Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Lingkungan Internal terhadap

advertisement
KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
PENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL
DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI
WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KINERJA PERUSAHAAN
Oleh:
Anna Wulandari
ABSTRAK
Membangun jiwa dan semangat wirausaha sangat penting dalam rangka mengembangkan sumber daya
manusia guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan
oleh jiwa kewirausahaan, karena pengusaha perlu memiliki kemampuan dan keberanian mengaplikasikan
penemuan-penemuan baru yang inovatif sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis sejauhamana pengaruh faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal
terhadap orientasi wirausaha dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan pada industri kecil di
Jakarta. Lingkungan eksternal diukur melalui perubahan lingkungan, sumber daya, peraturan, persaingan,
internasionalisasi, teknologi, dan karakteristik industri. Lingkungan internal diukur melalui ukuran perusahaan,
struktur organisasi, strategi perusahaan, proses pembuatan strategi, sumber daya perusahaan, budaya
perusahaan, dan karakteristik tim manajemen puncak. Orientasi wirausaha para pengusaha diukur
melalui otonomi, inovatif, kemauan mengambil risiko, proaktif, dan persaingan yang agresif. Kinerja
perusahaan diukur melalui pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, profitabilitas, kinerja keseluruhan,
dan kepuasan stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan eksternal dan lingkungan
internal memiliki pengaruh positif terhadap orientasi wirausaha. Lebih lanjut, orientasi wirausaha memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Kata Kunci: lingkungan eksternal, lingkungan internal, orientasi wirausaha, kinerja
LATAR BELAKANG
Anna Wulandari adalah
Dosen Tetap STIE IPWIJA
142
JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 11 NO. 2
Menjadi pengusaha yang sukses adalah
impian semua orang yang bergelut dalam
bidang wirausaha. Banyak hal yang
mempengaruhi kesuksesan pengusaha,
misalnya kecukupan dana, motivasi untuk
berwirausaha, adanya jaringan yang kuat,
dukungan dari keluarga (suami atau istri),
inovasi teknologi, kreatif dalam berfikir,
memiliki kemampuan untuk memimpin dan
mempengaruhi orang lain, dan lain
AGUSTUS 2009 : 142 - 152
KEWIRAUSAHAAN
sebagainya.
Seorang pegawai atau karyawan biasanya
memiliki jenjang karir yang jelas, yaitu dari
staf, kemudian meningkat jabatannya
menjadi supervisor, manajer, dan seterusnya
hingga mencapai puncak tangga karirnya.
Berbeda dengan orang kebanyakan yang
bekerja pada suatu perusahaan, maka
seorang pengusaha memiliki karir yang
tidak linier. Oleh karena itu, kesuksesan
karir mereka sebagai seorang pengusaha
tergantung pada kemampuan mereka untuk
mengembangkan diri, mengatasi segala
hambatan dan tantangan yang menghadang,
serta mampu mengenali dan memanfaatkan
peluang.
Menjadi wirausaha adalah sebuah pilihan.
Keberanian untuk berubah dan memutuskan
menjadi wirausaha merupakan pintu
gerbang kesuksesan sebagai pengusaha.
Wirausaha adalah seseorang yang mampu
mengidentifikasi kesempatan baru,
merespon perubahan yang terjadi di
lingkungannya, dan melakukan tindakan
untuk mencapai kinerja yang tinggi.
Karena
kewirausahaan
menjadi
pembicaraan hangat dan melihat situasi
perekonomian Indonesia yang sangat labil
ini, ketangguhan perusahaan kecil di Jakarta
menjadi tema menarik bagi peneliti. Studi
ini dirancang untuk menginvestigasi lebih
jauh bagaimanakah pengaruh faktor
lingkungan eksternal dan lingkungan internal terhadap orientasi wirausaha dalam
rangka meningkatkan kinerja perusahaan
pada industri kecil di Jakarta. Oleh karena
itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh lingkungan eksternal
dan lingkungan internal terhadap orientasi
wirausaha pada industri kecil dan menengah
di Jakarta, dan untuk mengetahui pengaruh
orientasi wirausaha terhadap kinerja
perusahaan pada industri kecil dan
menengah di Jakarta.
KAJIAN PUSTAKA
Kinerja
Kinerja perusahaan (performance)
merupakan sebuah konstruk yang umum
digunakan untuk mengukur dampak dari
sebuah orientasi strategi perusahaan.
Penurunan kinerja perusahaan tentu menjadi
masalah dan merupakan tantangan bagi
orientasi strategi perusahaan untuk dapat
terus mempertahankan kinerja perusahaan
dengan baik melalui satu orientasi strategi
agar dapat bertahan dalam industri tersebut.
Untuk mengatasi tantangan, teori manajemen
menyatakan bahwa pendekatan orientasi
wirausaha dalam pembuatan keputusan
adalah sangat penting bagi sukses organisasi.
Proses pembuatan keputusan mereferensikan
penerapan sebuah “entrepreneurial orientation” seperti yang dikemukakan oleh
Lumpkin dan Dess (1996). Berdasarkan
pengertian orientasi wirausaha yang
dikemukakan oleh beberapa peneliti tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kinerja perusahaan (performance) adalah ukuran keberhasilan dalam
pembuatan
keputusan
strategi
pendayagunaan sumber daya (resources)
perusahaan secara efektif dan efisien demi
keberlanjutan usaha.
Terdapat korelasi yang positif antara
pilihan strategi yang tepat dengan kinerja
organisasi (Supratikno). Dalam konteks ini,
faktor pilihan strategi berkaitan dengan
bagaimana sumber daya perusahaan dipilih
untuk menghadapi persaingan usaha yang
sangat ketat dan intens. Sementara itu,
Tayeb (1995) mencoba menjelaskan mengapa
sebagian perusahaan gagal dan sebagian
sukses. Muara dari kondisi ini ternyata ada
pada bagaimana pengambil keputusan
perusahaan mampu mengartikulasikan
strategi perusahaannya. Ferdinand (2003)
menyatakan bahwa strategi perusahaan
adalah bagaimana sumber daya perusahaan
(resources) perusahaan dapat didayagunakan
PENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI
WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (ANNA WULANDARI)
143
KEWIRAUSAHAAN
secara efektif dan efisien demi keberlanjutan
usaha. Inikator untuk mengukur kinerja
organisasi menurut Lumpkin and Dess (1996)
adalah pertumbuhan pendapatan (revenue
growth), pangsa pasar (market share),
profitabilitas, kinerja keseluruhan (overall
performance), kepuasan pemegang saham
(stakeholder satisfaction); sedangkan
menurut Max Coulthard (2007) adalah
pendatang baru (new entry), pertumbuhan
pendapatan (revenue growth), pangsa pasar
(market share), profitabilitas, kinerja
keseluruhan (overall performance), kepuasan
pemegang saham (stakeholder satisfaction).
Orientasi Wirausaha
Lumpkin dan Dess (1996) menyatakan
orientasi wirausaha sangat diperlukan oleh
perusahaan yang berada dalam kondisi
ketidakpastian lingkungan. Ini rasional sebab
dalam kondisi yang pasti, factor berani
mengambil risiko menjadi factor yang
penting untuk mempertahankan keberadaan
suatu organisasi. Perusahaan dengan
orientasi wirausaha adalah pengambil risiko,
tidak seperti perusahaan konservatif yang
sifatnya cenderung bertahan dan
menghindari risiko dalam upaya untuk
melindungi keberhasilan yang lalu. Adanya
orientasi wirausaha ini tentunya akan
mempengaruhi pembuatan strategi
perusahaan yang ujung-ujungnya adalah
pada kinerja perusahaan. Lumpkin and
Dess memperlakukan orientasi wirausaha
sebagai variabel bebas dan kinerja sebagai
variabel dependen. Orientasi wirausaha
menurut Lumpkin and Dess adalah proses,
praktek, dan pengambilan keputusan yang
menyebabkan timbulnya pendatang baru
(misalnya dengan memasuki pasar baru
atau pasar lama atau meluncurkan produk
baru). Dimensi yang menentukan
karakteristik dari orientasi wirausaha adalah
otonomi, inovatif, kemauan mengambil
risiko, proaktif, dan persaingan yang agresif
144
JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 11 NO. 2
(autonomy, innovativeness, risk taking,
proactiveness, competitive aggresiveness).
Miller (1983) memberikan konsep
operasional dari orientasi wirausaha sebagai
suatu orientasi untuk berusaha menjadi
yang pertama dalam inovasi produk di
pasar, berani mengambil risiko dan
melakukan tindakan proaktif untuk dapat
mengalahkan pesaing. Perusahaan yang
menggunakan pendekatan kewirausahaan
dalam pembuatan strategi adalah perusahaan
yang unik bila dibandingkan dengan
perusahaan lain. Hal ini sejalan dengan
pendapat Zahra (1998) bahwa orientasi
wirausaha dapat diukur dari tiga dimensi
yaitu proactiveness, risk taking, dan
innovativeness. Zahra dan Neubaum
menyatakan bahwa “Entrepreneurial orientation is the sum of total of a firm’s radical
innovation, proactive strategic action, and
risk taking activities that are manifested in
its support of projects with uncertain outcomes”.
Sementara itu, Messeghem (2003)
menyebut orientasi wirausaha adalah
kemampuan perusahaan dalam melihat
peluang usaha baru. Dalam hal ini,
Messeghem menyebut lima indicator dalam
melihat orientasi kewirausahan yakni
standarisasi, formalisasi, spesialisasi, system perencanaan dan pengendalian, system
informasi eksternal. Semakin tingginya
indikator tersebut menunjukkan semakin
kuatnya orientasi wirausaha pimpinan suatu
perusahaan.
Inovasi
adalah
kecenderungan
perusahaan untuk mendukung ide baru,
eksperimen, dan proses kreatif lebih dulu
daripada pesaingnya. Tindakan proaktif
adalah mencari kesempatan baru yang
mungkin berhubungan ataupun tidak
berhubungan dengan lini operasi saat ini.
Tindakan agresif adalah respon perusahaan
terhadap ancaman pesaing dan intensitas
upaya perusahaan untuk berkinerja lebih
AGUSTUS 2009 : 142 - 152
KEWIRAUSAHAAN
baik daripada pesaingnya dan mendahului
para pesaingnya setiap ada kesempatan
yang datang. Keberanian mengambil risiko
adalah tingkat kesediaan manajer untuk
berkomitmen terhadap sumber daya yang
berisiko dan jumlahnya sangat besar.
Otonomi adalah memiliki otoritas untuk
mengikuti keyakinan diri sendiri, dan
kemerdekaan melakukan keputusan dan
aktivitas yang kreatif dalam mengungkapkan
ide dan gagasannya dalam mencapai tujuan
bisnis.
Berdasarkan pengertian orientasi
wirausaha yang dikemukakan oleh beberapa
peneliti tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan orientasi
wirausaha dalam penelitian ini adalah
kemampuan melihat peluang baru dan
memanfaatkan peluang tersebut dengan cara
yang mandiri, inovatif, proaktif, kompetitif,
dan berani mengambil risiko sehingga
mampu menjadi pendatang baru ataupun
pemimpin pasar dalam suatu industri.
Semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk melihat dan memanfaatkan peluang
usaha dengan baik, maka semakin tinggi
orientasi wirausaha dalam perusahaan
tersebut.
Perusahaan yang mampu melakukan
terobosan-terobosan yang inovatif, proaktif
dan agresif dalam mengembangkan peluang
usaha, agresif dalam bersaing dengan
perusahaan lain, dan berani mengambil
risiko akan menjadi perusahaan yang mampu
meluncurkan produk baru, mampu menjadi
perusahaan yang diperhitungkan di pasar,
mampu meningkatkan pangsa pasarnya,
mampu meningkatkan profitabilitasnya,
mampu meningkatkan pendapatannya,
sehingga secara keseluruhan kinerja
perusahaan akan lebih baik dan kepuasan
pemegang saham (pemilik, karyawan, dan
pihak berkepentingan lainnya) akan semakin
tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi orientasi wirausaha
yang dimiliki oleh suatu perusahaan,
semakin tinggi pula kinerja perusahaan
tersebut. Hal ini memunculkan hipotesis
sebagai berikut: Orientasi wirausaha
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Semakin tinggi orientasi wirausaha maka semakin
tinggi kinerja perusahaan, sebaliknya semakin
rendah orientasi wirausaha maka semakin rendah
kinerja perusahaan.
Lingkungan Eksternal
Seorang pengusaha (entrepreneur)
tentunya menghadapi berbagai tantangan
yang berasal dari lingkungan eksternal.
Menurut Pearce & Robinson, lingkungan
ekstern perusahaan adalah semua keadaan
dan kekuatan yang mempengaruhi pilihan
(opsi) strategik yang dilakukan oleh
perusahaan dan menentukan situasi
persaingannya. Model manajemen stratejik
membagi lingkungan ekstern menjadi tiga
segmen yang saling berinteraksi yaitu
lingkungan operasional, lingkungan industri,
dan lingkungan jauh. Lingkungan
operasional atau disebut juga lingkungan
persaingan terdiri dari pesaing, kreditor,
pelanggan, tenaga kerja, dan pemasok.
Lingkungan industri terdiri dari hambatan
masuk, kekuatan pemasok, kekuatan
pembeli, ketersediaan substitusi, dan
persaingan antar perusahaan. Lingkungan
jauh (remote environment) terdiri dari faktor
ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan
ekologi.
Perusahaan sebagai suatu sistem akan
berkait dengan sekumpulan faktor penentu
yang dapat mempengaruhi arau dan
kebijakan perusahaan dalam mengelola
bisnisnya (Husein Umar, 2003: 74).
Lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi
lingkungan eksternal dan internal.
Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua
kategori yaitu lingkungan jauh dan
lingkungan industri. Faktor lingkungan jauh
dikaji melalui faktor-faktor PEST (politik,
ekonomi, sosial, dan teknologi), sedangkan
PENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI
WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (ANNA WULANDARI)
145
KEWIRAUSAHAAN
faktor lingkungan industri dikaji melalui
aspek-aspek yang terdapat dalam Konsep
Strategi Bersaing (Competitive Strategy) dari
Michael Porter yaitu hambatan masuk, daya
tawar pemasok, daya tawar pembeli,
ketersediaan barang substitusi, dan
persaingan dalam industri.
Lingkungan eksternal juga dapat
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan konsumen, pemasok,
dan aliansi serta pengaruh ketiganya dalam
meningkatkan efektivitas rantai pemasok
(supply chain) (Coulthard, 2007). Faktorfaktor yang mempengaruhi lingkungan
eksternal adalah dynamism (jumlah dan
kecepatan perubahan lingkungan), munificence (kelangkaan atau kelimpahan sumber
daya yang diperlukan untuk perusahaan),
kompleksitas (peraturan, persaingan,
internasionalisasi,
teknologi)
dan
karakteristik industri. Beberapa literatur juga
menunjukkan pentingnya hubungan antara
pengambil keputusan dalam perusahaan
dan orang-orang yang terlibat dalam rantai
pemasok, misalnya pemasok, konsumen,
rekan aliansi, serta pihak lain yang
berkepentingan seperti asosiasi industri,
keluarga, teman, asosiasi bisnis, peneliti,
konsultan, pesaing, pemerintah, dan lain
sebagainya (Michael & Yulk, 1993).
Pada beberapa penelitian, lingkungan
eksternal diasosiasikan dengan faktor
lingkungan (enviroenmental factor)
sedangkan lingkungan internal diasosiasikan
dengan faktor organisasional (organizational
factor). Chow (2006) menyatakan bahwa
faktor lingkungan yang mempengaruhi
hubungan antara orientasi wirausaha dan
kinerja perusahaan adalah ketidakpastian
lingkungan dan prospek bisnis. Dimensi
yang digunakan oleh Lumpkin & Dess
(1996) sebagai karakteristik dari faktor
lingkungan adalah dynamism, munificence,
complexity, dan karakteristik industri.
Berdasarkan pengertian lingkungan
146
JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 11 NO. 2
eksternal yang dikemukakan oleh beberapa
peneliti tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan lingkungan
eksternal perusahaan dalam penelitian ini
adalah semua keadaan dan kekuatan di luar
perusahaan yang berhubungan dengan
konsumen, pemasok, dan aliansi serta
pengaruh ketiganya dalam meningkatkan
efektivitas rantai pemasok (supply chain),
mempengaruhi pilihan (opsi) strategik yang
dilakukan oleh perusahaan dan menentukan
situasi persaingannya. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk mengelola
lingkungan eksternal, maka perusahaan
cenderung akan semakin proaktif dalam
mencari peluang-peluang baru, akan lebih
inovatif dan kreatif daripada pesaingnya,
merespon perubahan yang terjadi pada
lingkungan eksternal dengan baik, berani
mengambil risiko dan memiliki otoritas
untuk menjalankan keputusan perusahaan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi kemampuan perusahaan
dalam mengelola lingkungan eksternalnya,
semakin tinggi pula orientasi wirausaha
yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini
memunculkan hipotesis sebagai berikut:
Lingkungan eksternal perusahaan berpengaruh
positif terhadap orientasi wirausaha. Semakin
tinggi kemampuan mengelola lingkungan
eksternal maka semakin tinggi orientasi
wirausaha, sebaliknya semakin rendah
kemampuan mengelola lingkungan eksternal
maka semakin rendah pula orientasi wirausaha.
Lingkungan Internal
Selain berhadapan dengan lingkungan
ekstern, seorang pengusaha juga harus
mampu mengelola lingkungan internalnya
dengan
baik.
Profil
perusahaan
menggambarkan kuantitas dan kualitas
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan,
dan mencerminkan kondisi intern dan
kapabilitasnya. Sumber daya keuangan,
sumber daya manusia, dan sumber daya
AGUSTUS 2009 : 142 - 152
KEWIRAUSAHAAN
fisik perusahaan dapat digunakan untuk
menilai kekuatan dan kelemahan manajemen
dan struktur organisasi perusahaan. Dengan
melakukan analisis terhadap lingkungan
internalnya, maka perusahaan dapat
membandingkan keberhasilan masa lalu
perusahaan dan titik perhatian tradisionalnya
dengan kemampuan perusahaan saat ini
guna mengidentifikasi kemampuan masa
depan perusahaan (Pearce & Robinson, 35).
Hal ini senada dengan yang diungkapkan
oleh Husein Umar (2003: 74) bahwa
lingkungan internal merupakan aspek-aspek
yang ada di dalam perusahaan. Lingkungan
internal dikaji melalui beberapa pendekatan,
yaitu: pendekatan fungsional, pendekatan
rantai nilai (value chain), kurva belajar/
pengalaman (learning curve), core competence, dan balanced scorecard. Pendekatan
fungsional mengategorisasikan analisis internal ke dalam pasar dan pemasaran,
kondisi keuangan dan akunting, produksi,
sumber daya manusia, dan struktur
organisasi dan manajemen. Pendekatan
rantai nilai dikembangkan oleh Porter dan
didasarkan pada serangkaian kegiatan yang
berurutan dari sekumpulan aktivitas nilai
yang dilaksanakan untuk mendesain,
memproduksi, memasarkan, mengirimkan
serta mendukung produk dan jasa mereka
pada perusahaan yang terdiri atas satu SBU.
Pendekatan kurva belajar dikembangkan
oleh The Boston Consulting Group yang
menyebutkanbawa penurunan biaya
produksi disebabkan karena bertambahnya
pengalaman kerja. Pendekatan kompetensi
inti menyebutkan bahwa perusahaan harus
menggunakan dan mengolah kemampuan,
teknologi dan keterampilan yang dimilikinya
untuk meningkatkan pangsa pasar dan
meraih peluang-peluang karena kompetensi
dan profesionalisme merupakan jantung
dari setiap kegiatan bila ingin berhasil.
Lingkungan internal juga dapat
didefinisikan sebagai dinamika hubungan
(relationship dynamism) yang memiliki
peran moderating dan mediating dalam
komponen organisasi seperti budaya,
strategi, kepemimpinan, proses pengambilan
keputusan, struktur, dan sumber daya
(Coulthard, 2007). Beberapa literatur
mengidentifikasi
karakterstik
dari
lingkungan internal adalah membangun
kepercayaan, komitmen pada standar etika,
saluran komunikasi yang terbuka, sistem
dukungan untuk individual, dan dorongan
untuk mencari kesempatan (Wood,
McDermott & Swan, 2002).
Pada beberapa penelitian yang
mengasosiasikan lingkungan internal dengan
faktor organisasional (organizational factor)
menyatakan bahwa faktor organisasional
yang mempengaruhi hubungan antara
orientasi wirausaha dan kinerja perusahaan
adalah ukuran perusahaan, karakteristik
industri, lamanya operasi perusahaan, dan
kepemilikan perusahaan (Chow, 2006). Hal
ini sejalan dengan dimensi yang digunakan
oleh Lumpkin & Dess (1996) yang
menyatakan bahwa karakteristik dari faktor
organisasional adalah ukuran perusahaan,
struktur organisasi, strategi perusahaan,
proses pembuatan strategi, sumber daya
perusahaan, budaya perusahaan, dan
karakteristik tim manajemen puncak.
Berdasarkan pengertian lingkungan internal yang dikemukakan oleh beberapa
peneliti tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan lingkungan
internal perusahaan dalam penelitian ini
adalah aspek-aspek kuantitas dan kualitas
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas
perusahaan serta dinamika hubungan (relationship dynamism) antar komponen
organisasi seperti budaya, strategi,
kepemimpinan, proses pengambilan
keputusan, struktur, dan sumber daya..
Semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk mengelola lingkungan internal, maka
PENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI
WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (ANNA WULANDARI)
147
KEWIRAUSAHAAN
perusahaan cenderung akan semakin
proaktif dalam mencari peluang-peluang
baru, akan lebih inovatif dan kreatif daripada
pesaingnya, merespon perubahan yang
terjadi pada lingkungan eksternal dengan
baik, berani mengambil risiko dan memiliki
otoritas untuk menjalankan keputusan
perusahaan. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam mengelola
lingkungan internalnya, semakin tinggi pula
orientasi wirausaha yang dimiliki perusahaan
tersebut. Hal ini memunculkan hipotesis
sebagai berikut: Lingkungan internal
perusahaan berpengaruh positif terhadap orientasi
wirausaha. Semakin tinggi kemampuan mengelola
lingkungan internal maka semakin tinggi orientasi
wirausaha, sebaliknya semakin rendah
kemampuan mengelola lingkungan internal maka
semakin rendah pula orientasi wirausaha.
Hasil Penelitian Terdahulu
Irene Hau-siu Chow dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa orientasi wirausaha
berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. Modal sumber daya manusia
(human capital) dalam terminologi tingkat
pendidikan akan meningkatkan orientasi
wirausaha dan kinerja perusahaan. Selain
itu, perusahaan yang dimiliki oleh swasta
cenderung memiliki tingkat orientasi
wirausaha yang lebih tinggi daripada
perusahaan yang dimiliki oleh negara,
sehingga orientasi wirausaha pada
perusahaan swasta memiliki pengaruh
terhadap kinerja perusahaan yang lebih
signifikan daripada orientasi wirausaha pada
perusahaan milik negara. Akan tetapi,
lingkungan bisnis bukan merupakan variabel
yang memoderasi hubungan antara orientasi
wirausaha dan kinerja perusahaan.
Max Coulthard dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa ada tiga dimensi
orientasi wirausaha yaitu inovasi,
proactiveness, dan risk taking yang
148
JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 11 NO. 2
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Hasil penelitian ini didukung
oleh analisis kuantitatif yang menemukan
bahwa pengetahuan mengenai konsumen
dan memiliki unit penelitian dan
pengembangan di dalam perusahaan
merupakan komponen penting dala
meningkatkan kemampuan perusahaan
melakukan
inovasi.
Proactiveness
diasosiasikan dengan strategi reaktif dan
kemampuan mengidentifikasi peluang baru
lebih penting daripada menjadi first-mover.
Risk taking diasosiasikan dengan
perhitungan keputusan bisnis yang
bepengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. Dilain pihak, competitive
aggresiveness dan otonomy dalam
pengambilan keputusan tidak terlalu
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
perusahaan, tetapi akan lebih berpengaruh
dalam membina hubungan dengan pemasok,
karyawan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu
yang membuktikan bahwa orientasi
wirausaha berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan, maka penelitian ini
bermaksud untuk meneliti pengaruh
lingkungan eksternal dan lingkungan internal terhadap orientasi wirausaha dalam
rangka meningkatkan kinerja perusahaan.
Lingkungan eksternal yang terdiri dari dynamism, munificence, omplexity dan
karakteristik industri diduga berpengaruh
terhadap orientasi wirausaha. Lingkungan
internal yang terdiri dari size, structure,
strategy, proses pembuatan strategi, sumber
daya perusahaan, budaya dan karakteristik
tim manajemen puncak juga diduga
berpengaruh terhadap orientasi wirausaha.
Semakin baik kemampuan perusahaan
AGUSTUS 2009 : 142 - 152
KEWIRAUSAHAAN
mengelola lingkungan internal dan
eksternalnya, maka semakin tinggi orientasi
wirausaha pada perusahaan tersebut, yang
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
perusahaan. Kerangka pemikiran yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 1
Paradigma Model Penelitian Pengaruh Lingkungan
Eksternal (X1) dan Lingkungan Internal (X2) terhadap
Orientasi Wirausaha (Y1) untuk Meningkatkan Kinerja
Perusahaan (Y2)
Lingkungan
Eksternal
(X1)
Orientasi
Wirausaha
(Y 1)
Kinerja
Perusahaan
(Y2 )
Lingkungan
Internal
(X2)
Operasionalisasi masing-masing variabel
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Kinerja perusahan (Y1) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ukuran
keberhasilan dalam pembuatan keputusan
strategi pendayagunaan sumber daya
(resources) perusahaan secara efektif dan
efisien demi keberlanjutan usaha. Kinerja
perusahaan diukur melalui pertumbuhan
pendapatan (revenue growth), pangsa
pasar (market share), profitabilitas, kinerja
keseluruhan (overall performance),
kepuasan pemegang saham (stakeholder
satisfaction).
b. Orientasi wirausaha (Y2) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kemampuan
melihat peluang baru dan memanfaatkan
peluang tersebut dengan cara yang
mandiri, inovatif, proaktif, kompetitif,
dan berani mengambil risiko sehingga
mampu menjadi pendatang baru ataupun
pemimpin pasar dalam suatu industri.
Orientasi wirausaha diukur melalui
otonomi, inovatif, kemauan mengambil
risiko, proaktif, dan persaingan yang
agresif (autonomy, innovativeness, risk
taking, proactiveness, competitive
aggresiveness).
c. Lingkungan eksternal (X 1 ) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
semua keadaan dan kekuatan di luar
perusahaan yang berhubungan dengan
konsumen, pemasok, dan aliansi serta
pengaruh ketiganya dalam meningkatkan
efektivitas rantai pemasok (supply chain),
mempengaruhi pilihan (opsi) strategik
yang dilakukan oleh perusahaan dan
menentukan situasi persaingannya.
Lingkungan eksternal diukur melalui
dynamism (jumlah dan kecepatan
perubahan lingkungan), munificence
(kelangkaan atau kelimpahan sumber
daya yang diperlukan untuk perusahaan),
kompleksitas (peraturan, persaingan,
internasionalisasi, teknologi) dan
karakteristik industri.
d. Lingkungan internal (X2) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah aspek-aspek
kuantitas dan kualitas sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan yang
mencerminkan kondisi dan kapabilitas
perusahaan serta dinamika hubungan
(relationship dynamism) antar komponen
organisasi seperti budaya, strategi,
kepemimpinan, proses pengambilan
keputusan, struktur, dan sumber daya.
Lingkungan internal diukur melalui
ukuran perusahaan, struktur organisasi,
strategi perusahaan, proses pembuatan
strategi, sumber daya perusahaan, budaya
perusahaan, dan karakteristik tim
manajemen puncak (size, structure, strategy, strategy-making process, firm resources, culture, top management team
characteristics).
Data yang digunakan dalam penelitian
adalah data primer berupa kuesioner yang
diberikan kepada 100 pengusaha kecil di
PENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI
WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (ANNA WULANDARI)
149
KEWIRAUSAHAAN
Jakarta yang menjadi sampel penelitian, dan
data sekunder berupa publikasi dalam buku,
majalah, brosur, leaflet, internet dan surat
kabar serta referensi lainnya. Analisis data
penelitian dilakukan dengan analisis regresi
dan korelasi, sedangkan pengujian hipotesa
menggunakan uji t dan uji F.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perhitungan regresi ganda lingkungan
eksternal (X1) dan lingkungan internal (X2)
terhadap orientasi wirausaha (Y1) yang
dilakukan menghasilkan nilai koefisien
korelasi ganda R = 0,826; koefisien
determinasi R Square atau R2 = 0,682; dan
persamaan regresi Y1 = 0,722 + 0,432X1 +
0,396X2 yang dicapai pada level signifikansi
Sig. = 0,000. Informasi lainnya dari hasil
perhitungan regresi ganda adalah
diperolehnya nilai Durbin-Watson = 2,178;
Tolerance = 0,819; VIF = 1,221; Normal P-P
Plot; dan Scatterplot yang dapat digunakan
untuk melakukan uji asumsi klasik regresi
ganda sehingga diperoleh model persamaan
regresi ganda yang memenuhi BLUE (Best
Linier Unbiased Estimate).
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai
sig. lebih kecil daripada α (0,000 < 0,05) yang
menunjukkan bahwa hubungan dan
pengaruh lingkungan eksternal (X1) dan
lingkungan internal (X2) terhadap orietnasi
wirausaha (Y1) adalah signifikan. Dari nilai
koefisien determinasi R2 = 0,682 dapat
diketahui bahwa model persamaan regresi
yang terbentuk cukup baik karena model
yang terbentuk mampu menjelaskan bahwa
68,2% variasi orientasi wirausaha (Y1)
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal (X1)
dan lingkungan internal (X2) secara bersamasama.
Lingkungan eksternal memiliki pengaruh
positif terhadap orientasi wirausaha dimana
setiap peningkatan lingkungan eksternal
150
JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 11 NO. 2
(X1) akan meningkatkan orientasi wirausaha
(Y1) dengan asumsi variabel lain konstan.
Signifikansi hasil perhitungan pengaruh
lingkungan eksternal terhadap orientasi
wirausaha sebesar b1 = 0,432 tersebut
sekaligus menunjukkan bahwa hipotesis 2
yang mengatakan bahwa lingkungan
eksternal perusahaan berpengaruh positif
dengan orientasi wirausaha berhasil
dibuktikan.
Lingkungan internal memiliki pengaruh
positif terhadap orientasi wirausaha dimana
setiap peningkatan lingkungan internal (X2)
akan meningkatkan orientasi wirausaha (Y1)
dengan asumsi variabel lain konstan.
Signifikansi hasil perhitungan yang
menunjukkan pengaruh koefisien regresi
Iklim Organisasi terhadap Prestasi sebesar
b2 = 0,396 tersebut sekaligus menunjukkan
bahwa hipotesis 3 yang mengatakan bahwa
lingkungan internal perusahaan berpengaruh
positif dengan orientasi wirausaha berhasil
dibuktikan.
Perhitungan regresi sederhana orientasi
wirausaha (Y1) terhadap kinerja perusahaan
(Y2) menghasilkan nilai koefisien korelasi
sederhana r = 0,710; koefisien determinasi R
Square atau r2 = 0,504; dan persamaan
regresi sederhana Y2 = 0,766 + 0,802Y1 yang
dicapai pada level signifikansi Sig. = 0,000.
Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
yang terbentuk layak sebagai model untuk
memprediksi kinerja perusahaan atas
masukan orientasi wirausaha dimana 50,4%
variasi kinerja perusahaan dipengaruhi oleh
orientasi wirausaha sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain. Nilai koefisien regresi sebesar
b = 0,802 menunjukkan bahwa orentasi
wirausaha berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan. Tercapainya signifikansi
pengaruh positif orientasi wirausaha
terhadap kinerja perusahaan sekaligus
menunjukkan bahwa hipotesis 1 yang
mengatakan bahwa orientasi wirausaha
berpengaruh positif terhadap kinerja
AGUSTUS 2009 : 142 - 152
KEWIRAUSAHAAN
perusahaan berhasil dibuktikan.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan
dimasukkan dalam konstruk penelitian
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.
Model Pengaruh Lingkungan Eksternal (X1) dan
Lingkungan Internal (X2) terhadap Orientasi Wirausaha
(Y1) untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Y2)
a = 0,722*
b2 = 0,396**
X1
b1 = 0,432**
a = 0,766*
Y1
X2
b = 0,802**
Y2
b2 = 0,396**
b1 = 0,432**
a = 0,722*
* = Sig. pada taraf uji 5%
**=Sig. pada taraf uji 1%
Sumber: Rangkuman data hasil perhitungan, 2009.
Terpenuhinya hipotesis penelitian
membuktikan bahwa lingkungan eksternal
dan lingkungan internal memiliki pengaruh
positif terhadap orientasi wirausaha dimana
semakin baik lingkungan eksternal dan
lingkungan internal maka orientasi
wirausaha yang dimiliki para pengusaha
juga akan meningkat. Pada tahap selanjutnya
orientasi wirausaha yang semakin tinggi
akan meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh
karena itu pengaruh positif lingkungan
eksternal (yang diukur melalui perubahan
lingkungan, sumber daya, peraturan,
persaingan, internasionalisasi, teknologi,
karakteristik industri) dan lingkungan internal (yang diukur melalui ukuran perusahaan,
struktur organisasi, strategi perusahaan,
proses pembuatan strategi, sumber daya
perusahaan, budaya perusahaan, dan
karakteristik tim manajemen puncak)
terhadap orientasi wirausaha para pengusaha
(yang diukur melalui otonomi, inovatif,
kemauan mengambil risiko, proaktif, dan
persaingan yang agresif) terbukti mampu
meningkatkan kinerja perusahaan (yaitu
pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar,
profitabilitas, kinerja keseluruhan, kepuasan
stakeholder).
KESIMPULAN
a. Lingkungan eksternal memiliki pengaruh
positif terhadap orientasi wirausaha
dimana setiap peningkatan lingkungan
eksternal (X 1 ) akan meningkatkan
orientasi wirausaha (Y1) dengan asumsi
variabel lain konstan.
b. Lingkungan internal memiliki pengaruh
positif terhadap orientasi wirausaha
dimana setiap peningkatan lingkungan
internal (X2) akan meningkatkan orientasi
wirausaha (Y1) dengan asumsi variabel
lain konstan.
c. Orientasi wirausaha (Y 1 ) memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan (Y 2 ) dimana setiap
peningkatan wirausaha (Y 1 ) akan
meningkatkan kinerja perusahaan (Y2).
SARAN
a. Dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan, terlebih dahulu para
pengusaha perlu meningkatkan orientasi
wirausaha yang dimilikinya melalui
peningkatan
adaptasi
terhadap
lingkungan eksternal dan pembenahan
lingkungan internal perusahaan. Hal ini
perlu dilakukan mengingat lingkungan
eksternal dan lingkungan internal
berpengaruh positif terhadap orientasi
wirausaha dimana orientasi wirausaha
itu sendiri berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan.
b. Kinerja perusahaan memang dipengaruhi
oleh orientasi wirausaha yang dimiliki
PENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI
WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (ANNA WULANDARI)
151
KEWIRAUSAHAAN
oleh pengusaha, tetapi orientasi wirausaha
bukan satu-satunya faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan. Oleh
karena itu perlu diupayakan penelitian
lanjutan untuk mengetahui indikator lain
yang dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.
c. Pada penelitian selanjutnya diharapkan
dapat dilakukan analisis jalur sehingga
dapat diketahui pengaruh satu bagian
dengan bagian lain baik secara langsung,
tidak
langsung,
maupun
total
pengaruhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anto Dajan, Pengantar Methode Statistikk Jilid 1,
LP3ES, Jakarta, 1991.
Carraher, S.M., John A. Parnell, Sarah C.C., Charles E.C.,
Sherry E.S. Customer Service, Entrepreneurial
Orientation, and Performance: A Study in
Helath Care Organizations in Hongkong, Italy,
New Zealand, the United Kingdom, and the
USA. Journal of Applied Management and
Entrepreneurship, Vol. 11 No. 4, 2006, pp. 3348.
Clercq, D.D. and Imanol B.R. Organizational Commitment in Mexican Small and Medium-Sized
Firms: The Role of Work Status, Organizational
Climate, and Entrepreneurial Orientation. Journal of Small Business Management, Vol 45 Nol
4, 2007, pp. 467-490.
Fuad Mas’ud. Survai Diagnosis Organisasional Konsep
dan Aplikasi, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2004..
Husein Umar, Desain Penelitian Akuntansi
Keperilakuan, PT. RajaGrafindo Persada, 2008.
___________. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis
Bisnis. PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
Irene Hau-siu Chow. The Relationship Between Entrepreneurial Orientation and Firm Performance
in China. Advanced Management Journal, Vol.
71 No. 3, 2006, pp. 11-20
J. Supranto. Metode Riset dan Aplikasinya Dalam
Pemasaran, Edisi V, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1993.
Lucia Naldi, Mattias Nordqvist, Karis S., Johan W.
Entrepreneurial Orientation, Risk Taking and
Performance in Family Firms. Family Business
Review, Vol. 20 No. 1, 2007, pp. 33-47.
152
JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 11 NO. 2
Lumpkin, G.T. dan Dess, G.G. Clarifying the Entrepreneurial Orientation Construct and Linking it to
Performance. Academy of Management Review, Vol. 21 No. 1, 1996, pp. 135-171.
___________, Covin, J.G. Entrepreneurial Strategy
making and Firm Performance: Test of Contingency and Configurational Models. Strategic
Management Journal, Vol. 18 No. 9, 1997, pp.
677-696.
Max Coulthard. The Role of Entrepreneurial Orientation on Firm Performance and the Potential
Influence of relational Dynamism. Journal of
global Business and Technology, Vol. 3 No. 1,
2007, pp. 29-39.
Messaghem, Karim. Strategis Entrepreneurship and
Managerial Activities in SMEs. International
Small Business Journal, Vol. 21 No. 2, 2003, pp.
197-212.
Miller, D. The Correlates of Entrepreneurship in Three
Types of Firms. Management Science, 29,
1983, pp.770-791.
Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono. Riset Pemasaran,
Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Jakarta, PT.
Elex Media Komputindo, 2001.
___________, SPSS Statistik Multivariat, Jakarta, PT. Elex
Media Komputindo, 2004.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, 2002.
Venkatraman, N. The Consept of Fit I Strategy
Research: Toward Verbal and Statistical Correspondence. Academy of Management Review, 3, 1989, pp. 423-444.
Voss, Zannie Giraud, Glenn B. Voss, Christine Moorman.
An Empirical Examination of the complex
relationships between entrepreneurial orientation and stakeholder support. European
Journal of Marketing, Vol. 39 No. 9/10, 2005,
pp. 1132-1150.
Zahra, Shaker A. A Conseptual Model of Entrepreneurship as Firm Behaviour: A Critique and
Extention. Entrepreneurship Theory and Practice, 18, 1993, pp. 37-48.
___________, dan Donald O. Neubaum. Environmental
Adversity and the Entreprenerial Activities of
New Ventures. Entrepreneurship Theory and
Practice, 3, 1998, pp. 123-140.
AGUSTUS 2009 : 142 - 152
Download