BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan hasil riset terhadap hampir 26.000 orang karyawan, diketahui bahwa komitmen organisasional yang kuat pada karyawan dapat membawa dampak baik bagi perusahaan, yaitu berupa meningkatnya produktivitas dan job satisfaction; dan menurunnya turnover karyawan di perusahaan tersebut. Komitmen organisasional ini dianggap penting karena dapat menjadi landasan sikap karyawan dalam bekerja, yaitu dengan menunjukkan kerelaan untuk bekerja lebih keras demi mencapai tujuan perusahaan dan semangat yang besar untuk tetap bekerja pada perusahaan tersebut (Kreitner dan Kinicki: 2011, p. 166). Dengan adanya komitmen organisasional, semakin bahagia karyawan dalam bekerja, semakin jarang karyawan meninggalkan pekerjaan, dan semakin kecil kemungkinan karyawan meninggalkan organisasi (Porter et al. (1979) dalam Robinson et al., 1990). Dengan adanya komitmen organisasional pula, sebuah perusahaan dapat memiliki karyawan loyal yang dapat berimbas pada minimalisasi berbagai biaya. Biaya-biaya tersebut antara lain seperti biaya rekrutmen, biaya relokasi, biaya pelatihan (karena semakin jarangnya perusahaan mengalami pergantian karyawan, dan dapat diberdayakannya karyawan senior dalam melatih karyawan baru/junior), dan biaya supervisi pekerjaan (Richheld, 1996). Komitmen organisasional bahkan kini dianggap sebagai sebuah tantangan yang mendesak mengingat sumber daya manusia (SDM) kini dianggap sebagai 1 salah satu sumber daya yang langka, sehingga organisasi diharuskan mampu mengelola sumber daya manusia tersebut secara efisien dan dengan cara-cara yang menciptakan nilai (Wruck, 2000). Merujuk pada mendesaknya kebutuhan akan komitmen organisasional karyawan, tentu wajar apabila manajemen sebuah perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk membuat karyawannya berkomitmen. Untuk itu, setiap perusahaan memberlakukan strategi tertentu yang harus diupayakan, khususnya terkait dengan manajemen sumber daya manusianya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat membuat karyawannya berkomitmen terhadap perusahaan adalah dengan memberikan atau menyediakan kompensasi yang menarik bagi karyawan. Baron dan Greenberg (1990) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional adalah bagaimana persepsi karyawan terhadap kepedulian organisasi akan kesejahteraan dirinya. Lebih jauh menurut Handoko (1998), jika kompensasi tidak diadministrasikan secara tepat, perusahaan bisa kehilangan para karyawannya yang baik, dan harus mengeluarkan biaya untuk menarik, menyeleksi, melatih, dan mengembangkan penggantinya. Jika dikaitkan dengan yang dikatakan Richheld (1996) di atas, dapat dikatakan bahwa tidak diadministrasikannya kompensasi dengan tepat dapat menjadi penyebab mahalnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena rendahnya loyalitas karyawan. Dengan kompensasi yang menarik, perusahaan dapat meminimalisasi kemungkinan tingginya turnover maupun absenteeism karyawan sebagai akibat dari rendahnya komitmen organisasional. Kompensasi yang memuaskan pula lah yang dapat digunakan manajer untuk memotivasi 2 karyawan agar mau bekerja keras. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Gibson et al. (2009) bahwa karyawan yang berkomitmen akan kecil kemungkinan untuk keluar dari perusahaan dan menerima pekerjaan lain. Meski sedemikian pentingnya kompensasi bagi karyawan, penyediaannya oleh manajemen bukanlah hal yang sederhana. Pemberian dan penyediaan kompensasi tersebut bukan hanya merupakan salah satu tugas yang paling kompleks, tetapi juga salah satu aspek yang paling berarti baik bagi karyawan maupun organisasi. Kompensasi harus mempunyai dasar yang logis, rasional, dan dapat dipertahankan, hal ini menyangkut banyak faktor emosional dari sudut pandangan para karyawan (Handoko, 1998). Selain itu, seringkali manajemen suatu perusahaan tidak benar-benar mengetahui bagaimana persepsi karyawan terhadap sistem kompensasi yang diberlakukannya, khususnya terkait bagaimana korelasi persepsi tersebut dengan komitmen organisasional para karyawan. Oleh karena itu, sistem kompensasi yang dianggap menarik bagi karyawan berkaitan erat dengan komitmen organisasional mereka. Baik kompensasi maupun komitmen organisasional merupakan konsep yang memiliki beragam konstruksi. Kompensasi tidak hanya dapat dikonstruksikan dengan hal-hal yang bersifat finansial, tetapi juga hal-hal yang sifatnya non-finansial. Pada aspek finansial, kompensasi dapat berwujud gaji dan berbagai tunjangan, sementara pada aspek non-material kompensasi dapat berupa fasilitas, kenyamanan dalam bekerja, dan berinteraksi dengan rekan kerja atau atasan. Sama halnya dengan kompensasi, komitmen organisasional juga dapat ditelaah dengan berbagai konstruksi. Menurut Porter et al. (1974), komitmen 3 organisasional dapat dilihat dari penerimaan dan keyakinan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi; kerelaan untuk mencurahkan segenap upayanya demi kepentingan organisasi; dan loyalitas untuk terus bergabung dengan organisasi. Sementara menurut Meyer dan Allen (1997), komitmen organisasi dapat dilihat dari tiga sikap yang mencerminkan jenis komitmen yang berbeda, yaitu komitmen afektif (penerimaan yang kuat akan nilai-nilai dan tujuan perusahaan), komitmen kontinuan (pertimbangan ekonomis di mana seorang karyawan merasa akan terlalu besar cost yang harus diderita jika ia keluar dari organisasi), dan komitmen normatif (rasa keharusan untuk tetap bernaung di organisasi). Untuk mengonfirmasi bagaimana korelasi antara kompensasi (secara umum) terhadap komitmen organisasional karyawan, telah dilakukan berbagai penelitian oleh para akademisi, baik di dalam maupun di luar negeri; baik terhadap organisasi profit-seeking maupun organisasi non-profit. Setiap penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke para responden yang ditargetkan. Objek penelitian-penelitian tersebut cukup beragam, dari perusahaan manufaktur, perusahaan farmasi, perusahaan energi, perusahaan telekomunikasi, lembaga pendidikan, perbankan, hingga lembaga keagamaan (yaitu gereja). Di Indonesia misalnya, penelitian dilakukan terhadap Bank Rakyat Indonesia yang berlokasi di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara (Zaid, 2009), dan di Pasuruan (Djati dan Khusaini, 2011). Dari kedua penelitian tersebut terbukti bahwa terdapat korelasi yang positif antara kompensasi yang diterima karyawan dengan komitmen organisasional mereka. Penelitian lain dilakukan dengan menguji kedua variabel dengan menggunakan dua kelompok sampel yang berbeda, yaitu karyawan 4 perusahaan farmasi dan karyawan perusahaan-perusahaan lain. Hasilnya, kepuasan karyawan pada kompensasi yang diterimanya berkorelasi kuat dengan komitmen organisasional mereka. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian serupa yang diujikan pada karyawan sebuah perusahaan multinasional asal Korea yang berlokasi di Meksiko (Paik et al., 2007). Dari penelitian yang menguji pengaruh persepsi karyawan host country terhadap kompensasi yang diterimanya dibanding yang diterima para ekspatriat, ditemukan bahwa persepsi tersebut berpengaruh signifikan pada komitmen yang mereka rasakan. Persepsi mereka tentang adanya kesenjangan kompensasi (bahwa kompensasi yang mereka peroleh ada di bawah rata-rata sementara kompensasi para ekspatriat di atas rata-rata) telah berdampak pada rendahnya komitmen afektif mereka terhadap perusahaan. Meski terdapat adanya kesenjangan yang dipersepsikan, karyawan perusahaan tersebut tetap memiliki komitmen kontinuan yang kuat karena tidak mudahnya bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan lain di negara tersebut. Penelitian serupa juga dilakukan di organisasi non-profit, yaitu lembaga pendidikan dan gereja. Penelitian di lembaga pendidikan dilakukan di Pakistan, yaitu terhadap para faculty members di berbagai universitas anggota Higher Education Commission (Nawab dan Bhatti, 2011). Hasilnya, kompensasi karyawan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap komitmen organisasional yang mereka rasakan, khususnya pada komitmen afektif. Hal ini juga senada dengan hasil penelitian yang dilakukan untuk menguji faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional para pendeta. Dari penelitian tersebut, 5 ditemukan bahwa gaji sangat mempengaruhi komitmen para pendeta. Semakin kecil gaji yang mereka terima, semakin sedikit jam kerja yang mereka rela curahkan. Jika penelitian di atas cenderung meneliti pengaruh kompensasi ditinjau dari tinggi-rendahnya, ada pula yang meneliti kompensasi dari sisi komunikasi dan keterbukaannya. Di sebuah perusahaan energi dan telekomunikasi di Amerika Serikat ditemukan bahwa semakin baik kualitas komunikasi dan pengetahuan karyawan terhadap kompensasi yang diterimanya, semakin kuat komitmen yang dirasakannya, baik pada komitmen organisasionalnya (Sinclair et al., 2005) Secara umum, penelitian-penelitian di atas memiliki kesamaan dalam hasil yang diperoleh. Dari berbagai penelitian tersebut, terbukti bahwa terdapat hubungan/korelasi antara persepsi karyawan tentang kompensasi yang diterimanya, terhadap komitmen organisasionalnya pada perusahaan. Berangkat dari hasil penelitian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengonfirmasi kembali bagaimana korelasi kompensasi terhadap komitmen organisasional karyawan di sebuah perusahaan. Objek dari penelitian ini adalah karyawan PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), sebuah perusahaan perkebunan tebu dan penghasil gula yang terletak di Lampung Tengah. Perusahaan ini merupakan objek yang menarik untuk dilakukan penelitian tentang keterkaitan antara kedua variabel di atas karena dua alasan. Pertama, perusahaan ini memiliki turnover yang relatif rendah. Rendahnya turnover karyawan perusahaan yang dapat diartikan sebagai adanya loyalitas yang kuat dari karyawan, di mana hal tersebut adalah salah satu indikator kuatnya komitmen organisasional (Kreitner dan 6 Kinicki, 2011). Kedua, perusahaan ini memberi kompensasi yang terbilang unik dari perusahaan pada umumnya. Di perusahaan ini, kompensasi yang dinikmati karyawan tidak hanya berupa upah, tetapi juga meliputi hal-hal lain yang dapat menunjang kenyamanan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan tersebut, yaitu perumahan dinas yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, baik fasilitas pendidikan (TK; SD; SMP; madrasah), keagamaan (gereja dan masjid), hingga olahraga (kolam renang; fitness center; lapangan sepak bola, volley, basket, tenis, badminton). Selain itu, karyawan juga diberi jaminan kesehatan berupa akses ke rumah sakit perusahaan secara gratis, dan pembiayaan berobat ke rumah sakit rujukan. Ditambah lagi, karena hampir semua karyawan difasilitasi rumah dinas, mereka dapat berinteraksi dan membangun hubungan baik tidak hanya di tempat kerja tetapi juga di lingkungan rumah. Hubungan baik tersebut terbina tidak hanya pada rekan kerja, tetapi juga pada atasan dan bawahan. Merujuk pada kedua alasan di atas, dan terinspirasi dari berbagai penelitian-penelitian dan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menguji korelasi antara kompensasi dengan komitmen organisasional pada karyawan PT GMP. Sesuai dengan kondisi objek penelitian seperti yang sudah dijelaskan di atas, variabel kompensasi pada penelitian ini tidak hanya ditinjau dari kompensasi material saja, tetapi juga dari kompensasi non-material, yaitu kompensasi sosial dan kompensasi aktivitas beserta komponen-komponennya. 1.2 Perumusan Masalah 7 PT Gunung Madu Plantations merupakan sebuah perusahaan perkebunan dan penggilingan tebu dengan tingkat turnover karyawan yang rendah. Tingkat turnover karyawan yang rendah tersebut dapat diasumsikan sebagai cerminan dari adanya kekuatan tertentu yang dimiliki perusahaan terkait SDM dan manajemen SDM-nya. Salah satu kekuatan yang diasumsikan mempengaruhi rendahnya turnover karyawan tersebut adalah kuatnya komitmen organisasional yang dirasakan para karyawan di perusahaan tersebut. Namun demikian, tentu perlu diketahui faktor apa yang sesungguhnya berkorelasi dengan komitmen organisasional yang kuat yang dimiliki karyawan PT Gunung Madu Plantations tersebut. Secara teoretis, komitmen organisasional dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan isu-isu manajemen sumber daya manusia ataupun perilaku organisasional, seperti karakter pekerjaan; adanya peluang untuk mendapatkan pekerjaan lain; karakter kepribadian karyawan itu sendiri; dan hal-hal lain yang terkait dengan kondisi pekerjaannya, seperti hubungan karyawan tersebut terhadap supervisor-nya, keterbukaan akan performance appraisal perusahaan, dan bagaimana persepsi karyawan terhadap kepedulian perusahaan akan kesejahteraan hidupnya (Baron dan Greenberg, 1990). Pada berbagai penelitian kemudian ditemui berbagai faktor yang secara spesifik menggambarkan faktor-faktor lain yang juga berperan dalam membangun komitmen organisasional perusahaannya, seperti iklim organisasional, peluang pengembangan karir, sistem kompensasi, dan lain-lain. 8 Berangkat dari berbagai penelitian di atas, penelitian ini bermaksud untuk mengonfirmasi kembali hubungan antara komitmen organisasional dengan kompensasi yang ditinjau dari persepsi karyawan. Konstruksi kompensasi yang digunakan adalah kompensasi material, kompensasi sosial, dan kompensasi aktivitas. Kompensasi menjadi pilihan variabel pada penelitian ini karena beberapa alasan. Pertama, kompensasi merupakan bagian internal dalam manajemen sebuah perusahaan. Sehingga untuk memahaminya lebih sederhana dibandingkan hal-hal lain yang berada di luar kontrol manajemen. Kedua, seperti yang diungkapkan oleh Handoko (1998) bahwa kompensasi merupakan hal yang sangat penting bagi karyawan maupun organisasi. Tanpa administrasi yang tepat, perusahaan dapat kehilangan karyawan-karyawan terbaiknya. Padahal, untuk mengelola kompensasi bukan lah hal yang mudah. Padahal, proses pengelolaan kompensasi tersebut membutuhkan mekanisme yang kompleks dan juga menyangkut aspek emosional karyawan, karena jarang manajemen perusahaan benar-benar mengetahui bagaimana persepsi karyawannya terhadap kompensasi yang diberikan. Ketiga, kompensasi merupakan hal yang menarik untuk diteliti pada objek penelitian, yaitu karyawan PT Gunung Madu Plantations mengingat beragamnya kompensasi yang mereka terima. Dari beragamnya kompensasi yang diterima tersebut menjadi menarik untuk diteliti bagaimana korelasi masing-masing jenis kompensasi terhadap komitmen organisasional mereka terhadap perusahaan. 9 1.3 Permasalahan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah: Terdapat korelasi antara kompensasi yang diberikan perusahaan dengan komitmen organisasional PT Gunung Madu Plantations. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan: 1. Untuk menunjukkan korelasi antara kompensasi persepsian dengan komitmen organisasional karyawan. 2. Untuk menunjukkan korelasi antara kompensasi material persepsian dengan komitmen organisasional. 3. Untuk menunjukkan korelasi antara kompensasi sosial persepsian dengan komitmen organisasional. 4. Untuk menunjukkan korelasi antara kompensasi aktivitas persepsian dengan komitmen organisasional. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik dari perspektif manajerial maupun perspektif akademis. Dari perspektif manajerial, penelitian ini diharapkan dapat memberi setidaknya tiga manfaat. Pertama, menjadi salah satu wahana bagi para manajer PT GMP untuk mengetahui komitmen organisasional karyawannya terkait dengan kompensasi yang disediakan perusahaan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi para manajer 10 PT GMP dalam membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan manajemen SDM perusahaan di kemudian hari, khususnya terkait dengan kompensasi karyawan. Terakhir, penelitian ini dapat menjadi sarana bagi karyawan untuk mengutarakan persepsinya tentang kompensasi secara anonim sehingga dapat membawa masukan-masukan yang mungkin dibutuhkan PT GMP. Dari perspektif akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pengetahuan baru dalam bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya menyangkut kompensasi dan komitmen organisasional. Terlebih, pada penelitian ini kompensasi tidak hanya ditinjau dari sisi finansial saja, tetapi juga dari hal-hal lain yang dirasa mendukung kenyamanan kerja karyawan, seperti berbagai fasilitas, interaksi dengan rekan kerja dan atasan, penghargaan atas kinerja, jaminan kesejahteraan, dan lain-lain. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang korelasi kompensasi terhadap komitmen organisasional dengan ruang lingkup yang lebih komprehensif. Selain itu, berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan di perusahaan energi, perusahaan farmasi, perbankan, lembaga pendidikan, dan lembaga keagamanaan (gereja) yang berada di berbagai negara lain, penelitian ini dilakukan di perusahaan perkebunan tebu di Indonesia. Dengan berbagai keterangan di atas, penelitian ini diharapkan dapat menguji konsistensi eratnya hubungan variabel-variabel kompensasi terhadap variabel komitmen organisasional, seperti yang telah terbukti di berbagai penelitian sebelumnya. 11 1.6 Batasan Penelitian Batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain: - Objek yang diteliti untuk menguji pertanyaan penelitian ini adalah sebuah perusahaan perkebunan tebu yaitu PT Gunung Madu Plantations. Sebagai populasi penelitian hanyalah karyawan non-staff (bergolongan kepangkatan S8-S14); dan bertempat tinggal di Perumahan II site PT Gunung Madu Plantations. - Variabel yang digunakan yaitu: (a) Kompensasi, terdiri dari kompensasi material (gaji, tunjangan, fasilitas, dan sebagainya), kompensasi sosial (interaksi dengan rekan kerja dan atasan, penghargaan atas kinerja, dan sebagainya), dan kompensasi aktivitas (delegasi wewenang, otoritas dalam bekerja, kesempatan mengasah jiwa kepemimpinan, dan sebagainya). (b) Komitmen organisasional, yaitu yang didefinisikan oleh Porter et al. (1974), berupa penerimaan dan keyakinan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, kerelaan untuk mencurahkan segenap tenaga demi kepentingan organisasi, dan kesetiaan untuk tetap bergabung dengan organisasi. - Level of analysis penelitian ini terletak pada level individu. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang menanyakan persepsi setiap responden terkait variabel-variabel yang digunakan. 12 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas berbagai konsep dan teori yang digunakan, dan bahasan mengenai artikel. Teori yang digunakan adalah teori kompensasi, komitmen organisasional, dan kepuasan. Sementara bahasan artikel terdiri dari sembilan hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan topik serupa. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai rancangan penelitian, definisi operasional, hipotesis, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV: HASIL PENELITIAN Bab ini membahas berbagai temuan penelitian, baik berupa data perusahaan yang berasal dari data sekunder maupun temuan statistik yang berasal dari data primer. Data perusahaan yaitu sejarah perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi perusahaan, divisi organisasi, manajemen SDM, dan kompensasi karyawan. sementara temuan statistik berupa hasil uji validitas, uji reliabilitas, uji korelasi, dan pembahasan. 13 BAB V: SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI Bab ini membahas kesimpulan penelitian berdasarkan hasil penelitian dan analisis di bab sebelumnya. Bab ini juga menjabarkan berbagai keterbatasan selama proses penelitian. Pada bagian implikasi, peneliti menjelaskan berbagai rekomendasi bagi aspek akademis maupun aspek manajerial. 14