KONTROVERSI ABORSI

advertisement
KONTROVERSI PENGESAHAN DAN IMPLEMENTASI
PERATURAN PEMERINTAH MENGENAI ABORSI
DI INDONESIA
Disusun sebagai salah satu komponen tugas mata kuliah Sosiologi
(FHK 109 | SIE C)
Dibuat oleh :
Kusuma Wijaja
2016 - 050 - 025
I.
Latar Belakang
Di Indonesia, peristiwa kelahiran, terciptanya kehidupan, merupakan
suatu berkat dari Tuhan yang juga merupakan sebuah tanggung jawab yang
besar bagi orang tua. Tindakan menyakiti, mengabaikan dan bahkan membunuh
seseorang atau menghilangkan nyawa seseorang adalah suatu tindakan kriminal
yang sangat berat. Hukum Indonesia menyatakan bahwa seseorang baru
terhitung sebagai Subjek Hukum sejak seseorang tersebut dilahirkan. Sehingga
atas dasar prinsip tersebut, pemerintah mengesahkan dan menegakkan
Peraturan Perundang-Undangan yang melegalkan tindak aborsi dengan syaratsyarat dan kondisi-kondisi seperti ternyata dalam Peraturan Perundangundangan tersebut. Sementara sekelompok orang dan ajaran-ajaran di Indonesia
menyatakan bahwa sebuah kehidupan terbentuk dan dimulai sejak terjadi
pembuahan, dengan kata lain sejak sebuah fetus terbentuk. Maka, tindakan
mengugurkan kandungan atau membunuh janin dianggap sebagai tindakan
yang sama beratnya dengan membunuh seorang manusia yang telah lahir ke
dunia.
Kedua prinsip dan keyakinan yang bertolak belakang tersebut
menyebabkan munculnya sebuah kontroversi di dalam masyarakat Indonesia
mengenai tindakan Aborsi yang menjadi suatu permasalahan besar bagi
masyarakat Indonesia, khususnya pada saat Peraturan Pemerintah mengenai
Tindak Aborsi disahkan dan oleh karena itu, wajib dipatuhi, dilaksanakan dan
dihormati pelaksanaannya oleh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, penulis
memutuskan untuk membahas mengenai “Kontroversi Pengesahan dan
Implementasi Peraturan Pemerintah Aborsi di Indonesia’.
II.
Pengertian Aborsi
Dilihat dari aspek medis, aborsi merupakan pengeluaran kandungan
sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian dan pengeluaran
janin yang berumur diatas 24 minggu yang menimbulkan janin meninggal
1
disebut sebagai pembunuhan bayu (infanticide). Sementara itu dari aspek moral
dan hukum, aborsi merupakan pengeluaran janin sejak pembuahan sampai
dengan sebelum kelahiran yang mengakibatkan kematian janin.1
III. Jenis-jenis Aborsi
Berikut ini adalah jenis-jenis tindakan aborsi:
a.
Penguguran yang disengaja (procured abortion) adalah pembunuhan
yang disengaja pada janin dari masa pembuahan hingga sebelum
kelahiran.
b.
Aborsi terapeutik adalah aborsi yang dilakukan dengan tujuan
menyelamatkan hidup atau kesehatan baik, secara fisik ataupun mental,
seorang wanita hamil.
c.
Aborsi eugenic adalah aborsi yang dilakukan terhadap janin yang cacat
atau janin yang memiliki jenis kelamin yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
d.
Keguguran adalah aborsi yang terjadi tanpa campur tangan manusia
(terjadi secara alami).2
IV. Pengesahan Peraturan Perundang-undangan Mengenai Aborsi
Aborsi diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi pada Bab IV – Indikasi Kedaruratan Medis dan
Perkosaan Sebagai Pengecualian Atas Larangan Aborsi. Bab tersebut mengatur
mengenai syarat kelayakan, prosedur, pendanaan dan dokter yang layak dalam
pelaksanaan aborsi. Peraturan tersebut ditandatangani oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 Juli 2014 dan peraturan tersebut belum
memiliki revisi ataupun perubahan hingga saat ini.
Pemerintah memberikan pernyataan bahwa Peraturan Pemerintah No. 61
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi bukan merupakan peraturan yang
melegalkan aborsi, namun merupakan peraturan yang lebih mengutamakan
kesejahteraan korban kekerasan seksual dan mengatur penanganan dampaknya.3
V.
Tindak Aborsi Berkaitan Ajaran Agama di Indonesia
Agama Kristen Protestan, Islam, Budha, Hindu dan Katolik, dalam
ajarannya masing-masing, menyatakan bahwa aborsi adalah tindakan
membunuh makhluk hidup. Kelima agama tersebut dengan secara jelas dalam
kitab suci-nya masing-masing mengajarkan bahwa sebuah makhluk hidup
memulai kehidupannya semenjak pembuahan dan bahwa kehidupan tersebut
haruslah dilindungi oleh orang tuanya karena merupakan sebuah berkat
melimpah. Meskipun agama Hindu, Kristen Protestan, Katolik dan Islam
1
Dr. CB. Kusmaryanto,SCJ. Tolak Aborsi. (Yogyakarta:Kanisius, 2005), 15.
ibid, 16
3
JPNN.com. Legalisasi Aborsi Timbulkan Kontroversi. (13 Agustus 2014)
2
2
melarang secara mutlak pelaksanaan tindak aborsi dengan latar belakang atau
alasan apapun, agama Budha tidak secara mutlak melarang dan dapat
mentolerir dengan kondisi-kondisi tertentu, seperti kondisi janin
membahayakan ibu dan janin. Namun, agama Budha tetap menyatakan bahwa
menggugurkan kandungan akan membawa karma dan malapetaka, sehingga
tanpa adanya kondisi-kondisi yang mendesak, ajarannya tetap melarang praktik
aborsi.
VI. Tindak Aborsi Berkaitan Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Indonesia menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia beserta dengan
pelaksanaannya. Hak untuk hidup adalah hal yang paling asasi dan mutlak bagi
seseorang seperti ternyata dalam UUD 1945 Pasal 28A, “Setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”4. Namun
“orang” dalam pandangan hukum terhitung sebagai subjek hukum sejak dia
dilahirkan, kecuali kepentingan-kepentingan lainnya, seperti pengakuan ayah;
waris; dan hal lain yang umumnya berkaitan dengan Hukum Keluarga, seperti
ternyata dalam KUH Perdata Buku Kesatu Tentang Orang pada pasal 2, “Anak
yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah
dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya”5. Sehingga
diluar kepentingan-kepentingan tersebut, janin atau kandungan tidak dianggap
sebagai “orang” dimata hukum. Kedua Peraturan tersebut pun saling
kontradiksi dan menimbulkan sebuah daerah “abu-abu” dalam permasalahan ini
yang memunculkan kontroversi dalam masyarakat Indonesia.
VII. Pandangan Masyarakat Indonesia Mengenai Tindak Aborsi
Mayoritas masyarakat Indonesia yang dipengaruhi oleh ajaran dan
keyakian agamanya masing-masing, menyatakan penolakannya terhadap
pelaksanaan tindakan aborsi serta keberatan yang besar terhadap pengesahan
dan implementasi Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai tindak aborsi.
Penolakan tersebut didasari dengan kenyataan bahwa aborsi bukan merupakan
solusi dan bahwa sesuai dengan UU Perlindungan Anak, hak asasi seorang anak
didapat semenjak anak tersebut masih dalam kandungan sehingga Peraturan
Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tidaklah sesuai dengan Undang-Undang
tersebut dan pemerintah tidak konsisten dalam pembuatan peraturan perundangundangan6.
Di lain pihak, sekelompok masyarakat, atas dasar pertimbangan kondisi
ibu yang tidak layak untuk melahirkan anak dalam kandungannya baik secara
mental maupun secara fisik menyatakan penerimaan dan dukungan disahkannya
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014. Penerimaan dan dukungan tersebut
dilatar belakangi bahwa aborsi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut
4
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, 25
6
Silontong.com. Alasan Pemerintah Legalkan Aborsi dan Alasan KPAI Menolak PP Pelegalan Aborsi,
MUI kaget
5
3
memiliki kondisi dan syarat-syarat sera prosedur tertentu yang harus dipenuhi
sehingga aborsi yang diperbolehkan pelaksanaannya hanya apabila dalam
keadaan khusus yang meliputi (1) janin akibat pemerkosaan dalam usia
kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari
pertama haid terakhir; (2) kehamilan mengancam nyawa dan kesehatan ibu; (3)
kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk menderita
penyakit dan/atau cacat bawaan yang dapat menyulitkan bayi tersebut hidup di
luar kandungan.7
VIII. Kontroversi Implementasi Peraturan Perundang-undangan Tindak Aborsi
di Masyarakat Indonesia
Sebelum pengesahan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi yang mengatur pula mengenai tindak aborsi, kontroversi
mengenai tindakan tersebut didominasi oleh pihak yang tidak menyetujui tindak
aborsi. Sehingga apabila seseorang melakukan tindakan tersebut, mereka akan
merasakan sanksi sosial berupa dikucilkan dan dibicarakan oleh sesamanya.
Kontroversi terjadi dalam masyarakat namun tidak secara langsung dan nyata,
oleh karena dominasi mayoritas masyarakat yang tidak menyetujui tindakan
tersebut dan minoritas masyarakat umumnya tidak berani menyatakan pendapat
yang bertentangan dan/atau tidak memiliki kepedulian mengenai hal tersebut.
Namun setelah pengesahan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Reproduksi dan penegakan/implementasi peraturan tersebut
dalam masyarakat Indonesia, kontroversi mengenai tindak aborsi kemudian
dirasakan secara nyata dalam masyarakat Indonesia, dengan munculnya
sekelompok masyarakat yang menyetujui dan mendukung tindak aborsi
tersebut. Adapun pengesahan dilakukan karena banyaknya kasus pemerkosaan
yang berakibat kehamilan, dengan korban tidak dalam kondisi yang tepat untuk
melahirkan dan membesarkan seorang anak; serta kasus meninggalnya ibu
dalam persalinan dan/atau meninggalnya bayi saat dilahirkan karena kondisi
janin yang tidak biasa serta membahayakan. Kasus-kasus dan kejadian-kejadian
tersebut, khususnya kasus pemerkosaan, tidak diimbangi dengan peraturan
perundangan-undangan yang hanya mengatur mengenai penanganan tindak
kejahatan pemerkosaan dan tidak mengatur dampaknya. Hal tersebut
menimbulkan sebuah kekosongan hukum yang ingin diisi oleh pemerintah
dengan disahkannya Peraturan Pemerintah tersebut.
Meskipun niat pemerintah dibalik pengesahan tersebut baik, di saat yang
bersamaan Pemerintah menunjukan bahwa Pemerintah tidak konsisten dalam
membuat peraturan berkaitan dengan tindak aborsi yang dapat digolongkan
sebagai pembunuhan janin, yang menimbulkan munculnya berbagai macam
pendapat dengan dasar hukum yang berbeda-beda dan kesemuanya sah/legal
serta tidak dapat dikatakan salah. Dasar hukum yang saling bertolak belakang
dan saling berkontradiksi tidak menghasilkan kepastian hukum mengenai
7
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi, Pasal 31, 11
4
tindakan aborsi di masyarakat Indonesia. Kekosongan hukum yang awalnya
ingin Pemerintah isi mengenai tindak aborsi, menimbulkan suatu permasalahan
baru dalam masyarakat.
Sehingga karena adanya kontroversi tersebut, meskipun tindakan aborsi
telah dilegalkan, dalam praktiknya tindakan aborsi masih merupakan suatu
tindakan yang memalukan yang mengundang perdebatan dan mengundang
permasalahan baru sehingga umumnya dilakukan secara diam-diam atau
tersembunyi, baik oleh pasien yang berniat melakukan ataupun keluarga pasien
yang turut mengetahui serta dokter yang melakukan operasi aborsi tersebut.
Tindakan aborsi menjadi sebuah tindakan legal/sah yang terkesan masih
“illegal” di mata masyarakat, dengan tidak melihat latar belakang dilakukannya
tindakan aborsi tersebut.
IX. Kesimpulan
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tindakan aborsi merupakan
tindakan pembunuhan janin yang ditentang dan dilarang oleh ajaran agama
Kristen Protestan, Islam, Budha, Hindu dan Katolik (agama yang sah di
Indonesia). Kontroversi tindakan aborsi menjadi sebuah kontroversi yang besar
dan sebuah permasalahan yang baru dalam masyarakat Indonesia karena
pengesahan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi yang dilakukan oleh pemerintah mengenai tindakan aborsi
menunjukan ketidak konsistennya pemerintah dalam membuat peraturan dan
menimbulkan kontradiksi antar peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Sehingga meskipun tindak aborsi telah secara sah diakui
pelaksanaanya dengan syarat; kondisi dan prosedur tertentu yang harus
dipenuhi, tindak aborsi masih tetap “illegal” di mata mayoritas masyarakat
Indonesia dan pelaksanaanya akan berakibat pada sanksi sosial, dengan tidak
mempertimbangkan latar belakang pelaksanaan aborsi tersebut.
XI. Daftar Pustaka
Dr. CB. Kusmaryanto,SCJ. Tolak Aborsi. 2005. Yogyakarta:Kanisius.
Prof. R. Subekti, S.H. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta :
Pradnya Paramita
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi
https://idanurhidayah747.wordpress.com/2015/03/12/aborsi-menurut-berbagaisudut-pandang/
http://www.jpnn.com/read/2014/08/13/251445/Legalisasi-Aborsi-TimbulkanKontroversi-/page2
http://regional.kompas.com/read/2014/08/14/10151171/Legalisasi.Aborsi.Apa.I
ndonesia.Tak.Malu.dengan.Jerman.
5
https://m.tempo.co/read/news/2014/08/15/063599890/aktivis-waspadaipenyalahgunaan-pp-aborsi
https://idanurhidayah747.wordpress.com/2015/03/12/aborsi-menurut-berbagaisudut-pandang/
6
Download