ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN

advertisement
RINGKASAN EKSKUTIF
M. HARJA SUPENA, 2009. Analisis Sistem Pemasaran Ikan Hias diTerminal
Agribisnis (Holding Ground) Rancamaya Bogor. Di bawah bimbingan ARIF
IMAM SUROSO dan HENY K. DARYANTO).
Pemasaran ikan hias di Terminal Agribisnis (Holding Ground) Rancamaya
Bogor merupakan subsistem agribisnis yang penting keberadaannya, karena
subsistem ini menentukan besarnya nilai hasil produksi ikan hias yang diterima
oleh petani/pembudidaya dan sekaligus menentukan tingkat kemampuan pembeli
untuk membayar. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Bogor pada
Tahun 2004 telah mengambil langkah dengan mendirikan Holding Ground Ikan
Hias yang berlokasi di Terminal Agribisnis Rancamaya Bogor. Pembangunan
Holding Ground ikan hias Rancamaya Bogor ini sangat diperlukan sebagai salah
satu prasarana dan mekanisme pemasaran yang dapat menyerap sebagian besar
produk perikanan khususnya ikan hias yang dapat memberikan kewajaran harga
yang berdampak kepada kepuasan/keuntungan yang optimal bagi para pelaku
bisnis terutama para petani/pembudidaya ikan hias.
Pemasaran ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor
bernilai ekonomis, karena setiap tahunnya mampu memasarkan sebanyak 259.905
ekor atau senilai Rp. 270.676.700,- baik untuk pasaran lokal maupun ekspor.
Namun demikian, nilai ini masih tergolong rendah yaitu hanya mencapai 7,2 %
jika dibandingkan dengan jumlah permintaan ikan hias pada tahun 2006 yaitu
sebanyak 3.600.000 ekor. Hingga saat ini ikan hias yang ada di Holding Ground
Ikan hias Rancamaya Bogor di pasok dari petani/pembudidaya yang berasal dari
dalam maupun luar Jawa Barat. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi
prasarana tranportasi khususnya jalan menuju pusat Holding Ground Ikan hias
Rancama Bogor telah mengalami kerusakan. Hal ini sangat berpengaruh besar
terhadap tingkat kehidupan (survival rate) dan mutu benih ikan dalam proses
pengangkutannya. Oleh karena itu kemampuan penanganan dari pihak Holding
Ground Ikan hias Rancamaya Bogor dalam hal ini Koperasi Perikanan Kota
Bogor (KPKB) sangat diperlukan guna menekan tingkat mortalitas benih yang
lebih tinggi.
Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui struktur, perilaku dan keragaan
pasar komoditi ikan hias di Holding Ground Ikan Hias Rancamaya Bogor,
2). Menganalisis keterpaduan pasar ikan hias antara harga di tingkat
petani/pembudidaya di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor dengan
harga di tingkat konsumen di Pasar Parung Bogor, dan 3). Menganalisis efisiensi
sistem pemasaran ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor,
melalui beberapa aspek analisis seperti : lembaga dan saluran pemasaran, sifat
kekhasan produk (product differentiation), kebebasan keluar-masuk pasar,
konsentrasi pasar, penentuan harga dan stabilitas pasar, praktek-praktek dalam
menjalankan fungsi pemasaran, marjin pemasaran, farmer’s Share , keterpaduan
pasar dan elastisitas transmisi harga.
Penelitian dilakukan di Holding Ground Ikan Hias yang berlokasi di
Terminal Agribisnis Rancamaya Bogor. Penelitian diwakili oleh jenis Ikan Hias
i
Black ghost knife fish (Apteronotus albifrons) dan Corydoras albino (Peppered
cory). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan penyebaran kuesioner
kepada responden petani/pembudidaya dan pedagang (pengumpul, eksportir dan
pengecer). Pengolahan data dilakukana dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Model Analisis yang dilakukan adalah analisis struktur
pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar.
Berdasarkan analisis struktur pasar diperoleh hasil bahwa lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan hias adalah : produsen
(petani/pembudidaya), pedagang pengumpul tingkat I (PP I), pedagang
pengumpul tingkat II (PP II), eksportir dan pedagang pengecer. Saluran
pemasaran yang terpola ada dua yaitu : (1). Produsen --- PP I --- PP II --Pedagang Pengecer --- Konsumen DN, (2). Produsen --- PP I --- Eksportir --Konsumen LN. Dalam kebebasan keluar masuk pasar, tidak mudah bagi pedagang
baru untuk memasuki pasar karena dalam fungsi jual beli terdapat hubungan/relasi
yang kuat diantara lembaga pemasaran khususnya para pedagang. Disamping itu
sulitnya bersaing dalam mencari hubungan/relasi antar sesama pedagang yang
didukung oleh modal yang cukup kuat. Hasil analisis struktur pasar menunjukkan
bahwa struktur pasar ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor
adalah struktur pasar persaingan tidak sempurna.
Dengan struktur pasar persaingan tidak sempurna, maka analisis perilaku
yang terjadi merupakan pola tingkah laku dari lembaga-lembaga pemasaran
tersebut antara lain penguasaan informasi pasar serta adanya keterikatan produsen
(petani/pembudidaya) terhadap KPKB akibat dari pengaruh pinjaman modal oleh
pihak KPKB selaku pengelola Holding Ground. Dengan demikian posisi daya
tawar (bargaining position) petani/pembudidaya terhadap KPKB menjadi lemah.
Dengan demikian lebih mudah bagi pihak KPKB dalam menentukan harga dan
menjaga stabilitas pasar. Perilaku lain juga dapat dilihat dari pelaksanaan praktekpraktek dalam menjalankan fungsi pemasaran, seperti : fungsi pertukaran, fungsi
fisik dan fungsi fasilitas. Pada fungsi fisik khususnya transportasi/pengangkutan,
petani/pembudidaya dihadapkan pada permasalahan yang cukup besar, yakni jarak
lokasi antara petani/pembudidaya dengan pusat Holding Ground yang berjauhan
serta kondisi prasarana transportasi (kondisi jalan) yang kurang mendukung (telah
mengalami kerusakan). Hal ini sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan
kualitas benih ikan hias yang dimiliki petani/pembudidaya. Di lain sisi
penanganan mutu benih yang dilakukan oleh pihak Holding Ground masih sangat
minim baik dari sisi kualitas maupun kuantitas sumberdaya manusianya. Dampak
dari hal itu, timbul kecendrungan perilaku petani/pembudidaya untuk menjual
langsung hasil produksinya kepada pedagang lain (supplier/eksportir) guna
menghindari resiko serta memperoleh pendapatan yang lebih cepat sekalipun
dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan menjual melalui
Holding Ground.
Struktur dan perilaku pasar selanjutnya akan menentukan keragaan pasar.
Keragaan pasar dapat diukur melalui marjin pemasaran, farmer’s share,
keterpaduan pasar, dan elastisitas transmisi harga. Analisis marjin dilakukan
dengan membandingkan antara saluran pemasaran I dengan saluran pemasaran II.
Hasil analisis marjin untuk kedua komoditi (Ikan Hias Black ghost dan Corydoras
albino) menunjukkan bahwa saluran pemasaran I memiliki nilai marjin lebih
besar dibandingkan dengan saluran pemasaran II. Nilai marjin untuk komoditi
ii
Ikan Hias Black ghost pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 900,-, sedangkan
pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 875,-. Nilai marjin untuk komoditi Ikan
Hias Corydoras albino pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 550,-, sedangkan
pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 525,-. Hal ini berarti bahwa saluran
pemasaran I relative belum efisien. Namun demikian saluran I lebih banyak
dipilih oleh para petani/pembudidaya dibandingkan dengan saluran pemasaran II.
Hal ini karena saluran pemasaran I lebih banyak ditempuh oleh pedagang supplier
yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan saluran pemasaran II yang
hanya ditempuh oleh eksportir yang jumlahnya lebih sedikit. Selanjutnya dari
sistem pembayaran, saluran pemasaran I dilakukan secara tunai, sedangkan
saluran pemasaran II dilakukan secara kredit (menunggu beberapa minggu).
Dengan demikian dari sisi jumlah dan perputaran pemasaran ikan hias, saluran
pemasaran I lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan saluran
pemasaran II.
Persentase harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima
produsen (petani/pembudidaya) disebut juga dengan farmer’s share. Farmer’s
share mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan marjin. Hasil analisis
untuk kedua komoditi (Ikan Hias Black ghost dan Corydoras albino)
menunjukkan bahwa saluran pemasaran I memiliki nilai farmer’s share lebih kecil
dibandingkan dengan saluran pemasaran II. Nilai farmer’s share untuk komoditi
Ikan Hias Black ghost pada saluran pemasaran I sebesar 64 %, sedangkan pada
saluran pemasaran II sebesar 65 %. Nilai farmer’s share untuk komoditi Ikan
Hias Corydoras albino pada saluran pemasaran I sebesar 31 %, sedangkan pada
saluran pemasaran II sebesar 34 %. Hal ini berarti bahwa saluran pemasaran I
relative belum efisien.
Berdasarkan hasil perhitungan keterpaduan pasar untuk jangka pendek,
diperoleh nilai b2 sebesar 0,143 untuk Ikan Hias Black ghost dan 0.194 untuk
Ikan Hias Corydoras albino. Hasil yang didapat masih jauh dari nilai yang
diharapkan (b2= 1). Untuk keterpaduan jangka panjang diperoleh nilai IMC
sebesar 166,3 untuk komoditi Ikan Hias Black ghost dan 0.54 untuk Ikan Hias
Corydoras albino. Hasil yang didapat juga masih jauh dari nilai yang diharapkan
(IMC= 0). Berdasarkan hasil perhitungan yang didukung melalui uji signifikasi,
menunjukkan tidak adanya keterpaduan pasar antara harga di tingkat
petani/pembudidaya di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor dengan
harga di tingkat konsumen di Pasar Parung Bogor baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dengan demikian pasar yang terjadi adalah pasar
persaingan tidak sempurna, dan ini menunjukkan bahwa sistem pemasaran ikan
hias yang terjadi di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor relative belum
efisien.
Ditinjau dari nilai elastisitas transmisi harga, diperoleh nilai koefisien
regresi/dugaan parameter sebesar 0,215 untuk Ikan Hias Black ghost dan 0,423
untuk Ikan Hias Corydoras albino. Kedua nilai tersebut menunjukkan nilai
elastisitas transmisi harga (et < 1). Ini mengindikasikan bahwa laju perubahan
harga di tingkat petani/pembudidaya di Holding Ground Ikan hias Rancamaya
Bogor sebagai pasar lokal lebih kecil bila dibandingkan dengan laju perubahan
harga di tingkat konsumen di Pasar Parung Bogor sebagai pasar acuan. Ini berarti
bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pasar adalah pasar persaingan tidak
sempurna (imperfectly competition market). Dengan demikian sistem pemasaran
iii
ikan hias yang terjadi di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor relative
belum efisien.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum sistem pemasaran ikan hias
yang terjadi di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor relative belum
efisien, baik secara operasional (teknis) maupun harga (ekonomis). Hal ini
dikarenakan penguasaan informasi pasar dan adanya keterikatan
petani/pembudidaya atas pinjaman modal oleh pihak KPKB, sehingga
mengakibatkan daya tawar (bargaining position) petani/pembudidaya menjadi
lemah. Dengan demikian mudah bagi pihak KPKB dalam mengendalikan harga
maupun pasar.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut di atas, alternatif solusi perbaikan
difokuskan untuk memperbaiki sistem pemasaran yang telah berjalan dengan
didasarkan pada hasil analisis struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar,
keterpaduan pasar dan elastisitas transmisi harga. Adapun alternatif solusi
perbaikan yang perlu dilakukan terhadap sistem pemasaran ikan hias yang terjadi
di Holding Ground Ikan Hias Rancamaya Bogor adalah: (a). KPKB sebagai
pengelola Holding Ground Ikan Hias Rancamaya Bogor perlu melakukan
peningkatan mutu terhadap penanganan benih ikan hias baik dari sisi kualitas
maupun kuantitas sumberdaya manusianya, (b). Adanya kerjasama antara Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota
Bogor dengan Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor dalam hal perbaikan
infrastruktur sarana transportasi terutama perbaikan jalan yang rusak, sehingga
dapat memperlancar sistem pemasaran ikan hias.
Kata Kunci:
Ikan hias Black ghost, Ikan hias Corydoras albino, Terminal
Agribisnis (Holding Ground) Rancamaya Bogor, Analisis Struktur
pasar, Perilaku pasar, Keragaan pasar, Pasar Parung Bogor,
Efisiensi sistem pemasaran.
iv
Download