itdk 290408
Information
/digital
literacy
Inquiry
/reasoning
skills
Policy on Character Building in Higher Education
Study
Classes
Diambil dari tayangan Cheng
Policy in Learning Process for Character Building
Academic
Classes
Knowledge
Diambil dari tayangan Cheng
Music, Sports, Art,
Drama, Dance
Rural
Visits,
NGOs,
Community
Services,
Social
Groups
Student
Residence,
Student Unions,
Associations &
Clubs, Young
Leaders
Exchange,
Youth
Conferences
Source: itdk 290408
Mentorship
Internship,
Practicum,
Placement,
Classrooms,
Academic
Classes
Fieldwork
Learning
Libraries,
Laboratories
PICASSO
MORAL
SOFT SKILLS
KARAKTER
Sikap dan perilaku
untuk melakukan
dan
mempertahankan
perilaku yang
dianggap benar
oleh masyarakat
Kemampuan non
teknis yang
dimiliki sebagai
hasil pembelajaran
terutama pada
elemen afeksi
Kualitas moral
yang dimiliki
sebagai hasil
belajar, yang
selalu muncul
walaupun tidak
sedang berada
pada pengawasan
orang lain
CHARACTER EDUCATION… :::
… adalah
TANGGUNG JAWAB
SETIAP ORANG
Character has two major parts:
performance character and moral character.
PERFORMANCE
CHARACTER
•komitmen untuk terus
menerus meningkatkan
mutu
• menetapkan tujuan
• etika kerja
• determinasi
• kepercayaan diri
• semangat
• kebanggaan
MORAL
CHARACTER
•saling menghormati
• bertanggung jawab
• rasa mencintai
• kemanusiaan
• Integritas
• keadilan
• dorongan moral
KOMPONEN
KARAKTER
CHARACTER EDUCATION… :::
…berbagai penelitian
menunjukkan bahwa
KARAKTER dibentuk dari
pembelajaran dari
lingkungan sekitar kita
“around us”
CHARACTER EDUCATION :::
…sekolah, rumah dan masyarakat
secara terintegrasi
CHARACTER EDUCATION IS
CARRIED OUT BY… :::
…didesain dalam kurikulum
…dipromosikan di masyarakat
…difasilitasi di kelas
…diberi contoh dan tauladan
Copyright 1990, Lifecall
Copy 2002, Life Alert
CARA MENGEMBANGKAN
KARAKTER
(konseptual framework)
SEKOLAH SEBAGAI PENGEMBANG KARAKTER
(sebuah refleksi sejarah)
PROGRAM P4
Mata Ajaran BUDI
PEKERTI
RANAH KOGNITIF
DIHAFALKAN TANPA
AMALAN
PRINSIP PENGEMBANGAN KARAKTER



Ketersediaan Role Model
Dilakukan secara terus
menerus (Continuous dan
Istiqomah)
Ditanamkan bukan
diajarkan
 memerlukan LATIHAN
 Memerlukan proses
REFLEKSI
HOW TO DEVELOP CHARACTER
JUJUR
Tidak dapat
diajarkan secara
INSTRUKSIONAL
Keluarga:
Pola Asuh
Pola Asuh
Autoritatif;
demokratik
SEKOLAH:Program
PENGEMBANGAN SOFT
SKILLS
Hidden
Curriculum
Ekstra kurikuler dan
ko kurikuler
aktivities
SOFT SKILLS SISWA
Moral
Knowing
Moral
Feeling:
Moral
Action
POLA PENGEMBANGAN SOFT SKILSS DI PT
TUGAS
VISI
PS
Hidden
Curriculum
Extra
Curricular
Activities
Teacher
Models
Learning
Process
Student’s
characters
School
Systems
Bagaimana menularkan Soft skills?
ROLE MODEL
Pesan Moral,
melalui kata2
bijak, ceritera
Disiplin, inisiatif, melakukan edifikasi,
Kepemimpinan, bertutur dan santun
MESSAGE OF THE WEEK
Menyelipkan atribut
soft skills dalam
pembelajaran, menyatukan
dalam kompetensi PS
HIDDEN CURRICULUM
UNIVERSITY VALUES
Nilai luhur yang
dianut
Universitas
 Diturunkan dari
STATUTA

PENGEMBANGAN HIDDEN CURRICULUM
Interaksi antara
dosen dan mahasiswa
 Mendesain
assignment untuk
siswa
 Mendesain aturan di
kelas

PENGEMBANGAN EXTRA CURRICULAR
ACTIVITIES
Macam-macam
Aktivitas
ekstrakurikuler
 Tujuan aktivitas
ekstrakurikuler yang
dikembangkan
 Melakukan monitoring
soft skills melalui
kegiatan
ekstrakurikuler

LANGKAH MENYUSUN PENGEMBANGAN
KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN
1.
2.
3.
Identifikasi soft skills
Definisi soft skills
Program pengembangan:




4.
Written curriculum: Rancangan dan Implementasi
Pembelajaran
Hidden curriculum: Interaksi dosen-mahasiswa; ROLEMODEL; ACADEMIC ATMOSPHERE
Co – Curriculum: Internsip/magang; Praktek; KKN
Extra – Curriculum: UKM, organisasi mahasiswa
Evaluasi softskills: alat penilaian, alat ukur; indikator
dll
USAHA PENYEPADANAN
KBK – KEPMENDIKNAS
045/U/2002
Landasan kepribadian
Penguasaan ilmu dan
ketrampilan.
IBE UNESCO
(1999)
learning to be
learning to
know
Konsep PENGEMBANGAN
KARAKTER
ROLE MODEL; HIDDEN
CURRICULUM;
ACADEMIC ATMOSPHERE
WRITTEN CURRICULUM
CO-CURRICULUM
Kemampuan berkarya.
Sikap dan perilaku dalam
berkarya.
Pemahaman kaidah
berkehidupan
bermasyarakat.
learning to do
learning to be
CO DAN EXTRA
CURRICULUM
learning to live
together
CO DAN EXTRA
CURRICULUM
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA ELEMEN KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI (PP 17/2010 ps 97 ayat 3)
KOMPETENSI
E
A: Landasan
Kepribadian
v
B: Penguasaan
IPTEKSO
ELEMEN KOMPETENSI
A
B
C
A
v
v
B
v
v
C
v
v
D
v
v
E
v
v
F
v
v
G
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Pinter tapi
H
tidak
I
BERKARAKTER
J
D
C: Kemampuan
Berkarya
K
v
v
v
L
v
v
v
M
v
v
E: Pemahaman
Kaidah
D: Sikap dan
Berkehidupan
Perilaku dalam
Bermasyarakat
berkarya
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA ELEMEN KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI (SK MENDIKNAS 045/U/2002)
KOMPETENSI
ELEMEN KOMPETENSI
B
C
A
v
v
B
v
v
C
v
v
v
v
v
v
v
v
v
G
Pinter,
H
berkarakter
tapi
TIDAK
MAU v
I
BERMASYARAKAT
J
v
v
v
v
v
v
K
v
v
v
L
v
v
v
v
v
D
A
v
E
F
M
D
E
A: Landasan
Kepribadian
B: Penguasaan
Ilmu dan
Ketrampilan
v
C: Kemampuan
Berkarya
v
D: Sikap dan
Perilaku dalam
berkarya
v
E: Pemahaman
Kaidah
Berkehidupan
Bermasyarakat
v
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA ELEMEN KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI (SK MENDIKNAS 045/U/2002)
KOMPETENSI
A
ELEMEN KOMPETENSI
A
v
B
C
D
v
v
E
B
v
v
C
v
v
D
v
v
E
F
v
G
Berkarakter,
H
bermasyarakat
tapiI tidak
v
menguasai
dan
J
tidakKterampil v
L
v
M
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
A: Landasan
Kepribadian
B: Penguasaan
Ilmu dan
Ketrampilan
C: Kemampuan
Berkarya
D: Sikap dan
Perilaku dalam
berkarya
E: Pemahaman
Kaidah
Berkehidupan
Bermasyarakat
CREATE CARING CONNECTIONS :::
“Never doubt that a small group of
thoughtful citizens can change the
world; indeed, it’s the only thing that
ever does.”—Margaret Mead
KOMPETENSI UNTUK MEMBENTUK KARAKTER BANGSA
AGAMA
PANCASILA
KEWARGANEGARAAN
1
Ibadah ritual
religius
ideologi bangsa
Sikap bela negara,
beriman dan bertaqwa
2
Jujur
Jujur
Jujur
3
Bertanggung jawab
Tanggung jawab,
taat hukum, disiplin
Kesadaran hak dan kewajiban
WNI
4
Berjiwa multikultural
Humanis, nasionalis
Rasa kebangsaan,
disiplin nasional
5
Memiliki etos kerja
tinggi
Karater ilmuwan/
profesional
Aktif membangun kehidupan
damai, rasional
6
Berani mengungkapkan
pendapat
Demokratis, adil
Demokratis, berudi luhur
dalam bermasyarakat,
berbangsa, bernegara
7
Komunikati, kreatif
Solusi dengan nilai
Pancasila
Berfikir kritis, etis, estetis,
dinamis.
8
Kasih sayang
Cinta tanah air
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Ditjen Pendidikan Tinggi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2012
1
Sumber: UNESCO - OECD
Years of schooling and GDP per capita
in age group 15–64, 1960–2000
Sumber: UNESCO - OECD
Years of schooling and GDP per capita
in age group 15–64, 1960–2000
Sumber: UNESCO - OECD
Years of schooling and GDP per capita
in age group 15–64, 1960–2000
APA PENDIDIKAN KARAKTER?
Pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati.
(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010)
5
Pendidikan Komprehensif:
Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif
“…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagianbagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup
anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro)
PT
Pendidikan
AKADEMIK
dsb
SMA
SMP
PAUD
/SD
Pendidikan
KARAKTER
6
AlurPikirPembangunanKarakter Bangsa
FITRAH MANUSIA DICIPTAKAN SEBAGAI MAKHLUK
SOSIAL YANG BERHARKAT DAN BERMARTABAT
BANGSA
BERKARAKTER
PERMASALAHAN
BANGSA DAN NEGARA
1.Disorientasi dalam
implementasi nilai-nilai
Pancasila;
2.Bergesernya nilai etika
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara;
3.Memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya
bangsa;
4.Ancaman disintegrasi
bangsa ;
5.Melemahnya
kemandirian bangsa
LINGKUNGAN
STRATEGIS
Global,
Regional,
Nasional
R A N:
POLHUKAM,
KESRA,
PEREKONOMIAN
Pembangunan
Karakter Bangsa
STRATEGI:
1.Sosialisasi/
Penyadaran
2.Pendidikan
3.Pemberdayaan
4.Pembudayaan
5.Kerjasama
KONSENSUS
NASIONAL
1. Pancasila
2. UUD 45
3. Bhinneka
Tunggal Ika
4. NKRI
+
1. Tangguh;
2. Kompetitif;
3. Berakhlak
mulia;
4. Bermoral;
5. Bertoleran;
6. Bergotong
royong;
7. Berjiwa
patriotik;
8. Berkembang
dinamis;
9. Berorientasi
Iptek yang
semuanya
dijiwai oleh
IMTAQ kepada
Tuhan Yang
Maha Esa
berdasarkan
Pancasila
BANGSA YANG
BERAKHLAK
MULIA,
BERMORAL,
BERTETIKA,
BERBUDAYA
DAN BERADAB
BERDASARKAN
PANCASILA
7
DISAIN INDUK PENDIDIKAN KARAKTER
Agama, Pancasila, UUD1945,
UU No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
Teori
Pendidikan,
Psikologi, Nilai,
Sosial Budaya
Nilai-nilai
Luhur
Pengalaman terbaik
(best practices)dan
praktik nyata
PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN
INTERVENSI
SATUAN
KELUARGA
MASYARAKAT
PENDIDIKAN
Perilaku
Berkarakter
PEMBIASAAN
PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana, Kebersamaan,
Komitmen Pemangku Kepentingan
8
KONFIGURASI NILAI (SOSIAL-KULTURAL-PSIKOLOGIS)
cerdas, kritis,
kreatif, inovatif,
ingin tahu, berpikir
terbuka, produktif,
berorientasi Ipteks,
dan reflektif
bersihdan sehat,
disiplin, sportif,
tangguh, andal,
berdaya tahan,
bersahabat,
kooperatif,
determinatif,
kompetitif, ceria,
dan gigih
OLAH
PIKIR
OLAH
RAGA
OLAH
HATI
OLAH
RASA/
KARSA
beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, adil,
bertanggung jawab,
berempati, berani
mengambil resiko,
pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa
patriotik
ramah, saling
menghargai, toleran,
peduli, sukamenolong,
gotong royong,
nasionalis, kosmopolit ,
mengutamakan
kepentingan umum,
bangga menggunakan
bahasa dan produk
Indonesia, dinamis,
kerja keras, dan beretos
kerja
9
KARAKTER MAHASISWA
JUJUR
TANGGUNG
JAWAB
SALING
MENGHARGAI
PEDULI
TANGGUH
10
PENDIDIKAN KARAKTER
DI KAMPUS
KURIKULUM
(BAHAN KAJIAN, PROSES
PEMBELAJARAN, CARA
EVALUASINYA)
KEGIATAN KEMAHASISWAAN OR, SENI,
PENALARAN, KEWIRAUSAHAAN,
SOSIOPRENEUR, PEMIKIRAN KRITIS,
BINA DESA
BUDAYA AKADEMIK
INSAN CERDAS KOMPREHENSIF
Peraturan
dan etika
kampus
11
Character Building is a Focus
hidden curriculum
Integration to the courses
Campus culture
Character Habitualization
Extra
curiculum
Integration to many student
activities
Daily activities
in the
communities
Habitualization and
internalization in the
family and community
activities
12
Technology
skills
Problem
solving
skills
Multicultural/
multilingual
literacy
Awareness
towards
Environment
Adapted from itdk 290408
Basic
skills
Communication &
interpersonal
skills
21ST CENTURY SKILLS
AND LITERACIES
Critical &
creative
thinking skills
Information/
digital
literacy
Inquiry/reasoni
ng
skills
Policy on Character Building in Higher Education
Study
Classes
Diambil dari tayangan Cheng
Policy in Learning Process for Character Building
Academic
Classes
Knowledge
Diambil dari tayangan Cheng
Music, Sports, Art,
Drama, Dance
Rural
Visits,
NGOs,
Community
Services,
Social
Groups
Student
Residence,
Student Unions,
Associations &
Clubs, Young
Leaders
Exchange,
Youth
Conferences
Source: itdk 290408
Mentorship
Internship,
Practicum,
Placement,
Classrooms,
Academic
Classes
Fieldwork
Learning
Libraries,
Laboratories
PERFORMANCE
CHARACTER
•komitmen untuk terus
menerus meningkatkan
mutu
• menetapkan tujuan
• etika kerja
• determinasi
• kepercayaan diri
• semangat
• kebanggaan
MORAL
CHARACTER
•saling menghormati
• bertanggung jawab
• rasa mencintai
• kemanusiaan
• Integritas
• keadilan
• dorongan moral
SEKOLAH SEBAGAI PENGEMBANG KARAKTER
(sebuahrefleksisejarah)
PROGRAM P4
Mata Ajaran BUDI
PEKERTI
RANAH KOGNITIF
DIHAFALKAN TANPA
AMALAN
HOW TO DEVELOP CHARACTER
JUJUR
Tidak dapat
diajarkan secara
INSTRUKSIONAL
POLA PENGEMBANGAN SOFT SKILSS DI PT
TUGAS
VISI
PS
Hidden
Curriculum
Extra
Curricular
Activities
Teacher
Models
Learning
Process
Student’s
characters
School
Systems
Bagaimana menularkan Soft skills?
ROLE MODEL
Pesan Moral,
melalui kata2
bijak, ceritera
Disiplin, inisiatif, melakukan edifikasi,
Kepemimpinan, bertutur dan santun
MESSAGE OF THE WEEK
Menyelipkan atribut
soft skills dalam
pembelajaran, menyatukan
dalam kompetensi PS
HIDDEN CURRICULUM
UNIVERSITY VALUES
• Nilailuhur yang
dianut PT
• DiturunkandariS
TATUTA
PENGEMBANGAN HIDDEN CURRICULUM
• Interaksiantaradosend
anmahasiswa
• Mendesain assignment
untukmahasiswa
• Mendesainaturandikel
as
PENGEMBANGAN EXTRA CURRICULAR
ACTIVITIES
• Macam-macam Aktivitas
ekstrakurikuler
• Tujuan aktivitas
ekstrakurikuler yang
dikembangkan
• Melakukan monitoring
soft skills melalui
kegiatan ekstrakurikuler
USAHA PENYEPADANAN
KBK – KEPMENDIKNAS
045/U/2002
Landasan kepribadian
Penguasaan ilmu dan
ketrampilan.
IBE UNESCO
(1999)
learning to be
learning to
know
Konsep PENGEMBANGAN
KARAKTER
ROLE MODEL; HIDDEN
CURRICULUM;
ACADEMIC ATMOSPHERE
WRITTEN CURRICULUM
CO-CURRICULUM
Kemampuan berkarya.
Sikap dan perilaku dalam
berkarya.
Pemahaman kaidah
berkehidupan
bermasyarakat.
learning to do
learning to be
CO DAN EXTRA
CURRICULUM
learning to live
together
CO DAN EXTRA
CURRICULUM
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA ELEMEN KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI (PP 17/2010 ps 97 ayat 3)
KOMPETENSI
E
A: Landasan
Kepribadian
v
B: Penguasaan
IPTEKSO
ELEMEN KOMPETENSI
A
B
C
A
v
v
B
v
v
C
v
v
D
v
v
E
v
v
F
v
v
G
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Pinter tapi
H
tidak
I
BERKARAKTER
J
D
C: Kemampuan
Berkarya
K
v
v
v
L
v
v
v
M
v
v
E: Pemahaman
Kaidah
D: Sikap dan
Berkehidupan
Perilaku dalam
Bermasyarakat
berkarya
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA ELEMEN KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI (SK MENDIKNAS 045/U/2002)
KOMPETENSI
ELEMEN KOMPETENSI
B
C
A
v
v
B
v
v
C
v
v
v
v
v
v
v
v
v
G
Pinter,
H
berkarakter
tapi
TIDAK
MAU v
I
BERMASYARAKAT
J
v
v
v
v
v
v
K
v
v
v
L
v
v
v
v
v
D
A
v
E
F
M
D
E
A: Landasan
Kepribadian
B: Penguasaan
Ilmu dan
Ketrampilan
v
C: Kemampuan
Berkarya
v
D: Sikap dan
Perilaku dalam
berkarya
v
E: Pemahaman
Kaidah
Berkehidupan
Bermasyarakat
v
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA ELEMEN KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI (SK MENDIKNAS 045/U/2002)
KOMPETENSI
A
ELEMEN KOMPETENSI
A
v
B
C
D
v
v
E
B
v
v
C
v
v
D
v
v
E
F
v
G
Berkarakter,
H
bermasyarakat
tapiI tidak
v
menguasai
dan
J
tidakKterampil v
L
v
M
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
A: Landasan
Kepribadian
B: Penguasaan
Ilmu dan
Ketrampilan
C: Kemampuan
Berkarya
D: Sikap dan
Perilaku dalam
berkarya
E: Pemahaman
Kaidah
Berkehidupan
Bermasyarakat
PICASSO
CURRICULUM VITAE
1. Name
: Tresna Dermawan KUNAEFI
2. Gender
: Male
3. Place and date of birth
: Cirebon (West Java), 18th December
1950
4. Nationality
: Indonesian
5. Mailing Address
: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL- ITB
Jl.Ganesa 10, Bandung 40132
6. Home Address
: Jalan Sari Endah Baru I no. 1
Sukarasa, Sukasari
Bandung 40152
7. Phone (office)
Phone (home)
Mobile Phone
Fax (office)
Fax (home)
Email
: (022) 2502747
: (022) 2015109
: (0811) 222545
: (022) 2530704
: (022) 2015109
: [email protected], [email protected]
8. Current Position
Department , ITB
: Lecturer in Environmental Engeenering
9. Education Experience Starting from the most Recent:
(1988)
Docteur Ingenieur (DR-ing) of Chimie de la Pollution,
Universite Paris VII, France.
1
(1983)
Certificate d’Etudes Superieur (CES) of Genie de
L’Environnement et Ecodevelopement Ecole Nationale des
Travaux Publics de l’Etat,Lyon France.
Engineer of Environmental Engineering, Institute of
Technology Bandung, Indonesia.
(1978)
10.
International Short Training
(2009)
Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the
Intangible Cultural Heritage
Senior Lecturer Meeting on Engineering education ASEAN –
EUROPE, Bonn, Germany
Open University Bench Marking, Anadolu University, Turkey
International Training Network of Appropriate Technology for
Tropical Climate zone, IHE- Delft, Netherlands.
Senior Lecturer Meeting on Engineering education ASEAN –
EUROPE, Aachen, Germany.
(2009)
(2007)
(2000)
(1992)
11. Current Membership
•
•
•
•
Member of Ikatan Ahli Teknik Lingkungan Indonesia (
IATPI )
Member of Persatuan Insinyur Indonesia ( PII )
Advisor of POSSI (Persatuan Olah Raga Selam Seluruh
Indonesia – Indonesian Sub Aquatic Sports Organization)
Executive President of
PPKIP (Pusat Pengembangan
Kebudayaan Indonesia Perancis)-Centre Culturel Francais –
CCF Bandung
• Ganesha
‘Model
United
Nations-MUN’
Club,
Counselor/Advisor
12. Working Experience Starting from the most Recent
2009 - 2010
2006 - 2009
2006
1999 - 2006
1992 - 1999
Indonesian Ambassador for Unesco- Paris
Director of Academic Affair, Directorate General of Higher
Education, Ministry of National Education
Acting Director of Academic Affair, Directorate General of
Higher Education, Ministry of National Education
Coordinator of Private University, West Java and Banten
Coordination Office
Vice Rector for Communication and Culture, Institute of
Technology Bandung
2
1978 – present
1994 – 1999
1990 – 1995
Lecturer at Faculty of Civil & Environmental Engineering,
Institute of Technology Bandung.
Lecturer at Faculty of Civil Engineering Institute
of Technology National Bandung
Lecturer at Faculty of Administration Management,
Pasundan University, Bandung
13. International Conference and Seminar
2011
2011
2011
2010
2010
2010
2010
2009
2009
2009
2009
2008
2008
2008
2007
3rd AUN/SEED-Net Regional Conference on Global
Enviroment, Kuala Lumpur, Malaysia
ASEAN Conference on Environment- Behavior Studies (AcEBS), UNIV TECH MARA, Shah Alam, Malaysia
Intergovernmental Committee for The Safeguarding of the
Intangible Cultural Heritage, Bali, Indonesia
Ninth Meeting of the High-Level Group on Education for All
Addis Ababa, Ethiopia
World Ocean and Initiative Triangle Coral Reef Confference,
Manado, Indonesia
World Conference on Man and Biosphere, Unesco, Paris,
France
World Conference on Intangible Cultural Heritage on Batik,
Angklung and Saman Dance, Paris, France
Conference on Education for Sustainable Development,
Bonn, Germany
International Task Force Team on Teacher for Education for
All in Developing Countries, Paris, France
Speaker/presenter various activity on Education-ScienceCulture in UNESCO, Paris, France
World Ocean Confference, Paris, France
Senior Official Meeting ASEM, Bonn, Germany
Speaker/Presenter at SEAMEO RIHED (Regional Institution
Higher Education Development) Conference, Kuala Lumpur
Malaysia
Delegation at Conference ASEM (Asia Europe Meeting),
Berlin, Germany
Organizer/Presenter
Jakarta, Indonesia
at
SEAMEO
RIHED
Conference,
3
2006
Presenter at Open Distance E-Learning
Seminar, Bali, Indonesia
International
14. National Conference and Seminar
- Speaker/presenter various activity on “Higher Education Management”
(such as Quality Assurance; Curriculum Based on Competency, National
Qualification Framework, National Quality Assurance, National Higher
Education Information System)
- Pengelolan Sumber Daya Air terpadu &berkelanjutan, dalam rangka
adaptasi perubahan iklim global, Prodi Teknik Lingkungan, FTSL- ITB
15. Publication in Scientific Journals and Report
Kunaefi, Tresna Dermawan. 2007. Pengaruh Paparan suhu ekstrem panas di
Lingkungan kerja terhadap kesehatan pekerja industri baja. Jurnal
Lingkungan Tropis IATPI, edisi khusus Agustus 2007 buku 2, ISSN: 19782713, 639-646.
Kunaefi, Tresna Dermawan, 2006, Pengaruh kondisi temperatur ekstrim
rendah pada pekerja di Industri Penyimpanan Ice Cream. Jurnal Teknik
Lingkungan ITB, edisi khusus Agustus 2006, buku 1, ISSN 0854-1957, 357364
Kunaefi, Tresna Dermawan, 2006. Risk Analysis of Low Extreme Temperature
Condition on Workers in Ice Cream Storage. Proceedings ETMC 2006, 7-8
September 2006 Bandung, West Java, Indonesia, ISBN 979-8456-21-1, pp
EH-P-02-1-EH-P-02-1
Kunaefi, Tresna Dermawan, 2003. Studi population attribute (PAR) pada
lingkungan kerja penyelam Tradisional Pulau Barrang Lompo, Makassar.
Jurnal Informatika, Manajemen dan Teknologi (INFORMATEK), Vol. 5 No,.2
Juni 2003, ISSN 14511-0865, Terakreditasi nomor 34/DIKTI/Kep/2003 100109
Kunaefi, Tresna Dermawan, 2002. Studi Identifikasi Terumbu Karang dan
Mangrove di Kep. Seribu dan Pesisir Teluk-DKI
Kunaefi, Tresna Dermawan, 2002. Pengembangan Teknologi Terapan Bagi
Prasarana Sanitasi di Kep. Seribu – DKI
4
Kunaefi, Tresna Dermawan, 2000. Pengaruh Penggunaan air buangan yang
mengandung Chromium sebagai air siraman terhadap Tanaman Kangkung
Darat. Jurnal Toksikologi Indonesia, Volume 1, No. 3, Desember 2000, ISSN
1411-4488, hal 28-37
Kunaefi, Tresna Dermawan, 2000. Potensi bioakumulasi logam berat di
perairan Kepulauan Seribu (Studi kasus : Pulau Kelapa). Jurnal Toksikologi
Indonesia, Volume 1, No. 2, ISSN 1411-4488, Agustus 2000, 16-21
16. Awards/Honors/Grant
2012
2010
2010
2007
2003
2001
1990
1990
Satya Lancana Karya Satya, 30 years lecturer, Institute of
Technology Bandung
Plaque of Appretiation, The ASIA PACIFIC Countries, ASPAC
UNESCO Committee
Plaque of Appreciation, The ASEAN Countries, ASEAN UNESCO
Committee
1st Prize, National Honour Participant, ‘Diklatpim Tk II’
25 years lecturer, Institute of Technology Bandung
Satya Lancana Karya Satya 20 years lecturer, Institute of
Technology Bandung
Satya Lancana Karya Satya 10 years lecturer, Institute of
Technology Bandung
2nd Prize, National Honour Lecturer, ‘Dosen Teladan Nasional’
17. Language Proficiency
English – active
French – active
Bahasa Indonesia – mother tongue
I declare that the above curriculum vitae is correct and hope it can be of use.
Bandung, November 2012
DR-ing. Tresna Dermawan Kunaefi
5
Implikasi Lembaga Akreditasi Mandiri
Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes)
Bagi Peningkatan Mutu Pendidikan
Keperawatan di Indonesia
Usman C. Warsa
Ketua Task Force LAM-PTKes
Rapat Tahunan Anggota ke-XI AIPNI
Surabaya, 3 Desember 2012
Outline
VISI LAM-PTKES
MISI LAM-PTKES
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
Tugas Task Force LAM-PTKes
Berdasarkan SK: 1-a/E3-HPEQ/SK/01.12
1. Mendirikan badan hukum LAM-PTKes Indonesia
paling lambat pertengahan tahun 2012
2. Menyelesaikan rencana bisnis pengelolaan lembaga
dengan bantuan tim asistensi teknis yang telah
dipersiapkan
3. Mengimplementasikan tugas dan fungsi LAM-PTKes
4. Melakukan koordinasi dengan korrdinator dan wakil
korrdinator komponen 1 dalam merencanakan dan
menjalankan kegiatan
GRAND DESIGN LAM-PTKES
VISI
Terjaminnya mutu pendidikan
tinggi kesehatan yang
berstandar global
GRAND DESIGN LAM-PTKES
MISI
Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang
berstandar global
Berdasarkan Misi tersebut maka akreditasi yang
dilakukan LAM-PTKes merupakan
tanggapan terhadap 3 tantangan:
1. Globalisasi industri pendidikan tinggi;
2. Peraturan perundang-undangan;
3. Perwujudan masyarakat sipil/madani (civil society).
SUSTAINABILITY LAM-PTKES
• Demi menjamin keberlanjutan (sustainability) LAM-PTKes,
diperlukan aliansi strategis untuk memadukan sumber daya dari
tiga unsur yaitu Pemerintah, Usaha/Industri, Civil Society
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
1
2
• Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan /
prodi kesehatan (Continuous Quality Improvement)
• Keterkaitan antara kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan
kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade)
3
• Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya,
penempatannya sampai dengan pengembangan profesional
berkelanjutannya Conceptualization - Production - Usability)
4
• Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4
Pilar Utama: institusi / prodi kesehatan; organisasi profesi; pemerintah;
masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional
(Trustworthy)
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
1. Continuous Quality Improvement
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
2. Quality Cascade
Kualitas Kesehatan
Masyarakat
Pengembangan Profesional
Berkelanjutan
Kualitas Praktik
Kualitas Lulusan
Sistem Akreditasi
Sistem Sertifikasi
Kualitas Institusi
Sistem Pendidikan Kesehatan
Kualitas Sistem
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
1. Conceptualization
• merupakan konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan
dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan
memanfaatkannya.
2. Production
• adalah pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan
yang diterimanya
3. Usability
• upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar
lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai
dengan kompetensi yang diperolehnya
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Conceptualization (1)
1. Acuan
1.1. Nilai-nilai : mengacu kepada nilai-nilai mutu, keadilan,
relevansi dan efektifitas
1.2. Masyarakat : mengacu kepada ciri-ciri dan prioritas
kebutuhan kesehatannya
1.3. Sistem Kesehatan : mengacu kepada perkembangan
sistem kesehatan setempat agar terpadu
1.4. Tenaga Kesehatan : mengacu kepada kebutuhan
kualitatif dan kuantitatif
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Conceptualization (2)
2. Kegiatan
2.1. Mandat / amanat : Misi dan Tujuan prodi
konsisten dengan Acuan (lihat 1)
2.2. Ruang Lingkup : terlibat dalam pengelolaan
kesehatan pada wilayah dan masyarakat
tertentu
2.3. Kemitraan : kemitraan dengan pemangku
kepentingan utama di tingkat lokal dan nasional
2.4. Luaran yang diharapkan : definisi / justifikasi profil
kompetensi lulusan (lihat Acuan)
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Conceptualization (3)
3. Tata Kelola
3.1. Rencana Strategis : meliputi kegiatan dalam
rencana pengembangan yang sudah
disepakati
3.2. Manajemen : validasi, koordinasi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan dari rencana
3.3. Sumber Daya : Mobilisasi sumber daya
internal dan eksternal sesuai dengan
Kegiatan
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Production (1)
1. Ruang Lingkup
• pendidikan, penelitian dan pelayanan yang konsisten
dengan
2. Program Pendidikan
2.1. Tujuan dan substansi : konsisten dengan profil tenaga
profesional kesehatan (lihat 2.4)
2.2. Struktur Kurikulum : pemaparan sejak dini dan berkelanjutan
kepada isu-isu kesehatan di komunitas
2.3. Proses Pembelajaran : mengatasi persoalan kesehatan yang
kompleks pada individu dan komunitas
2.4. Wahana Praktek : utamanya fasilitas pelayanan kesehatan
dasar yang berhubungan dengan tingkat pelayanan
kesehatan lainnya
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Production (2)
3. Mahasiswa
• Penerimaan : kesempatan yang adil-merata
dengan prioritas calon mahasiswa dari komunitas
yang kurang mendapat pelayanan publik
• Pengembangan Karir : mengarahkan dan
membantu lulusan untuk memperoleh pekerjaan
yang berkaitan dengan isu kesehatan prioritas
• Evaluasi : mengacu kepada definisi / justifikasi
profil kompetensi lulusan
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Production (3)
4. Dosen
• Asal : beragam dari sektor kesehatan dan sosial
• Kemampuan : berperan sebagai teladan mengacu
kepada profil kompetensi lulusan (lihat 2.4)
• Dukungan yang diberikan : pelatihan dan insentif
untuk meningkatkan kemampuan dalam
pendidikan kedokteran dan kesehatan
masyarakat
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Production (4)
5. Penelitian : berkaitan dengan manajemen
sistem kesehatan
6. Pelayanan/Pengabdian : pelayanan
kesehatan dasar yang prima (lihat Usability
di butir 10 dan 11)
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Usability (1)
1. Pekerjaan :
• Peluang Kerja : advokasi dan kemitraan untuk
tumbuhnya profesi kesehatan yang menjadi
prioritas
• Penempatan / penugasan : retensi dan distribusi
lulusan sesuai kebutuhan (lihat 1.1 dan 1.2)
• Mutu pelayanan : mempertahankan kompetensi
lulusan (lihat 2.4)
• Praktek : meningkatkan kondisi kerja di tingkat
pelayanan kesehatan dasar
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
3. Conceptualization - Production - Usability
Usability (2)
2. Dampak
• Kemitraan : bersama pemangku kepentingan
memperbaiki manajemen sistem kesehatan
• Imbas pada kesehatan : penurunan risiko dan
promosi kesehatan dalam Ruang Lingkupnya
• Promosi : diseminasi hasil Usability ke
lembaga pembuat keputusan di tingkat lokal
dan nasional
NILAI OPERASIONAL LAM-PTKES
4. Trustworthy
Siklus Akuntabilitas Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan
Tim Task Force LAM-PTKes Indonesia
Berdasarkan SK: 1-a/E3-HPEQ/SK/01.12
TASK FORCE LAM-PTKes Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Usman C. Warsa
Riana Syarief
Kamanto Sunarto
Dwiwahyu Sasongko
Zaura K. Anggraeni
Muhammad Hadi
Nurul Falah
Arum Atmawikarta
Emi Nurjasmi
: Ketua
: Sekretaris
: Anggota
: Anggota
: Anggota
: Anggota
: Anggota
: Anggota
: Anggota
Terima Kasih
1
PROGRAM
REKOGNISI PEMBELAJARAN
LAMPAU (RPL) DALAM
PENDIDIKAN KEPERAWATAN
AIPNI
RPL di RTA SBY - 2012
2
Latar belakang
 Kompetisi Global :




China – AFTA (2010)
India – AFTA (2011)
Asean Economic Community (2015)
WTO (130 negara – 2020)
 Free flows of Goods
 Free Flow of Services
 Free flow of Investments
 Free Flow of Capital
 Free flow of Professionals and Skilled Labour
(workshop RPL, Dit Belmawa Dikti, 2012)
RPL di RTA SBY - 2012
Pendidikan keperawatan
menghadapi kompetisi Global
 Perlu kesetaraan dan pengakuan kualifikasi berbasis
NQF antara Perawat Indonesia dan Perawat asing :
 Menyelaraskan kurikulum berbasis kompetensi menjadi
berbasis capaian pembelajaran (learning outcomes).
 Menerapkan pendidikan berbasis KKNI (NQF Indonesia).
 Memahami deskripsi KKNI menjadi mindset seluruh
pemangku kepentingan pendidikan keperawatan.
 Memahami capaian pembelajaran (Learning Outcomes).
 Melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu.
 Menerapkan Program Rekognisi Pembelajaran Lampau.
 (Workshop RPL, Dit Belmawa Dikti, 2012)
RPL di RTA SBY - 2012
3
Kondisi Pendidikan
Keperawatan di INDONESIA
 Institusi S1 Keperawatan : 385 (2012),
(moratorium sk Dirjen Diktik tgl 20 Maret
2009).
 Institusi Pendidikan Ners
: 172
 Institusi D3 Keperawatan : 376
===================================
 SMK
: ?????
RPL di RTA SBY - 2012
4
PETA SEBARAN INSTITUSI PENDIDIKAN KEPERAWATAN (SARJANA) DI
SELURUH INDONESIA (N=385 /Dikti 2012)
5
13
13
7
3
2
21
3
5
4
2
1
1
2
1
8
5
4
1
6
5
2
41
19
19
7
31
13
5
4
60
7
5
3
RPL di RTA SBY - 2012
Prakiraan jumlah peserta didik
keperawatan
6
Jumlah mahasiswa D3: 30 – 300/angkatan/institusi.
Total student body : 250 – 1500/institusi.
Jumlah mahasiswa S1 : 23 – 400/angkatan/institusi.
Total student body : 197 – 1000/institusi.
Jumlah mahasiswa Ners : 14 – 200/angkatan/institusi.
RPL di RTA SBY - 2012
7
Kesepakatan profesi
- Antara Asosiasi Institusi Pendidikan Ners (AIPNI)
dan Organisasi Profesi (PPNI), bahwa:
Hasil akhir pendidikan keperawatan di Indonesia
adalah Diploma 3 Keperawatan (vokasi) dan Ners
(profesi)
RPL di RTA SBY - 2012
8
Pendidikan Ners
Menghasilkan tenaga perawat profesional yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan pada
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia pada
level 7.
Melalui tahapan akademik (pendidikan sarjana)
dan tahapan profesi (pendidikan ners)
RPL di RTA SBY - 2012
Program Pendidikan Ners
AKADEMIK 144 SKS
9
S.Kep
NERS
TH-1
TH-2
TH-3
IQF LEVEL 6
TH-4
TH-5
IQF LEVEL
7
PROFESI 36-40 SKS
AIPNI
ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN
REKOMENDASI
AKREDITASI
12/10/2012
RPL di RTA SBY - 2012
ORGANISASI
PROFESI
9
Pendidikan Profesi Ners
 Setelah lulus sarjana dan bersifat menerus.
 Beban studi : 36 sks
 Berlangsung di tatanan layanan kesehatan
 Lulus uji masuk klinik (12 kompetensi dasar dan spesifik RS)
 Sistem pendidikan : magang (internship - intern/preseptee)
 Sistem bimbingan : preceptorship (preseptor)
 Rasio pembimbing – mahasiswa = 1:4
 Pendekatan pembelajaran dewasa
 Fokus: pendelegasian kewenangan profesional
 Sangat tergantung pada peran preseptor
RPL di RTA SBY - 2012
10
11
Pendidikan Profesi Ners
 Memerlukan banyak preseptor untuk
mendukung pencapaian kompetensi Ners.
 Jumlah perawat pelaksana di seluruh
tatanan layanan adalah 80% : 20% (D3 :
Ners).
 Saat ini belum banyak yang memenuhi
kriteria preseptor.
RPL di RTA SBY - 2012
12
Kriteria preseptor
1. Staff kompeten / qualified (minimal Ners senior).
2. Pengalaman minimal dua tahun di tempat sama.
3. Memiliki minat untuk menjadi preseptor.
4. Pernah mengikuti pelatihan pendidik klinik ditatanan
praktik.
RPL di RTA SBY - 2012
Peran PRESEPTOR
Pendidik
14
Peran PRESEPTOR
 Model peran : mendemonstrasikan bagaimana staf yang
kompeten melaksanakan kerjanya lebih familiar dan lebih
menyenangkan.
 Sosialisator : membantu preseptee merasa welcome &
terintegrasi kedalam budaya unit/ruangan – yang asing,
dan kurang nyaman
 Pendidik : membantu preseptee mengkaji kebutuhan
belajar, orientasi, merencanakan pengalaman belajar,
mengimplementasikan rencana, mengevaluasi kinerja -least familiar, least comfortable
RPL di RTA SBY - 2012
Pola bimbingan saat ini
 Pendidik akademik berperan dan bertanggung jawab
penuh di klinik, dibantu oleh Instruktur Klinik.
 Pendidik klinik tidak mampu mengalokasikan waktunya di
klinik karena beban kerja Tridarma.
 Instruktur Klinik ditetapkan oleh RS dan biasanya perawat
senior yang memiliki jabatan Kepala ruangan, Supervisor,
Kepala Seksi Keperawatan, kepala Bidang keperawatan,
memiliki tugas pokok dan tanggung jawab yang besar
dalam pelayanan ===== sedikit /hampir tidak punya
waktu untuk peserta didik.
 Transisi dari Instruktur Klinik (kurikulum konvensional) ke
Preseptor (KBK).
RPL di RTA SBY - 2012
15
Kebutuhan akan preseptor
Jumlah institusi Ners 172 buah (akan bertambah
secara bertahap).
 Jika per institusi memiliki 14 sd 200 mahasiswa profesi
 Maka diperlukan Preseptor 3 sd 50 orang untuk setiap
institusi yang tersebar di berbagai ruang rawat di RS
tempat magang.
RPL di RTA SBY - 2012
16
Kendala mewujudkan preseptor
 Jumlah Ners masih sedikit (< 20% per RS).
 Umumnya D3 Keperawatan (60 - 80% per RS), dan SPK.
 Instr. Klinik merangkap jabatan pimpinan ruangan, instalasi,
bidang keperawatan.
 Kemahiran teknis keperawatan baik, penguasaan konsep dan
teori keperawatan serta profesionalisme berbasis etika dan
hukum minimal.
 Tidak berkesempatan meningkatkan pendidikan formal
keperawatan (alasan: tidak bisa meninggalkan tempat bekerja
dan keluarga; terlalu lama)
 Pengakuan terhadap program sertifikasi profesi belum berjalan
baik
RPL di RTA SBY - 2012
17
Program RPL dalam
keperawatan
18
 Pengakuan terhadap kinerja klinik berdasarkan
pendidikan formal, pendidikan keperawatan
berlanjut (informal / sertifikasi), partisipasi dalam
kegiatan ilmiah, dan prestasi profesi; yang
diperhitungkan ketika yang bersangkutan
berkeinginan untuk meningkatkan diri dalam
pendidikan formal melalui penyetaraan.
 Meningkatkan jumlah preseptor
RPL di RTA SBY - 2012
Rencana pelaksanaan RPL
dalam keperawatan
 Tujuan :
 Memberi kesempatan pada perawat D3
meningkatkan pendidikan ke jenjang Ners dan
Ners ke jenjang lebih tinggi (Spesialis
keperawatan).
 Mengakui kemahiran teknis keperawatan setara
dengan Ners dan Spesialis untuk kelak setelah
lulus dapat berperan sebagai Preseptor.
RPL di RTA SBY - 2012
19
Rencana penerapan RPL …….
 Tahap I :
 Meningkatkan pendidikan tenaga D3
Keperawatan menjadi setara Ners.
 Lama waktu pelaksanaan program 5 – 10 tahun
tergantung jumlah institusi pelaksana program
RPL.
 Tahap II :
 Meningkatkan pendidikan tenaga Ners menjadi
setara Spesialis
 Lama waktu 3 – 5 tahun (idem).
RPL di RTA SBY - 2012
20
21
Rencana penerapan RPL…
Bidang kerja target pendidikan Ners dan
Spesialis melalui RPL:
- Bidang layanan: perawat pelaksana
profesional.
- Bidang pendidikan klinik: preseptor.
RPL di RTA SBY - 2012
Rencana penerapan RPL…
Kriteria Penyelenggara RPL
 Mengusulkan beberapa institusi untuk menjadi
pengelola RPL dengan syarat:






Satu institusi per regional Kopertis
Prodi terakreditasi B (kenyataannya: harus A)
Tersedia S2 dan spesialis keperawatan > 60% SDM
Rasio SDM – mahasiswa = 1 : 8/20 (akademik)
Memiliki laboratorium keperawatan yang memadai
Memiliki MoU dengan bbrp RS tipe A dan B
RPL di RTA SBY - 2012
22
23
Rencana penerapan RPL…
 Kriteria dosen RPL :
 Minimal S2 Keperawatan (Master LN), lebih
disukai Spesialis Keperawatan.
 Berpengalaman klinik minimal 5 tahun
secara terus menerus.
 Memahami metoda e-learning dan
pembelajaran aktif.
RPL di RTA SBY - 2012
24
Rencana penerapan RPL…
 Kriteria calon peserta program RPL
 Lulusan D3 keperawatan (D4 tdk dapat diterima karena
kekhususan keperawatan).
 Bekerja di bidang peminatannya minimal 5 tahun.
 Memiliki rekam jejak yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
 Usia minimal 26 tahun.
 Berkeinginan meningkatkan diri.
 Berasal dari RS yang menjadi wahana magang.
 Rekomendasi dari pimpinan dan organisasi profesi.
RPL di RTA SBY - 2012
Rencana penerapan RPL…
 Mekanisme penyaringan calon peserta didik
program RPL
 Ujian tulis (minimal kompetensi D3 dan beberapa
aspek kompetensi umum Ners).
 Porto folio
 Riwayat hidup
 Psiko-test
 Prestasi Klinik
 Penempatan semester berbasis asesmen
individu
RPL di RTA SBY - 2012
 Menyertakan Bukti2 Pendukung.
25
26
Kriteria Bukti Pendukung
 Valid
 Cukup
 Terkini
 Otentik
RPL di RTA SBY - 2012
Metoda asesmen untuk bukti
pendukung
 Review / Kajian berkas
 Referensi dari pihak ketiga
 Observasi langsung
 Wawancara untuk mengukur keabsahan
bukti pendukung
RPL di RTA SBY - 2012
27
Strategi pelaksanaan RPL
 Setelah dinyatakan LULUS seleksi dengan
jumlah SKS yang diakui, maka waktu tempuh
tergantung pada sisa SKS untuk menyelesaikan
pendidikan Profesi Ners dan Spesialis
Keperawatan.
 Mahasiswa yang lulus akan tergabung dengan
tingkatan semester kelas regular/transfer.
 Hak dan kewajibannya sama dengan mahasiswa
kelas reguler.
RPL di RTA SBY - 2012
28
29
Rencana penerapan RPL…
 Pendekatan belajar :
 Langsung: Tatap muka 40%
 Tidak langsung: 60%
 Vi-con / e-Learning
 GDLN/I am HERE
 Penugasan klinik
 Micro teaching
 Praktik Klinik ditempat masing2 (memenuhi
syarat)
RPL di RTA SBY - 2012
30
Rencana penerapan RPL…
 Proses belajar :
 Berpartisipasi di kelas.
 Belajar mandiri.
 Berinteraksi dengan dosen melalui online
 Melakukan penugasan yang diberikan dan mendapat
umpan balik segera.
 Menyampaikan hasil micro teaching
 Praktik Mandiri mengacu pada pedoman praktik Ners
/ Spesialis
RPL di RTA SBY - 2012
Rencana penerapan RPL…
 Kurikulum:
 Menggunakan kurikulum S1 Ners yang
kurikulum terintegrasi berbasis LO dengan
asumsi:
 S1 Keperawatan
 Ners
= 144 sks.
= 36 sks.
 Total
= 180 sks.
 Dikurangi RPL
= individual
 Yang hrs dilaksanakan: sisa sks individual.
 Menggunakan Kurikulum Spesialis Kepr.
RPL di RTA SBY - 2012
31
32
Rencana penerapan RPL…
 Luaran :
 Lulusan Ners dengan LO level 7 KKNI.
 Lulusan Spesialis Kepr dengan LO level 8
KKNI.
RPL di RTA SBY - 2012
33
Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
KKNI merupakan sistem yang berdiri sendiri dan
merupakan jembatan antara sektor pendidikan dan
pelatihan untuk membentuk SDM nasional
berkualifikasi (QUALIFIED PERSON) dan
bersertifikasi (CERTIFIED PERSON) melalui
skema pendidikan formal, non formal, in formal,
pelatihan kerja atau pengalaman kerja.
RPL di RTA SBY - 2012
34
KKNI
9
8
7
6
5
4
3
2
1
 KKNI terdiri dari 9 (sembilan) jenjang
kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi 1 sebagai
kualifikasi terendah dan Kualifikasi – 9
sebagai kualifikasi tertinggi
 Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian
pembelajaran yang disepakati secara
nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil
pendidikan dan/atau pelatihan yang
diperoleh melalui pendidikan formal,
nonformal, informal, atau pengalaman kerja
RPL di RTA SBY - 2012
KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
S3
S2
S3(T)
SPESIALIS
S2(T)
S1
D IV/ S1(T)
D III
DI
Sekolah
Menegah
Kejuruan
AHLI
7
6
5
D II
Sekolah
Menengah
Umum
9
8
PROFESI
35
TEKNISI/
ANALIS
4
3
OPERATOR
2
1
RPL di RTA SBY - 2012
Rencana penerapan RPL…
 Kendala Utama :
 Dana.
 Waktu, jika harus meninggalkan tugas untuk
melakukan Distance / e-Learning terstruktur.
 Motivasi mendidik.
 Institusi terakreditasi A hanya 1 buah sehingga
memerlukan waktu lama untuk memperoleh
jumlah preseptor atau pelaksana profesional yang
memenuhi syarat.
RPL di RTA SBY - 2012
36
37
Penutup
 Pengembangan Program RPL sangat tepat dan diperlukan saat
ini karena sejawat di tatanan layanan memerlukan peningkatan
pendidikan dalam rangka mewujudkan layanan berkualitas dan
profesional serta preseptor yang dapat menjamin pencapaian
kompetensi peserta didik keperawatan.
 Institusi yang memenuhi syarat penyelenggara yang sesuai
ketentuan kebijakan Dikti sangat minimal.
 Diperlukan dukungan dari Dikti untuk menetapkan Kebijakan
yang berlaku sementara agar jumlah institusi penyelenggara
menjadi cukup, sehingga waktu untuk mencapai kesetaraan
pendidikan bagi sejawat di tatanan layanan tidak terlalu lama
dan upaya mewujudkan layanan berkualitas segera tercapai.
RPL di RTA SBY - 2012
RPL di RTA SBY - 2012
38
The Role of Nursing
Education in Enhancing
ASEAN Community in
2015
SUNANTA THONGP AT , RN, PH.D
BOROMAR AJ ONANI COLLEGE OF NURSING NOPPAR AT VAJIRA,
PRABOROMAR AJ ANOK INSTITUTE, THAILAND
ASEAN COMMUNITY
One Vision, One Identity,
One Community
3 Pillars of ASEAN
 ASEAN Security Community – ASC
 ASEAN Economic Community - AEC
 ASEAN Socio-Cultural Community - ASCC
Objectives
 Single market and production base
 An ASEAN single market and production
base shall comprise five core elements:
(i) free flow of goods;
(ii) free flow of services--financial services
and air transport
(iii) free flow of investment;
(iv) freer flow of capital;
(v) free flow of skilled labor
RECOGNISING the ASEAN Vision 2020
on Partnership in Dynamic Development
Result in:
 Free flow of goods, services and
investment;
 Equitable economic development, and
reduced poverty and socio-economic
disparities; and
 Enhanced political, economic and social
stability
Nursing education in
facilitating the free flow of services
 Enhance cooperation among ASEAN University
Network (AUN) members to increase mobility for
both students and staff within the region;
 Develop core competencies and qualifications
for nursing services and nursing skills required in
the priority services sectors
 Strengthen the research capabilities of each
ASEAN Member Country in terms of promoting
skills, job placements, and developing labor
market information networks among ASEAN
Member Countries.
ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Nursing
Services (MRA)
MRA definition
 Nurse refers to a person who has completed
the required professional training and
conferred the professional nursing
qualification;
 Has been assessed by the Nursing
Regulatory Authority as being legally qualified
to undertake professional nursing practice;
 Is registered and/or licensed as a professional
nurse by the Nursing Regulatory Authority
 Is not apply to a technical level nurse.
MRA definition
 Practice of Nursing refers to the provision
of nursing care by a nurse that
encompasses promotive, preventive,
curative and rehabilitative practices which
may include education and research.
 Recognized Training Institution means
any university, college or nursing
education institutions approved by the
NRA and/or appropriate agency of the
Country of Origin
Nursing Regulatory Authority(NRA)
of Each Country Member










Nursing Board of Brunei
Ministry of Health, Kingdom of Cambodia
Ministry of Health, Republic of Indonesia
Ministry of Health, Lao People's Democratic
Republic
Malaysia of Health & Midwifery Boards
Ministry of Health & Myanmar Nursing and
Midwifery Council
Professional Regulation Commission, Board of
Nursing the Republic of the Philippines
Singapore Nursing Board
Thailand Nursing Council
Ministry of Health, Socialist Republic of Viet Nam
Role of Nursing Regulatory
Authority(NRA)
 Evaluate the qualifications and experiences of
Foreign Nurses;
 Register and/or license Foreign Nurses allowing
them to practice nursing;
 Monitor the professional practice and conduct of
Foreign Nurses who have been registered and/or
licensed; and
 Ensure that Foreign Nurses observe and maintain
high standards of practice of nursing in accordance
with the code of professional conduct
A Foreign Nurse
 A Foreign Nurse may apply for registration
or license to be recognized and allowed to
practice nursing in accordance with the
laws
 Having Nursing license of the original
country
 Experience at least 3 years in the origianl
country
Nurses and midwifery new
competencies for “Thai Nurses”
 1.Ethical and legal
 2. Nursing practice
 3.Professional competency
 4.Leadership, management and quality
improvement
 5.Acedemic and research
 6.Communication and relationship
 7.Technology and nursing informatics
 8.Social function competency
Laws & Regulations

Demonstrate knowledge and an
understanding of the theories and
principles of virtue, ethics, codes of
professional conduct, religion, culture,
human rights, patients’ rights, general
principles of law, and other specific
domestic laws
Laws & Regulations (cont.)
 Be aware of the scope of nursing
practices, regulations related to the
limitations and conditions of nursing and
midwifery professional practices and
other related professions
Nursing Practice
Be able to integrate concepts, the
science of nursing, as well as
related sciences and the art of
nursing in basic nursing practices
Nursing Practice (Cont.)
 Have ability in applying nursing
processes, evidence-based
information, ethics, and professional
codes of ethics to nursing practice
Nursing Practice (Cont.)
Be
able to appropriately apply local
wisdom in providing care
Have procedures and
skills/techniques of general nursing
practices

Professional Competency
Have
knowledge and ability in health
promotion and disease prevention
Have knowledge and ability in providing
continuing care to ill clients in acute,
emergency, critical or chronic states
 Have knowledge and ability in family
nursing and midwifery, family theories
Leadership, management and
quality improvement





Leadership skills
Nursing practice management skills
Teamwork
Optimal resource utilization
Possess a positive attitude and ability in
quality improvement, and participate in
the quality assurance process
Academic and Research
Be aware of the significance of research and
knowledge development.
 Possess basic knowledge in research
methodology, knowledge
management, application of empirical
information to practices.
 Be able to teach, advise and give
consultation to patients and their families
Social Function Competency
Be aware of social, economic, political and
cultural changes and capable of analyzing
information for the benefit of professional and
social development
 Participate in the development of health
systems and society
 Be able to adapt to the social environment
and pursuing a healthy lifestyle.
Technology and information skills
Communication and
relationship building
Finally
Continuation
selfdevelopment
Possess a positive
attitude towards
the nursing
profession
Curriculum and instruction.
Global and international/ASEAN health
Professional /Faculty
development
International
Training program
Preparation for AC:
Role of nursing education
Research and
knowledge building
Continuing Education
True success is not in
the learning, But in its
application to the
benefit of mandkind
Thank you for your attention
Download