View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara
tentang
pendidikan,
maka
berbicara
pula
tentang
perkembangan peradaban manusia. Pendidikan berlangsung bagi siapa pun,
kapan pun dan dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada persekolahan saja,
tetapi pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung di
berbagai tempat atau lingkungan. Baik di dalam keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Tempat pertama seorang anak mendapat pendidikan adalah
keluarga, karena keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mendidik, membimbing, dan membentuk karakter anak menjadi pribadi yang
baik.
Masa remaja adalah masa dimana seorang sedang mengalami saat kritis
sebab ia akan menginjak ke masa dewasa, Remaja berada dalam masa
peralihan, Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya.
Dalam proses perkembangan manusia dikelompokan menjadi, masa prenatal,
masa bayi, masa kanak-kanak, masa puber, masa remaja, dan masa dewasa.
Tugas perkembangan yang menitikberatkan pada pendidikan yaitu diusia
kanak-kanak, puber dan remaja. Anak-anak yang duduk di bangku SMP dan
SMA adalah anak yang tengah mengalami masa puber. Secara psikologis,
2
masa remaja atau masa puber merupakan masa yang begitu unik, penuh tekateki, dilematis dan sangat rentan. Unik karena pertumbuhannya banyak
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya sehingga karakter mereka berbedabeda. Penuh teka-teki karena kepribadiannya susah ditebak. Dilematis karena
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa sehingga
mereka cenderung coba-coba. Dan sangat rentan karena selau berorientasi pada
popularitas yang menggila (Al- Mighwar, 2006:6). Jika anak dibiarkan
berkembang sendiri tanpa arahan yang benar dari orang tua, tentunya anak
akan tumbuh menjadi anak yang nakal dan tidak disiplin, sehingga
sepatutnyalah orang tua memberi perhatian penuh serta menjalin komunikasi
yang baik dengan anaknya untuk mengetahui perkembangan dan perilaku
mereka. Remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang
dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti
yang telah disebutkan di atas bahwa fungsi keluarga adalah memberi
pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya
remaja, Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang
memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik
internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan
yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustrasi dan sebaginya,
Masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi
merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak.
3
Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga
menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.
Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya
kasih sayang dari orang tua sehingga dapat membuat mental seorang anak
menjadi frustrasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh
besar pada mental seorang pelajar. Hal inilah yang seringkali mengakibatkan
seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk belajar. Broken home juga bisa
merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bisa bersikap seenaknya
saja, tidak disiplin di dalam kelas, selalu berbuat keonaran dan kerusuhan. Hal
ini bisa saja dilakukan karena mereka cuma ingin cari simpati pada temanteman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal semacam
ini kita perlu memberikan perhatian dan pengarahan yang lebih agar mereka
sadar dan mau berprestasi.
Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukan
kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti halnya ayah bekerja
dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang seringkali menjadi alasan
seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktivitas sehari hari
dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah
di rumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat
anak mencari pelampiasan di luar rumah seperti bergaul dengan teman –
4
temannya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi
perkembangan mental anak.
Kasus broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu (1) keluarga itu
terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kedua orang tua itu
meninggal dunia atau telah bercerai, (2) orang tua tidak bercerai akan tetapi
struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah,
atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering
bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga
yang digambarkan di atas tadi, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis
kepribadian sehingga perilakunya sering tidak sesuai. Mereka mengalami
gangguan emosional bahkan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering
kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas
belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak dengan latar belakang
keluarga broken home akan lebih mudah terpengaruh dan terjerumus ke dalam
hal-hal yang negatif. Hal ini di sebabkan karena kurangnya perhatian orang tua
sehingga anak merasa tidak diperhatikan dan berusaha mencari perhatian di
luar rumah yang biasanya dilakukan dengan cara yang salah seperti, bertindak
brutal di sekolah, memakai narkoba atau obat-obat terlarang lainnya, dan masih
banyak lagi. Tindakan itu semata-mata dilakukan oleh sang anak karena
mereka merasa tidak diharapkan dan dipedulikan lagi di dalam rumah.
Pendapat ini diperkuat dengan penuturan dari Seto Mulyadi, seorang tokoh
5
pendidik dan pemerhati anak mengemukakan bahwa sekitar 20 persen anak
kurang mendapat perhatian dari orang tua dan kemudian mereka mencari
hiburan dengan cara yang tidak layak. Bahkan di sebuah Lembaga
Pemasyarakatan anak di Tangerang (salah satu kota di Indonesia) sebanyak 61
anak berbuat kejahatan dengan latar belakang keluarga yang broken home dan
91 persen di antara mereka terjerat kasus tindakan asusila, dan penggunaan
obat-obat terlarang. Selain itu, menurut seorang ahli psikologi perkembangan,
Elizabeth.Hurlock, “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis
terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”. Seorang
anak yang dibesarkan di sebuah keluarga broken home, akan lebih mudah
terpancing amarahnya bila menghadapi suatu masalah dan cenderung
menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan.
(Sumber
:
http://www.tipswanita.net/broken-home-bukan-berarti-rumah-
tangga-telah-hancur/)
SMK Negeri 3 Parepare merupakan salah satu sekolah menengah
kejuruan. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat pra penelitian di
SMK 3 Parepare menunjukkan bahwa terdapat siswa yang berperilaku negatif.
Sesuai hasil wawancara dengan guru BK bahwa sebanyak 15% permasalahan
siswa di sekolah diakibatkan oleh , perceraian orang tua akibatnya anak terjun
ke hal-hal negatif seperti seks bebas, narkoba, berkelahi, minum-minuman
keras dan lain sebagainya.
6
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih
mendalam dan meneliti mengenai “ PERILAKU KOMUNIKASI SISWA
BROKEN HOME DI SMK 3 PAREPARE (STUDI KASUS KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana perilaku komunikasi siswa Broken home di SMK 3 Parepare ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat perilaku komunikasi siswa
Broken home di SMK 3 Parepare ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan :
1. Untuk mengetahui perilaku komunikasi siswa Broken home di SMK 3
Parepare.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat perilaku komunikasi
siswa Broken home di SMK 3 Parepare.
7
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis/Akademis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang studi
Ilmu Komunikasi, terutama dalam kajian komunikasi yang efektif. Kegunaan
lain adalah sebagai bahan pertimbangan bacaan atau referensi bagi semua
pihak.
2.
Kegunaan Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam
bidang pendidikan khususnya bagi guru untuk membimbing siswa mereka
dalam meningkatkan prestasi belajar di sekolah.
E. Kerangka Konseptual
Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Hampir
setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian
besar kegiatan komunikasi yang dilakukan berlangsung dalam situasi komunikasi
antarpribadi. Situasi komunikasi antarpribadi ini bisa kita temui dalam konteks
kehidupan dua orang, baik itu keluarga, kelompok, maupun organisasi,
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dianggap paling efektif
diantara bentuk komunikasi yang lain karena efek dan timbal balik yang
ditimbulkan dari proses komunikasi antarpribadi dapat langsung dirasakan. Dari
8
berbagai macam bentuk komunikasi, bentuk yang paling sering digunakan antara
guru dengan siswa adalah komunikasi antarpribadi yang merupakan bentuk
komunikasi antarmanusia lainnya.
Komunikasi
antarpribadi
berperan
untuk
saling
mengubah
dan
mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat
dalam komunikasi dapat saling memberi inspirasi, motivasi dan menumbuhkan
rasa semangat dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang
sesuai dengan topik yang dibahas bersama. Karena itu komunikasi antarpribadi
dapat menjadi wahana untuk saling belajar dan mengembangkan wawasan,
pengetahuan, dan kepribadian dalam rangka peningkatan mutu dan prestasi anak.
Komunikasi antarpribadi menurut Hardjana (2003:85) adalah interaksi tatap
muka antardua orang atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikam
pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi
secara langsung pula. Sedangkan komunikasi antarpribadi menurut Devito
(Liliweri,1997:12) adalah pengiriman pesan dari seseorang dan diterima orang lain
dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi tatap muka. Karena iu,
kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dalam komunikasi itu,
penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik.
Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi
(interaction) yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling
mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada
9
dataran kognitif-pengetahuan, afektif-perasaan, dan behavioral-perilaku. Semakin
berkembang komunikasi antarpribadi itu, semakin intensif umpan balik dan
interaksinya.
Namun komunikasi yang ideal itu tidak selalu terjadi karena ada halangan
atau hambatan-hambatan yang menghalangi terjadinya proses komunikasi yang
efektif tersebut. Seperti halnya komunikasi dalam sekolah . Guru yang tidak dapat
mengkomunikasikan dengan baik materi yang diajarkan meyebabkan murid tidak
mudah menerima materi pelajaran. Banyak hal yang mempengaruhi keefektifan
pengajaran guru di sekolah, mulai dari media yang digunakan, bahasa, dan teknik
penyampaiannya.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau
hubungan emosional yang baik. Sekali lagi disini ditekankan bahwa hubungan
kedekatan atau relasi yang baik antara guru dan siswa harus selalu dijaga karena
dalam kegiatan belajar mengajar siswa dapat berpartisipasi aktif untuk
mengeluarkan
pendapatnya,
mengembangkan
imajinasinya
dan
daya
kreativitasnya. Tentu komunikasi guru dan siswa yang dimaksud adalah dalam
kegiatan pembelajaran tatap muka baik secara verbal maupun nonverbal, baik
secara individual maupun kelompok dan dibantu dengan media atau sumber
belajar.
Hal yang serupa dikatakan pula oleh Devito (1997:259). Dalam bukunya
Devito mengatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah
10
ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan diantara pribadi yang terlibat dan
mengandung lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu: keterbukaan
(opennes), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa orang
harus membuka semua riwayat tentang hidupnya namun harus ada kesediaan
untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut. Kedua mengacu pada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga
menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Artinya terbuka adalah
mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang orang lontarkan adalah memang
miliknya dan harus dipertanggungjawabkan.
2. Empati
Henry Backrack (dalam Devito, 1997:260) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain
pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang empatik
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka di masa mendatang. Pengertian
11
yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan
komunikasinya.
3. Sikap Mendukung
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportivess). Sikap mendukung ditandai dengan sikap (1)
deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional,
bukan sangat yakin.
 Deskriptif
adalah
mempersepsikan
suatu
komunikasi
sebagai
permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian
tertentu dan tidak merasakannya sebaga ancaman. Sebaliknya sikap
evaluatif seringkali membuat orang bersikap defensif.
 Spontan. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang
serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya memperoleh
reaksi yang sama. Sebaliknya, bila seseorang menyembunyikan
perasaannya yang sebenarnya, maka orangpun akan bereaksi secara
defensif.
 Provisional. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan
berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang
berlawanan
dan
bersedia
mengubah
posisi
jika
keadaan
mengharuskannya. Bila seseorang bersikap yakin tak tergoyahkan
12
berpikiran tertutup, akan mendorong perilaku defensif pada diri
pendengar.
4. Sikap positif
Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu: (1)
menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi
teman kita berinteraksi.
 Sikap. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki
sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk
situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang
efektif.
 Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri
atas perilaku yang biasanya kita harapkan. Dorongan positif ini mendukung
citra pribadi seseorang dan membuatnya merasa lebih baik.
5. Kesetaraan
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,
harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan.
13
Makin
baik
hubungan
antarpribadi,
makin
terbuka
orang
untuk
mengungkapakan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara
pelaku komunikasi. Hal ini sangat berperan dalam meningkatkan prestasi
belajar anak dimana hubungan antarpribadi yang baik akan membantu orang
tua dalam mengenali, menggali, dan mengembangkan potensi kecerdasan yang
anak miliki serta membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Deddy Mulyana (dalam L. Tubbs dan Moss, 2000) menyatakan betapa
pentingnya komunikasi untuk membina hubungan yang baik. Para psikolog
berpendapat bahwa kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi
manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial
yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik
dengan orang lain. Psikolog terkenal Abraham Maslow menyebutkan bahwa
satu diantara keempat kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan sosial untuk
memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa
diterima, memberi dan menerima persahabatan. Berdasarkan hasil risetnya,
Schein menekankan bahwa kemampuan meningkatkan manfaat komunikasi
antarpribadi
merupakan
suatu
keahlian
istimewa
tidak
hanya
bagi
pengembangan pribadi dan keluarga, namun juga bagi peningkatan karier (L.
Tubbs dan Moss, 2000).
Untuk lebih jelasnya maka akan digambarkan dalam kerangka konseptual
sebagai berikut :
14
GAMBAR 1.1
SKEMA KERANGKA KONSEPTUAL
Efektivitas Komunikasi
 Keterbukaan (openness )
 Empati ( empathy )
 Dukungan
GURU
( supportiveness )
SISWA
 Sikap positif
(positiveness)
 Kesetaraan (equality)
Perilaku
Komunikasi
 Agresif
 Pasif
 Biasa-biasa
Defenisi Operasional
1. Komunikasi Antarpribadi
Adalah interaksi dari guru ke siswa yang bersifat dua arah baik verbal
maupun nonverbal untuk saling berbagi informasi.
15
2. Guru
Guru adalah orang yang tugasnya mengajar dan memiliki tanggung jawab
untuk mengurus dan mendidik siswa di sekolah serta mengabdi pada dunia
pendididkan .
3. Siswa
Siswa yang dimaksud adalah remaja yang berusia 16-17 tahun yang
memiliki keluarga Broken home dan bersekolah di SMK 3 Parepare.
4. Perilaku Komunikasi
Perilaku komunikasi yaitu suatu model respon verbal dan non verbal yang
dinyatakan dalam bentuk sikap, gerak-gerik yang ditampilkan oleh siswa.
- Agresif : Yaitu perilaku anak yang merupakan respons dari keadaan
frustasi, takut atau marah dengan cara mencoba menyakiti orang lain.
- Pasif : Yaitu perilaku anak yang sifatnya masih tertutup terjadi dalam
diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung.
- Biasa-biasa : Yaitu perilaku anak yang memberi respon sewajarnya
terhadap hal-hal yang dianggap penting dan perlu.
5. Keterbukaan
Keterbukaan yang dimaksud adalah komunikasi yang bersifat terbuka
diantara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
16
6. Empati
Empati adalah sikap saling mengerti, memahami, dan merasakan keadaan
yang dialami oleh masing-masing pihak.
7. Sikap mendukung
Sikap mendukung adalah sikap atau upaya yang ditunjukkan Guru kepada
siswa dengan memberikan semangat dan perhatian penuh dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
8. Sikap Positif
Sikap positif adalah sikap baik dan menyenangkan yang ditunjukkan oleh
Guru dan siswa dalam berkomunikasi berupa dorongan dan sikap saling
menghargai
agar
masing-masing
pihak
merasa
nyaman
dalam
berkomunikasi.
9. Kesetaraan
Kesetaraan yaitu adanya pengakuan bahwa semua pihak sama-sama
bernilai dan berharga antara guru dan siswa sehingga tidak ada jarak yang
membatasi siswa untuk berkreasi dan berprestasi.
17
G. Metode Penelitian
1. Waktu & Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK 3 Parepare yang berada di Karaeng Burane
No. 16 Kec. Ujung,Parepare. Waktu penelitian dilaksanakan yaitu pada bulan
September 2012 sampai November 2012.
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu
menggambarkan, memaparkan dan menjelaskan tentang masalah yang diteliti
berdasarkan wawancara secara mendalam dan observasi.
3. Teknik Pegumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan,
maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Field Research

Observasi, yaitu Pengamatan langsung tentang fenomena yang ada
di lokasi penelitian.

Wawancara mendalam (indepth interview), yaitu mewawancarai
dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan secara
langsung dan berusaha menggali lebih dalam mengenai informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin yang
memuat permasalahan pokok dalam penelitian. Menurut Sutrisno
18
Hadi (1994 : 70) pedoman wawancara yang bebas terpimpin telah
dipersiapkan
sebelumnya
tetapi
tidak
mengikat
jalannya
wawancara.
b. Kepustakaan (Library Research)

Studi Literatur, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan
dengan membaca buku, majalah, surat kabar, laporan serta situs
internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
4. Informan
Sesuai dengan metode penelitian yaitu deskriptif kualitatif, maka dalam
penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data purposive sampling yaitu
memilih informan yang dianggap layak dan representatif dalam memberikan
informasi dan fakta. Informan yang akan diwawancarai adalah :
a) Wali kelas
b) Guru BK
c) Siswa yang berjumlah 3 orang yang berasal dari keluarga Broken home
di SMK 3 Parepare, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melihat hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis. Hasil atau
data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif yaitu dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui
wawancara secara mendalam terhadap informan.
19
Download