gangguan tidur pada lanjut usia

advertisement
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
BAB XXXI
GANGGUAN TIDUR PADA LANJUT USIA
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka anda sudah akan dapat :
1. Mengatahui fisiologi tidur normal pada dewasa muda dan lanjut usia.
2. Mengetahui jenis – jenis gangguan tidur pada lanjut usia.
2.1. Mengetahui penyebab – penyebab dari masing – masing jenis gangguan tidur pada
lanjut usia.
3. Mengatahui bagaimana mendiagnosa gangguan tidur pada lanjut usia.
4. Mencegah terjadinya gangguan tidur pada lanjut usia.
4.1 Mengidentifikasikan depresi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tidur.
4.2 Menilai keseimbangan pola hidup dan aktivitas untuk menghindari terjadinya
gangguan tidur.
5. Mengetahui pendekatan diagnostik dan penatalaksanaan gangguan tidur.
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda sudah
akan dapat :
1. Mencegah terjadinya gangguan tidur pada lanjut usia.
2. Mencoba hal – hal lain selain obat – obatan yang dapat digunakan sebagai
penanggulangan gangguan tidur yang terjadi pada lanjut usia.
3. Memberi obat – obat yang sesuai dan tidak berlebihan.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
626
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
I.
PENDAHULUAN
Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting, karena tidur
mengendalikan irama kehidupan kita sehari-hari. Jika kita kurang tidur atau
mengalami gangguan dalam tidur, maka hari-hari kita akan menjadi lambat dan
kurang bergairah. Sebaliknya tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu
kita memiliki energi dan gairah dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Setiap
manusia menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari kehidupannya untuk
tidur. Menurut penelitian, hampir setiap manusia pernah mengalami masalah
tidur. Satu dari tiga orang dilaporkan mengalami gangguan tidur dan satu dari
sembilan orang memiliki masalah tidur yang cukup serius. Karena beberapa
masalah tidur dapat diatasi oleh individu yang bersangkutan dan yang lain
memerlukan bantuan dokter, maka self diagnosis (diagnosis diri) menjadi sangat
penting.
Tidur merupakan fenomena alamiah manusia yang mendasar dan
merupakan suatu kebutuhan tubuh untuk sementara waktu mengistirahatkan kerja
organ dan memperbaiki sel-sel jaringan yang rusak. Tidur juga bermanfaat bagi
otak untuk memperbaiki keseimbangan metabolisme kalori, mengatur
keseimbangan tubuh, memperbaiki imunitas tubuh dan mengkonsolidasikan
kembali fungsi kognitif dan emosi.
Definisi tidur yaitu suatu ketidaksadaran dimana orang dapat
dibangunkan dengan rangsang sensoris atau rangsang lain yang tepat.
Ketidaksadaran pada waktu tidur berbeda dengan ketidaksadaran pada waktu
anestesi yang dalam, ketidakaktivan total dari system aktivasi retikularis dalam
keadaan sakit (koma), dan kegiatan aktivasi retikularis yang berlebihan pada
epilepsi umum.
Tidur pada manusia juga dipengaruhi oleh faktor hormonal misalnya
kortisol. Hormon ini akan menurun pada sore hari menjelang malam, dimana
dibutuhkan tidur untuk mengembalikan ke kadar semula, yang akan dibutuhkan
pada pagi harinya agar seseorang dapat melakukan aktivitas selanjutnya.
Tidur yang baik membutuhkan total waktu tidur yang cukup seperti
halnya tidur yang sesuai dengan irama sirkadian (irama yang seirama dengan
rotasi bola dunia). Masalah pengaturan pola tidur pada usia lanjut biasanya
meliputi; sulit untuk tidur, tidur dalam yang sebentar, bangun terlalu pagi dan
total waktu tidur yang sedikit. Kebiasaan tidur yang buruk seperti waktu bangun
yang tidak teratur dan seringnya tertidur pada siang hari pada lanjut usia bisa
menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya insomnia. Minuman yang
mengandung caffeine dan alkohol bisa mempengaruhi pola tidur.
Faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur, dimana keluhan terhadap kualitas tidur berjalan seiring dengan
penambahan usia. Sebagian besar lanjut usia memiliki resiko gangguan tidur
yang disebut dyssomnia yang dapat terbagi menjadi bermacam gangguan dengan
penyebabnya dan juga parasomnia.
II.
EPIDEMIOLOGI
Wanita memiliki prevalensi yang tinggi terhadap gangguan tidur:
 Kesulitan tidur (> 65 tahun) .Pria 10 %, Wanita 18 %.
 Gangguan tidur sering terjadi pada pasien-pasien yang berada di rumah sakit
dan penghuni rumah perawatan.
 Pola tidur berubah seiring dengan usia, tetapi perubahan dapat ditandai
dengan perubahan fisik atau psikologi.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
627
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia

Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Lanjut usia yang menerima obat-obatan hipnotik yang tidak proporsional.
Comparison of Sleep Cycles in Young Adults and the Elderly
Gambar 1. Hypnograms memerlihatkan perbedaan karakter tidur pada orang muda dan
orang tua. Dibandingkan dengan orang muda, Orang tua cenderung memiliki onset tidur
yang lama, tidur yang terfragmentasi, bangun terlalu dini di pagi hari dan menurunnya
tidur tahap 3 dan 4.
III.
FISIOLOGI TIDUR
Tidur merupakan fenomena kehidupan yang berlangsung dalam suatu
siklus tidur bangun berupa irama sirkardian yang berlangsung dan diatur oleh
pusat sirkardian di Nucleus Supra Kiasmatikus yaitu daerah hipotalamus region
anteroventral, yang mempengaruhi siklus endokrin dan pola sikap secara
langsung dan tidak langsung. Pusat pengaturan irama tubuh ini akan
menterjemahkan rangsang cahaya yang diterima mata, sehingga timbul irama
terang dan gelap dalam tubuh manusia ( irama sirkardian ). Nucleus Supra
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
628
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Kiasmatikus akan mengirimkan sinyal ke badan pineal yang kemudian
memproduksi hormon Melatonin. Hormon ini hanya dikeluarkan pada saat gelap,
dan dikenal sebagai hormon pengatur waktu tubuh yang mengatur waktu tidur
dan bangun manusia.
Aktivitas otak selama tidur dapat direkam melalui gelombang otak pada
Elektroensephalogram (EEG), gerakan bola mata Elektrookulogram (EOG), dan
tonus otot pada Elektromiogram (EMG).
Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural
healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun
untuk menjaga keseimbangan metabolisma dan biokimiawi tubuh. Hal penting
yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak.
Jadi dengan memahami proses penurunan frekuensi gelombang otak,
kita dapat melihat bahwa tidur memiliki beberapa tahapan, mulai dari kondisi
relaksasi (gelombang alpha), tidur dengan mimpi (adanya REM – Rapid Eye
Movement) atau dalam kondisi kreatif yaitu gelombang theta, dan tidur lelap
tanpa mimpi pada frekuensi gelombang delta. Jika kita dapat mengatur frekuensi
gelombang otak kita sampai pada taraf gelombang delta, kita tidak memerlukan
waktu tidur yang panjang, tetapi tidur yang berkualitas yaitu lelap tanpa mimpi.
Jika kita sering berada dalam kondisi relaksasi, maka kita tidak memerlukan
banyak tidur. Ketegangan dan stress membuat kita membutuhkan banyak tidur,
namun justru dalam kondisi tersebut kita menjadi susah tidur.
Sadar : EEG rekaman menunjukan rekaman dengan gelombang yang
berfrekuensi 8-13 siklus per detik (spd), disebut juga sebagai gelombang alfa.
Adapun fase tidur normal dibagi 2 fase:
1. REM (Rapid Eye Movement) :
Tidur REM ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat, refleks tendon
yang melemah atau menghilang, tekanan darah dan pernapasan meningkat, dan
mimpi biasanya terjadi pada stadium ini.
2. NREM (Non Rapid Eye Movement) dibagi kedalam 4 tahap :
Tidur tahap 1
: EEG memperlihatkan gelombang bervoltase rendah,
berkurang gelombang alfa dan munculnya gelombang yang
berfrekuensi lebih lambat tanpa adanya gelombang tidur (
sleep spindle ).Pada tahap ini tonus otot berkurang, kelopak
mata menutup dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan
ke kiri.Tahap ini berlangsung 3-5 menit dan stimulus ringan
sudah dapat membangunkannya.
Tidur tahap 2
: Tidur memasuki tahap ke dua bilamana tampak gelombang
tidur (sleep spindle )pada EEG. Gelombang ini berupa
gelombang cepat bervoltase tinggi, frekuensi 14-18 spd
dengan latar belakang gelombang lambat(3-6 spd) bervoltase
rendah. Otot bola mata berhenti bergerak, tetapi tonus otot
tetap terpelihara.
Tidur tahap 3 dan 4 : EEG memperlihatkan gelombang delta yang berfrekuensi 12 spd dengan voltase tinggi. Gelombang delta pada tahap 4
lebih banyak dari pada tahap 3.
Keempat tahap tidur dilalui dalam 70 - 100 menit pertama setelah
seseorang mulai tidur. Pada tahap REM sebagian besar mimpi dapat diingat
kembali bila orang terbangun, sebaliknya pada tahap tidur Non-REM, hanya
sebagian kecil yang dapat diingat kembali. Selama tidur itu, tidur REM dan
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
629
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
NREM terjadi bergantian 4-6 kali. Jumlah tidur tahap 3, 4 dan REM makin
berkurang sesuai dengan makin meningkatnya usia. Pada lanjut usia, tidur REM
terbagi secara merata sepanjang malam dan tahap 3 dan 4 yang sangat pendek,
bahkan sering tidak ada sama sekali.
IV. PERUBAHAN TIDUR PADA USIA LANJUT
Dengan melanjutnya usia, tidur menjadi terfragmentasi dan efisiensi tidur
menjadi berkurang. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang dialami
oleh para lanjut usia adalah keadaan lama di tempat tidur namun lebih singkat
dalam keadaan tertidur. Hal ini yang paling mencolok dalam hubungan antara
usia dengan perubahan fisologi tidur adalah pengurangan jumlah dan amplitudo
dari tidur delta. Tidur REM tidak dipengaruhi usia. Meskipun lamanya periode
REM dapat menjadi lebih konstan selama malam hari. Meskipun lanjut usia tidak
memerlukan waktu lebih untuk tertidur, mereka lebih sering terbangun ditengahtengah tidurnya pada malam hari dan tetap terjaga untuk waktu yang lama.
Mereka mungkin banyak tertidur dengan waktu yang singkat, dalam sehari dan
lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan lingkungan.
Dari penelitian diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur
siklus tidur adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan non fotik,
demikian pula berubah peranan dari retina, nucleus suprakiasmatikum dari
hipotalamus, dan glandula pinealis yang berperan pada sirkardian tidur.
Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel
neuron, retraksi dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi
antar sel saraf, reaktivitas sel glia yang didasari adanya perubahan protein-protein
sitoskeletal dan penumpukkan protein seperti amiloid ekstraseluler, juga
perubahan pada sistem vaskuler yang mengalirkan darah di otak yang rentan
dengan proses aterosklerotik dan arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut usia
terjadi pengurangan jumlah tidur gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur
NREM ).
TABEL 1 Faktor Yang menyebabkan Gangguan tidur Pada lanjut Usia
Gangguan tidur Primer
Circadian rhythm disorder
Sleep apnea (obstructive, central or mixed)
Restless legs syndrome
Periodic limb movement disorder (nocturnal myoclonus)
REM-behavior disorder
Rasa Sakit karena sebab tertentu
Penyakit Neurologic (e.g., Parkinson's disease, Alzheimer's disease)
Penyakit Cardiovascular
Penyakit Gastrointestinal
Penyakit paru-paru
Gangguan Psychiatric (e.g., anxiety, depression, psychosis, dementia, delirium)
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
630
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Obat-obatan dan zat lain
Alcohol
Anticholinergics
Antidepressants
Antihypertensive agents
Caffeine
Corticosteroids
Diuretics
Herbal remedies
Histamine H2 blockers
Levodopa
Nicotine
Sympathomimetics
Kebiasaan tidur yang Buruk
V. GANGGUAN TIDUR PADA LANJUT USIA
Seperti yang sudah diituliskan sebelumnya bahwa, gangguan tidur pada lanjut
usia dapat terjadi secara primer yang contohnya adalah gangguan tidur akibat sulit
bernapas (Obstruktif Apneu Sleep Disorder) dan kebanyakan berhubungan dengan
masalah medis dan kejiwaan atau karena penggunaan dan penyalahgunaan obat
tertentu. Gangguan tidur yang dapat ditemukan pada lanjut usia adalah :
1. Dyssomnia
A. Insomnia
Adalah ketidakmampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau untuk
mempertahankan keadaan tidur dan biasanya sekunder akibat stress
psikologis, gangguan neurologi tertentu, pengguanaan substansi atau zat
tertentu dan penyakit medis.
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita
dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara
terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau
selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali
penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat
kembali tidur. Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep
onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance
insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early
awakening insomnia). Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga
jenis gangguan tidur ini.
Dalam penelitian dilaporkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 15
persen dari total populasi mengalami gangguan insomnia yang cukup serius.
Gangguan tidur insomnia merupakan gangguan yang belum serius jika anda
alami kurang dari sepuluh hari. Untuk mengatasi gangguan ini kita dapat
menggunakan teknik-teknik relaksasi dan pemrograman bawah sadar.
Yang penting kita harus dapat menjaga keseimbangan frekuensi
gelombang otak agar sesering mungkin berada dalam kondisi relaks dan
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
631
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
meditatif sehingga saat kita harus tidur kita tidak mengalami kesulitan untuk
menurunkan gelombang otak ke frekuensi delta.
Insomnia berdasarkan penyebab :
- Insomnia Psikofisiologi
Merupakan insomnia yang menetap yang disebabkan oleh kondisi psikologi
atau kejiwaan. Selama periode sementara insomnia, pasien membiasakan
diri dengan kesulitan tidurnya, dan ini merupakan bentuk dari anggapan
yang memenuhi diri mereka yang merasa cemas bahwa waktu tidur
merupakan siksaan berat atau cobaan dibandingkan istirahat.
- Gangguan Neuropsikiatri
Depresi dan kecemasan biasa terjadi pada pasien lanjut usia yang
mengalami kesulitan tidur. Depresi sering berhubungan dengan pola
terbangun pada tengah malam atau bangun terlalu pagi, meskipun pasien
dengan fase depresi dari gangguan tidur bipolar (penyakit manik depresi)
dapat juga mengalami tidur yang berlebihan. Kecemasan biasanya
berhubungan dengan kesulitan untuk memulai tidur. Dari berbagai
penyebab, gangguan tidur juga dapat terjadi sekunder akibat ganngguan
sistem saraf pusat. Insomnia sering disertai demensia multi infark,
Alzheimer, delirium, dan demensia lainnya. Meskipun penurunan fungsi
yang dihubungkan dengan kondisi ini ringan, perpindahan kedalam
lingkungan baru seperti Rumah Sakit atau Rumah Perawatan dapat
menimbulkan disorientasi. Pada malam hari saat sedikit yang dapat dilihat,
pasien dapat mengalami disorientasi dan agitasi (sun downing). Merupakan
hal yang terpenting lainnya adalah menyingkirkan sebab-sebab metabolic
atau toksik seperti infeksi atau uremia.
- Gangguan medis
Adanya gejala – gejala yang berhubungan dengan gangguan medis yang
dapat mengganggu tidur pada lanjut usia. Penyakit kronik yang disebabkan
proses degeneratif atau rheumatoid arthritis adalah sebab yang biasa
menyebabkan pasien terbangun saat tidur. Penyakit jantung Kongestif
(CHF), Asma dan COPD dapat menyebabkan pasien sesak dan terbangun
pada malam hari (nocturnal dyspnea), Makroglosia yang berhubungan
dengan Hipertiroid juga dapat mempengaruhi nafas pada malam hari
melalui obstruksi atau sumbatan saluran nafas bagian atas, dan sakit kencing
manis yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi tidur karena
seringnya buang air kecil pada malam hari
- Penggunaan obat-obatan, alkohol, dan zat lain
Meskipun tidak terduga, alkohol, kafein dan obat-obatan sering
menimbulkan insomnia. Walaupun minuman beralkohol sering digunakan
untuk merangsang tidur, waktu paruh yang pendek dapat menyebabkan
seseorang terbangun pada malam hari. Pasien dengan alkoholik kronis
sering merasakan insomnia selama berbulan-bulan walaupun telah mencapai
keadaan tidak mabuk yang menyebabkan mengganti alkohol dengan agen
sedative lain. Pasien-pasien yang menerima pengobatan sedatif atau obatobatan hipnotik untuk periode waktu tertentu , merasakan bahwa mereka
tidak dapat tidur tanpa obat tersebut bahkan cenderung untuk menambah
dosis obat. Hal ini merupakan masalah toleransi yang akan lebih bermasalah
pada obat yang sudah lama ditemukan seperti barbiturate, gluthethymide
(doriden), metyprylon (noludar), dan ethchlorvinol (ploacydil) jika
dibandingkan dengan benzodiazepine yang baru. Walaupun demikian masih
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
632
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
banyak pasien menggunakan obat-obat tersebut. Penghentian penggunaan
obat-obatan secara bertahap penting untuk memperbaiki tidur, tetapi tetap
diperlukan perawatan untuk menghindari delirium atau serangan. Insomnia
dapat juga berhubungan dengan penggunaan obat psikostimulan , seperti
amphetamine atau methylphenidate , setara dengan penggunaan minuman
yang mengandung kafein , seperti kopi. Penentuan pengobatan dapat
mempengaruhi tidur . Theophyline dan obat serupa yang digunakan untuk
mengobati penyakit pernafasan juga dapat merangsang dan pasien dengan
gangguan pernafasan dapat dengan mudah menggunkan obat– obatan
inhalasi secara berlebih. Beberapa obat psikiatri seperti antidepresan
trisiklik protritypiline (Vivictyl), monoamine oksidase inhibitor
seperti phenelzine (Nardil) dan tranylcypromine (parnate) dan agen – agen
baru seperti antidepresan fluoxetine (Prozac) dan bupropion (Wellbutrin)
dapat disebabkan insomnia bila diminum terlalu dekat dengan waktu tidur.
Agen antipsikotik seperti haloperidol (Haldol) dapat merangsang akathisia
(kegelisahan motorik) dan membuat sulit tidur.
Insomnia berdasarkan waktu :
 Transient insomnia : episode tunggal yang berlangsung satu atau
beberapa malam (sering berhubungan dengan stress), bisa dikarenakan
suatu stress atau suatu situasi penuh stress yang berlangsung untuk waktu
yang tidak terlalu lama
 Short – term insomnia : Berlangsung beberapa hari sampai tiga minggu
(berhubungan dengan stress berkepanjangan), terjadi pada mereka yang
mengalami stress situasional ( kehilangan atau kematian yang dekat,
perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, lingkungan yang berbeda
dari biasanya, adanya penyakit fisik dan lain sebagainya)
 Long term atau khronik insomnia : berlangsung bulanan atau tahunan (
sering berhubungan dengan medis , gangguan kejiwaan atau gangguan
tidur primer )
B. Hipersomnia
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita
dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia
membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun
penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih
dan lesu sepanjang hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan
dapat diatasi sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip
manajemen diri
Penyebab Hipersomnia antara lain :
1. Kondisi medis : Penyakit keturunan ( genetik), menstruasi, kondisi
metabolik atau toksik, encephalitis condition (peradangan atau infeksi
jaringan otak), pengobatan dengan suatu depresan ( zat yang berfungsi
menekan fungsi tubuh atau saraf), efek alkohol, keadaan putus rangsang (
kokain , ekstasi , metamfetamin ) , keadaan kurang atau tidur tidak
berkualitas .
2. Kondisi kejiwaan : depresi ( sebagian ) , reaksi menghindar , gangguan
irama sirkadian .
Kondisi ini biasanya bercampur dengan gangguan tidur yang primer
tetapi dapat juga berhubungan dengan lsi disusunan saraf pusat (seperti
tumor , dan kelainan pembuluh darah) , penyakit paru – paru , atau
penggunan zat tertentu . Hipersomnia primer biasanya bermula pada
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
633
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
masa remaja atau masa dewasa muda , dan meskipun tidur sebentar –
sebentar merupakan hal yang biasa pada dewasa tua , hipersomnia biasa
terjadi .
C. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan
Bentuk yang paling sering adalah obstructive sleep apnea , Apnea
merupakan salah satu gangguan tidur yang cukup serius. Lebih dari 5 juta
penduduk Amerika Serikat mengalami gangguan ini. Faktor risiko terkena
gangguan ini antara lain: kelebihan berat badan (overweight), usia paruh baya
(terutama pada wanita), atau usia lanjut yang pernah mengalami
ketergantungan obat. Apnea adalah penyakit yang disebut juga”to fall asleep
at the wheel” karena sering dialami ketika penderita sedang mengemudikan
mobil. Apnea terjadi karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari
denyut jantung dan tekanan darah. Ketika terserang, penderita seketika
merasa mengantuk dan jatuh tertidur. Penderita apnea mengalami kesulitan
bernafas yang merupakan akibat dari kolapsnya jaringan palatum lunak,
obstruksi parsial jalan pernafasan dan peningkatan tahanan jalan napas.
Obesitas dan hipertensi dapat menyebabkan kondisi seperti ini. Pasien
dengan COPD dapat memperlihatkan kesulitan bernapas saat tidur bernafas
saat tidur. Apneu yang bersifat sentral relative jarang terjadi dan dapat terjadi
pada saat obstructive sleep apnea ( campuran sleep apnea ) .
D. Dyssomnia lain
Seperti pergerakan kaki yang periodik dan berulang , gerakan
menyentak dari ekstremitas bagian bawah (nocturnal myoclinus) selama tidur
, lebih sering terjadi pada usia lanjut usia dan berhubungan dengan tidur
siang. Meskipun penyebabnya biasanya tidak diketahui , antidepresan
trisiklik dan perhentian pemberian obat – obatan sedatif dapat menjadi
penyebab pada beberapa pasien yaitu syndrome neurologik idiopathic yang
dapat dipengaruhi oleh clonazepam . Dan dapat juga terjadi Restless leg
Syndrome pada beberapa pasien, yaitu sindroma neurologist idiopatik yang
dapat di pengaruhi oleh Klonazepam.
E. Narkolepsi
Adalah suatu gangguan idiopatik karena aktivitas dari tingkat REM
yang berlebihan . Narcolepsy adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh
gangguan psikologis dan hanya bisa disembuhkan melalui bantuan
pengobatan dari seorang dokter ahli jiwa. Penyakit ini berbeda dengan
insomnia yang terjadi secara terus menerus. Justru penderita narcolepsy ini
terkena serangan secara mendadak pada saat yang tidak tepat, seperti sedang
memimpin rapat – biasanya terjadi serangan pada kondisi emosi yang tegang
seperti: marah, takut atau jatuh cinta. Serangan narkolepsi dapat
melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih sadar dan
secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi.
Meskipun onset biasanya pada dekade kedua dari kehidupan , kondisi
ini kadang – kadang dapat ditemukan pada lanjut usia. Narkolepsi terdiri dari
serangan - serangan mengantuk terkadang disertai salah satu gejala dari
ketiga gejala ini :
1. Katapleksi
2. Paralisis tidur
3. Halusinasi hipnogogik
Lamanya serangan bervariasi dari beberapa detik hingga 15 – 30 menit.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
634
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Katapleksi terdiri dari hilangnya tonus secara episodik, mendadak
dan lengkap sehingga pasien dapat terjatuh tanpa kehilangan kesadaran.
Bentuk yang lebih ringan dapat menyerang bagian – bagian dari tubuh
misalnya, lunglai ada lutut. Katapleksi berlangsung beberapa detik hingga
menit dan dapat dicetuskan oleh emosi yang kuat.
Paralisis Tidur adalah suatu keadaandimana terjadi kehilangan tonus
otot sementara. Keadaan ini terjadi antara waktu tidur dan terjaga, dan pasien
biasanya tidak mampu bergerak.
Halusinasi Hipnogogik adalah halusinasi visual atau auditorik antara
waktu tidur dan jaga. Halusinasi ini khusus timbul saat seseorang mulai
terlelap dan berlangsung singkat yaitu beberapa detik hingga menit.
F. Gangguan ritme sirkadian tidur
Pasien lanjut usia memiliki lebih banyak kesulitan beradaptasi
dengan perubahan zona waktunya , seperti mereka yang baru melakukan
perjalan (jetlag) , dan mereka yang mengalami perubahan dalam giliran kerja
. Pasien lanjut usia dapat memperburuk gangguan fase tidur , yang ditandai
dengan rasa kantuk yang terlalu dini pada malam hari dan terbangun terlalu
cepat pada pagi hari. Gangguan fase tidur yang berat sering kali dapat diakali
dengan memajukan waktu tidur satu jam didepan setiap malam berturut –
turut sampai siklus bangun tidur didapatkan kembali.
2. Parasomnia
Gangguan perilaku tidur REM terjadi paling sering pada pasien lanjut usia
. Aktivitas motorik seperti berlari atau menendang dapat terjadi selama mimpi ,
meskipun atonia biasanya berhubungan dengan tingkat tidur REM. Keadaan
seperti perlukaan oleh yang tajam dapat berhubungan dengan prilaku rumit yang
dapat menyerupai berjalan saat tidur (Somnambulisme) terjadi akibat aktivitas
REM yang berlebihan. Penatalaksanaan dari somnambulisme dapat termasuk
memindahkan objek yang berbahaya dari area tempat tidur atau dengan obatobatan penekan REM seperti MAO , antidepresan trisiklik dan sedative ( seperti
clonazepam dan benzodiazepine ) telah dianggap sebagai terapi , tapi agen ini
dapat berresiko pada lanjut usia atau pada individu yang lemah . Tidur berjalan ,
terror saat tidur , dan ngompol terjadi dalam tidur selama 3 malam hari pertama
tapi tidak biasa terjadi pada lanjut usia.
VI. DIAGNOSIS
Faktor – faktor yang harus menjadi pertimbangan pada waktu mengevaluasi
mengenai gangguan tidur pada orang tua.
Apakah pasien mengeluh tidur yang berlebihan, ketiakmampuan untuk tertidur pada
waktu jam tidur, Bangun yang terlalu dini atau kombinasi dari gejala-gejala diatas?
Apakah total waktu tidur tidak cukup dan apakah percobaan tidur pada waktunya
tidak sinkronise dengan irama sirkardian ?
Apakah stressor atau factor lingkungan, Seperti suara anjing, bunyi telepon, terlalu
terang atau suhu yang tidak nyaman di kamar tidur?
Apakah terapi yang digunakan atau gangguan psikiatrik apa menyebabkan
gangguan tidur?
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
635
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Apakah efek sedative dan efek stimulasi dari kafein dan alcohol dapat menyebabkan
gangguan tidur?
Apakah pasien memiliki gangguan tidur primer, seperti sleep apnea, restless legs
sindrom atau periodik limb movements?
Apakah kebiasaan tidur yang buruk , seperti terlalu banyak aktivitas sebelum tidur,
waktu bangun yang tidak teratur dan seringnya tidur di siang hari memperburuk
gangguan tidur?
Hal lain yang bisa menjadi dasar diagnosis :
1. Riwayat
a. Riwayat tidur
Membiarkan pasien memiliki sleep diary selama 2 minggu, merupakan cara
yang berguna untuk mengetahui informasi:
- Waktu spesifik saat tidur dan saat bangun, dan apakah ada perubahan
pola yang terjadi.
- Waktu dan frekuensi dari keluhan ( seperti terbangun pada malam hari,
tidur siang, narkolepsi, paralisis tidur)
- Waktu yang dihabiskan dalam keadaan sadar dalam sehari.
- Penggunaan alcohol, tembakau, minuman mengandung kafein, dan obatobatan, perlu diketahui sebagai pemeriksaan.
- Mengantuk di siang hari, yang dapat mencerminkan sleep apnea pada
orang dengan riwayat insomnia (-).
- Mendengkur, nafas terngangga (diduga sleep apnea) atau gerakan fisik
yang tidak biasa selama tidur (diduga gerak myoclonic). Pasien dapat
tidak menyadari adanya riwayat ini; perlu ditanyakan pada teman tidur.
- Faktor yang mempercepat, seperti rasa, gangguan dan penggunaan obat
atau alkohol.
b. Riwayat psikiatri
Karena banyaknya gangguan tidur yang behubungan dengan atau memiliki
komponen psikiatri, dokter harus menanyakan tentang kecemasan atau
depresi, terapi psikiatri sebelumnya, riwayat keluarga dengan gangguan tidur
atau perubahan personalitas kepribadian sekarang (dapat terjadi
hipersomnia). Dalam hal ini, respon keluarga terhadap gangguan tidur perlu
diperhatikan.
c. Riwayat pengobatan
Gejala yang berhubungan dengan kardiovaskuler, pernafasan, otot
rangka dan gangguan endokrin yang dapat mempengaruhi tidur seperti
diindikasikan di bawah ini :
1. Kardiovaskular
Riwayat sesak di malam hari, sakit dada atau berdebar-debar
menimbulkan dugaan bahwa insomnia berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular.
2. Paru-Paru
Batuk menetap, wheezing, dan rasa tidak nyaman yang disebabkan
retensi CO2 dan hipoksia (seperti pada COPD) dapat menimbulkan
insomnia pada pasien lanjut usia. Sleep Apnea kadang-kadang
berhubungan dengan penyakit paru kronik.
3. Otot Rangka
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
636
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Rasa sakit disebabkan penyakit sendi dapat mencetuskan kesulitan tidur
atau dapat membangunkan pasien di malam hari. Pasien lanjut usia dapat
mengalami kram kaki pada malam hari yang mengganggu tidur.
4. Endokrin
Agitasi berhubungan dengan hipertiroid atau seringnya kencing malam
hari akibat control yang kurang baik dari DM (disfungsi kandung kemih
yang berhubungan dengan DM) dapat menyebabkan Insomnia.
5. Susunan Saraf Pusat
Pasien dan keluarganya harus ditanya tentang kehilangan memori atau
perburukan penilaian untuk mengidentifikasi demensia awal sebagai
sebab insomnia.
2. Pemeriksaan Fisik
Perhatian khusus harus dilakukan pada pasien-pasien dengan gangguan
pernapasan, kardiovaskuler dan gangguan Endokrin.
a. Pemeriksaan Psikiatri
Pasien perlu diperiksa untuk tanda-tanda depresi, kecemasan, dan gangguan
pikiran. Depresi serius yang terjadi dan menetap dalam bentuk kesedihan,
diduga disebabkan oleh 4 atau lebih hal yang disebutkan, yaitu: gangguan
tidur (biasanya insomnia, jarang hipersomnia), kehilangan minat, kondisi
menyalahkan diri sendiri yang berlebihan, penurunan energi, ketidak
mampuan berkonsentrasi, pengurangan selera makan, kemunduran
psikomotor, ide-ide bunuh diri.
b. Pemeriksaan Medis
1. Penyakit Kardiovaskular
Tanda-tanda seperti udem perifer, pembesaran jantung, pulmonary rates
dan pulsasi yang tidak teratur dapat merupakan indikasi bahwa penyakit
jantung menyebabkan insomnia.
2. Penyakit pernapasan
Bukti adanya obstruksi jalan napas yang kronik (sianosis pemanjangan
fase ekspirasi, wheezing, barrel chest, nail clubbing) dapat menyebabkan
insomnia atau sleep apnea.
3. Penyakit otot rangka
Yang ditandai dengan bengkak, lunak dan sakit pada pergelangan sendi.
4. Penyakit endokrin
Dapat ditandai dengan pulsasi yang cepat dan kulit yang kering yang
merupakan bentuk hipertiroid. Kencing manis dapat diduga dengan
adanya perubahan pada retina atau bukti adanya neuropati.
5. Demensia atau gangguan neurologist sentral
Dapat memberi kesan dengan bukti adanya kekurangan memori,
kemunduran penilaian dan kemunduran dalam mengemukakan hal yang
abstrak. Screening test yang berguna adalah MMSE (Mini Mental State
Examination)
.
VII. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan insomnia :
Tujuan penatalaksanaan pada pasien insomnia :
- Menghentikan ketergantungan obat tidur.
- Meningkatkan pelaksanaan hygiene tidur.
- Memperbaiki gangguan tidur spesifik, contohnya :
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
637
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
# Nocturnal myoklonus
# Obstruktif sleep apnea
# Central sleep apnea
- Memperbaiki keadaan yang menganggu tidur.
- Memonitor respon terapi secara obyektif.
Populasi lanjut usia merupakan kelompok terbesar dalam menggunakan obat
hipnotik untuk mengatasi masalah-masalah mereka. Seharusnya tindakan
penggunaan obat tidak digunakan sebagai usaha terakhir tetapi terapi
nonfarmakologis harus didahulukan terlebih dahulu sebelum terapi farmakologis.
A. Terapi Non Farmakologis
Prinsip yang paling penting dalam mengatasi insomnia adalah dengan
memikirkan pil tidur sebagai usaha terakhir.
Tujuan tindakan farmakologis ini adalah memperkuat hubungan antara tidur
dan waktu yang dihabiskan di tempat tidur, dan mengurangi aktifitas yang
tidak berhubungan dengan tidur, seperti rasa khawatir.
Tujuan ini dapat dicapai dengan memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
 Pola tidur
- Mempertahankan pola tidur secara tertidur, dimana bangun dan tidur
secara teratur
- Memperhatikan waktu tidur secara teratur
- Memperpendek watu mengantuk
 Lingkungan
- Dipertahankan suhu yang nyaman dan bebas dari suara-suara
mengganggu atau berisik, dengan penerangan yang cukup dan tidak
mengganggu mata, ataupun gelap, juga dalam lingkungan yang
bersih.
- Tempat tidur juga merupakan salah satu bagian penting. Banyak orang yang menggunakan kasur yang terlalu lunak dan tidak nyaman
sehinggga mempengaruhi tidur mereka. Kasur dipilih sesuai agar
kenyamanan tidur tidak terganggu
- Pergunakan bantal alas kepala yang sesuai dan nyaman untuk tidur.
- Pakaian tidur dipilih yang bersih dan nyaman dipakai.
 Aktivitas
- Pasien harus diberitahukan bahwa saat mereka berbaring dalam
keadaan sadar selama lebih dari 30 menit, mereka harus
meninggalkan kamar, melakukan aktivitas lain diluar kamar sampai
merasa lelah, lalu kembali ke tempat tidur. Jika pasien cenderung
berbaring dan bangun untuk periode waktu yang lama, mereka harus
mengatur jadwal untuk pergi tidur lebih lambat (lebih malam).
- Jangan membaca atau menonton televisi di tempat tidur (atau
melakukan aktivitas lainnya di tempat tidur selain untuk untuk tidur).
- Olah raga setiap hari tapi jangan sebelum tidur
- Dokter perlu membantu dalam pelaksanaan suatu jadwal siang dan
malam yang teratur. Jadwal ini sebaiknya memungkinkan pasien
untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur di siang hari dan cukup
waktu unmtuk rileks setelah beraktivitas sebelum beristirahat.
Menjelang tidur aktivitas mental perlu dihindari.
 Sumber makanan penunjang , seperti Vitamin B12 , Asam folat , dsb.
 Cairan , obat-obatan dan latihan
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
638
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
-
-
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Hygiene tidur yang baik juga termasuk menghindari berkemih pada
malam hari dengan membatasi pemasukan cairan pada waktu yang
dekat dengan waktu tidur.
Latihan fisik yang teratur setiap hari memperbaiki tidur dan
meningkat pelepasan growth hormone dimalam hari.
Hindari minuman yang merangsang seperti teh , kopi , dan minuman
cola harus dihindari dimalam hari setelah pukul 6 sore
Segelas susu hangat sebelum tidur merupakan pengobatan
tradisional, ataupun mandi air hangat atau pijat dapat membantu
relaksasi untuk mempermudah tidur.
B. Terapi Farmakologis
Hipnotik
Pada pemakaian pertama obat hipnotik , memang cenderung mengurangi
jeda- jeda pemutus tidur dan memungkinkan orang untuk lebih cepat jatuh
tertidur lebih lama . Kebanyakan obat- obatan hipnotik mengurangi tidur
REM.
 Alkohol
Telah lama dikenal berfungsi sebagai hipnotik tua yang selektif
bila diminum dalam jumlah yang tidak banyak , akan tetapi bila berlebih,
maka alkohol akan menginduksi tidur , namun kemudian dapat
menyebabkan gangguan pada tidur.
 L- Triptofan
Merupakan asam amino alamiah yang terdapat dalam susu ,
daging , dan beberapa sayur hijau . terdapat beberapa bukti bahwa LTriptofan dapat menginduksi tidur bila diminum dalam dosis 1 gram
dimalam hari.
 Benzodiazepin
Dalam pemberian Benzodiazepin harus dapat diresepkan dalam
jumlah kecil (misalnya jumlah yang cukup untuk pemberian minggu saja
untuk setiap kali pemberian), dan pengulangan resep harus dihindari .
Pasien harus diingatkan agar supaya berhati – hati dalam beraktivitas
sehari – hari seperti menyetir , dan lain sebagainya agar tidak
membahayakan dirinya sendiri . Berikan dosis efektif yang sekecil
mungkin . Benzodiazepin tidak akan mempengaruhi gangguan emosional
dasar yang menyertai insomnia kronis.
Golongan ini akan mengganggu pertimbangan social , gampang agresif
dan resiko bunuh diri meningkat. Obat – obatan ini di metabolisme dihati
dan beberapa diantaranya menghasilkan metabolit – metabolit aktif yang
ekskresinya dari tubuh lebih lambat dibanding dengan senyawa asalnya.
Semua obat ini perlu digunakan secara hati – hati apabila pasien memiliki
gangguan pada fungsi hati, khususnya obat- obatan yang mengalami
oksidasi.
Pada lanjut usia metabolisme Benzodiazepin berlangsung lebih lambat
dan perlahan dan metabolit yang terkonjugasi di ekskresi lebih lambat
karena penurunan fungsi ginjal dengan pertambahan usia . Dengan
demikian , efek obat ini akan lebih nyata pada lanjut usia . Pada
pemberian hipnotik ini sebaiknya diberikan saat perut dalam keadaan
kosong , karena adanya makanan akan memperlambat absorbsi. Keluhan
utama sindrom putus obat adalah kecemasan , depresi, perubahan
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
639
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
persepsi , perasaan depersonalisasi dan nausea. Insomnia sering terjadi
suatau gejala akibat putus obat.
Diazepam 5 – 30 mg
Obat ini baik diberikan pada dosis tunggal dimalam hari sebelum
tidur. Metabolit utamanya , dismentil diazepam , mempunyai waktu
paruh yang panjang . Hal ini membuat diazepam terutama bermanfaat
pada insomnia yang disebabkan oleh neurosis cemas . Dapat pula terjadi
perasaan melayang saat bangun tidur setelah mabuk pada malam
sebelumnya (hangover)
Klorazepat dikalium
Diubah menjadi dismentil diazepam oleh pH lambung yang asam
, dan ini dapat dihindari terjadinya hangover pada mereka yang
cenderung mengalaminya bila minum diazepam.
Triazolam
Dengan dosis 0, 125 mg menjelang tidur , atau Temazepam 5 –
15 mg menjelang tidur bermanfaat sebagai hipnotik kerja singkat. Dari
kasus- kasus yang mengeluh sulit tidur , maka triazolam merupakan obat
yang paling efektif . Cara lain pemakaian benzodiazepine kerja singkat
dengan cara memberikan pada saat pasien terbangun ditengah malam .
Karena efeknya berlansung singkat , maka memungkinkan tambahan
tidur selama 2- 4 jam.
 Klonazepam
Dosis yang diberikan 0, 252 mg menjelang tidur , mengatasi
mioklonus malam hari.
 Flurazepam
Secara eksklusif didasarkan sebagai obat untuk mengatasi
insomnia . Hasil dari uji klinis terkontrol telah menunjukan bahwa
flurazepam mengurangi secara bermakna waktu induksi tidur, jumlah dan
lama terbangun selama tidur, maupun lamanya tidur . Mula – mula efek
hipnotik rata- rata 17 menit setelah pemberian obat secara oral dan
berakhirnya hingga 8 jam . Efek residu sedasi disiang hari terjadi pada
sebagian besar penderita , untuk metabolik aktifnya yang masa kerjanya
panjang , karena obat itu obat ini cocok untuk pengobatan insomnia
jangka panjang dan jangka pendek disertai gejala anxietas di siang hari.
Efek sampai pusing , vertigo , ataksia , dan gangguan keseimbangan
terutama pada lanjut usia dan penderita yang keadaannya lemas.
Flurazepam dikontraindikasikan pada wanita hamil . Penderita juga perlu
diperingatkan terhadap kemungkinan efek adiktif oleh alkohol sehari
setelah pemberian flurazepam. Dosis oral untuk induksi tidur dewasa 30
mg pada waktu tidur ( bagi beberapa penderita cukup 15 mg , pada lanjut
usia dan penderita yang keadaanya lemas 15 mg ).
 Flurazepam dan Nitrazepam
Sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan akumulasi dalam
tubuh , metabolik aktif , dan aktivitas di siang hari
Obat-obat jenis lain :
a) Amitriptilin, doksepin, dotiepin atau nianserin, cocok diberikan kepada
insomnia yang disertai depresi. Semua obat golongan ini tergolong
sedative. Efek samping pada jantung mungkin tidak diharapakan pada
kelompok usia pertengahan dan lanjut usia.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
640
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
b) Kloralhidrat 500-2000 mg di malam hari merupakan hipnotik yang
popular, efektif dan terjangkau harganya. Obat ini terutama bermanfaat
pada lanjut usia karena kecil potensinya untuk terjadi ketergantungan
fisik atau psikis. Kloralhidrat tidak menyebabkan perasaan kacau dan
hanya sedikit mempengaruhi siklus tidur. Bekerja dalam waktu 30 menit
dan efeknya berlangsung hingga 8 jam. Dimetabolisme oleh hati dan
diekskresi oleh ginjal, sehingga tidak boleh digunakan pada penyakit hati
dan ginjal. Dapat terjadi gastrirtis dan ruam kulit. Obat ini
dikontraindikasikan pada penderita gastritis dan tukak peptic.
c) Klormetizol edisilat 500-1000 mg di malam hari, bermanfaat pada lanjut
usia, terutam mereka yang menderita demensia dan gangguan tidur.
Merupakan suatu derivate vitamin B12 dan memiliki efek sedative,
hipnotik dan anti konvulsan. Dapat timbul sakit kepala, bersin-bersin,
iritasi mata, dan ganguan lambung. Gangguan fungsi hati merupakan
suatu factor resiko keracunan obat ini.
Obat-obat yang mempunyai rantai samping alifatik (misalnya
Chlorpromazine, promazine, dan rifluopromazine) adalah yang paling
sedative. Golongan piperazine bersifat sedative ringan, sedangkan golongan
piperidin memiliki efektivitas sedative intermediate.
- Klorpromazine dan tioridazine merupakan sedative fenotiazine yang
cocok untuk kasus insomnia yang menyertai psikosis.
- Haloperidol 1-3 mg peroral sekali atau dua kali sehari atau 1-5 mg di
malam hari dapat mengendalikan perasaan kacau yang dialami pada
siang hari dan ganguan yang berkaitan dengan salah persepsi pada malam
hari.
- Klorpromazine 25-30 mg peroral di malam hari, secara tunggal atau
secara bersamaan dengan benzodiazepine dapat digunakan pada kasus
insomnia yang menyertai penyakit terminal.
Barbiturat
Barbiturat merupakan golongan anti depresan otak secara umum dan
kurang dibandingkan dengan golongan enotiazin dan benzodiazepine. Reaksi
paradoks pada lanjut usia yang disertai agresi, agitasi, atau yang serupa itu
sering terjadi. Barbiturat kini tidak lagi dipakai sebagai hipnotik karena
kecenderungan menimbulkan ketergantungan baik psikis maupun fisik,
banyaknya interaksi obat yang ditimbulkannya induksi enzim-enzim hati dan
bahanya bila ditelan dalam dosis berlebih.
Antihistamin
Antihistamin seperti klorpheniramin (benadryl) dapat merupakan
hipnotik yang efektif untuk beberapa pasien, tetapi efek anti kolinergiknya
dapat menyebabkan kebingungan pada usia lanjut.
Beberapa antihistamin yang memberikan efek sedatif (antihistamin generasi
I) :
 Alkylamines
: Brompheniramine, Chlorpheniramine, Pheniramine,
Deklorpheniramine, Dimethidine.
 Ethanolamines : Carbinoxamine, Clemastine, Diphenhidramine.
 Phenotiazine
: Mequitazine, promethazine
 Piperazine
: Homochlorcyclizine, Hidroxyzine (Iterax), Meclizine,
Oxatomide.
 Piperidine
: Cyproheptadine, phenindamine, Piprinhydrinate
Azatadine
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
641
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
2. Sindroma Apneu Tidur
o Pengobatan penderita sindroma apneu tidur bersifat mendesak karena ada
resiko kematian mendadak.
o Perlu dilakukan observasi tidur selama 24 jam, wawancara dengan partner
tidurnya dan pemeriksaan polisomnografi.
o Tindakan yang perludilakukan adalah dengan meningkatkan tekanan aliran
udara yang terus menerus (CPAP-Continuous Positive Airway Pressure)
o Dapat pula dilakukan pembedahan
o Jika pasien gemuk, maka perlu menurunkan berat badan yang dengan
sendirinya akan memecahkan persoalan.
o Asupan alcohol atau obat-obatan yang berlebihan harus dihentikan.
o Pemberian sedative, termasuk premedikasi dan anesthesia umum berbahaya
pada kasus-kasus ini dan perlu dilakukan pengawasan ketat.
o Medroksiprogesteron asetat 20 mg peroral tioap 8 jam merupakan suatu
perangsang pernapasan dan memperbaiki gejala-gejala sindroma ini. Obat ini
bekerja dengan merangsang pernapasan sentral.
o Protriptilin 20-30 mg peroral di malam hari, dapat mengurangi banyaknya
episode apneu. Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah tidur REM, yaitu
saat –saat dimana terjadi periode apneu yang paling berat dan juga dapat
mengubah aktivitas otot pernapasan.
3. Narkolepsi
 Tidur siang secara teratur dan tidur malam yang lebih panjang dapat
membantu mencegah serangan tidur di siang hari dan sedikitnya mengurangi
frekuensinya.
 Psikoterapi individual atau kelompok baik dari pasien atau keluarga yang
dapat membantu dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyakit dan kecacatannya.
 Untuk mengatasi berbagai aspek yang berbeda dari sindroma ini diperlukan
pengobatan yang berbeda pula. Kebanyakan penderita mengeluh bahwa
serangan tidur di siang hari adalah yang paling menggangu dalam hidup
mereka.
 Kafeine, ephedrine dan antikonvulsan tidak memiliki tempat dalam
pengobatan narkolepsi.
 Metilfenidat 80 mg / per hari peroral dapat digunakan untuk mengatasi rasa
mengantuk di siang hari. Dosis awal biasanya 5 mg per oral pada jam 8, 12,
dan jam 4 sore. Obat ini memiliki masa kerja yang singkat. Absorpsinya
berkurang oleh makanan, oleh karena itu harus diberikan 1 jam sebelum atau
sesudah makan.
 Imipramin 10 – 25 mg dalam dosis terbagi selama siang hari, digunakan
untuk mengatasi gejala Narkolepsi lainnya. Dosis rendah lebih efektif untuk
katapleksi dari pada untuk pengobatan depresi.
 Pemberian bersama Metilfenidat dan Imipramin dapat digunakan untuk
mengatasi serangan tidur dan gejala-gejala penyertanya.
 Fenelzin dipakai untuk pengobatan narkolepsi yang resisten dan mengatasi
semua gejala pada gangguan ini.
 Protriptiline diberikan sebagai dosis tunggal sebelum tidur.
 Propanolol 240 – 480 mg / hari peroral efektif mengatasi serangan tidur
pada narkolepsi.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
642
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
4. Transient Insomnia
Mungkin tidak diperlukan obat, akan tetapi apabila pasien memerlukan nya dapat
diberikan derivat benzodiazepine yang bekerja cepat seperti Triazolam dan
Lorazepam, yang juga cepat hilang dari tubuh. Pasien cukup diberi pil saja, sering
tidak perlu diobati sampai seminggu.
5. Short Term Insomnia
Sebagai pengobatan dapat diberikan derivat benzodiazepine yang bekerja cepat.
Biasanya pengobatan tidak lebih dari 3 minggu.
6. Long term Insomnia
Dalam keadaan ini obat-obatan yang lebih tepat adalah neuroleptika dengan efek
hipnotik yang kuat seperti klorpromazin, levomepromazinem dan sebagainya
untuk schizophrenia, dan amitriptilin, mianserin, atau maproptilin bila terdapat
depresi.
7. Parasomnia
Aktivitas motorik termasuk gerakan–gerakan menendang di tempat tidur atau
tidur berjalan dapat diatasi dengan obat REM suppressant seperti antidepresan
trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor. Akan tetapi obat ini beresiko membuat
lemah pada pasien lanjut usia. Hal yang penting adalah memindahkan bendabenda yang berbahaya dan mebel yang ujungnya tajam dari sekitar pasien dengan
kondisi ini.
VIII. KESIMPULAN
Gangguan tidur pada lanjut usia seringkali berhubungan dengan gangguan
medis dan gangguan psikiatrik lainya, seringkali tidak terdiagnosis secara pasti dan
tidak di terapi dengan baik sebagai mana mestinya. Untuk itu diperlukan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang gangguan tidur (insomnia)
khususnya pada lanjut usia. Dengan mengetahui dan memahami berbagai jenis
gangguan atau penyakit tidur kita dapat mengambil langkah yang diperlukan.
Sepanjang masih bisa diatasi sendiri dengan teknik-teknik manajemen diri
(relaksasi dan pemrograman bawah sadar, meditasi, dan pola hidup yang sehat dan
seimbang), maka kita sebenarnya dapat menjadi bagian dari solusi masalah yang
kita hadapi. Untuk gangguan atau penyakit yang serius seperti narcolepsy maupun
apnea, kita harus berkonsultasi dengan dokter ahli, karena mengabaikan gangguan
tersebut dapat berakibat fatal (mematikan) bagi penderita.
Pemeriksaan yang cermat sangat penting untuk menetapakan apakah
penderita gangguan tidur mengalami sleep disorder atau sleep disturbance. Peran
dokter dan perawat untuk mengambil riwayat gangguan, riwayat medik-psikiatrik,
penggunaan obat sebelumnya, catatan observasi tidur maupun rekaman tidur
sangat membantu penegakkan diagnosa dan pemberiaan tatalaksana yang tepat
Adapun cara yang baik untuk mendapatkan tidur yang baik :
1. Buat jadwal coba untuk mengatur jadwal bangun dan tidur setiap harinya tepat
waktu, hari libur pun termasuk.
2. Olah raga setiap hari, tetapi jangan sebelum tidur.
3. Hindari caffeine, rokok dan alkohol .
4. Cobalah meluangkan waktu untuk relaksasi sesaat sebelum tidur, bisa dengan
berendam air panas atau membaca buku.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
643
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
5. Cobalah untuk melihat matahari pagi, tidak perlu keluar ruangan tapi bisa
dengan membuka jendela. Karena matahari membantu mengaktifkan dan
mereset biological clock.
6. Pastikan ruangan yang ditempati tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.
Untuk menjawab kasus insomnia pada umumnya ada beberapa hal yang
disarankan untuk dilakukan.
Pertama, penderita insomnia harus pergi ke dokter terlebih dahulu. Hal ini sangat
penting untuk mendeteksi apakah yang bersangkutan memiliki gangguan penyakit
fisik yang berdampak terhadap gangguan tidur. Sebab sebagaimana dikatakan di
atas bahwa terdapat penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan insomnia.
Jika demikian adanya maka pengobatan dilakukan dengan terapi fisik.
Kedua, jangan mudah menggunakan obat tidur tanpa berdasarkan anjuran dokter.
Jika hal ini dilakukan maka justru insomnia akan tetap resistan. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa kalangan terapis justru senantiasa berusaha menghindari
penggunaan obat-obatan. Sebab, pemakaian obat tidur acapkali hanya sebagai
pereda sementara, sehingga jika habis waktu berlakunya maka yang bersangkutan
akan kembali insomnia.
Ketiga, hindari mengkonsumsi barang-barang terlarang, semacam minuman keras,
narkotika, dsb. Sebab hal tersebut akan mengganggu fungsi organ tubuh dan
persarafan secara normal.
Keempat, lakukan makan ataupun minum secara wajar baik dari kualitas,
kuantitas, ataupun waktunya. Hindari minum kopi saat menjelang jam tidur, sebab
kopi mengandung unsur kofein sehingga merangsang saraf untuk sulit tidur.
Hindari makan terlalu kenyang atau terlalu sedikit, karena hal tersebut akan
menyebabkan perut merespons secara tidak normal.
Kelima, aturlah lingkungan kamar tidur secara efektif dan efisien, termasuk lampu
tidur yang memenuhi syarat. Sebab kondisi lingkungan tertentu, semisal suara
bising, lampu sangat terang, akan mengganggu konsentrasi tidur.
Keenam, jika penderita insomnia memang telah mengetahui bahwa penyebabnya
adalah aneka problematika kehidupan maka selesaikan terlebih dahulu secara
sempurna. Berpikirlah rasional bahwa “sepanjang badan dikandung badan”
manusia mesti memiliki problema. Hadapilah dan selesaikan permasalahan hidup
secara proporsional dengan penuh usaha dan sabar.
Ketujuh, jika akan tidur maka lakukan niat yang kuat dan relaksasi fisik
serileksnya.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
644
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia
Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
DAFTAR PUSTAKA
Lonergan Edmund T, Clinical Proffesor of Medicine, San Fransisco : University of
California, 1996
Budiman R, Insomnia pada Usia Lanjut, Dalam Buku Kumpulan Abstrak/ Makalah,
Healty and Active Ageing Symphosium Successful aging an Emerging
Paradigm of Gerontology : Illness, Crisis and Loss, Jakarta : Kongres
Nasional gerontology, 2004
Setiabudhi T, Gangguan tidur Pada Usia Lanjut, Jakarta: Dalam cermin Dunia
Kedokteran,1997
Setiabudhi T, Menuju Lnjut Usia Sejahtera, Jakarta: Perpustakaan nasional, Forum
Komunikasi Lanjut usia, 1995
Walsh D, Insomnia dalam Kapita selekta Penyakit dan terapi, Jakarta: penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1997
Wiwie M, Insomnia Pada Usia Senja Deteksi dan Cara Mengatasinya, Dalam Buku
Kumpulan Abstrak/ Makalah, ParadoxicalParadigm Toward Active Ageing,
Jakarta: Kongres Nasional Gerontology.
http://www.neurologychannel.com/sleepdisorders/
http://www.aafp.org/afp/99051ap/2551.html
http://www.medicastore.com/nutracare/isi_calm.php?isi_calm=gangguan_tidur
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/02/1/man01.html
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0730/kes2.html
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
645
Download