ketepatan penggunaan antibiotik pada kasus diare akut di sertai

advertisement
KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA KASUS
DIARE AKUT DI SERTAI INFEKSI BAKTERI PADA ANAK
USIA 1-6 TAHUN PASIEN RAWAT INAP
DI RSI KLATEN TAHUN 2011
Rumbin Narindrani, Sunyoto, Choiril Hana
INTISARI
Diare adalah diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 pengobatan kausal, pengobatan simtomatik,
pengobatan cairan, dan pengobatan dietetik (pengobatan dengan diet makanan).
Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah mengetahui
penyebabnya yang pasti, antibiotika baru boleh diberikan kalau dalam pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen, Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif.
Data penelitian diambil dari dari data primer buku register pasien dan data
sekunder yaitu resep dan rekam medis pasien, yang kemudian akan dianalisis.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak umur 1-6 tahun yang
terdiagnosa diare akut disertai infeksi bakteri sebanyak 85 pasien, yang mendapat
terapi antibiotika sebanyak 47 pasien di Rumah Sakit Islam Klaten Tahun 2011.
Kesimpulan : dari hasil penelitian diketahui bahwa pada pasien diare akut
anak usia 1-6 tahun di Rumah Sakit Islam Klaten Tahun 2011 di gunakan 2 macam
Antibiotika yaitu tunggal dan kombinasi, dimana untuk bentuk tunggal ditemukan
pemakaian terbanyak Amoksisillin sebesar 55,5 % , dan untuk bentuk kombinasi
ditemukan pemakaian terbanyak Sulfametoxazol-Trimetoprim (Cotrimoxazol)
sebesar 82,8%. Untuk ketepatan penggunaan obat antibiotika ditemukan 41 pasien
(87,2 %) yang tepat pemberiannya.
Kata Kunci : Penggunaan Antibiotika, Kasus Diare Akut, Infeksi Bakteri, Anak
Usia 1-6 Tahun , Pasien Rawat Inap.
Rumbin Narindrani, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
48
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
PENDAHULUAN
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia juga masih sering terjadi.
Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,
kematian 239 orang. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah
kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang, Sedangkan tahun 2010 terjadi
KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (Anonim. 2011).
Menurut Zein (2004) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak
tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian
karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Anonim. 2011).
Keputusan untuk pemberian terapi antibiotika pada kasus-kasus diare
sangat tergantung pada faktor etiologinya. Pada keadaan tertentu berdasarkan
pada pola patomekanisme yang dihadapi dan anamnesis relatif sudah cukup
untuk mendeteksi faktor penyebabnya (etiologi) sehingga pemilihan obat (Drug
of Choice) telah dapat diperkirakan. Pada kejadian diare akut yang disebabkan
oleh faktor non infeksi (malnutrisi, malabsorbsi, intoksikasi dan lain-lain) tidak
diperlukan pemakaian antibiotika.
Masih tingginya angka kejadian menuntut adanya berbagai upaya untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan. Salah satu bentuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan adalah kegiatan berupa pelayanan rawat inap di rumah
sakit.
Menurut laporan bulanan unit catatan medik Rumah Sakit Islam Klaten
(RSIK) dalam daftar 10 penyakit besar penyakit terbanyak penderita rawat inap
tahun 2009, diare menempati urutan keenam dengan 450 kasus setelah
hipertensi, commotio cerebri, DHF, stroke / CVD / CVA, ISK, tahun 2010
urutan keempat dengan 535 kasus, dan pada tahun 2011 telah tercatat pada
urutan kedua dengan 486 kasus setelah hipertensi.
Berdasarkan uraian di atas, diare merupakan penyakit yang perlu
mendapat perhatian khusus, demikian pula halnya pengobatan penyakit diare
pada anak. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Rumah Sakit Islam Klaten
selama ini belum pernah dilakukan penelitian tentang penggunaan obat-obat
untuk diare pada anak, khususnya penggunaan obat-obat antibiotika. Dengan
demikian perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan antibiotik pada kasus
diare anak di Rumah Sakit Islam Klaten Kabupaten Klaten. Penelitian dilakukan
di Rumah Sakit Islam Klaten di Kabupaten Klaten pada tahun 2011
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien anak umur 1-6 tahun yang menderita diare
yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Islam Klaten Kabupaten Klaten
periode bulan Januari hingga bulan Desember 2011. Dalam menentukan jumlah
sampel dalam penelitian disini digunakan teknik yang paling sederhana yaitu
Simple Random Sampling (SRS) dimana semua anggota populasi berpeluang
yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
N
n = ---------------------N(d)2 + 1
Keterangan
: n = Jumlah Sampel
N = Total Populasi
d = Toleransi tingkat kesalahan 5 % (0,05)
Dalam penelitian ini, sampel di ambil dengan kriteria sebagai berikut:
a. Rekam medis lengkap
b. Pasien adalah anak umur 1-6 tahun
c. Diagnosis utamanya adalah diare akut disertai infeksi
d. Mendapatkan terapi antibiotika
e. Resep adalah resep rawat inap pasien diare anak umur 1-6 tahun
Berdasarkan rumus tersebut diatas, dari studi pendahuluan, maka dapat
diketahui sampel untuk penelitian adalah sebagai berikut :
N
n = ---------------------N(d)2 + 1
120
n = ---------------------120(0,05)2 + 1
n=
92.3
Data penelitian diambil dari data primer buku register pasien dan data
sekunder yaitu resep pasien rawat inap, rekam medis pasien, buku register hasil
laboratorium pasien anak di Rumah Sakit Islam Klaten Kabupaten Klaten tahun
2011.
49
50
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Pasien Diare Anak Berdasarkan Jenis Kelamin
Penyakit diare umumnya terjadi secara mendadak dan bisa menjadi kejadian luar
biasa pada bulan- bulan tertentu. Dari penelitian di Rumah Sakit Islam Klaten,
selama tahun 2011 dari 92 pasien dengan diagnosa utama diare anak, tercatat
57 pasien laki-laki dan 35 pasien perempuan.
Prosentase pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel.
No.
1
2
Tabel 4.1. Data Prosentase Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Jumlah
%
Laki – laki
57
62
Perempuan
35
38
Jumlah
92
100
Gambar 4.1. Prosentase Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Gambaran Diagnosa Pasien Diare Anak
Diare adalah penyakit infeksi yang tidak menutup kemungkinan
memiliki penyakit penyerta. Pada tabel 4.2 dapat diketahui ada tidaknya
penyakit penyerta pada pasien diare anak.
No.
1
2
Tabel 4.2. Data Prosentase Berdasarkan Diagnosa
Diagnosa
Jumlah
%
Diagnosa utama
85
92,4
Dengan diagnosa lain
7
7,6
Jumlah
92
100
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
Gambar 4.2. Prosentase Diagnosa Pasien Diare Anak
1. Karakteristik obat
a. Terapi Pengobatan Pasien Diare Anak
Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa antibiotika banyak digunakan
selama terapi, terlihat bahwa dari 85 pasien diare anak dengan diagnose
utama diare, tercatat 47 pasien (55,3%) menggunakan terapi pengobatan
dengan antibiotika. Sedangkan 38 pasien diare anak (44,7%) tidak
mendapatkan terapi pengobatan dengan antibiotika.
Tabel 4.3. Data Prosentase Berdasarkan Terapi Pengobatan
No
Terapi pengobatan
Jumlah
%
1 Dengan Terapi Antibiotika
47
55,3
2
Tanpa Terapi Antibiotika
Jumlah
38
85
44,7
100
Gambar 4.3. Prosentase Berdasarkan Terapi Pengobatan
b. Variasi Pemberian Antibiotika pada Pasien Diare Anak
Berdasarkan data penggunaan antibiotika untuk pasien diare anak
umur 1 - 6 tahun di Rumah Sakit Islam Klaten Kabupaten Klaten tahun
2011 didapatkan variasi pemberian antibiotika terbagi dalam bentuk
tunggal dan kombinasi.
51
52
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
Tabel 4.4. Data Prosentase Variasi Penggunaan Antibiotika
No
Terapi Pengobatan
Jumlah
%
1
Tunggal
18
38,3
2
Kombinasi
29
61,7
Jumlah
47
100
Gambar 4.4. Data Prosentase Variasi Penggunaan Antibiotika
Pada tabel 4.4. penggunaan antibiotika dalam bentuk tunggal
sebesar 38,3% dan penggunaan antibiotika kombinasi sebesar 61,7%. Jadi
terlihat bahwa yang paling banyak digunakan dalam terapi pengobatan
diare adalah obat antibiotika kombinasi.
Penggunaan jenis antibiotika secara lengkap seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Jenis Antibiotika yang digunakan
No
Antibiotik
Jumlah
%
1
Amoksisillin
10
21,3
2
Sufametoxazol-Trimetoprim
29
61,7
3
Metronidazol
3
6,4
4
Cefixim
5
10,6
Jumlah
47
100
Gambar 4.5. Jenis Antibiotika yang digunakan
Antibiotika yang banyak digunakan selama terapi adalah
Cotrimoxazol yaitu sebanyak 61,7%. Penggunaan antibiotika yang
terdapat dalam tabel 4.3 diberikan dalam bentuk secara tunggal dan
kombinasi. Penggunaan antibiotika tunggal dapat dilihat pada tabel 4.3.
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
No
1
2
3
Tabel 4.6. Data Prosentase Antibiotika Tunggal
Antibiotik
Jumlah
%
Metronidazol
3
16,7
Amoksisilin
10
55,5
Cefixim
5
27,8
Jumlah
18
100
Gambar 4.6 Penggunaan Antibiotika Tunggal Pasien Diare Akut
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 18 pasien diare anak
diterapi dengan antibiotika tunggal, dimana Metronidazol digunakan oleh 3
pasien (16,7%), Amoxicillin digunakan oleh 10 pasien (55,5%), dan
Cefixim digunakan oleh 5 pasien (27,8%).
Penggunaan kombinasi antibiotika dapat dilihat dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7. Data Prosentase Kombinasi Antibiotika
No
Kombinasi Antibiotik
Jumlah
1 Sufametoxazol-Trimetoprim
24
2 Sufametoxazol-Trimetoprim5
Metronidazol
Jumlah
29
%
82,8
17,2
100
Gambar 4.7. Penggunaan Kombinasi Antibiotika Pasien Diare Anak
53
54
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
Pada tabel 4.7. diketahui bahwa Cotrimoxazol lebih sering
digunakan dalam terapi pengobatan diare anak yaitu sebesar 82,8%.
Sedangkan penggunaan Cotrimoxazol-Metronidazol sebesar 17,2%.
c. Ketepatan Pemberian Antibiotika
Tabel 4.8. Data Prosentase Ketepatan Pemberian Antibiotik
No
Ketepatan
Jumlah
%
1 Tepat
41
87,2
2 Tidak Tepat
6
12,8
Jumlah
47
100
Gambar 4.8. Data prosentase ketepatan pemberian antibiotik
Dari table 4.8. diketahui bahwa terapi antibiotik yang diberikan
ketepatannya sebesar 87,2 %. Sedangkan yang tidak tepat sebesar 12,8%
Tabel 4.9. Ketepatan antara Bakteri dengan Antibiotika
(Yulinah, 2008)
Bakteri
Antibiotika
Dosis
Entamuba Coli
Sulfametoxazol- Usia 6 bln sampai 5 tahun:
Trimetoprim
240 mg
Entamuba Coli
Amoksisillin
Anak-anak < 10 th :
3x 10 mg/kg BB
Entamuba Histolitika
Metronidazol
Anak-anak ; 10 mg/kg BB,
3xsehari selama 5 hari
Kuman Gram Negatif, Cefixim
Anak-anak :
meliputi pseudomonas
1,5-3mg/kgBB, 2xsehari
dan Bacteriodes
Dari tabel 4.9. diketahui bahwa Antibiotika yang tepat untuk bakteri
penyebab diare adalah Sulfametoxazol-Trimetoprim (Cotrimoxazol),
Amoksisillin, dan Metronidazol.
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
B. Pembahasan
Penggunaan antibiotika pada kasus-kasus diare sangat tergantung pada
faktor etiologinya. Pada keadaan tertentu berdasarkan pada pola patomekanisme
yang dihadapi dan anamnesis, relatif sudah cukup untuk mendeteksi faktor
penyebabnya (etiologi) sehingga pemilihan obat telah dapat diperkirakan.
Sebagaimana diketahui tidak semua kasus-kasus diare dapat diobati dengan
antibiotik seperti diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus dan diare yang
disebabkan oleh faktor non infeksi. Menurut Tjay ( 2007 ), hanya pada bentuk
diare bakteriil yang sangat serius perlu dilakukan terapi dengan antibiotika.
Pilihan utama adalah Amoxicillin, cotrimoxazol dan senyawa fluorkinolon.
Bisa juga digunakan antara lain golongan Clindamycin, Tetracyclin,
Sulfonamide, dan beberapa antibotik berspektrum luas ( Saseen, dkk 2006).
Adapun diare yang berasosiasi dengan penyakit lain seperti pneumonia, otitis
media, malaria dan lain-lain upaya penanggulangannya memerlukan terapi yang
spesifik.
Anak merupakan kelompok umur yang rentan, dimana fungsi dari seluruh
sistem organ tubuh masih dalam perkembangan, sehingga kelompok pasien ini
mempunyai kemungkinan yang lebih besar mengidap suatu penyakit. Kelompok
umur ini memiliki kecenderungan mudah terserang diare karena pada umur ini
anak mulai mengenal jajanan sehingga besar kemungkinan untuk terpapar infeksi.
Dari data penelitian diketahui bahwa pasien laki-laki lebih banyak
menderita diare dibandingkan dengan pasien perempuan yakni sebesar 62 %. Hal
ini terjadi karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungannya lebih tinggi dan
juga kurang bisa menjaga kebersihan dibandingkan dengan anak
perempuan.(Widiyono, 2008)
Diare adalah penyakit infeksi yang tidak menutup kemungkinan memiliki
penyakit penyerta. Dari data yang ada diketahui bahwa 92,4% pasien anak
menderita diare tidak memiliki penyakit penyerta lainnya seperti ISPA maupun
panas. Penyakit tersebut kemungkinan bisa terjadi bersamaan dengan diare karena
pada saat tersebut kondisinya yang tidak sehat sehingga lebih mudah untuk
terserang penyakit lainnya.
Dalam penelitian ini dari 85 pasien anak umur 1 - 6 tahun dengan
diagnosa utama diare, penggunaan terapi antibiotika kombinasi yaitu
Cotrimoxazole (Sulfametoxazol- Trimetoprim ) lebih banyak digunakan pada
pasien diare anak unur 1 - 6 tahun yaitu sebesar 82,8 %. Sedangkan dalam terapi
pengobatan dengan antibiotika tunggal, tercatat bahwa Amoxicillin lebih banyak
digunakan dalam pengobatan diare anak sebesar 55,5%.
Cotrimoxazole lebih banyak digunakan dalam terapi pnegobatan diare
karena Cotrimoxazole merupakan kombinasi antara Sulfametoxazol dan
Trimetoprim dengan perbandingan 5:1 (400 + 80 mg) yang berefek sinergi.
55
56
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
Kedua komponen kombinasinya bersifat bakterisida terhadap bakteri yang sama
dan banyak digunakan untuk berbagai penyakit infeksi, salah satunya infeksi
saluran cerna karena lebih jarang menimbulkan resistensi. Pada umumnya
kombinasi dari Sulfametoxazole dan Trimetoprim memperkuat khasiatnya
(potensiasi) serta menurunkan resiko resistensi dengan kuat (Tjay dan Raharja,
2007).
Trimetoprim dan Sulfametoxazol menghambat reaksi enzimatik obligat
pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat
memberikan efek sinergi (Anonim, 2002). Mikroba yang peka terhadap kombinasi
ini yaitu Str.Pneumonia, C.Diphtheriae dan N.Meningitis, S.Aureus, S.Epidermis,
Vibrio cholera, Str.Pyogenes, Str. Vridans, E.Coli, Enterobacter, Salmonella,
Shigella dan Klebsiella sp. Pada kasus diare akut karena E. Coli dapat diberikan
pengobatan dengan terapi atau dicegah dengan pemberian Cotrimoxazol atau
Trimetoprim tunggal (Anonim, 2000). Penggunaan Cotrimoxazol pada anak-anak
dengan dosis Trimetroprim 5 mg/kg dan Sulfametoxazol 25 mg/kg berat badan
dengan aturan pakai 2 kali sehari untuk pengobatan selama 5 hari.
Amoxicillin merupakan turunan Ampicilin yang hanya berbeda pada satu
gugus hidroksil dan memiliki spektrum luas yang bersifat bakterisid. Aktivitasnya
mirip dengan ampicilin yaitu efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positif
dan beberapa gram negatif yang patogen. Bakteri yang sensitif terhadap
Amoxicillin adalah Staphylococci, S. Pneumonia, H. Influenza, Enterococci,
Streptococci, N. Gonorrhoeae, E. Coli dan P. Mirabilis. Amokxicilin kurang
efektif terhadap spesies shigella dan bakteri penghasil beta-laktamase.
Amoxicillin efektif terhadap penyakit infeksi saluran kemih (gonore tidak
terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis), infeksi saluran pernapasan kronik
dan akut (pneumonia, faringitis bukan karena gonore, bronchitis, laringitis),
infeksi saluran cerna (disentri basiler) serta infeksi lainnya seperti septikemia,
endokarditis. Pemberian terapi pengobatan dengan Amoxicillin dalam kasus diare
diberikan karena golongan ini lebih sering digunakan untuk penyakit infeksi dan
lebih sering diresepkan dan juga mempunyai aktivitas anti bakteri yang baik.
Dosis Amoxicillin yang diberikan pada anak dengan berat badan kurang dari 20
kg adalah 20 - 40 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi tiap 8 jam.
Pada penelitian ini juga ditemukan ketepatan pemberian Antibiotik sebesar
41 kasus (87,2%) dan ketidak tepatan pemberian Antibiotik yang terjadi pada 6
kasus (12,8%). Ketepatan terapi Antibiotik di dasarkan pada hasil pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, baik pada pemeriksaan
urin rutin maupun pada pemeriksaan feses. Dimana disitu akan terlihat apakah
terinfeksi bakteri Entamuba Coli dan Entamuba Histolitika atau tidak.
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
Pada penelitian ini, di temukan ada 4 macam Antibiotika yang di pakai di
Rumah Sakit Islam klaten, yaitu Amoksisillin, Cotrimoxazol (SulfametoxazolTrimetoprim), Metronidazol, dan Cefixim.
Antibiotika Amoksisillin dan Cotrimoxazol (Sulfametoxazol-Trimetoprim)
tepat untuk terapi infeksi bakteri Entamuba Coli, Metronidazol tepat untuk terapi
Entamuba Histolitika, dan Cefixim tepat untuk terapi infeksi kuman gram
negative, meliputi Pseudomonas dan Bacteriodes. (Yulinah, 2008)
Penggunaan antibiotika baik tunggal maupun kombinasi yang tidak perlu
tidak dianjurkan karena selain efek sampingnya yang berbahaya juga interaksi
obat yang mungkin terjadi serta perlu diperhatikan juga mengenai resiko
terjadinya resistensi.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada pasien
diare akut anak usia 1-6 tahun di Rumah Sakit Islam Klaten Tahun 2011 di
gunakan 2 macam Antibiotika yaitu tunggal dan kombinasi, dimana untuk bentuk
tunggal ditemukan pemakaian terbanyak Amoksisillin sebesar 55,5 % , dan untuk
bentuk kombinasi ditemukan pemakaian terbanyak Sulfametoxazol-Trimetoprim
(Cotrimoxazol ) sebesar 82,8 %.
Untuk ketepatan penggunaan obat antibiotika ditemukan 41 pasien (87,2 %) yang
tepat pemberiannya.
B. Saran
1. Pemberian Antibiotik hendaknya mengacu pada data penunjang, misalnya data
laboratorium untuk menjaga ketepatannya. Dan tidak hanya melihat dari data
klinis pasien, selain efek sampingnya yang berbahaya juga interaksi obat yang
mungkin terjadi serta perlu diperhatikan juga mengenai resiko terjadinya
resistensi.
2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang ketepatan pemberian dosis
Antibiotika pada pasien anak khususnya pada kasus diare akut
57
58
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rumbin Narindrani, dkk., Ketepatan Penggunaan Antibiotik …
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat.Cetakan Keduabelas. Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.
Anonim. 2002, Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran UI.Jakarta
Anonim, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten / Kota.
World health Organization Indonesia bekerjasama dengan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan.Triwulan II 2011. Kemenkes RI.
Mansyoer Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi ke tiga.Media
Aesculapius Jakarta.
Notoatmojo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sjamsuhidayat, 2006. Manual Rekam Medis. Edisi Pertama Cetakan Pertama.
Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta. Diakses pada tanggal 20
November
2011
jam
17.34
WIB
dari
http://www.docstoc.com/docs/77792900/Manual-Rekam-Medis.
Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Kesehatan. Cetakan Keduabelas. Alfabeta.
Bandung.
Tjay, T.H. dan Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-efek Sampingnya. Edisi V Cetakan Ketiga. Gramedia. Jakarta.
Download