Estimasi konsentrasi padatan tersuspensi (TSS

advertisement
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Total padatan tersuspensi (total suspended solid) yang selanjutnya dinamakan
TSS merupakan material yang masuk ke perairan sungai menuju ke wilayah
pesisir dan laut lepas. Material tersebut umumnya berasal dari berbagai akivitas
manusia di darat, seperti pertanian, pariwisata, industri dan rumah tangga
(pemukiman) serta aktifitas lainnya di laut, seperti pengerukan dasar laut
(dredging) untuk pembuatan atau pendalaman alur pelayaran dan yang disebabkan
oleh alam, seperti angin kencang, atau arus dan gelombang yang kuat.
Teluk Jakarta merupakan suatu perairan tempat bermuaranya 13 sungai baik
sungai berukuran besar maupun kecil yang melalui kota-kota besar seperti Jakarta,
Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Ketigabelas sungai tersebut membawa
banyak sekali material baik organik maupun anorganik yang kemudian akan
terakumulasi di Teluk Jakarta (Rojali, 2009), sehingga mengakibatkan kualitas
perairan Teluk Jakarta mengalami degradasi dan eutrofikasi. Gabungan material
organik dan anorganik yang disebut TSS dapat digunakan sebagai indikator
perubahan kualitas perairan di wilayah pesisir.
Banyaknya TSS di suatu perairan baik yang organik (fitoplankton,
zooplankton dan biodegradasinya) maupun yang anorganik (sedimen, tanah atau
lempung merah) akan membuat tingkat kekeruhan perairan semakin tinggi. Oleh
karenanya TSS merupakan salah satu parameter biofisik perairan penting yang
dapat mencerminkan dinamika perairan wilayah pesisir. Dari kedua komponen
utama TSS tersebut, komponen mana (organik atau anorganik) yang lebih
mendominasi di suatu perairan dan apa penyebabnya belum banyak diketahui.
1
2
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam secara efektif dan
efisien, yaitu melalui penggunaan teknologi penginderaan jauh yang belakangan
ini sudah banyak digunakan melalui pemanfaatan data citra satelit. Kajian tentang
TSS di beberapa perairan Indonesia pernah dilakukan, namun masih sedikit,
terutama untuk perairan Teluk Jakarta dan terlebih lagi untuk mengetahui
komponen mana yang lebih mendominasi TSS.
Data penginderaan jauh mampu menghasilkan informasi yang berguna untuk
memetakan, memonitor dan mengevaluasi wilayah pesisir dan laut yang luas
secara berulang dan pada waktu yang bersamaan (real time) terutama pada daerah
yang sulit dicapai dengan cara tradisional dalam pengumpulan data lapangannya
(Ambarwulan et al., 2003). Saat ini banyak jenis satelit yang beroperasi yang
berguna untuk memetakan sebaran TSS dan klorofil-a. Masing-masing satelit
memiliki resolusi spasial dan temporal yang berbeda-beda, Indah (2009) dan
Sidabutar (2009) telah menggunakan data multi-temporal citra Landsat-7 ETM
yang beresolusi spasial 30x30m, dan resolusi temporal 16 hari untuk memetakan
konsentrasi TSS dan klorofil-a Teluk Jakarta. Selain itu, terdapat beberapa
penelitian yang berhubungan dengan pendugaan kualitas perairan menggunakan
citra MODIS. Misal, Tarigan (2008) memantau kualitas perairan (klorofil-a) di
Teluk Jakarta. Wong et al. (2008) membuat model kualitas perairan di perairan
Hongkong. Penelitian ini mengembangkan model empiris untuk mengestimasi
TSS dan konsentrasi klorofil-a dengan memakai data citra satelit Terra dan Aqua
MODIS yang walaupun secara resolusi spasialnya kasar (500x500 m)
dibandingkan citra Landsat (30x30 m), namun secara temporal citra tersebut
tersedia dalam basis harian, sehingga sangat baik untuk keperluan pemantauan.
3
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mencari algoritma empiris yang dapat digunakan untuk menduga konsentrasi
TSS perairan Teluk Jakarta dengan menggunakan data satelit Terra- dan AquaMODIS.
2. Mengetahui komponen mana (organik atau anorganik) yang lebih mendominasi
perairan Teluk Jakarta dengan melihat hubungan antara konsentrasi TSS dan
klorofil-a, khususnya pada saat kejadian marak alga di perairan tersebut.
Download