Child, Church, Mission - The HCD Global Alliance

advertisement
Child,
Church,
and
Mission
Anak, Gereja, dan Misi
Edisi Revisi
Dan Brewster
Agustus 2011
Copyright©Compassion Internasional
Buku studi ini dapat digunakan sebagai pembelajaran secara mandiri atau alat bantu
pembelajaran dan kegiatan murid di gereja, bagi para pekerja pengasuh anak, dll.
Diizinkan untuk mereproduksi/atau menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini
untuk tujuan pembelajaran anak dengan catatan rujukan pada karya orang lain dalam
buku ini dipertahankan. Tidak diizinkan memperjualbelikan atau
mereproduksi buku ini untuk tujuan lainnya.
Desain dan produksi oleh Kok Chik Bu
Foto kaver dari Compassion International.
Kutipan Alkitab, kecuali ada catatan khusus, berasal dari Terjemahan Baru (Lembaga
Alkitab Indonesia)
Buku ini menunjukkan kepada Anda cara menjangkau, memperlengkapi,
dan memberdayakan anak-anak untuk memaksimalkan dampak
transformatif mereka dan mengarahkan mereka untuk terus berdampak
selama mereka hidup. Ini adalah cara benar untuk membangkitkan
kembali pelayanan gereja Anda.
—Luis Bush, International Facilitator, Transform World Connections
Banyak bahan pelajaran yang dapat ditemukan untuk pendidikan agama
Kristen secara umum, tetapi buku Dan Brewster ini menangani tematema tentang pelayanan terhadap anak-anak secara menyeluruh. Buku ini
layak dihadirkan dalam setiap seminari, universitas, dan institusi Alkitab;
pendeta maupun pemimpin pelayanan anak wajib memiliki buku ini.
Selamat, Dan, telah menyediakan sebuah karya yang sangat diperlukan
untuk tahun-tahun ke depan.
—Manfred W. Kohl, Th.D., Ambassador, Overseas Council
Gereja perlu bekerja untuk memberkati anak-anak dengan memperkuat
tali keluarga mereka dan menjadi suara profetis bagi mereka yang sama
sekali tidak peduli akan masa depan mereka, masa depan yang ada di
depan hidung mereka. Buku ini akan membantu kita untuk berfokus
kepada anak yang semikian berharga.
—Dr. Darrow Miller, Founder, Director of the Disciple Nations Alliance
Pada suatu era di mana gereja tampak sangat tidak memerhatikan
pelayanan anak-anak, buku ini berhasil mengalihkan fokus kita kembali
akan permasalahan-permasalahan yang penting. Dan membawa para
pembacanya untuk mengadakan perjalanan yang akan berkesan dan
memberikan dorongan supaya gereja senantiasa berperang dalam peran­
nya yang benar, khususnya dalam peran pelayanan anak-anak ini.
—Reuben Van Rensburg, Principal, South Africa Theological Seminary
Saat Yesus menghadirkan seorang anak di tengah-tengah murid-Nya (Mat.
18:3), Dia memberi terang pada sifat alami Kerajaan Allah, sama halnya
dengan jalan salib. Tanpa terang itu, gereja akan kehilangan petunjuk kunci
akan sifat alami dan panggilannya. Buku ini adalah kontribusi berharga
dalam proses memahami dan menerapkan petunjuk tersebut.
—Dr. Keith J. White, Chair of the Child Theology Movement
Jika ingin menjadi figur yang penting dalam dunia misi untuk tahuntahun ke depan, Anda perlu menerapkan strategi dalam buku ini dalam
perencanaan pribadi dan gereja Anda untuk penginjilan dan pertumbuhan
gereja.
—Dr. Mark P. Gonzales, pastor, penulis, broadcaster
Buku ini adalah sumber hebat yang dapat digunakan dalam konteks buda­
ya yang berbeda-beda, diterapkan dalam tingkat pelatihan yang berbeda
pula, sembari mengomunikasikan kedalaman hati Allah bagi anak-anak.
Buku ini wajib dibaca bagi mereka yang peduli dengan pelayanan anakanak.
—Rosalind Lim-Tan, Director, Holistic Child Development Institute,
Penang, Malaysia
Dan Brewster telah menghabiskan hidupnya untuk membantu gereja
supaya gereja membantu anak-anak. Pengalaman dan wawasannya sangat
dirasakan oleh para pengikut jejaknya di Afrika, Amerika Latin, dan Asia.
Hasratnya supaya anak-anak sejahtera mengalir dari perjalanan yang
konsisten dan semangat bersama Yesus Kristus. Karyanya ringkas, tepat
sasaran, dan sangat relevan. Pelajarilah.
—Patrick McDonald, Founder and CEO of Viva
Buku ini merupakan berkat bagi kita semua yang peduli akan misi Allah di
dunia dan Kerajaan Allah. Kiranya gereja lokal Anda merespons panggilan
dari buku ini untuk membentuk anak-anak sebagai para pengubah dunia
demi Injil.
—Willaim C. Prevette, Ph.D., Research Director,
Oxford Centre for Mission Studies
Tepat sesuai maksud Dan, buku ini menginformasikan, menginspirasi, dan
memengaruhi saya. Buku ini menginformasikan peran strategis anak-anak
dalam memperluas Kerajaan Allah. Buku ini menginspirasi saya untuk
melihat anak-anak melalui pandangan Allah dan memelihara mereka. Buku
ini memengaruhi saya supaya saya dapat membantu mengembangkan para
pekerja, pembela, dan pemimpin bagi perkembangan holistik anak-anak.
Buku ini wajib dibaca bagi mereka yang ingin menciptakan perubahan
dalam kehidupan anak-anak yang sedang bergumul di seluruh dunia.
—Dr. Theresa R. Lua, Dean, Asia Graduate School of Theology
Buku karangan Dan Brewster ini merupakan buku hebat bagi mereka
yang bekerja untuk anak-anak yang membutuhkan. Buku ini memberi
kan pengarahan bagi mereka yang merindukan bekerja dengan anak-anak
yang kekurangan dan menyediakan sumber-sumber untuk menjangkau
mereka dengan Injil, pemuridan, dan program gereja. Buku ini bisa jadi
adalah buku terbaik yang memuat banyak saran praktis dan ilahi mengenai
semua aspek dalam pelayanan anak.
—Doug Nichols, Founder & Inernational Director Emeritus,
Action International
Selama 20 abad, mayoritas teolog, pendidik, dan misi Kristen gagal me­
nangkap nilai ontologisme dan kepentingan strategis yang telah Allah
berikan kepada orang-orang berusia 18 tahun ke bawah. Saat gerakan
Global Holistic Child Development mengumpulkan momentum, akan
semakin jelas bahwa Allah telah menggunakan dan terus menggunakan
buku ini untuk menghadirkan sebuah reformasi abad 21 yang akan meng­
ubah secara radikal pola pikir dan tindakan para pembaca soal gereja,
misi, dan generasi berikutnya.
—Rev. Anthony Oliver, Ph.D. Vice President Academic Affairs,
Caribbean Graduate School of Theology, Kingston, Jamaica
Bagi saya, buku ini adalah buku “wajib baca” bagi setiap pendeta, maha­
siswa teologi, direktur atau pemimpin pelayanan anak di seluruh dunia.
Buku ini menghadirkan potensi yang besar untuk menciptakan perubahan
mendalam dalam hati Anda dan akan membuat perbedaan besar kehidup­
an Anda jika Anda mengizinkan Roh Kudus bekerja di dalam Anda, seperti
yang Dia lakukan bersama Dan bertahun-tahun yang lalu.
—Anne-Christine Bataillard, International President,
Hi Kidz International, Lausanne, Switzerland
Ucapan Terima Kasih
M
enulis sebuah buku selalu menjadi tugas yang jauh lebih besar
dari yang diduga seseorang. Sampai di mana sulitnya itu nanti,
pikir saya, ketika saya harus mengkaitkan semua presentasi dari sebuah
mata pelajaran bernama Child, Church and Mission yang saya ajarkan di
Malaysia Baptist Seminary, dengan beberapa kata yang tidak berguna dan
sedikit ilustrasi? Pasti, ini sekadar menghubungkan beberapa kalimat.
Belakangan dibutuhkan banyak rancangan dan muncul cukup banyak
perasaan frustrasi. Sekarang saya tahu yang lebih baik.
Buku ini merupakan hasil dorongan dan pekerjaan banyak
orang. Terima kasih pertama saya sampaikan kepada rekan-rekan saya
di Compassion International yang dengan senang hati bekerja dan me­
la­yani selama 25 tahun. Secara khusus di antara mereka adalah teman
dan mentor saya di Kantor Wilayah Asia Compassion International, Dr.
Bambang Budijanto. Dr. Bambang pertama-tama memimpikan adanya
program dalam Pengembangan Anak Secara Holistik yang sekarang
menjadi bagian dari kurikulum di Malaysia Baptist Theological Seminary��.
Dalam kurikulum itu saya mengembangkan ide-ide dan catatan yang
kemudian menjadi mata pelajaran bernama Child, Church and Mission. Dr.
Bambang kemudian mendorong saya untuk menuangkan konsep-konsep
dan bahan dari mata pelajaran itu ke sebuah buku agar bisa digunakan
lebih luas. Saya berterima kasih kepada dia untuk inspirasi dan dorong­
an yang diberikannya, juga untuk penilaian dan kritik berharga yang
disampaikannya dalam proses penulisan buku ini.
Child, Church, and Mission
Terima kasih juga saya sampaikan kepada para dosen dan staf
Malaysia Baptist Seminary������������������������������������������������
. Presiden seminari itu yang visioner, Dr. John
Ong, telah memimpin dan mengembangkan sebuah seminari yang men­
jangkau seluruh Asia. Ia tahu bahwa anak-anak memiliki arti penting yang
strategis, yaitu sebagai objek misi dan agen kunci perluasan Kerajaan Allah
dalam generasi kita. Dekan Akademis, Dr. Sunny Tan yang selalu bekerja
keras dan ramah, dan istrinya, Dr. Rosalind Tan, Direktur Holistic Child
Development Institute (Institut Pengembangan Anak Secara Holistik) di
Penang, juga telah memberikan bantuan yang sangat berguna. Mereka
telah menyampaikan visi dan memimpin program dalam Pengembangan
Anak Secara Holistik. Mereka telah menjalankan sebuah program lintas
budaya yang kompleks dan saya percaya merupakan program tingkat
Pasca Sarjana dengan gelar MA yang terbaik saat ini. Mengajar dan
sekarang menulis dalam lingkungan yang mendukung seperti ini telah
menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Ketika berulang kali merevisi isi buku ini, saya memperoleh
bantuan editorial yang berguna dari Ms. Lim Siew Ling yang juga telah
memberikan banyak pandangan dengan memakai matanya yang tajam
sebagai orang Asia. Mrs. Carmen (Menchit) Wong, direktur internasional
Compassion’s Advocacy Initiative yang menyenangkan, juga menyampai­
kan pandangannya yang berguna dari segi budaya dan organisasi.
Untuk edisi revisi ini, saya juga sangat bergantung pada bakat luar
biasa yang dimiliki Mr. Kok Chik Bu yang telah melakukan banyak koreksi,
penyusunan format, rancangan secara keseluruhan, dan banyak nasihat
dalam hal lainnya secara terinci.
Akhirnya, saya berterima kasih kepada istri saya, Alice, yang selalu
membesarkan hati dan mendukung saya, yang telah memerhatikan hidup
saya dengan cara-cara yang dalam ukuran tertentu oleh beberapa orang
akan dianggap berlebihan atau terlalu baik. Perasaan sejahtera dan bisa
diprediksikan yang ia munculkan (dan tolerasinya terhadap saya ketika
duduk selama berjam-jam di depan komputer) telah memberikan bantuan
yang tak terhingga kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
saya.
—Dan Brewster,
Penang, Malaysia
viii
Mengenai Edisi Revisi Buku
Child, Church, and Mission
I
si buku ini pada mulanya dipersiapkan untuk sebuah mata pelajar­an
“Child, Church and Mission” yang diajarkan dalam program Master
of Arts di Pengembangan Anak Secara Holistik di Malaysia Baptist
Theological Seminary���������������������������������������������������
di Penang, Malaysia. Mata pelajaran ini dirancang
untuk membantu para siswa me­ngembangkan pengertian mereka akan
arti dan kodrat hubungan antara anak, gereja, dan misi. Dari sudut pandang
Alkitab, mata pelajaran ini memberikan suatu tinjauan luas terhadap anak,
kemiskinan, pengembangan anak secara holistik, dan pandangan terhadap
hubungan antara pengembangan anak secara holistik dan pelayananpelayanan yang ada di gereja.
Buku Child, Church, and Mission edisi pertama direvisi secara luas
pada 2010 dan diterbitkan oleh Compassion di AS dengan judul Future
Impact. Sebuah buku penuntun setebal 200 halaman menyertai buku
tersebut. Saya merasa bahwa penerbitan buku tersebut dalam dua volume
terasa berat. Jadi, versi ini diterbitkan terutama untuk para pembaca di
Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Versi ini sebagian besar menggabungkan isi
Future Impact dan buku pedomannya menjadi satu volume. Edisi pertama
yang ber­judul Child, Church and Mission telah diterima dengan baik dan
buku itu telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Saya merasa baik
adanya bila memakai judul edisi pertama itu untuk edisi yang baru ini.
Isi buku ini boleh dipakai sebagai mata pelajaran di seminari dan
sekolah Alkitab. Kami berharap buku ini juga berfungsi seba­gai sumber
Child, Church, and Mission
untuk melatih para pekerja anak, orang-orang yang melayani anak-anak
yang berisiko (kelompok yang dikhusus­kan) dan pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan oleh jaringan-ja­ringan Kristen yang bergerak di bidang
pengembangan anak.
Untuk informasi lebih lanjut tentang mata pelajaran ini,
hubungilah:
Dr. Dan Brewster
Compassion International
Email: [email protected]. Tel/Fax: 604-890-1440
Dr. Rosalind Lim-Tan
Director. MBTS HCD Institute
40 A-D. Mk. 17 Batu Ferringhi. Penang 11100, Malaysia
Email: [email protected]. Tel/Fax: 604-881-2462
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih......................................................................................................vii
Mengenai Edisi Revisi Buku Child, Church, and Mission.....................................ix
Bagian Satu: ANAK DALAM PANDANGAN ALKITAB..................................1
1. Mengapa Anak-Anak ?................................................................................................. 3
… dan Jutaan Anak Menderita karena Kemakmuran................................. 11
Kasih dieja W-A-K-T-U.............................................................................................. 13
Dunia Media yang Global....................................................................................... 16
Anak-anak Strategis karena “Tanah Liat” Mereka Masih Lunak........... 19
Mengikuti Awan Kemuliaan.................................................................................. 20
2. Apakah yang Alkitab Katakan Tentang Anak-anak...................................... 29
Anak-anak dan Masa Kanak-kanak dalam Alkitab...................................... 31
Anak-anak diciptakan dengan Martabat......................................................... 34
Sering Kali Diabaikan dan Dieksploitasi......................................................... 35
Harapan Allah Kepada Orang Dewasa tentang Anak-anak...................... 38
Anak-anak Bisa Mengerti Perkara-perkara dari Allah.............................. 41
Allah Memakai Anak-anak untuk Tugas-tugas Khusus............................. 43
Tema-tema dalam Perjanjian Lama tentang Anak-anak........................... 46
Tema-tema dalam Perjanjian Baru tentang Anak-anak............................ 48
3. Pelayanan Pengembangan Anak.......................................................................... 57
Hati Allah terhadap Orang yang Miskin dan Tertindas............................. 59
Tiga Masalah dengan Kekayaan.......................................................................... 61
Child, Church, and Mission
Pengembangan Anak secara Kristen dan Holistik...................................... 65
Apa yang Kami Maksudkan dengan Pengembangan?................................ 70
Hal yang Bukan Merupakan Pengembangan Kristen Holistik............... 75
Tujuh Karakteristik Belas Kasihan yang Sejati............................................. 77
Hasil Utama Pengembangan: Kemandirian................................................... 80
Mempromosikan Kemandirian........................................................................... 82
Memfasilitasi Pengembangan yang Sehat....................................................... 85
Arah Pengembangan................................................................................................ 89
4. Pemahaman Rohani tentang Kemiskinan........................................................ 93
Apakah Kemiskinan Itu?......................................................................................... 95
Penyebab Kemiskinan: Semua Dugaan yang Sudah Lazim?................... 98
Memandang Kemiskinan secara Rohani.......................................................103
Sudut Pandang—Kunci untuk Memahami Kemiskinan..........................104
Sudut Pandang Memiliki Konsekuensi...........................................................107
Yesus Datang Memberi Hidup yang Berkelimpahan................................109
Pencuri Datang untuk Mencuri.........................................................................110
Respons Alkitab terhadap Filsafat-filsafat yang Palsu
dan Menyesatkan.....................................................................................................112
Mengalami Kebenaran dari Allah Bisa Memerdekakan Manusia.......119
Bagian Dua: ANAK DAN GEREJA................................................................127
5. Peran Gereja...............................................................................................................129
Manusia Seutuhnya—dan Seluruh Ciptaan.................................................131
Penebusan, Rekonsiliasi, dan Pengembangan Anak.................................134
Misteri Peran Gereja...............................................................................................137
Penginjilan atau Aksi Sosial: Perdebatan yang Seru................................141
Mengkhianati Dua Miliar Manusia?.................................................................143
Injil Sosial...................................................................................................................144
Hubungan antara Penginjilan dan Aksi Sosial............................................145
Perintah yang Agung dan Amanat Agung Sama-sama Benar...............147
Para Pemangku Kepentingan Utama dalam Pelayanan Gereja............150
Dua Struktur, Satu Fungsi....................................................................................153
6. Mengapa Peduli Kepada Anak-anak Merupakan Tanggung Jawab
Khusus Gereja?.........................................................................................................159
Hanya Gereja (Orang-Orang Kristen!) yang Bisa Menjawab
Kebutuhan Manusia secara Keseluruhan.......................................................160
Karena Allah Mendengar Anak-anak Menangis...........................................164
xii
Mengapa Anak-Anak?
Karena Memelihara Anak-anak Melenyapkan Ketidakpercayaan......168
Karena Hanya Gereja yang Mengerti Martabat Semua Orang...............172
Karena Hanya Gereja yang Bisa “Menyingkirkan Kutuk”........................173
Bagian Tiga: ANAK DALAM GEREJA..........................................................177
7. Pertumbuhan Iman Anak-anak..........................................................................179
Maksud Allah bagi Anak-anak dalam Gereja...............................................181
Pertumbuhan Iman Anak-anak.........................................................................185
Usia Akuntabilitas...................................................................................................188
Bagaimana Iman Bertumbuh ?..........................................................................192
Adakah Jendela Keterbukaan 4/14?...............................................................196
8. Karakteristik Gereja yang Ramah Anak..........................................................205
Sebuah Dunia yang Ramah Anak Di Mana Anak
Bisa Mengasihi dan Dikasihi...............................................................................208
Membuat Program Gereja Lebih Ramah Anak...........................................210
Apakah Gereja Sebaiknya Menyampaikan Khotbah
yang Diperuntukkan bagi Anak-anak?...........................................................213
Membuat Fasilitas Gereja Lebih Ramah Anak............................................215
Membuat Staf Gereja Lebih Ramah Anak......................................................216
Tanggung Jawab Gereja pada Semua Tingkatan........................................218
Menilai Keramahtamahan Gereja Anda terhadap Anak.........................219
9. Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja............................................231
Melindungi Anak-anak dari Diri Kita Sendiri..............................................233
Mengetahui telah Terjadi Pelecehan terhadap Anak...............................234
Pedoman Umum Melindungi Anak-anak......................................................238
Prosedur Pelaporan Dugaan Pelanggaran Seksual ..................................241
Enam Prinsip dalam Merespons Dugaan Pelecehan................................243
Bagian Empat: ANAK DAN MISI.................................................................253
10. Misi—Apakah yang harus Dilakukan Gereja.............................................255
Tinjauan Secara Luas Terhadap Misi dalam Alkitab..............................258
Sejarah Sangat Singkat Misi pada Zaman Modern.................................260
Pertumbuhan Kekristenan Baru-baru Ini..................................................265
Pertumbuhan Misi-misi Bukan dari Barat.................................................266
Lima Konsep Misiologi yang Penting
(dan Relevansinya terhadap Anak) ...................................................................269
Anak dan Misi.........................................................................................................274
Berikan Anak-anak Kepadaku atau Aku akan Mati!..............................276
xiii
Child, Church, and Mission
11. Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak ..........................283
Masalah-masalah Utama dalam Penginjilan kepada Anak-anak
yang Beragama Lain............................................................................................286
Pertobatan atau Proselitisme?........................................................................286
Bagaimana dengan “Membeli Petobat”?.....................................................287
Penginjilan atau Eksploitasi?...........................................................................289
Peringatan Penginjilan terhadap Anak dalam Situasi
yang Sensitif............................................................................................................291
Misi Strategis terhadap Anak..........................................................................293
Anak, Pertumbuhan Gereja, dan
Perkembangan Kepemimpinan......................................................................294
Anak-anak Sebagai Agen Misi..........................................................................296
Memberikan Suatu Pandangan Misi kepada Anak-anak.....................300
Bagian Lima: SARANA-SARANA UNTUK MELAKUKAN
ADVOKASI..............................................................................309
12. Advokasi yang Tidak Konfrontasional..........................................................311
Advokasi yang Tidak Konfrontasional.........................................................315
Cara Melakukan Advokasi yang Tidak Konfrontasional......................316
Advokasi dan Pengembangan Berjalan Bersama....................................318
Advokasi dalam Compassion International..............................................320
Memperluas Definisi Advokasi bagi Compassion...................................322
Apa yang Bisa Anda Lakukan sebagai Pembela Anak...........................324
13. Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak..........................................................327
Isi dan Tujuan KHA..............................................................................................329
Beberapa Keprihatinan Orang Kristen terhadap KHA..........................331
The Millennium Development Goals (MDG).............................................339
A World Fit for Children (WFFC)—Sebuah Dunia
yang Ramah bagi Anak-anak............................................................................342
14. Berjejaring Demi Anak-Anak............................................................................349
Manfaat Berjejaring.............................................................................................351
Viva Viva!..................................................................................................................355
Kesimpulan......................................................................................................................363
Referensi...........................................................................................................................369
Indeks................................................................................................................................375
Dr. Dan Brewster...........................................................................................................379
xiv
H
Bagian Satu
ANAK DALAM
PANDANGAN ALKITAB
ampir ada dua miliar anak di dunia sekarang ini—
sepertiga dari jumlah penduduk dunia. Dan semua anak
ini bisa dikatakan berisiko. Banyak sekali, tentu saja, yang
menghadapi risiko karena kemiskinan—menghadapi bahaya
berupa penderitaan, eksploitasi, diabaikan, dan kematian.
Menurut UNICEF, sekitar 9,7 juta anak meninggal sebelum
mencapai umur 5 tahun—per hari rata-rata lebih dari 24.000
orang—karena penyakit yang sebenarnya bisa dengan mudah
dicegah atau diobati.
Pada saat yang sama, jutaan anak menghadapi risiko karena
kemakmuran. Pola pikir yang sangat modern dan materialisme
zaman ini menyebabkan jutaan anak “memiliki segalanya untuk
hidup, tetapi tidak memiliki apa pun yang bisa dijadikan tujuan
hidup”. Kita akan membahas masalah ini, halangan dan tantangan
yang dihadapi anak-anak baik dalam kemiskinan dan kemakmuran
dalam bab pertama.
Meskipun demikian, kebutuhan anak, potensi, serta janji
yang ada dalam kehidupan anak-anak bukanlah hal yang baru.
Sesungguhnya, Alkitab banyak berbicara mengenai anak-anak—
jauh dari yang disadari orang-orang. Dalam bab kedua, kita akan
melihat anak dari sudut pandang Alkitab. Kita akan menemukan
bahwa Alkitab tidak diam dan apa yang kita pelajari tentang hati
Allah bagi anak-anak juga harus membentuk pandangan kita
terhadap anak-anak.
http://www.unicef.org/health/index_childsurvival.html (diakses pada 25 Maret
2011)
Child, Church, and Mission
Ekspektasi Allah adalah semua anak bertumbuh secara
holistik seperti yang dialami Yesus dalam Lukas 2:52: “makin
ber­tambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan
makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Namun, banyak anak tidak
memiliki kesempatan untuk bertumbuh dalam keempat bidang ini.
Bagaimanakah orang Kristen mempromosikan pengembangan anak
secara holistik? Dalam bab tiga, kita akan melihat beberapa sudut
pandang Alkitab tentang pengembangan ini dan memerhatikan
apa yang merupakan pengembangan
��������������������������������������
anak
�������������������������
dan apa yang bukan.
Kita juga akan kembali meninjau pentingnya kemandirian sebagai
komponen dari ������������������������������������������������
pengembangan �����������������������������������
anak dan memfasilitasi sebuah cara
yang penting untuk melakukan pengembangan.
Tekanan utama buku ini adalah anak dalam kemiskinan.
Bab empat membahas masalah kemiskinan, kembali dari sudut
pandang Alkitab. Ide kuncinya adalah kemiskinan bukanlah sekadar
tidak memiliki sumber daya atau mengalami defisit. Sebaliknya,
kemiskinan pada dasarnya adalah masalah rohani. Allah dan setan
memiliki agenda yang berbeda bagi anak-anak. Allah ingin semua
anak-Nya bertumbuh dengan pesat—hidup dengan berkelimpahan.
Pencuri—setan—adalah pendusta dan ingin mencuri, membunuh,
dan menghancurkan hidup yang berkelimpahan. Orang-orang
yang terperangkap dalam dusta setan tidak akan memiliki hidup
berkelimpahan yang diinginkan Allah. Apa yang dipercayai orangorang dan yang menjadi landasan tindakan mereka memiliki im­
plikasi penting bagi kesejahteraan rohani dan jasmani mereka.
Kepercayaan memiliki konsekuensi. Kita akan membahas hal-hal
ini secara umum tetapi dengan perhatian khusus pada anak dan
perkembangannya.
Persis seperti yang dilakukan Yesus bagi para murid-Nya
zaman dulu, kita menempatkan anak di tengah pembahasan kita
dan memerhatikan sudut pandang yang “sungsang”.
1
Mengapa Anak-Anak ?
Kami tidak hendak sembunyikan kepada anakanak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada
angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN
dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib
yang telah dilakukan-Nya. Telah ditetapkan-Nya
peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di
Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk
memperkenalkannya kepada anak-anak mereka,
supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya
anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan
menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya
mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan
tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi
memegang perintah-perintah-Nya.
Mazmur 78:4–7
Child, Church, and Mission
Gereja dewasa ini mungkin tidak mencari anak-anak dan kaum muda,
tetapi mereka tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk menemukan
mereka. Anak-anak bukanlah kelompok masyarakat yang terpencil atau
tidak bisa dilihat dengan jelas. Mereka ada di mana-mana:






Di semua negara, dalam semua golongan sosial ekonomi dan di
antara orang-orang dalam semua kebudayaan.
Dalam semua komunitas: keluarga, sekolah, pasar, tempat ber­
main, dll.
Di daerah-daerah yang sulit dijangkau Injil.
Di subbudaya yang marginal: anak-anak dengan kebutuhan
khusus, dalam penjara-penjara …
Dalam situasi-situasi yang berisiko di mana keadaan yang dialami
meningkatkan kemungkinan bahwa mereka tidak akan memiliki
kesempatan untuk mendengar Injil.
Dalam keadaan-keadaan sulit yang berkaitan dengan agama:
anak-anak yang telah dilukai atau diabaikan oleh orang-orang
yang mewakili iman Kristen.
Setidaknya, Gereja perlu memerhatikan bahwa anak-anak ada di
sekeliling kita—sebagian besar dari mereka sedang menghadapi risiko
tertentu.
B
ELUM pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak anak hadir
di sekitar kita dan belum pernah terjadi begitu banyak dari
mereka menghadapi risiko sosial yang begitu besar. Anak-anak
berusia 15 tahun ke bawah merupakan sepertiga dari penduduk
dunia yang berjumlah enam miliar orang. Di banyak negara yang
sedang berkembang, setengah populasi negara itu adalah anakanak. 26 persen dari penduduk negara itu adalah kaum muda
dengan usia 15–29 tahun. Satu miliar anak lagi akan lahir dalam
Populasi dunia pada Maret 2011: 6.904.409.189 (6,9 miliar), “International Data
Base Information Gateway,” U.S. Bureau of the Census, http://www.census.gov/
ipc/www/idb/worldpopinfo.php.
Mengapa Anak-Anak?
Pertimbangkanlah statistik yang menyedihkan ini tentang anak-anak
dan kaum muda:










Sekitar satu juta anak terjebak dalam perdagangan seks ko­
mersial setiap tahun
Lebih dari 91 juta anak balita bertumbuh dengan kelaparan yang
merusak ketahanan diri mereka.
134 juta anak sama sekali tidak punya akses untuk masuk
sekolah
15 juta anak menjadi yatim piatu akibat AIDS
246 juta anak bekerja, 171 juta di antaranya terlibat/berada
dalam bentuk terburuk pekerja anak.
265 juta anak tidak menerima imunisasi penangkal penyakit apa
pun.
Lebih dari sepertiga anak terpaksa tinggal di rumah dengan lima
orang dalam satu kamar.
Lebih dari setengah miliar anak tidak memiliki fasilitas toilet
dalam bentuk apa pun.
Hampir setengah miliar anak tidak memiliki akses untuk mem­
peroleh informasi yang diterbitkan dalam bentuk apa pun.
376 juta anak terpaksa berjalan lebih dari 15 menit untuk mem­
peroleh air atau memakai sumber air yang tidak aman untuk
digunakan atau diminum.
dekade berikutnya, banyak dari mereka lahir dalam kemiskinan
yang parah.
Salah satu pembicara kami yang terbaik dalam bidang
anak-anak, pendiri Viva Network, Patrick McDonald menekankan
pentingnya anak-anak dan tanggung jawab gereja secara khusus
untuk peduli kepada mereka.
Patrick Mc Donald, Prakata dalam Child Poverty in the Developing World
(Bristol, UK: The Policy Press, 2003), http://aa.ecn,cz/img_upload/
65636e2e7a707261766f64616a737476/Child_poverty.pdf.
Child, Church, and Mission
Anak merupakan prioritas bagi sang Raja dan kerajaan-Nya.
Mereka banyak jumlahnya, mereka strategis; mereka men­derita dan
mandat Allah yang tidak ambigu berpihak pada mereka, menuntut
dilakukannya tindakan-tindakan mendesak. Mereka ada­lah kunci
untuk melaksanakan Amanat Agung dan merupakan ekspresi yang
esensial dari Perintah Agung. Respons orang Kristen terhadap anakanak dewasa ini dalam banyak hal sedang di persimpangan jalan.
Sebagian besar anak pada penghujung abad ini digolongkan sebagai
“anak-anak yang berisiko,” atau anak-anak yang membutuhkan lebih
dari sekadar kata-kata untuk bisa mendemonstrasikan kasih Allah.
Mereka adalah anak-anak yang lapar, tunawisma, dan menderita.
Menghadapi kebutuhan yang mendesak untuk membesarkan dan
melindungi anak-anak ini, banyak orang Kristen merespons dengan
penuh belas kasihan, bahkan dengan penuh pengorbanan, tetapi
sebagian besar bergumul untuk bisa melaksanakannya dengan
efektif dan konsisten. Kebutuhan yang semakin besar akan standar
profesional dalam pelayanan anak-anak memunculkan sebuah
tantangan yang menentukan bagi Gereja.
Salah satu alasan untuk gereja memfokuskan pada anak,
lebih dari segmen lain dari kemanusiaan adalah anak-anak men­
derita. Dalam pengertian tertentu, mereka membayar dosa-dosa
yang dilakukan orang dewasa. Setiap tahun puluhan juta anak
menjadi korban eksploitasi, kekerasan, dan perlakuan yang kejam.
Dewasa ini lebih dari 37% anak di seluruh dunia hidup dalam
kemiskinan yang absolut—jumlah total 674 juta anak. Banyak dari
mereka tinggal dalam kondisi keterbelakangan yang parah, dengan
penghasilan yang kurang; menderita kelaparan dan malnutrisi;
kesehatan yang buruk; akses yang terbatas atau tidak memiliki akses
untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; tidak
memiliki tempat tinggal dan rumah yang layak huni; lingkungan
yang tidak aman, diskriminasi sosial, dan pengesampingan.
Akan tetapi, tidak semua kabar mengenai anak adalah kabar
buruk. Dengan tetap memerhatikan catatan di atas, dalam 2008
David Gordon dan lainnya, Child Poverty in the Developing World,
(Bristol, UK: The Policy Press, 2003), http://aa.ecn.cz/img_upload/
65636e2e7a707261766f64616a737476/Child_poverty.pdf.
Mengapa Anak-Anak?
Jutaan Anak Menderita Kemiskinan
Banyak daerah di dunia ini, anak-anak menghadapi risiko yang besar
berupa kemiskinan. Dengan meningkatnya biaya hidup dan pemotongan
subsidi untuk makanan, tunjangan kesehatan, dan pendidikan, anak-anak
menjadi golongan yang paling rentan. Ketika perekonomian setempat
membuka diri bagi kekuatan pasar global tanpa memberikan investasi
dan menyediakan pengamanan yang cukup bagi orang miskin, anak-anak
menderita dalam beberapa bidang:


Anak-anak jalanan. Kami mendapati mereka tidur di sudut-sudut
jalan yang gelap, beranda toko-toko, dan tepi rel kereta api. Me­
reka bertahan hidup dengan mengemis, mencari sisa makanan di
sampah, dan menjual permen.
Pekerja anak yang diperlakukan dengan kejam. Mempekerjakan
anak dan memperlakukan mereka dengan kejam dalam pekerjaan
berdampak pada pertumbuhan fisik, psikologis, intelektual, dan
moral anak. Ketika anak-anak mulai bekerja dalam usia yang
terlalu muda, mereka lebih mudah menjadi korban kekerasan
dan perlakuan kejam yang ekstrem, belum termasuk masa kanakkanak yang dicuri ketika mereka terpaksa bekerja! Di negaranegara yang miskin, para pekerja yang masih anak-anak terlihat
melakukan segala macam pekerjaan di tempat-tempat pembuatan
batu bata, perkebunan karet, ladang padi, perahu nelayan, pabrik
pakaian, bengkel motor, tempat-tempat servis, dan restoran.
Mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah orangorang kaya. Sudah lazim tiap pagi di pinggiran banyak kota besar
dan kecil terlihat anak-anak bergegas-gegas berjalan mendekati
truk-truk sampah untuk mencoba menemukan apa pun yang
bisa di daur ulang, di antara tumpukan sampah yang membusuk.
Ratusan anak mengembara di jalanan dan menawarkan diri
menjadi penyemir sepatu atau menjual koran, kacang, atau buah,
sementara yang lain meminta-minta uang dari para turis atau
pekerja asing yang datang untuk memberikan bantuan.
Child, Church, and Mission



Perdagangan anak. Anak-anak dijual untuk berbagai macam
eksploitasi, termasuk eksploitasi dan perbudakan seks, pornogra­
fi, dipekerjakan secara paksa, berperang, dan transplantasi organ
tubuh manusia.
Eksploitasi seks anak, termasuk prostitusi anak, pornografi anak,
dan perdagangan anak. Kaum pengidap penyakit pedofilia dan
turis-turis pencari seks menimbulkan kerusakan yang besar di
antara anak-anak yang tidak bersalah. Yesus merekomendasikan
hukuman yang tidak perlu disesalkan yaitu batu kilangan yang
diikatkan pada leher mereka dan dilempar ke bagian laut yang
paling dalam (Mat. 18:6).
Anak-anak yang terlibat dalam, atau terkena akibat peperangan
merefleksikan perubahan dalam konflik bersenjata, yang memiliki
ciri berupa meningkatnya presentase rakyat yang menjadi
korban. Setiap hari, lebih dari 20 konflik bersenjata terjadi di
seluruh dunia, sebagian besar di negara-negara miskin, dalam
dekade yang lalu saja, lebih dari dua juta anak yang terbunuh
dan jutaan anak lainnya terluka atau menderita cacat permanen
akibat konflik bersenjata yang terjadi. Beda dari peperangan
masa lalu, kini diperkirakan antara 80 sampai 90 persen orang
mati atau terluka dalam konflik adalah rakyat—sebagian besar
adalah anak-anak dan ibu mereka.
hampir 24.000 balita meninggal setiap hari, angka itu turun dari
hampir 40.000 dalam satu dekade yang lalu. Antara awal 1990an sampai 2000, angka rata-rata kematian balita turun 11% dan
kematian anak karena diare, pembunuh yang paling banyak
merenggut nyawa anak-anak awal 1990an, turun setengahnya—
dengan demikian menyelamatkan sekitar sejuta jiwa.
Meskipun demikian, fakta yang menggetarkan hati ada­lah
lebih dari satu miliar anak (56%) di seluruh dunia hidup dalam
kekurangan yang parah. Anak-anak ini menghadapi ba­nyak risiko
dan akibatnya yang banyak dan kompleks. Beberapa hal jelas
terlihat ketika anak-anak tidak memiliki cukup makanan. Mungkin
Mengapa Anak-Anak?
30% baalita di seluruh dunia menderita malnutrisi yang sedang
dan parah. Bahkan di negara-negara yang paling kaya, banyak anak
dibesarkan dalam keluarga-keluarga yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Meskipun di
������������������������������������������
negara-negara terdapat
�������������������������
vaksin dan obat
lain untuk melindungi anak-anak dari penyakit, jutaan anak masih
meninggal setiap tahun karena penyakit yang sebenarnya dapat
dicegah.
Meskipun telah terdapat konsensus yang nyaris bersifat
universal tentang pentingnya pendidikan sebagai penunjang ke­
hidupan, persentase para siswi yang sekolah di sekolah tingkat
menengah (antara 11–18 tahun) masih berada di bawah para
siswa—53 persen untuk siswa dan 48 persen untuk siswi dalam
periode 2005–2009. Kondisi yang merugikan para siswi ini
mencapai jumlah yang tertinggi di wilayah subSahara di Afrika dan
Asia Selatan. Meskipun demikian, di Asia Timur, kepulauan Pasifik,
dan Amerika Latin serta kepulauan Karibia, gangguan mental di
antara remaja telah meningkat dalam 20–30 tahun karena struktur
keluarga yang berubah, pengangguran yang meningkat di antara
kaum muda, dan tekanan orangtua yang memiliki aspirasi yang
tidak realistis di bidang pendidikan dan pekerjaan. Sekitar 20
persen remaja di dunia menderita gangguan mental atau tingkah
laku—sebuah be­ban secara global berupa penyakit yang diidap
orang-orang berusia 15–19 tahun. Secara global, diperkirakan
71.000 remaja melakukan bunuh diri setiap tahun, sementara 40
kali dari jumlah tersebut me­lakukan upaya bunuh diri.
Pernikahan anak di negara-negara yang terbelakang te­
lah meningkatkan risiko untuk terjangkit penyakit seksual yang
menular dan kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian me­nun­
jukkan bahwa di Orellana, sebuah provinsi di Ekuador di lembah
sungai Amazon, hampir 40 persen gadis berusia 15–19 tahun
sedang atau pernah hamil, dan ditemukan bahwa kehamilan me­reka
penyebabnya adalah perlakuan yang kejam secara seksual, tiadanya
orangtua, dan kemiskinan. Setengah juta ibu meninggal setiap
UNICEF, “State of the World’s Children,” www.unicef.org/publications/files/SOWC2011.
Child, Church, and Mission
tahun ketika melahirkan, meninggalkan bayi mereka menghadapi
risiko yang ekstrem. 1 dari 17 ibu yang tinggal di Afrika Barat atau
Tengah menghadapi risiko kematian di sepanjang hidupnya.
Lebih lanjut, dalam dekade terakhir mungkin dua juta
anak telah terbunuh dan lebih dari enam juta anak terluka atau
cacat karena konflik bersenjata. Puluhan ribu anak menjadi cacat
karena terkena ranjau darat dan ribuan menderita dalam konflikkonflik yang disebabkan keserakahan akan tanah, batu mulia, dan
minyak.
Dewasa ini banyak yang telah dikatakan tentang bumi yang
“datar” dan pasar global. Efek globalisasi ini tidak semuanya buruk,
tetapi cenderung mendatangkan efek yang paling negatif terhadap
orang miskin. Sebagai contoh, persediaan makanan bisa jadi ber­
kurang ketika penggunaan tanah dan perdagangan lebih berfokus
pada perekonomian nasional dan kurang berfokus pada pasokan
makanan yang masuk akal bagi kaum Marginal. Di daerah-daerah
perkotaan di seluruh dunia, kemiskinan cenderung meningkatkan
jumlah anak jalanan. Anak-anak yang dipekerjakan menyebabkan
mereka menghadapi risiko yang besar akan terluka, diperlakukan
dengan kejam, buta huruf, dan bahaya-bahaya lainnya, belum
termasuk masa kanak-kanak yang hilang. Perdagangan anak dan
eksploitasi seks menempatkan anak-anak dalam wilayah gelap yang
menyebabkan mereka sulit untuk ditemukan, apalagi dibebaskan.
Sering kali, konflik bersenjata dengan jahat menargetkan anakanak yang berisiko dan keluarga mereka.
Hal-hal ini dan banyak lainnya menambah kemalangan
dan penderitaan anak-anak. Dan setiap statistik, tentu saja, me­
representasikan seorang anak yang di­kasihi Allah dan untuknya
Yesus telah mati, yang ��������������������
benar-benar terluka�.
Ibid.
“Fullness of Life and Dignity of Children in the Midst of Globalization with a Focus
on Children.” Laporan yang disampaikan Tim Diakonia dan Solidaritas Dewan
Gereja Sedunia/Konferensi Kristen Antar Regional Asia di Mumbai, India, 2004,
hlm. 7.
10
Mengapa Anak-Anak?
… dan Jutaan Anak Menderita karena Kemakmuran
Di sisi lain, bagi banyak anak di Amerika dan di negara maju
di seluruh dunia, masa depan mereka tampak cerah. Mereka
memperoleh pendidikan yang baik. Kesehatan mereka biasanya
juga baik. Dokter mudah dihubungi. Teknologi menjanjikan
bahwa mereka akan men­cetak prestasi lebih besar yang bisa kita
bayangkan. Namun sebenarnya, bahkan anak-anak yang sangat
kaya dan “beruntung” ini menghadapi risiko yang sangat besar.
Banyak dari mereka menjadi lembek dan manja. Sering kali
mereka merasa hidup tidak bermakna, tidak memiliki tanggung
jawab atau tidak bertujuan. Mereka makan hingga kenyang (dalam
banyak kasus terlalu kenyang), merasa aman, memiliki pakaian yang
mahal dan gadget apa pun yang bisa mereka miliki serta mainan.
Bagi banyak orang, tuntutan yang diberikan ke mereka tidak lebih
dari “jangan mencoba narkoba” dan “tetap sekolah”. Mereka tahu
bahwa mereka akan memperoleh apa pun yang mereka inginkan—
khususnya bila mereka merengek cukup keras.
Pengalaman-pengalaman yang hanya diperuntukkan bagi
orang dewasa yang disingkapkan ke mereka mengancam masa
kanak-kanak dan kesejahteraan banyak anak dan kaum muda.
Kepolosan mereka hilang. Kehidupan mereka ditandai oleh am­
biguitas yang muncul dari filsafat-filsafat zaman yang sangat
modern ini. Mereka mungkin sangat terhubung dalam dunia digital
yang tidak mengenal batas, tetapi ironisnya mereka sangat tidak
terhubung dalam dunia nyata—dengan orangtua, tetangga, teman,
komunitas mereka, dan yang paling buruk, dengan diri sendiri.
Jutaan anak dalam rumah tangga yang makmur di negaranegara yang sangat maju mengalami penderitaan karena diabai­kan
orangtua. Orangtua mereka kurang memerhatikan, memelihara,
dan melindungi mereka. Terlalu banyak anak yang kemudian ter­
libat dalam kekerasan, meniru atau dipengaruhi apa yang mereka
pelajari dari televisi dan Hollywood. Terlalu banyak remaja yang
membenci diri mereka sendiri. Terlalu banyak anak yang bingung
dan kecewa karena premis-premis yang mengecilkan hati zaman
modern ini:
11
Child, Church, and Mission




Hidup tidak masuk akal dan tidak memiliki makna.
Kebenaran tidak ada.
Hanya kamu yang peduli pada dirimu sendiri, karena
itu
Jangan percaya apa pun atau siapa pun.
Banyak anak dibesarkan dalam lingkungan yang dipenuhi
kebencian, ketidakadilan, ketidakpercayaan, dan kebingungan. Ba­
nyak yang terperangkap dalam masalah-masalah orang dewasa
yang kompleks, termasuk perceraian dan seksualitas. Hati mereka
menjerit agar orang dewasa menolong mereka untuk menemu­
kan jati diri dan tujuan hidup mereka. Secara lahiriah, mereka
mengekspresikan perasaan frustrasi dengan cara-cara yang tragis
dan destruktif.
Ironis bahwa orangtua hanya menyediakan sedikit waktu
bagi anak-anak dalam kebudayaan di mana mereka memiliki
waktu paling banyak untuk bersenang-senang. Negara-negara de­
ngan akses yang paling mudah untuk memperoleh konseling dan
pelayanan keluarga sering kali menjadi negara-negara dengan
angka perceraian yang paling tinggi. Materialisme memalingkan
perhatian mereka dari membangun keluarga yang lebih baik
menuju memperoleh gaji yang lebih besar. Ini hanyalah beberapa
hal yang mendemonstrasikan tren perubahan nilai-nilai budaya
dalam sebuah keluarga.
Keluarga-keluarga kini dalam masalah besar dan anakanaklah yang membayar harganya. Ketika 1.500 murid ditanya,
“Menurut kamu apa yang menyebabkan sebuah keluarga bahagia?”
mereka tidak menyebut uang, mobil, rumah yang bagus, atau,
televisi. Jawaban mereka yang paling lazim, “Melakukan segala hal
bersama-sama”.
Apakah kita mendengarkan itu?
William R. Mattox, editorial tamu, Colorado Springs Gazette Telegraph, 10 Maret
1991.
12
Mengapa Anak-Anak?
Kasih dieja W-A-K-T-U
Dalam kebudayaan atau situasi apa pun, kasih bagi seorang anak
dieja “W-A-K-T-U!” (atau bagaimanapun Anda mengeja “waktu”
dalam bahasa Anda). Sylvia Hewlett menulis sebuah buku yang
mengesankan pada 1990-an dengan judul yang provokatif, When
the Bough Breaks, yang diambil dari lagu yang sering dinyanyikan
ibu-ibu ketika menimang-nimang bayi mereka agar tidur:
Timanglah bayimu di puncak pohon,
Ketika angin berembus, ayunan akan terayun-ayun.
Ketika cabang pohon patah, ayunan akan jatuh.
Dan jatuh pula sang bayi, cabang pohon, dan semuanya.
Hewlett berpendapat bahwa dewasa ini bagi banyak anak,
“cabang pohon” telah patah. Ia berkata masalah yang utama bu­
kanlah kurangnya sumber daya, melainkan “kurangnya waktu”. Ia
menyebutkan secara terinci beberapa alasan mengapa orangtua
tidak memiliki waktu bersama anak mereka.
Perceraian Tanpa Kesalahan. Perceraian tanpa kesalahan/tidak
bertanggung jawab telah secara dramatis mengurangi waktu yang
bisa digunakan para orangtua untuk bersama anak mereka. Masa
lalu, hukum perceraian di Amerika didasarkan pada asumsi bahwa
pernikahan adalah kemitraan yang langgeng dalam sebagian besar
kasus hingga “kematian memisahkan kita”. Hewlett mencatat bahwa
sebelum 1970 perceraian adalah pilihan yang sah secara hukum
tetapi hanya setelah terbukti adanya perbuatan seperti perzinaan,
kekejaman, atau ditinggalkan pasangan hidupnya. Hal menyedihkan,
dewasa ini, perceraian semakin dipandang sebagai sesuatu yang
“netral secara moral, sebuah pilihan lain—pilihan dalam hidup
yang tidak lebih baik atau lebih buruk daripada mempertahankan
pernikahan.” Orang-orang dewasa yang masih kekanak-kanakan ini
Wilson Grant, The Caring Father (Nashville: Broadman Press, 1983),
hlm. 18.
Sylvia Hewlett, When the Bough Breaks (New York: Basic Books, 1991),
hlm. 108.
13
Child, Church, and Mission
tidak menyadari bahwa mereka tidak bisa meninggalkan pasangan
hidup mereka dan pindah ke padang rumput yang lebih hijau tanpa
menaruh anak-anak yang ditinggalkan dalam bahaya yang serius.
Mitos “Waktu yang Berkualitas”. Dalam buku terbitan 1987, Quality
Parenting, Linda Albert dan Michael Popkin meyakinkan para ibu dan
ayah bahwa dengan usaha keras dalam interaksi mereka bersama anakanak, orangtua bisa “mengubah saat-saat yang biasa menjadi perjumpaan
yang, seperti diet sehat makanan alami dan vitamin …, menopang anakanak sepanjang hari” saat mereka harus sibuk di tempat lain. Ini adalah
ide yang menarik, tetapi tidak ada hasilnya.
Masalah utama waktu yang berkualitas adalah sedikit waktu
ber­kualitas yang tersedia! James Dobson membandingkan “waktu yang
berkualitas” ini dengan pergi ke restoran ketika Anda memutuskan untuk
makan steak yang paling lezat di kota Anda. Anggaplah Anda memesan
steak yang paling mahal. Lalu pelayan datang sambil memegang piring
dan mengangkat penutup makanan dengan lambaian tangan. Di ha­
dapan Anda tersaji steak paling lezat—jaraknya hanya satu inci dari
Anda! Akan tetapi, betapa pun lezatnya steak itu, jika kita tidak mencicipi
dan memakan steak tersebut, pasti ada yang kurang. Kita juga perlu
kuantitas bersamaan dengan kualitas. Hal itu berlaku sama dengan
waktu berkualitas dengan anak-anak kita.
Lebih banyak waktu untuk bekerja daripada untuk keluarga.
Pada masa lalu, sebagian ibu yang punya anak kecil tinggal di
rumah untuk mengasuh anak-anak mereka. Namun, sejak 1990-an,
lebih dari dua per tiga ibu-ibu bekerja di luar rumah. Meskipun ibuibu menghabiskan semakin banyak waktu untuk bekerja, para ayah
menghabiskan semakin banyak waktu untuk bekerja. Menurut
sebuah penelitian, rata-rata jam yang dihabiskan untuk bekerja
dalam seminggu melompat dari 41 jam pada 1973 menjadi 47 jam
pada 198910 dan tentu mereka bekerja jauh lebih lama sekarang,
10
Ibid., hlm. 79.
14
Mengapa Anak-Anak?
20 tahun kemudian. Hewlett mencatat tersedia kartu-kartu ucapan
selamat Hallmark bagi pada orangtua yang memiliki komitmen
berlebihan untuk bekerja dan benar-benar mengalami kesulitan
untuk bertemu anak-anak mereka. “Miliki waktu yang super di
sekolah” adalah ucapan tertulis pada satu kartu, yang dimaksud
ditaruh di bawah kotak sereal pagi hari. “Andai mama bisa
menemanimu tidur,” kata-kata dari kartu lainnya yang dirancang
untuk diletakkan di bawah bantal anak pada malam hari.11
Konflik Nilai pada Orang Dewasa. Alasan lain mengapa keluargakeluarga dalam masalah adalah terjadinya perubahan nilai-nilai
yang wajib jauh dari keluarga. Di seluruh dunia sedang terjadi
perubahan sikap yang semakin menjauhkan diri dari keluarga.
Hewlett mencatat bahwa sejak akhir 1960-an, orang dewasa men­
cari pertumbuhan pribadi dan realisasi pribadi:
Waktu telah berubah baik bagi pria dan wanita. Prioritasprioritas yang kita tetapkan telah melenyapkan antusiasme
kita untuk menyangkal diri sendiri, menunda kepuasan dan
pola tingkah laku egois lainnya. Pengorbanan tidak lagi
menjadi gaya hidup dan orientasi ke masa depan adalah
bagi burung di udara. Sikap memberi untuk menerima yang
dianut dewasa ini berbunyi: aku akan memberikan waktu,
energi, sumber daya dalam sebuah hubungan sepanjang
kebutuhanku terpenuhi, sepanjang itu menguntungkan aku.
Kalau aku tidak bahagia (atau benar-benar bosan), aku
berhak bergerak dan mencari apa yang aku butuhkan di
tempat lain. Kenyataannya kualitas-kualitas yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pribadi sering kali bertentangan
dengan kualitas-kualitas yang dibutuhkan untuk berhasil
sebagai orangtua yang berkepentingan.12
Kekurangan Uang. Tentu saja, ada anak-anak bahkan di negaranegara makmur yang kekurangan uang. Banyak orang yang tinggal
di Afrika dan Asia penghasilan keluarganya per tahun di bawah
11
12
Ibid., hlm. 88.
Ibid., hlm. 107.
15
Child, Church, and Mission
$1.000 akan tertawa atau menangis ketika mendengar bahwa kelas
menengah tidak bisa hidup dengan penghasilan di bawah $50.000
hingga $80.000 per tahun. Namun, karena digerakkan oleh ekonomi
pasar, para orangtua menghabiskan jauh lebih banyak energi
mereka untuk mencari uang daripada menginvestasikan waktu
bagi anak-anak mereka.
Kaum muda yang lebih dewasa dan terekspos diet regular komunikasi
elektronik yang terus-menerus dan dunia maya dewasa ini masuk da­lam
kelompok yang disebut penulis Tom Hayes sebagai “Bubble Generation”.
Karakteristik berikut menggambarkan mereka:






Tidak menyaksikan banyak acara TV atau mendengarkan siaran
radio.
Tidak memberi toleransi pada iklan—ini tidak wajib bagi me­
reka.
Memiliki mobilitas yang tinggi.
Jarang menggunakan email, hal itu sudah terlalu lamban.
Memiliki kehidupan sosial dan pribadi pada saat bersamaan.
Menolak konten berita yang dihadirkan terlalu rumit dan men­
dalam.
Dunia Media yang Global
Mungkin tantangan terbesar yang dihadapi anak-anak dewasa
ini—dan orang-orang yang berupaya untuk menjangkau mereka—
adalah dunia media yang kini berskala global dan belum pernah
terjadi sebelumnya. Di banyak negara dewasa ini, anak-anak mulai
memiliki akses tanpa pantauan akan media global selama 24 jam
dalam usia yang sangat muda. “Komunikasi elektronik sekarang
adalah pengaruh paling awal yang membentuk kehidupan anakanak yang masih kecil.13
13
Alissa Quart, Branded: The Buying and Selling of Teenagers (New York: Basic Books,
2003), hlm. 8.
16
Mengapa Anak-Anak?
Pengaruh dan dampak internet yang luar biasa merembes
ke mana pun, menjangkau segala tempat. Hal ini khusus dirasakan
para remaja dan anak-anak berusia 8–12 tahun, bahkan dialami
anak-anak yang lebih muda. Tom Hayes dalam bukunya yang
memesona Jump Point: How Network Culture is Revolutionizing
Business, menggambarkan “Bubble Generation” ini, orang-orang
yang berusia 13 hingga 25 tahun.14
“Bubble Generation” ini telah lahir bersama internet dan
tidak bisa mengingat dunia tanpa hal itu. Dunia mereka
adalah dunia media sosial, layar ketiga, program antarteman
sebaya, bit torrent, wiki, blog, vlog, podcast, RSS, SMS, IMS,
GPS, texting, video sharing, dan photo swapping. Kebudayaan,
adat istiadat, cita rasa, dan keinginan mereka telah dibentuk
oleh teknologi ini yang mereka gunakan. Mereka tidak pernah
memfoto sesuatu yang tidak bisa mereka lihat seketika, atau
menonton TV tanpa menu siaran atau menggunakan telepon
umum. Se­baliknya, dengan nyaman mereka menemukan
sesuatu me­lalui internet, berkomunikasi melalui pengiriman
berita secara instan, dan dengan gembira berbelanja secara
on-line serta menggunakan alat-alat kolaboratif yang akan
membantu mereka untuk terus berhubungan dengan teman
dan keluarga mereka, serta bekerja dengan lebih baik dan
produktif bersama rekan-rekan mereka.
Hayes sedang menulis kepada komunitas bisnis. Namun, hal
yang ia katakan tentang minat, perhatian, serta komunitas generasi
berikutnya yang berjejaring juga berlaku bagi orang-orang yang
berupaya menyentuh hati dan pikiran mereka. Dengan memakai
sudut pandang orangtua, pendeta, atau pemerhati yang menaruh
perhatian dan berupaya menuntun serta melindungi mereka,
bacalah deskripsi berikut ini yang menggambarkan realitas gaya
hidup dan sudut pandang anak-anak dan kaum muda dewasa ini:
14
Tom Hayes, Jump Point: How Network Culture is Revolutionizing Business (New
York: McGraw Hill, 2008), Kindle edition, Loc. 2494–2501.
17
Child, Church, and Mission
Orang-orang dewasa ini telah terbiasa dengan begitu banyak
hal yang menyita perhatian mereka; mereka ingin mengalami
banyak hal. Mereka merasa nyaman dengan berbagai hal
yang muncul secara bersamaan yang membangkitkan gai­
rah mereka; di rumah dan di tempat mereka bekerja dengan
mudah mereka mengerjakan berbagai macam tugas dengan
menggunakan email, melakukan pertemuan-pertemuan me­
lalui Internet dan Webcast, dan kehidupan sosial mereka
merupakan perpaduan texting, bermain game, menonton
video dan mengutarakan keluhan kepada teman-teman
mereka melalui Ipad.15
Hayes melanjutkan—dalam “Bubble Generation” ini tak
seorang pun berhak memaksakan kepercayaan pribadinya ke siapa
pun, dan siapa pun yang mengklaim bahwa hanya dirinya yang
mengetahui kebenaran tentang pasar akan ditertawakan di tempat
umum. Rambut yang coreng-moreng, tubuh yang dirajah, dan ekspos
kebudayaan dan makanan etnis orang lain secara umum merupakan
perwakilan keanekaragaman yang tumbuh di dunia tempat
generasi ini dibesarkan. Oleh karena anak cucu dari orang-orang
yang terlibat dalam gerakan yang memperjuangkan hak-hak sipil
dan persamaan gender, anak-anak orangtua yang lahir tidak lama
setelah Perang Dunia II menolak prasangka buruk dan menyambut
baik orang lain—penampilan, pengalaman, dan preferensi pribadi
mereka. Mereka tidak mau menghakimi kehidupan pribadi temanteman mereka dan tidak mau terlibat dalam pertengkaran dalam
beberapa hal yang menjadi perdebatan banyak orang zaman ini,
seperti aborsi.
Supaya adil, harus pula dicatat generasi ini pasif sekali
bila dibandingkan generasi-generasi sebelumnya (akibat duduk
sela­ma bertahun-tahun di depan layar komputer), kurang menya­
da­ri tempat mereka dalam sejarah atau masyarakat di sekitarnya
dan semakin kurang mampu menjaga komitmen jangka panjang
terhadap apa pun—dari hal-hal sosial, hubungan, institusi, hingga
15
Ibid., Loc. 1205–10
18
Mengapa Anak-Anak?
perhatian itu sendiri. “Bubble Generation” itu cepat, cerdas, dan
memiliki kemampuan manusia super dalam hal penguasaan
teknologi—tetapi sangat dangkal.16 Mungkin kelihatannya sedikit
berlebihan bila kesempatan dan ancaman media yang mendunia
ini diterapkan pada anak-anak yang miskin dan yang kaya. Na­
mun, jangkauan media tidak memiliki batasan. Anak-anak di
perkampungan kumuh Lembah Mathare di Nairobi mungkin hidup
dalam kemiskinan yang mengerikan, tetapi banyak dari mereka
masih memiliki akses ke telepon seluler dan televisi kabel.
Anak-anak Strategis karena “Tanah Liat” Mereka
Masih Lunak
Baik menderita kemiskinan atau mengalami kemakmuran, masa
kanak-kanak adalah tahap yang paling formatif. Oleh karena itu,
ini menjadi tahap yang paling strategis dalam kehidupan anak.
Perkataan ini benar: “Untuk membentuk orang dewasa, jangkau­
lah anak-anak.” Anak-anak membutuhkan perhatian kita lebih
mendesak dibandingkan kelompok umur lainnya karena masa
kanak-kanak cepat berlalu.
Sebagian besar orangtua secara intrinsik tahu bahwa masa
kanak-kanak adalah masa yang formatif. 90% otak kita telah
terbentuk sebelum kita mencapai usia 3 tahun,17 dan sebagian besar
kepribadian dewasa kita sudah terbentuk ketika kita mencapai
6 tahun. Ada kebenaran yang substansial dalam perkataan ordo
Yesuit, “Berikan kepadaku anak sampai ia berumur 7 tahun dan aku
akan tunjukkan kepadamu orangnya.” Alkitab berkata dalam Amsal
22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka
pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu”.
16
17
Ibid., Loc. 2511–22
Susan Greener, “The Effects of Failure to Meet Children’s Needs,” Celebrating
Children (Carlisle, Cumbria: Paternoster Press, 2003), hlm. 130.
19
Child, Church, and Mission
Presiden Compassion International, Dr. Wess Stafford meng­
ingatkan kita,18
Setiap gerakan yang besar dalam sejarah telah menyadari
kebutuhan untuk menarget generasi berikutnya supaya
mam­pu memajukan agendanya dan mengamankan pe­ning­
galannya pada masa mendatang. Gerakan-gerakan politik
(seperti Nazisme dan Komunisme) melatih ribuan anak
dengan sasaran melaksanakan agenda mereka setelah
pendiri mereka tiada. Agama-agama di dunia melakukan
yang sama dengan indoktrinasi yang sistematis terhadap
anak-anak muda—bahkan Taliban memberikan penekanan
yang besar pada perekrutan anak-anak. Nebukadnezar, ke­
tika menaklukkan Israel, berupaya membentuk masa depan
dengan memengaruhi anak-anak—seperti Daniel, Sadrakh,
Mesakh dan Abednego. Kelihatannya secara historis, gerakan
Kristen Injili adalah satu dari beberapa gerakan yang telah
membiarkan anak-anak menjadi mandat pelayanan kelas
dua—Pengabaian Agung dalam Amanat Agung (The Great
Omission in the Great Commission).
Mengabaikan anak seolah-olah mereka tidak ada adalah
kesalahan strategi yang terburuk dan sisi buruknya adalah meng­
undang si jahat di sekitar mereka untuk menghancurkan mereka.
Mengikuti Awan Kemuliaan
Ketika merefleksikan kodrat anak-anak dan masa kanak-kanak
serta realitas mereka dewasa ini, Dr. Vinay Samuel, yang lama
menjabat sebagai direktur the Oxford Centre for Mission Studies,
menyampaikan pengamatan yang memesona. Ia berkata, “Anakanak lahir dengan kodrat yang transenden. Meskipun lahir dalam
dunia yang penuh risiko, mereka tahu bahwa mereka memiliki
18
Wess Stafford, prakata dalam The 4/14 Window: Raising up a New Generation to
Transform the World, oleh Luis Bush (Colorado Springs, CO: Compassion, 2009),
hlm. 6.
20
Mengapa Anak-Anak?
kodrat yang transenden. Namun, bila mereka tidak segera diundang
masuk ke dalam Kerajaan Allah … bila mereka tidak mengalami
dan menikmati realitas Kerajaan Allah, mereka akan kehilangan
perasaan transenden itu.”19
Ide tentang transendensi ini bergema dalam diri saya. Saya
percaya ini menunjuk pada perasaan atau kepekaan yang bisa
jadi dimiliki anak-anak sejak mereka lahir dalam diri mereka
yang diciptakan sesuai gambar Allah dan kepekaan terhadap
jamahan Allah dalam hidup mereka. Perhatikanlah anak-anak kecil
dengan saksama dan perhatikanlah keterbukaan mereka terha­
dap alam, perasaan, dan segala hal lainnya, di samping perasaan
terpesona dan kagum yang sederhana yang ada dalam diri mereka.
Perhatikanlah perasaan mereka terhadap apa yang ada sekarang ini
dan pandangan mereka yang tidak rumit terhadap hidup ini, ketika
mereka mendapati bahwa mudah bagi mereka untuk memercayai
dan menerima perkara-perkara dari Allah. Apakah ini menunjuk
pada “misteri” ilahi yang ada dalam diri semua anak sejak mereka
lahir? Apakah ini mengisyaratkan sesuatu yang sangat signifikan,
lebih berharga dibandingkan kehadiran mereka tetapi sesuatu itu
juga mudah pecah, sesuatu yang dengan begitu tidak hati-hati dan
sembrono sering kali salah kita tangani?
Teman saya, Keith White, berpendapat bahwa kualitas se­
sungguhnya yang dilihat Yesus dalam diri anak yang Dia tempatkan
di tengah murid-murid-Nya yang berdebat lebih dari sekadar
kerendahhatian, sesungguhnya kualitas itu adalah transendensi.
Anak tidak hanya rendah hati, meskipun kelihatannya memang
begitu. Kelebihan dan apa yang dihargai Yesus dalam diri anak itu
(dan diri anak-anak pada umumnya) mungkin lebih dari sekadar
kerendahhatian. Mungkin itu adalah transendensi si anak. Kualitas
yang Yesus sukai bukan hanya anak itu tidak memperdebatkan
siapakah yang terbesar, melainkan memperdebatkan hal ini tidak
muncul dalam pikiran mereka.
19
Vinay Samuel, “Some Theological Perspectives on Children at Risk,” Transformation
14, no. 2 (1997):27.
21
Child, Church, and Mission
Ada sesuatu yang menggetarkan hati tentang pernyataan
yang penuh percaya diri bahwa anak-anak secara bawaaan memiliki
kodrat yang transenden. Pada saat yang sama, transendensi da­lam
diri seorang anak mudah pecah, rentan, dan bisa hilang untuk
selamanya bila tidak dihargai dengan tepat. Vinay melanjutkan:
Yesus (berkata), “Masuklah anak-anak ke dalam komunitas
Kerajaan Allah, bersama sang raja, inilah tempat yang men­
jadi milikmu. Di sana lah engkau akan mengalami transen­
densi, engkau tidak akan kehilangan perasaan transendensi
yang ada dalam dirimu.” Anak-anak di dunia Barat sangat
membutuhkan transendensi ini. Anak-anak membutuhkan pe­
rasaan bahwa ada realitas yang lebih dari sekadar televisi.
Mereka membutuhkan transendensi yang riil.
Selama mereka diberi makan dengan baik, sehat, dan me­
rasa nyaman, tidak jadi soal apakah mereka kaya atau miskin
(hingga tekanan teman-teman sebaya muncul). Anak-anak tidak
terpengaruh dengan perbedaaan budaya. Hingga mereka diajar
untuk memerhatikan, biasanya anak-anak tidak membedakan
keindahan dengan kejelekan seperti yang dilakukan orang dewasa.
Anak-anak bisa dan berada di atas kemiskinan.
Tentu saja, transendensi ini muncul dari fakta bahwa tiap
anak adalah pribadi yang diciptakan sesuai gambar Allah dengan
semua martabat dan harga diri yang secara bawaan merupakan
implikasi dari martabat ini. Tentu saja, Yesus benar-benar menyadari
ada transendensi dalam diri anak-anak. Katherine Copsey, dalam
esainya yang bagus berjudul, “What Is A Child?” bertanya,20
Jadi, apakah kualitas-kualitas yang secara alami memancar
keluar dari anak-anak, yang dianjurkan Yesus agar kita pel­
ajari ketika Dia mendorong kita agar ‘menjadi—seperti
anak-anak’? Dengan kata lain, apakah yang merupakan ciri
spiritualitas seorang anak—kualitas-kualitas yang dibawa
20
Katherine Copsey, “What is a Child ?” Celebrating Children, (Carlisle, Cumbria:
Paternoster Press, 2003), hlm. 8.
22
Mengapa Anak-Anak?
seorang anak dalam dirinya karena ia telah diciptakan sesuai
gambar Allah?”
Ia menjawab pertanyaan itu dengan ringkasan:
Keterbukaan:
 Kepada alam—anak-anak menunjukkan perasaan ter­
pesona dan kagum.
 Kepada perasaan—anak-anak cenderung langsung ber­
sentuhan dengan perasaan mereka.
 Kepada orang lain—anak-anak secara alami cenderung
bersikap terbuka, menyambut baik orang lain.
Kemampuan untuk Hadir Saat Ini:
 Anak-anak cenderung hidup “di sini dan sekarang” dan
berpikir secara konkret.
 Anak-anak memiliki bakat berupa persepsi—apa se­
benarnya maksud kita, bagaimana perasaan kita.
 Anak-anak cenderung menerima hal-hal sebagaimana
adanya, mengambilnya sejauh yang dibutuhkannya pada
saat tertentu.
Tidak Rumit:
 Anak-anak mudah percaya dan tidak rumit; mereka
tidak perlu menganalisis.
 Anak-anak mudah menaruh kepercayaan bila mereka
dibesarkan dalam suasana saling percaya.
 Anak-anak memiliki kebutuhan emosi dan jasmani yang
sederhana, mendasar.
Tidak ada yang bisa menghancurkan “apa yang telah di­
ciptakan” sesuai rupa Allah, tetapi ada banyak cara yang me­nye­
babkan perasaan transenden ini hilang. Copsey berkata, “Mung­
kin kita tidak menyadarinya, kita tidak mengenalinya dan ka­
rena itu tidak memeliharanya. Mungkin kita menyepelekan­nya,
23
Child, Church, and Mission
menghancurkannya, mengacaukannya, dan membiarkan hal itu
hilang di bawah tekanan budaya yang materialistis, konsumeris”.21
Ini terjadi, ia berkata, bila22:






Kita menyampaikan pesan kepada anak-anak bahwa
perasaan itu salah.
Kita menawarkan mereka suasana yang tanpa ke­
indahan, tanpa jiwa, dan gagal untuk membantu mere­
ka menemukan suatu perasaan terpesona dan kagum
kepada apa yang ada di sekitar mereka.
Kita menghancurkan rasa percaya, keterbukaan, dan
persepsi mereka melalui berbagai bentuk perlakuan
yang kejam dan tidak tulus.
Kita gagal memenuhi kebutuhan emosi dan jas­mani
mereka yang mendasar.
Kita membuat kepercayaan terlalu kognitif, terlalu rumit,
gagal mengenali pentingnya pembelajaran yang efektif.
Kita membunuh imajinasi dan perasaan fantasi mereka.
Baik mereka menderita karena kemiskinan atau kemakmur­
an, anak-anak di seluruh dunia layak memperoleh perhatian yang
penuh kasih dari orang-orang Kristen yang peduli. Seperti yang
akan kita lihat dalam bab berikutnya, Alkitab membahas banyak hal
tentang anak-anak—jauh lebih banyak dari yang kita perhatikan
pada masa lampau. Anak-anak ada di sana, dalam begitu banyak
alur cerita dan ajaran Alkitab. Mereka mau menerima (reseptive)
dan mau mendengarkan/merespon (responsive). Allah berbicara
kepada mereka dan melalui mereka. Mereka adalah alat dan
agen-Nya; mereka berpartisipasi dan memancing munculnya
penyembahan, penghormatan, dan iman.
Ya, kita orang Kristen telah cukup banyak mengajar anakanak yang hadir dalam kelas-kelas Sekolah Minggu kita. Na­
mun terlalu sering, orang-orang Kristen menyimpulkan bahwa
21
22
Ibid., hlm. 9
Ibid.
24
Mengapa Anak-Anak?
memerhatikan orang-orang di luar—khususnya yang miskin, ga­
duh, kotor, dan putus asa—mestinya merupakan tanggung jawab
orang lain.
Judul buku yang ditulis Wess Stafford, presiden Compassion
International, menyatakan bahwa anak-anak Too Small to Ignore
(terlalu kecil untuk diabaikan). Ini juga premis buku ini. Gereja
tidak bisa lagi menyerahkan tanggung jawab ini kepada orang
lain. Memerhatikan anak-anak yang membutuhkan merupakan
tanggung jawab khusus orang Kristen dan gereja.
Bacaan




“Fullness of Life and Dignity of Children in the Midst of
Globalization with a Focus on Children”, Laporan yang
disampaikan dalam Konsultasi Antar Wilayah WCC/CCA
yang diselenggarakan pada Januari 2004, hlm. 1–19.
“Santa Claus is Coming to Town,” bab 9 dalam Is it A Lost
Cause? oleh Marva Dawn, hlm. 145–163.
“Amusing Ourselves to Death” bab 10 dalam Is it A Lost
Cause? oleh Marva Dawn, hlm. 164–180.
“What Is a Child” bab 1 dalam Celebrating Children oleh
Katherine Copsey, hlm. 1–9.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan
1. Pikirkanlah beberapa anak dan pemuda yang Anda
kenal. “Apakah mereka sedang menghadapi risiko?” Bila
ya, tulislah beberapa jenis risiko yang sedang mereka
hadapi.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
25
Child, Church, and Mission
2. Menurut Anda, apakah sebagian besar interaksi Anda
dengan anak-anak itu positif atau negatif? Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Menurut pendapat Anda, apakah elemen ancaman
terbesar bagi anak-anak yang miskin? Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Apakah elemen ancaman yang terbesar bagi anak-anak
yang mampu? Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Mana dari “faktor-faktor” berisiko yang didaftar dalam
bab ini merupakan ancaman potensial atau nyata
terhadap anak-anak dalam hidup Anda? Apakah yang
bisa Anda lakukan untuk membatasi risiko itu?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
26
Mengapa Anak-Anak?
6. Dari pokok-pokok pikiran yang tercantum dalam bab
ini, mana yang Anda rasa menjadi alasan terkuat atau
kesempatan terbesar untuk melayani anak-anak?
Mengapa? Tindakan praktis apakah yang bisa Anda
ambil?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
27
2
Apakah yang Alkitab Katakan
tentang Anak-anak
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari
anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku,
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan
diikatkan pada lehernya
lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
Matius 18:6
Child, Church, and Mission
A
PAKAH yang Alkitab katakan kepada kita tentang hati Allah
terhadap anak-anak?
Orang-orang memercayai mitos-mitos tentang anak.
Beberapa orang memercayai mitos bahwa hanya sedikit yang
dikatakan Alkitab tentang anak-anak. Bab dan sesi ini akan
menghapuskan mitos itu dan membantu kita dengan lebih baik
memahami pentingnya dan peran anak-anak dalam Alkitab.
Sebuah penyelidikan yang lebih saksama terhadap Alkitab—
di mana anak menjadi fokusnya—menyingkapkan bahwa anakanak sangat menonjol dalam Alkitab. Anak-anak memainkan
pe­ran yang signifikan dalam menyingkapkan berita yang ditulis
dalam Alkitab. Allah mengasihi dan melindungi anak-anak. Alkitab
mendemonstrasikan bahwa anak-anak sangat perseptif dalam
memahami perkara-perkara dari Allah. Sering kali Allah memakai
mereka sebagai utusan dan contoh dari Dia—khususnya, ketika
kehidupan orang dewasa sudah terlalu rusak dan tuli untuk men­
dengarkan atau merespons.
Murid-murid sedang berdebat di antara mereka sendiri
tentang siapakah yang terbesar dalam kerajaan yang akan datang?
Yesus, karena tahu apa yang mereka perdebatkan, merespons
dengan memeluk seorang anak dan berkata, “Sesungguhnya jika
kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 18:3).
Bila kita mengikut Yesus dengan serius, kita harus me­
merhatikan hal ini. Anak-anak di tengah-tengah kita sering kali
diabaikan!
Anak-anak di tengah-tengah kita merupakan titik awal
pelajaran ini. Banyak (mungkin sebagian besar) orang yang mem­
baca Alkitab tidak melihat betapa menonjolnya anak-anak di
seluruh Alkitab. Bagi banyak orang di Gereja dewasa ini, anak-anak
merupakan “Pengabaian Besar”. Kita telah gagal melihat betapa
Saya berutang budi kepada Dr. Keith White yang telah menyingkapkan banyak
pengertian tentang tema anak-anak dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
juga Glenn Miles untuk beberapa pendekatan yang diambil dan contoh-contoh
dalam Alkitab yang disampaikannya dalam bab ini.
30
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
banyak teologi dan praktik Kristen berkaitan dengan, digambarkan
oleh, dan hanya dimengerti dari sudut pandang seorang anak di
tengah para muridnya. Dengan membaca Alkitab dari sudut pandang
seorang anak di tengah para murid-Nya, mungkin kita bisa melihat
bahwa prioritas kita dalam Gereja telah kacau. Kita mungkin telah
meremehkan potensi pelayanan anak dan anak sebagai objek dan
agen Misi.
Alkitab juga dengan jelas mengajarkan bahwa kita perlu
bersikap serius terhadap anak-anak, karena Allah juga serius
terhadap mereka! Mungkin tidak ada yang lebih membuat Yesus
marah selain “menghalangi” anak-anak. Dalam Matius 18:5–6,
Yesus berkata bahwa siapa pun yang menyesatkan salah satu dari
anak kecil ini sebaiknya lehernya diikat dengan batu kilangan
dan ditenggelamkan ke dalam laut. Bahasa aslinya, Yunani, me­
nyingkapkan bahwa batu kilangan yang dimaksud ayat ini adalah
batu yang sangat besar dan orang itu harus ditenggelamkan ke
bagian laut yang paling dalam. Jelas, Yesus sama sekali tidak sabar
atau tidak bersimpati kepada siapa pun yang melakukan cela ini.
Dalam bab ini, kita akan melihat secara luas apa yang Alkitab
katakan tentang anak-anak. Dalam tinjauan luas ini—ada lebih dari
1.700 referensi Alkitab tentang anak-anak dan masa kanak-kanak,
yang menyingkapkan keprihatinan Allah atas anak-anak yang di­
abaikan atau dieksploitasi, peran dan tanggung jawab orangtua,
dan hal-hal khusus di mana anak-anak merupakan bagian integral
dari rencana-Nya yang telah disingkapkan. Yakinlah, ada banyak
hal yang harus dipertimbangkan.
Anak-anak dan Masa Kanak-kanak dalam Alkitab
Apa pun realitas hidup seorang anak, Allah menganggap anakanak berharga. Alkitab kaya dengan prinsip-prinsip yang meng­
gambarkan pokok bahasan ini.
Wendy Strachen dan Simon Hood, editor, “Evangelization of Children,” Lausanne
Occasional Paper, 47 (2004): hlm. 11,12.
31
Child, Church, and Mission
Anak-anak bukanlah pribadi yang dipikirkan secara sambil lalu dalam
Alkitab: anak—121 kali; anak atau anak-anak–448 kali—anak atau anak
laki-laki—2.700 kali (tidak termasuk referensi tentang Yesus sebagai
Anak Allah); anak sulung—100 kali lebih; anak laki-laki dan anak-anak
perempuan–196 kali. Juga terdapat lusinan cerita tentang atau yang
mencakup anak-anak. Kata-kata yang berkaitan dengan anak-anak dan
keluarga seluruhnya muncul lebih dari 8.000 kali.
—Roy Zuck, Precious in His Sight, hlm. 13.
Hal pertama dan terutama, anak-anak adalah tanda berkat
Allah. Mereka adalah bagian esensial dari komunitas yang ter­
ikat perjanjian. Bahkan, sikap anak-anak yang mau diajar meng­
gambarkan hubungan yang diinginkan Allah dengan orang dewasa.
Yesus memakai anak-anak sebagai contoh ketergantungan yang
dilandasi kerendahhatian yang dituntut Allah dari orang dewasa.
Oleh karena itu, keluarga dan komunitas mereka harus menghargai
dan mengajarkan jalan Allah dan firman Allah kepada mereka.
Allah ada di pihak orang-orang yang rentan dan menganggap anakanak pantas dilindungi. Ketika anak-anak diabaikan, diperlakukan
dengan kejam atau menjadi korban, Allah berduka. Yesus sangat
menganjurkan agar anak-anak dilindungi.
Sejak lahir anak-anak tampak mempunyai perasaan
bagaimana melayani Allah sebaik-baiknya. Anak-anak adalah
penyembah. Mereka dirancang untuk menyembah Allah. Pujian
bukanlah sesuatu yang mereka pelajari ketika mereka dewasa—itu
adalah kodrat dan tujuan mereka sekarang. Anak-anak memuji
Yesus bahkan ketika orang-orang dewasa menolak Dia. Lebih
Lihat Mazmur 127:3
Lihat Hosea 11:1; Matius 18:2–3
Lihat Matius 18:4
Lihat Ulangan 6,11
Lihat Matius 18:5–6, 10
Lihat Mazmur 8:2
Lihat Matius 21:15
32
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
lanjut, dalam Alkitab, anak-anak terbukti menjadi agen pilihan
untuk melaksanakan misi Allah. Anak-anak bukanlah satu-satunya
orang yang mengikuti, tetapi juga menjadi orang yang Allah utus
untuk memimpin.10 Anak-anak menjadi figur kunci dalam kisahkisah Alkitab: Ishak, Musa, Samuel, Daud, pembantu istri Naaman,
dll. Allah sendiri memilih datang ke dunia dengan lahir sebagai
bayi, bukan sebagai raja, rabi, atau imam besar.
Allah mengasihi anak-anak tanpa syarat. Yesus memberkati
anak-anak yang dibawa kepada Dia tanpa syarat atau tuntutan.11
Yesus membuat anak-anak menjadi fokus dalam pelayanan-Nya. Dia
menyembuhkan anak-anak12 dan menyambut baik mereka.13 Dia
memakai anak-anak sebagai contoh kerendahhatian.14 Pokoknya,
Yesus menghargai anak-anak.15
Fakta bahwa para teolog dan Gereja telah begitu lama
mengabaikan realitas dalam Alkitab ini bisa menimbulkan kon­
sekuensi yang serius dalam pemahaman kita secara keseluruhan
terhadap Alkitab dan anak-anak. Dr. Keith White16 bertanya,
Bagaimana seandainya kita salah mendengar atau meng­
abaikan ajaran yang diwahyukan Allah tentang anak-anak
dan masa kanak-kanak? Dampak apakah yang mungkin
muncul dari proses tersebut terhadap sejarah dan kehidupan
masa kini dan bentuk gereja? Bagaimana kalau kelalaian itu
menyebabkan kita gagal menjadi garam dan terang dalam
dunia yang diciptakan Allah? Bagaimana kalau visi kita
tentang Kerajaan Surga tidak merefleksikan apa yang telah
Yesus nyatakan?
Lihat Yesaya 11:6
Lihat Matius 19:13–15
12
Lihat Lukas 7, 8.
13
Lihat Markus 10
14
Lihat Lukas 18:17
15
Lihat Matius 18:12–14
16
Keith White, “A Little Child Shall Lead Them: Rediscovering Children at the Heart
of Mission.” Tulisan dipresentasikan dalam konferensi Cutting Edge, De Bron,
Belanda, 2001, hlm. 1.
10
11
33
Child, Church, and Mission
Anak diciptakan dengan Martabat
Sebuah tinjauan terhadap apa yang Alkitab katakan tentang anakanak pertama-tama menyatakan bahwa anak, seperti semua orang,
diciptakan sesuai gambar Allah. Fakta ini memberikan mereka
martabat dan nilai yang ada pada mereka sejak lahir. Ini ada dalam
diri semua anak apa pun suku, bahasa, kebangsaan, umur, jenis
kelamin (gender), kemampuan, kelakuan, kasta, dan karakteristik
mereka sebagai manusia. Ini juga berlaku bahkan bagi anak-anak
yang belum lahir, seperti dinyatakan dengan jelas dalam Mazmur
139:13–16:
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, me­
nenun aku dalam kandungan ibuku... kejadianku dahsyat
dan ajaib… ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi,
dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu
semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada
satupun dari padanya.
Tuhan menyerahkan hidup-Nya sendiri dan menumpahkan
darah-Nya demi martabat dan keselamatan setiap anak. Allah juga
memelihara dan memulihkan martabat anak-anak dengan memakai
mereka untuk melakukan pekerjaan-Nya, dengan menyediakan
waktu untuk memberkati mereka, menyembuhkan mereka, bahkan
membangkitkan mereka dari kematian.
Allah menunjukkan respeknya kepada anak-anak dengan
memprioritaskan mereka, bahkan ketika murid-murid tidak
me­miliki waktu bagi mereka. Dia menghargai mereka dengan
memberikan mereka pengertian akan kerajaan-Nya.17 Seperti
yang telah ditulis di depan, Yesus menghargai anak-anak dengan
menerima penyembahan mereka dan melindungi mereka—dan
memperingatkan orang-orang yang mencoba untuk melukai
mereka.18
17
18
Lihat Matius 11:25
Lihat Lukas 17:2
34
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
Sering Kali Diabaikan dan Dieksploitasi
Di seluruh Alkitab, kita melihat banyak contoh anak-anak yang
diabaikan dan dieksploitasi. Banyak hal dewasa ini yang membuat
kita terkejut dan ngeri juga menjadi masalah pada zaman Alkitab.
Pada zaman dahulu seperti zaman sekarang, anakanak dalam beberapa kebudayaan merupakan subjek yang
di­gadaikan untuk utang. Ayub 24:9 berkata, “Ada yang merebut
anak piatu dari susu ibunya dan menerima bayi orang miskin
sebagai gadai.” Kita menemukan contoh lainnya dalam 2 Raja-raja
4:1: “Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya
kepada Elisa, sambil berseru: ‘Hambamu, suamiku, sudah mati dan
engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi
sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua
orang anakku menjadi budaknya.’”
Anak-anak biasanya menjadi korban pertama kelapar­
an dan tidak adanya pakaian. Ayub 24:7, 10 merefleksikan
keada­an anak-anak yang membutuhkan, “Dengan telanjang mereka
bermalam, karena tidak ada pakaian, dan mereka tidak mempunyai
selimut pada waktu dingin…. Dengan telanjang mereka berkeliaran,
karena tidak ada pakaian, dan dengan kelaparan mereka memikul
berkas-berkas gandum.”
Alkitab memberikan contoh anak-anak yang dieksploi­
tasi dan terdengar seperti yang diberitakan dalam berita-berita
utama dewasa ini. Kitab Yoel bahkan menyebutkan perdagangan
dan prostitusi anak! “Aku akan menjual anak-anakmu laki-laki dan
perempuan kepada orang-orang Yehuda dan mereka akan menjual
anak-anakmu itu kepada orang-orang Syeba, kepada suatu bangsa
yang jauh, sebab TUHAN telah mengatakannya” (Yl. 3:8)
Nabi-nabi dalam Alkitab benar-benar menyalah­kan
orangtua yang telah memperlakukan anak mereka dengan
kejam, khususnya yang mengorbankan anak-anak mereka.
Pertimbangkanlah contoh ini (salah satu dari beberapa contoh da­
lam Perjanjian Lama): “Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan
untuk Baal di Lembah Ben-Hinom, untuk mempersembahkan anak-
35
Child, Church, and Mission
anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka kepada Molokh seba­
gai korban dalam api, sekalipun Aku tidak pernah memerintahkan­
nya kepada mereka dan sekalipun hal itu tidak pernah timbul
dalam hati-Ku, yakni hal melakukan kejijikan ini, sehingga Yehuda
tergelincir ke dalam dosa” (Yer. 32:35).
Praktik-praktik mengerikan yang dilakukan terhadap anakanak ini didokumentasi lagi da­lam Mazmur 106:37–38: “Mereka
mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan
mereka kepada roh-roh jahat, dan menumpahkan darah orang yang
tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan
mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan,
sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah.”
Yeremia kembali berkata, “Beginilah firman TUHAN: Dengar!
Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel
menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya,
sebab mereka tidak ada lagi” (Yer. 31:15). Pengalaman itu begitu
membekas dalam ingatan orang-orang Yahudi sehingga ratapan
ini terdengar lagi ketika Yesus lahir, ketika Herodes membantai
anak-anak yang tidak bersalah di Betlehem dalam upaya untuk
melenyapkan bayi Yesus.
Meskipun hal-hal ini terjadi pada anak-anak, Allah tidak
tinggal diam. Di seluruh Alkitab, kita melihat bukti yang tak ter­
bantahkan dan banyak jumlahnya akan kasih dan perhatian
Allah kepada anak-anak. Lebih dari 30 perikop Perjanjian Lama
membuktikan Allah sebagai pembela anak-anak yatim. Salah satu
favorit saya adalah Ulangan 10:18 yang mengingatkan kita bahwa
Allah “yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan
kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya
makanan dan pakaian.” 19
Banyak perikop lain mendemonstrasikan perhatian Allah
kepada anak-anak yang menderita dan menyuruh umat-Nya agar
menunjukkan perhatian yang sama. Kejadian 21:17 mencatat
perhatian dan kepedulian Allah kepada Hagar dan Ismael yang
diusir, yang menjadi saingan dan saudara tiri Ishak. Ratapan 2:19
19
Perikop lainnya adalah Mazmur 10:18, 68:5 dan 82:3
36
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
dengan bergairah memberikan instruksi kepada umat Allah dalam
pengasingan, “Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada
permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu bagaikan
air di hadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup
anak-anakmu, yang jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung
jalan!”
Kita juga tahu bahwa Allah menyuruh umat-Nya untuk
mem­beri instruksi dan mendidik anak-anak. Sebagai contoh, per­
timbangkanlah Ulangan 6:6–8:
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah
engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya ber­
ulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila
engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya se­­
bagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lam­
bang di dahimu.
Tema ini dilanjutkan dalam Kitab Amsal, di mana orangtua
diperintahkan untuk mendidik anak dalam kebenaran dan hik­­­
mat.20 Kitab ini sangat mendukung dilakukannya disiplin—ter­
masuk pemberian hukuman jasmani yang dilandaskan kasih—
sebagai kunci utama untuk menjadi orangtua yang berhasil.21
Dalam Perjanjian Baru juga terlihat dengan jelas perhatian
Yesus kepada anak-anak. Yesus berkata bahwa siapa pun yang
me­nyambut baik seorang anak menyambut baik Dia. Ketika para
murid memperdebatkan siapakah yang terbesar dalam Kerajaan
Allah, Yesus menempatkan seorang anak di tengah-tengah mereka.
Ia berkata bahwa orang-orang tidak mau menjadi seperti anak kecil
itu, mereka bahkan tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah—
apalagi menjadi orang yang terkemuka di sana!
20
21
Untuk satu contoh hal ini, lihatlah Amsal 22:6
Lihat Amsal 22:15, 29:15.
37
Child, Church, and Mission
Saya senang dengan gambaran yang muncul lewat kata-kata
yang ditulis dalam Matius 18:10: “Ingatlah, jangan menganggap
rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata
kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang
wajah Bapa-Ku yang di sorga.” Bagi saya, ayat ini menunjukkan bah­
wa malaikat anak-anak (mereka memiliki malaikat yang menjaga
mereka!) memiliki akses khusus kepada Bapa, yang mungkin tidak
dimiliki malaikat lainnya. Kelihatannya ini juga mengindikasikan
bahwa apa pun yang mungkin Allah kerjakan saat itu, bila salah satu
malaikat ini melihat seorang anak sedang menghadapi masalah,
malaikat itu akan melaporkannya kepada Allah saat itu juga!
Harapan Allah Kepada Orang Dewasa tentang Anak
Allah berharap orang dewasa mengasihi, peduli, me­lindungi, dan
membuat anak mereka bertumbuh.
Orangtua harus mendidik dan mengajari anak-anak
mereka. Amsal 6:20 menganjurkan kepada anak-anak agar “pe­
liharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran
ibumu.” Amsal 22:6 berbicara mengenai tanggung jawab orangtua
untuk menciptakan suatu kerinduan terhadap hal-hal rohani da­
lam diri anak-anak mereka sejak mereka masih kecil. Ulangan 6:7
menasihatkan kepada orang-orang dewasa agar mengajar anakanak mereka untuk mengasihi dan menaati Taurat dalam setiap
kesempatan, “membicarakannya apabila engkau duduk di rumah­
mu, apabila engkau sedang dalam perjalanan.”
Orang dewasa harus mengasihi, menghargai, dan me­
nyambut baik anak-anak. Yesus memberikan contoh kepada kita
bagaimana memerhatikan anak-anak melalui cara-Nya sendiri. Dia
bersikeras agar murid-murid-Nya menerima anak-anak dan tidak
menghalangi mereka untuk datang kepada Dia:
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya
Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mere­
ka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
38
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah
menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orangorang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.”
(Matius 19:13–14)
Orangtua adalah pemberi perhatian yang utama kepada
anak. Fakta bahwa Allah sendiri memercayakan Putra-Nya sendiri
kepada umat manusia dalam rupa seorang anak kecil ada­lah indikasi
peran utama para orangtua. Allah menuntut Putra-Nya dibesarkan
oleh sebuah keluarga dan komunitas yang lemah, tetapi cakap.
Pengalaman Yesus sebagai anak menjadi contoh kepercayaan dan
tanggung jawab yang harus kita teladani.
Dalam gereja mula-mula, orangtua didorong untuk “men­
didik anak dalam disiplin dan ajaran Tuhan.”22 Bapa-bapa didorong
untuk tidak “menyakiti hati” anak-anak mereka, “bila mereka le­
mah hati.”23 Kedua ajaran ini berada dalam konteks anak-anak yang
didorong untuk menaati orangtua mereka, tetapi kedua ajaran
ini juga menentang asumsi orangtua memiliki otoritas yang tak
terbatas atas anak-anak mereka.
Dalam Perjanjian Lama, anak-anak harus tunduk sepenuh­
nya pada otoritas kepala keluarga dan secara hukum menjadi milik
kepala keluarga. Meskipun demikian, Allah ingin orang dewasa
memberikan perhatian yang saksama pada pemeliharaan dan pe­
latihan anak-anak. Sejak usia dini, orang dewasa harus melibatkan
anak-anak dalam ritual iman. Seperti yang diungkapkan perikop
terkenal dalam Ulangan 6 dan perikop lainnya. Orangtua harus
lebih berfokus pada tanggung jawab mereka atas anak-anak mere­
ka dibandingkan fokus mereka pada hak atas anak-anak mereka.24
Berlandaskan pandangan ini, perumpamaan yang disam­
paikan Yesus menekankan kasih seorang ayah adalah kasih yang
berkorban. Dua contoh hal ini terdapat dalam Injil Lukas dalam
Lihat Efesus 6:1–4
Lihat Kolose 3:20
24
Lihat Ulangan 21:18–21, 24:16; 2 Raja-raja 14:5–6
22
23
39
Child, Church, and Mission
perumpamaan tentang para pekerja upah25 dan anak laki-laki yang
memberontak26. Ibu Yesus menggambarkan kasih seorang ibu yang
penuh pengorbanan. Dalam Lukas 11, Yesus juga mengajarkan
bahwa orangtua secara alami ingin memberikan pemberian yang
baik pada anak-anak mereka. Paulus menulis bagaimana orangtua
akan membesarkan hati, menghibur, dan memberikan dorongan
pada anak-anak mereka.27
Komunitas juga penting dalam membesarkan anakanak. Meskipun Alkitab menunjukkan orangtua memiliki tanggung
jawab yang utama untuk memelihara dan membesarkan anak-anak,
komunitas juga memiliki peran yang krusial. Dalam Perjanjian
Lama, bagian dari perjanjian yang ada dalam komunitas umat
Allah mencakup hubungan antara anak-anak dengan orangtua.28
Menurut Maleakhi 4:6, kecuali hati anak-anak berbalik pada bapa
mereka (dan sebaliknya), tanah akan dikutuk. Tidak butuh banyak
imajinasi, ketika seseorang menelusuri perkampungan kumuh di
kota-kota yang besar di dunia seperti yang saya lakukan, ia bisa
melihat bahwa tanah di tempat itu telah terkena kutuk. Ini bukanlah
hidup yang Allah ingin dijalani umat-Nya—anak-anak-Nya.
Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus menggambarkan
gereja yang hidup sebagai “rumah tangga Tuhan” di mana terdapat
sebuah komunitas orang percaya yang penuh kepedulian yang
menjadi teladan bagaimana mereka mengelola rumah tangga me­
reka sendiri. Anak-anak yang tidak memiliki bapa/yatim piatu
dalam gereja mula-mula terlihat membutuhkan perhatian khusus29
karena mereka ada di luar unit keluarga yang “normal”. Ini adalah
wujud pembelaan Allah yang khusus kepada anak-anak yang tidak
punya bapa yang diekspresikan dalam seluruh Perjanjian Lama.
Lukas 20:9–19
Lukas 15:20–24
27
Lihat 1 Tesalonika 2:11–12
28
Lihat Keluaran 20:12, Ulangan 5:16
29
Lihat Yakobus 1:27
25
26
40
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
Anak Bisa Mengerti Perkara-perkara dari Allah
Bukan hanya kasih dan perhatian Allah yang ditonjolkan dalam
Alkitab. Kita juga melihat bahwa Allah sangat meng­hargai ke­mam­
puan mereka untuk memahami iman dan ber­partisipasi dalam
aktivitas-aktivitas penebusan-Nya.
Sejak awal perjanjian Allah dengan umat-Nya, Allah meng­
harapkan anak-anak dilibatkan sehingga mereka juga belajar me­
ngasihi dan takut akan Tuhan. Contoh dari hal ini bisa kita lihat
dalam Ulangan 31:12: “Seluruh bangsa itu berkumpul, laki-laki,
perempuan dan anak-anak, dan orang asing yang diam di dalam
tempatmu, supaya mereka mendengarnya dan belajar takut akan
TUHAN, Allahmu, dan mereka melakukan dengan setia segala per­
kataan hukum Taurat ini.”
Ketika Yosua menjadi pemimpin bangsa Israel, ia juga ber­
upaya agar anak-anak dilibatkan dalam pembacaan Taurat:
Sesudah itu dibacakannyalah segala perkataan hukum Taurat,
berkatnya dan kutuknya, sesuai dengan segala apa yang ter­­tulis
dalam kitab hukum. Tidak ada sepatah katapun dari segala
apa yang diperintahkan Musa yang tidak dibacakan oleh
Yosua kepada seluruh jemaah Israel dan kepada perempuanperempuan dan anak-anak dan kepada pendatang yang ikut
serta.(Yosua 8:34-35, penekanan ditambahkan)
Anak-anak selalu dilibatkan dalam drama dan ritual ibadah
Perjanjian Lama. Keluaran 12 mencatat bahwa ritual hari raya
Paskah dimulai ketika anak-anak bertanya apa arti Paskah. Dalam
Imamat, kita melihat anak-anak berpartisipasi dalam dialog tentang
arti Paskah. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak-anak juga
memancing ritual yang terus diingat berupa 12 batu yang diambil
dari dasar Sungai Yordan.30
Belakangan dalam kronologis Perjanjian Lama, Nehemia
menunjukkan keyakinan yang sama terhadap kemampuan anak30
Lihat Yosua 4:6
41
Child, Church, and Mission
anak untuk mengerti dan berpartisipasi dalam pertumbuhan
iman komunitas mereka. “Pada hari itu mereka mempersembahkan
korban yang besar. Mereka bersukaria karena Allah memberi mereka
kesukaan yang besar. Juga segala perempuan dan anak-anak
bersukaria, sehingga kesukaan Yerusalem terdengar sampai jauh”
(Neh. 12:43, penekanan ditambahkan).
Ketika Taurat ini dibacakan, anak-anak menjadi bagian dari
kerumunan orang banyak, menggemakan peristiwa pembaruan
perjanjian dalam Yosua 8:35.31 Mereka hadir lagi dalam perayaan
selesainya pembangunan tembok Yerusalem.32
Dalam Perjanjian Baru, Yesus juga menunjukkan peng­har­
gaan yang sangat tinggi terhadap kemampuan anak-anak untuk
memahami iman. Ia sendiri terlihat “membungkam” para penatua
agama ketika ia berusia 12 tahun. Yesus menegur para guru karena
meragukan penyembahan dan pengenalan mereka akan Yesus.33
Pernah ketika menyampaikan pengajaran yang ke­ras tentang
pertobatan dan hukuman, Yesus berhenti, tampak tertegun ketika
melihat entah bagaimana dalam skema Allah, dalam pengertian
tertentu, kebenaran-kebenaran ini tersembunyi dari orang-orang
yang “bijaksana” dan “terpelajar”, tetapi diketahui anak-anak kecil.
“Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena
semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang
pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.”34 (Pernahkah
Anda bertanya-tanya dalam hati tepatnya apakah yang dimenger­
ti anak-anak kecil, tetapi tidak diketahui orang dewasa? Apakah
ini sesuatu yang dibawa dalam roh mereka yang tidak dapat
diartikulasikan? Atau ini hanyalah kemampuan untuk percaya dan
merespons yang sering kali sulit bagi orang dewasa?
Pemimpin gereja mula-mula, Timotius, adalah contoh lain
anak kecil yang mengenal isi Kitab Suci.35 Di seluruh Alkitab, orang
Lihat Ezra 10
Lihat Nehemia 12:43
33
Lihat Matius 21:16
34
Lihat Marius 11:25
35
Lihat 2 Timotius 3:15
31
32
42
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
muda didorong untuk memengaruhi komunitas mereka dengan
menjaga kesucian pribadi, menaati firman Allah36, menjadi teladan
dalam perkataan, kasih dan iman,37 dan mengejar kebajikan yang
saleh.38
Allah Memakai Anak-anak untuk Tugas-tugas
Khusus
Wess Stafford, presiden Compassion International, suka berkata
bahwa sering kali ketika ada sesuatu yang benar-benar penting
yang akan dilakukan Allah—sesuatu yang tidak bisa Dia percayakan
kepada orang dewasa—Dia memakai anak-anak.
Pikirkanlah betapa berbeda sejarah bangsa Israel seandainya,
sebagai contoh, kakak perempuan Musa, Miriam, yang waktu itu
masih kanak-kanak—tidak menyelamatkan Musa dari Sungai Nil!
Seperti yang kita baca dalam Keluaran 2, Firaun telah mengeluarkan
dekrit agar semua anak laki-laki di bawah umur 2 tahun dibunuh.
Dengan melawan semua rintangan, ibu Musa menyembunyikan
Musa dalam sebuah keranjang di antara ilalang di tepi Sungai Nil.
Dan sebenarnya seberapa besar peluang putri Firaun sendiri yang
melihat keranjang itu!
Bayangkanlah Miriam yang masih kecil itu muncul untuk
memuji-muji bayi yang mungil itu bersama putri Firaun. “Parasnya
manis bukan?” dengan malu-malu ia bertanya.
“Oh, ya,” putri Firaun setuju. “Ia berharga sekali!”
“Apakah tuan putri ingin saya mencarikan seseorang untuk
membantu tuan putri membesarkan dia sebagai anak tuan putri
sendiri?”
“Kamu pengertian sekali! Ya, itu ide bagus. Maukah kamu
melakukan hal itu?”
Mazmur 119:9
Lihat 1 Timotius 4:12
38
Lihat 2 Timotius 2:22
36
37
43
Child, Church, and Mission
“Segera,” kata Miriam yang masih kecil tetapi banyak akal
ketika ia pergi dengan tergesa-gesa untuk membujuk ibu Musa
sendiri agar membesarkan anaknya itu di istana Firaun.
Atau, pikirkanlah berita berbobot yang Allah sampaikan
kepada Eli, pemimpin rohani tertinggi di negara itu saat itu. Kitab 1
Samuel 3 memberi tahu kita bahwa dengan penuh keyakinan Allah
memercayakan berita yang sulit kepada Samuel yang masih muda.
Ayat 7 memberi tahu kita bahwa Samuel belum mengenal Tuhan.
“Firman Tuhan belum dinyatakan kepada dia.” Jadi, Eli adalah satusatunya suara yang dikenal Samuel. Namun, Allah memberikan
kepada dia sebuah berita yang sangat mengganggu untuk di­sam­
paikan. Wess Stafford mengungkapkannya seperti ini:39
Allah tidak berkata, “Oh, Samuel masih kecil. Aku akan me­
mulainya dengan menyampaikan sebuah berita yang se­
derhana, menyenangkan.” Tidak, Allah melihat bahwa anak
ini mampu dan layak melakukan intervensi yang besar dalam
kehidupan seseorang yang sedang berkuasa. Ia sama sekali
tidak menutup-nutupi tugas itu. Bahkan, Alkitab berkata ke­
esokan paginya “Samuel yang masih muda itu menceritakan
semuanya kepada Eli, tidak ada yang ia sembunyikan dari
dia” (ayat 18). Ia menceritakan seluruh berita yang telah
diterimanya dari Allah malam sebelumnya.
Saya bertanya kepada Anda, apakah Anda me­mer­
cayakan berita semacam ini kepada seorang anak? Tentu saja
tidak—tetapi Allah melakukan hal itu. Jelas perasaan-Nya
terhadap anak-anak berbeda dengan perasaan kita.
Atau akhirnya pertimbangkanlah pelayan wanita muda yang
berada di pengasingan, yang tahu bagaimana Allah memakai Elisa,
mendorong jenderal Siria yang kuat bernama Namaan agar datang
kepada sang nabi untuk mengalami kesembuhan. Seperti yang
diceritakan kembali dalam 2 Raja-raja 5, pelayan wanita itu yang
39
Wess Stafford, Too Small to Ignore (Colorado Springs, CO: Waterbrook, 2005), hlm.
216.
44
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
hatinya seharusnya pahit dan penuh kebencian. Namun sebaliknya
ia menjadi orang yang penuh perhatian dan keprihatinan, “Sekira­
nya, tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah
nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”40 Ia memiliki
hati yang penuh belas kasihan.
Hanya bila kita membaca Alkitab dari sudut pandang anak di
tengah-tengah, baru kita bisa melihat bagaimana penyebutan yang
sangat singkat dari pelayan wanita yang masih muda ini merupakan
pelajaran yang menyingkapkan bagaimana Allah memakai anakanak untuk melaksanakan maksud-Nya. Esther Menn men­catat
bahwa kisah ini menghadirkan sebuah kontras yang jelas dan
ironis antara apa yang kelihatannya “besar”—penting dan apa yang
kelihatannya “kecil”—tidak signifikan.41 Kita tidak tahu namanya,
umurnya tepatnya berapa, apa yang terjadi pada orangtua dan
saudara-saudaranya ketika ia ditawan serta berapa lama telah
melayani istri Naaman. “… anak itu diperkenalkan sebagai anak
yang ‘kecil’, seakan-akan hanya itu yang penting, kecilnya dia di
tengah-tengah segala sesuatu yang perkasa, berkuasa, dan besar.”42
Naaman dan istrinya mendengarkan budak perempuan me­
reka ini dan minta izin raja agar melaksanakan idenya. Raja Aram
meningkatkan usul gadis kecil ini menjadi krisis internasional
ketika ia mencoba mengubahnya menjadi transaksi ekonomi dan
politik, tetapi dengan bijak ia mendorong Naaman untuk pergi ke
Israel.
Pengetahuan dan iman budak perempuan ini yang di­kom­
binasikan dengan pengenalannya akan pekerjaan Allah mela­lui
Elisa memampukan dia untuk secara signifikan mendatangkan
dampak pada bangsa dan generasinya. Ia muda sekali. Ia tinggal
di negeri asing dengan status sosial yang rendah dan kebebasan
yang terbatas. Namun, iman dan keyakinan dalam diri gadis muda
40
41
42
Lihat 2 Raja-raja 5:3
Esther Menn, “Child Characters in Biblical Narratives: The Young David (1 Samuel
16–17) and the Little Israelite Servant Girl (2 Raja-raja 5:1–19)” dalam buku Child
in the Bible, Marcia Bunge, editor (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2008), hlm. 343.
Ibid.
45
Child, Church, and Mission
ini menimbulkan dampak yang mengakibatkan terjadinya transfor­
masi holistik dalam kehidupan Naaman dan keluarganya. Jelas dari
ayat tersebut ia mungkin bahkan membantu terciptanya rekonsi­
liasi dan perdamaian antara dua bangsa yang bermusuhan ini.
Hasilnya adalah pengakuan dari komandan berkebangsaan
Aram bahwa Allah Israel adalah satu-satunya Allah di seluruh
dunia. “Sekarang aku tahu bahwa tidak ada Allah di seluruh dunia
kecuali di Israel.”43 Pengakuan “sekarang aku tahu” ini membentuk
inti pengakuan iman bangsa Israel.44 Bahkan dewasa ini, semua
aktivitas misi kita adalah membuat penduduk bumi menyatakan
deklarasi yang berbunyi “sekarang aku tahu” seperti Naaman.
Tema-tema dalam Perjanjian Lama tentang Anak
Cerita di atas menunjukkan bahwa anak-anak bukanlah pribadi
yang tersembunyi dan tidak signifikan di seluruh Alkitab. Namun,
lebih luas lagi, Dr. White mencatat beberapa tema yang menonjol
yang mendukung pandangan ini, dimulai dalam Perjanjian Lama
dan dilanjutkan dan dikembangkan lebih lanjut dalam Perjanjian
Baru.45
Pertama, pertimbangkanlah hubungan bapa/anak dan
ibu/anak yang dimiliki Allah dengan umat-Nya. Salah satu
gambaran hubungan itu terlihat di seluruh PL. Oleh karena itu,
hal ini dikembangkan dalam Perjanjian Baru sebagai Allah adalah
Bapa. Dr. White menulis:
Dalam Ulangan 8 Allah mendisiplin mereka yang telah dipilihNya menjadi bapa. Dalam Mazmur 27, seorang anak bisa
ditelantarkan oleh ayah dan ibunya, tapi Allah, Bapa surgawi
tidak demikian. Belas kasihan Allah itu seperti belas kasihan
ayah kepada anaknya (Mzm. 103). Literatur yang berisi
hikmat sebagian besar isinya ditulis seorang ayah kepada
Lihat 2 Raja-Raja 5:13–15
Lihat Ulangan 6:4–6
45
Keith White, “A Little Child Shall Lead Them”, hlm. 4–6.
43
44
46
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
anaknya (misalnya Mzm. 34, Ams. 1–7). Hubungan ibu/anak
secara signifikan digunakan sebagai perwujudan hubungan
antara Allah dan kita. Ada gambaran indah seorang anak
yang disapih dalam Mazmur 131 yang merepresentasikan
jiwa yang teduh dan tenang. Yesaya mengakhirinya dengan
gambaran anak yang lahir dan diakhiri dengan kalimat:
“Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini
akan menghibur kamu” (Yes. 66:13). 46
Anak-anak ditetapkan dan dirancang untuk memuji
Allah dan kemuliaan-Nya. Kita bisa melihat hal ini dengan jelas
sekali dalam Mazmur 8:3: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak
yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Terlalu se­
ring bagian per­tama ayat ini dianggap sebagai sesuatu yang sopan,
tetapi aneh. Dengan berbuat demikian, bisa jadi kita gagal \ melihat
arti penting ayat ini. Anak-anak dan bayi-bayi yang menyusu bu­
kan hanya konsumen atau orang dewasa pada masa mendatang;
sebaliknya, mereka secara spesifik ditetapkan dan dirancang untuk
memuji Allah dan kemuliaan-Nya. Inilah kodrat dan tujuan hidup
mereka yang sesungguhnya yang dikemukakan di seluruh Alkitab.
Inilah pandangan Allah terhadap mereka dan ini pula yang harus
menjadi pandangan kita terhadap mereka.
Hal mengherankan, kita juga melihat dalam hal tertentu
jeritan bayi-bayi yang menyusu memainkan peran dalam mem­
bungkam setan. Kita tidak diberi tahu bagaimana jeritan seorang
anak bisa menimbulkan efek semacam ini, tetapi wawasan yang
mengejutkan ini seharusnya diperhatikan dengan saksama oleh
para sarjana dan teolog. Lagipula, ini adalah salah satu tujuan hidup
kita yang utama dalam Kristus.
Ketiga, “seorang anak kecil akan memimpin mereka.”
Dalam hal tertentu, anak-anak menggambarkan Kerajaan Allah
yang akan datang. Dalam Yesaya 11, kerajaan Mesias dengan jelas
digambarkan: “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan
46
Ibid., 4.
47
Child, Church, and Mission
tutul akan berbaring di samping kambing… dan seorang anak kecil
akan menggiringnya.” Kerajaan Allah yang akan datang akan men­
jadi lingkungan yang aman tempat anak-anak bisa bermain, tidak
seperti hutan perkotaan yang dirobek-robek perang, didominasi
pasar yang berorientasi pada konsumen yang ada sekarang ini.
Bagaimanapun kita memahaminya dan apa pun itu, anak-anak
menjadi inti Kerajaan Allah yang akan datang.
Keempat, keselamatan Allah datang bukan melalui
raja dan pejuang hebat, melainkan tanpa diduga melalui
seorang anak. Lebih lanjut, di banyak bagian dalam Perjanjian
Lama, anak juga menjadi tanda Kerajaan Allah yang akan datang.
Yesaya berbicara tentang amarah Allah yang benar terhadap dosa
dan kemunafikan dalam pasal 7:14. Situasi seperti ini kelihatan
suram dan tanpa harapan, tetapi Allah memberikan sebuah tanda:
“seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan se­
orang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” Yesaya
9:5 berisi sebuah proklamasi terkenal, “Sebab seorang anak telah
lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya.” Fokus janji keselamatan Allah
bukanlah seorang raja yang gagah perkasa, seorang rabi yang
bijaksana, atau imam yang besar, melainkan seorang anak.47
Tema-tema dalam Perjanjian Baru tentang Anak
Dalam Perjanjian Lama, kita melihat perkembangan selanjutnya
tema yang sama ini. Tentu saja ada banyak peristiwa yang melibat­
kan anak-anak dalam kehidupan Yesus: putri perempuan Kanaan,48
anak laki-laki yang dirasuk setan,49 putra pegawai di Kapernaum,50
putri Yairus,51 dan lainnya. Dr. White membuat pernyataan yang
membangkitkan minat ini:52
Ibid., 5.
Lihat Matius 15, Markus 7
49
Lihat Matius 17, Markus 9, Lukas 9
50
Lihat Yohanes 4
51
Lihat Matius 9, Markus 5, Lukas 8
52
White, “A Little Child Shall Lead Them,” 5
47
48
48
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
Dalam semua peristiwa ini, Yesus memiliki hati terhadap
anak-anak dan mereka ditarik kepada Dia. Dia lebih menyu­
kai metode pengajaran melalui kisah dan tanda yang seperti
dalam ibadah dan ritual (Perjanjian Lama), sama-sama bisa
diakses oleh anak-anak dan orang dewasa. Gambaran yang
paling meresap tentang kasih Allah adalah, seperti yang
diajarkan Yesus kepada kita, “Bapa kami.”
Sering kali Yesus memakai iman spesial yang ada dalam diri
anak-anak untuk memengaruhi orang dewasa. Dalam kisah yang
menyentuh hati tentang putri Yairus, Yesus memakai peristiwa
itu untuk menguatkan iman orangtua anak perempuan itu. Ia
membesarkan hati Yairus supaya ia jangan takut, sebaliknya agar
ia percaya. Ia membawa Yairus dan istrinya bersama Dia ketika
Dia membangkitkan anak perempuan itu dari kematian. Yesus
juga mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus untuk mengajarkan
mereka bagaimana melayani keluarga.53
Yesus menjadi teladan bagi murid-murid-Nya ketika Dia
menumpangkan tangan-Nya ke atas anak-anak dan mendoakan
serta menjamah mereka.54
Secara lebih luas, kembali Dr. White55 menarik perhatian kita
ke beberapa tema yang luas seputar anak-anak dalam Perjanjian
Baru.
Inkarnasi. Pada awal Perjanjian Baru, Matius mengutip
Yesaya 7:14 tentang perempuan muda dan anak. Lukas 2:12
menceritakan sebuah tanda bagi para gembala yang mirip nubuat
Kitab Yesaya: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus de­
ngan lampin dan terbaring dalam palungan.” Simeon bernubuat
bahwa anak itu “akan menjadi tanda” dalam Lukas 2:33. Keith
White berkata,56
Lihat Markus 5:37, 40b.
Lihat Matius 19:13, Markus 10:13, Lukas 18:15
55
White, “A Little Child Shall Lead Them,” 4–6
56
Ibid., 6
53
54
49
Child, Church, and Mission
Kata anak berulang kali ditulis dalam Injil. Apa pentingnya
hal ini? Allah telah memilih datang ke dunia dalam wujud
seorang bayi. Mungkin kita telah begitu terbiasa dengan
Natal sehingga kita tidak menyadari betapa radikalnya hal
ini. Kepenuhan sang pencipta yaitu Allah dalam diri anak
kecil? Apakah ini mungkin? Bila mungkin, apa artinya ini?
Dari sudut pandang Allah tidak ada masalah, tetapi
ini mengguncangkan pandangan yang sudah ada pada kita.
Bayi itu kecil, lemah, bergantung pada orang lain dan rentan,
belum berpendidikan dan tidak terlatih serta belum bisa
berkata-kata. “Ya,” kata Tuhan, “dan engkau harus belajar
menemukan Aku dalam hal ini, dalam diri anak-anak yang
masih kecil. Engkau harus belajar bergerak dari istana dan
perjumpaan dengan orang yang terpelajar dan berkuasa, ke
palungan.
Kerajaan Surga. Kerajaan Allah adalah tema sentral dalam
pelayanan Yesus dan mungkin merupakan pandangan teologis
terpenting yang mendukung pertumbuhan anak secara holistik.
Seperti Kerajaan Allah merembes masuk ke dalam seluruh pelayan­
an Yesus dan memberikan keterkaitan dan kejelasan, demikian
pula Kerajaan Allah memberikan keterkaitan dan kejelasan bagi
pelayanan secara holistik terhadap anak-anak.
Ajaran tentang Kerajaan Surga itu esensial untuk bisa
mengerti peran Gereja dalam memerhatikan orang-orang yang
papa. Ajaran tentang kerajaan Kurga ini mengejutkan karena
“menjungkirbalikkan”, begitu tak terduga. Hal terakhir akan men­
jadi yang pertama, yang rendah akan ditinggikan, dan yang lembut
hatinya akan mewarisi bumi. Ketika menggambarkan Upside Down
Kingdom of God Donald Kraybill mengamati,57
Berulang kali melalui perumpamaan, pengajaran, dan
perbuatan, Yesus mengejutkan kita. Banyak hal yang ternyata
tidak seperti yang kita duga. Orang yang baik ternyata
57
Donald Kraybill, The Upside Down Kingdom (Scottsdale, PA: Herald Press, 2003),
hlm. 21.
50
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
adalah orang yang buruk. Mereka yang kita duga menerima
pahala mendapat teguran. Mereka yang berpikir sedang
menuju surga akhirnya masuk neraka. Banyak hal terbalik.
Paradoks, ironi, dan kejutan memenuhi ajaran Yesus. Ajaran
itu menjungkirbalikkan harapan kita. Hal yang terkecil ada­
lah yang terbesar. Orang yang tidak bermoral menerima
pengampunan dan berkat. Orang dewasa menjadi seperti
anak-anak. Orang-orang yang beragama tidak ikut serta
dalam perjamuan ….
Hal yang ada dalam pikiran para murid Yesus tentang
kerajaan saat itu adalah penerapan otoritas dan kekuasaan. Me­
reka tahu bahwa Yesus adalah raja, dan raja memiliki punggawa
dan penasihat utama. Mereka ingin tahu siapa dari mereka yang
akan meraih posisi tersebut. Yesus mengejutkan mereka dengan
menempatkan seorang anak di tengah-tengah mereka, lalu memeluk
anak itu dan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika
kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 18:3). Betapa sebuah
pemikiran yang menjungkirbalikkan tentang menjadi orang yang
signifikan, penting, dan berpengaruh!
Yesus memakai beberapa ajaran “yang menjungkirbalik­
kan” tentang Kerajaan Allah, yang menunjukkan bahwa anak-anak
merupakan bagian yang penting dalam misi Perjanjian Baru. Se­
bagai contoh, Yesus memberkati anak-anak yang dibawa kepada
Dia dan mengajarkan bahwa Kerajaan Allah adalah milik mereka.
Kemudian Dia berkata kepada orang-orang dewasa, kecuali mereka
menjadi seperti anak-anak, mereka bahkan tidak akan masuk
Kerajaan Surga, apalagi menjadi yang terbesar di sana. Lebih lanjut,
Dia marah ketika para murid menghalangi anak-anak untuk datang
kepada Dia.
Semua ini seharusnya tidak mengejutkan. Yesus juga me­
makai gambaran seorang anak untuk mengajarkan Nikodemus
sebuah kebenaran teologis mendasar tentang masuk ke dalam
Kerajaan Surga, “Kamu harus dilahirkan kembali!” Yesus memakai
51
Child, Church, and Mission
kelahiran seorang anak untuk menggambarkan satu-satunya cara
masuk Kerajaan Allah.58
Ada saat-saat dalam cerita Injil ketika Anda berharap orang
yang sudah dewasa memiliki iman seperti anak-anak. Dalam ke­
sembuhan anak laki-laki dari roh jahat yang diceritakan kembali di
Markus 9, Yesus menantang ayah anak laki-laki itu agar memercayai
perkara yang mustahil dan mendeklarasikan imannya kepada Allah
yang penuh kuasa. Sesungguhnya, dalam Injil (misalnya Luk. 1:26–
32, Yes. 7:14, 9:6), kita anak adalah tanda yang mengarahkan umat
manusia kepada keselamatan. Keith White menjelaskannya seper­
ti ini, “Allah telah memilih datang ke dunia, menyatakan diri-Nya
dalam bentuk seorang bayi dan anak kecil.”59
Anak-anak membantu kita memahami kebenaran-kebenar­
an yang luar biasa tentang Kerajaan Allah, karena mereka dan
Kerajaan Allah “sudah ada” tetapi juga “belum datang”. Kerajaan
Allah sudah hadir, dan tiap kali kita memberikan secangkir air yang
dingin, kita memanifestasikan kehadiran Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah juga “belum datang” karena ada banyak orang yang belum
percaya dan masih banyak kejahatan di dunia. Demikian pula, anakanak benar-benar sudah ada saat ini dan mereka sekarang adalah
orang-orang yang berharga, apa pun masa depan mereka nanti.
Namun, tentu saja mereka tidak akan seutuhnya menjadi seperti
yang diharapkan. “Anak-anak dan Kerajaan Allah saling memberi
pencerahan.”60
Tema ketiga dalam Perjanjian Baru adalah sebuah ke­be­
naran yang lazim, tetapi mengandung teka-teki, yaitu “Kamu
ha­­rus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:3). Kebenaran ini adalah ke­
benaran yang terkenal dan sering kali dikutip, tetapi kita telah
me­lepaskannya dari anak-anak dan masa kanak-kanak. “Yesus
benar-benar sedang mengajarkan kebenaran yang sama: Anda
harus menyingkirkan semua pandangan yang masuk ke da­lam diri
Anda ketika Anda dewasa, yang dipengaruhi kebudayaan dan siap
Lihat Yohanes 3
Keith J. White, “A Little Child Shall Lead Them.”
60
Ibid.
58
59
52
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
memulainya lagi … dalam Kristus, persis seperti seorang bayi yang
memulai kehidupan untuk pertama kalinya.”61
Jadi jelas dalam Alkitab, anak-anak tidak absen dan bukan
pribadi yang tidak signifikan. Dalam hal-hal yang tidak terhitung
banyaknya, mereka adalah objek kasih, kepedulian, serta agen
Allah ketika Dia berurusan dengan umat manusia. Mereka adalah
tanda-tanda kerajaan-Nya dan menggambarkan kualitas yang
paling dihargai-Nya.
Lebih lanjut, seluruh rencana penebusan Allah tidak di­
gambarkan dan diwujudkan dalam koridor kuasa, tetapi sudut
pandang dan kehidupan seorang anak. Meskipun sebuah komuni­
tas biasa memarginalkan anak-anak, catatan-catatan dalam Alkitab
sungguh menunjukkan bahwa “seorang anak kecil akan memimpin
mereka”.
Bacaan


61
“What the Bible Says About Children” oleh Josephine-Joy
Wright, Celebrating Children, hlm. 18-32.
“A Little Child Shall Lead Them: Rediscovering Children
at the Heart of Mission,” oleh Keith White (karangan
utama yang disampaikan dalam Cutting Edge Conference
2001); temukanlah ini di http://www.viva.org
Ibid., 8.
53
Child, Church, and Mission
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Bagaimanakah anak-anak (Kristen dan bukan Kristen)
dalam kebudayaan Anda biasanya dipandang dan di­
perlakukan di rumah, sekolah, dan tempat umum? Apa­
kah mereka dihargai dan dirayakan atau dipandang
tidak signifikan atau gangguan?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Mitos-mitos apakah yang sudah lama dipercayai gereja
atau komunitas Anda? Kebenaran-kebenaran tentang
anak apakah yang didiskusikan dalam bab ini yang
paling bisa menghancurkan mitos itu? Apakah yang bisa
mendatangkan perubahan yang diinginkan?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Apakah cerita tentang anak dalam Alkitab yang saat ini
paling bermakna bagi Anda? Mengapa?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Bagaimanakah Anda mampu menjelaskan pandangan
tersebut supaya muncul perubahan yang positif bagi
54
Apakah yang Alkitab Katakan tentang Anak-anak
anak-anak ketika Anda mendiskusikannya dengan gereja
lokal Anda?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Manakah dari hal-hal dalam bagian “Diabaikan dan
Dieksploitasi” yang paling mengejutkan atau membuat
Anda �������������������������������������������������
marah? Jelaskanlah. Tindakan praktis apakah yang
bisa Anda ambil untuk membantu memunculkan solusi
bagi masalah ini?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
55
3
Pelayanan
Pengembangan Anak
Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak
sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku
kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan
kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku
menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya,
kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan
berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin,
aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.
Amsal 30:7–9
Child, Church, and Mission
S
atu hal utama yang kita perhatikan ketika mempelajari firman
Allah dengan saksama adalah betapa besar kepedulian Allah
terhadap orang miskin. Baik Perjanjian Lama maupun Per­janjian
Baru dipenuhi contoh-contoh tentang kasih Allah kepada orang
miskin, kebencian-Nya terhadap ketidakadilan yang me­nimbulkan
kemiskinan dan kerinduan-Nya agar orang miskin dibantu.
Yesus berkata orang miskin akan selalu bersama kita.
Namun, Dia tidak berhenti sampai di situ saja. Ya, mereka akan
selalu bersama kita, tetapi apa yang akan kita lakukan terhadap
hal itu? Yesus menunjukkan keprihatinan-Nya dengan apa yang Dia
lakukan kepada orang miskin. Ada banyak hal yang bisa kita pel­ajari
tentang tanggung jawab kita terhadap orang-orang yang mende­rita
di dunia ketika kita mempelajari Alkitab.
Dalam Perjanjian Lama, kata keselamatan bisa diterjemah­
kan menjadi utuh dan lengkap. Bukan hanya keputusan untuk
menerima keselamatan yang membuat kita memiliki hubungan
yang benar dengan Allah sehingga kita bisa menikmati surga se­
lamanya. Ini adalah soal hidup yang lengkap dan selaras dengan
hukum-hukum Allah, yang mendatangkan kebaikan dan keutuhan
dalam hidup kita. Kebaikan dan keutuhan itu bukan hanya rohani,
melainkan juga bersifat jasmani, ekonomi, dan sosial. Ini adalah
kebaikan dan keutuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Ulangan 26 menunjukkan bahwa keprihatinan Allah terha­
dap umat-Nya yang tertindas mendorong Dia untuk membawa
bangsa Israel keluar dari Mesir. Belakangan, kelakuan bangsa Israel
yang keliru terhadap orang-orang miskin yang menyebabkan me­
reka hancur. Dalam Kitab Amos, kita melihat bahwa orang-orang
Israel menginjak-injak orang miskin. Mereka menjadi kaya dengan
mengorbankan orang miskin dan memanfaatkan mereka dengan
menyuap hakim-hakim. Bahkan wanita-wanita Israel—“lembulembu Basan”—menindas orang miskin dan menginjak-injak orangorang yang miskin.
Lihat Amos 8:4–7, 5:10–15
Lihat Amos 4:1
58
Pelayanan Pengembangan Anak
Allah, yang mengasihi orang miskin, muak terhadap ke­
munafikan, pesta-pesta agama, pertemuan-pertemuan, korban
bakaran, dan suara lagu-lagu mereka. “Hentikanlah hal-hal yang
tak masuk akal ini”, Dia berteriak. Sambil berdiri di tengah kepurapuraan agama ini, sang nabi meneriakkan kata-kata yang sudah
dikenal yang ditulis dalam Amos 5:24: “Tetapi biarlah keadilan ber­
gulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu
mengalir.”
Dalam Perjanjian Lama, kata keselamatan bisa diterjemahkan menjadi
utuh dan lengkap. Bukan hanya keputusan untuk menerima keselamat­an
yang membuat kita memiliki hubungan yang benar dengan Allah sehingga
kita bisa menikmati surga selamanya. Ini adalah soal hidup yang lengkap
dan selaras dengan hukum-hukum Allah, yang mendatangkan kebaikan
dan keutuhan dalam hidup kita. Kebaikan dan keutuhan itu bukan hanya
rohani, melainkan juga bersifat jasmani, ekonomi, dan sosial. Ini adalah
kebaikan dan keutuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Hati Allah terhadap Orang yang Miskin dan
Tertindas
Allah selalu memerhatikan orang yang miskin dan tertindas. Sejak
awal sejarah bangsa Israel, Allah prihatin terhadap penderita­an
mereka karena diperbudak orang-orang Mesir. Sesungguhnya,
untuk alasan inilah Allah bertindak dan melepaskan mereka dari
belenggu yang mengikat mereka:
“Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan
menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, maka kami
berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang kami, lalu TUHAN
mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan ke­­
sukaran kami dan penindasan terhadap kami. Lalu TUHAN
membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat
dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar
59
Child, Church, and Mission
dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat. Ia membawa
kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini,
suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” (Ul.
26:6–9).
Amsal 14:31 lebih lanjut menunjukkan bahwa Allah se­
benarnya mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang yang miskin
dan menderita. Kita membaca, “Siapa menindas orang yang lemah,
menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada
orang miskin, memuliakan Dia.”
Peduli kepada orang yang miskin merupakan pusat
kodrat Allah. Kebenaran yang terdapat dalam Mazmur 146:6–9
menyingkapkan hal ini:
Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya;
yang tetap setia untuk selama-lamanya, yang menegakkan
ke­adilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti
kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orangorang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang
buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN
mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang
asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi
jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.
Allah mengasihi orang miskin, tetapi pada dasarnya
tidak ada yang salah dengan kekayaan. Allah ingin umat-Nya
makmur. Dia ingin semua orang (termasuk anak-anak) memiliki
“hidup yang berkelimpahan” seperti yang Yesus katakan dalam
Yohanes 10:10. Berkat materi sering kali merupakan berkat yang
dijanjikan pada mereka yang menaati perintah-Nya. Beberapa
perintah dalam sepuluh perintah Allah diakhiri dengan kata-kata
“supaya baik keadaanmu”, dan supaya kita makmur.
Pertimbangkanlah ayat-ayat ini dalam Kitab Ulangan:
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan
kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan
60
Pelayanan Pengembangan Anak
baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu” (Ul. 5:16, penekanan ditembahkan).
“Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan
Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik
keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selamalamanya!” (Ul. 5:29, penekanan ditambahkan).
“TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk
melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN,
Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan su­pa­
ya Ia membiarkan kita hidup.” (Ulangan 6:24, penekanan
ditambahkan)
Jelas, kekayaan itu sendiri tidak buruk atau jahat. Namun,
sikap kita terhadap harta dan kekayaan kita harus menjaga, su­paya
merefleksikan Amsal 30:7–9:
“Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebe­
lum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku kecurangan
dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau
kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi
bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin,
aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.”
Tiga Masalah dengan Kekayaan
Meskipun tidak ada yang salah dengan kekayaan atau harta benda
itu sendiri, keduanya pada dasarnya berbahaya. Alkitab dengan
jelas menunjukkan bahwa sulit sekali bagi orang kaya untuk masuk
ke dalam Kerajaan Allah. Ini sendiri seharusnya membuat kita ber­
henti sejenak. Kekayaan mungkin tidak jahat, tetapi ada sesuatu
yang sangat menakutkan di dalamnya. Bahkan, Alkitab menyatakan
setidak-tidaknya tiga skenario Allah benar-benar menentang orang
yang kaya atau ketika kekayaan menjadi batu sandungan yang
serius.
61
Child, Church, and Mission
Masalah pertama muncul ketika orang kaya memperoleh
kekayaan dengan menindas orang miskin. Yakobus 5 dan
Yeremia 22:13–17 adalah dua ayat di antara banyak ayat dalam
Alkitab yang jelas menyatakan hal ini:
“Celakalah dia yang membangun istananya berdasarkan
ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman, yang
mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak
memberikan upahnya kepadanya .… Tidakkah ayahmu ma­
kan minum juga dan beroleh kenikmatan? Tetapi ia me­laku­
kan keadilan dan kebenaran, serta mengadili perkara orang
sengsara dan orang miskin dengan adil. Bukankah itu na­
ma­nya mengenal Aku? demikianlah firman TUHAN. Tetapi
matamu dan hatimu hanya tertuju kepada pengejaran untung,
kepada penumpahan darah orang yang tak bersalah, kepada
pemerasan dan kepada penganiayaan!” (Yer. 22:13–17).
Kekayaan dan harta milik kita mungkin lebih tergantung
pada penindasan yang dilakukan terhadap orang miskin, lebih dari
yang kita bayangkan. Sikap kita saja yang bersikeras memperoleh
harga yang paling murah bagi makanan, pakaian, atau barangbarang lain yang diimpor dari luar negeri mungkin berarti bahwa
para penanam atau para pekerja pabrik terpaksa menerima upah
yang sangat rendah dan hidup dalam kemiskinan. Orang-orang
Kristen yang penuh pengertian akan memiliki keinginan untuk
memahami dinamika dan interaksi semacam ini.
Masalah kedua yang nyaris tidak terelakkan muncul ketika
orang kaya mengarahkan hati mereka pada kekayaan mereka,
seperti yang kita baca tentang penguasa muda yang kaya:
“Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: ‘Masih tinggal satu
hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki
dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka
engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke
mari dan ikutlah Aku.’ Ketika orang itu mendengar perkataan
itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya. Lalu Yesus
62
Pelayanan Pengembangan Anak
memandang dia dan berkata: ‘Alangkah sukarnya orang yang
beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah
seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang
kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah’” (Lukas 18:22–25).
Masalah ketiga muncul ketika orang kaya tidak mau ber­
bagi dari kelimpahan mereka. Lukas 16 mengisahkan Lazarus
sang pengemis dan berbicara tentang pemisahan kekal dari Allah
yang dialami orang kaya yang mengabaikan orang miskin di pintu
rumahnya. Ini menggemakan beberapa ayat dalam Perjanjian Lama,
seperti panggilan yang disampaikan Allah untuk bertindak dalam
Yesaya 58:6–7:
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau
membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan talitali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya
dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-me­
cah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumah­
mu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau
melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakai­
an dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sen­
diri!
Sederhananya begini: Allah memberi pahala kepada orang
yang memerhatikan orang miskin. Namun, kita kecenderungan
untuk menimbun dan menumpuk, bertentangan dengan harapan
Allah. Dia memberkati kita bahkan menjanjikan kemakmuran ke­­
pada mereka yang murah hati dan bersedia berbagi dengan orang
lain. “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun ke­
pada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari
padanya” (Mat. 10:42). Amsal 11:24–25 mengungkapkan hasil prak­
tis dari kemurahan hati, dengan berkata, “Ada yang menyebar harta,
tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa,
namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi
kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”
63
Child, Church, and Mission
Ingat pula, perbuatan berbicara lebih keras dari perkataan.
Dalam Matius 25:41–45, ada pandangan yang mengejutkan bahwa
tindakan yang benar lebih penting dibandingkan doktrin yang
benar! Perhatikanlah dengan saksama alasan yang mengejutkan
yang dipakai Anak Manusia ketika Dia memisahkan orang-orang
dalam penghakiman terakhir—domba dari kambing.
Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah
kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia
untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar,
kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak
memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak
memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak
memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab
Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang
atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani
Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata ke­
padamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu
lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu
tidak melakukannya juga untuk Aku.
Yohanes juga memperingatkan kita agar tidak hanya menga­
sihi dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan. “Barang­
siapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita
kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya
itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anakanakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau
dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1
Yoh. 3:17–18). Yakobus 2:14–18 menyampaikan hal yang sama:
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang menga­
takan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempu­
nyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika
seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan
64
Pelayanan Pengembangan Anak
kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara
kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan
makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan ke­
padanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya
itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak
disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah
mati. Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada
iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia:
“Tun­jukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan
aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatanperbuatanku.”
Apa yang berlaku pada zaman dahulu masih berlaku pada
masa kini. Tentu saja, memedulikan orang miskin itu lebih dari se­
kadar perkataan. Namun, merespons orang miskin dengan bendabenda materi saja tidak menggenapkan mandat Alkitab untuk
mem­buat manusia bertumbuh. Kita harus memakai cara yang lebih
lengkap.
Pengembangan Anak secara Kristen dan Holistik
Oleh karena buku ini adalah buku mengenai pengembangan
anak secara holistik, pada titik ini akan baik jika dipaparkan apa
yang kami maksud dengan istilah ini. Kami mulai dengan kata
holistik. Kami telah berkata holisme berkaitan dengan keutuhan.
Dalam konteks kami, kami berbicara tentang kebenaran bahwa
orang-orang diciptakan sesuai gambar Allah sebagai makhluk
rohani dan jasmani. Holisme yang alkitabiah memandang bahwa
seluruh aspek diri seseorang sama pentingnya dan menolak untuk
mendikotomikan rohani dengan jasmani atau dengan aspek lainnya
dalam diri seseorang.
Jadi, ketika berbicara tentang pengembangan anak secara
holistik yang alkitabiah (Kristen), kami menekankan agar perhati­
an diberikan pada setiap komponen dalam diri seseorang yang
perlu dilaksanakan dari sudut pandang Alkitab. Kami berupaya
memahami pandangan Allah terhadap diri seseorang.
65
Child, Church, and Mission
Sebuah perspektif yang benar-benar alkitabiah (Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru) tentang manusia akan menciptakan
perspektif yang benar-benar Kristen. Menurut definisinya, sebuah
pengembangan yang alkitabiah atau Kristen akan mencakup pe­
meliharaan rohani dan perhatian yang diberikan pada aspek jas­
mani, sosial, psikologis, dan aspek lain dalam diri seseorang. Jadi,
Kristen, terutama menunjuk pada akar yang alkitabiah dari pe­
ngertian kita. Ini juga menunjuk pada motivasi kita dan hasil yang
kita inginkan, sedangkan holistik menunjuk pada ruang lingkup
minat pengembangan kita.
Konsep Alkitab tentang holisme mengandung gagasan be­
rupa lengkap, kesempurnaan, kesatuan, integrasi, kejernihan, in­
tegritas, harmonis, kesehatan yang didapatkan kembali, hubungan
dengan Allah yang dipulihkan, damai dengan diri kita sendiri dan
dengan sesama kita, dan hormat kepada lingkungan. Dr. John Wong
memberikan pandangan yang bermanfaat, yaitu konsep tentang
kata shalom (damai sejahtera) dalam Perjanjian Lama sama dengan
konsep tentang holisme Kristen.
“Shalom,” ia menulis, “yang muncul sekitar 250 kali dalam
Perjanjian Lama, memiliki arti yang mendasar, yakni lengkap,
kejernihan, kesejahteraan, damai sejahtera, kepuasan, damai
dengan Allah, menjadikan utuh, menjadikan baik, memulih­
kan apa yang telah hilang atau dicuri (Yl. 2:25, Kel. 21:37).
Dalam kata ini terkandung arti kemakmuran materi dalam
arti komprehensif, yaitu ketenangan, bebas dari kekhawatir­
an, keamanan, penuh dengan keyakinan, dan ketenteraman;
ke­­­sejahteraan komunal dan bukan peperangan dan suatu
keadaan di mana hukum dan perintah dipatuhi yang men­
ciptakan kemakmuran. Kata ini juga menunjuk pada kesehatan
jasmani, kepuasan saat hidup dan ketika mati. Kata ini juga
berarti keselamatan (Yes. 43:7, Yer. 29:11; 14:13). Kata ini
memiliki referensi sosial dan politis yang melampaui dimensi
John B. Wong, Christian Wholism: Theological and Ethical Implications in the
Postmodern World (Lanham, MD: University Press of America, 2002), hlm. 189.
Ibid., 14.
66
Pelayanan Pengembangan Anak
pribadi. Kata ini berkaitan dengan kebenaran, ide-ide yang
konkret dari hukum, dan penghakiman.”
Dr. Wong berpendapat bahwa titik awal holisme Kristen
dalam Perjanjian Baru adalah penegasan Yesus terhadap perintah
yang agung dan sangat penting, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan
segenap hatimu (kardias) dan dengan segenap jiwamu (psyches)
dan dengan segenap pikiranmu (dianonias) dan dengan segenap
kekuatanmu (ischus). Perintah kedua adalah, “Kasihilah sesamamu
seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah yang lebih besar dari
kedua perintah ini” (Mrk. 12:30–31; Mat. 22:37–40; Luk. 10:27).
Tentang aspek-aspek anak yang tumpang tindih, Dr. Wong
menulis, direpresentasikan di sini melalui hati—tempat ke­
hidupan fisik, rohani, dan mental, yang mencakup seluruh
kehidupan dalam diri manusia yaitu pikiran, pengertian,
pencerahan rohani, kemauan, kehendak, keputusan-ke­pu­
tusan moral, emosi, kasih, kerinduan, hasrat, perasaan; dan
melalui jiwa—pusat kehidupan dalam banyak dan berbagai
aspek, dalam seluruh ekspresi dari apa yang membuat
manusia sebagai manusia; dan melalui pikiran—akal, ber­
pikir, intelektual, kreatif yang kognitif, mengandung mak­
sud, imajinatif, wilayah konsep dan kejiwaan, dan melalui
kekuatan—dimensi jasmani, yang berkaitan dengan pe­
menuhan kebutuhan badani, nyata, seksual, biologis, dan
badani.
John Stott menulis bahwa rancangan Allah menciptakan
manusia bagi komunitas berasal dari rancangan-Nya bagi kita
sebagai makhluk-makhluk yang berdasarkan komunitas. “Makhlukmakhluk berupa manusia tetapi seperti allah ini tidak hanya
memiliki jiwa (yang harus kita pedulikan karena perlu menerima
keselamatan yang kekal), bukan hanya memiliki tubuh jasmani
(yang harus kita perhatikan agar memperoleh makanan, pakaian,
tempat tinggal, dan kesehatan), juga bukan sekadar makhluk sosial
ibid., 2
ibid
67
Child, Church, and Mission
(sehingga kita terlibat dalam masalah-masalah dalam komunitas
kita). Mereka terdiri dari tiga bagian itu. Menurut perspektif Alkitab,
manusia bisa didefinisikan sebagai ‘satu tubuh-jiwa dalam sebuah
komunitas’. Begitulah Allah menciptakan kita.”
Lukas 2:52 adalah ayat kunci yang memberikan contoh bagi
jenis pengembangan yang sedang kita bicarakan. Ayat ini berkata,
“Yesus bertumbuh dalam hikmat dan martabat dan makin berke­
nan di hadapan Allah dan manusia.” Empat komponen ini—hik­
mat, martabat, makin berkenan di hadapan Allah dan manusia—
hampir mencakup semua aspek dalam diri seseorang seutuhnya.
Empat komponen ini juga menjadi contoh yang berguna untuk
menciptakan program pengembangan yang holistik dan bermakna.
Tujuan kami dalam pengembangan secara holistik dan Kristen
adalah semua orang yang kami layani, khususnya anak-anak, me­
miliki kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang dalam hal
hikmat, dalam hal martabat, dan semakin berkenan di hadapan
Allah dan manusia.
Di sisi lainnya: Kita diingatkan oleh Keith White untuk ti­
dak memandang komponen rohani (atau komponen-komponen
lainnya) sebagai sebuah potongan gambar atau sebuah mosaik
dengan banyak potongan. Melakukan hal itu akan mendorong kita
untuk memandang berbagai komponen secara terpisah. Gambaran
yang lebih tepat adalah sebuah kain—di mana komponen rohani
dan semua komponen lainnya terjalin menjadi satu dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lain dan setiap bagian memberikan kontribusi
terhadap keseluruhan yang tak terpisahkan.
Saya senang dengan cara aspirasi terhadap, dan manfaat
keutuhan yang alkitabiah—segala sesuatu datang bersamaan
untuk mendatangkan kebaikan—direfleksikan dalam versi Eugene
Peterson dari Filipi 4:6–7:
Oleh John R.W. Stott, Involvement: Being a Responsible Christian in a NonChristian Society (New York: Fleming H. Revell, 1985), hlm. 41.
Keith White, “The Contribution of Child Theology to the HCD Course and
Beyond,” artikel yang tidak diterbitkan dan disampaikan dalam konferensi tentang
Pengembangan Anak Secara Holistik (Chiang Mai: Thailand, 2007), hlm. 11.
68
Pelayanan Pengembangan Anak
Jangan resah atau kuatir. Daripada kuatir, berdoalah. Biar­
lah permohonan dan pujian mengubah kekuatiranmu men­
jadi doa, izinkan Allah mengetahui apa yang menjadi ke­
prihatinanmu. Sebelum engkau tahu, suatu perasaan akan
keutuhan dari Allah, segala sesuatu datang bersamaan untuk
mendatangkan kebaikan, akan datang dan dan membuat
hati­mu tenang. Indah sekali melihat apa yang terjadi ketika
Kristus mengganti kekuatiran di pusat hidupmu. (penekanan
ditambahkan)
Berbicara tentang keutuhan alki­tabiah secara teori me­
mang bermanfaat. Akan tetapi, lebih bermanfaat ketika me­lihat
hal itu terwujud. Keutuhan yang alkitabiah terwujud dalam diri
Mukamwiza Jeannette, seorang wanita Rwanda. Jeannette ke­
hilangan kedua orangtuanya dan segalanya kecuali saudara kan­
dung dalam peperangan dan pembantaian massal yang terjadi pada
1994. Saat itu Jeannette berumur 7 tahun.
Jeannette dan saudara kandung laki-lakinya diasuh oleh
seseorang yang baik hati dari Kigali, ibu kota Rwanda. Tidak lama
setelah itu, orang tua asuh mereka yang baru itu mendaftarkan ke­
dua anak ini di Pusat Pengembangan Anak Compassion. Melalui
program pengembangan secara holistik dan Kristen, kedua anak
ini memperoleh pendidikan, pakaian, perawatan secara medis, dan
makanan yang dibutuhkan. Hal tidak kalah pentingnya, mereka
juga dibina secara rohani melalui perjumpaan dengan Alkitab dan
staf yang peduli terhadap mereka.
Setiap komponen dari program pengembangan yang lengkap
itu penting. Setelah setahun menjalani program ini, Jeannette mu­
lai teringat kembali pada masa lalunya. Kenangan-kenangan yang
mengerikan tentang orangtua dan orang-orang yang dikasihinya
menghantui Jeannette siang dan malam. Oleh karena tidak bisa tidur
dan kehilangan damai, Jeannette mulai mengalami kejang-kejang.
Jaringan pendukung Jeannette memberikan seluruh ban­tuan yang
bisa mereka berikan, termasuk membawa Jeannette ke dokter
psikiatri sebagai pelengkap seluruh daur program pengembangan
yang harus dijalaninya.
69
Child, Church, and Mission
Bagi Jeannette, mengalami kemajuan berarti berjumpa de­­
ngan seorang staf yang menjelaskan bahwa penghiburan dan ke­
bebasan diperoleh dari menjalin hubungan dengan Yesus Kristus.
Setelah Jeannette mengambil langkah itu, ia belajar bagaimana
mengatasi penyakit yang dideritanya dengan berdoa. Gejala-gejala
itu berkurang, kemudian lenyap. Sekarang, Jeannette adalah wani­
ta yang telah disembuhkan dan sehat dalam usia 20 tahun. Keti­
ka mengingat kembali hal itu, ia bersyukur untuk perhatian yang
diberikan kepada dirinya secara utuh—secara jasmani, emosi,
sosial, dan rohani.
Bagi Jeannette, keutuhan dari Allah—segala sesuatu datang
bersamaan untuk mendatangkan kebaikan—mencapai ukuran
yang sepenuhnya.
Apa yang Kami Maksudkan dengan Pengembangan?
Pengembangan bukanlah istilah yang ada dalam Alkitab, tetapi
di Alkitab terdapat gagasan seperti ini dalam istilah yang meng­
ekspresikan gagasan berupa pertumbuhan dan pe­wahyuan (Be­
berapa orang Injili lebih suka memakai istilah trans­formasi dari­pada
pengembangan. Mereka percaya bahwa kata pengembangan terlalu
menyatu dengan agenda sekuler sehingga tidak bisa memunculkan
perubahan radikal yang dibutuhkan agar bisa mendatangkan berkat
bagi dunia yang membutuhkan). Allah menciptakan umat manusia
dengan potensi yang maksimal untuk bertumbuh. Dia menciptakan
kita untuk menangani sumber daya di bumi dengan bekerja sama
dengan orang lain yang bisa menyatakan hikmat dan kemuliaanNya sebagai Pencipta kita.10
Orang-orang yang terlibat dalam upaya pengembangan
ini tahu istilah itu sulit didefinisikan; istilah ini juga se­ring di­
salahartikan. Pekerja-pekerja yang telah berpengalaman dalam
upaya pengembangan ini tahu bahwa mereka tidak selalu me­
miliki jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan yang relevan (Kami
David Hughes, The God of the Poor (UK: OM Publishing, 1998), hlm. 6.
Ibid., 5.
10
70
Pelayanan Pengembangan Anak
mungkin berkata bahwa kami tidak memiliki banyak jawaban).
Pengembangan bukanlah sekadar proses yang bertingkat dengan
memindahkan seorang anak dari A ke B. Ini juga bukan sekadar
proses memadukan semua bahan dengan takaran yang tepat untuk
memastikan bahwa keadaan anak itu menjadi baik. Beberapa orang
ingin pengembangan dibatasi seperti itu.11
Kesulitan-kesulitan ini muncul sebagian karena para peker­
ja yang terlibat dalam upaya pengembangan ini, khususnya yang
berasal dari Barat, lebih menyukai sesuatu yang bisa diprediksikan.
Kami tidak menyukai kejutan. Khususnya dalam upaya kami untuk
mengembangkan, kami ingin melihat sesuatu yang kongkret ter­
laksana. Kami ingin melihat upaya-upaya yang kami lakukan meng­
hasilkan hasil yang bisa dipercaya, bisa diprediksikan, bisa dilihat—
seperti yang diperoleh akuntan atau orang-orang yang mendirikan
gedung.
Terlalu sering para pekerja yang terlibat dalam upaya pe­
ngembangan memiliki pandangan “terbatas” terhadap pengem­
bangan. Dengan pandangan semacam ini, merekalah yang men­de­
finisikan pengembangan. Pengertian tentang pengembangan anak
adalah seperti yang mereka katakan. Mereka beranggapan bah­­wa
mereka akan mengetahuinya bila dan ketika mereka me­lihat­nya.
Mereka akan menetapkan kriteria yang spesifik dan “standarstandar minimum” yang memampukan mereka untuk meng­ukur
pengembangan dan mengevaluasi kemajuan. Mereka yang memi­
liki pandangan yang terbatas terhadap perkembangan ini akan
berupaya agar mereka tetap memegang seluruh kendali.
Sayangnya, mereka mungkin mengabaikan proses-proses
yang menjadi karakteristik perkembangan. Bila perkembangan
anak terbatas, anak-anak akan berkembang atau tidak ber­kem­
bang, benar bukan? Ketika anak-anak yang belum berkembang
memenuhi standar kita—dan bukan sebelumnya—mereka akan
“berkembang”. Menurut pandangan ini, langkah-langkah yang
11
Bagian dari pembahasan yang muncul kemudian diambil dari karangan Dan
Brewster dan Gordon Mullenix, “Development: Bounded, Centered, or Fuzzy ?”
Together 50 (April–Juni 1996): hlm. 10–13.
71
Child, Church, and Mission
diambil dan proses perubahan yang terjadi mungkin dipandang
sebagai sebuah pergumulan yang perlu, tetapi tanpa nilai.
Dengan pandangan semacam ini, para pekerja di bidang
pengembangan anak akan berupaya agar anak-anak memenuhi
standar kita. Kita mungkin tidak sadar bahwa bahkan bila semua
standar atau sasaran tercapai, hasilnya bisa jadi sebuah kegagalan.
Sebagai contoh, bila kita telah menciptakan ketergantungan (seperti
dalam sistem kesejahteraan Amerika Serikat) atau bila sasarannya
terlebih dulu sudah salah arah, kita telah gagal. Demikian pula,
kita tidak akan sadar bahwa mungkin sama sekali tidak mencapai
standar/sasaran, tetapi tetap mencapai keberhasilan.
Hasilnya mungkin akan buruk sekaligus baik. Kekayaan bisa
menimbulkan keserakahan, egoisme, dan materialisme. Alkitab
ber­kata bahwa orang kaya dipenjara oleh kekayaan mereka. Orang
yang tertindas bisa jadi dengan mudah dan cepat menjadi penindas
bila diberi kesempatan. Kekacauan bisa muncul dalam sebuah
keluarga dengan bertambahnya kekayaan dalam jumlah yang rela­
tif kecil (“Pembangunan” di dunia Barat telah bertepatan dengan
meningkatnya angka kejahatan, penindasan, dan banyak masalah
sosial lainnya). Dalam praktiknya, teori yang baik tidak selalu ada
hasilnya.
Karakteristik pengembangan adalah pertumbuhan, per­ubah­
an, dan pembelajaran. Ini adalah proses menjadi. Per­kem­bangan
se­harusnya menjadi sebuah proses di mana orang-orang menjadi
utuh. Jadi, kita kembali kepada holisme.
Pengembangan anak secara holistik juga sebuah pelayanan.
Untuk maksud kami di sini, kami sedang berbicara secara spesifik
tentang apa yang dilakukan orang-orang Kristen bagi orang yang
membutuhkan dan dalam kasus kami, apa yang mereka lakukan
bagi anak-anak. Kami menyebutnya bukan sekadar perbuatan
baik, melainkan pelayanan pengembangan anak secara holistik
dan Kristen. Pelayanan ini merupakan pekerjaan gereja dan umat
Allah untuk memampukan anak-anak dan keluarga-keluarga yang
membutuhkan untuk mengatasi kemiskinan dan kepapaan yang
72
Pelayanan Pengembangan Anak
mereka alami dan menjadi seperti yang Allah rencanakan bagi
mereka.
Sangat berguna bila kita membandingkan pelayanan pe­
ngembangan—yaitu pelayanan umat Allah terhadap orang yang
miskin dan tertindas—dengan pengembangan di dunia sekuler
yang dilakukan banyak orang yang bukan Kristen dan banyak
organisasi yang secara spesifik berbau Kristen dalam motivasi
atau sasaran. Banyak organisasi melakukan apa yang mereka
namakan pengembangan secara holistik, atau pengembangan
yang terpadu atau istilah lainnya, yang menekankan mereka me­
mer­hatikan manusia secara “utuh.” Dalam kasus semacam ini,
“manusia seutuhnya” biasanya menunjuk pada aspek jasmani,
emosi, psikologis, dan aspek-aspek lainnya dalam diri seseorang.
Semua aspek dalam diri seseorang ini penting, dan sesungguhnya,
aktivitas-aktivitas dan intervensi yang dilakukan terhadap manusia
seutuhnya setelah strategi ini dibuat kurang lebih tetap sama baik
itu dilakukan oleh orang Kristen atau bukan Kristen. Meskipun
demikian, motivasi dan hasil yang diharapkan muncul dari programprogram ini mungkin benar-benar berbeda dengan motivasi dan
hasil yang diperoleh dari program-program yang dilakukan orang
Kristen.
Hal lebih penting, dalam definisi pengembangan menurut
dunia sekuler tidak terdapat pertimbangan krusial tentang ke­
butuhan rohani yang esensial dari seseorang. Mereka tidak me­
masukkan pertimbangan ini karena mereka tidak tahu apa-apa
tentang hal itu atau bahkan menyangkal keberadaannya. Orangorang Kristen tahu bahwa pengembangan yang sejati mustahil
terjadi tanpa memerhatikan kebutuhan rohani.12
Seharusnya jelas dari ulasan di atas bahwa pengembangan
bukan soal menyediakan uang, materi, atau “barang-barang” lain­
nya. Itulah yang menjadi masalah dari banyak cara sekuler yang
bermaksud baik tetapi berpandangan pendek untuk menciptakan
12
Untuk alasan inilah saya mengemukakan pendapat saya dalam bab enam bahwa
hanya orang Kristen yang dalam kenyataannya benar-benar bisa melakukan
pengembangan secara holistik dan Kristen.
73
Child, Church, and Mission
pengembangan. Seperti yang akan kita lihat, “kesejahteraan” adalah
manifestasi yang mendatangkan malapetaka dari cara menolong
yang asal-asalan.
Di bawah ini adalah beberapa hal yang menjadi karakteris­
tik pengembangan yang holistik dalam kaitannya dengan anakanak. Beberapa gagasan ini akan dikembangkan dalam bab-bab
selanjutnya (Ini bukanlah daftar yang lengkap, melainkan sebuah
dasar yang baik untuk mengembangkan anak secara holistik). Ciriciri pengembangan secara holistik dan Kristen adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Membantu anak-anak bertumbuh seperti Yesus—dalam
“hikmat dan martabat serta makin berkenan di hadapan
Allah dan manusia” (Luk. 2:52).
Membantu anak-anak dan keluarga-keluarga mengenal
kebenaran bahwa mereka berharga dan memiliki poten­
si karena mereka diciptakan sesuai gambar Allah.
Memampukan anak-anak untuk menjadi seperti yang
dikehendaki Allah sepenuhnya.
Menyadarkan anak-anak akan potensi yang ada dalam
diri mereka—yaitu bahwa mereka bisa dan harus men­
datangkan perbedaan dalam hidup mereka sendiri.
Membantu anak-anak menyadari peranan mereka se­
bagai pengelola dan hubungan mereka dengan ciptaan
Allah.
Memberikan kesempatan—bukan hanya barang-ba­
rang—kepada anak-anak dan keluarga-keluarga dan se­
buah pola berpikir untuk meraih kesempatan itu.
Menciptakan sebuah pengertian bahwa mereka ber­kua­
sa atas ciptaan Allah dan mereka memiliki kesempatan
serta tanggung jawab atas sumber daya yang disediakan
Allah yang akan memberikan manfaat kepada mereka.
Mendorong mereka untuk bisa mandiri.
Memberikan pengarahan untuk terciptanya keutuhan
dan pribadi yang lengkap.
74
Pelayanan Pengembangan Anak
10. Memastikan bahwa sasaran, motivasi, dan metode yang
dipakai adalah alkitabiah dan berusaha membawa orangorang pada hubungan yang benar dengan ciptaan Allah
dan Pencipta mereka.
Hal yang Bukan Merupakan Pengembangan Kristen
yang Holistik
Akan berguna bila diungkapkan dengan jelas apa yang bukan
merupakan pengembangan Kristen holistik. Pengembangan yang
holistik tentu saja tidak sama dengan kesejahteraan. Banyak
perkumpulan telah membuat program-program “kesejahteraan”
yang ekstensif untuk memelihara orang-orang miskin dan ku­
rang beruntung yang hidup di antara mereka. Dalam program
kesejahteraan ini tidak ada perbedaan antara orang miskin yang
layak dan tidak layak diperhatikan. Bantuan diberikan sematamata berdasarkan pendapatan atau status seseorang, tanpa
me­lihat mengapa orang itu menjadi miskin, perbuatan yang me­
rusak seperti apa yang telah ia lakukan, atau apakah kebutuhan,
kemampuan dan potensi dia yang sesungguhnya. Pemberian yang
terus-menerus, khususnya dalam bentuk uang, memperbesar dan
bukan menyelesaikan masalah.
Pengembangan yang holistik tentu saja juga bukan soal
memiliki lebih banyak uang. Uang itu berguna, tetapi bukan jawab­
an terhadap masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Masalah
kemiskinan yang terus-menerus muncul di Amerika Serikat,
meskipun banyak sekali uang yang telah didistribusikan kepada
orang yang miskin dalam berbagai program kesejahteraan, adalah
contoh baik dari kesejahteraan yang tidak efektif. Pada 1960-an,
Presiden Amerika Serikat Lyndon B. Johnson mendeklarasikan
“peperangan melawan kemiskinan”. Sejak itu, Amerika Serikat
telah menghabiskan hampir tujuh triliun dolar dalam programprogram pengentasan kemiskinan. Tujuh triliun dolar adalah
jumlah uang yang banyak sekali—bahkan di Washington! Apakah
ini telah memecahkan masalah kemiskinan di Amerika? Tentu saja
75
Child, Church, and Mission
tidak. Semakin banyak orang yang miskin dan orang yang terjebak
dalam kemiskinan daripada sebelumnya. Mengapa? Oleh karena
kemiskinan, seperti yang akan kita lihat, bukanlah soal uang.
Bahkan, akar kemiskinan sama sekali bukan materi. Pada tingkat
yang paling dasar, kemiskinan adalah masalah rohani.
Pengembangan Kristen yang holistik tentu saja bukan memBarat-kan orang lain. Seperti yang akan kita lihat, sekulerisme di
dunia Barat adalah filsafat yang “palsu dan menyesatkan” seper­ti
diperingatkan dalam Kolose 2:8. Sekulerisme menimbulkan ke­
matian dan kehancuran, mungkin tidak segera atau secara lang­
sung, tetapi akhirnya dan tidak terelakkan lagi akan terjadi. Banyak
pengembangan: dilakukan orang-orang dari dunia sekuler yang
berasal dari negara-negara Barat yang kaya. Kadang praktisipraktisi yang bermaksud baik ini mengimpor nilai-nilai, sikap,
teori-teori ekonomi, dan pandangan dunia Barat mereka. Mereka
juga melakukan kesalahan dengan menerapkan nilai-nilai buda­ya
mereka untuk menggantikan prinsip-prinsip pengembangan yang
universal. Nilai-nilai semacam ini sering kali tidak tepat untuk
diterapkan pada orang-orang yang miskin dalam konteks nonBarat. Sesungguhnya, pengembangan yang holistik sama sekali
bukanlah sesuatu yang dilakukan bagi anak-anak dan keluargakeluarga, melainkan bersama mereka. Puisi yang terkenal
tentang perkembangan yang dibuat oleh James Yen13 dengan baik
mengungkapkan hal ini:
Pergilah kepada mereka. Belajarlah dari mereka. Bekerjalah
bersama mereka. Buatlah rencana bersama mereka. Ajari­
lah mereka dengan memberikan contoh, belajarlah dengan
berbuat. Bukan sebuah pameran, melainkan sebuah pola.
Bukan bantuan amal, melainkan pembebasan. Mulailah
dengan apa yang mereka ketahui, dan bangunlah berdasarkan
apa yang mereka miliki.
13
James Yen, “Credo of Rural Reconstruction,” International Institute of Rural
Reconstruction.
76
Pelayanan Pengembangan Anak
Akhirnya, pengembangan yang holistik juga tidak bersifat
paternalisme atau patronisme. Makna kata pertama adalah
memberi tanpa disertai dialog atau perspektif, kapasitas dan me­
rasakan kebutuhan orang-orang yang akan kita bantu. Paternalis­
me adalah sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa orang
yang lebih kuat dan keadaannya lebih baik bisa menolong mereka
yang lebih membutuhkan tanpa mengubah status hierarkis di
antara mereka. Paternalisme beranggapan bahwa “figur bapa” itu
lebih bijaksana dan merupakan jawaban dan metode yang tepat,
tanpa mempertimbangkan keinginan dan bakat serta kontribusi
orang-orang yang sedang ditolong.
Patronisme mirip dengan itu. Ia mengasumsikan sebuah
figur bapak yang ingin menolong, murah hati, “tahu apa yang ter­
baik,” dan memberikan semuanya tanpa melihat ketepatan, alter­
natif, atau konsekuensi. Biasanya pemberian semacam ini me­
miliki komponen, yaitu melayani keinginan sang pemberi. Di sini
penerima harus mengerti bahwa ia bergantung pada sang pemberi
dan akan memberikan pengakuan yang pantas kepada orang yang
memberikan bantuan kepadanya.
Tujuh Karakteristik Belas Kasihan yang Sejati
Dalam buku karangan Marvin Olasky yang penting, The Tragedy of
American Compassion, ia menyampaikan uraian yang bermanfaat
tentang belas kasihan yang sejati (atau pengembangan yang
sejati).14
Afiliasi. Belas kasihan yang sejati muncul dalam konteks
keluarga, gereja dan komunitas (Kejadian 2:18 berkata bahwa
“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja”). Tujuan belas
kasihan yang sejati adalah memulihkan afiliasi alami dengan
keluarga terdekat, keluarga besar, dan institusi yang menjadi
perantara—gereja, organisasi dan klub. Afiliasi ini hilang ketika kita
14
Marvin Olasky, The Tragedy of American Compassion (Washington D.C: Regnery
Gateway, 1992), hlm. 101–115, Kecuali artikel mengenai “Pemberdayaan”, semua
subjudul dari “Afiliasi” hingga “Allah” diambil dari buku karangan Olasky.
77
Child, Church, and Mission
membagikan makanan, pakaian, atau bantuan lain tanpa pandang
bulu.
Keterkaitan. Belas kasihan yang sejati menuntut adanya
hubungan pribadi dengan individu (Yohanes 1:14 berkata “Firman
itu menjadi manusia…”). Belas kasihan yang sejati di­demonstrasi­
kan dengan mengetahui nama-nama mereka dan “merasakan apa
yang mereka alami”. (Dalam Compassion Inter­national, program
sponsor kami menuntut adanya hubungan antara sponsor dan
anak yang mendapat sponsor). Hubungan yang signifikan ini pen­
ting bagi sang sponsor dan anak yang mendapat sponsor. Puisi
terkenal yang dibuat James Yen dengan baik mengungkapkan hal
ini: “Pergilah kepada mereka, tinggallah di antara mereka, belajar­lah
dari mereka, kasihilah mereka. Mulai­lah dengan apa yang mereka
ketahui, bangunlah berdasarkan apa yang mereka miliki…”.
Kategorisasi. Alkitab membedakan orang miskin yang la­yak
dibantu dengan orang miskin yang tidak layak dibantu:
1.
2.
3.
Orang miskin yang layak dibantu: yatim piatu, ma­
nula, orang-orang dengan penyakit yang tidak bisa
disembuhkan, korban-korban kecelakaan (Zak. 7:10;
Mat. 19:21).
Orang-orang miskin yang bekerja—mampu dan ber­
sedia bekerja (2 Tes. 3:10)
Orang miskin yang tidak layak dibantu: orang yang
tidak mampu mengendalikan diri, pemalas, antisosial,
penjahat (1 Tim. 5:3–8)
Kategorisasi menuntut kasih tegas yang kita lihat dalam 2
Tesalonika 3:6–10, “… supaya kamu menjauhkan diri dari setiap
saudara yang tidak melakukan pekerjaannya … Sebab kamu sendiri
tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami
tidak lalai bekerja di antara kamu, … kami memberi peringatan
ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan.”
78
Pelayanan Pengembangan Anak
Penilaian. Tidak setiap orang layak menerima bantuan.
Belas kasihan yang sejati kadang berarti kita harus berkata “Tidak”.
Yeremia 17:9 mengingatkan kita bahwa “Hati itu licik, lebih licik
dari segala sesuatu ….” Bantuan yang tanpa pandang bulu yang
dilandaskan maksud baik dan hati yang hangat menciptakan
ketergantungan dan kemiskinan. Belas kasihan tanpa penilaian
adalah belas kasihan yang bodoh.
Pemberdayaan.15 Belas kasihan yang sejati mencakup pem­
berdayaan. Pemberdayaan berarti menyediakan pendidikan dan
kesempatan untuk bekerja yang akan membawa pada dipulihkan­
nya martabat, harga diri dan kemandirian. Semua yang kita lakukan
harus memiliki komponen pembelajaran. Bekerja mendatangkan
martabat (Kej. 2:15). “Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik
bagi seorang pria selain menikmati pekerjaannya …” (Pkh. 3:22).
Tidak ada yang lebih cepat menimbulkan ketergantungan selain
menolak pendidikan dan pekerjaan.
Kebebasan. Belas kasihan yang sejati menuntut adanya
kebebasan untuk menjadi seorang anak seperti yang diinginkan
Allah. Olasky berkata, “Kita adalah sebuah dunia yang terdiri dari
169 negara, dan hanya 25 negara yang mengalami keberhasilan
dalam bidang ekonomi. Mereka bisa mengalami hal itu karena
rakyatlah (bukan pemerintah) yang memegang kendali atas energi
dan kreativitas. Ini bisa diringkas dengan satu kata: kebebasan.”16
Allah. Belas kasihan yang sejati mengurus roh dan tubuh.
Seperti yang telah kita lihat, belas kasihan yang sejati memancar
dari hati Allah. “… TUHAN, Allah yang penuh dengan belas kasihan
dan murah hati, lamban untuk marah, berlimpah dalam kasih
dan kesetiaan, mencurahkan kasih-Nya kepada ribuan orang, dan
mengampuni kejahatan, pemerontakan dan dosa” (Kel. 34:6–7).
Dikatakan bahwa orang-orang dan kebudayaan menjadi seperti
“Pemberdayaan” dipakai untuk mengganti kata “Pendidikan” yang dipakai Olasky
karena kata itu mengandung arti yang lebih luas.
16
Marvin Olasky, Renewing American Compassion (New York: The Free Press, 1996),
hlm. 115.
15
79
Child, Church, and Mission
ilah-ilah yang mereka sembah. Benar, dunia tanpa Kristus adalah
dunia tanpa belas kasihan.
Hasil Utama Pengembangan: Kemandirian
Satu aspek pengembangan—baik itu anak, komunitas, ke­sehatan,
ekonomi, atau rohani—adalah membawa seseorang bisa berdikari
atau mandiri. Hasil ini berarti orang yang dulu dibantu sekarang
memakai pengetahuan, kekuatan, dana, atau sumber daya lainnya
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kemandiri­an adalah
konsep yang mendasar. Ini sering dibicarakan, tetapi diperlukan
penelitian yang lebih dalam untuk memahami dan mencapainya.
Kemandirian (self reliance), tentu saja, merupakan gabung­
an dua kata—self dan reliance. Self adalah identitas atau karakter,
kepribadian, kesejahteraan atau minat kepentingan seseorang.
Reliance berarti memercayai, bergantung pada, atau percaya
pada. Ketika berbicara tentang kemandirian, kami berbicara ten­
tang percaya atau yakin pada diri sendiri. Aktivitas-aktivitas pe­
ngem­bangan yang tidak membuat orang-orang semakin percaya,
bergantung atau memiliki keyakinan terhadap diri mereka sendiri
bukanlah pengembangan yang autentik.
Meskipun demikian, perhatikanlah bahwa kemandirian ini
bukanlah kemandirian bodoh yang menolak bantuan dari luar hanya
karena bantuan itu berasal dari luar. Suatu penolakan yang bersifat
menentang untuk belajar dari orangtua seseorang, teman-teman
sebaya, atau tetangga, untuk alasan apa pun, akan menghambat
imajinasi dan menimbulkan stagnasi.
Kemandirian ini juga bukan independensi yang egois yang
ada dalam diri orang-orang Barat dengan dorongan yang mem­­
buat dia makin serakah dan bengis. Model orang Barat adalah,
“Kamu bisa melakukannya! Lihatlah aku. Aku sudah melakukan­
nya!” Atau seperti kata-kata dalam sebuah lagu kuno yang popular,
“Aku Lakukan Itu Dengan Caraku Sendiri”. Tendensi yang egois ini
cenderung menimbulkan kehancuran dalam ikatan keluarga besar
dan kesediaan untuk bekerja bersama orang lain.
80
Pelayanan Pengembangan Anak
Model sosialis yang sekuler atau ekonomi komunis tidak lebih
baik. Premis yang dipakai dalam kedua sistem ini adalah, bila dalam
keadaan dan sumber daya yang tepat, orang-orang cenderung akan
menciptakan masyarakat yang mendukung, har­monis. Sayangnya,
premis ini keliru karena nilai-nilai manusia itu cacat. Tanpa nilainilai kristiani, orang-orang cenderung untuk berpikir secara egois
atau memikirkan dirinya sendiri.
Akhirnya, kemandirian bukanlah pengganti iman. Sebagai
orang Kristen, kita percaya bahwa semua hal yang baik berasal dari
Allah. Kita hanya memiliki apa yang telah diberikan-Nya kepada kita
dan apa yang Dia inginkan untuk kita miliki, baik itu uang, talenta,
atau sumber daya lainnya. Semakin kita dewasa sebagai orang
Kristen, kita semakin bergantung pada hikmat-Nya dan bergantung
pada Dia untuk apa yang Dia sediakan. Paradoks yang ada dalam
kemandirian bagi orang Kristen berarti semakin bergantung pada
sumber daya Kristus yang tak terbatas, bukan pada sumber daya
kita sendiri.
Apakah karakteristik yang membedakan orang atau anak
yang mandiri dengan orang yang bergantung pada orang lain?
Berikut ini adalah karakteristik menonjol:
1.
2.
Orang yang mandiri menyadari sumber daya yang ia
miliki dan nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Ia tahu
bahwa ia diciptakan menurut gambar Allah dan harga
diri yang sudah tertanam dalam dirinya sejak lahir.
Ia tahu bahwa karunia-karunia, talenta, uang, waktu,
tanah, otot-otot, kemauan baik, wawasan budaya, dsb.,
merupakan hal-hal sangat berharga yang memampukan
dia untuk mengatasi dan menyelesaikan masalahnya
sendiri.
Ia sadar bahwa ia bisa membuat hidupnya berbeda
melalui upaya sendiri. Ia tahu keadaan tidak harus selalu
sama. Ia tahu bahwa perubahan bisa menjadi proses
yang berharga dan tidak takut terhadap perubahan itu.
81
Child, Church, and Mission
3.
4.
5.
6.
7.
Orang yang mandiri merasa bahwa kontribusinya ber­
harga. Ia tahu tempat yang cocok bagi dia dan ia tahu
bahwa dirinya berharga. Ia tahu bahwa semuanya ini
berharga.
Orang yang mandiri tidak bergantung pada orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Meskipun ti­
dak mengandalkan dirinya sendiri, ia tidak bergan­tung
pada uang, ide-ide, motivasi, cara, teknologi, ma­kanan,
atau bahan-bahan dari luar untuk memenuhi kebutuhan
dan aspirasinya sendiri.
Orang yang mandiri memiliki rasa percaya diri, tetapi
tidak sombong atau arogan, karena tahu dari pengala­
man bahwa ia bisa melakukan hal-hal yang berharga dan
memecahkan masalahnya sendiri. Henry Ford tercatat
pernah berkata, “Pikirkanlah hal yang dapat Anda la­
kukan, pikirkanlah hal yang tidak bisa Anda lakukan—
apa pun pilihan Anda, Anda sudah benar.” Orang yang
mandiri memikirkan apa yang bisa dilakukannya—dan
biasanya ia benar.
Orang yang mandiri adalah seorang pemecah masa­
lah. Ia tahu bahwa setiap orang memiliki masalah dan
masalah bisa menjadi kesempatan untuk belajar, ber­
tumbuh, dan mencetak prestasi.
Orang yang mandiri memiliki alternatif dan membuat
pilihan-pilihan.
Mempromosikan Kemandirian
Ketika mempertimbangkan kemandirian, ada wawasan-wawasan
yang berguna yang bisa diperoleh dari upaya-upaya yang kita la­
kukan untuk menciptakan harga diri dan rasa percaya diri dalam
diri anak-anak kita. Kita tidak membuat anak-anak kita independen
dan mandiri, sebagai contoh, dengan memberikan kepada mereka
semua yang mereka inginkan. Kita tahu bahwa beberapa barang
tidak berguna bagi mereka, beberapa berbahaya dan merusak.
82
Pelayanan Pengembangan Anak
Di sisi lain, kita tidak membuat anak-anak kita mandiri dengan
menahan dukungan. Kita membantu mereka dengan memberikan
barang-barang yang mereka butuhkan. Kita memberikan kepada
mereka perasaan aman dan lingkungan yang hangat, penuh kasih.
Kita membesarkan hati mereka, mengajar, dan memberikan mereka
ruang untuk mencoba dan ruang untuk mengalami kegagalan.
Kita tidak memberi tanpa pandang bulu melainkan sebagaimana
yang dibutuhkan dan yang tepat. Kita memastikan agar anakanak kita memberikan kontribusi mereka sendiri—yaitu mereka
bisa melakukan pekerjaan mereka sendiri, berpartisipasi dalam
aktivitas keluarga, datang untuk makan tepat waktu dan bekerja
sama untuk mencapai sasaran dan aspirasi keluarga.
Kita tidak mengabaikan atau meminimalkan kontribusi para
orangtua, sanak saudara anak-anak dan komunitas anak itu tinggal
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka.
Kemandirian adalah sebuah keseimbangan yang tidak mu­
dah. Meskipun ini menunjuk pada sebuah kondisi berupa indepen­
densi, di sisi lain bukan independensi yang dicari. Sebaliknya, yang
ideal adalah “interdependensi” yang rentan pada sumber daya
dan kemauan baik—bukan hanya dari dalam diri seseorang atau
sebuah kelompok, melainkan dari sumber daya yang tepat di mana
pun sumber daya itu ditemukan.
Bagaimana kita bisa memberikan masukan kepada anakanak untuk menciptakan kemandirian yang sehat? Bantuan ma­cam
apa yang bisa kita berikan supaya mereka bisa berkonsentrasi pada
studi mereka dan memiliki perasaan aman yang mereka butuh­
kan, dan saat yang sama tidak menciptakan ketergantungan yang
tidak sehat pada dana-dana yang kita berikan? Berikut ini adalah
beberapa gagasan:
1.
2.
Jangan lakukan pada orang lain—anak-anak, orangtua,
guru, atau yang lain—apa yang bisa mereka lakukan
sendiri.
Ketika berencana untuk melakukan intervensi, usaha­
kanlah agar memberikan kontribusi dalam bentuk
83
Child, Church, and Mission
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
uang tunai dan dalam bentuk hal-hal yang bermanfaat.
Sering kali orang-orang yang dibantu cenderung kurang
menghargai waktu, tenaga atau masukan–masukan
nonfisik yang dapat mereka berikan.
Berfokuslah pada pembelajaran. Belajar adalah sesua­tu
yang bisa diperoleh anak-anak bisa mereka bawa dan
gunakan dalam situasi-situasi pada masa mendatang.
Belajar tidak hanya berguna bagi mereka pada masa
kini, tetapi juga pada masa mendatang.
Mulailah dengan keadaan yang ada dalam diri anak-anak
sekarang ini dan dengan apa yang ada pada mereka,
termasuk minat dan prioritas mereka.
Besarkanlah hati mereka! Berikanlah dukungan yang
positif terhadap langkah-langkah kecil yang diambil
anak-anak dan orangtua mereka untuk memenuhi ke­
butuhan mereka sendiri dan memecahkan masalah
mereka sendiri.
Lakukanlah hal-hal kecil satu per satu. Kerjakanlah se­
suai kemampuan anak atau kelompok di mana ia men­
jadi bagian. Keberhasilan-keberhasilan kecil itu pen­
ting sekali supaya muncul keyakinan untuk me­lakukan
langkah berikutnya.
Ketahuilah kapan membuat tahapan. Kenalilah indi­
kator-indikator yang membuat kita tahu kapan telah
cukup memberikan satu jenis masukan kepada anakanak dan kemudian melakukan sesuatu yang lain (Bila
sebuah proyek tidak dilakukan secara bertahap, mung­
kin proyek itu akan gagal).
Ketahuilah bagaimana orang-orang mendefinisikan “suk­
ses” dalam konteks mereka sendiri. Apakah hasil aktivi­
tas bantuan anak—anak yang mereka pandang sebagai
berhasil atau berharga ?
Berikanlah orang lain kemewahan yang sama yang kita
berikan pada diri kita sendiri—hak untuk gagal. Kita
84
Pelayanan Pengembangan Anak
belajar bergantung pada diri sendiri bukan hanya lewat
pengalaman kita sendiri, melainkan ketika kita belajar
mengatasi kesalahan atau kegagalan kita sendiri.
10. Jangan membuat janji-janji yang tidak bisa kita tepati.
Jangan mulai hal-hal yang tidak dapat kita lanjutkan.
Kemandirian adalah proses, bukan sebuah titik pada saat
tertentu. Program-program jangka panjang memberikan ke­sem­
patan untuk terciptanya interaksi antara anak-anak dan orangorang yang bertanggung jawab atas perkembangan mereka da­
lam jangka panjang. Namun, bantuan jangka panjang bisa me­
nimbulkan sebuah kemandirian yang sehat atau ketergantungan
yang terus-menerus pada dana dan masukan kita. Kita memiliki
kesempatan yang besar untuk memastikan bahwa bantuan itu akan
mendatangkan manfaat dan bukan akhirnya malah merusak.
Memfasilitasi Pengembangan yang Sehat
Marilah dengan singkat kita catat beberapa komponen dari upaya
pengembangan yang baik. Uraian yang lengkap dari sebuah upaya
pengembangan tidak mungkin ditulis dalam buku ini. Meskipun
demikian, inilah beberapa esensi upaya pengembangan dan pe­
kerja-pekerja pengembangan yang baik. Dalam setiap kasus, kita
akan melihat Yesus sebagai teladan dan model.
Membangkitkan kesadaran. Pekerja-pekerja yang ter­li­
bat dalam upaya pengembangan yang efektif (sering kali dise­but
fasilitator) tidak pernah memaksakan perubahan. Mereka tahu
bahwa perubahan mendasar yang muncul dari dalam diri orangorang dan manipulasi akan kurang dihargai. Sebaliknya, per­
ubahan bisa difasilitasi dengan membangkitkan kesadaran yang
berharga (Beberapa orang menamakan proses ini conscientizasi).
Implikasinya adalah mulai dengan keadaan orang-orang saat
itu, menghargai apa yang telah mereka ketahui dan mengerti,
dan membangun berdasarkan hal-hal itu dengan cara yang
tepat. Orientasinya adalah membantu anak-anak dan keluarga
85
Child, Church, and Mission
mereka menemukan kemampuan dan sumber daya mereka sen­
diri. Memfasilitasi merupakan kombinasi mendengarkan, ber­
tanya, mendorong, dan menantang orang-orang (anak-anak dan
keluarga) untuk merefleksikan situasi yang sedang mereka hadapi
dan menemukan sumber daya internal dan lokal untuk mengatasi
situasi itu.
Yesus adalah fasilitator ulung. Dia memakai setiap ke­
sem­­patan untuk membuat orang-orang merenungkan apa yang
sedang mereka alami. Metode-metode yang dipakai-Nya untuk
membangun kasadaran rohani adalah metode yang digunakan
fasilitator-fasilitator yang baik dalam pengembangan secara ho­
listik. Yesus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang penting,17
dengan menggunakan ilustrasi yang kontekstual,18 dan memberikan
jawaban yang tepat kepada pertanyaan-pertanyaan penting yang
mereka ajukan.19
Meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap.
Fasilitator-fasilitator yang efektif sering melakukan komunikasi,
bu­kan hanya membangkitkan kesadaran. Secara khusus mereka
membangkitkan harga diri, rasa percaya diri dalam diri anakanak dan motivasi serta kreativitas yang muncul dari harapan
yang baru. Dengan merenungkan hal ini, mereka mempromosikan
suatu perasaan bertanggung jawab yang makin tebal khususnya
dalam bidang pengelolaan talenta, sumber daya, kesempatan,
kepedulian terhadap lingkungan dan komitmen kepada kerajinan
dan kualitas dalam etos kerja. Mereka juga berusaha meningkatkan
perkembangan yang menyeluruh dalam diri anak-anak di bidang
pengetahuan, kemampuan dan sikap.
Lihat Matius 16:13–17
Berikut ini adalah beberapa referensi bagi contoh-contoh semacam ini: Matius
18:1–6—seorang anak; Matius 18:10–14 –domba yang tersesat; Matius 19:22–
30—perjumpaan dengan penguasa muda yang kaya; Lukas 18:15–17—reaksi
negatif dari murid-murid terhadap orang-orang yang membawa anak-anak
mereka kepada Yesus; Lukas 21:1–4—persembahan janda yang miskin.
19
Lihat Matius 18:1-6, Lukas11:1-13
17
18
86
Pelayanan Pengembangan Anak
Di sini, kita kembali belajar dari Yesus. Dia menghadapkan
murid-murid-Nya pada situasi-situasi yang mengajarkan kepada
mereka serangkaian kebenaran. Dia menegaskan bahwa semua
orang berharga, khususnya orang yang miskin dan terpinggirkan,20
dan seperti yang Dia ajarkan sebagaimana yang dicatat dalam
Matius 20—bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Se­
perti yang terlihat dalam Matius 10, Yesus memberikan muridmurid-Nya kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang
praktis dan mempelajari pedoman-pedoman yang berkaitan de­
ngan situasi yang sedang mereka hadapi. Dia menyampaikan in­
formasi yang tepat, sering kali mengizinkan informasi itu muncul
dari konteks yang ada saat itu.21
Membangun hubungan. Membangun hubungan merupa­
kan hal yang utama. Tanpa itu, tidak ada yang bisa dilakukan fa­
silitator pengembangan. Membangun hubungan mencakup mem­
bangun kepercayaan, menciptakan komunikasi dua arah, pengertian
dan sikap saling menghargai. Yohanes 4 adalah contoh membangun
hubungan yang dilakukan Yesus. Wanita Samaria yang berada di
pinggir sebuah sumur di desa menghadirkan sebuah tantangan
yang signifikan terhadap kemampuan Yesus untuk membangun
hubungan. Halangannya adalah gender, ras, kebudayaan, ketegang­
an historis, pendidikan, status sosial, dan keletihan, di samping
fakta bahwa keduanya tidak mengenal satu sama lain. Namun, Yesus
berhasil mengatasi halangan-halangan ini dengan menggunakan
cara sederhana yaitu melakukan afirmasi, menunjukkan respek,
menyampaikan pernyataan-pernyataan yang provokatif, serta meng­­
ajukan pertanyaan-pertanyaan yang lembut. Kita bisa belajar le­bih
banyak lagi dalam hal membangun hubungan ketika Yesus ber­
urusan dengan Nikodemus, Zakheus, penguasa muda yang kaya,
ayah dari anak laki-laki yang dirasuk setan, orang-orang yang sakit
dan miskin, Maria dan Marta, dan banyak orang lainnya.
20
21
Matius 9:9-10
Berikut ini adalah beberapa referensi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan hal
itu: Lukas 11:1–13—doa; Lukas 18:1–18—ketekunan; Lukas 21:1–9—pemberian
yang disertai pengorbanan.
87
Child, Church, and Mission
Menjadi teladan—memberikan contoh. Memberi contoh
penting sekali bagi setiap pekerja yang terlibat dalam upaya
pengembangan, tetapi khususnya ini penting sekali bagi mereka
yang melayani anak-anak. Para pekerja yang melayani anak-anak
memberikan dampak melalui hidup mereka selain melalui perkata­
an mereka. Ini terjadi baik dalam proses mengajar/menunjukkan/
melakukan yang berlangsung dalam aktivitas belajar—juga ketika
memberikan contoh rohani.
Memberi contoh adalah cara yang dipakai Yesus dalam se­
luruh pelayanan-Nya. Dengan jelas Dia mengomunikasikan beri­
ta yang ingin disampaikan-Nya melalui tindakan dan sikap-Nya,
dan juga dengan cara melayani.22 Dia berharap murid-murid-Nya
(dan orang lain) memerhatikan.23 Kadang tindakan-Nya sengaja
provokatif, seperti yang Dia demonstrasikan dalam sikap-Nya
terhadap anak-anak24 dan memakai peristiwa ini untuk mengajar
tentang Kerajaan Allah. Yesus juga mengajar bahwa mengikut Dia
akan menghasilkan kehidupan yang dipenuhi terang karena Dialah
terang.25
Menghubungkan dengan sumber daya. Aspek terakhir
memfasilitasi pengembangan adalah menghubungkan orang-orang
dengan sumber daya yang dibutuhkan. Sumber daya itu bisa jadi
mencakup bahan-bahan lokal, barang-barang milik pemerintah,
dan pelayanan-pelayanan yang dilakukan pemerintah, persediaan
berbiaya rendah, nasihat, keahlian dan konseling, informasi, pe­
meliharaan pastoral, dan sumber daya rohani.
Bahkan dalam bidang ini, Yesus juga memberikan contoh
kepada kita. Ketika mengutus para murid-Nya untuk me­layani, Dia
menghubungkan sumber daya—murid-murid—dengan kebutuhan
orang-orang di kota-kota dan pada saat yang sama orang-orang
di kota harus memakai sumber daya mereka untuk memenuhi
kebutuhan murid-murid.
Lihat Yohanes 9:16–17
Lihat Matius 9:35–38; 11:4–6; Yohanes 10:37, 38; 11:41, 42; 14:11
24
Lihat Matius 19:13–15
25
Lihat Yohanes 8:12
22
23
88
Pelayanan Pengembangan Anak
Arah Pengembangan
Pengembangan selalu mengarah pada keutuhan. Tidak cukup ha­
nya memperbaiki satu dimensi kehidupan seseorang dan mem­
biarkan dimensi lainnya tidak berkembang. Mengobati infeksi
yang disebabkan parasit adalah perbuatan yang mulia. Namun,
bila seorang anak yang sedang diobati dibiarkan hidup dalam
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan air yang
terkontaminasi, intervensi tersebut tidak lengkap. Bila keadaan
keuangan sebuah keluarga menjadi lebih baik, tetapi masalah
kesehatan yang melemahkan tidak dipecahkan, intervensi terse­
but tidak lengkap. Bila seseorang mengenyam pendidikan, tetapi
struktur sosial menghalangi dia untuk memperoleh pekerjaan,
intervensi tidak lengkap. Bila seseorang dibawa kepada iman
dalam Kristus dan mengalami kebebasan rohani tetapi ia tetap
hidup dalam kemiskinan dan penindasan, intervensi tersebut tidak
lengkap. Ruang lingkup pengembangan adalah menuju keutuhan
dan holisme.
Pengembangan yang holistik memberikan kebebasan pada
orang-orang untuk melaksanakan tanggung jawab bagi diri me­
reka sendiri. Belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan kemiskinan,
ketidaktahuan, dan penindasan dipatahkan. Orang-orang bebas
bertanggung jawab atas hidup mereka. Pen­gem­bangan yang
holistik membawa anak-anak dan keluarga pada pilihan. Mereka
bisa membuat pilihan. Serangkaian kesempatan dibuka bagi
mereka. Semua ini merupakan terapi bagi pikiran dan jiwa. Mereka
merasa diri mereka lebih berharga. Rasa percaya diri dan harga
diri muncul. Sikap yang mudah menyerah lenyap. Dan harapan
berkembang dengan pesat.
89
Child, Church, and Mission
Bacaan



“God and the Poor,” oleh Roland Sider, Rich Christians in
an Age of Hunger, hlm. 39–64. The Tragedy of American
Compassion oleh Marvin Olasky, hlm. 101–115.
“Development: Bounded, Centered or Fuzzy?” oleh
Daniel Brewster dan Gordon Mullenix, Together 50
MARC Publications, hlm. 10–13.
Christian Wholism: Theological and Ethical Implications
in the Postmodern World oleh John B. Wong.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Dengan kata-kata Anda sendiri, gambarkanlah beberapa
karakteristik keutuhan yang alkitabiah.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Siapakah dalam hidup Anda menjalani hidup dalam
kepenuhan alkitabiah? Apakah yang dilakukan orang itu
sehingga mengalami keutuhan semacam ini?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Menurut pendapat Anda, ayat-ayat Alkitab mana da­
lam bab ini membentuk argumentasi terkuat untuk
memahami perkembangan anak sebagai proses yang
holistik?
90
Pelayanan Pengembangan Anak
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Dengan kata-kata Anda sendiri, jelaskanlah hubungan
antara kebenaran, hukum, shalom, dan keutuhan?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Bagaimanakah kemandirian dimanifestasikan dalam
kebudayaan Anda? Apakah kemandirian dalam masa
kanak-kanak atau kaum muda dipandang secara positif
atau negatif?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
91
4
Pemahaman Rohani
tentang Kemiskinan
Pencuri datang hanya untuk mencuri
dan membunuh dan membinasakan;
Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Yohanes 10:10
Child, Church, and Mission
C
ara pandang seseorang terhadap kemiskinan hampir pasti
memengaruhi cara orang itu berurusan dengan kemiskinan.
Setiap orang yang terlibat dalam upaya pengembangan harus
berhadapan dengan pertanyaan seperti, “Apakah penyebab ke­
miskinan?” dan “Mengapa anak-anak menjadi miskin?” Lagi pula,
tujuan sebagian besar upaya pengembangan ini adalah meng­
hilangkan penyebab dan akibat kemiskinan. Yesus berkata kepada
kita, “orang miskin akan selalu bersama kita” (Mrk. 14:7). Dia juga
menjelaskan bahwa kita harus membantu mereka sesuai Ulangan
15:11, “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di da­
lam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu,
demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi
saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu.”
Jelas, Yesus benar. Kita melihat orang miskin di sekitar kita.
Kita bisa melihatnya dalam diri anak-anak yang sangat kurus karena
orangtua mereka tidak sanggup memberi makan mereka, dalam
diri anak laki-laki dan perempuan yang diperdagangkan dalam
eksploitasi seksual atau dijual dalam kerja paksa untuk membayar
utang orangtua mereka, di mata anak-anak jalanan serta anakanak yang mengemis di persimpangan jalan. Bahkan di dunia yang
mengalami kemajuan dan inovasi teknologi yang belum pernah
terjadi sebelumnya, lebih dari setengah penduduk dunia masih
hidup dengan sumber daya keuangan yang tidak cukup. Bank Dunia
memperkirakan 55,6 persen penduduk dunia hidup dengan kurang
dari dua dolar setiap hari.
Kemiskinan anak-anak tidak bisa didefinisikan hanya ber­
dasarkan kelaparan, malnutrisi, perdagangan, eksploitasi, bahkan
kondisi keuangan atau ekonomi orangtua sang anak. Hal-hal ini
hanya memberi kita sebagian dari gambar yang ada. Hal yang sama
berlaku bagi kemiskinan. Apa yang membuat seseorang miskin
bukanlah semata-mata karena kekurangan materi. Ke­miskinan
adalah masalah yang kompleks dengan akar rohani yang dalam.
Dalam mencari solusinya, penting untuk membahas inti masalah
The Millenium Goals, World Bank Development Indicators, 200, 5, www.
worldbank.org
94
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
tersebut. Jadi, tepatnya apakah kemiskinan itu? Dan apakah
penyebab kemiskinan, khususnya di antara anak-anak?
Apakah Kemiskinan Itu?
Ada banyak definisi tentang penyebab kemiskinan. Hal paling
lazim adalah berbagai macam penjelasan tentang sistem ekonomi
atau distribusi yang tidak efektif, ketidaktahuan, peperangan atau
konflik antar etnis dan kejahatan-kejahatan lainnya, yang banyak
memberikan kontribusi terhadap munculnya penderitaan dan
ke­sengsaraan orang yang miskin. Singkatnya, setelah itu muncul­
lah beberapa pengertian secara teoretis yang lebih lazim tentang
kemiskinan.
Kemiskinan sebagai defisit. Orang miskin tidak memi­liki
hal-hal seperti makanan, tempat tinggal, tanah, dan air bersih.
Kadang mereka tidak memiliki ide, keahlian, atau pengetahuan.
Para pekerja dalam bidang pengembangan anak sering kali ber­kata
bahwa kurangnya pemahaman tentang Allah dan Injil adalah de­fi­sit
lain yang penting.
Pandangan ini adalah sisi sebaliknya dari pendekatan yang
menganggap “pengembangan sebagai ‘barang’.” Tentu saja, orang
miskin memiliki banyak defisit dan kekurangan. Sering kali res­­
pons yang tepat adalah membantu anak-anak dan keluarga mem­­­
peroleh akses ke hal-hal yang mereka butuhkan. Meskipun demi­­
kian, memandang kemiskinan terutama adalah soal defisit me­
nye­babkan upaya pengembangan harus dipandang sebagai soal
menyediakan apa yang tidak dimiliki. Ekstremnya, pandangan se­
macam ini terhadap kemiskinan bisa membuat orang-orang yang
bekerja di bidang pengembangan dipandang sebagai “Sinterklas”,
yang membawa barang-barang yang bagus dan menyediakan apa
yang tidak dimiliki orang miskin.
Kemiskinan adalah “Keterkaitan yang Saling Meme­
ngaruhi”. Robert Chambers dari Institute of Development Chambers
Bryant Myers, Walking with the Poor (New York: Orbis Books, 1999),
hlm. 66.
95
Child, Church, and Mission
di University of Sussex di Inggris memakai istilah “keterkaitan
yang saling memengaruhi”, yang menurut dia, menciptakan
kemiskinan yang menjebak orang miskin. Jaringan yang membelit
mencakup kemiskinan secara ma­teri, kelemahan fisik, isolasi,
kerentanan, dan ketidakber­­daya­an. Terhadap daftar ini, Bryant
Myers kembali menambahkan ke­­miskinan rohani karena untuk
setiap hal ini terdapat dimensi ro­hani. Tiap elemen itu saling
terkait dan diperkuat oleh elemen-elemen lainnya. Sebuah masalah
di satu bidang ber­arti masalah di setiap bidang lainnya, yang
mengakibatkan siklus penurunan berupa kemiskinan yang makin
parah. Pandangan berupa keterkaitan ini merupakan cara yang
berguna dalam memahami kemiskinan.
Kurangnya opsi. Orang lain berpendapat bahwa pada da­
sarnya kemiskinan adalah kurangnya pilihan atau opsi. Kehidup­
an orang miskin didikte oleh kurangnya pilihan itu. Mereka jarang
ambil bagian dalam pilihan-pilihan yang membentuk lingkung­an
atau masa depan mereka. Pemerintah-pemerintah dan pemegang
kekuasaan sering kali mengambil keputus­an untuk orang miskin.
Oleh karena orang miskin tidak memiliki ta­nah atau bisnis, mereka
dianggap tidak bisa memberikan kontribusi signifikan untuk
membuat negara berkembang. Akibatnya, mereka diabaikan dalam
proses pengambilan keputusan. Anak-anak yang membutuhkan
di dunia ini tidak diberi kesempatan yang bisa membuat mereka
mengalami pertumbuhan yang sepenuhnya. Banyak yang tidak bisa
sekolah, memperoleh pengobatan, atau nutrisi yang cukup. Anakanak yang dibesarkan tanpa opsi menjadi orang dewasa yang tanpa
opsi.
Tanpa pendidikan yang cukup, anak-anak yang membutuhkan
akan menemukan bahwa pekerjaan yang baik dan gaji tinggi di
luar jangkauan mereka. Pemilik-pemilik bisnis tahu keputus­asaan
mereka dan menawarkan pekerjaan yang tidak membutuhkan
keahlian dengan upah yang rendah dalam kondisi yang sering kali
sangat tidak layak. Dalam banyak kasus, sebuah keluarga begitu
putus asa sehingga anak-anak dipaksa bekerja, bahkan dijual.
Ibid., hlm. 67.
96
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
Pesan yang melemahkan dari kemiskinan adalah, “Kamu
tidak punya pilihan dan tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk
mengubah situasi dalam hidupmu.” Perasaan tidak berdaya ini
melenyapkan harga diri orang miskin. Terlalu sering, mereka ke­
hilangan harapan. Fatalisme (percaya nasib menguasai segalanya)
muncul—dan generasi lain menjadi korban.
Pandangan ini juga memberikan wawasan yang menolong
memahami kom­pleksitas kemiskinan.
Kemiskinan sebagai tidak adanya keutuhan. Pandangan
ini melihat kemiskinan sebagai tidak adanya keutuhan, bukan
hanya tidak memiliki uang atau barang-barang kebutuhan lainnya.
Pandangan ini didasarkan pada pengamatan yang sederhana bahwa
kita telah menekankan “keutuhan” setiap manusia, dan banyak
elemen kehidupan yang mendukung keutuhan ini.
Kemiskinan sebagai tidak adanya keutuhan bisa digam­bar­
kan seperti roda yang tidak kuat menanggung beban yang harus
ditanggungnya. Roda itu mungkin patah seluruhnya atau hanya
kehilangan keseimbangan. Salah satu dari kondisi ini menyebab­
kan roda itu tidak bisa dioperasikan. (Pernahkah Anda mencoba
mengendarai sepeda yang peleknya patah atau bengkok? Anda
akan tahu seperti apa hidup yang kehilangan keseimbangan itu).
Roda kemiskinan yang diperlihatkan di sini memiliki enam ruji:
rohani, jasmani, ekonomi, sosial/politik, mental/emosi, dan yang
berkaitan dengan lingkungan. (Bisa jadi ada ruji-ruji lainnya, yang
merepresentasikan aspek-aspek lain dari manusia seutuhnya). Tiap
bagian ini harus tepat dalam kaitannya dengan bagian lain supaya
roda itu seimbang dan bergerak dengan lancar.
Di beberapa tempat, anak-anak dibesarkan dalam kondisi
dimana setiap ruji “roda” mereka benar-benar rusak. Ini adalah
kemiskinan yang ekstrem. Di tempat lain, dari penampilan mereka
anak-anak yang ada di sana keadaannya kelihatannya lebih baik,
tetapi sesungguhnya, mereka sama miskinnya karena rusaknya
Saya berutang kepada rekan saya, alm. Dr. Don Miller untuk karangannya yang
tidak bertanggal dan tidak diterbitkan berjudul “Child Development” yang
menganalisis kemiskinan sebagai tidak adanya keutuhan.
97
Child, Church, and Mission
satu atau lebih bagian dari “roda” mereka. Roda itu tidak utuh atau
lengkap. Ketika dewasa, mereka akan kurang berfungsi sebaik bila
mereka ditumbuhkan secara holistik ketika mereka masih anakanak.
Perhatikan bahwa satu ruji di roda yang sudah terlalu panjang
juga akan menghalangi roda tersebut untuk berputar dengan
lancar. Anggaplah yang ditekankan adalah ruji ekonomi; orang bisa
memiliki kekayaan yang besar namun kehilangan fokus terhadap
aspek-aspek lain dalam hidup ini. Akibatnya, ia tidak berkembang
secara sosial atau terhadap lingkungannya, juga menderita suatu
bentuk kemiskinan.
Cukup di
Kemiskinan
Absolut
Rohani
h
se
Ke
Se
an
at
jar
ah
Pendidikan
Cukup Cukup Pe
n
So
di
ka
sia
l
n
Cukup
Penyebab Kemiskinan: Semua Dugaan yang Sudah
Lazim?
Pandangan yang kita anut tentang kemiskinan selalu berkaitan
dengan kepercayaan terdalam tentang penyebab ke­miskin­an. Tentu
saja, ada banyak faktor yang menyebabkan ke­miskin­an. Bencana,
peperangan, dan ketidakadilan sudah biasa sekali terjadi—dan
menjadi penyebab yang riil dari kemiskinan.
98
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
Selama bertahun-tahun, para ahli dalam bidang strategi
pembangunan menunjuk pada apa yang mereka pandang se­bagai
masalah yang membayangi yaitu kelebihan penduduk: ketidak­
mampuan sumber daya yang ada di dunia untuk menyediakan
makanan dan pekerjaan dalam jumlah yang memadai bagi pen­
duduk yang semakin banyak jumlahnya. Skenario-skenario yang
menakutkan digambarkan berupa ledakan jumlah penduduk dan
suplai makanan yang semakin berkurang hingga terjadi kelaparan
massal dan kekerasan yang ditimbulkan oleh kurangnya makanan.
Meskipun tren populasi yang ada sekarang ini menunjukkan bah­
wa bayi-bayi yang baru lahir jumlahnya terlalu sedikit dan bukan
banyak, mengejutkan bahwa banyak orang masih menganggap
kelebihan jumlah penduduk sebagai penyebab signifikan dari ke­
miskinan di dunia.
Berjalan di perkampungan-perkampungan kumuh yang di­
huni banyak sekali orang di kota-kota besar di dunia ini tentu akan
menyebabkan orang setuju dengan pendapat bahwa terlalu banyak
orang di satu tempat bisa menimbulkan kemiskinan yang masif.
Tanpa ragu-ragu, terlalu banyak orang (bukan kelebihan jumlah
penduduk di satu negara) di kota-kota besar di dunia, khususnya
di negara-negara yang sedang berkembang, menyebabkan kota
tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka. Terlalu banyak orang
di kota-kota besar ini menimbulkan kekurangan air, sanitasi, dan
sistem kelistrikan; ketidakadilan dalam sistem politik dan hukum,
kurangnya sarana pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan lainnya.
Tidak ada yang menyangkal bahwa masalah yang ditimbul­
kan oleh terlalu banyak orang ini besar sekali. Banyak sekali orang
yang gelisah percaya bahwa pertumbuhan jumlah penduduk ada­
lah masalah yang paling menekan yang dihadapi dunia dewasa ini.
Namun, dalam kenyataannya terlalu banyak orang paling sering
merupakan akibat kemiskinan—bukan penyebab utama. Dan ke­
nyatannya adalah, seperti yang kita semua ketahui, pertumbuhan
jumlah penduduk secara global mulai berkurang. Sebuah persoal­
an yang jauh lebih besar pada masa mendatang di banyak negara
99
Child, Church, and Mission
bukanlah jumlah penduduk yang terlalu banyak, melainkan tidak
memiliki cukup banyak penduduk!
Supaya jumlah penduduk tidak berkurang, setiap wanita di
sebuah negara harus melahirkan 2,1 anak (angka itu akan menjadi
2,0 kecuali kematian bayi dan lainnya sebelum mendapai usia
melahirkan. Ini disebut Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate
[TFR]). Ben Wattenberg, dalam bukunya, Fewer, men­catat bahwa
AFT telah turun secara dramatis tidak hanya di negara-negara
yang lebih berkembang, tetapi juga di negara-negara yang kurang
berkembang.
Sebagai contoh, Wattenberg mencacat bahwa karena ke­
bijakan satu anak, China memiliki AFT sekitar 1,8. Ada beberapa
hasil yang muncul dari AFT di China. Putri saya dan suaminya
adalah misionaris di China dan baru-baru ini membuat saya sadar
bahwa di semua tempat, beberapa dari hasil ini tidak diperhatikan.
Logikanya sederhana. Ia mulai mencatat bahwa tak seorang pun
anak—hasil dari kebijakan satu anak ini—akan memiliki saudara
kandung laki-laki dan perempuan (Saya tahu itu!). Namun, ia
menambahkan, tak seorang pun anak juga memiliki bibi atau
paman. Mereka tidak akan memiliki saudara sepupu. Mereka tidak
akan memiliki keponakan perempuan atau keponakan laki-laki.
Singkatnya, seluruh keluarga besar akan punah. Ini benar-benar
terjadi tidak hanya di China di mana satu anak menjadi kebijakan
yang resmi. Banyak negara dan masyarakat lain secara de facto
menerapkan kebijakan satu anak. Ini belum termasuk akibat
lainnya yang mengerikan, termasuk pembunuhan bayi perempuan
yang tersebar secara luas, jumlah laki-laki dan perempuan yang
sangat tidak sebanding, dan kengerian-kengerian seperti sterilisasi
dan aborsi yang dipaksakan.
Hal yang mengejutkan, Wattenberg memprediksikan bahwa,
bila, dan kelihatannya ini mungkin terjadi, angka AFT terus menurun
di seluruh dunia (sekarang ada lebih dari 100 negara yang memiliki
AFT dibawah 2,1), mungkin sekali jumlah penduduk dunia akan
mencapai sedikit di bawah delapan miliar jiwa pada pertengahan
CIA World Factbook. “Country Comparison: Total Fertility Rate,” https://www.cia.
gov/library/ Publications/the-world-factbook/rankorder/2127rank.html.
100
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
abad ini dan kemudian turun menjadi 5,5 miliar pada akhir abad
ini—lebih sedikit dari jumlah penduduk yang ada di dunia sekarang
ini! Jelas, sekarang ini jumlah penduduk yang berlebihan bukanlah
penyebab kemiskinan yang utama di dunia ini, dan kelihatannya
pada masa mendatang semakin tidak akan menjadi masalah.
Penyebab lain kemiskinan yang biasa dikutip adalah sistem
ekonomi yang tidak efektif atau distribusi yang bu­ruk. Bebe­rapa
pakar bidang teori pembangunan berpendapat bah­wa harus di­buat
strategi-strategi yang bisa menciptakan ke­kayaan untuk orang yang
kaya dan kuat. Kemudian manfaatnya “menetes ke bawah” kepada
orang miskin. Orang lain tetap memegang teguh pendapat bahwa
efek penyamarataan struktur-struktur kelas yang dihilangkan da­
lam sistem komunis bertujuan melenyapkan ketidaksetaraan dan
mendatangkan kemakmuran (atau setidak-tidaknya) kesetaraan
pada semua orang.
Meskipun demikian, entah bagaimana, kedua sistem ini cen­­
derung menimbulkan pemusatan kekayaan dan ke­kuasaan di ta­
ngan beberapa orang. Orang miskin diabaikan. Dua sistem eko­nomi
yang tidak setara dan tidak adil ini bisa memberikan kon­tribusi
yang signifikan terhadap munculnya kemiskinan.
Korupsi dan eksploitasi, dalam semua bentuknya, juga
memberikan kontribusi yang substansial terhadap munculnya ke­
miskinan dan penderitaan dalam hidup banyak orang. Ada kait­an
yang sangat erat antara tingkat korupsi yang tinggi dan kemiskin­
an. Korupsi yang tak terbantahkan, yang tidak terelakkan lagi, akan
menimbulkan atau membawa pada eksploitasi kekuasaan dan
pen­deritaan jangka panjang dalam seluruh masyarakat, adalah pe­
nyebab yang signifikan dari kemiskinan.
Penyebab kemiskinan secara “struktural” berfokus pada
penghalang-penghalang yang bisa dilihat dalam masyarakat hingga
gaya hidup yang tidak tepat. Ini bisa mencakup struktur-struktur
kelas yang opresif; kurangnya akses kepada (dan ketidakadilan
dalam) sistem peradilan bagi orang miskin dan manipulasi, ko­
rupsi, dan kekejaman para pemilik tanah, pedagang, rentenir, para
Ben Wattenberg, Fewer (Chicago: Ivan R. Dee, 2004), hlm. 85.
101
Child, Church, and Mission
produsen yang melakukan mono­poli dalam bidang industri, “orang
asing”, dan entitas-entitas lain yang memegang kekuasaan. Analisis
semacam ini merupakan dasar pemikiran yang sangat radikal
dalam bidang politik dan refleksi teologis yang juga radikal sekali.
Dalam sejarah, sebagai contoh, ini memunculkan Marxisme dan
komunisme. Baru-baru ini, ini juga memunculkan berbagai macam
teologi pembebasan dan banyak upaya yang dilakukan banyak
aktivis LSM.
Masalah-masalah yang bersifat struktural dan sistemik ini
menimbulkan efek yang sangat merugikan orang miskin. Meskipun
demikian, kelemahan pandangan kemiskinan secara struk­tural
ini sebagaimana diungkapkan oleh Jayakumar Christian, mantan
direktur World Vision India, adalah kecenderungan pan­dangan
ini untuk menimpakan semua kesalahan pada faktor-faktor lain
“di luar”. Tendensi ini berfokus pada yang di luar, tanpa disertai
kritik yang sepadan pada faktor-faktor di dalam. Christian men­
catat bahwa pandangan ini bisa menyebabkan orang miskin
berpandangan bahwa mereka adalah “korban”. Pandang­an bah­
wa mereka adalah korban—“Masalahku adalah kesalahan orang
lain”—sering menimbulkan mental miskin, sebuah pola pikir
yang menimbulkan kemiskinan, dan sebuah kegagalan bahkan
ketidaksediaan melakukan apa pun untuk menolong diri­nya
sendiri atau secara pribadi berurusan dengan masalah atau
tantangan yang dihadapinya. Inilah tingkat yang paling ingin
saya perhatikan. Tanggung jawab pribadi terhadap masalah yang
dihadapi merupakan premis yang esensial untuk mengatasi ma­
salah tersebut.
Lagi pula, menurut Alkitab, sangat penting untuk mengerti
bahwa akar semua ini adalah dosa dan kejatuhan manusia—dengan
kata lain, akarnya bersifat rohani.
Jayakumar Christian, The God of the Empty-Handed (Monrovia, CA: MARC, 1999),
hlm. 30.
Ibid.
102
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
Memandang Kemiskinan secara Rohani
Berurusan dengan kemiskinan menuntut sebuah sudut pandang
yang melampaui hal-hal yang bersifat ekonomi dan langsung
berurusan dengan hati. Semua faktor di atas merupakan faktor yang
signifikan yang menyebabkan dan melanggengkan kemiskinan.
Semua refleksi di atas terhadap penyebab kemiskinan—korupsi,
eksploitasi, jumlah penduduk yang terlalu banyak, defisit, utang,
dll.—berisi elemen-elemen kebenaran. Semua yang disebutkan
di atas menuntut perhatian dari pekerja yang teliti yang bekerja
dalam bidang pengembangan.
Meskipun demikian, sebagai orang Kristen, kita harus sa­
dar bahwa hal-hal ini dan “penyebab-penyebab” lain dalam ke­
nya­taannya terutama adalah akibat kejatuhan kita ke dalam dosa
dan bukan penyebab kemiskinan. Ketika mempelajari Alkitab, kita
akan mulai mengerti bahwa kemiskinan bukanlah sekadar tidak
memiliki kekayaan materi atau menderita kekurangan di bidang
lain. Kemiskinan bukan hanya korupsi, bencana, atau karena
utang yang membuat seseorang tidak berdaya. Kita tidak boleh
melakukan kesalahan dengan berpikir bahwa akar kemiskinan dan
keterbelakangan hanya bersifat materi.
Perspektif yang ingin saya eksplorasi di sini adalah fakta
pada tingkat yang paling dasar, kemiskinan adalah masalah ro­
hani. Sebuah pandangan yang alkitabiah terhadap kemiskinan
me­mahami bahwa akar kemiskinan adalah dosa, yang diceritakan
dalam Kejadian pasal 3 telah masuk ke dunia melalui Adam. Dosa
telah menimbulkan kehancuran dalam hubungan kita dengan orang
lain, diri sendiri, dunia alami, dan pada dasarnya dengan Allah.
Akibat hubungan yang hancur ini jauh sekali dan menyebar secara
luas. Ketidakadilan sosial dan kondisi-kondisi ekonomi, kelangkaan
sumber daya alam, beberapa bencana alam dan kelakuan yang
eksploitatif, merusak diri sendiri atau tidak bertanggung jawab
hanyalah permulaan.
Bukan berarti kemiskinan yang diderita seseorang di­
sebabkan dosa orang itu sendiri. Oleh karena memang “semua
103
Child, Church, and Mission
orang telah berbuat dosa”, dan dosa dan ketidakbenaran dalam
hidup seseorang sering kali menghasilkan pilihan-pilihan yang
buruk, kehilangan, dan kemiskinan. Namun, kami tidak berkata
bahwa orang miskin menjadi miskin karena mereka secara pribadi
berbuat dosa. Sebaliknya, kejatuhan umat manusia dan akibat dosa
di dunia telah menimbulkan eksploitasi, korupsi, dan banyak faktor
lain yang bersifat internal maupun eksternal—bekerja bersama
dan menghasilkan sesuatu yang buruk dan penderitaan berupa
kemiskinan.
Syukurlah, pengertian tentang akar kemiskinan ini juga
memberikan harapan. Kehancuran yang telah masuk ke dalam
dunia tidak harus terus berlangsung. Roma 5:10–12 berkata Allah
telah mengutus Putra-Nya, Yesus, untuk membawa kehidupan
dan pendamaian. Kehidupan dan pelayanan Kristus sendiri
menunjukkan bagaimana Dia ingin para pria dan wanita bisa
mengatasi kedalaman dan luasnya kemiskinan yang membuat
menderita begitu banyak orang.
Inilah sebabnya upaya pengembangan secara holistik—yang
menangani masalah manusia seutuhnya, termasuk kebutuhan
jasmani dan rohani—harus dilakukan orang Kristen. Orang
Kristenlah yang, melalui Alkitab, memiliki jawaban terhadap
masalah berupa dosa. Dengan demikian, kita memiliki sarana yang
dibutuhkan dan esensial untuk mengatasinya.
Sudut Pandang (Worldview)—Kunci untuk
Memahami Kemiskinan
Sudut pandang merupakan sebuah kunci yang esensial untuk
mengerti bagaimana pengembangan yang holistik berakar pada
hati dan pikiran orang-orang. Beberapa orang berkata bahwa su­
dut pandang adalah seperti sepasang lensa yang berwarna pada
sebuah kaca mata yang “mewarnai” atau memengaruhi bagaimana
seseorang memahami dunia di sekitarnya. Dr. Charles Kraft dari
Fuller Seminary mendefinisikan worldview (sudut pandang) ini
Compassion Program Field Manual, 2006, hlm. 3.
104
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
sebagai “semua asumsi, nilai-nilai dan komitmen/kesetiaan yang
mendasari persepsi seseorang terhadap realitas.”10 Dengan cara
yang sama, Darrow Miller mengungkapkannya begini” “Sebuah
worldview adalah serangkaian asumsi yang dipendam secara sadar
atau tidak sadar dalam iman tentang pembentukan yang mendasar
dari dunia dan bagaimana dunia bekerja.”11
Jadi, sudut pandang adalah peta di pikiran yang ada dalam
diri setiap orang yang membantu mereka memahami dunia yang
sering kali membingungkan dan tidak bisa diprediksikan. Per­
timbangkanlah pertanyaan manusia yang mendasar: “Meng­apa halhal buruk menimpa orang baik?” “Apakah benar dan salah itu ada?”
“Apakah kebenaran itu dan apakah itu memang ada?” “Apa Allah
ada?” “Mengapa orang yang jahat makmur?” Semua orang di dunia,
sepanjang waktu, dibingungkan oleh hal-hal yang tam­paknya tidak
adil ini (Lihatlah, sebagai contoh, jeritan Habakuk, atau jeritan
Ayub dalam 24:1–12). Bagi beberapa orang, beberapa “kekeliruan”
yang tampaknya tidak bisa dipahami di dunia ini sudah cukup bagi
mereka untuk menyimpulkan bahwa Allah tidak ada. “Bagaimana
mungkin Allah yang penuh kasih,” kita sering kali mendengar
mereka bertanya, “mengizinkan penderitaan dan ketidakadilan se­
macam ini di dunia?”
Jadi, sudut pandang seseorang (atau sebuah masyarakat)
membantu orang-orang untuk mengatasi hal-hal seperti ini yang
tidak bisa dipahami. Sungguh, seperti yang diungkapkan Darrow
Miller, sudut pandang seseorang bisa memengaruhi tujuan hi­
dupnya—bisa cenderung menimbulkan harapan yang penuh dan
kecukupan, atau keputusasaan dan kehilangan:
Semua orang pada dasarnya menanyakan pertanyaan yang
sama. Namun, mereka memberikan jawaban yang sangat
berbeda, tergantung sudut pandang mereka. Jawaban orang
dan masyarakat terhadap pertanyaan ini menentukan tipe
Charles Kraft, Anthropology for Christian Witness (New York: Orbis Books, 1996),
hlm. 52.
11
Darrow Miller, Discipling Nations: The Power of Truth to Transform Cultures
(Seattle, WA: YWAM Publishing, 1998), hlm. 38.
10
105
Child, Church, and Mission
kebudayaan dan masyarakat yang mereka ciptakan. Be­
berapa jawaban terhadap pertanyaan ini membawa pada
kemiskinan dan kebrutalan, jawaban lainnya membawa pada
perkembangan dan peradaban.12
Miller mengidentifikasi tiga kategori atau sudut pandang
yang mendasar dan luas yang mencakup sudut pandang yang dianut
sebagian besar orang di dunia ini. Sebuah penyelidikan terhadap
premis—dan konsekuensi—dari sudut pandang ini mengungkapkan
wawasan yang mendalam terhadap kodrat kemiskinan, dan jalan
keluar yang paling menjanjikan dari kemiskinan. Tiga sudut pa­
ndang makro ini adalah:13
12
13
1. Sekularisme. Sekularisme adalah sudut pandang
yang dianut masyarakat modern di dunia Barat. Para
penganut ajaran ini menyangkal eksistensi Tuhan dan
apa pun yang bersifat rohani. Mereka percaya bahwa
“kehidupan adalah hasil interaksi hal-hal dengan energi,
waktu dengan kesempatan”. Bagi penganut ajaran ini,
hal-hal (atau dunia materi) adalah realitas tertinggi.
Penganut sekularisme tidak percaya pada kebenaran
yang universal atau moral yang absolut.
2. Animisme. Sudut pandang besar kedua adalah animis­me
dalam segala bentuknya, seperti Hinduisme, Budhisme,
“Aliran Zaman Baru” dan banyak variasi lain. Roh-roh
menghidupkan semuanya dan semua itu bergerak me­
nuju kesatuan roh. Dunia materi itu “buruk” atau tidak
penting. Dunia yang sesungguhnya tidak kelihatan,
kebenaran tersembunyi dan tak rasional, semuanya
misteri … penuh kejahatan … (dan) tidak bermoral.
3. Theisme. Miller menulis bahwa ajaran ini “memandang
realitas yang tertinggi sebagai sesuatu yang bersifat
pribadi dan relasional. Allah ada. Dia menciptakan
alam semesta yang terdiri dari dimensi jasmani dan
Ibid., hlm. 39.
Ibid., hlm. 40ff.
106
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
rohani, dunia yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Kebenaran, sebagaimana diwahyukan Tuhan, bersifat
objektif dan bisa dikenal manusia. Karakter Allah
menetapkan moral yang absolut. Theisme percaya ada
satu Allah yang bersifat pribadi dan tak terbatas. “AKU”
yang ditulis dengan huruf besar yang disebutkan dalam
Alkitab.”14 Semua orang Kristen yang percaya pada
Alkitab harus menganut bentuk tertentu sudut pandang
ini.
Sudut Pandang Memiliki Konsekuensi
Sementara kita merenungkan kemiskinan, yang penting sekali
untuk diperhatikan adalah memercayai dan mempraktikkan asumsiasumsi dasar tiap sudut pandang ini akan menimbulkan kon­se­
kuen­si yang kurang lebih bisa diprediksikan. Dua sudut pan­dang
yang tidak alkitabiah itu memang akan menimbulkan ambi­gui­
tas moral, fatalisme, kemiskinan rohani dan yang sangat sering,
puncak­nya adalah kemiskinan rohani. Di sisi lain, sudut pandang
yang alkitabiah akan menimbulkan pengelolaan yang bijaksana
terhadap sumber daya yang Allah sediakan, dan sangat sering
akumulasi berkat materi juga. Ini akan membawa pada pemahaman
terhadap kecukupan sumber daya yang telah Allah sediakan dan
keinginan-Nya agar kita mengelola dan memakai sumber daya
tersebut agar bermanfaat bagi kita. Ini juga akan membawa pada
suatu pemahaman akan keinginan Allah terhadap umat-Nya agar
mengambil tindakan yang efektif untuk kepentingan mereka sen­
diri, tidak menjadi budak nasib dan tunduk pada kesempatan atau
keadaan yang berubah-ubah. Hal paling sering, setidak-tidaknya
suatu sudut pandang yang alkitabiah akan membawa pada ter­
sedianya sumber daya materi dalam jumlah yang “cukup” dan
perasaan sejahtera. Ini adalah mengalami “hidup berkelimpahan”
yang diinginkan Yesus bagi semua umat-Nya.
14
Ibid., hlm. 41.
107
Child, Church, and Mission
Tentu saja, baik animisme maupun sekulerisme tidak akan
segera atau secara otomatis menimbulkan kemiskinan materi, ke­
tidakberdayaan, dan keputusasaan. Sesungguhnya aspek, “hidup
untuk saat ini” dari dua sudut pandang itu akan mengarah kepada
kekayaan materi melalui keserakahan, kekikiran, dan fokus untuk
melakukan akumulasi. Banyak orang yang “jahat” hidupnya makmur
sekali. Meskipun demikian, seperti yang telah kami katakan, dua
sudut pandang ini akhirnya dan tak terelakkan lagi menimbulkan
kematian dan kehancuran.
Demikian pula, orang-orang dengan sudut pandang yang
theistis (alkitabiah) tidak selalu akan kaya atau kecukupan secara
materi. Beberapa orang bisa jadi, karena sudut pandang mereka
yang alkitabiah, cenderung murah hati dan lebih berfokus pada
sumber daya rohani daripada kekayaan materi. Bisa jadi mereka
dengan gembira memiliki sumber daya yang cukup untuk berta­
han hidup. Atau, karena aniaya atau gangguan, mereka kehilangan
harta benda dan hidup dalam kekurangan atau kemiskinan. Mereka
mungkin masih dianggap salah, diperlakukan dengan semenamena, atau dianiaya dan menderita karena eksploitasi, korupsi, dan
ketidakadilan.
Meskipun demikian, memercayai dan secara konsisten ber­
tindak berdasarkan asumsi dan pengertian yang berasal dari sudut
pandang yang theistis (alkitabiah) akan, tak terelakkan lagi, mem­
bawa pada keutuhan yang alkitabiah, kesejahteraan rohani di tengah
keadaan yang sulit, kecukupan secara materi, dan tersedianya
sumber daya dalam jumlah yang cukup ketika seseorang memakai
talenta dan sumber daya yang tersedia. Ketika diberi kesempatan,
energi dan inspirasi, mereka akan memanfaatkan pintu-pintu yang
terbuka dan sumber daya sumber daya untuk kebaikan mereka
sendiri dan orang lain. Bagaimana kita mengetahui hal ini? Seperti
yang telah kita lihat, ada banyak bukti praktis dan juga banyak janji
dalam Alkitab mengenai hal ini.
108
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
Yesus Datang Memberi Hidup yang Berkelimpahan
Sesungguhnya, hidup yang berkelimpahan inilah yang Yesus ke­
hendaki bagi semua anak dan keluarga apa pun ras, latar belakang,
kebangsaan, atau fitur lainnya dalam hidup mereka. Kita boleh
berkata bahwa inilah misi Yesus ketika datang ke bumi. Marilah
kita pelajari dengan teliti perikop penting ini.
Deklarasi dari Yesus, “Aku datang supaya mereka memiliki
hidup dan memilikinya dalam segala kelimpahan” disam­paikan
dalam konteks perhatian gembala kepada domba-dom­ba­nya.
Gembala yang baik, Yesus berkata, akan memelihara, me­lindungi,
dan menyediakan apa yang dibutuhkan domba-dombanya. Dombadomba-Nya mendengar suara-Nya dan tahu bahwa mereka bebas
dari bahaya. Domba-domba itu akan masuk dan keluar dan
menemukan padang rumput (Yoh. 10:9b).
Gambaran yang diberikan di sini adalah suasana yang aman
dan damai. Ini menggambarkan domba-domba yang menjadi
se­perti yang dirancang. Analogi Gembala yang Baik, tentu saja,
meng­gambarkan kerinduan Yesus terhadap pengikut-pengikutNya. Dia rindu setiap orang hidup dalam suasana yang aman dan
damai dan, seperti yang dikatakan dalam Mazmur 23, “kebaikan
dan kemurahan” akan muncul sepanjang hidup mereka. Ini ada­lah
keutuhan dalam setiap aspek hidup seseorang yang telah kami tulis
dan merupakan kerinduan Allah bagi semua anak-Nya.
Namun kembali, mari kita berhati-hati, agar tidak menge­
mukakan bahwa hidup yang berkelimpahan hanya menunjuk pada
kekayaan materi. Tentu saja ini tidak menunjuk pada dampakdampak berupa akumulasi dan akuisisi. Kami tidak sedang meng­
khotbahkan semacam “injil kemakmuran” di sini. Hidup ber­
kelimpahan tidak berarti “kelimpahan barang-barang”—memiliki
banyak harta benda dan barang duniawi. Ini bukan arti hidup ber­
kelimpahan.
Lalu, apa arti kehidupan yang utuh dan kecukupan seper­ti
yang digambarkan di atas? Ini adalah kehidupan di mana talenta,
bakat, dan kreativitas seseorang berkembang dan dinik­mati. Ini
109
Child, Church, and Mission
adalah suasana di mana orang-orang (termasuk anak-anak) men­
jadi orang yang produktif, memperoleh pendidikan yang layak dan
memiliki cukup sumber daya untuk menjaga kesehatan mereka dan
bertumbuh dengan baik. Mereka tahu bahwa ciptaan Allah ada di
sana untuk memenuhi semua kebutuhan mereka dan akan belajar
untuk “menguasai” sumber daya tersebut dan aspek-aspek dalam
dunia jasmani mereka. Mereka memiliki motivasi dan inspirasi
untuk memakai kemampuan dan sumber daya yang ada pada
mereka agar mendatangkan manfaat dan menyejahterakan mereka
dan orang lain. Mereka memiliki hu­bungan keluarga yang dekat
dan memuaskan, sukacita (bahkan di tengah keadaan yang sulit),
harapan, dan damai sejahtera serta kepuasan terhadap apa pun
yang telah disediakan Allah.
Jadi, hal terpenting yang bisa kita berikan kepada anakanak dan keluarga yang miskin bukanlah uang, bantuan dalam
bentuk materi, atau barang-barang lainnya. Sebaliknya, hal ter­
penting adalah memahami kebenaran rohani dan bagaimana
menerapkannya dalam hidup mereka. Yesus berkata bahwa Dia
adalah jalan, kebenaran, dan kehidupan (Yoh. 14:6). Mereka akan
mengenal kebenaran dan kebenaran akan membebaskan mereka
(Yoh. 8:32). Itulah kerinduan Allah bagi semua anak-Nya, muda dan
tua.
Pencuri Datang untuk Mencuri
Berlawanan dengan rencana Allah, ada pencuri di luar sana yang
memiliki keinginan yang benar-benar berbeda terhadap dombadomba ini. Itulah sebabnya di awal Yohanes 10:10 Yesus berkata,
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan
membinasakan.” Siapakah pencuri ini? Tentu saja, setan. Setan
tidak ingin anak-anak atau keluarga mereka memiliki hidup yang
berkelimpahan. Setan itu pendusta. Sesungguhnya, berdusta ada­­
lah bahasa ibu (native language) (lihat Yoh. 8:44)! Dan setan akan
berdusta dan melakukan apa pun yang bisa ia lakukan untuk
membunuh, men­curi, dan membinasakan.
110
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
Rasul Paulus berkata tentang orang-orang yang menukar
kebenaran Allah dengan dusta.15 Mengabaikan Allah dan me­mer­
cayai dusta setan membawa pada lingkaran kemunduran menuju
kemiskinan, kematian, dan kehancuran. Bagi begitu banyak anak
yang menderita di seluruh dunia, setan telah mencuri hidup
yang berkelimpahan itu. Mereka dikelilingi oleh hal-hal yang
buruk, ketidakpercayaan, korupsi, eksploitasi, penderitaan, dan
kesengsaraan. Setan ingin anak-anak dan keluarga memercayai
dusta yang disampaikannya dan diperbudak, apa pun kesempatan,
dan sumber daya yang tersedia bagi mereka.
Perbedaan apakah yang bisa ditimbulkan sebuah sudut pandang? Se­bagai
permulaan, para penganut animisme dan sekularisme berkata bahwa
kebenaran yang absolut tidak ada, atau setidak-tidaknya kebenaran itu
tidak bisa dikenal. Ini sering kali akan menimbulkan sikap menjalani hidup
ini seolah-olah tidak ada standar bagi moralitas, pengetahuan, hubungan,
atau yang lainnya. Sudut pandang yang alkitabiah berkata bahwa kita
bisa mengenal kebenaran dalam prinsip dan diri Yesus Kristus.
Pertanyaannya adalah apakah kita akan memercayai ke­
benaran dalam Alkitab atau dusta setan? Memiliki sudut pandang
yang alkitabiah—memercayai dan menerapkan kebenaran-ke­be­
naran Alkitab—membawa kebebasan, keutuhan, dan kehidupan
yang melimpah. Namun, memercayai dan mengikuti dusta yang
melandasi sudut pandang animisme dan sekuler hanya akan ber­
akhir dengan kesengsaraan, kematian, dan kehancuran.
Dalam Kolose 2:8, Paulus meminta kita berhati-hati supaya
tidak ada seorang pun yang menawan kita dengan filsafatnya
yang palsu dan menyesatkan, ajaran di mana berlandaskan tra­
disi manusia dan dunia, bukan dari Kristus. Seperti yang akan kita
lihat, sudut pandang yang tidak alkitabiah ditandai dengan “filsafat
yang palsu dan menyesatkan”. Sudut pandang tersebut dibangun
15
Lihat Roma 1:18–22.
111
Child, Church, and Mission
berdasarkan tradisi manusia dan dunia, bukan kebenaran. Sudut
pandang itu berakar dari dusta setan.
Respons Alkitab terhadap Filsafat-filsafat yang
Palsu dan Menyesatkan
Jadi kita bertanya, apa saja “filsafat mendasar yang palsu dan
menyesatkan atau dusta setan yang cenderung menjebak dan
memperbudak dalam kemiskinan?” Berikut adalah contohnya:16
1.
Satu dusta setan yang paling melemahkan dan sangat
ekstrem adalah pandangan “Tidak ada kebenaran
absolut atau universal”. Baik animisme maupun se­
kularisme berkata bahwa tidak ada kebenaran yang
objektif. Animinisme juga berpandangan bahwa ke­
benaran itu tidak ada atau kebenaran itu tidak bisa
dikenal. Sekularisme juga tidak lebih baik. Para penganut
Sekularisme dunia Barat berkata, “Percayailah apa pun
yang kamu inginkan.” Hal yang menjadi kebenaran bagi
Anda belum tentu benar bagi saya. Tidak ada kebenaran
atau kesalahan yang objektif. Baik Sekularisme Barat
maupun animisme Timur berkata alam semesta ini tidak
bermoral, irasional, dan tidak memiliki belas kasihan.
Apakah implikasi diciptakan sesuai gambar Allah? Sebagai anak Allah,
kita telah diberi sumber daya untuk menolong diri sendiri dan orang lain,
termasuk:



16
Pikiran—kemampuan untuk memikirkan pikiran-pikiran Allah.
Hati—emosi, imajinasi, memimpikan dunia yang baru, kreati­
vitas dan seni.
Kepribadian—temperamen dan sifat khusus.
Saya berutang budi pada Darrow Miller untuk sebagian besar wawasan dalam
bagian ini, yang diambil dari bukunya, Discipling Nations.
112
Memahami Kemiskinan Secara Rohani








Martabat—diciptakan sesuai gambar Allah.
Lidah—memakai kata-kata kita sendiri untuk menciptakan ke­
budayaan
Pembuatan alat—mempermudah aktivitas sehari-hari.
Hati nurani—untuk membedakan yang benar dan yang salah.
Kehendak—untuk bertindak dan membentuk sejarah.
Jiwa—untuk menghargai dunia yang tidak material.
Potensi untuk memperoleh hikmat dan menahan diri.
Pengetahuan dan keahlian secara teknis dalam bidang musik,
olah­raga, komunikasi, bahasa, dan seni.
Apa yang dikatakan Alkitab: Engkau akan me­­ngenal kebenar­an
dan kebenaran itu akan memerdekakan engkau. Kebenaran—
bukan uang, ke­se­jah­teraan, kertas berisi informasi atau skema—
yang membebaskan anak-anak dan keluarga. Bila kita melihat
Alkitab, kita melihat betapa pentingnya kebenaran itu. Allah ingin
semua orang (termasuk anak-anak) mengenal kebenaran.17 Pola
pikir alkitabiah mengerti bahwa alam semesta itu rasional, bisa
dimengerti dan teratur. Kita bisa mengenal kebenaran karena
Tuhan telah menyatakannya melalui karya-karya-Nya dan firmanNya.18 Dalam Yohanes 8:32, Yesus berkata bahwa keti­ka orang-orang
mengenal kebenaran, “kebenaran akan memerdekakan mereka.”
17
18
2. Beberapa anak dilahirkan dalam keadaan yang le­
bih baik dibandingkan anak lainnya. Bagi penganut
animisme, beberapa orang dilahirkan dengan status
(harga diri) yang lebih tinggi dibandingkan orang lain.
Beberapa orang akan dihormati dan dihargai, sementara
yang lain akan diremehkan dan didiskrimi­nasi. Sistem
kasta dalam agama Hindu adalah contoh yang terburuk.
Jutaan orang dalam kasta-kasta yang lebih rendah
Lihat 1 Timotius 2:3–4
Ibid., hlm. 95–96.
113
Child, Church, and Mission
dibelenggu untuk hidup dalam kemiskin­an seumur
hidup mereka. Kesukuan, prasangka etnis, rasisme, dan
isme-isme lainnya sering kali menimbulkan peperangan,
diskriminasi, dan perlakuan yang kejam, merupakan
gejala dari dusta ini.
Sebagian besar penganut sekulerisme percaya bahwa sumber daya di
seluruh dunia jumlahnya telah ditentukan dan bakal habis. Setelah sumber
daya habis, hal itu akan habis untuk selamanya. Namun, pandangan ini
tidak sepenuhnya benar. Apakah minyak akhirnya akan habis? Mungkin.
Namun, tidak diragukan lagi, dengan memakai pikiran yang telah Allah
berikan kepada kita, umat manusia akan menemukan bentuk-bentuk
energi lainnya. Alkitab berkata bahwa Allah telah memberikan umat
manusia kekuasaan atas semua ciptaan-Nya. Kita harus menggunakan
akal budi kita untuk mengembangkan dan mengadaptasi apa yang kita
temukan dalam ciptaan dan mengelola serta menggunakannya supaya
bermanfaat bagi kita.
Beberapa dari orang yang sama yang takut bahwa sumber daya
bumi ini akan habis menganjurkan praktik aborsi dan pertumbuhan
penduduk zero untuk membatasi per­mintaan terhadap sumber daya
yang mulai terbatas. Namun, karena sebagian sumber daya dalam dunia
ini adalah berada dalam akal budi mereka, mereka secara aktif sedang
menghancurkan sumber daya terpenting dalam planet ini.
Apakah orang miskin masih menderita karena eksploitasi, ko­
rupsi, dan aspek lain dari kejatuhan manusia dalam dosa? Tentu saja. Itu
adalah bagian lebih besar dari realitas akibat kejatuhan manusia. Akan
tetapi, dengan mengetahui diri dan kedudukan mereka, orang miskin
memiliki kesempatan untuk mengatasi aspek-aspek mental kepapaan
dan fatalisme yang melemahkan.
Banyak orang percaya bahwa nasib seseorang dalam hidup ini
didasarkan pada amal kebajikan seseorang atau kebaikan orang
itu dalam hidupnya pada masa lampau. Anda layak berada dalam
114
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
keadaan yang sedang Anda alami saat ini karena apa yang Anda
lakukan atau tidak Anda lakukan pada masa lampau. Kepercayaan
ini menimbulkan fatalisme dan ketidaksediaan untuk memperbaiki
hidup Anda. Lebih lanjut, mereka juga berpendapat bahwa anakanakpun tidak perlu ditolong. Mereka layak mengalami apa pun
yang sedang mereka alami saat ini. Pemikiran selanjutnya bahkan
lebih buruk—cara untuk masuk ke dalam situasi yang lebih baik
pada masa mendatang adalah dengan menerima keadaan Anda
saat ini. Tidak baik jika mencoba mem­perbaiki kehidupan Anda
ketika Anda berada dalam situasi yang buruk karena untuk masuk
ke dalam ke­adaan yang lebih baik masa mendatang adalah dengan
menerima keadaan Anda sekarang ini tanpa mengeluh. Betapa
dahsyatnya cengkeraman setan atas kehidupan manusia di bumi
ini.
Apakah yang Alkitab katakan: Kita semua di­ciptakan sesuai
gambar Allah. Kebenaran ini terdapat dalam Kejadian 1:27 yang
berkata, “Maka Allah men­ciptakan manusia menurut gambarNya, menurut gam­bar Allah diciptakan-Nya dia: laki-laki dan pe­
rem­puan diciptakan-Nya mereka.” Kebenaran ini juga unik bagi
theisme alkitabiah. Mazmur memberi tahu kita, “Sebab Engkaulah
yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan
ibuku” (139:13–14).
Kebenaran ini menegaskan bahwa setiap orang, termasuk
setiap anak, berharga dan bermartabat. Harga diri dan martabat
yang sudah ada sejak manu­sia lahir memberikan dasar untuk
melayani semua orang tanpa membeda-bedakan mereka. Lebih
lanjut, ini mem­berikan dasar bagi setiap orang untuk me­rasa bahwa
dirinya berharga dan bisa berkata, “Aku benar-benar berharga. Aku
benar-benar memiliki karunia, talenta, dan ke­mampuan. Aku bisa
memakai karunia, kemampuan, intelek, serta energiku dengan baik
untuk mempertahankan hak-hakku dan membuat hidupku lebih
baik.”
Suatu saat saya mengunjungi sebuah proyek di Cebu di
Filipina selatan. Saya dan beberapa orang lain diberi tahu bahwa
seorang anak laki-laki berusia 9 tahun akan menyanyi bagi kami.
115
Child, Church, and Mission
Saya pernah mendengar anak laki-laki berusia 9 tahun menyanyi
dan karena itu tidak mengharapkan penampilan yang spektakuler.
Namun, anak laki-laki ini memiliki suara yang luar biasa matang
dan kami kagum melihat ketenangan dan rasa percaya diri yang ada
padanya ketika ia mengambil mikrofon dan menyanyi. Anak lakilaki ini bisa MENYANYI! Itu adalah lagu terbaik yang pernah saya
dengar dinyanyikan seseorang semuda itu. Meskipun demikian,
yang benar-benar membuat kami tertegun adalah kebenaran yang
mempesona dari lagu yang dipilihnya. Ia mengumandangkan liriklirik sedemikian rupa yang menggambarkan bahwa ia hanyalah
anak laki-laki yang masih kecil, miskin, dan mungkin tidak ber­
arti. Namun, ia tahu bahwa ia spesial karena ia berarti bagi Allah!
Mengetahui mereka berarti merupakan langkah pertama bagi
anak-anak dan keluarga untuk menemukan jalan keluar dari ke­
miskinan.
Meskipun telah diberkati secara luar biasa dengan berkat yang di­
sebutkan di atas, yaitu diciptakan sesuai gambar Allah, banyak orang
masih memilih untuk percaya pada satu dusta setan yang paling jahat—
hidup tidak memiliki tujuan atau makna. Hal itu akhirnya membuat hidup
tidak berharga. Orang-orang akhirnya pasrah pada “takdir” kosmos atau
memutuskan untuk makan, minum, dan bersukaria tanpa khawatir
akan konsekuensinya. Namun, Allah rindu agar setiap kita memiliki
masa depan dan harapan—membangun kehidupan yang bermakna dan
memiliki tujuan.
3. Alam berkuasa atas umat manusia. Penganut ani­
misme dan Sekularisme percaya bahwa umat manusia
akhirnya harus bergantung pada belas kasihan bin­
tang-bintang atau alam. Mereka cenderung percaya
bahwa alam berkuasa atas manusia, bukan sebaliknya.
Penganut animisme percaya bahwa kita ini bergantung
pada belas kasihan jajaran bintang-bintang, planet atau
116
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
kekuatan alam yang tidak bisa diprediksi, yang tidak
bisa dimengerti, tetapi harus dipenuhi tuntutannya.
Suatu saat dalam kunjungan ke Nepal selama tiga atau empat hari,
berkali-kali lalu lintas terpaksa terhenti karena prosesi pernikahan
yang banyak atau massal. Akhirnya saya bertanya, “Mengapa ada
begitu banyak pernikahan yang berlangsung?” Saya diberi tahu
bahwa tanggal hari itu sangat menguntungkan karena bintangbintang sejajar ke arah tertentu. Orang-orang ini tidak tahu bahwa
mereka berkuasa atas ciptaan. Mereka berpikir bahwa bintang dan
planet berkuasa atas mereka!
Wajar bila muncul kepercayaan bahwa alam semesta ada­lah
“sistem yang tertutup”. Semuanya sekadar itu-itu saja yang hanya
terus berputar. Bila Anda memiliki lebih, berarti saya yang kurang.
Jadi, saya harus merebut dan memegang apa pun yang bisa saya
rebut dan pegang. Dusta ini menimbulkan iri hati, penimbunan,
dan egoisme dengan daripada kelimpahan akal budi dalam diri
manusia.
Apa yang Alkitab katakan: Kita diciptakan untuk ber­
kuasa. Dalam Mazmur 8:6 Pemazmur kagum terhadap fakta
bahwa Allah telah menciptakan manusia “… Namun, Engkau telah
membuatnya hampir sama seperti Allah dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa
atas buatan tangan-Mu; Segala sesuatu telah Engkau letakkan di
bawah kaki-Nya.” Kejadian 1:28 menegaskan bahwa Allah telah
memberikan kepada umat manusia “kekuasaan” atau kendali atas
semua ciptaan-Nya.
Allah telah memberikan kepada manusia sumber daya dan
tanggung jawab untuk menikmati, memelihara, dan memakai ke­
limpahan yang telah disediakan-Nya. Lebih lanjut, kelimpahan
harus diciptakan dan dikelola. Manusia memiliki kemampuan
untuk menumbuhkan, menemukan, dan menciptakan hal-hal yang
indah dan berguna, dan bertanggung jawab memelihara dan me­
lestarikan sumber daya sumber daya itu. Pengertian ini me­mulih­
kan produktivitas dan pemeliharaan terhadap ciptaan, pe­ngelola­
117
Child, Church, and Mission
an, dan manajemen sumber daya. Berkuasa atas ciptaan tidak ber­
arti memperlakukan alam sesuka hati. Sesungguhnya, Allah telah
mem­berikan tanggung jawab kepada kita untuk mengelola buat­
an tangan-Nya, memelihara, melindungi, memperluas, dan meng­
optimalkan apa yang telah Dia berikan pada kita.
4. Hidup itu tidak penting atau tidak berarti. Banyak
penganut animisme percaya eksistensi manusia ada­
lah sebuah siklus yang tanpa akhir dan reinkarnasi.
Sasarannya adalah bertahan hidup. Sejarah adalah
sesuatu yang terjadi dalam hidup Anda. Di sisi lain,
para penganut Sekularisme dunia Barat percaya bahwa
semua hidup ini seterusnya akan begini. Tidak akan
“ke mana-mana”. Hidup memang seperti ini. Bagi peng­
anut animisme dan Sekularisme, hasilnya akan sama.
Eksistensi mereka tidak memiliki makna atau tujuan
yang lebih besar. Bagi penganut dua aliran ini, sasaran
hidup mereka hanya bertahan hidup. Bagi orang miskin,
pesimisme, bukan harapan, yang menguasai mereka
sekarang ini dan harapan mereka tentang apa yang
terjadi pada masa mendatang.
Apa yang Alkitab katakan: Allah ingin anak-anak-Nya me­mi­liki
masa depan dan harapan. Semua orang tidak hanya dicipta­kan
sesuai gambar Allah, mereka juga diciptakan dengan tujuan dan arti.
Hidup mereka dan sejarah mereka secara kolektif akan mengarah
ke suatu tempat. Mereka diciptakan dengan kepribadian yang unik
dan dirancang untuk memiliki hubungan yang harmonis dengan
Allah, dengan orang lain dan dengan semua ciptaan lainnya. Allah
memakai tiap orang untuk melaksanakan rencana dan maksudNya, dan tiap orang memiliki peran dan tujuan yang signifikan.
Memandang hidup ini sebagai sebuah siklus lahir kembali
dan reinkarnasi bisa menimbulkan konsekuensi yang menghan­
cur­kan. Hougn (bukan nama yang sebenarnya) adalah seorang
anak perempuan Kamboja berusia 8 tahun. Ia diperkosa pria yang
amat dikenal oleh ibunya. Namun, ibunya tidak ingin pemerkosa
118
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
itu dihukum. Ia berkata bahwa pria itu akan menerima hukuman
dalam hidup yang akan datang. Hal yang lebih buruk, ia percaya
bahwa peristiwa yang menimpa putrinya itu hanyalah “karma”—
sebuah pembalasan terhadap perbuatan buruk tertentu yang telah
dilakukannya. Apa yang lebih merusak perkembangan, harga diri,
dan harapan gadis kecil ini selain kepercayaan seperti ini?
Mengalami Kebenaran dari Allah Bisa
Memerdekakan Manusia
Jadi, apa yang sedang kami sampaikan tentang mengapa orang
menjadi miskin dan lapar? “Kecuali karena peristiwa-peristiwa
bencana yang besar seperti peperangan, ke­keringan, atau banjir,
kemiskinan jasmani ‘tidak terjadi begitu saja.’ (Dalam skala yang
luas, mungkin) itu merupakan akibat yang logis dari pandangan
orang terhadap diri mereka sendiri dan dunia …. Akar kemiskinan
jasmani adalah budaya kemiskinan, serangkaian gagasan … yang
dianut secara korporat dan menghasilkan kelaku­an tertentu yang
kemudian menghasilkan kemiskinan.”19
Hal yang benar adalah hidup harus memiliki tujuan dan
harapan. Manusia, termasuk keluarga-keluarga yang miskin dan
anak-anak dengan berkat dan tuntunan Allah bisa aktif dan me­
miliki ambisi untuk kepentingan mereka sendiri. Hidup ini tidak
harus berisi kesulitan-kesulitan yang sama dan keterbatasan yang
membeleng­gu generasi demi generasi. Keluarga-keluarga miskin
tidak harus bersikap pasrah atau fatalis, menerima keadaan mereka
begitu saja. Anak-anak dan keluarga-keluarga bisa mengendalikan
hidup mereka, dan tidak dikuasai kekuatan-kekuatan yang tidak
kelihatan dan tidak bisa dipahami atau oleh lingkungan yang
buruk dan tidak ramah dan dengan terencana membuat hidup
mereka menjadi lebih baik. Anak-anak yang miskin bisa berharap
akan memiliki masa depan yang lebih baik. Inilah pekerjaan
pengembangan anak secara holistik.
19
Miller, hlm. 38.
119
Child, Church, and Mission
Bagaimana anak-anak dan keluarga bisa mematahkan be­
lenggu dusta setan? Paling mendasar, mereka bisa mengubah su­dut
pandang mereka, mempelajari dan mempraktikkan kebenarankebenaran Alkitab.
Sudut pandang yang theistik/alkitabiah berkata kita tidak
perlu ditipu oleh filsafat-filsafat yang palsu dan menyesatkan—
filsafat-filsafat yang:




Menyangkal kebenaran yang objektif yang menghasilkan
ketidakjelasan dan kebingungan.
Menyangkal bahwa kita bisa memegang kendali atas
lingkungan kita dan nasib hidup kita; dan yang lebih bu­
ruk, berkata kita tidak boleh mengubah kondisi hidup
kita karena takut akan menimbulkan akibat yang lebih
buruk bagi hidup kita pada masa mendatang.
Menyalahkan beberapa orang karena adanya dis­kri­
minasi dan kurangnya kesempatan hanya karena per­
bedaan kasta atau ras.
Tidak memiliki visi atau harapan untuk masa menda­
tang, yang menghasilkan fatalisme, sikap yang pasif, dan
pesimisme.
Anak-anak dan keluarga-keluarga tidak perlu lagi diperbu­
dak oleh dusta setan. Dalam Yohanes 8:32 Yesus berkata, “Kamu
akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan
kamu.” Paulus mengingatkan kita dalam Kolose 2:15 bahwa Allah
telah “melucuti melucuti penguasa-penguasa dan pemerintahpemerintah dan menjadikan mereka tontonan umum dalam ke­
menangan-Nya atas mereka melalui salib.” Inti pembahasan ini
adalah: Pada dasarnya, kemiskinan bukanlah kekurangan sumber
daya atau akibat dari masalah yang dibuat manusia, melainkan
masalah rohani.
Kerinduan Allah selalu adalah, agar umat-Nya, termasuk
anak-anak menjadi utuh dan lengkap dalam semua aspek ke­
hidup­an mereka. Termasuk di dalamnya adalah membantu
120
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
anak-anak dan keluarga untuk memahami kebenaran-kebenaran
Alkitab. Apakah bantuan materi dan jasmani masih perlu? Tentu
saja. Orang miskin adalah manusia seluruhnya dan masih memili­
ki ke­butuhan yang harus dipenuhi. Kita diperintahkan untuk
memberikan bantuan berupa makanan yang bergizi, pendidikan,
sarana kesehatan, dan intervensi lainnya. Namun, jangan membuat
kesalahan dengan berpikir bahwa yang terpenting adalah bantuan
berupa uang dan materi. Ketika bantuan diubah menjadi kesempatan
untuk mempelajari dan memahami kebenaran-kebenaran dalam
Alkitab—suatu perubahan dalam sudut pandang—baru anak-anak
akan menjadi seperti yang Allah kehendaki.
Apakah kita masih perlu mengonfrontasi “struktur-struk­tur
yang jahat”—korupsi, eksploitasi, dan ketidakadilan? Tentu saja.
Namun, bila anak-anak dan keluarga yang kita layani memerca­
yai dan mempraktikkan kebenaran-kebenaran Alkitab, mereka
akan lebih bisa mengalami kebebasan, kelepasan, keutuhan yang
sesungguhnya, memiliki masa depan dan harapan.
Satu hal lainnya. Oleh karena akar masalahnya rohani dan
bukan materi, sebuah pendekatan yang holistik terhadap ke­mis­
kinan menuntut respons rohani dan jasmani. Gerejalah—bukan
pemerintah, LSM sekuler, PBB, atau organisasi sekuler lainnya—
yang bisa memberikan respons tepat terhadap penyebab yang
sesungguhnya dari kemiskinan. Oleh karena itu, pengembangan
anak yang efektif secara holistik harus dilakukan dari sudut pan­
dang Kristen. Sungguh, pengembangan anak secara holistik
merupakan tantangan dan kesempatan besar bagi orang
Kristen dan Gereja.
Teman-teman kita yang tidak beragama Kristen bisa me­
lakukan upaya pengembangan yang sangat baik, kita bisa belajar
banyak dari mereka. Banyak dari upaya yang kita lakukan mungkin
mirip dengan upaya-upaya yang dilakukan orang-orang non-Kristen.
Meskipun demikian, orang-orang Kristenlah yang bisa memberikan
respons yang paling lengkap dan efektif terhadap masalah berupa
kemiskinan.
Kita akan membahas realitas ini dalam bagian berikutnya.
121
Child, Church, and Mission
Bacaan



Discipling Nations oleh Darrow Miller, hlm. 33–76.
The God of the Empty-Handed oleh Jayakumar Christian,
hlm. 44–74
Truth and Transformation, oleh Vishal Mangalwadi.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Setan tahu akan kuasa dari kebenaran Allah dan di
setiap titik berupaya menyimpangkan-Nya. Ia ingin kita
menukar kebenaran Allah dengan dusta (Roma 1) atau
menggantikannya dengan dusta. Untuk setiap dusta ber­
ikut ini, kebenaran apa dalam Alkitab yang bisa Anda
nyatakan sebagai diingini Allah untuk dimengerti anakanak dan kaum muda?
a. Anda dan saya merupakan hasil evolusi dari binatang.
Allah tidak membentuk atau menciptakan kita.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Nilai seorang anak atau manusia ditentukan oleh
orang lain atau masyarakat.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
c. Nilai seseorang didasarkan pada warna kulit, gender,
keahlian, pendidikan, kekayaan, atau penampilan.
122
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
d. Seorang anak tidak memiliki karunia, potensi dan
kreativitas yang unik dari Allah untuk dikem­bang­
kan.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
e. Anak laki-laki lebih berharga daripada anak pe­
rempuan.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
f. Anak-anak dari kelompok etnis tertentu sejak lahir
lebih superior dibandingkan anak-anak dari etnis
lain.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
g. Allah lebih mengasihi beberapa orang dibandingkan
orang lain.
123
Child, Church, and Mission
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
2. Diskusikanlah setidak-tidaknya tiga contoh filsafat yang
“palsu dan menyesatkan” dalam sebuah kebudayaan/
masyarakat/sudut pandang yang tidak sesuai Alkitab di
mana Anda menjadi bagian di dalamnya.
a. Bagaimanakah filsafat-filsafat yang “palsu dan me­
nyesatkan” ini memiliki tendensi untuk menim­bul­kan
kemiskinan?
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Bagaimanakah filsafat-filsafat itu merintangi per­
kembangan anak-anak dan keluarga-keluarga dalam
kebudayaan atau tempat Anda bekerja?
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
c. Bandingkanlah filsafat-filsafat ini dengan pengertianpengertian yang ada dalam Alkitab.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
124
Memahami Kemiskinan Secara Rohani
3. Apakah Anda setuju atau tidak dengan pendapat yang
berkata sudut pandang yang bukan Kristen memiliki
tendensi untuk menimbulkan kemiskinan dan kehan­
curan? Jelaskanlah pendapat Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Tunjukkanlah melalui contoh kehidupan Anda sendiri/
gereja/masyarakat Anda bagaimana dan/atau mengapa
sudut pandang alkitabiah akan menciptakan tendensi
ke arah keutuhan dan kehidupan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
125
I
Bagian Dua
ANAK DAN GEREJA
ni adalah bagian pertama dari dua bagian yang membahas
tentang anak dan gereja. Ada perbedaan yang nyaris tidak
kelihatan antara keduanya. Bagian pertama berjudul “Anak
dan Gereja”. Bagian kedua berjudul “Anak di dalam Gereja.”
Bagian pertama berfokus pada tanggung jawab Gereja dalam
Alkitab untuk secara holistik peduli kepada anak-anak di
dalam dan di luar Gereja. Kita akan melihat beberapa dasar
alkitabiah dan teologis mandat Gereja untuk peduli, menebus,
dan memulihkan hubungan semua anak dengan keluarga
mereka, juga semua ciptaan Allah. Mandat inilah yang
memberikan dasar bagi Gereja untuk memainkan perannya
dengan memberikan pelayanan yang holistik, termasuk
pengembangan anak secara holistik.
Dalam bagian berjudul “Anak dan Gereja”, kita juga akan me­
ninjau perdebatan yang sudah kuno (namun masih berlangsung
hingga sekarang) antara penginjilan dan aksi sosial. Kemudian
kita akan mendiskusikan dua struktur yang penting yang secara
unik tepat untuk melaksanakan berba­gai macam pelayanan dan
fungsi Gereja secara keseluruhan. Akhirnya, dalam bab enam,
kita akan mempelajari beberapa perikop penting dalam Alkitab
yang mendemonstrasikan bahwa memelihara anak-anak yang
membutuhkan merupakan tanggung jawab khusus Gereja.
Bagian “Anak di dalam Gereja” membahas peningkat­an pe­
layanan Gereja terhadap anak-anak yang sudah ada dalam Gereja—
Child, Church, and Mission
pertumbuhan iman dan membuat program gereja, fasilitas gereja,
dan staf gereja menjadi lebih cocok bagi anak-anak. Ini dilanjutkan
dalam Bagian Tiga.
128
5
Peran Gereja
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia
bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Yohanes 3:17
Child, Church, and Mission
A
lkitab memberi tahu kita bahwa kerinduan Allah adalah me­
ngasihi dan menebus semua ciptaan-Nya. Ini adalah berita sen­
tral di seluruh Alkitab. Alkitab mencatat bahwa Allah meman­­dang
baik setiap aspek dari ciptaan-Nya. “Dan Allah melihat bahwa itu
baik” muncul beberapa kali ketika Dia menciptakan alam semes­
ta dan penghuninya. Ditulisnya kalimat ini beberapa kali dalam
Alkitab menunjukkan bahwa Allah bersungguh-sungguh ketika
mengatakan hal itu. Namun, masih terdapat tendensi di dalam
dan di luar Gereja untuk mempertimbangkan bagian tertentu
dari ciptaan Allah—termasuk anak-anak—seolah-olah mereka
tidak baik. Hal yang menyedihkan, ketika hal itu terjadi, kita juga
cenderung meminimalkan apa yang telah diperintahkan Allah
untuk kita lakukan.
Pengembangan anak secara holistik adalah respons teolo­
gis terhadap kebenaran bahwa ciptaan Allah ini baik tetapi telah
jatuh dalam dosa dan Allah ingin menebus, bukan hanya individuindividu, melainkan juga seluruh kebudayaan dan masyarakat
secara keseluruhan. Allah telah memakai banyak orang dan sa­
rana untuk melaksanakan maksud-Nya ini—dari ciptaan itu
sen­diri, hingga perjanjian yang dibuat-Nya dengan Adam, Nuh,
Abraham, keturunan Abraham, bangsa Israel, dan akhirnya melalui
pengurbanan Anak-Nya di kayu salib untuk menebus seluruh dunia
(kosmos).
Seperti yang akan kita lihat, Allah telah menetapkan Gereja
menjadi satu-satunya agen di bumi yang memiliki tanggung jawab
untuk memberkati dan menebus semua ciptaan-Nya. Bagaimana
kita melaksanakan maksud-Nya ini menunjukkan komitmen dan
kreativitas kita. Dalam Bagian ini, kita akan mempelajari secara
singkat beberapa pandangan teologis ini—ciptaan, perjanjianperjanjian yang dibuat, dan karya penebusan Kristus di kayu
salib—dalam kaitannya dengan pengembangan secara holistik,
kemudian kita akan mempelajari secara lebih teliti tanggung jawab
Gereja dalam melaksanakan maksud Allah ini.
130
Peran Gereja
Manusia seutuhnya—dan Seluruh Ciptaan
Kita telah melihat bahwa pengembangan anak secara holistik
berurusan dengan anak keutuhan—jasmani, rohani, dan aspekaspek lainnya. Namun, komitmen kami terhadap kehidupan anak
secara keseluruhan juga harus mencakup seluruh ciptaan Allah dan
rancangan-Nya bagi dunia dan aturan-aturan bagi hidup manusia.
Alkitab mendukung gagasan bahwa menurut pandangan
Allah, ciptaan-Nya itu baik.
Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air
itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik
(Kej. 1:10).
Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis
tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohonpohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat
bahwa semuanya itu baik (Kej. 1:12).
Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu,
yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih
kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintangbintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk
menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan
untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa
semuanya itu baik (Kej. 1:16–18).
Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis
ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah
melihat bahwa semuanya itu baik (Kej. 1:25).
Ciptaan Allah itu baik dan pantas ditebus. Dari cerita
tentang penciptaan dalam Kitab Kejadian, kita mengerti bahwa
segala sesuatu diciptakan Allah. Karena itu, semua ciptaan-Nya
berharga. Allah menyebutnya “baik”. Kebaikan yang esensial dari
ciptaan Allah itu penting. Bidah Gnostik yang ada di awal lahirnya
Gereja, yang masih ada sekarang ini, menyangkal bahwa ciptaan
Kejadian 1: 4, 10, 12, 18, 21, 25, 31.
131
Child, Church, and Mission
Allah itu baik. Aliran ini berkata bahwa keselamatan seharusnya
menjauhkan seseorang dari ciptaan Allah dan semua yang bersifat
materi dan jasmani, dan (seperti yang dilakukan oleh orang-orang
mistis dewasa ini), penganut aliran Gnostik harus menjauhkan diri
dari dunia materi. Namun, Albert Wolters mengingatkan kita,
Allah tidak menciptakan sesuatu yang tidak berharga,
dan kita tidak menghargai Pencipta kita bila kita memiliki
pandangan yang negatif terhadap buatan tangan-Nya ketika
Ia sendiri memandangnya dengan begitu postif. Bahkan,
pandangan Allah terhadap apa yang telah diciptakan-Nya
ini begitu po­sitif sehingga Ia tidak mau melenyapkannya
ketika manusia merusaknya. Sebaliknya Ia bertekad, dengan
mengorbankan Anak-Nya, untuk menjadikannya baru dan
baik kembali. Allah tidak menciptakan sesuatu yang tidak
berharga dan Ia tidak menganggap tidak berharga apa yang
telah diciptakan-Nya.
Intinya adalah bukan hanya manusia yang harus ditebus
dan dibawa pada kepenuhan dalam Kristus, melainkan juga semua
ciptaan Allah.
Umat manusia (termasuk anak-anak) memiliki tempat
yang istimewa dalam ciptaan Allah. Seperti yang telah kita lihat,
Allah menanamkan harga diri yang spesial dan martabat dalam
diri manusia dengan menciptakan kita sesuai gambar-Nya. Le­
bih lanjut, Allah telah memampukan kita untuk menjadi rekan
pencipta bersama Dia dan berpartisipasi dalam hubungan-Nya
yang bersifat menebus dengan ciptaan-Nya yang lain. Ketika
diimplementasikan oleh Gereja, upaya pengembangan anak secara
holistik berpartisipasi dalam memberdayakan anak-anak untuk
memainkan peran yang telah ditetapkan Allah bagi mereka dengan
menciptakan kultur.
Wolters, Creation Regained, hlm. 42.
Arthur F. Holmes, “Toward a Christian View of Things” dalam buku The Making of
a Christian Mind, editor: Arthur Holmes (Downers Grove, IL: InterVarsity Press,
1985), hlm. 20.
132
Peran Gereja
Perjanjian Allah dan Pengembangan Anak
Pemazmur dalam Mazmur 19:2 menulis, “Langit menceritakan kemulia­
an Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Bahkan
setelah kejatuhan manusia dalam dosa, Allah ingin melindungi dan
memulihkan ciptaan-Nya agar bermanfaat bagi semua dan setiap orang,
termasuk anak-anak. Pertama-tama Dia melakukan hal ini melalui per­
janjian-perjanjian yang dibuat-Nya. Perjanjian pertama adalah dengan
Nuh setelah air bah melanda bumi. “Melalui percakapan-Nya dengan
Nuh, dengan jelas Allah membuat perjanjian bukan hanya dengan ke­
turunan Nuh, melainkan juga dengan semua makhluk yang masih
hidup pada saat itu dan dengan bumi. Inilah sebagian isi perjanjian itu
sebagaimana dinyatakan Kejadian 9:8–10:
Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang
bersama-sama dengan dia: “Sesungguhnya Aku mengadakan
perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan de­
ngan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu:
burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang
bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera
itu, segala binatang di bumi.”
Belakangan, Allah membuat perjanjian yang lebih luas dengan
Abraham. Seperti yang dicatat dalam Kejadian 12:2–3, Allah berkata
bahwa Dia tidak hanya akan memberkati Abraham, tetapi akan mem­
berkati semua bangsa dan orang-orang di dunia melalui Abraham:
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan
memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan
engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang
yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang
mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat.
Janji-janji dan berkat-berkat yang luar biasa ini diperuntukkan
bagi seluruh umat Allah, termasuk anak-anak. Memberkati bangsabangsa ini merupakan tema sentral seluruh isi Alkitab. (Kata bangsa,
atau dalam bahasa Yunani, ethnos, dan kata-kata lain yang berasal
133
Child, Church, and Mission
dari kata itu muncul lebih dari 1.000 kali dalam Alkitab). Yesaya 55:3–5
mencatat kerinduan Allah agar umat pilihan-Nya, Israel, akan menjadi
berkat bagi bangsa-bangsa:
Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengar­
kanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanji­
an abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang
Kujanjikan kepada Daud. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan
dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja
dan pemerintah bagi suku-suku bangsa; sesungguhnya, engkau
akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang
tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena
TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang
mengagungkan engkau.
Penebusan, Rekonsiliasi, dan Pengembangan Anak
Alkitab memberi tahu kita dalam Kejadian 1:26–28 bahwa ma­
nusia pertama gagal melaksanakan tanggung jawabnya untuk
“memenuhi, menaklukkan dan menguasai bumi bagi Allah”.
Adam memilih untuk melaksanakan keinginan hatinya sendiri
dan me­lalui ketidaktaatannya sendiri—kejatuhan dalam dosa—
hubungannya dengan Allah dan dengan hubungan baik semua
ciptaan Allah dengan Allah terputus. Bahkan sampai saat ini, hidup
kita, keluarga, masyarakat, bahkan lingkungan menanggung akibat
pemberontakan Adam ini.
Respons Allah terhadap kejatuhan manusia adalah berupa
rancangan untuk menebus dan memulihkan hubungan semua cip­
taan yang telah jatuh ke dalam dosa dengan diri-Nya sendiri. Allah
ingin menebus bukan hanya individu-individu, melainkan juga
seluruh kebudayaan dan masyarakat. Baik kata penebusan mau­pun
rekonsiliasi menyiratkan kembali pada keadaan awal. Rekonsiliasi
134
Peran Gereja
berkaitan dengan hubungan antara manusia dan semua elemen
ciptaan Allah. Hubungan Allah yang bersifat penebusan dengan
ciptaan-Nya, melalui gereja, dirancang untuk memulihkan tata­
nan ciptaan. Rekonsiliasi menyiratkan bahwa ciptaan Allah itu
be­gitu baik sehingga Allah ingin membersihkannya dari semua ke­
lemahannya dan membawanya pada kesempurnaan.
Albert Wolters menjelaskannya begini:
Teolog-teolog kadang berbicara tentang keselamatan dan
Penciptaan kembali—tidak untuk menyiratkan bahwa Allah
melenyapkan apa yang sebelumnya telah diciptakan-Nya
dan dalam Yesus Kristus menciptakan sesuatu yang baru;
melainkan mengungkapkan bahwa Dia mempertahankan
apa yang telah diciptakan-Nya dan menyelamatkannya. Dia
me­nolak menelantarkan buatan tangan-Nya—bahkan Dia
mengurbankan Anak-Nya sendiri untuk menyelamatkan
proyek-Nya yang semula. Umat manusia, yang telah merusak
man­dat yang semula dan seluruh ciptaan, diberi kesempatan
lagi dalam Kristus … Ciptaan yang mula-mula harus di­
pulihkan.
Karya penebusan ini mencapai puncaknya dalam Perjanjian
Baru dengan kedatangan Yesus dan kematian-Nya di kayu salib.
Setiap orang Kristen Injili tahu benar isi Yohanes 3:16. Ayat
ini sentral bagi pengertian kita akan keselamatan yang disediakan
bagi semua orang yang percaya. Namun, lebih sedikit orang Kristen
Injili yang mengetahui (atau merasa nyaman) dengan bunyi ayat
berikutnya, Yohanes 3:17 dan juga implikasinya bagi pelayanan
yang bersifat holistik: “Karena Allah mengutus anak-Nya ke dunia
untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya
melalui Dia.”
Kata Yunani yang dipakai untuk dunia dalam dua ayat itu
adalah cosmos. Kata ini menunjuk pada seluruh ciptaan, semua
struktur sosial dan hubungan manusia dan juga individu-individu.
Ini adalah matriks global kebudayaan manusia yang berfungsi
Wolters, hlm. 58.
135
Child, Church, and Mission
sebagai arena orang-orang menjalani hidup mereka. Konstruksi
dan penebusan kosmos menonjolkan perlunya orang Kristen
mepmertahankan keselamatan dan penebusan secara bersamasama. Orang-orang Kristen Injili pada zaman modern suka mem­
baca Yohanes 3:16 tetapi mengabaikan Yohanes 3:17 karena
kita membatasi penebusan hanya sampai keselamatan pribadi.
Pe­nekanan pada keselamatan pribadi memengaruhi kita untuk
mengabaikan penebusan kosmos.
Perikop yang berapi-api yang ditulis Paulus dalam pasal
pertama surat Kolose (ay. 15–20) menegaskan bahwa keselamat­
an, rekonsiliasi, dan penebusan dimaksudkan tidak hanya untuk
menyelamatkan jiwa, tetapi juga berlaku bagi semua ciptaan Allah:
Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung,
lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam
Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan
yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan,
baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun
penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesua­
tu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah
yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati,
sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena
seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh
Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya,
baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia
mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
“Tujuh kali, perikop ini mengingatkan kita agenda Allah
itu sebesar semua ciptaan-Nya! Paulus sedang menegaskan suatu
pokok pikiran di sini! Darah Yesus ditumpahkan untuk memulihkan
segala sesuatu. Mengapa? Karena segala sesuatu rusak saat manusia
jatuh da­lam dosa. Allah mengasihi ciptaan-Nya dan Ia ingin segala
sesuatu diperdamaikan dengan Diri-Nya.”
Bob Moffitt, If Jesus Were Mayor (Phoenix: Harvest Publishing, 2004),
hlm. 61.
136
Peran Gereja
Pengembangan yang holistik, termasuk pengembangan anak
secara holistik merupakan cara di mana kita sebagai orang Kristen
berpartisipasi dalam pekerjaan Allah untuk menebus dan men­
damaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.
Misteri Peran Gereja
Sejak awal Perjanjian Baru dan seterusnya, Gereja-Nya telah menjadi
alat yang dipilih Allah untuk melaksanakan karya penebusan-Nya.
Dalam Efesus 1:9–10, Rasul Paulus menyebut ini sebuah misteri dan
misterinya adalah—Allah memercayakan kita, umat-Nya, tubuhNya, Gereja, tugas untuk mendamaikan semua ciptaan-Nya dengan
diri-Nya sendiri yang juga merupakan sesuatu yang misterius bagi
kita:
Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita,
sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerela­
an yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus
sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan
di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di
sorga maupun yang di bumi.
Efesus 1:22–23 melanjutkan,
Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus
dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala
dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu
kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Paulus kemudian menjelaskan dalam Efesus 3:8–11 bahwa
kepada dia telah dikaruniakan anugerah untuk menyingkapkan
bagi kita misteri peran gereja ini:
Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus,
telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberita­kan ke­
pada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak
terduga itu, dan untuk menyatakan isi tugas penyelenggaraan
137
Child, Church, and Mission
rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah,
yang menciptakan segala sesuatu, supaya sekarang oleh
jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga,
sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Untuk alasan apa pun, (suatu misteri) bahwa Allah memi­
lih Gereja untuk menjadi alat-Nya dalam mengembalikan semua
ciptaan-Nya kepada diri-Nya. Satu-satunya rencana yang dimilikiNya untuk menebus ciptaan-Nya adalah gereja.
Dr. Bambang Budijanto. Wakil Presiden untuk Asia bagi
Compassion International berkata,
Eklesia (Gereja) hanya punya satu misi—menjadikan bangsabangsa murid-Nya. Dalam Amanat Agung Yesus tidak me­
merintahkan Eklesia untuk “terlibat dalam memuridkan
bangsa-bangsa dan juga memelihara orang miskin”; atau
“memuridkan bangsa-bangsa dan memelihara ciptaan Allah,”
atau “memuridkan bangsa-bangsa dan sibuk melayani di
alun-alun.” Ini karena memuridkan bangsa-bangsa mencakup
semua aspek itu .…
Dinamika komunitas Eklesia dengan dahsyat bekerja
untuk memperluas Kerajaan Allah setiap hari—tujuh hari
dalam seminggu (Kis. 2:46–47). Sayangnya transformasi yang
tiada henti ini di banyak daerah di dunia telah berubah men­
jadi sebuah kegiatan yang dilaksanakan pada hari Minggu.
Eklesia yang terutama telah menjadi “kegiatan” mingguan
yang dilaksanakan pada hari Minggu telah menghilangkan
arti baru yang Yesus tanamkan dalam kata ini ketika Dia
merancangkannya bagi komunitas Kerajaan Allah.
Saya berutang budi kepada Bob Moffitt dan bukunya yang bagus, If Jesus Were
Mayor untuk beberapa pandangan tentang “misteri” peran gereja ini.
Bambang Budijanto, “The Ecclesia of Jesus Christ,” dalam sebuah tulisan yang
tidak diterbitkan, hlm. 9.
Ibid., hlm. 6
138
Peran Gereja
Ada banyak yang mengisyaratkan bahwa dalam kenyataan­
nya pengembangan secara holistik hanya bisa dilakukan oleh orangorang Kristen yang berasal dari Gereja. Hanya orang-orang Kristen
yang memahami kodrat dosa, kerinduan Allah bagi umat-Nya dan
ciptaan-Nya dan kuasa Injil yang bisa mendatangkan kesembuhan
yang substansial ke dalam hidup manusia secara keseluruhan.
Aspek-aspek yang sudah ada dari kerajaan yang datang
mulai mentransformasi masyarakat-masyarakat di seluruh dunia
purba, sekalipun sering kali disertai banyak penganiayaan dan
pengorbanan banyak orang. Cara Allah melakukan sesuatu be­narbenar merupakan paradigma baru bagi orang-orang pada zaman
Yesus, sebagaimana juga bagi orang-orang masa kini. Kekristenan
seperti yang dimanifestasikan dalam Ge­reja memperkenalkan ideide baru yang mengejutkan dan pengertian tentang hubungan dan
kelakuan yang tidak pernah terdengar di agama-agama lain dan
masyarakat lain. Gereja mem­berikan visi yang menggetarkan hati
tentang umat manusia, mentransformasi individu-individu dan
mengubah masyarakat.
Rodney Stark10 mengidentifikasi beberapa aspek yang revo­
lusioner dari cara Allah dalam melakukan sesuatu yang begitu
berbeda dengan apa yang biasanya dimengerti atau dipraktikkan
yang mengherankan bangsa Romawi.
1. Gagasan tentang satu Allah yang penuh kasih. Se­
belumnya dewa-dewi selalu memiliki agenda sendiri
dan menghabiskan waktu untuk saling berperang dan
bersaing, memperebutkan kesetiaan dan kekuasaan.
Dewa-dewi itu hanya memiliki minat sedikit terhadap
orang-orang yang menyembah mereka.
Teman saya, Dr. Keith White, telah menyederhanakan definisi Kerajaan Allah. Ia
mengusulkan kalimat “cara Allah melakukan sesuatu” untuk mengganti kalimat
“Kerajaan Allah” dalam Alkitab untuk membantu membuat arti kalimat tersebut
jelas dan sederhana.
10
Rodney Stark, The Rise of Christianity (San Fransisco: HarperOne, 1997), hlm. 212.
139
Child, Church, and Mission
2. Allah orang Kristen yang penuh kasih meng­harap­
kan pengikut-Nya—Gereja—juga penuh kasih. Hingga
saat itu, pada umumnya orang-orang tidak me­ngasihi
orang lain kecuali keluarga mereka sen­diri atau mereka
yang pantas dikasihi karena kelemahan karakter yang
tidak pantas dimiliki orang yang bijaksana dan hanya
boleh dimiliki oleh orang-orang yang belum dewasa.”11
Allah yang baru ini bahkan berkata, “Aku ingin engkau
(Gereja) mengasihi mereka yang miskin dan menderita.
Aku ingin engkau mengasihi, khususnya, mereka yang
memiliki kedudukan yang rendah di dunia.”12
3. Juga mengejutkan karena Allah yang baru ini ber­
kata tidak boleh ada perbedaan derajat atau status di
antara orang percaya. Ini benar-benar berbeda! Orang
kaya dan orang miskin, orang yang memiliki kedudukan
yang rendah dan berkuasa sederajat di pandangan-Nya.
Gereja memanifestasikan sebuah visi yang benar-benar
baru dalam hubungan antarmanusia!
4. Allah adalah Tuhan yang penuh belas kasihan dan
menuntut umat-Nya memiliki belas kasihan. Bangsa
Romawi terkenal karena kekejamannya. “Karena belas
kasihan mencakup memberikan pertolongan atau ke­
legaan tanpa syarat, ini dipandang bertentangan dengan
keadilan.”13 Mereka tidak bisa mengerti mengapa orang
mau memelihara orang miskin. Namun, itu adalah ke­
percayaan sentral dalam kekristenan dan dipraktikkan
dalam gereja yang baru saja berdiri.
Belakangan Injil membantu menstransformasi Eropa dari
kebiadaban menjadi pemimpin masyarakat yang beradab. Se­
panjang sejarah, gereja selalu berada di barisan terdepan dalam
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan menunjukkan
kasih kepada umat manusia. Meskipun gagasan Jalan Baru dahsyat
Stark, hlm. 212.
Moffitt, hlm. 38.
13
Stark, hlm. 212.
11
12
140
Peran Gereja
dan merembes ke mana-mana dan merespons kebutuhan manusia
secara keseluruhan merupakan sesuatu yang radikal bagi gereja,
kenyataannya sudah lazim bagi gereja untuk gagal melakukan
perbuatan yang baik.
Bahkan ketika gereja bertumbuh dan Jalan Baru ini tersebar,
Kerajaan Allah yang belum diwujudkan sering kali mengompromikan
kerelaan dan efektivitas gereja dalam pelayanan holistik. Bahkan
di beberapa daerah muncul pertanyaan apakah gereja benar-benar
harus melakukan perbuatan yang baik. Se­sungguhnya, peran gereja
dalam aksi sosial telah dipertanyakan dalam tahun-tahun terakhir
ini, dan orang-orang Injili enggan untuk melaksanakan tanggung
jawab yang alkitabiah ini. Satu alasan munculnya pengertian ini di
antara beberapa orang adalah Kerajaan Allah bukan bagi masa kini,
melainkan bagi masa mendatang, yaitu setelah kedatangan Kristus
yang kedua.
Pergumulan antara pelayanan bantuan darurat dan pengem­
bangan pada umumnya dan pengembangan anak pada khusunya
adalah pada pemahaman tentang pelayanan aksi sosial dan
penginjilan terhadap masalah yang diperbincangkan berkelanjutan
itu, sekarang kita alihkan perhatian kita terhadapnya.
Penginjilan atau Aksi Sosial: Perdebatan Seru
Gereja harus mendatangkan perbedaan yang besar dalam kehidup­
an semua orang, termasuk orang miskin. Sesungguhnya banyak
sekali yang bisa dikerjakan orang Kristen di tengah-tengah orang
miskin. Gereja merupakan gerakan yang terbesar yang bekerja
demi anak-anak yang berisiko dewasa ini dalam pengertian jumlah
anak yang dijangkau, pelayanan yang didirikan dan jumlah pekerja
di lapangan. Banyak dari pekerjaan mereka yang kurang dikenal.
Skala pelayanan Gereja yang menjangkau anak-anak yang berisiko
sering kali mengejutkan banyak orang, bahkan mereka yang
menjadi anggota Gereja.
Akan tetapi, bila dipandang dengan cara lain, kita juga melihat
bahwa Gereja sering kali tidak memiliki dampak yang seharusnya
141
Child, Church, and Mission
dimilikinya. Sesungguhnya Gereja tidak tahu, atau memilih untuk
mengabaikan tanggung jawabnya—dan kemampuan unik yang
dimilikinya—untuk memberikan perhatian yang penuh makna
kepada anak-anak dan keluarga yang menderita. Dalam sejarah,
performa yang sesungguhnya dari Gereja dalam memainkan
perannya dalam penebusan semua ciptaan Allah tidak selalu bisa
dicontoh.
Kaum Injili dalam Gereja khususnya telah gagal memelihara
orang-orang yang menderita. Sebuah gerakan teologis bernama
“kritik tinggi” muncul di seminari-seminari di Eropa pada 1850an yang akhirnya menghasilkan sesuatu yang dikenal sebagai “injil
sosial”. Bob Moffitt menjelaskan:
Fokus yang ada bergeser dari menekankan masa mendatang,
Kerajaan Allah secara rohani menjadi kerajaan jasmani yang
ada pada masa kini—sebuah masyarakat yang lebih baik
yang akan dicapai di sini dan sekarang melalui aksi sosial
dan program pemerintah yang memberikan pencerah­an,
melalui upaya dan perbuatan yang baik. Dengan kepercayaan
seperti ini, sayap liberal dalam gereja mulai berfokus sekali
pada masalah-masalah sosial. Singkatnya, injil sosial berkata
bahwa Kerajaan Allah akan datang ke dalam dunia sebagai
hasil dari perbuatan baik. Jadi tiap orang tidak perlu lagi
bertobat kepada Kristus.14
Baru-baru ini, muncul perdebatan penting anta­ra berba­
gai “arus”—liberal atau arus utama, Injili, Karismatik—menge­nai
fungsi Gereja yang sebenarnya. Dalam beberapa hal, ini ada­lah
perdebatan antara gereja-gereja arus tengah—gereja-gereja yang
sebagian besar berafiliasi dengan World Council of Churches (Dewan
Gereja Dunia/DGD)—dan gereja-gereja Injili—yang lebih berafiliasi
dengan World Evangelical Fellowship (WEF), sekarang bernama
World Evangelical Alliance (WEA). Dalam sebuah konferensi DGD
di Uppsala, Swedia, pada 1966, dikatakan “penekanan bergeser
dari Allah yang berbicara kepada dunia melalui gereja menjadi
14
Moffitt, hlm. 104–105.
142
Peran Gereja
Allah yang berbicara kepada gereja melalui apa yang sedang Dia
lakukan di dunia.”15
Mengkhianati Dua Miliar Manusia?
Pandangan ini dikonsolidasi dalam pertemuan yang diselenggara­
kan DGD di Bangkok pada 1973 di mana disampaikan bahwa
“keselamatan sekarang ini ditentukan oleh apa yang kita pandang
sebagai perbuatan Allah di dunia sekarang ini, baik di dalam gereja
atau tidak …. Penginjilan hanya memperoleh perhatian yang sangat
sedikit dan orang-orang yang belum mendengar Injil tidak pernah
disebutkan.”16 Di antara berbagai macam program yang dibuat
untuk mengimplementasikan pengertian yang baru terhadap misi
ini dalam program untuk memerangi rasisme yang mencakup pem­
berian bantuan finansial kepada kelompok-kelompok ge­rilya­wan
di negara yang dahulu bernama Rhodesia (sekarang Zimbabwe).
“Sebagian besar kaum injili memberikan reaksi yang
sangat menentang perubahan pengertian misi. Bahkan sebelum
penyelenggaraan konferensi di Uppsala, Donald McGavran telah
menulis sebuah artikel yang bertanya, “Akankah Uppsala meng­
khianati dua miliar manusia?17
Banyak gereja Injili kemudian memberikan penekanan yang
lebih besar terhadap penginjilan, sebagian sebagai reaksi ter­ha­­
dap arah yang ditempuh gereja-gereja yang tergabung dalam DGD.
Banyak kaum Injili yang terkejut sekaligus cemas melihat apa yang
mereka pandang sebagai pengkhianatan total terhadap penginjilan
dan misi kepada orang-orang yang belum mendengar Injil. Jadi
banyak orang, meskipun mengerti isi Alkitab tentang tanggung
jawab yang tersirat dalam Perintah Agung, “membuang bayi
sekaligus air untuk memandikannya,” dan sama sekali mengabaikan
pelayanan kepada orang yang miskin dan menderita.
Timothy Chester, Awakening to a World of Need (Leicester, UK: InterVarsity Press,
1993), hlm. 62.
16
Ibid., hlm. 63.
17
Ibid.
15
143
Child, Church, and Mission
Injil Sosial
Mudah untuk memaham mengapa kaum injili menjauhkan diri dari
injil sosial semacam ini. Bahkan, sebagai reaksi terhadap penekanan
ini, banyak kaum injili mulai menolak perbuatan baik sebagai fungsi
yang sesungguhnya dari Gereja. Aliran konservatif mulai berfokus
terutama pada penginjilan dan pertobatan rohani, bukan pada apa
yang menjadi perhatian Allah secara keseluruhan.
Faktor kedua yang menyebabkan banyak orang dari aliran
Injili menjauhkan diri dari pelayanan holistik adalah argumentasi
bahwa dunia tidak bisa dielakkan lagi akan bertambah buruk dan
bertambah buruk sampai Yesus datang kembali, apa pun yang
dilakukan orang di dunia. Seorang penginjil, Dwight L. Moody,
mengungkapkannya seperti ini: “Dunia itu seperti kapal yang
sedang tenggelam dan Allah telah menaruh saya dalam sebuah
sekoci penolong dan memberikan pelampung kepada saya dan
berkata, ‘Moody, pergilah keluar dan selamatkanlah semua orang
yang bisa kamu selamatkan. Jangan kuatir tentang kapal ini. Kapal
ini toh akan tenggelam.’”18
Jelas, orang miskin masih ada di sekitar kita. Jelas pula
bahwa kadang Gereja tidak menghargai anak-anak. Hal lebih tidak
menyenangkan, terlalu sering Gereja tidak menyadari, atau bahkan
menyangkal bahwa pelayanan holistik untuk memenuhi kebutuhan
anak-anak masuk dalam ruang lingkup tanggung jawab Gereja.
Dalam taraf tertentu, akar dari “pengabaian besar (great omission)”
ini adalah kesalahpahaman dan perbedaan teologis tentang peran
dasar Gereja. Apa pun alasannya, dalam sejarah, Gereja tidak
me­lakukan hampir semua yang bisa dan sebaiknya ia lakukan
untuk menunjukkan kasih Kristus melalui kebajikan. Bahkan,
sese­orang berkata, “Kaum Injili telah mengundurkan diri dari
Kerajaan Allah dan sebagai gantinya menyelamatkan jiwa-jiwa.”19
Ini terjadi meskipun fakta menunjukkan bahwa kemiskinan dan
18
Dikutip oleh Bob Moffitt, If Jesus Were Mayor, hlm. 106.
19
Bong Rin Ro, “The Perspectives of Church History from New Testament Times to
1960,” dalam buku, In Word and Deed: Evangelism and Social Responsibility,
editor: Bruce J. Nicholls (Carlisle, Cumbria: Paternoster Press, 1985).
144
Peran Gereja
ketidakadilan telah bertambah parah. “Meskipun semua teori telah
muncul dan semua tindakan berdasarkan teori itu telah di­lakukan,
kita harus berhadapan dengan fakta bahwa masalah ke­miskinan
masih sebesar sebelumnya … orang kaya makin kaya dan orang
miskin makin miskin … Makin banyak orang miskin di sekitar kita
dibandingkan sebelumnya.”20
Dalam bukunya, Living the Faith Community, John H.
Westerhoff III merefleksikan peran gereja:
Sekali lagi telah muncul tendensi bagi gereja untuk menjadi
sebuah lembaga, yang secara khusus menangani agama….
Kalau gereja pada dasarnya adalah sebuah lembaga sosial,
gereja boleh memilih untuk sekadar memerhatikan bidang
agama. Akan tetapi, jika gereja adalah komunitas iman,
sebuah komunitas yang lebih mirip keluarga daripada lem­
baga, gereja harus memerhatikan setiap aspek kehidupan
manusia dan berupaya memadukan agama, sosial, politik,
dan ekonomi demi ditegakkannya keadilan dan kepenuhan
hidup manusia bagi semua orang.21
Kita harus tetapi menggumulkan pilihan ini demi anak-anak.
Peran apa yang akan kita, Gereja, mainkan ketika kita terus maju
dalam sejarah?
Hubungan antara Penginjilan dan Aksi Sosial
Seperti telah dijelaskan dalam bagian-bagian awal buku ini, saya
percaya bahwa baik penginjilan maupun aksi sosial merupakan
aspek yang esensial dari peran Gereja. Sesungguhnya, melakukan
keduanya merupakan cara lain untuk melakukan pengembangan
secara holistik sebagaimana yang dibahas dalam buku ini. Meski­
pun demikian, karena perdebatan ini belum reda, mungkin akan
bermanfaat bila kita menyelidiki berbagai macam kemungkinan
20
21
Hughes, The God of Poor, hlm. 13–14.
John H. Westerhoff III, Living in the Faith Community (Minneapolis: Winston Press
1985), hlm. 78–79
145
Child, Church, and Mission
dan pandangan yang telah diambil mengenai hubungan antara
penginjilan dan yang disebut aksi sosial.
Almarhum Tokumboh Adeyemo, mantan Sekretaris Umum
Africa Association of Evangelicals, menyampaikan delapan opsi
yang mungkin bisa diambil untuk memahami hubungan antara aksi
sosial dan penginjilan.22 Opsi-opsi ini mencakup:
1.
2.
3.
4.
5.
22
Aksi sosial adalah pengalih perhatian dari Pengin­
jilan. Penginjil­an merupakan satu-satunya misi dari
gereja, orang Kristen mungkin perlu terlibat dalam
pelayanan-pe­layanan berbentuk aksi sosial, tetapi
mereka melakukan aksi sosial itu hanya untuk memenuhi
“kebutuhan yang dirasakan” orang-orang yang mereka
layani.
Aksi sosial sebagai pengkhianatan terhadap peng­
injilan. Pandangan ini memperlakukan aksi sosial sebagai
pengalih perhatian yang dilaksanakan secara ekstrem. Di
sini orang Kristen dituntut untuk melindungi diri mere­
ka dari pengkhianatan yang dilakukan oleh pelayan­anpelayanan berbentuk aksi sosial dan memfokuskan
upaya mereka untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.
Aksi sosial adalah sarana penginjilan. Orang Kristen
terlibat dalam aksi sosial untuk menciptakan kesempat­
an bagi penginjilan. Meskipun demikian, aksi sosial tidak
mendapatkan tempat dalam misi-misi Kristen.
Aksi sosial adalah manifestasi penginjilan. Orang
Kristen terlibat dalam aksi sosial sebagai demonstrasi
dari kasih Allah. Aksi sosial merupakan ekspresi yang
nyata dari Injil.
Aksi sosial merupakan konsekuensi penginjilan.
Orang Kristen terlibat dalam aksi sosial karena aksi
sosial memampukan orang Kristen untuk mengalami
Tokumboh Adeyemo, “A Critical Evaluation of Contemporary Perspectives” dalam
In Word and Deed: Evangelism and Social Responsibility, editor: Bruce Nicholls
(Carlisle: Cumbria: Paternoster Press, 1985), hlm. 48–57.
146
Peran Gereja
6.
7.
8.
hidup yang berkelimpahan.
Aksi sosial merupakan mitra dalam penginjilan,
walaupun bukan mitra yang setara. Aksi sosial dan
penginjilan merupakan ekspresi yang khas dari Injil
Yesus Kristus, dan mereka satu sama lain merupakan
mitra.
Aksi sosial dan penginjilan adalah mitra yang setara
dalam pelayanan Kristen. Aksi sosial dan penginjilan
saling melengkapi seperti dua pasang sayap dari seekor
burung. Satu sayap tidak lebih penting dari sayap lain;
kedua sayap itu saling membutuhkan supaya bisa ber­
fungsi dengan sepenuhnya.
Aksi sosial merupakan bagian dari penginjilan. Pan­
dangan ini berkata bahwa aksi sosial memiliki peran
sentral dalam misi Kristen karena Injil Yesus bertuju­
an untuk menebus setiap aspek dalam kehidupan ma­
nusia.
Perintah Agung dan Amanat Agung Sama-sama
Benar
Jelas pandangan yang disampaikan dalam buku ini telah menjadi
dan selalu menjadi kerinduan Allah untuk memakai Gereja untuk
mentransformasi masyarakat, dan melakukannya secara holistik.
Apakah penginjilan itu penting? Tentu saja, ya. Apakah aksi sosial
penting? Ya, ini juga penting sekali. Perintah Agung dan Amanat
Agung sama-sama benar. Perjanjian Lausanne (1974) ber­kata,
“Keduanya itu seperti ‘dua pisau dari sebuah gunting’ atau dua
sayap dari seekor burung.” Kemitraan ini terlihat dengan jelas
dalam pelayanan Yesus di hadapan umum, yang tidak hanya
memberitakan Injil, tetapi juga memberi makan pada orang yang
lapar dan menyembuhkan orang yang sakit.”23
23
Lausanne Covenant, (Lausanne, Swiss: International Congress on World Evangelism,
Juli 1974), hlm. 23.
147
Child, Church, and Mission
Apa yang akan terjadi pada seorang anak seperti Joshua
kalau perbedaan artifisial yang tidak perlu antara Injil dan per­
tolongan praktis tetap dilanjutkan? Joshua adalah satu dari ba­nyak
anak yang dilayani oleh sebuah Pusat Pengembangan Anak (PPA)
di sebuah gereja di Ghana. Bagi Joshua—seperti teman-teman
sebayannya—satu gigitan nyamuk bisa menyebabkan penyakit
malarianya kambuh lagi dan menyebabkan ia tidak bisa mengikuti
PPA selama berhari-hari, kadang berminggu-minggu. Bukankah
sudah jelas bahwa mengambil tindakan untuk melawan gigitan
nyamuk adalah strategi yang penting untuk men­jaga agar anakanak tetap bisa datang ke PPA secara rutin? Jadi, gereja Joshua
menjadi salah satu dari banyak gereja di Ghana yang mengambil
bagian dalam kampanye untuk mendistribusikan kelambu
pencegah nyamuk kepada anak-anak dan keluarga yang mereka
layani. Keluarga-keluarga tidak perlu lagi menghabiskan banyak
waktu untuk mencari pengobatan bagi anak-anak mereka yang
sakit. Gereja-gereja dan PPA melaporkan meningkatnya kehadiran
anak dalam program-program yang berfokus pada anak.
Bagi gereja-gereja seperti ini, tidak ada dikotomi antara
mengajarkan Injil kepada anak-anak, menyelenggarakan ibadah
mingguan bagi keluarga, menyelenggarakan sekolah di daerah me­
reka dan memastikan setiap keluarga telah menerima kelambu
yang bisa melindungi mereka dari serangan malaria. Ini semua
merupakan bagian dari pengembangan anak secara holistik dan
Kristen.
Manifesto Manila, yang dibuat dalam Kongres Penginjilan
Sedunia yang kedua di Lausanne, mendeklarasikan bahwa kerin­
du­an Allah adalah agar “seluruh Gereja memberitakan seluruh
Injil yang ke seluruh dunia”. Deklarasi ini merupakan respons
yang spesifik pada fakta bahwa bagian-bagian tertentu dari Gereja
cenderung untuk menekankan bagian-bagian yang berbeda dari
Injil. Seperti yang telah kita lihat, kenyataan menunjukkan bahwa
sebagian Gereja memberitakan sebagian Injil kepada sebagian
dunia.
148
Peran Gereja
Kaum Injili mungkin mengharapkan rekan-rekan mereka
dari arus tengah memiliki perhatian yang lebih besar terhadap
penginjilan. Di sisi lain, aliran Injili juga harus memerhatikan
tun­tutan-tuntutan yang ada dalam Perintah Agung secara lebih
serius, supaya kita tidak memberitakan separuh isi Injil dan de­
ngan demikian tidak menghargai belas kasihan Allah pada mereka
yang mengalami penderitaan jasmani. Bahkan, kedua aliran itu
telah memainkan peran mereka. Meg Crossman mengingatkan kita,
“Gereja yang liberal menunjukkan pada kita kebutuhan yang ada;
gereja Injili menunjukkan kita rencananya; dan gereja karismatik/
pentakosta mengingatkan kita bahwa Allah ada di dalamnya!”24
Menjadi pendapat saya bahwa pelayanan-pelayanan yang
bergerak di bidang pengembangan merupakan respons teologis
terhadap:




Kebenaran tentang ciptaan yang baik tetapi telah jatuh
ke dalam dosa.
Tentang Allah yang ingin menebus bukan hanya
individu-individu, tetapi juga seluruh kebudayaan dan
ma­sya­rakat.
Tentang Allah yang ingin mendamaikan dunia yang telah
jatuh ke dalam dosa dengan diri-Nya.
Perikop-perikop yang berapi-api dalam Alkitab (seper­
ti Yesaya 65, Kolose 1:15–20, Lukas 4:16–18) yang
meng­ungkapkan kasih Allah dan kerinduan-Nya untuk
menebus umat manusia.
Sungguh, kita harus berupaya mewujudkan kebenaran
dalam Yesaya 65:17–25,
Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru
dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat
lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati… Aku mencipta­
kan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh
24
Meg Crossman, dikutip dalam buku karangan Moffitt, If Jesus Were Mayor, hlm.
114.
149
Child, Church, and Mission
kegirangan. Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem,
dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan
kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak.
Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa
hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk,
sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih
akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur
seratus tahun akan dianggap kena kutuk… Mereka tidak akan
bersusah-susah dengan percuma dan tidak akan melahirkan
anak yang akan mati mendadak, sebab mereka itu keturunan
orang-orang yang diberkati TUHAN, dan anak cucu mereka
ada beserta mereka. Maka sebelum mereka memanggil, Aku
sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku
sudah mendengarkannya.
Para Pemangku Kepentingan Utama dalam
Pelayanan Gereja
Ada tiga kelompok yang secara khusus menjadi pemangku
kepentingan utama25 dalam pelayanan Gereja. Mereka adalah orang
miskin,26 korban-korban ketidakadilan atau orang-orang yang
tertindas,27 dan anak-anak.28 Sejak awal, orang miskin dan orangorang yang dibuang masyarakat memiliki tempat yang penting
dalam Kerajaan Allah. Dalam Lukas 6:20 Yesus mengajarkan,
“Berbahagialah kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya
Kerajaan Allah”. Dalam sebuah perikop yang paralel dalam Matius
5:10, Dia berkata, “Berbahagialah mereka yang dianiaya karena
kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Pernyataan misi Yesus sendiri dalam Lukas 4:18–19, yang diambil
dari Yesaya 61, terutama berfokus pada orang-orang yang dibuang
masyarakat.
Saya berutang budi kepada Dr. Bambang Budijanto dan karangannya, “The Ecclesia
of Jesus Christ,” untuk pemikiran-pemikiran dalam bagian ini.
26
Lihat Lukas 6:20.
27
Lihat Matius 5:10
28
Lihat Markus 10:14–15.
25
150
Peran Gereja
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin;
dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orangorang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Bahkan instruksi Yesus kepada murid-murid-Nya dimulai
dengan menyebut orang yang miskin dan membutuhkan. Dr.
Budijanto mengungkapkan,
Bukannya meletakkan landasan teori di kelas, Yesus memulai
proses pembentukan murid-murid-Nya melalui pengalaman
hidup yang nyata. Dia mengajak 12 murid-Nya untuk berte­
mu muka dengan muka dengan para pemangku kepentingan
Kerajaan Allah. Karena tidak lama setelah memanggil 12
orang menjadi murid-Nya, Lukas mencatat tujuh perjumpaan
(antara pasal lima sampai delapan) yang dialami Yesus
dengan orang miskin, orang yang dibuang masyarakat, dan
mereka yang tidak menjadi bagian dari arus utama da­lam
masyarakat Yahudi—orang yang sakit kusta, pemungut
cukai, orang yang lumpuh, wanita yang hidup dalam dosa,
prajurit-prajurit Romawi,29 seorang pria yang dirasuk setan,
dan wanita yang sakit yang hidup dalam kenajisan.30
Ia melanjutkan,
Yesus ingin memastikan bahwa tiang-tiang utama dari
Eklesia pada masa mendatang akan selalu ingat bahwa
per­­jumpaan dengan orang miskin, orang yang lemah, dan
orang yang dibuang masyarakat merupakan inti dari proses
Meskipun seorang perwira bisa jadi tidak menjalani kehidupan yang tidak
menyenangkan bila dibandingkan kategori-kategori lain dalam daftar yang ada,
pertama-tama ia datang kepada Kristus dengan merepresentasikan budaknya,
dan kedua sebagai prajurit Romawi, ia bukan bagian dari arus utama dalam
komunitas Yahudi.
30
Budijanto, hlm. 12.
29
151
Child, Church, and Mission
pembentukan seorang murid. Lebih lanjut, Yesus bukan hanya
memberikan kesempatan kepada dua belas murid-Nya untuk
bertemu muka dengan muka dengan orang-orang kunci dan
pemangku-pemangku kepentingan dalam Kerajaan Allah. Dia
juga mendemonstrasikan bagaimana seorang murid Kristus
terlibat dalam kehidupan mereka.31
Demikian pula, perjalanan kita bersama Kristus tidak bisa
autentik tanpa keterlibatan yang signifikan dalam kehidupan orang
miskin. Baik disadari atau tidak, ketika seseorang menempuh per­
jalanan untuk menjadi serupa dengan Kristus bersama dan dalam
sebuah komunitas Kerajaan Allah, proses transformasi yang terjadi
akan berdampak pada orang orang yang miskin, orang yang lemah
dan orang yang dibuang masyarakat.
Demikian pula, jelas bahwa anak-anak memiliki tempat yang
spesial dalam Kerajaan Allah. Yesus berkata bahwa hanya mereka
yang menerima Kerajaan Allah seperti anak-anak yang bisa menjadi
warga kerajaan itu.32 Hal mengherankan, ketika murid-murid-Nya
berdebat siapakah yang terbesar di antara mereka, Yesus menun­
juk pada anak-anak.33 Yesus menetapkan bahwa anak-anak dan
kerendahhatian mereka merupakan tolok ukur kebesaran dalam
Kerajaan Allah dalam Matius 19:14 ketika Dia berkata, “Biarkan
anak-anak kecil itu datang kepada-Ku dan jangan menghalangi
mereka, karena orang-orang yang seperti merekalah yang empunya
Kerajaan Surga.”
Kerajaan Allah adalah milik anak-anak. Cara orang me­man­
dang dan memperlakukan anak-anak akan menentukan apakah
mereka memenuhi syarat bagi Kerajaan Allah, seperti peringatan
Yesus,
Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam
nama-Ku, ia menyambut Aku. Tetapi barangsiapa menyesat­
kan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-
Ibid.
Lihat Lukas 18:17
33
Lihat Matius 18:4
31
32
152
Peran Gereja
Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan
pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (Mat.
18:5–6)
Dua Struktur, Satu Fungsi
Saya percaya bahwa kita telah diperintahkan agar gereja se­baik­
nya memelihara anak-anak yang miskin. Namun, berikut ini
ada beberapa sedikit pesan mengenai bagaimana Gereja harus
memelihara anak-anak.
Tentu saja, sering kali yang terjadi adalah gereja lokal me­
miliki visi untuk memiliki pelayanan pengembangan anak yang
efektif, berjangka panjang, inovatif dan holistik tetapi kekurangan
tenaga, keahlian, fasilitas, atau sumber-sumber lainnya. Tentu
saja, tidak hanya gereja yang besar, maju, penuh dengan talenta
yang harus memiliki pelayanan pengembangan semacam ini. Jadi,
diperlukan pembahasan lebih jelas tentang struktur-struktur yang
sudah lazim dalam Gereja.
Dalam hal ini, kita bisa belajar bagaimana secara tradisi
Gereja telah bergerak di bidang misi. Di sepanjang sejarah gereja,
selalu ada dua macam struktur gereja. Hal pertama adalah gereja
yang berkumpul—jemaat lokal, menumbuhkan dan memelihara
jemaat dari segala usia dan gender. Namun, sejak awal era ke­
kristenan, gereja yang berkumpul ini sering kali memunculkan
“anggota-anggota badan” yang terspesialisasi, yang melaksanakan
penjangkauan-penjangkauan baru atau pelayanan-pelayanan yang
lebih terspesialisasi dari Gereja.
Almarhum misiolog Dr. Ralph Winter menamakan dua struk­
tur ini, modalitas dan sodalitas.34 Modalitas adalah persekutuan
yang berjemaat dengan keanggotaan yang jelas. Sodalitas
adalah lengan atau kepanjangan gereja yang didirikan untuk me­
lakukan penjangkauan yang lebih terspesialisasi atau pelayanan
34
Ralph D. Winter, “Two Structures of God’s Redemptive Mission,” dalam
Perspectives on the World Christian Movement: A Reader, editor: Ralph D. Winter
dan Steven C. Hawthorne (Pasadena, CA: William Carey Library, 1999).
153
Child, Church, and Mission
masyarakat. Modalitas—atau gereja lokal—memiliki peran yang
lebih terdefinisikan, yaitu menerima dan menumbuhkan selu­
ruh anggota tubuh Kristus. Ia memiliki keanggotaan yang jelas,
otoritas, kesatuan yang menyeluruh, kontinuitas, dan memastikan
stabilitas dalam tubuh Kristus. Sodalitas memampukan gereja
untuk menjangkau ke luar dan melaksanakan pelayanan-pelayanan
terspesialisasi yang tidak mungkin dan tidak bisa dilaksanakan
dengan mudah oleh gereja yang berkumpul.
Dua struktur ini ada baik dalam tingkat makro (gereja se­
ca­ra global) dan mikro (gereja lokal). Di tingkat makro, sebagai
contoh, Gereja Katolik terkenal karena memunculkan sodalitas—
Ordo Yesuit dan Fransiskan untuk melaksanakan aktivitas-aktivi­tas
yang terspesialisasi. Gereja Protestan telah menciptakan badan-ba­
dan misi, pergerakan-pergerakan kaum muda, pelayanan yang ter­
spesialisasi seperti Campus Crusade, dan yayasan yang terkenal
lainnya seperti Mission Aviation Fellowship (MAF) dan Compassion
International.
Hal yang sama juga terjadi pada tingkat mikro. Gereja-gereja
lokal—atau modalitas—mungkin memiliki visi dan kerinduan me­
miliki pelayanan yang terspesialisasi, seperti program-program
pengembangan anak, sekolah-sekolah yang berbasis di gereja,
hostel-hostel, atau rumah-rumah untuk menampung anak-anak
yatim piatu atau anak-anak yang cacat, tetapi tidak memiliki
keahlian untuk melaksanakan hal itu. Gereja-gereja sering kali
membentuk panitia, atau departemen atau struktur yang khusus
lainnya—sebuah sodalitas—untuk bisa melaksanakan pelayanan
anak atau program-program penjangkauan. Sodalitas ini meneri­
ma mandat untuk mencari staf, ahli, fasilitas yang dibutuhkan,
dan keahlian-keahlian yang terspesialiasi untuk melaksanakan
pelayanan mereka.
Contoh sodalitas yang berbasis di gereja adalah sekolahsekolah yang memiliki asrama atau hostel-hostel yang dikelola
gereja. Beberapa anak terpaksa meninggalkan desa tempat tinggal
mereka untuk memperoleh pendidikan. Tidak ada sekolah di desa
tempat tinggal mereka yang terpencil. Mereka harus menemukan
154
Peran Gereja
asrama yang cocok dan aman ketika mereka sekolah. Jadi, banyak
sodalitas mikro seperti asrama-asrama sekolah atau hostel-hostel
yang dikelola gereja nampak seperti hadiah dari surga bagi anakanak ini dan keluarga mereka. Sodalitas mikro ini menyediakan
lingkungan hidup yang sehat, orangtua asuh, dan banyak
kemungkinan untuk mengalami perkembangan secara holistik
bagi anak-anak yang terpaksa hidup jauh dari rumah me­reka agar
beroleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Gereja lokal
saja, bahkan kalaupun ada di desa tempat tinggal mereka, tidak
bisa memberikan kesempatan semacam ini bagi anak-anak.
Lembaga-lembaga Kristen seperti ini, meskipun bukan “ge­
reja di sudut jalan” yang berkumpul, merupakan sebuah manifestasi
dari gereja yang bertindak. Ini masih merupakan gere­ja yang
sedang mendatangkan perbedaan dalam kehidupan anak-anak
yang membutuhkan.
Gereja di semua tingkatan, baik “gereja di sudut jalan” yang
berkumpul atau manifestasi-manifestasi berupa orang-orang
Kristen yang berkorban, melayani dan berbagi merupakan alat yang
secara unik dipilih Allah untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya untuk
menyelamatkan dan menebus. Menjadikan anak-anak dan kaum
muda sebagai bagian yang signifikan dari pelayanan dan rencana
misi mereka tidak hanya merupakan tindakan yang bertanggung
jawab dan penuh dengan belas kasihan, tetapi juga bersifat visioner
dan strategis.
Bacaan





Creation Regained oleh Albert M. Wolters, hlm. 12–71.
If Jesus Were Mayor oleh Bob Moffitt, 51–97.
“Children and the Kingdom of God” oleh Jessie Stevens,
Together, Juli–September 1985.
“The Debate Begins” oleh Timothy Chester, Awakening
to a World of Need, Bab 2.
“Face to Face with Need, oleh Timothy Chester, Awakening
155
Child, Church, and Mission



to a World of Need, Bab 3.
“Lausanne: Congress, Covenant, Movement,” oleh
Timothy Chester, Awakening to a World of Need.
“Evangelism and Social Action,” Lausanne Occasional
Papers (No. 21). Grand Rapids Report,
Two Structures of God’s Redemptive Mission oleh Ralph
Winter.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Menunjuk pada pendapat Dr. Budijanto tentang pe­
mangku-pemangku kepentingan kunci dalam “eklesia”
yang baru diciptakan Allah. Apakah Anda setuju bah­wa
anak-anak, sejak awal, adalah pemangku-pemangku
kepentingan kunci? Mengapa? Diskusikan dan berikanlah
ayat-ayat Alkitab yang mendukung jawaban Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Bagaimanakah gereja atau persekutuan lokal Anda
mendemonstrasikan prioritas mereka yang menjadi
pemangku-pemangku kepentingan kunci?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Menurut Anda, apakah ketika Allah melihat Anda,
ciptaan-Nya, Dia menganggapnya “baik”?
156
Peran Gereja
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Dengan kata-kata Anda sendiri, gambarkanlah ba­
gaimanakah implikasi dari kebenaran tentang kebaik­an
ciptaan Allah terhadap pelayanan anak.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Bacalah Yohanes 3:16–17. Seperti Anda melihatnya,
dalam pelayanan macam apa sebaiknya sebuah gereja
berpartisipasi untuk kepentingan anak-anak, dengan
mempertimbangkan bahwa kata Yunani untuk dunia
(kosmos) menunjuk pada seluruh ciptaan?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
6. Pertimbangkanlah sumber daya yang dimiliki gereja atau
pelayanan Anda—manusia, uang, materi, lingkungan,
dan yang bersifat relasional. Dengan mengoptimalkan
sumber daya ini, apakah tiga aktivitas pelayanan yang
bisa dilakukan gereja Anda (atau sedang dilakukan
gereja Anda) untuk kepentingan anak-anak yang ber­
kaitan dengan penebusan seluruh ciptaan?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
157
6
Mengapa Kepedulian pada
Anak-anak Merupakan
Tanggung Jawab Khusus Gereja?
Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari
kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya
kepada ibunya. Kata Elia: “Ini anakmu, ia sudah
hidup!” Kemudian kata perempuan itu kepada Elia:
“Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan
firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.”
1 Raja-raja 17:23–24
Child, Church, and Mission
K
ami menghargai semua yang dilakukan dunia sekuler—pe­
merintah, PBB, LSM-LSM arus utama dan yayasan yang
se­rupa—untuk memelihara orang-orang yang membutuhkan.
Orang Kristen bisa dan benar-benar banyak belajar dari metode
dan pendekatan yang mereka pakai. Namun, buku ini membahas
pelayanan yang bersifat holistik terhadap anak-anak dan kaum
muda. Saya juga akan menyampaikan pendapat saya di sini
bahwa gereja-gereja bukan hanya harus berpikir secara holistik
terhadap anak-anak, tetapi juga, dalam kenyataannya, hanya Gereja
yang mampu melakukan hal itu, karena hanya Gereja yang bisa
memenuhi kebutuhan manusia secara keseluruhan. Lebih lanjut,
banyak dukungan dalam Alkitab bahwa kepedulian pada anak-anak
merupakan tanggung jawab khusus Gereja dan orang Kristen.
Kita sudah melihat dari sebuah sudut pandang yang teo­
logis bahwa Gereja memiliki tanggung jawab yang unik untuk
memelihara orang yang membutuhkan. Gereja adalah alat Tuhan
untuk menebus semua ciptaan-Nya. Kita, umat-Nya, merupakan
tangan dan lengan Kristus.
Dalam bab ini, kita akan melihat beberapa perikop dalam
Alkitab yang berisi pandangan mengapa, dalam kenyataan, hanya
Gereja yang bisa melakukan pengembangan secara holistik.
Per­tanyaan yang kami ajukan selengkapnya adalah: “Mengapa
kepedulian pada anak-anak merupakan tanggung jawab khusus
Gereja?”
Hanya Gereja (Orang-orang Kristen!) yang Bisa
Menjawab Kebutuhan Manusia secara Keseluruhan
Lukas 2:52 menceritakan perkembangan Yesus sendiri, “Yesus ber­
tumbuh dalam hikmat dan besarnya dan makin disukai Allah dan
manusia.”
Seperti yang telah kita lihat, ayat yang singkat itu memberi­
kan contoh yang luar biasa bagi pengembangan anak. Compassion
International telah lama menggunakan ayat ini sebagai dasar bagi
pelayanan yang holistik kepada anak-anak. Kami ingin semua
160
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...
anak dalam program-program yang kami laksanakan memiliki
kesempatan untuk bertumbuh seperti Yesus. Semua program yang
kami dukung setidak-tidaknya harus memiliki empat komponen
ini. Hikmat berkaitan dengan program-program pendidikan (atau
pembelajaran) yang kami selenggarakan dan juga pelatihan da­lam
hal nilai-nilai dalam Alkitab, kemampuan untuk membedakan,
penilaian dan pengambilan keputusan yang bijaksana yang di­
dasarkan pada prinsip-prinsip dalam Alkitab. Besar berkaitan
dengan apa pun yang ada hubungannya dengan kesehatan dan
pertumbuhan fisik. Disukai Allah berbicara tentang pemeliharaan
dan pembentukan kehidupan rohani anak-anak. Disukai manusia
menunjuk pada perkembangan sosial dan meningkatnya ke­mam­
puan anak untuk membangun hubungan dan berinteraksi secara
tepat dengan orang lain. Harapan dan doa kami adalah agar semua
anak yang kami layani juga akan bertumbuh dalam empat bidang
ini. Sungguh, empat bidang ini memberikan ruang lingkup yang
terprogram bagi pelayanan.
Bill Gothard berkata bahwa hikmat adalah “memandang
kehidupan dari sudut pandang Allah”. Saya suka itu. Satu hal su­
dah pasti—anak-anak di sebagian besar sistem pendidikan di
seluruh dunia tidak akan belajar memandang kehidupan dari su­
dut pandang Allah. Sebaliknya, mereka akan memandangnya dari
sudut pandang dunia sekuler, dari media atau dari teman-teman
sebaya mereka. Mungkin inilah sebabnya Petrus memberi tahu kita
agar menambahkan kebaikan terhadap iman kita dan kemudian
pengetahuan. Tanpa kebaikan terlebih dahulu, kita tidak benarbenar mengetahui apa yang harus kita lakukan dengan pengetahu­
an yang kita miliki.
Saya percaya bahwa program-program pengembangan
anak secara holistik perlu menyediakan kesempatan yang jauh
le­bih signifikan dan luas bagi anak-anak agar bertumbuh dalam
hik­mat. Kemudian, seperti yang telah kita lihat berulang kali,
Bill Gothard, Advanced Seminar Textbook (Oakbrook, IL: Insitute in Basic Life
Principles, 1986), hlm. 358.
Lihat 2 Petrus 1:5.
161
Child, Church, and Mission
biasanya mereka akan menikmati keberhasilan yang lengkap dalam
keputusan-keputusan yang mereka ambil dalam hidup ini ketika
mereka remaja dan dewasa.
Satu contoh dari hal ini dalam sejarah Compassion adalah
Roberto Christobal, anak yang disponsori yang dibesarkan di
Bocaue, sebuah lingkungan terpencil di Filipina. Keluarga Roberto
mendorong dia untuk sangat menghargai pendidikan. Ketika ia
ikut program sponsor yang diselenggarakan Compassion, Roberto
memilih untuk menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
Ia menjadi siswa yang berprestasi dan memenuhi syarat untuk
kuliah di universitas. Meskipun mengumpulkan dana untuk kuliah
di perguruan tinggi menjadi tantangan, Roberto bisa mendanai
kuliahnya sendiri ketika ia mulai kuliah di perguruan tinggi. Setelah
wisuda, ia menjadi guru di sekolah menengah (se­kolah bagi anakanak berusia 11–18 tahun) dan melanjutkan pendidikannya hingga
universitas. Roberto membuat serangkai­an pilihan untuk mengejar
dan menyelesaikan pendidikannya. Akhirnya ia tidak hanya menjadi
pendidik yang sukses, ia juga menjadi direktur proyek Compassion.
Betapa luar biasa transisi ini, dari seorang anak yang mendapat
sponsor menjadi pendidik yang ahli!
Bertambah besar bisa berarti apa pun yang secara lang­
sung berkaitan dengan memperbaiki kesehatan anak, penyediaan
makanan yang tepat, pencegahan penyakit, dan kemampuan untuk
menjaga kesehatan sendiri, dan kebutuhan anak akan udara dan air
yang bersih, pakaian, tempat tinggal, makanan, dan/atau sanitasi.
Yesus kelihatannya kuat dan sehat. Dia memperoleh nutrisi yang
cukup dan berbadan tegap serta penuh semangat. Dia memiliki
stamina untuk menempuh perjalanan jauh. Tidak diragukan lagi
otot-ototnya kelihatan di badannya hasil dari mengayunkan palu dan
menggergaji selama bertahun-tahun. Dia tidak selalu menunjukkan
watak yang “lembut dan halus”. Rupanya, ia memiliki cambuk dan
tahu bagaimana menggunakannya.
Semakin disukai Allah bisa mencakup apa pun yang ber­
kaitan dengan pemeliharaan dan pertumbuhan rohani: doa,
162
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...
penyembahan, kebutuhan anak-anak akan Allah, keselamatan, juga
konsep-konsep seperti keindahan dan kebaikan. Hubungan yang
benar dengan Allah menghasilkan hubungan yang benar dengan
semua ciptaan-Nya. Jelas tidak ada intervensi sekuler yang bisa
membahas hal ini dari sudut pandang Alkitab. Hanya orang Kristen
yang memiliki kebenaran rohani dan sumber daya untuk membantu
anak-anak bertumbuh seperti Yesus di bidang ini.
Semakin disukai manusia berkaitan dengan hubungan kita
dengan orang lain, termasuk kebutuhan kita akan persahabatan,
saling berbagi dan tertawa dan kesempatan untuk belajar yang
meningkatkan perasaan aman dan harga diri anak, meningkatkan
pengertiannya akan bakat yang dimilikinya dan meningkatkan
kreativitas anak.
Menarik untuk memerhatikan bagaimana Yesus bertumbuh
dalam empat bidang ini. Robert Moffitt menunjukkan bahwa Yesus
tidak hidup dalam lingkungan yang kaya raya. Keluarganya tidak
memiliki ledeng dan listrik, dan mungkin Dia tidak memperoleh
pendidikan sekuler yang terbaik. Yesus juga dibesarkan di tengahtengah iklim politik yang agak bermusuhan. Apakah ini terdengar
seperti beberapa lingkungan anak-anak dibesarkan dewasa ini?
Kesehatan Yesus secara keseluruhan—secara jasmani, mental,
sosial, dan rohani—tidak tergantung pada kekayaan dan harta
benda miliknya. Sebaliknya, itu didasarkan pada hubungan yang
benar dengan Allah, dengan lingkungannya dan dengan orang
lain—dengan kata lain, sebuah sudut pandang yang alkitabiah.
Harapan dan kerinduan dari pengembangan anak secara
holistik adalah agar semua anak bisa bertumbuh seperti Yesus.
Mengapa berupaya mencapai perkembangan seperti ini merupa­
kan tanggung jawab khusus Gereja? Karena hanya Gereja—kita
orang-orang Kristen—yang memahami hal ini dan sudut pandang
alkitabiah yang akan membuat itu menjadi sebuah kenyataan.
Moffitt, hlm. 37–39.
163
Child, Church, and Mission
Karena Allah Mendengar Anak-anak Menangis
Pandangan kedua mengapa Gereja memiliki tanggung jawab khusus
adalah karena kita orang-orang Kristen memiliki “pikiran Kristus”.
Bagian dari pikiran Kristus itu adalah mengerti hati Allah terhadap
anak-anak dan pengertian kita bahwa Dia berharap kita memiliki
hati yang sama. Dia mendengar anak-anak menangis dan berharap
kita juga mendengar dan merespons tangisan mereka. Kasih dan
perhatian kita kepada anak-anak yang menderita merupakan
refleksi dari kasih dan perhatian Allah kepada anak-anak itu.
Dalam Kejadian 21:17 kita belajar bahwa Allah mendengar
seorang anak laki-laki (Ismael), menangis. Dan Allah bukan ha­
nya mendengar, Dia juga bertindak—melakukan sesuatu untuk
merespons tangisan anak laki-laki itu. Marilah kita lihat ayat itu dan
lihat apa yang bisa kita pelajari mengenai kewajiban kita. Kejadian
21:17 memberi tahu kita kisah di mana Allah mendengar anak lakilaki (Ismael) menangis dan malaikat Tuhan memanggil Hagar dari
surga dan berkata kepada dia, “Ada masalah apa Hagar? Jangan
takut, Allah telah mendengar anakmu menangis ketika ia terbaring
di sana.”
Abraham adalah salah satu pahlawan iman dalam Alkitab.
Namun, ia tidak selalu menggunakan imannya atau memiliki
pe­­­nilaian yang baik. Cerita tentang kelahiran putranya, Ismael
dari hamba perempuannya bernama Hagar, adalah contoh dari
ke­putus­an yang buruk dalam kehidupannya. Allah bahkan me­
nebus ke­putusan yang buruk ini. Kejadian 21 memberikan pe­
tunjuk bagaimana Allah mendengar anak-anak-Nya menangis dan
memberikan kita instruksi untuk memelihara anak-anak yang
membutuhkan.
Hagar dan Ismael sedang berada di padang belantara setelah
Abraham mengusir mereka. Tidak lama kemudian, makanan dan
air yang mereka bawa habis. Mereka tidak memiliki sumber daya
Pemikiran-pemikiran dalam bagian ini diambil dari buku kecil yang ditulis
Dr. Alemu Beeftu, berjudul God Heard the Boy Crying (Colorado Springs, CO:
Compassion, 2001).
164
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...
lain. Bisa dimengerti, Hagar tidak tahan melihat Ismael mati, jadi ia
meletakkan Ismael dalam rimbunan semak-semak dan duduk agak
jauh dari anak itu. Ia tahu bahwa ia dan anaknya tidak memiliki
harapan lagi. Namun Allah memiliki rencana lain!
Allah mendengar anak laki-laki itu menangis. Malaikat Tuhan
memanggil Hagar dari surga dan berkata kepada dia, “Ada masalah
apa Hagar? Jangan takut, Allah telah mendengar anakmu menangis.
Angkatlah anak itu dan bimbinglah dia.” Kemudian Allah membuka
mata Hagar dan ia melihat sebuah sumur berisi air. Ibu dan anak
itu tetap hidup bahkan bertambah besar. Alkitab mencatat bahwa
Allah menyertai Ismael ketika ia semakin besar.
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini tentang perhatian
Allah kepada anak-anak? Beberapa hal muncul dalam pikiran.
Allah mendengar anak-anak menangis! Bahkan dewasa
ini, kita bisa memastikan bahwa Allah mendengar anak-anak
menangis. Ia ingin merespons tangisan mereka.
Namun, Allah tidak hanya mendengar; Dia juga berbica­
ra dari surga. Dia mengutus utusan-Nya dari surga. Dia juga
mengutus Gereja, bersama keluarga-keluarga yang telah menjadi
anggota gereja yang memiliki tanggung jawab untuk mengasihi dan
memelihara anak-anak dewasa ini.
Allah menanyakan masalah yang ada: “Ada masalah
apa?” Seperti malaikat Tuhan bertanya kepada Hagar mengapa
anaknya menangis, demikian pula saya percaya Allah bertanya
kepada Gereja dewasa ini, “Mengapa anak-anak menangis?” Terlalu
sering Gereja menyerahkan tanggung jawab kepada UNICEF,
LSM-LSM, atau pemerintah untuk bertanya mengapa anak-anak
menangis. Gereja sendiri perlu menemukan penyebab anak-anak
menangis. Gereja perlu mengetahui keadaan orang-orang yang
miskin. Gereja harus mendidik dirinya sendiri tentang eksploitasi
yang menimbulkan kemiskinan. Gereja harus mengerti anak-anak
menangis karena mereka menderita. Mereka menderita kelaparan,
sakit, tidak mempunyai pakaian atau tempat tinggal yang pantas,
Lihat Kejadian 21:9-21.
165
Child, Church, and Mission
diabaikan, diperlakukan dengan kejam, ketakutan, buta huruf,
dan merasa tidak aman (itu baru awal). Anak-anak juga menangis
karena merindukan martabat, respek, dan kasih yang berasal dari
Allah.
Allah membesarkan hati mereka yang peduli anak-anak.
Malaikat yang diutus Tuhan tidak hanya menanyakan masalah yang
ada, tetapi juga menghibur Hagar. Malaikat itu berkata kepada
Hagar, “Jangan takut”. Satu hal yang harus dimengerti Gereja ada­
lah peduli pada anak-anak—khususnya anak-anak yang hidup di
tengah keadaan yang sulit—adalah pekerjaan yang penuh dengan
tekanan, “menakutkan” (memedulikan anak-anak dalam lingkung­
an yang normal sudah cukup sulit!). Terlalu sering pemimpinpemimpin gereja gagal untuk mengerti tekanan dan tantangan
dalam memelihara, mengajar, dan membesarkan anak-anak. Gerejagereja sering kali lupa membesarkan hati dan mendukung ibu-ibu
yang sibuk, guru-guru Sekolah Minggu, pengasuh-pengasuh anak
yang bekerja dari pagi sampai siang, atau pekerja-pekerja sosial
dalam program perkembangan anak yang berbasis di gereja. Gereja
perlu peduli kepada orang-orang yang peduli! Kita perlu berkata
kepada mereka, “Jangan takut!”
Allah memberikan instruksi mengenai bagaimana pe­
duli pada anak-anak. Malaikat itu memberikan instruksi kepada
Hagar mengenai apa yang harus dilakukannya kepada anaknya itu:
“Angkatlah anak itu dan bimbinglah dia.” Hal menarik, dua perintah
ini kelihatan berkaitan dengan pelayanan yang sekarang ini kita
namakan penanggulangan bencana dan pembangunan.
“Angkatlah anak itu,” mengindikasikan dukungan secara
jas­mani, emosi, dan moral. Ini berkaitan dengan aktivitas pe­nang­
gulangan bencana yang dilakukan banyak LSM Kristen dewasa ini.
Lakukan apa pun yang perlu agar anak itu tidak mati.
“Bimbinglah anak itu,” menunjukkan pendampingan ter­
hadap anak, membesarkan hati, mendukung dan memuridkan
anak itu sementara Anda mendampingi dia. Ini berkaitan dengan
pelayanan pengembangan jangka panjang yang dilakukan banyak
LSM Kristen, termasuk Compassion—menyediakan pelatihan
166
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...
jangka panjang, menumbuhkan, dan melakukan pemeliharaan yang
diperlukan agar anak-anak bertumbuh dan berkembang dengan
pesat.
Allah mengucapkan janji tentang anak-anak. Allah juga
berjanji kepada Hagar mengenai putranya. Kejadian 21:18 men­
catat janji Allah, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang
besar.” Hagar menyangka ia dan Ismael akan mati kehausan di
padang gurun, Allah berbicara mengenai potensi dan janji yang Dia
berikan kepada Ismael. Salah satu tantangan yang dihadapi Gereja
dewasa ini adalah memandang semua anak sebagai sebuah janji
dan “mengucapkan janji” mengenai anak-anak yang dilayani Gereja.
Apakah gereja-gereja dewasa ini bersedia mengucapkan janji
kepada anak-anak yang mereka layani—dan kemudian melakukan
apa yang perlu untuk membuat janji-janji itu menjadi kenyataan?
Ismael kemudian menjadi bangsa yang besar yang dewasa
ini masih ada dan mengalami kemakmuran. Teman saya, Dr. Alemu
Beeftu berkata adanya minyak di negara-negara keturunan “Ismael”
di Timur Tengah mungkin merupakan penggenapan yang terusmenerus dari janji yang diberikan Allah kepada Hagar mengenai
Ismael.
Allah membuka mata kita supaya bisa melihat sumber
daya yang ada. Ketika Hagar yakin bahwa ia akan mati kehausan,
Allah membuka matanya sehingga ia bisa melihat sebuah sumur
yang ada di dekatnya!Ia tidak mengirim satu truk tangki air atau
badan penanggulangan bencana dari negara lain, tetapi memenu­
hi kebutuhannya dari sumber daya yang ada di dekatnya. Allah
menunjukkan kepada Hagar kemungkinan-kemungkinan yang ia
tidak tahu bahwa itu ada. Dewasa ini, salah satu tantangan yang
dihadapi orang miskin adalah mengetahui apa yang tersedia.
Membuka mata orang dewasa merupakah satu cara yang dipakai
Allah untuk merespons tangisan anak-anak.
Ini merupakan pelajaran penting dalam perikop ini. Terlalu
sering gereja-gereja merasa bahwa mereka pokoknya tidak
Lihat Kejadian 21:19.
167
Child, Church, and Mission
memiliki sumber daya untuk merespons kebutuhan anak-anak di
tengah-tengah mereka. Namun, saya percaya Allah akan melakukan
bagi gereja yang bersedia dan memiliki sumber daya persis seper­
ti yang Dia lakukan bagi Hagar. Dia akan mem­buka mata gereja
supaya bisa melihat sumber daya yang ada—tepatnya melihat
sumber daya yang dibutuhkan—yang tidak diketahui gereja bah­wa
itu ada. Sering kali sumber daya itu ada di dekat kita!
Allah menjadi teman. Allah tidak hanya memenuhi ke­
butuhan Hagar dan Ismael pada saat itu, Allah juga menyertai
Ismael sepanjang hidupnya. Kehadiran Allah mendatangkan ke­
hidupan dan harapan di padang gurun. Sungguh, Dia adalah teman
dan pelindung orang miskin. Tantangan yang kita hadapi dewasa
ini adalah memastikan anak-anak tahu bahwa Allah adalah teman
mereka.
Jangan keliru, Allah mendengar anak-anak menangis!
Dia sedang menantang Gereja untuk memberikan respons. Dia se­
dang menanyakan masalah yang ada. Dia ingin kebutuhan jasmani,
emosi, dan rohani anak-anak terpenuhi. Dia akan membuka mata
Anda supaya bisa melihat sumber daya yang tersedia. Dialah teman
semua anak. Orang Kristen memiliki tanggung jawab khusus untuk
peduli pada anak-anak karena kitalah satu-satunya yang mengerti
isi hati Allah terhadap anak-anak.
Karena peduli pada Anak-anak Melenyapkan
Ketidakpercayaan
Alasan lain orang Kristen memiliki tanggung jawab khusus peduli
pada anak-anak adalah karena kita juga berminat memper­luas
kerajaan-Nya dan memberikan ke­pada anak-anak dan kaum
muda serta keluarga mereka kesempat­an untuk menjadi bagian
dari kerajaan itu. Dan, meskipun kita tidak memelihara anakanak sekadar untuk menjangkau orang­tua mereka, faktanya ada­
lah peduli pada anak-anak merupakan cara yang efektif untuk
memengaruhi orangtua mereka dan orang-orang dewasa lainnya.
Lihat Kejadian 21:20.
168
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...
Sebagai misiolog, saya secara khusus menyukai kisah yang penuh
kekayaan dan pewahyuan tentang Elia dan janda di Sarfat yang
terdapat dalam 1 Raja-raja 17.
Kita akan melihat mengapa perikop ini belakangan menjadi
sebuah perikop tentang misi. Namun pertama-tama, mari kita
lihat kembali cerita yang sudah kita kenal ini. Hal pertama yang
kita dengar tentang pelayanan Elia adalah kekeringan yang sedang
melanda selama tiga setengah tahun. Burung gagak memberi makan
dia di sebuah tempat bernama Jurang Kerit. Air di sana kemudian
habis dan ia diutus untuk pergi ke Zarfat yang berada jauh di utara.
Di sana, ia minta makanan dan minuman kepada seorang janda,
namun janda itu bersumpah bahwa saat itu ia sedang memakai
tepung dan minyak terakhir yang dimilikinya. Bahkan ia tidak tahu
bagaimana ia akan tetap hidup setelah itu semua digunakan.
Elia minta kepada janda itu agar bertindak dengan iman dan
membuat makanan bagi dia terlebih dahulu. Janda itu mentaati
instruksi Allah itu dan imannya menyebabkan mukjizat terjadi.
Tepat seperti yang dijanjikan Elia kepadanya, makanan dan mi­
nyak di rumahnya tidak pernah habis. Ia mengundang Elia untuk
menginap di kamar atas di rumahnya. Kita tidak tahu berapa lama
Elia menginap di sana—mungkin sekitar dua tahun. Hal yang kita
ketahui adalah sementara Elia berada di sana, minyak dan tepung
janda itu tidak pernah habis.
Namun, pada satu titik ketika Elia menginap di sana, putra
janda itu sakit parah. Kondisinya memburuk hingga akhirnya ia
tidak bernapas lagi. Pada mulanya janda ini menyalahkan Elia,
mengekspresikan perasaan bersalah dan dukacitanya seperti yang
dicatat dalam 1 Raja-raja 17:18, “Apakah maksudmu datang ke­
mari, ya abdi Allah? Apakah engkau datang untuk mengingatkan
aku kepada dosaku dan membunuh anakku?”
Elia juga sangat berduka dan tidak bisa membayangkan
mengapa Allah mengizinkan putra janda itu mati ketika ia berada
di sana. “Ya Tuhan Allahku, apakah Engkau menimpakan tragedi ini
169
Child, Church, and Mission
atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang dengan
membunuh anaknya?”
Namun, Elia bertindak. 1 Raja-raja 17:21–23 melaporkan:
Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali,
dan berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku!
Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.”
TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak
itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. Elia
mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas
ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata
Elia: “Ini anakmu, ia sudah hidup!”
Sejauh ini kita mungkin melakukan beberapa obervasi ter­
hadap cerita ini. Pertama, Allah sering kali memilih orang miskin
untuk menjadi hamba-Nya. Pikirkan itu. Mengapa Allah tidak
mengutus Elia untuk tinggal bersama orang yang kaya? Allah
juga minta kepada orang yang miskin agar bertindak dengan
iman. Dalam kasus janda ini, bagi dia diperlukan iman untuk me­
nye­­rahkan anaknya kepada sang nabi. Namun, inilah yang harus
dikatakan Gereja kepada orang-orang dewasa ini: “Berikan kami
anak laki-lakimu. Berikan kami anak perempuanmu.” Inilah yang
sedang dikatakan dunia, Ini yang sedang dikatakan para pengedar
narkoba. Ini yang sedang dikatakan komandan-komandan militer
pemegang kekuasaan di sebuah wilayah. Ini yang sedang dikatakan
MTV. Dengan cara yang sama, Gereja harus berani berkata, “Berikan
kami anak laki-laki itu! Berikan kami anak perempuan itu! Mari kita
bekerja sama untuk menyelamatkan dan memulihkan mereka!”
Jadi, Elia membawa anak itu ke kamar atas di mana ia
meng­inap (perhatikan bahwa “kamar atas” dalam Alkitab sering
kali berbicara tentang tempat untuk berdoa. Elia adalah orang
yang suka berdoa). Tiga kali Elia mengunjurkan badannya di atas
badan anak itu. Elia bukan orang yang menumpang di rumah orang
lain dan tidak peduli terhadap kondisi orang yang memberikan
tumpangan kepadanya. Ia menganggap beban keluarga itu sebagai
Lihat 1 Raja-Raja 17:20.
170
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...
bebannya sendiri. Ia bertindak dan menjadikan masalah janda itu
masalahnya sendiri. Bayangkan sukacita dan kelegaan hati janda
itu ketika Elia membawa putranya turun—dalam keadaan hidup!
Dan pada titik ini—ketika Allah menghidupkan anak laki-laki itu
sebagai respons terhadap iman sang nabi—kita menemukan per­
kataan mengagumkan yang diucapkan janda itu, “Sekarang aku
tahu bahwa engkau abdi Allah dan firman Tuhan yang kau ucapkan
itu benar.”
Ingat bahwa wanita itu telah melihat mukjizat terjadi di
rumahnya setiap hari mungkin selama dua atau tiga tahun! Sebuah
mukjizat, atau bila Anda setuju, sebuah proyek penanggulangan
bencana dan pembangunan sedang dikerjakan di rumahnya setiap
hari. Namun, hanya setelah sang nabi menjawab sebuah kebutuhan
yang paling dekat dengan hatinya—kehidupan anaknya sendiri—
baru ia melihat dan mengerti Elia benar-benar abdi Allah yang
memberitakan kebenaran.
Banyak dari kita yang terlibat dalam pelayanan untuk peduli
pada anak-anak sering kali mengalami hal yang sama. Orang
Kristen sering kali mencoba memakai berbagai macam pelayanan
untuk menjangkau sebuah komunitas. Namun sering kali ketika
kita memerhatikan apa yang paling berharga bagi orang lain,
anak-anak mereka, baru mereka sadar bahwa orang Kristen tidak
perlu ditakuti atau dikejar-kejar. Oleh karena kita memerhatikan
anak-anak mereka, banyak orang dewasa dari semua agama te­
lah menemukan sesuatu yang mempesona dan menginspirasi:
“Sekarang saya tahu bahwa Anda benar-benar memerhatikan kami,
karena Anda memerhatikan anak-anak kami!”
Jadi, di sinilah terdapat sebuah pengertian yang meng­
hangatkan hati para misiolog. Sasaran akhir misi Kristen bisa
diringkas menjadi seperti ini: Kami ingin pendengar-pendengar
kami berkata, “Sekarang saya tahu Anda sedang memberitakan
kebenaran dan Anda benar-benar orang yang diutus Tuhan!”
Mengapa memelihara anak-anak merupakan tanggung ja­
wab yang khusus dari Gereja? Oleh karena peran khusus yang ada
dalam memelihara anak-anak yang bisa memengaruhi iman orang
171
Child, Church, and Mission
dewasa. Dalam banyak kasus, anak-anak mungkin bisa menjadi
sumber yang signifikan dan sumber daya agar orangtua dan orang
dewasa lainnya bisa mengenal kebenaran Kristen. Alasan uta­
ma memelihara anak-anak bukanlah untuk mendapatkan akses
yang lebih baik ke orangtua atau orang dewasa lainnya. Dengan
melakukan hal ini, dengan cara yang benar, dan tidak manipulatif,
hal ini sering menjadi pintu yang dibuka Allah untuk merebut hati
seluruh anggota keluarga dan desa.
Karena Hanya Gereja yang Mengerti Martabat
Semua Orang
Pengertian orang Kristen tentang martabat merupakan alasan
lain mengapa peduli pada anak-anak merupakan tanggung jawab
khusus dari Gereja. Orang Kristen tahu bahwa semua anak Allah
itu sesungguhnya memiliki martabat dan berharga. Martabat ada­
lah kualitas bawaan yang diberikan oleh Allah ketika Dia men­
ciptakan kita sesuai gambar-Nya (Kej. 1:27; Mzm. 8:3–6). Mar­
tabat melampaui umur, kebudayaan, gender, ekonomi, pen­didikan,
kelompok etnis, kemampuan fisik atau mental, ketenaran, gelar,
dan prestise.
Martabat tidak didikte oleh apa pun yang datang dari luar.
Martabat ini ada bahkan di tengah-tengah ketidaksempurnaan.
Daud memulihkan martabat putra Yonatan, Mefiboset (lihat 2 Sam.
9:3-8) yang, sebagai orang dewasa yang sudah cacat, telah lupa
siapa dia sesungguhnya—cucu laki-laki seorang raja—dan keadaan
dia, orang yang dikasihi Allah dan diciptakan sesuai gambar-Nya.
Kita tidak memberikan martabat kepada anak-anak—me­
reka telah memilikinya. Kita harus menghargainya, menjaganya,
dan kadang memulihkannya. Martabat bisa dipulihkan melalui ke­
baikan, kasih, respek dan penghargaan. Perkataan yang semenamena yang berbunyi: “Kamu bodoh!”, “Kamu tidak akan pernah ada
Terima kasih saya kepada Dr. Wess Stafford untuk beberapa pemikiran ini tentang
martabat yang ada dalam diri anak, yang disampaikan dalam sebuah percakapan
dengan staf Compassion.
172
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...
artinya!”, “Kamu tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar!”
bisa menimbulkan kerusakan yang permanen.
Anda mungkin ingat betapa hati Anda terpukul ketika per­
kataan yang serupa diucapkan terhadap Anda. Saat yang sama,
kehidupan seorang anak juga bisa diluncurkan melalui satu per­
kataan yang membesarkan hati atau satu perbuatan baik. Mung­kin
Anda juga ingat betapa hati Anda termotivasi dan menjadi besar—
bahkan hidup Anda berubah—ketika sebuah perkataan yang mem­
bangun diucapkan terhadap Anda suatu saat dalam hidup Anda.
Karena Hanya Gereja yang Bisa “Menyingkirkan
Kutuk”
Kami telah memerhatikan kata terakhir yang mengganggu dalam
Perjanjian Lama—dalam Maleakhi 4:6—kata itu adalah kutuk.
Ayat itu berkata, “Ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik ke­
pada anak-anak mereka dan hati anak-anak kepada bapanya su­
paya jangan Aku datang memukul bumi dengan kutuk.” Jelas ada
konsekuensi yang berat bagi bapa-bapa yang gagal memerhatikan
tanggung jawab mereka untuk mendidik dan peduli pada anakanak mereka. Allah berkata bahwa kegagalan untuk melakukan hal
ini akan menyebabkan bumi dipukul dengan kutuk. Hal menarik
adalah keprihatinan pertama yang muncul dalam Perjanjian Baru
dalam cerita seputar kelahiran Yohanes dan Yesus adalah hal yang
sama—membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anak (Luk.
1:17).
Kita mungkin memperdebatkan apa sebenarnya yang di­
maksud “bumi yang dipukul dengan kutuk”, tetapi ketika saya
berjalan di antara orang miskin di tengah-tengah perkampungan
yang kumuh di dunia, saya tidak ragu-ragu untuk berkata bahwa
tempat itu dipukul dengan kutuk. Ini bukan kehidupan yang Allah
ingin dijalani oleh umat-Nya. Setan berkuasa di tempat-tempat
seperti itu, mencuri, membunuh, dan merusak. Tidak butuh orang
jenius untuk melihat bahwa hati anak-anak tidak berbalik kepada
173
Child, Church, and Mission
bapa-bapa mereka, demikian pula (mungkin karena) hati bapabapa tidak berbalik kepada anak-anak mereka.
Seperti yang telah kami bahas dalam bab empat, apa yang kita
lihat di antara orang miskin di seluruh dunia bukanlah sekadar soal
materi, ini juga soal rohani. Setan sedang melaksanakan agendanya
untuk mencuri, membunuh, dan merusak hidup berkelimpahan
yang diinginkan Allah. Perhatikan hal ini: kutuk adalah soal rohani.
Ini adalah lawan dari berkat. Kutuk tidak disingkirkan dengan
menyediakan makanan dan obat. Kutuk tidak disingkirkan dengan
menyediakan selimut dan pakaian. Kutuk tidak disingkirkan de­
ngan menyalurkan persediaan ke sekolah-sekolah dan memberikan
kesempatan untuk belajar.
Hanya Gereja dan orang-orang Kristen yang sudah percaya
kepada Yesus yang bisa mengubah kutuk menjadi berkat. Hanya
Gereja dan orang-orang Kristen yang sudah percaya kepada Yesus
yang bisa mengatasi masalah berupa dosa—akar sesungguhnya
dari kemiskinan. Ini adalah sebuah peran dan kuasa yang tidak
bisa dimainkan dan tidak dimiliki oleh teman-teman kita di dunia
sekuler.
Jadi, hanya Gereja dan orang-orang Kristen yang sudah
percaya Yesus yang bisa melakukan pengembangan anak secara
holistik. Gereja adalah alat Tuhan untuk menjamah hati bapa-bapa
dan anak-anak. Itulah sebabnya, ketika semua sudah dikatakan
dan dilakukan, peduli pada anak-anak merupakan tang­gung jawab
khusus Gereja.
Bacaan



“The Children the Lord Has Given Me” oleh Roy Zuck,
Precious in His Sight, hlm. 45–70.
“Bringing up Children” oleh Roy Zuck, Precious in His
Sight, hlm. 105–126.
“God’s Big Agenda” oleh Bob Moffitt, If Jesus Were Mayor,
hlm. 51–74.
174
Mengapa Kepedulian pada Anak-anak Merupakan...

“The Church and Today’s World” oleh Bob Moffitt, If Jesus
Were Mayor, hlm. 99–128.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan
1. Bagaimanakah gereja Anda bisa menolong anak-anak agar bertumbuh dalam hikmat?
Bertambah besar? Semakin disukai Allah? Semakin di­
sukai manusia? Ambillah waktu untuk menulis se­tidaktidaknya 5 cara untuk melakukan hal itu dalam tiap hal
yang disebutkan di atas.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Mengapa anak-anak menangis sekarang? Tulislah se­
tidak-tidaknya lima masalah jasmani, emosi, dan/atau
masalah rohani yang dihadapi anak-anak di negara
Anda—dan dalam komunitas Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Bisakah Anda mengingat sebuah perkataan singkat yang
membuat Anda merasa ciut atau kecil hati? Bisakah
Anda mengingat saat seseorang mengucapkan sebuah
perkataan yang membangun atau membesarkan hati
yang mengubah hidup Anda?
Ceritakanlah ini kepada orang lain.
175
Child, Church, and Mission
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Renungkanlah Maleakhi 4:6. Apakah “kutuk-kutuk” yang
telah menimpa anak-anak di negara Anda sekarang ini?
Apakah yang bisa Anda dan gereja Anda lakukan untuk
menyingkirkan kutuk itu?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Manakah dari lima perspektif dalam Alkitab yang me­
nurut Anda merupakan alasan yang paling kuat meng­
apa peduli pada anak-anak merupakan tanggung jawab
khusus Gereja? Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
176
D
Bagian Tiga
ANAK DALAM GEREJA
alam bagian ini, kita akan membahas perkembangan
rohani anak dalam Gereja, pelayanan Gereja terhadap
anak dan melindungi anak di dalam lingkungan gereja.
Pertama, kita akan mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan kematangan jiwa anak-anak untuk mengambil keputusan
iman, pertanyaan yang sudah lama ditanyakan mengenai usia
akuntabilitas, dan apakah ada jendela yang unik berupa ke­sang­
gupan untuk menerima di rentang usia 4-4 tahun. Kemudian, kita
akan membahas karakteristik gereja-gereja yang ramah anak.
Bagaimana kita bisa memperbaiki program, fasilitas, dan staf gereja
agar mereka menjadi lebih ramah terhadap anak-anak? Kami juga
akan memberikan contoh kesepakatan dalam sebuah perjanjian
yang bisa dipakai gereja-gereja di semua tingkatan di setiap negara
untuk mengidentifikasi dan membuat komitmen untuk kepentingan
anak-anak.
Akhirnya, meskipun ini merupakan sesuatu yang tragis
untuk disingkapkan, kita juga harus membahas masalah mengenai
per­lindungan anak dan gereja. Secara khusus, kita akan membahas
perlindungan anak dari diri kita sendiri—artinya dari pekerjapekerja atau sukarelawan kita sendiri yang berpartisipasi bersama
kita dalam program-program yang kita selenggarakan supaya
bisa memperoleh akses untuk melakukan eksplorasi. Kemudian
kami akan mengungkapkan komponen-komponen yang esensial
dari protokol perlindungan anak bagi gereja dan proyek-proyek
pengembangan anak yang kita selenggarakan.
7
Pertumbuhan Iman Anak-anak
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini
haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau
duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan
apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu
dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan
haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu
rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Ulangan 6:6–9
Child, Church, and Mission
S
ebagian besar pekerja yang bekerja dalam bidang pengembang­
an anak bisa menggambarkan proses pengembangan mental,
sosial, atau emosi yang kita harapkan ketika anak bertumbuh.
Meskipun demikian, pengembangan anak tidak akan bersifat
holistik kecuali itu juga mencakup pertumbuhan rohani. Ini
merupakan sesuatu yang penting dalam pembahasan mengenai
perkembangan anak secara holistik dan Kristiani yang hanya bisa
direspons oleh Gereja.
Bahkan dalam konteks Kristen yang utama, banyak per­
tanyaan teologis yang serius seputar anak yang memiliki kon­
sekuensi yang penting terhadap pandangan kita mengenai pe­
ngembangan anak secara holistik. Roy Zuck, dalam bukunya yang
hebat Precious in His Sight, menanyakan hal-hal ini di antara per­
tanyaan-pertanyaan pendalaman:






Berapakah usia akuntabilitas itu?
Apakah yang sebaiknya diajarkan kepada anak-anak
sebelum mereka bertobat?
Apakah bayi-bayi yang menyusui masuk surga ketika
mereka meninggal?
Apakah anak orang Kristen termasuk dalam hubungan
ikat janji dengan Allah?
Apakah pertobatan pada masa kanak-kanak itu adalah
pertobatan yang sejati?
Apakah anak-anak yang berasal dari rumah tangga
Kristen sebaiknya diberi tahu bahwa mereka perlu
mengalami pertobatan yang radikal, atau sebaiknya
dibiarkan bertambah besar sebagai orang Kristen tanpa
perlu mengalami pertobatan?
Sebagian besar pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab
da­­lam buku ini karena keterbatasan jumlah halaman. Meskipun
demikian, pertanyaan-pertanyaan itu mengisyaratkan kedalaman
pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan muncul dalam Alkitab
Roy Zuck, Precious in His Sight (Grand Rapids, MI: Baker, 1996), hlm. 21-22.
180
Pertumbuhan Iman Anak-anak
seputar anak-anak. Karena ini penting sekali bagi komponen
per­tumbuhan rohani dalam pengembangan anak-anak secara
holistik dan juga begitu penting bagi pembahasan “Anak dalam
Gereja”, kita harus mempertimbangkan pertumbuhan iman anakanak. Hal-hal yang dibahas dalam bab ini terutama berkaitan
dengan pertumbuhan iman anak-anak di dalam Gereja—yaitu,
anak-anak yang dibesarkan di dalam Gereja, yang sebagian besar
adalah anak-anak dari orangtua Kristen dan yang sebagian besar
dibesarkan dalam konteks dunia Barat (dan/atau orang Kristen
secara historis). Hal-hal seputar penginjilan dan pertobatan anakanak dalam konteks yang sebagian besar tidak Kristen—yaitu
penginjilan terhadap terhadap agama lain (atau Misi) merupakan
sesuatu yang sangat berbeda. Ini akan dibahas dalam bab sebelas
dalam buku ini.
Maksud Allah bagi Anak-anak dalam Gereja
Allah rindu anak dalam setiap generasi mengerti betapa ber­
harganya ia di hadapan Dia dan perlunya anak-anak itu memiliki
hubungan dengan Dia melalui Yesus Kristus. Dan Allah rindu GerejaNya menjadi saksi bagi anak-anak sehingga mereka mengenal dan
melaksanakan kehendak-Nya dalam kehidupan mereka. Kerangka
kerja penting dan alkitabiah yang dikembangkan oleh VIVA dan
yang lain dalam buku Understanding God’s Heart for Children
menjelaskannya seperti ini:
Anak-anak itu penting sekali bagi kehidupan dan pelayanan
gereja, membawa karunia karunia rohani dan kemampuan
serta memainkan peran yang jelas. Gereja perlu menjadi
tempat anak-anak secara dinamis berhubungan dengan Allah
dan terlibat dalam partisipasi yang berarti; dimuridkan,
diperlengkapi dan diberdayakan untuk menjalani hidup me­
reka dan melayani. Sebagai anggota keluarga Allah, anakanak harus dipelihara sebagai putra dan putri dan menjadi
McConnell, Douglas, et.al (Colorado Springs: Authentic Publishing, 2007), hlm.
225.
181
Child, Church, and Mission
bagian untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain.
Allah ingin agar gereja-gereja memberikan kesempatan untuk
mengenal Dia dan menggenapkan panggilan mereka dalam
tubuh Kristus.
Telah lama muncul perdebatan mengenai bagaimana dan
kapan anak-anak sebenarnya bisa datang kepada Kristus dan
apakah keputusan iman yang diambil pada masa kanak-kanak itu
bisa dipertanggungjawabkan dan merupakan keputusan iman
yang sejati. Hal menarik, dalam sebuah survei yang dilakukan
beberapa tahun yang lalu oleh orang-orang dari Southern Baptist,
banyak penganut aliran ini yang merasa bahwa “… praktis tidak
mungkin bagi bagi seorang anak di bawah usia 12 atau 13 tahun
untuk mencapai kematangan mental, emosi atau rohani yang
diperlukan untuk mengalami pertobatan yang sejati dari dosa
mereka dan tunduk kepada Kristus sebagai Juruselamat mereka.”
Namun, orang-orang yang sama ini juga mengindikasikan bahwa
“keputusan untuk menjadi orang Kristen diambil oleh anak-anak
mereka sebelum usia dua belas tahun.” Kelihatannya ada sedikit
perbedaan antara apa yang dianggap orang dewasa sebagai sesuatu
mungkin atau lazim dengan apa yang benar-benar terjadi!
Mungkin kita perlu mengajukan pertanyaan pen­dahuluan:
“Apakah anak-anak yang dibesarkan di dalam Gereja dan dalam
keluarga Kristen memang perlu bertobat?” Tidak semua orang
berpendapat bahwa itu perlu. Tidak ada ayat dalam Alkitab yang
mengajarkan bahwa bayi-bayi akan masuk neraka, tetapi pada
saat yang sama, anak-anak seperti orang dewasa adalah orang
berdosa yang membutuhkan Juruselamat. Jadi, kapan anak-anak
bisa dimintai pertanggungjawaban atau bertanggung jawab untuk
kondisi rohani mereka sendiri?
Istilah usia akuntabilitas menunjuk saat seseorang sudah
cukup matang untuk secara moral bertanggung jawab bagi tindak­
an yang mereka lakukan dan secara sadar memberikan respons
Clifford Ingle, editor. Children and Conversion (Nashville, TN: Broadman Press,
1970), hlm. 12.
Ibid.
182
Pertumbuhan Iman Anak-anak
kepada anugerah Allah. Istilah ini tidak ada dalam Alkitab. Istilah
ini diambil dari berbagai ayat Alkitab yang kelihatannya berbicara
mengenai kesadaran awal dalam diri anak-anak dan akuntabilitas
mereka di hadapan Allah. Dalam kenyataannya, tidak seorang
pun memperdebatkan usia akuntabilitas yang mengungkapkan
pendapat mereka berapa usia akuntabilitas yang sesungguh­nya.
Tidak ada jawaban yang pasti dalam Alkitab. Akhirnya, lebih
bijaksana untuk jauh lebih menekankan akuntabilitas daripada
umur. Menjadi kesalahan untuk menetapkan umur antara dalam
pertobatan. Demikian pula, menjadi kesalahan untuk mengabaikan
keterbatasan anak-anak yang masih kecil sekali untuk mengerti.
Dalam hal ini, tidak diragukan lagi kita bisa belajar dari
pendekatan yang dilakukan orang Yahudi pada zaman dahulu di
Israel. Seperti yang dijelaskan Roy Honeycutt, di sana, sang ayah
memiliki hubungan utama dengan Allah dan seluruh anggota
keluarga dimasukkan ke dalam perjanjian berdasarkan hubungan
ikat janji antara sang ayah dan Allah:
Bagi banyak orang di Israel, kodrat agama mereka yang
berpusat pada keluarga memiliki arti bahwa anak tidak
hanya lahir ke dalam iman keluarganya namun ia me­
nerima pertumbuhan rohaninya terutama juga dari ke­
luarga­nya, bukan lembaga… juga, agama sebagian besar
ber­pusatkan pada rumah tangga untuk perkembangan dan
pertumbuhannya.
Honeycutt melanjutkan,
Anak tidak akan pernah menghadapi kemungkinan untuk
merasa frustrasi karena … (menemukan) ... setelah ia men­­
capai usia yang secara kronologis bisa diterima ia di­per­
Ibid., hlm. 62.
Honeycutt, Roy L.Jr., “The Child within the Old Testament Community,” dalam
buku Children and Conversion. editor: Clifford Ingle (Nashville, TN: Broadman
Press, 1970), hlm. 33.
Ibid., hlm. 35.
183
Child, Church, and Mission
lakukan sebagai orang yang berada di luar iman yang ada
dalam perjanjian antara ayahnya dan Allah … Ia tidak akan
pernah merasa bahwa sekarang ia harus melakukan sesuatu
untuk mendapatkan kembalikasih dan sukacita yang pernah
dirasakannya … Pada dasarnya, pandangan terhadap teologi
perjanjian dalam Perjanjian Lama akan menganggap serius
pandangan bahwa seorang anak yang pernah berada dalam
anugerah Allah yang menyelamatkan tidak akan pernah
ditelantarkan.
Dalam Perjanjian Lama, anak-anak dan kaum muda tidak
perlu bertobat. Dengan menjadi anggota keluarga orang Yahudi,
semua anak dan kaum muda telah menjadi bagian dari komunitas
iman.
Seperti yang dijelaskan oleh Honeycutt,
Satu-satunya keputusan yang pernah dihadapi orang Israel
adalah apakah ia akan tetap menjadi bagian dari perjanjian itu
atau tidak, bukan apakah ia akan masuk ke dalam perjanjian
itu atau menjadi bagian dari komunitas yang beribadah ke­
pada Allah. Ia dan komunitas yang bersama dia, telah menjadi
bagi­an dari perjanjian iman itu. Allah telah menjanjikan ini
bagi orang-orang dari segala usia. Satu-satunya keputusan
yang harus diambil seseorang adalah apakah ia akan tetap
menjadi bagian dari komunitas iman.
William Hendricks lebih lanjut menjelaskan,
Banyak dari kekhawatiran teologis kita mengenai anak-anak
yang masih kecil sekali merupakan proyeksi keprihatin­an
kita sendiri terhadap mereka. Tidak ada alasan alkitabiah
untuk tidak percaya bahwa belas kasihan dan rahmat Allah
juga berlaku bagi anak-anak sampai mereka bisa membuat
keputusan yang berarti dan dalam tingkat yang dalam bagi
Ibid., hlm. 25.
William Hendricks, “The Age of Accountability,” dalam buku Children and
Conversion, editor: Clifford Ingle (Nashville, TN: Broadman Press, 1970), hlm. 94.
184
Pertumbuhan Iman Anak-anak
diri mereka sendiri. Bahkan, perjanjian anugerah antara
Allah dan umat manusia yang diekspresikan dalam Kristus
memberikan alasan yang sangat kuat bahwa anak-anak yang
masih kecil dipelihara oleh Allah dalam perhatian-Nya yang
penuh dengan belas kasihan.
Sesungguhnya, belas kasihan Allah kepada anak-anak se­
harusnya mendorong kita untuk lebih mengerti bagaimana iman
ditumbuhkan dan dipedulikan dalam diri anak-anak yang bisa kita
jangkau.
Pertumbuhan Iman Anak-anak
Kami telah mengatakan bahwa sebagian besar anak yang di­
besarkan di dalam lingkungan Kristen membuat keputusan iman
yang signifikan di antara umur 4-14 tahun. Bertentangan dengan
apa yang ada dipikirkan beberapa orang dewasa, anak-anak
bisa menangkap kebenaran rohani dengan mudah. Mereka bisa
“merasakan perasaan bersalah yang ditimbulkan oleh dosa”10 dan
mengerti apa yang telah Yesus lakukan bagi mereka dan apa yang
harus mereka lakukan untuk menerima Yesus. Yesus sendiri pernah
menyinggung kesadaran dan kepekaan khusus yang dimiliki anakanak yang masih kecil.11 Dan tentu saja, Yesus sendiri merupakan
sebuah contoh dari seorang anak yang masih sangat kecil yang
memiliki wawasan rohani yang istimewa!
Kita juga telah melihat bahwa kelihatannya Allah sangat
menghargai kemampuan anak-anak untuk memahami iman. Kita
melihat anak-anak berpartisipasi dalam ibadah dan perayaan di
beberapa tempat dalam Perjanjian Lama. Instruksi dalam Alkitab
yang sering kali disampaikan kepada para orangtua agar me­
numbuhkan iman anak-anak mereka akan tidak masuk akal kecuali
anak-anak memiliki kemampuan untuk memahami dan menaati
perintah tersebut.
10
11
Zuck, Precious in His Sight, hlm. 18.
Matius 11:25
185
Child, Church, and Mission
Dalam bukunya yang bagus yang mengaitkan anak-anak
dengan misi, Daddy, Are We There Yet?, Sylvia Foth menonjolkan
pandangan yang mengungkapkan perkembangan psikologis dari
kemampuan anak-anak untuk memahami iman. Ia mengingatkan
kita,12
Para peneliti otak memberi tahu kita bahwa otak, bahkan
otak bayi yang baru saja lahir, ditetapkan untuk memercayai
respons terhadap hubungan. Kita melihat hal ini di tahap awal
ketika anak-anak mengembangkan suatu hubungan yang
di­landasi kepercayaan pada ibu mereka, kemudian dengan
anggota keluarga lainnya. Mungkin Daud mengerti hal ini
ketika ia menulis, “Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari;
Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku. Kepada­
mu aku diserahkan sejak lahir, sejak dalam kandungan ibuku
Engkaulah Allahku” (Mzm. 22:10–11).
Kemampuan untuk percaya ini membentuk kapasitas dasar
dalam diri anak-anak untuk akhirnya percaya pada Allah. Anakanak memiliki kapasitas untuk memberikan respons awal.
Foth mencatat bahwa hati nurani seorang anak berkem­
bang antara umur 3 sampai 6 tahun. Kemampuan mereka untuk
memahami konsep-konsep yang abstrak (seperti Allah, surga,
kekekalan, dosa, dan pengampunan) bertumbuh ketika umur
me­reka bertambah dari usia pra sekolah (semacam playgroup di
Indonesia—Red.) ke usia sekolah dasar. Lebih lanjut, kemampu­
an mereka untuk melakukan sintesis informasi, mengumpulkan
ba­nyak ide kompleks untuk menciptakan sebuah kesimpulan,
ber­kembang belakangan ketika mereka sudah sekolah.13 Tiap ke­
mampuan yang makin matang ini menunjukkan bahwa anak-anak
bisa dan mampu “memahami” hal-hal yang berkaitan dengan iman.
Foth berkata,14
Sylvia Foth, Daddy, Are We There Yet ? (Mukilteo, WA: Kidzana Ministries, 2009),
hlm. 158.
13
Ibid.
14
Ibid., hlm. 159.
12
186
Pertumbuhan Iman Anak-anak
Tentu saja, anak-anak bisa merespons Injil tanpa sepenuhnya
mengerti setiap rincian dari keputusan yang mereka ambil.
Lagi pula, banyak orang dewasa juga telah melakukan hal
ini. Siapa di antara kita yang tidak dalam taraf masih belajar
untuk lebih memahami karunia anugerah dan keselamatan
yang telah dibeli bagi kita melalui karya Kristus di kayu
salib?
Dengan hampir dua per tiga anak-anak di seluruh dunia
yang masih menunggu untuk mengenal Yesus, sekarang bukanlah
saatnya untuk berhenti memberitakan kabar baik. Namun, kita
harus terus-menerus memeriksa bagaimana kita melakukannya,
Sylvia Foth menasihatkan,15
Pertama-tama, belajarlah dari anak. Sadarilah Yesus me­
nunjuk pada seorang anak untuk memberikan contoh terbaik dari
orang yang menjadi warga Kerajaan Surga. Setiap anak, bahkan
yang belum percaya Yesus, bisa mengajarkan kepada orang dewasa
yang sedang mempelajari prioritas kerajaan Yesus. Apa yang Anda
pelajari dari seorang anak tentang kerajaan Kristus? Apa yang
Anda pelajari tentang diri Anda sendiri? Bagaimanakah Anda bisa
merasa yakin bahwa Anda harus bertumbuh dan berubah untuk
makin menyerupai anak-anak?
Perlakukanlah anak sebagai manusia. Anak-anak dan
orang muda membutuhkan waktu untuk bercakap-cakap, saling
berbagi, mengalami proses, bertanya, menyatakan keheranan me­
reka, bahkan untuk mengambil keputusan belakangan. Maaf­kanlah
perkataan saya berikut ini, kadang anak-anak diperlakukan nyaris
seperti hewan ternak yang dikumpulkan untuk bersama-sama
menaikkan doa keselamatan atau mereka diperlakukan seperti
mesin. Minta kepada mereka agar menjawab sebuah pertanyaan
latihan, mengulangi sebuah doa, kemudian selesai. Atau mereka
diperlakukan dengan sebuah pemikiran yang magis: Memberi­
kan sebuah traktat Alkitab kepada seorang anak yang belum bisa
15
Ibid., hlm. 160–161.
187
Child, Church, and Mission
membaca, kemudian menyuruh anak itu pulang dan berharap anak
itu dalam semalam secara ajaib menjadi murid Kristus.
Sadarilah perjalanan rohani yang harus mereka tem­
puh. Beberapa dari kita ingat titik pertama pada suatu saat dalam
hidup kita ketika kita memutuskan untuk mengikut Yesus. Namun,
beberapa dari kita tidak ingat saat-saat seperti ini. Anak-anak perlu
dikuatkan dan diberi semangat ketika mereka mengambil langkah
penting dengan menjadikan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan
mereka sendiri.
Libatkanlah keluarga. Allah menempatkan anak-anak da­
lam keluarga mereka dengan sebuah alasan. Kita harus menghar­gai
keluarga yang telah Allah berikan kepada mereka.
Mungkin ayat dalam Alkitab yang paling mengungkapkan usia akun­
tabilitas adalah Ulangan 1:39–40, “Dan anak-anakmu yang kecil, yang
kamu katakan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang seka­
rang ini yang belum mengetahui tentang yang baik dan yang jahat,
merekalah yang akan masuk ke sana….” Ini tidak berarti anak-anak tidak
berdosa, tetapi tingkat akuntabilitas mereka langsung berkaitan dengan
kesadaran moral mereka.
Usia Akuntabilitas
Apakah usia akuntabilitas itu ada? Istilah ini menunjuk saat in­
dividu-individu menjadi cukup matang untuk bertanggung jawab
secara moral dan sadar merespons anugerah Allah. Istilah ini tidak
ada dalam Alkitab tetapi bisa disimpulkan dari berbagai ayat dalam
Alkitab.
Lihatlah ayat-ayat berikut ini. Apakah yang dikatakan ayatayat ini dan apa yang bisa Anda simpulkan mengenai usia akun­
tabilitas ayat-ayat ini?
188
Pertumbuhan Iman Anak-anak
1 Korintus 13:9–11 (Petunjuk: Apakah analogi yang dipakai
Paulus menunjukkan bahwa usia kanak-kanak dan usia orang
dewasa merupakan kategori yang berbeda dengan kapasitas
yang berbeda?)
Yohanes 9:20–21: “Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah
dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.”
Ulangan 1:39: “Dan anak-anakmu yang kecil, yang kamu
katakan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang
sekarang ini yang belum mengetahui tentang yang baik dan
yang jahat, merekalah yang akan masuk ke sana.”
Yeremia 1:6–7: Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan ALLAH!
Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini
masih muda.” Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: “Jangan­
lah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun
engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Ku­
perintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
Apa pun pengertian kita tentang usia akuntabilitas, perlunya
pengalaman pertobatan yang dramatis dalam diri anak-anak yang
dibesarkan dalam keluarga Kristen dan gereja, atau kapasitas
tertentu yang dimiliki anak dari berbagai usia, kita benar-benar
harus membahas pertumbuhan iman anak-anak. Tentu saja, para
orangtua dan Gereja harus secara aktif terlibat dalam pertumbuhan
iman anak-anak sejak mereka masih kecil. Seperti kita mengetahui
bahwa perkembangan jasmani, sosial, emosi, dan aspek-aspek lain­
nya dalam diri seorang anak terjadi seiring berjalannya waktu, kita
harus mengerti iman juga bertumbuh seiring berjalannya waktu.
Spesifikasi umur, materi-materi yang penuh dengan wawasan dan
instruksi itu penting sekali untuk mempromosikan pertumbuhan
yang sehat. Tidak ada peran yang lebih penting bagi gereja selain
membuat program pelatihan agama yang teliti, konsisten, dan
sistematis untuk anak-anak dan kaum muda.
Semua anak mendemonstrasikan iman beberapa bulan
se­telah mereka lahir. Bayi yang menyusui di gendongan ibunya
me­nunjukkan iman bukan dengan memercayai (believe) atau
189
Child, Church, and Mission
melakukan sesuatu, melainkan dengan percaya (trusting).
Kita mencatat dalam bab satu pendapat Dr. Vinay Samuel yang
membangkitkan minat bahwa anak-anak memiliki kodrat yang
transenden yang merupakan bawa­an sejak mereka lahir—suatu
kepekaan terhadap Allah, terhadap “misteri” dan jamahan Allah
dalam hidup mereka. Setelah membaca tulisan Katherine Copsey,
kami berpendapat transendensi dalam diri anak-anak bercirikan
keterbukaan terhadap alam dan yang lain, suatu perasaan kagum
dan heran, kemampuan untuk berfokus pada hidup yang dijalani
sekarang ini, dan suatu pandangan yang tidak rumit terhadap
hidup ini termasuk rasa percaya dan secara sederhana menerima
perkara-perkara dari Allah.
Kita juga mencatat bahwa, meskipun hal-hal itu terdengar
indah, hal-hal itu dengan mudah bisa dipadamkan oleh realitas
yang kejam dari masyarakat sekuler. Keterbukaan dan kepekaan
anak terhadap misteri bisa dan biasanya, lenyap pada awal usia
mereka, dan bersamaan dengan itu juga kesadaran serta kepekaan
rohani mereka. Akibatnya, kata Katherine Copsey, “gambar Allah
dalam diri anak-anak tergores atau rusak.”16 Ia melanjutkan,17
Kita ingin menggunakan spiritualitas seorang anak sebagai
batu loncatan kepada iman, namun tingkat kerusakan yang
telah terjadi pada kerohanian seorang anak (gambar Allah
rusak) akan mempengaruhi kemampuan seorang anak
untuk bergerak ke iman. Sulit sekali bagi seorang anak untuk
mengerti apa artinya percaya pada Yesus, bila ia telah ke­
hilangan kemampuan untuk percaya. Akan sulit sekali untuk
mengagumi ciptaan Allah bila tidak ada dalam lingkungan
anak itu yang bisa menumbuhkan perasaan kagum dan he­
ran.
Jadi, betapa pentingnya bagi kita untuk memikirkan per­
tumbuhan iman anak-anak ketika mereka masih kecil sekali! Per­
hatian yang diberikan kepada pertumbuhan iman harus seirama
16
17
Copsey, hlm. 9.
Ibid., hlm. 9, 10.
190
Pertumbuhan Iman Anak-anak
dengan perhatian yang diberikan kepada semua aspek pertumbuhan
lainnya yang dimulai segera setelah anak lahir. Bagaimana kita
memastikan iman anak-anak bertumbuh bersama pertumbuhan
jasmani, sosial dan emosi mereka?
Seperti yang telah kita lihat dari contoh-contoh dalam
Alkitab, Allah kadang-kadang mengaruniakan iman yang ber­
tumbuh secara luar biasa kepada beberapa anak. Namun, yang
lebih sering terjadi adalah, pertumbuhan iman itu kurang lebih
sepadan dengan pertumbuhan jasmani atau jiwani. Dengan meng­
hubungkan pertumbuhan iman dengan pertumbuhan aspek-aspek
lain dalam kehidupan manusia, kita yang terlibat dalam mengajar
dan memimpin orang lain dalam iman bisa dengan lebih baik
mengantisipasi bagaimana menjangkau mereka dengan lebih efek­
tif.
Steve Wamberg18 mengungkapkan ketika Alkitab memakai
sebuah ilustrasi untuk menggambarkan iman, Alkitab sering kali
memakai ilustrasi itu yang menggambarkan atau mereferensikan
proses pertumbuhan. Sebagai contoh, Mazmur 1 menggambarkan
orang yang setia seperti sebuah pohon yang bertumbuh dan ber­
buah lebat. Mazmur 92:12–15 menggambarkan orang benar seperti
orang yang imannya bertumbuh dan berkembang dengan pesat
bahkan pada usia lanjut. Dalam Markus 4:26, Yesus menggambar­
kan orang yang setia dalam sebuah perumpamaan seperti benih
yang ditabur di atas tanah yang baik yang menghasilkan tanaman
yang baik. Dalam 2 Tesalonika, Paulus berkata kepada jemaat di
Tesalonika bahwa ia bersyukur kepada Allah karena iman me­
reka bertum­buh. Petrus memberi tahu gereja mula-mula bah­wa
pertumbuhan iman membutuhkan proses persis seperti per­
tumbuhan seorang anak: dimulai dengan susu, kemudian makan
makanan yang lebih padat.19
Steve Wamberg, Youth and Faith Development (Dipersiapkan sebagai Modul
Pelatihan Pendidikan yang Berkesinambungan bagi Compassion International,
Januari 2004), hlm. 4. Saya berutang budi pada Bp. Wamberg untuk sebagian
besar pembahasan tentang pertumbuhan iman anak-anak.
19
Lihat 1 Petrus 2:2
18
191
Child, Church, and Mission
Jadi, pemeliharaan rohani seperti apa yang menghasilkan
iman yang sehat dan bertumbuh?
Bagaimana Iman Bertumbuh ?
John Westerhoff dari Universitas Duke memakai ilustrasi se­buah
pohon untuk menggambarkan bagaimana iman bertumbuh. Ia me­
makai empat prinsip dari pertumbuhan pohon untuk diterapkan
pada pertumbuhan iman.20
Pertama, sebuah pohon dengan satu lingkaran dedaunan
adalah benar-benar pohon seperti pohon dengan empat
ling­karan dedaunan. Pohon dalam tahun pertama adalah
sebuah pohon yang lengkap dan utuh, dan pohon dengan
tiga lingkaran dedaunan bukanlah pohon yang lebih baik
melainkan hanya pohon yang lebih rimbun. Perkembangan
iman seorang anak (atau iman orang yang baru saja menjadi
Kristen) seluruhnya seirama dengan pertumbuhan anak itu
secara total. Di hadapan Allah, iman orang yang sudah ma­
tang sama berharganya dengan sebuah sumber daya. Tujuan
orang yang mengajarkan iman adalah membantu tiap orang
mencapai potensi imannya di setiap titik.
Kedua, sebuah pohon bertumbuh bila berada dalam
lingkungan yang tepat, dan bila lingkungan semacam ini
ti­dak ada, pohon itu terhambat pertumbuhannya sam­pai
muncul­nya lingkungan yang tepat … Demikian pula, kita
mengalami pertumbuhan dari satu tingkat (tahap) iman
ke tahap iman berikutnya hanya bila ada lingkungan, peng­
alaman dan interaksi yang tepat …” Westerhoff me­nekankan
perlunya hubungan yang sehat dengan orang Kristen lainnya
dan lingkungan yang sehat sebagai sebuah komponen yang
krusial bagi pertumbuhan iman.
20
John Westerhoff, Will Our Children Have Faith?, edisi revisi (Harrisburg, PA:
Morehouse Publishing, 2000), hlm. 88–89.
192
Pertumbuhan Iman Anak-anak
Ketiga, sebuah pohon membutuhkan lingkaran de­
daunan satu per satu secara perlahan-lahan dan berangsurangsur. Kita tidak melihat perluasan, meskipun kita melihat
hasilnya, dan tentu kita sadar bahwa kita tidak bisa meng­
hindari lingkaran daun itu … Hal yang sama juga berlaku
bagi iman.” Pertumbuhan iman tidak bisa dipaksa agar ter­
jadi dengan cepat. Ini bukan sesuatu yang bisa Anda lihat
terjadi dalam diri seseorang dalam sekejap. Namun, seiring
berjalannya waktu, Anda bisa melihat bagaimana proses itu
telah menghasilkan pertumbuhan dalam diri seseorang.
Keempat, seperti pertumbuhan sebuah pohon, per­
tumbuhan itu tidak melenyapkan satu lingkaran melainkan
menambahkan lingkaran itu ke lingkaran-lingkaran yang
sudah ada, selalu menjaga lingkaran yang sudah ada ke­tika
lingkaran itu bertambah banyak. Hal yang sama juga berlaku
bagi iman … Kita tidak makin bertumbuh dalam tingkat (ta­
hap) iman dan kebutuhannya, tetapi mem­perluasnya dengan
menambahkan elemen-elemen yang baru dan kebutuhankebutuhan yang baru. Sesungguhnya, bila kebutuhan pada
tingkat iman yang sebelumnya tidak terpenuhi, orang cen­
derung kembali ke tingkat iman sebelumnya.
Dalam analisis John Westerhoff selanjutnya tentang per­
tumbuhan iman anak-anak,21 ia berkata bahwa masa awal hidup­
nya, anak-anak cenderung “menangkap” iman—mereka me­ngerti
dan bukan memahami. Mereka merasakan suatu lingkungan yang
positif; mereka mendengarkan hal-hal yang positif tentang Yesus
ketika mereka disambut baik dan ditumbuhkan rohaninya di se­
buah tempat yang disebut gereja oleh orang-orang dewa­sa. Peluk­
an dan afirmasi yang mereka peroleh dari orang-orang dewasa,
setidak-tidaknya sebagian, mereka anggap berasal dari Allah yang
disembah orang-orang yang sudah dewasa itu.
Tidak adanya pelukan dan afirmasi itu berarti anak-anak
sama sekali tidak akan mengalami pertumbuhan iman. Oleh karena
21
Ibid. Saya berutang budi pada Steve Wamberg untuk ringkasan ini pula.
193
Child, Church, and Mission
itu, tidak heran Westerhoff menganjurkan agar gereja-gereja (dan
para orangtua) menyediakan suatu lingkungan yang positif, proaktif
dan mendukung pada anak-anak dalam usia yang paling muda. Bila
tujuan gereja adalah menumbuhkan iman, anak-anak tidak boleh
dikurung dalam lingkungan yang steril dan pasif. Mereka harus
dilibatkan dalam perkembangan melalui interaksi.
Dampak dari interaksi yang positif dengan orang-orang yang
beriman dalam kehidupan seorang anak tidak boleh diremeh­kan.
Sekarang ini, Juan Ramos adalah seniman yang sukses di Republik
Dominika. Bertahun-tahun yang lalu, ia adalah seorang anak
yang menerima sponsor di sebuah Pusat Pengembangan Anak
milik Compassion. Juan menjelaskan bahwa di pusat itu terdapat
atmosfer yang penuh dengan kepedulian dan membangun yang
membantu dia untuk memahami kasih Allah sebagai seorang
siswa Sekolah Dasar. Seiring waktu, Juan mulai menghargai para
sponsor yang memberikan dukungan bulanan kepada dia. Ia
berkata, “Mereka tidak pernah menyebutkan dukungan keuangan
yang mereka berikan kepada saya. Mereka selalu mengucapkan
kata-kata yang penuh kasih dan membesarkan hati. Mereka tidak
pernah membuat saya merasa bahwa saya adalah sebuah beban,
melainkan saya itu seperti anak mereka, seorang anak laki-laki.”
Sikap yang membangun seperti ini, meskipun disampaikan dari
kejauhan, dengan penuh kuasa bisa membantu pertumbuhan iman
dalam diri seseorang.
Pertumbuhan iman adalah sebuah proses. Pengalaman
iman pertama yang dialami seorang anak yang masih sangat kecil
lebih bersifat dialami daripada dimengerti. Iman ini bertumbuh
melalui afirmasi, lingkungan yang peduli, teladan, dan contoh iman
yang ditunjukkan orang dewasa. Anak-anak percaya bahwa Allah
mengasihi mereka dan mereka itu berharga. Tahap kedua dalam
pertumbuhan iman terjadi ketika anak-anak dan orang muda
mulai mengidentifikasikan diri mereka dengan iman orangtua atau
teman-teman sebaya mereka. Faktor yang sangat penting dalam
tahap ini adalah ketika seorang anak merasa bahwa ia diinginkan,
194
Pertumbuhan Iman Anak-anak
dibutuhkan, diterima dan dianggap penting di dalam gereja dan
komunitas iman.22
Ketika anak-anak bertumbuh makin dewasa, iman biasanya
ditandai oleh bertanya, keragu-raguan, mencari dan melakukan
eksperimen. “Menyelidiki iman akan mendorong kami mencari
alternatif-alternatif bagi pengertian awal dan hal-hal yang telah
kami lakukan karena orang-orang perlu menguji tradisi mereka
sendiri dengan memelajari kehidupan orang lain. Baru dengan cara
itulah mereka bisa memperoleh keyakinan mereka sendiri.”23
Orang muda pada tahap ini perlu diizinkan untuk menyeli­
diki. Saat yang sama, mereka perlu “didorong agar tetap berada
di dalam komunitas iman ketika mereka sedang mengalami per­
gumulan intelek mereka, ketika mereka sedang melakukan eks­pe­­ri­
men dan melakukan upaya pertama untuk membuat komitmen.”24
Tahap terakhir pertumbuhan iman adalah “iman yang di­
miliki” Westerhoff berkata,25
Karena sebelumnya telah bergumul secara serius dengan
keragu-raguan, memiliki iman sering kali berarti mengalami
iluminasi atau pencerahan yang dahsyat, tetapi dalam setiap
kasus itu bisa disaksikan dalam tindakan dan kebutuhan kita.
Nah, orang-orang paling ingin mempraktikkan iman mereka
melalui tindakan-tindakan yang dilakukan mereka sendiri
dan dalam bidang sosial dan mereka bersedia dan sanggup
memertahankan apa yang mereka percayai, bahkan ketika
melawan komunitas yang memelihara mereka.
Steve Wamberg mencacat bahwa Rasul Paulus merupakan
contoh utama “iman yang dimiliki”. Setelah memiliki iman kepada
Kristus, ia rindu sekali mempraktikkan imannya. Berulang kali ia
memakai kesempatan yang ada untuk membela kepercayaannya
Ibid, hlm. 92.
Ibid, hlm. 94,
24
Ibid, hlm. 95.
25
Ibid.
22
23
195
Child, Church, and Mission
kepada Kristus, bahkan menentang komunitas iman Yahudi yang
telah memelihara iman Yahudinya.26
Para orangtua dan guru-guru bisa memberikan dorongan
dan menumbuhkan iman yang telah dimiliki seseorang dengan:27





Mengaitkan ayat-ayat Alkitab dengan kehidupan setiap
hari.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membutuh­
kan jawab spontan dan membutuhkan pemikiran yang
matang.
Membahas topik-topik yang relevan dan berkaitan
dengan keadaan sekarang ini serta memiliki cakupan
yang luas.
Menantang mereka yang sudah memiliki iman untuk
mengekspresikan iman mereka dengan cara-cara yang
praktis.
Mendorong dilakukannya tindakan alkitabiah untuk
merespons kebutuhan sosial yang ada.
Sekali lagi, pertumbuhan iman adalah sebuah proses. Makin
kita bisa mengerti proses pertumbuhan iman anak-anak, kita
akan makin bisa membantu anak-anak untuk mengoptimalkan
pengalaman dan pengertian mereka tentang Allah sementara me­
reka bertumbuh.
Adakah Jendela Keterbukaan 4/14?
Kami mengakui bahwa iman biasanya bertumbuh seperti se­
buah pohon dan memiliki banyak tahapan, bertumbuh seiring
ke­matangan jasmani dan psikologis seorang anak. Yang menarik,
bukti menunjukkan bahwa bila seorang anak rindu meng­ambil
keputusan yang signifikan, jangka panjang untuk mengikut Kristus,
26
27
Wamberg, hlm. 14.
Ibid., hlm. 15.
196
Pertumbuhan Iman Anak-anak
keputusan itu sering kali diambil sebelum umur 15 tahun. De­
ngan kata lain, ada Jendela Keterbukaan 4/14 untuk mengambil
keputusan yang teguh untuk mengikut Kristus. Bila seseorang be­
lum mengambil keputusan semacam ini sebelum umur 15 tahun,
kecil kemungkinannya ia akan mengalami “pertobatan” yang meng­
ubah hidup pada masa mendatang.
Baru-baru ini, konfirmasi bahwa hal ini benar (setidaktidaknya di Amerika Serikat) datang dari penelitian gereja terkenal
bernama George Barna. Dalam bukunya Transforming Children into
Spiritual Champions,28 Barna mempresentasikan hasil penelitian­
nya yang telah dilakukan secara luas berkaitan dengan keputusankeputusan iman yang diambil di Amerika Serikat. Ia melaporkan 93
persen dari remaja berusia 13 tahun di Amerika Serikat menganggap
diri mereka sebagai orang Kristen, meskipun hanya 34 persen dari
mereka yang benar-benar memahami arti menjadi orang Kristen.29
Meskipun demikian, bila orang-orang ingin menjadi orang Kristen,
hal yang paling sering adalah mereka mengambil keputusan se­
belum umur 13 tahun, bukan setelah itu. Barna berkata bahwa,30
…probalititas bagi seseorang untuk menerima Yesus sebagai
Juruselamatnya adalah sebesar 32 persen bagi mereka yang
berusia antara 5 sampai 12 tahun, 4 persen bagi mereka yang
berusia antara 13–18 tahun dan 6 persen bagi orang-orang
berusia 19 tahun atau lebih tua. Dengan kata lain, bila orangorang tidak menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat
mereka sebelum mereka menginjak usia remaja, kecil ke­
mungkinannya mereka akan melakukan hal itu kemudian.
Ketika ia melaporkan statistik yang mengejutkan ini, Barna
menganjurkan,31
George Barna, Transforming Children into Spiriutal Champions (Ventura, CA: Regal.
2003).
29
Ibid, hlm. 33.
30
Ibid, hlm. 34.
31
Ibid., hlm. 41.
28
197
Child, Church, and Mission
Pertimbangkanlah fakta ini. Orang-orang besar kemung­
kinannya menerima Kristus sebagai Juruselamat ketika me­
reka masih muda. Penyerapan informasi dan prinsip-prinsip
dalam Alkitab biasanya mencapai puncaknya dalam usia pra
remaja … Kebiasaan-kebiasaan untuk mempraktikkan iman
berkembang ketika usia seseorang masih muda dan yang
mengejutkan berubah seiring berjalannya waktu.
Penemuan ini telah dikonfirmasikan lewat survei demi
survei yang dilakukan; di banyak negara dan kebudayaan, dalam
setiap kasus, 50 persen atau lebih (kadang jauh di atas persentase
itu) mengambil keputusan untuk mengikut Kristus sebelum umur
14 tahun. Jelas bila anak-anak rindu untuk mengambil keputusan
yang berjangka panjang dan mengubah hidup untuk mengikut
Kristus, keputusan itu paling mungkin diambil sebelum umur 15
tahun. Atau dengan kata lain, terdapat Jendela Keterbukaan 4/14
bagi anak-anak dan orang muda untuk mengambil keputusan yang
teguh untuk mengikut Kristus.32
Jelas diperlukan pelayanan strategis terhadap anak-anak. Kita
harus mengadaptasi ide-ide kita tentang anak-anak dan kapasitas
rohani mereka untuk mengimbangi pertumbuhan dan potensi
mereka. “Implikasi dari penemuan ini jelas,” kata Barna. “Siapa pun
yang ingin memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembang­
an moral dan fondasi rohani seseorang lebih baik menerapkan
pengaruh ini ketika orang itu masih terbuka pikirannya dan masih
mudah terpengaruh—dengan kata lain, ketika orang itu masih
muda sekali.”33
Apakah yang harus kita ajarkan ke anak-anak yang Allah taruh
di bawah pengasuhan kita? Saya sering kali mengusulkan tulisan
Dan Brewster, “The 4/14 Window: Child Ministries and Mission Strategies” dalam
buku Children in Crisis: A New Commitment, Editor: Phyllis Kilbourn (Monrovia,
CA: MARC, 1996). Bagian tentang “Jendela Keterbukaan 4/14” ini diambil dari
karangan yang dipresentasikan dalam Kongres Penginjilan Sedunia Lausanne di
Pattaya, Thailand pada Oktober 2004 oleh Daniel Brewster dan Patrick McDonald
berjudul “Children: The Great Omission?” (Oxford: Viva Network, 2004).
33
Ibid., hlm. 47.
32
198
Pertumbuhan Iman Anak-anak
Dr. James Dobson Checklist for Spiritual Training,34 serangkaian
target untuk dijadikan sasaran. Lima konsep alkitabiah ini harus
secara sadar diajarkan, menyediakan fondasi yang menjadi dasar
bagi semua doktrin dan iman pada masa mendatang. Dr. Dobson
mengakui bahwa banyak hal yang didaftar menuntut kematangan
yang tidak dimiliki anak-anak dan kita tidak boleh mencoba
menuntut anak-anak kita yang masih kecil hidup seperti orang
Kristen yang sudah matang. Meskipun demikian, kami setuju de­
ngan pandangannya bahwa dengan lembut kita bisa mendorong
anak-anak untuk mencapai sasaran ini ketika mereka masih mu­dah
dan terpengaruh pada masa kanak-kanak mereka.
Konsep 1 adalah kebenaran yang besar, “Kasihilah Tuhan
Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap kekuatanmu” (Mrk. 12:30). Anak-anak
perlu belajar mengenal Allah melalui teladan hidup Anda, Alkitab,
dan doa—untuk memulai pengenalan ini. Hanya dengan mengenal
Allah mereka akan belajar mengasihi Dia dengan sepenuhnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
34
Apakah anak Anda belajar mengenal Allah melalui kasih,
kelembutan dan belas kasihan Anda?
Apakah anak Anda belajar berbicara tentang Tuhan dan
melibatkan Dia dalam rencananya?
Apakah ia belajar berpaling kepada Yesus untuk minta
tolong ketika merasa takut, khawatir, atau kesepian?
Apakah ia belajar membaca Alkitab?
Apakah ia belajar berdoa?
Apakah ia belajar arti iman dan percaya?
Apakah ia belajar bahwa sukacita merupakan gaya hidup
orang Kristen?
Apakah ia belajar keindahan kelahiran dan kematian
Yesus?
James Dobson, Dr. Dobson Answers Your Questions (Carol Stream, IL: Tyndale,
1992), sedikit diperpendek.
199
Child, Church, and Mission
Konsep 2, Yesus berkata, seperti konsep pertama, “Kasihilah
sesamamu seperti dirimu sendiri” (Mrk. 12:31). Tantangan
yang kita hadapi adalah mengajar anak-anak untuk memahami dan
ber­empati terhadap orang lain, bahkan di tengah dunia yang egois.
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah anak Anda belajar mengerti dan berem­pa­ti ter­
hadap perasaan orang lain?
Apakah ia belajar untuk tidak egois dan hanya me­
nuntut?
Apakah ia belajar berbagi?
Apakah ia belajar tidak menggosipkan atau meng­kritik
orang lain?
Apakah ia belajar menerima dirinya sendiri?
Mengajarkan kepada anak pentingnya menaati Allah dalam hal-hal
praktis dan relasi merupakan inti Konsep 3, “Ajarilah aku untuk
melakukan kehendak-Mu, karena Engkaulah Allahku” (Mzm.
143:10).
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah ia belajar untuk menaati orangtuanya sebagai
persiapan untuk menaati Allah pada kemudian hari?
Apakah ia belajar bertingkah laku yang benar di gereja—
rumah Tuhan?
Apakah ia belajar menunjukkan penghargaan yang sehat
terhadap kasih dan keadilan?
Apakah ia belajar bahwa ada banyak bentuk otoritas di
mana ia harus tunduk?
Apakah ia belajar arti dosa dan konsekuensinya yang tak
terelakkan?
Membantu anak-anak untuk menghormati Allah—dan men­de­
ngarkan suara Roh Kudus—merupakan ide kunci dalam Konsep
4: “Takutlah akan Allah … karena ini adalah kewajiban setiap
orang” (Pkh. 12:13).
200
Pertumbuhan Iman Anak-anak
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah ia belajar mengatakan yang sebenarnya dan
bersikap jujur?
Apakah ia belajar menjaga kekudusan Sabat?
Apakah ia belajar bahwa materialisme itu relatif tidak
penting?
Apakah ia belajar tentang arti sebuah keluarga?
Apakah ia belajar mengikuti tuntunan hati nu­raninya
sendiri?
Mendidik anak-anak untuk bersikap murah hati, bertanggung
jawab dan memiliki penyangkalan diri yang sehat merupakan
elemen kunci Konsep 5: “buah Roh adalah … penguasaan diri”
(Gal. 5:22–23).
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah ia belajar mempersembahkan bagian dari gaji­
nya (atau uang lainnya) kepada Allah?
Apakah ia belajar mengendalikan dorongan hatinya?
Apakah ia belajar bekerja dan melaksanakan tanggung
jawabnya?
Apakah ia mempelajari adanya perbedaan yang sangat
besar antara harga diri dengan kesombongan yang
egois?
Apakah ia belajar berlutut dengan sikap hormat kepada
Allah Pencipta alam semesta?
Konsep-konsep ini dibahas secara terinci sekali dalam pe­
doman yang ditulis dalam buku ini. Namun, tentu Anda bisa me­
makai daftar ini untuk menyusun strategi guna menumbuhkan
iman anak-anak yang Anda kenal.
Tidakkah hebat bila kita bisa mempersembahkan generasi
anak-anak pada masa kini untuk bisa berkata pada usia akuntabili­
tas, “Inilah aku Tuhan, utuslah aku!”?
201
Child, Church, and Mission
Bacaan





Transforming Chidren into Spiritual Champions oleh
George Barna, hlm. 28–76.
“The Age of Accountability” oleh William Hendricks,
Children and Conversion, hlm. 84–87.
Daddy, Are We There Yet? oleh Sylvia Roth, hlm. 155–
165.
“The Child and the Church” oleh G. R. Beasley-Murray,
Children and Conversion, hlm. 127–141.
“The 4/14 Window: Child Ministries and Mission
Strategies” oleh Dan Brewster dalam Children in Crisis:
A New Commitment. Phyllis Kilbourn, editor., hlm. 125–
139.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Apakah Anda percaya bahwa usia akuntabilitas itu ada?
Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Berdasarkan apa yang Anda baca dan pengalaman Anda
sendiri, apakah beberapa hal sensitif yang sebaiknya
disampaikan seseorang ketika menceritakan imannya
kepada anak di tingkat Sekolah Dasar? Kepada anak
muda di tingkat sekolah menengah (umur 11–18
tahun)?
202
Pertumbuhan Iman Anak-anak
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Apakah Anda mengambil keputusan pertama untuk
mengikut Kristus sebelum umur 15 tahun? Bagaimana
dengan orang lain dalam keluarga Anda?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Apakah Anda percaya bahwa anak-anak berusia 4 sampai
14 tahun bisa mengambil keputusan untuk mengikut
Kristus? Bila ya, mengapa dan bila tidak, mengapa?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Berikanlah sebuah contoh dari kebudayaan atau
peng­alaman Anda sendiri yang menunjukkan bahwa
pengalaman iman pertama yang dialami seorang anak
lebih bersifat “dialami daripada dimengerti”.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
203
Child, Church, and Mission
6. Berikanlah sebuah contoh kebudayaan atau pengala­m­
an Anda sendiri bahwa iman pada masa kanak-kanak
ditandai oleh “bertanya, meragukan, mencari dan
melakukan eksperimen.”
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
204
8
Karakteristik Gereja
yang Ramah Anak
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akan ada lagi
kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan
Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena
lanjut usianya. Dan jalan-jalan kota itu akan penuh
dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang
bermain-main di situ.
Zakharia 8:4–5
Child, Church, and Mission
M
asuk ke dalam sebuah fasilitas gereja yang ramah anak
di tengah lingkungan yang berantakan dan kadang keras
merupakan sesuatu yang luar biasa. Perbedaan tajam yang ada bisa
mengejutkan, seperti berjalan keluar dari kegelapan dan masuk
ke dalam terang. Ketika sampah yang berbahaya seperti pecahan
kaca dan tepi kaleng yang tajam sering kali berserakan di jalanjalan di luar, keadaan dalam fasilitas itu bersih dan aman. Ketika
lingkungan di luar sering kali dipenuhi suara yang penuh dengan
kesedihan dan kata-kata yang tak senonoh, dalam fasilitas gereja
tersebut Anda mendengar suara anak-anak dan staf gereja yang
tertawa dan menyanyi dengan antusias.
Kita harus mengajak anak-anak untuk datang kepada Yesus,
untuk belajar, bertumbuh, melayani, kemudian pergi untuk me­
muridkan orang lain. Ketika orang dewasa menjadi murid Kristus,
Allah kemudian akan mengutus kita ke dalam dunia untuk melayani
orang lain dan mencetak murid yang baru, membawa mereka
kembali ke Gereja. Mereka kemudian bisa menjadi murid dan pergi
ke luar. Dengan demikian proses ini diulangi dan gereja bertumbuh.
Proses ini bukan hanya bagi orang dewasa, melainkan juga berlaku
bagi anak-anak dan orang muda.
Anak-anak membutuhkan tempat yang aman bagi ber­
langsungnya proses itu—sebuah tempat yang menemukan me­
reka pada titik perkembangan mereka dengan apa yang mereka
butuhkan untuk melangkah maju bersama Yesus. Yesus sendiri
berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepadaku, jangan meng­
halangi mereka, karena orang yang seperti merekalah yang
empunya Kerajaan Surga” (Mat. 19:14, penekanan ditambahkan).
Anak-anak harus dipedulikan dan diperhatikan dengan baik. Jadi
tidak boleh ada program dan fasilitas gereja yang menghalangi
seorang anak untuk merasa aman dan mengalami kesejahteraan
dan menghalangi perjalanan iman mereka.
Dalam Konsultasi Teologia Anak-anak di Penang pada 2006,
diajukan sebuah pertanyaan kepada para peserta: “Di manakah
206
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
“hati” Gereja ?” Latihan itu bertujuan menyingkapkan seberapa
baik gereja secara global menempatkan anak di tengah-tengah
mereka. Serangkaian respons dikumpulkan dalam konsultasi itu.
Di situ tersingkap bahwa ketika hal-hal lain, program atau orangorang yang penting di tempatkan “di tengah-tengah” seorang anak,
Gereja gagal memperlakukan anak-anak seperti yang dikehendaki
Allah. Singkatnya, konsultasi itu mengumpulkan informasi berikut
ini:





Gereja sering kali berorientasi pada orang dewasa.
Anak-anak secara rohani dianggap tidak penting.
Anak-anak mungkin dipandang sebagai sarana untuk
mencapai tujuan (misalnya pelayanan anak dilihat se­
bagai tugas magang bagi calon-calon gembala sidang).
Gereja memakai anak-anak sebagai “hiasan” dalam masamasa perayaan, seperti pada hari Natal dan Paskah.
Gereja-gereja bersikap mendua terhadap anak-anak—
mereka disebut “Jemaat Yunior”, tetapi tidak diizinkan
untuk ikut Perjamuan Kudus atau memberikan suara
atau memainkan peran lain yang penting.
Kita telah melihat bahwa Gereja memiliki tanggung jawab
dan mandat yang alkitabiah untuk peduli pada anak-anak baik di
dalam maupun di luar gereja. Dan kita tahu bahwa Gereja (bersama
para orangtua) memiliki tanggung jawab yang alkitabiah untuk
mengajar anak-anak. Kita juga tahu anak-anak bisa belajar dengan
jauh lebih baik dalam lingkungan yang ramah anak.
Bab ini berisi usulan-usulan tentang karakteristik lingkung­an
gereja yang ramah anak. Bab ini juga berisi daftar tindakan yang bisa
diambil gereja untuk membuat dirinya lebih ramah anak. Kita akan
melihat terlebih dahulu hal-hal mendasar yang boleh diharapkan
seorang anak dari gereja. Kemudian kita akan memeriksa cara-cara
John Collier & Associates, Toddling to the Kingdom (UK: The Child Theology
Movement, 2009), hlm. 204.
Ibid., hlm. 205.
207
Child, Church, and Mission
untuk memperbaiki keramahtamah­an program-program, fasilitas
dan staf gereja. Akhirnya, kita akan membahas tanggung jawab
terhadap anak dalam “hierarki” gereja—persekutuan lembagalembaga aras gereja, de­nominasi, dan ge­reja lokal.
Sebuah Dunia yang Ramah Anak di Mana Anak Bisa
Mengasihi dan Dikasihi
“Kebutuhan yang mendalam dari setiap anak,” Dr. Keith White
menulis, “adalah dikasihi oleh, dan mengasihi seorang atau lebih
orang dewasa yang penting.” Ia mendaftar lima kebutuhan dasar
dari seorang anak yang, bila tidak terpenuhi, akan mengurangi
kemampuan anak untuk mengalami dan mengekspresikan kasih.
“Bila tak satu pun dari kebutuhan ini tak terpenuhi dalam waktu
yang cukup lama dalam tahun-tahun awal kehidupan seorang anak,
maka mungkin sekali emosi anak itu akan terluka dan rusak.”
Kebutuhan yang mendasar ini, yang diringkas di bawah, terutama
harus dipenuhi di rumah. Meskipun demikian, gereja yang sensitif,
yang berusaha memerbaiki pelayanan dan keramahtamahannya
terhadap anak, juga akan menjadi sumber daya yang penting dalam
memenuhi kebutuhan itu.
Kebutuhan utama seorang anak adalah perasaan aman me­
lalui sebuah tempat untuk menjalin hubungan, untuk melakukan
eksplorasi, bermain dan berkembang. Intervensi apa pun tidak
akan memiliki efek kecuali anak-anak tahu bahwa mereka aman.
Anak-anak juga perlu diyakinkan bahwa mereka penting,
bahwa mereka berharga karena siapakah mereka. Setiap anak perlu
mengetahui bahwa setidak-tidaknya ada satu orang dewasa yang
Keith White, “An Integrated Biblical and Theoretical Typology of Children’s Needs”
dalam buku Celebrating Children, Editor: Glenn Miles dan Josephine-Joy Wright
(Carlisle, UK: Paternoster Press, 2003), 123. Konsep-konsep ini juga telah
dikembangkan menjadi buku berjudul The Growth of Love (Abingdon,
OX: The Bible Reading Fellowship, 2008).
Ibid., hlm. 123.
Ibid., hlm. 123–126
208
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
komit kepada mereka tanpa syarat. Program apa pun yang dibuat
untuk menumbuhkan/mengasuh anak-anak tidak akan ada artinya
bila unsur ini tidak ada dalam perlakuan yang diberikan kepada
anak-anak dan dalam berhubungan dengan anak-anak.
Anak-anak membutuhkan batas-batas untuk bisa merasa
aman, untuk berkembang dan untuk berhubungan dengan orang
lain dengan tepat. Sering kali yang muncul dalam pikiran ketika
kita memikirkan batas yaitu aturan-aturan dan disiplin. Namun, hal
yang lebih penting dari batas adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang menandai dan mengatur kehidupan seseorang. Menurut
Alkitab, anak-anak (seperti kita semua) diciptakan untuk menjadi
bagian dari komunitas dan untuk menjalin hubungan. Apakah
gereja-gereja kita menyediakan komunitas itu?
Anak-anak perlu mempraktikkan kreativitas yang mereka
miliki. Pada sadarnya mereka itu kreatif dan memiliki daya cipta.
Saya telah melihat dengan perasaan gembira (dan kadang iri!)
ketika anak-anak di lingkungan yang paling miskin membuat
mainan dari potongan kayu, plastik, karet, dan kertas. Ini tidak
mengherankan: Karena diciptakan sesuai gambar Allah, anakanak harus diberi kesempatan untuk menciptakan, membuat, dan
membentuk sesuatu. Gereja bisa menyediakan bahan-bahan yang
aman dan tepat bagi umur mereka, dari krayon hingga tanah liat
hingga bahan-bahan yang terbuat dari bubur kertas yang dicampuri
perekat untuk dicetak atau dibentuk, untuk mendorong anak-anak
agar mengekspresikan kreativitas mereka. Anak-anak juga bisa
menjadi aktor dan pemain drama yang efektif!
Selain lima kebutuhan dasar ini, ada hal-hal tertentu yang
boleh diharapkan anak dari gereja. Bila dikombinasikan, elemenelemen ini bisa membantu kita untuk menambah, meningkatkan
dan memperbaiki pelayanan kita secara keseluruhan terhadap
anak-anak dan menciptakan suatu lingkungan yang lebih ramah
anak.
209
Child, Church, and Mission
Membuat Program Gereja Lebih Ramah Anak
Hal-hal di atas adalah hal-hal minimum yang bisa diharapkan anakanak dari gereja mereka. Anda dan rekan-rekan Anda di gereja
tentunya bisa menambahkan banyak hal lainnya, beberapa mungkin
adalah hal-hal yang sangat spesifik yang relevan bagi gereja Anda.
Selain hal-hal ini, ada ukuran-ukuran yang bisa dipakai se­
buah gereja untuk membuat program dan tempat pertemuan di
gereja itu lebih bisa menumbuhkan, memberikan manfaat, mena­
rik, dan lebih aman bagi anak-anak. Kembali, gereja Anda boleh
membuat sendiri daftar yang lebih lengkap yang akan membantu
gereja Anda dalam memikirkan dan merespons kebutuhan anakanak dalam konteks Anda sendiri dan lingkungan tertentu dalam
gereja Anda.
Hal-hal Mendasar yang Sebaiknya
Didapatkan Anak-anak dari Gereja
Berikut ini adalah hal-hal yang telah diusulkan oleh para siswa di kelaskelas di mana saya mengajar dan tampaknya merupakan hal-hal yang
penting bagi semua gereja dan semua anak:



Mengajarkan firman Allah. Memperlengkapi gereja agar tidak
mem­bedakan anak-anak dengan orang dewasa dalam pengertian
konten, visi, dan arah. Bahkan, hanya butuh sedikit kreativitas
untuk merencanakan sebuah kurikulum bagi seluruh keluarga.
Menjadikan anak-anak sebagian murid Kristus. Sesuai umurnya,
tiap anak sebaiknya didorong dan diberi kesempatan bukan
hanya untuk percaya, tetapi juga untuk belajar mengikut Yesus
melalui peng­ajaran firman Allah. Ini harus menjadi salah satu
sasaran utama setiap Gereja.
Doa. Seluruh jemaat sebaiknya mendoakan semua anak secara
rutin baik secara bersama-sama maupun secara pribadi. Para
orangtua sebaiknya juga diajar untuk mendoakan anak-anak
210
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak






mereka dan tentu saja, anak-anak sendiri diajar untuk rutin
berdoa.
Kasih dan Kepedulian. Anak-anak harus bertumbuh dan ber­
kembang dengan pesat karena kasih dan kepedulian gereja
ke­pada mereka. Gereja harus mendengarkan keinginan anakanak dan anak-anak harus diberi kebebasan untuk mengungkap­
kan pandangan, kebutuhan, penderitaan, harapan, dan impian
mereka.
Kesempatan untuk mengambil bagian dalam pelayanan. Anakanak harus dilihat sebagai sumber daya bagi pelayanan dan ge­
reja sebaiknya mempersiapkan mereka untuk melaksanakan
pe­kerjaan Tuhan. Gereja sebaiknya memberikan kesempatan
ke­­pada anak-anak untuk menemukan dan mengekspresikan
karunia-karunia mereka miliki.
Fasilitas yang ramah anak di gereja. Fasilitas yang ada di gereja
harus aman dan atraktif bagi anak-anak dan masa kanak-kanak.
Harus ada tempat yang aman bagi anak-anak untuk bermain
dan bertingkahlaku sebagai anak-anak— bila mungkin, bahkan
dengan tempat-tempat bermain atau daerah-daerah untuk
bermain.
Ruang-ruang kelas yang cocok bagi mereka. Setiap gereja ha­rus
berupaya keras menyediakan ruang-ruang kelas bagi pemaham­
an Alkitab dan aktivitas-aktivitas lainnya bagi anak-anak yang
memiliki meja dan kursi yang cocok bagi anak-anak dan gambargambar berwarna di dinding yang bisa dilihat anak-anak.
Guru-guru yang memenuhi syarat bagi anak-anak. Guru-guru
yang mengajarkan Alkitab kepada anak-anak sebaiknya dilatih se­
cara rutin dan terus-menerus supaya mereka memenuhi syarat
dan tetap memenuhi syarat. Guru-guru sebaiknya dimonitor
untuk memastikan bahwa yang mereka ajarkan itu benar dan
cocok bagi usia anak-anak yang mereka ajar.
Kelas-kelas dan kurikulum berdasarkan umur. Gereja sebaiknya
memastikan bahwa anak-anak memeroleh pendidikan yang rutin,
baik dan alkitabiah yang didasarkan pada umur dan kemampuan
mereka.
211
Child, Church, and Mission


Memperlengkapi dan mempersiapkan keluarga. Gereja se­
baik­nya mendidik dan mendorong para orangtua agar mereka
mampu membesarkan anak-anak sesuai firman Allah dan dengan
suatu cara yang melindungi anak-anak mereka dari kebudayaan
yang berbahaya dan hal-hal lain yang mengotori hati nurani dan
iman mereka.
Perlindungan dari tradisi-tradisi yang berbahaya. Gereja se­baik­
nya melakukan upaya-upaya untuk bertumbuh tanpa di­pe­nga­ruhi
sikap, kepercayaan dan praktik tradisional yang berbahaya.
Kebaktian-kebaktian yang diselenggarakan harus ber­
arti bagi anak-anak dan bukan hanya bagi orang dewasa di mana
anak-anak harus menyesuaikan diri dengan standar mereka. Ba­
nyak gereja, khususnya di “dunia mayoritas”, tidak memiliki ruang
dan fasilitas yang cukup untuk menampung anak-anak dalam
kebaktian. Namun, banyak yang sungguh-sungguh berusaha untuk
menempatkan anak-anak di tengah-tengah mereka. Sebagai contoh,
beberapa telah mendesain sebuah kebaktian keluarga di tengah
ibadah yang dilakukan pada hari Minggu. Pokok yang penting di
sini adalah anak-anak tahu mereka disambut dengan baik.
Anak-anak sebaiknya diajak berbicara dan didengarkan
pendapatnya—sebelum, ketika dan setelah berlangsungnya acara
di gereja. Sebaiknya anak-anak ditanya apa yang mereka ingin
dilakukan bagi mereka dalam gereja dan mereka sebaiknya ber­
partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Gereja hendaknya menyampaikan khotbah yang tepat
bagi anak-anak atau dalam kebaktian disampaikan instruksiinstruk­si lain yang cocok bagi anak-anak dan instruksi-instruksi itu
me­libatkan anak-anak dan membantu mereka untuk mengetahui
bahwa mereka diperhatikan dan dihargai. Saya memakai kata
hendaknya disampaikan khotbah bagi anak-anak, tetapi Anda
mungkin menemukan ada alasan-alasan yang tepat untuk tidak
212
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
berkhotbah kepada anak-anak (bacalah pedoman dalam buku ini
untuk pemikiran lebih lanjut tentang hal ini).
Agenda dari rapat penatua gereja dan program-program
tahunan gereja sebaiknya berisi hal-hal yang berkaitan dengan
anak-anak dan bagaimana meningkatkan pelayanan gereja kepada
anak-anak.
Kelas-kelas pemahaman dan pengajaran Alkitab sebaik­
nya didasarkan pada usia dan disesuaikan usia dan kematangan
anak. Dalam dunia yang dewasa ini berorientasi pada elektronik,
bahan-bahan Sekolah Minggu, kalau mungkin, sebaiknya bersifat
interaktif dan menggunakan berbagai macam sarana multimedia.
Anggaran yang dibuat gereja sebaiknya berisi dana bagi
pelayanan anak-anak yang signifikan, termasuk bahan-bahan, pe­
latihan-pelatihan bagi guru, aktivitas-aktivitas, dan hari-hari raya
gerejawi.
Gereja sebaiknya menekankan hari-hari raya gerejawi—
Natal, Paskah, hari-hari raya khusus lainnya dari gereja, ulang tahun,
kelulusan dari Sekolah Minggu, perayaan-perayaan tahunan dan
peringatan-per­ingatan—dan membuat hal-hal itu sebagai sesuatu
yang penting bagi anak-anak. Juga, gereja sebaiknya memiliki hari
dan waktu yang dirancang untuk memberkati anak-anak dalam
program tahunannya.
Gembala Sidang sebaiknya secara rutin mengunjungi
pelayanan anak-anak dan sebaiknya mengetahui nama dari banyak
anak di gerejanya.
Taktik-taktik yang sederhana ini, bila diimplementasikan,
bisa menciptakan sebuah pelayanan yang efektif terhadap anakanak dan kaum muda dalam gereja.
Apakah Gereja Sebaiknya Menyampaikan Khotbah
yang Diperuntukkan bagi Anak-anak?
Khotbah yang diperuntukkan bagi anak-anak bisa menjadi sebuah
cara yang penting untuk melibatkan anak-anak dan memastikan
213
Child, Church, and Mission
bahwa mereka mendengar cerita atau berita yang disampaikan
dengan cara yang bisa mereka mengerti. Meskipun demikian,
gereja harus memikirkan kebutuhan anak-anak dengan teliti.
Mungkin ada cara lain yang lebih baik untuk melibatkan anakanak. Sesungguhnya, ada beberapa alasan yang tepat untuk tidak
menyampaikan khotbah yang diperuntukkan bagi anak-anak.
Almarhum James Montgomery Boice berkata bahwa khot­
bah yang diperuntukkan bagi anak-anak bisa mengganggu orang
dewasa ketika beribadah kepada Allah. Khotbah itu sebenarnya
bertujuan untuk melibatkan anak-anak dalam kebaktian dengan
menyampaikan sesuatu yang cocok dengan usia mereka. Namun,
efeknya adalah fokus orang dewasa tidak tertuju kepada Tuhan,
melainkan kepada anak-anak.
Khotbah yang diperuntukkan bagi anak-anak juga bisa “me­
nurunkan” berita berita Injil. Seperti yang telah kita lihat dalam
pelajaran dua, anak-anak memiliki kapasitas yang besar—jauh
lebih besar dari yang kita duga—untuk memahami berita Injil.
“Tujuan kita terhadap anak-anak,” kata Bruce, “seharusnya adalah
menaikkan mereka ke tingkat orang dewasa—yaitu memampukan
mereka untuk mulai berfungsi dalam tingkat orang dewasa dalam
hubungan mereka dengan Allah. Namun sebaliknya yang telah
berhasil kita lakukan adalah membawa orang dewasa turun ke
tingkat anak-anak.”
Boice melanjutkan,
Di banyak gereja, khotbah-khotbah yang disampaikan ham­
pir tidak cocok bagi pikiran orang yang benar-benar sudah
dewasa, puji-pujian yang disampaikan oleh koor lebih cocok
bila dinaikkan dalam reli Sekolah Menengah Atas daripada
ibadah kepada Allah dalam Alkitab, dan khotbah yang di­
peruntukkan bagi anak-anak mungkin lebih cocok bila di­
sampaikan kepada orang dewasa yang belum matang da­
���������������������������������������������������������������������������������
James Montgomery Boice, “Children’s Worship,” Christians Unite Articles, http://
articles.christiansunite.com/article2544.shtml.
Ibid.
Ibid.
214
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
ri­pada disampaikan kepada anak-anak. Bahkan, khotbah
yang diperuntukkan bagi anak-anak biasanya ditujukan bagi
anak-anak yang paling kecil, anak-anak yang lebih besar
diabaikan.
Kebiasaan yang buruk ini tetap dijalankan mungkin
karena anak-anak dianggap tidak bisa mengikuti apa yang
sedang terjadi dalam gereja. Namun, itu tidak benar. Mereka
bisa. Bahkan bila pada mulanya mereka tidak bisa mengikuti
apa yang sedang berlangsung, tugas kita adalah mengajar
mereka sehingga mereka bisa dan akan mengikuti apa yang
sedang berlangsung. Mengapa tidak? Tidak butuh lebih ba­
nyak waktu untuk mengajar anak-anak untuk berpartisipasi
dalam ibadah dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan khotbah bagi anak-anak yang pernah saya
dengar.
Membuat Fasilitas Gereja Lebih Ramah Anak
Kadang saya sedih ketika saya mengunjungi gereja-gereja di luar
negeri yang menyelenggarakan proyek-proyek dan aktivitas-ak­
tivitas bagi anak-anak, tetapi tidak berupaya mengubah tempat
itu menjadi sebuah tempat yang diinginkan anak-anak. Saya telah
melihat gereja-gereja yang hampir setiap hari menyelenggarakan
aktivitas bagi anak-anak yang tidak memiliki meja atau kursi yang
ukurannya cocok bagi anak-anak, dan di tembok-tembok gereja itu
tidak ada gambar-gambar yang berwarna-warni atau yang atraktif
bagi anak-anak. Yang lebih buruk, saya telah melihat tempat yang
tidak bersih dan tidak aman bagi anak-anak.
Tentu saja banyak gereja yang memiliki ruang yang sangat
terbatas dan terpaksa “melakukan” banyak hal. Namun, dalam gere­
ja mana pun, banyak yang bisa dilakukan untuk membuat tempat
pertemuan di gereja menjadi sebuah tempat yang aman, atraktif,
hangat dan menyenangkan. Dalam gereja-gereja di mana fasilitas
yang ada digunakan untuk berbagai macam aktivitas (mungkin
dalam beberapa hari selama seminggu), penampilan gereja itu bisa
215
Child, Church, and Mission
dimodifikasi ketika aktivitas anak-anak diselenggarakan sehing­
ga anak-anak akan merasa disambut dengan baik dan kerasan.
Setidak-tidaknya, gereja harus berupaya keras untuk melakukan
hal-hal berikut ini: (Kembali, Anda dan rekan-rekan di gereja Anda
bisa menambahkan hal lain dalam daftar ini).
Pastikanlah bahwa gedung dan tempat yang ada aman
bagi anak-anak. Jangan biarkan ada sudut-sudut yang tajam atau
benda-benda tajam di sana; jangan ada furnitur yang rusak; jangan
ada tepi-tepi yang kasar, kabel-kabel yang mengelupas, saluransaluran yang terbuka atau masalah-masalah lain yang berbahaya
bagi fisik anak-anak. Berusahalah menjadikan gereja sebagai
tempat pertemuan yang atraktif, menarik, dan ramah bagi anakanak di tengah masa kanak-kanak mereka.
Sediakanlah ruangan untuk diselenggarakannya kelaskelas pemahaman Alkitab bagi anak-anak yang didekorasi dan
diperlengkapi sehingga menarik bagi anak-anak.
Sediakanlah ruangan khusus bagi anak-anak untuk
ber­main (bahkan perlengkapan untuk tempat bermain), untuk
be­kerja, mewarnai, bermain dengan memakai tangan mereka, dan
bersenang-senang,
Ide-ide ini kelihatannya mungkin terlalu praktis untuk bisa
memiliki nilai spiritual yang nyata. Namun, kita harus ingat bahwa
panggilan kita adalah menyediakan pelayanan Kristen yang holistik
bagi anak-anak yang sangat dihargai Allah.
Membuat Staf Gereja Lebih Ramah Anak
Tidak ada gereja yang bisa memiliki program yang berarti bagi
anak-anak kecuali gereja itu memberikan perhatian yang seksama
untuk merekrut, memperlengkapi, dan mendukung orang-orang
yang peduli kepada anak-anak yang telah ditempatkannya sebagai
penanggung jawab pelayanan anak-anak.
Fungsi utama gereja adalah menyediakan tempat bagi
orang-orang dewasa bisa mengajar dan memuridkan anak-anak
216
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
untuk membantu mereka mengerti arti menjadi pengikut Yesus.
Keberhasilan gereja untuk melaksanakan kewajiban ini bergan­
tung pada kualitas dan komitmen staf, guru dan orang-orang lain
yang terlibat dalam pelayanan anak-anak. Hal yang menyedihkan,
gereja yang sembrono sering kali menugaskan orang yang paling
tidak memenuhi syarat untuk melayani anak-anak—orang-orang
yang sedikit memahami Alkitab, tidak tahu tentang gaya belajar
anak, tidak memiliki pengertian tentang kelakuan, disiplin, atau
pertumbuhan anak-anak.
Di sini, secara singkat, diberikan beberapa pedoman untuk
membantu gereja memperbaiki keramahtamahan stafnya terha­dap
anak-anak.
Gereja harus mempertahankan kekudusan para pemim­
pinnya. Pemimpin dan staf gereja adalah teladan bagi anakanak. Mereka harus mengerti bahwa mereka selalu merupakan
contoh, baik contoh yang negatif maupun positif. Anak-anak selalu
memperhatikan mereka.
Orang-orang yang ditugaskan untuk mengajar anakanak harus dilatih dan berpengalaman. Gereja harus memberi­
kan pelatihan secara reguler kepada para guru dan orang-orang
yang terlibat dalam pelayanan anak-anak. Kelas-kelas pemahaman
Alkitab bagi anak-anak harus secara rutin dimonitor dan dievaluasi
oleh sebuah badan yang dibentuk untuk tujuan ini.
Para pemimpin dan staf gereja harus melihat potensi
anak (bukan hanya kelakuan mereka sekarang ini). Mereka
harus belajar melihat dan menghargai setiap anak sebagai sebuah
karya yang sedang dikerjakan, bukan produk yang sudah selesai.
Para pemimpin dan staf gereja harus mendukung ke­
luarga sang anak. Mereka harus menyelenggarakan kelas-kelas
regular dan bervariasi bagi para orangtua dan mendukung para
orangtua dalam situasi yang sulit (misalnya, orangtua anak-anak
yang memberontak). Gereja harus berusaha menyediakan sumber
daya bagi rumah tangga, dalam bentuk kelas, buku, video, kaset,
dan bahan lainnya.
217
Child, Church, and Mission
Gereja harus menyelenggarakan kegiatan bersama
keluarga, supaya tercipta interaksi antargenerasi dan menghindari
jadwal kegiatan anak dan kaum muda yang terlalu padat sampai
mengorbankan waktu keluarga. Staf gereja harus dilatih untuk
melindungi anak-anak (lihatlah bagian tentang perlindungan
anak dalam buku ini) dan harus bisa mengenali gejala anak-anak
yang diabaikan dan diperlakukan salah. Sebaliknya, gereja juga
harus berusaha memiliki orang-orang yang terlatih untuk
menolong anak-anak yang telah mengalami perlakuan salah,
diperlakukan dengan semena-mena atau yang “berkeliaran di
jalan-jalan”.
Dalam edisi pertama buku ini, saya memasukkan di dalam­nya
sebuah daftar untuk menakar sampai di mana ke­ramahtamah­an
program, staf, dan fasilitas gereja Anda terhadap anak-anak. Temanteman saya di VIVA Network Uganda telah me­ngembangkan daftar
itu lebih jauh dan telah mengizinkan saya untuk menggunakannya
dalam bentuk yang telah sedikit diadaptasi dalam halaman-halaman
berikut ini.
Tanggung Jawab Gereja pada Semua Tingkatan
Shiferaw Michael, seorang pembela anak-anak yang brillian dan
berapi-api di Afrika, telah banyak melayani gereja-gereja di Etiopia
dan dimana-mana. Setelah melayani beberapa bulan, Pak Shiferaw
mengumpulkan para pemimpin gereja dari semua tingkatan—
persekutuan-persekutuan nasional, ketua-ketua sinode, dan pe­
mimpin-pemimpin gereja lokal. Ia menanyakan pertanyaan yang
kami tanyakan di atas: “Apakah yang sebaiknya diharapkan anak
dari gereja?” Salah satu hasil yang lebih signifikan dari latihan
yang disampaikannya ini adalah terbitnya dokumen Covenant
for Churches on Ministering to Children.10 Dokumen ini merinci
Isobel Booth Clibborne, Mim Friday dan lainnya, Jaringan Viva, Kampala, Uganda.
Shiferaw Michael, Covenant on Ministering to Children. Dokumen Compassion
wilayah Afrika yang tidak diterbitkan, 2002.
10
218
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
tanggung jawab tiap tingkatan dalam gereja. Dalam dokumen ini
ditetapkan standar minimal, yang harus disediakan atau dicapai
oleh setiap tingkatan supaya bisa melayani anak-anak dan keluarga
dengan lebih baik.
Menilai Keramahtamahan Gereja Anda terhadap
Anak
Diadaptasi dari Clibborne, Isobel Booth, Mim Friday dan yang lain.
Sumber daya Viva Network, Kampala, Uganda.
Sasaran 1: Ada visi bagi pelayanan anak
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Ada visi yang sama bagi pelayanan anak
dalam gereja
Pernyataan visi
bagi pelayanan
anak
Pelayanan anak secara rutin menjadi
agenda para pemimpin
Notulen rapat
Kami memandang anak-anak sebagai
orang yang seutuhnya, yang memiliki
kebutuhan rohani dan peran untuk
dijalankan dalam gereja kami
Wawancara
Sasaran 2 : Pelatihan pekerja
dan perlindungan anak sedang
diimplementasikan
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Kami mengakui bahwa menurut Alkitab
kami memiliki tanggung jawab untuk
melayani anak
Wawancara
Para pekerja yang melayani anak-anak
telah dilatih bagaimana mengajar anakanak dari sudut pandang Kristen
Catatan yang
bertanggal
tentang
pelatihan yang
diselenggarakan
219
Child, Church, and Mission
Gereja memiliki kebijakan yang tepat dan
termonitor di bidang perlindungan anak
Kebijakan
Perlindungan
Anak
Semua staf dan
sukarelawan dalam gereja
telah menandatangani formulir deklarasi
perlindungan anak
Formulir
Deklarasi
Perlindungan
Anak
Semua aktivitas dalam gereja telah
disupervisi dan telah mendapat
persetujuan dari pemimpin
Wawancara
Sasaran 3: Gedung gereja berisi
lingkungan yang sehat
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Daerah di mana diadakan pertemuan
pertemuan kelompok bersih dan aman
Tur terhadap
fasilitas
yang ada.
Di dalam gedung gereja terdapat kotak
P3K yang bisa diakses oleh semua
pemimpin
Lokasi P3K
Rincian kontak darurat diumumkan di
tempat yang bisa dilihat semua orang
Lokasi
pengumuman
Sasaran 4: Kelompok-kelompok
pertumbuhan tersedia bagi anak-anak
dan orang muda
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Gereja menyediakan kegiatan hari
minggu atau kelompok kegiatan tengah
minggu sesuai usia anak dan kaum muda.
Program gereja
Ada kesempatan bagi anak-anak untuk
mencari Allah dengan mendengarkan
pembacaan Alkitab, pengajaran, dan
pengalaman pribadi
Wawancara
Ada doa yang rutin bersama dan bagi
anak-anak dan orang muda
Wawancara
220
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
Tur terhadap
fasilitas yang
ada, laporan
tentang
intervensi yang
dilakukan.
Gereja mendukung anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus
Anggaran
atau rekening
tahunan.
Ada anggaran yang realistis bagi
pelayanan anak
Sasaran 5: Ada kesempatan bagi anakanak untuk terlibat dalam ibadah di
dalam gereja
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Beberapa kebaktian dirancang untuk
semua usia Kebaktian-kebaktian
direncanakan sedemikian rupa sehingga
anak-anak dengan tepat mengalami
pertumbuhan rohani
Catatan
kebaktian
Wawancara
Para pemimpin anak-anak dan anakanak terlibat dalam merencanakan dan
memimpin kebaktian-kebaktian yang
ramah anak
Wawancara
Sasaran 6: Tersedia fasilitas yang cocok
bagi anak di bawah usia 5 tahun
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Sebuah tempat yang khusus dialokasikan
bagi para orangtua/pengasuh agar bisa
memperhatikan bayi dan anak-anak yang
masih kecil sekali
Tur terhadap
fasilitas
yang ada.
Anak-anak yang masih kecil memiliki
akses untuk terlibat dalam aktivitasaktivitas atau boneka dan buku-buku
Tur terhadap
fasilitas
yang ada.
Dukungan diberikan kepada para
orangtua Kristen
Program gereja
221
Child, Church, and Mission
Sasaran 7: Anak-anak dan orang muda
dilibatkan sebagai anggota komunitas
yang sederajat
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Anak-anak dan orang muda didengarkan
dan ditanyai pendapatnya tentang halhal yang berkaitan dengan gereja.
Wawancara
Kami memasukkan anak-anak dalam
jumlah pengunjung kebaktian
Daftar
pengunjung
kebaktian
Sasaran 8: Ada kesempatan untuk
melakukan penjangkauan
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
Bukti yang ada
Program-program penjangkauan gereja
mencakup kesempatan bagi anak-anak
untuk berpartisipasi
Wawancara
Gereja bekerja sama dengan petugas
komunitas lokal untuk meningkatkan
standar perlindungan dan kesadaran
terhadap anak.
Notulen Rapat
Gereja membantu mencegah dan
menunda masalah melalui dukungan
yang diberikan kepada para janda,
pemeliharaan kesehatan, kursus-kursus
membesarkan anak, memberi makan
kepada orang yang tidak bisa makan,
transisi keluarga, kesempatan untuk
memperoleh penghasilan, dsb.
Gereja terus terlibat dalam kehidupan
anak dengan mempromosikan
kemandirian bagi orang muda, misalnya:
pemuridan, pelatihan kerja, pendidikan,
dsb.
222
Laporan
tahunan
Catatan tentang
anak-anak
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak
Hasil perencanaan mereka ditulis dalam bentuk sebuah
perjanjian yang ditandatangani. Dengan benar-benar berhasil men­
dorong para pemimpin gereja mencantumkan nama mereka dan
menandatangani perjanjian tersebut, me­reka menciptakan suatu
komitmen dalam tingkat yang lebih tinggi untuk benar-benar
melakukan apa yang wajib mereka lakukan. Perjanjian itu merinci
tindakan-tindakan tertentu yang akan di­lakukan pemimpin dalam
setiap tingkatan. Dengan mengamati dan mengukur apa yang
telah sepakat akan dilakukan gereja-gereja, orang Kristen yang
melayani anak-anak bisa memperkirakan sejauh mana persediaanpersediaan telah dibuat dalam setiap tingkatan. Diharapkan
pula para pemimpin akan mengizinkan diri mereka dimintai
pertanggungjawaban untuk melaksanakan apa yang telah mereka
sepakati secara tertulis hal yang akan mereka laksanakan.
Inti dokumen Covenant for Churches ini adalah kewajibankewajiban yang diusulkan bagi setiap tingkatan di dalam gereja. Ini
adalah tanggung jawab persatuan gereja tingkat nasional atau aras
gereja, tanggung jawab para ketua sinode, dan tentu saja tanggung
jawab gereja lokal.
Tujuan Perjanjian ini adalah:




Menonjolkan pentingnya dan dasar Alkitab bagi pe­
layanan anak-anak.
Mendorong gereja agar memberi perhatian pada pe­
layanan anak secara holistik.
Menyerukan kepada aras gereja di sebuah nega­ra,
denominasi-denominasi, gereja-gereja lokal, lembaga
dan sekolah Kristen agar bertindak demi kepentingan
anak-anak yang membutuhkan.
Untuk menciptakan standar yang membantu gereja
mengukur pelayanannya terhadap anak-anak.
223
Child, Church, and Mission
Perjanjian dalam Melayani Anak
Berikut ini adalah adaptasi dari karya Shiferaw Michael tentang tanggung
jawab gereja dalam tiap tingkatan yang terdaftar.
TANGGUNG JAWAB PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA
TINGKAT NASIONAL
A. Fokus pada Anak
Persekutuan denominasi-denominasi akan:







Memersiapkan visi dan misi dalam skala nasional bagi pelayanan
anak.
Membentuk Komisi Anak-anak yang akan memberikan tuntunan
dan koordinasi secara menyeluruh dalam hal-hal yang berkaitan
dengan anak-anak.
Memiliki departemen yang bertanggung jawab atas pelayanan
anak.
Memasukkan kebutuhan untuk pelayanan anak dalam rencana,
pro­gram, anggaran, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga
yang dibuat.
Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang lengkap ten­
tang anak-anak yang menjadi anggotanya dan secara rutin me­
nyebarkan informasi itu kepada semua orang yang berminat.
Melakukan penelitian tentang kebudayaan-kebudayaan, sikapsikap dan praktik-praktik yang berbahaya dan merancang caracara untuk menghilangkan hal itu.
Melakukan advokasi bagi anak-anak di antara semua gereja,
dalam masyarakat, pemerintahan dan semua lembaga lainnya.
B. Pelatihan dan Dorongan
Persekutuan antar denominasi ini akan:

Mengorganisasi pelatihan dan program yang memberikan do­
rongan kepada denominasi-denominasi untuk memampukan me­
reka berfokus pada anak-anak.
224
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak

Merencanakan strategi dan mempersiapkan bahan-bahan untuk
digunakan oleh denominasi-denominasi.
C. Persiapan Bahan-bahan Pemahaman Alkitab bagi Anak
Persekutuan denominasi-denominasi akan:


Menyelenggarakan dan mendukung persiapan penerbitan bukubuku dan bahan-bahan pemahaman Alkitab bagi anak-anak.
Memproduksi, mengumpulkan dan menyebarkan tulisan, kaset,
video dan bahan lainnya yang akan membantu gereja-gereja
untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap anak-anak.
TANGGUNG JAWAB DENOMINASI
A. Fokus pada Anak
Tiap denominasi akan:





Mempersiapkan visi dan misi bagi pelayanan anak di seluruh
denominasi.
Memprioritaskan pelayanan anak seperti yang diminta Alkitab.
Membentuk panitia yang akan memberikan tuntunan dan
koordinasi secara menyeluruh dalam hal-hal yang berkaitan
dengan pelayanan anak.
Membentuk departemen yang bertanggung jawab atas pelayanan
anak.
Melibatkan pelayanan anak dalam aktivitas yang diselengga­ra­
kan, rencana-rencana, program, anggaran, anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga yang dibuat.
B. Mengumpulkan Informasi tentang Kebutuhan Anak dan Sumber Daya untuk Memenuhi Kebutuhan itu.
Tiap denominasi akan:

Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang lengkap ten­tang
anak-anak dan secara rutin menyebarkan informasi itu kepada
semua orang yang berminat.
225
Child, Church, and Mission

Melakukan penelitian tentang kebudayaan, sikap dan praktik yang
berbahaya dan merancang cara-cara untuk melenyapkan hal itu.
C. Pelatihan dan Penguatan
Tiap denominasi akan:



Mengorganisasi berbagai program pelatihan dan penguatan
pendorong bersama dan bagi pelayanan anak di tiap gereja yang
menjadi anggotanya.
Membantu gereja-gereja dalam mengakuisisi hasil penelitian,
tulisan-tulisan, video-video dan sumber daya lainnya untuk mem­
perlengkapi mereka dalam pelayanan mereka terhadap anakanak.
Memberikan pelatihan yang tepat di bidang perlindungan anak
dan protokol/pedoman di tiap gereja yang menjadi anggotanya.
D. Kurikulum Pelayanan Anak di Sekolah-sekolah Alkitab
Tiap denominasi akan:


Memastikan bahwa sekolah-sekolah Alkitab yang menjadi ang­
gotanya memasukkan pelayanan anak dalam kurikulumnya.
Memastikan bahwa sekolah-sekolah Alkitab yang menjadi ang­
gotanya memberikan pelatihan dan konsultasi kepada orangorang yang melayani anak-anak dalam keadaan yang amat sulit.
E. Guru Anak
Tiap denominasi akan memastikan bahwa guru anak-anak memperoleh
pelatihan yang memadai untuk mengajar anak-anak.
TANGGUNG JAWAB GEREJA LOKAL
A. Fokus pada Anak
Gereja lokal akan:

Memiliki pernyataan visi dan misi bagi pelayanan anak.
226
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak



Memberikan fokus yang sama kepada anak-anak seperti fokus
yang diberikan kepada pelayanan lainnya.
Membentuk sebuah panitia yang akan memberikan tuntunan
dan koordinasi secara menyeluruh dalam hal-hal yang berkaitan
dengan anak-anak.
Memasukkan pelayanan anak dalam kegiatan, rencana, program,
dan anggaran gereja.
B. Fasilitas Gereja Gereja yang Ramah Tamah Anak
Gereja lokal akan berusaha membuat fasilitas dan ruang-ruang kelas­­nya
atraktif, bersih, ramah dan aman bagi anak-anak dalam masa kanakkanak mereka.
C. Anak-anak dalam Keadaan yang Amat Sulit
Tiap gereja lokal akan melakukan langkah konkret untuk memertahan­kan
dan membela hak anak-anak yang berada dalam keadaan yang amat sulit
dengan bekerja sama dengan individu-individu dan organisasi-organisasi
di daerah itu.
D. Mengumpulkan informasi tentang Kebutuhan Anak dan Sumber Daya untuk Memenuhi Kebutuhan itu.
Tiap gereja lokal akan:


Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang lengkap tentang
anak-anak.
Melakukan penelitian tentang kebudayaan, sikap dan praktik
yang berbahaya dan merancang cara-cara untuk melenyapkan
hal itu.
E. Pelatihan Para Orangtua
Tiap gereja lokal akan:

Mendidik dan melatih para orangtua/penjaga dan kaum muda
tentang tanggung jawab mereka terhadap anak-anak.
227
Child, Church, and Mission
Mendidik dan mendorong para orangtua agar membesarkan
anak-anak sesuai firman Allah dan dengan suatu cara yang akan
melindungi mereka dari aspek-aspek yang berbahaya dari ke­
budayaan yang akan mengotori hati nurani dan iman mereka.

F. Kelas-kelas Berdasarkan Usia
Gereja lokal akan:
Memastikan bahwa anak-anak akan hadir dalam kelas-kelas yang
dibentuk berdasarkan usia.
Berusaha agar silabus-silabus dibuat dengan mempertimbangkan
usia dan kapabilitas anak.


G. Advokasi bagi Anak-anak
Tiap gereja lokal akan melakukan advokasi bagi anak-anak dalam ko­
munitasnya.
Michael menyediakan ruang bagi semua orang yang terlibat
untuk membubuhkan tanda-tangan. Dengan demikian, komitmen
untuk membuat gereja sebuah tempat yang ramah anak dibagi dan
diketahui orang banyak.
Seharusnya memang begitu, benar bukan?
Bacaan


“If I Were a Child Today I’d Need … Developing Spiritual
Kinship with Children,” It Takes a Church within a Village
oleh H. B. London Jr., dan Neil B. Wiseman, Bab 4.
“Family Traits of Child Sensitive Churches Boys and Girls
Loved Here,” It Takes a Church within a Village oleh H.B.
London Jr., dan Neil B. Wiseman, Bab 8.
228
Karakteristik Gereja yang Ramah Anak

“39 Ways to Improve Our Impact on Children: You Can
Make a Difference,” It Takes a Church within a Village
oleh H.B. London Jr., dan Neil B. Wiseman, Bab 12.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Pikirkanlah satu atau dua sikap dan tindakan yang akan
mendorong anak-anak dalam masing-masing dari lima
esensi yang ada dalam sebuah gereja yang ramah anak
(Dr. White).
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Apakah Anda menganggap gereja di mana Anda di­
besarkan atau gereja di lingkungan Anda adalah gereja
yang ramah anak? Jelaskanlah jawaban Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Dari “Hal-hal Mendasar yang Sebaiknya Didapatkan
Anak-anak dari Gereja,” apakah tiga hal yang Anda
anggap sebagai hal terpenting untuk menjangkau anakanak di daerah Anda? Mengapa?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
229
Child, Church, and Mission
4. Gereja-gereja yang benar-benar rindu untuk bisa mela­
yani anak-anak dengan efektif harus mempertim­bang­
kan dengan teliti manfaat dan kerugian dari khot­bah
yang disampaikan kepada anak-anak. Berdasarkan pan­­
dangan Boice dan pengalaman Anda sendiri dan apa
yang Anda baca sampai saat ini, apakah Anda akan me­
makai khotbah yang diperuntukkan bagi anak-anak se­
bagai sebuah cara untuk membuat gereja lebih ramah
anak? Jelaskanlah jawaban Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Pikirkanlah ide tentang keramahtamahan terhadap
anak-anak dalam gereja. Dalam kelompok yang ber­
anggotakan teman-teman gereja Anda, daftarlah halhal yang akan membuat gereja Anda lebih ramah anak.
Berikanlah alasan yang rasional untuk tiap hal tersebut.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
230
9
Perlindungan Anak dalam
Lingkungan Gereja
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi
karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala
sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
1 Korintus 13:6–7
Child, Church, and Mission
K
eprihatinan terhadap anak-anak merupakan dasar bagi pe­
ngembangan anak secara holistik. Kami jelas menentang se­
mua bentuk eksplotasi terhadap anak, termasuk mempekerjakan
anak-anak, prostitusi anak-anak, dan semua bentuk lain pelecehan
jasmani, emosi, dan seksual.
Membahas pertanyaan tentang perlindungan anak dalam
konteks pelayanan anak di dalam gereja sebenarnya merupakan
sesuatu yang memalukan. Sebagian besar orang yang bekerja
sama dengan kami menganut nilai-nilai inti yang sama dengan
yang kami anut. Namun, kami tidak boleh naïf. Mungkin ada orangorang yang berusaha memakai keterlibatan mereka dalam sebuah
program anak yang didasarkan pada gereja untuk melaksanakan
keinginan mereka sendiri, yang lebih besar kemungkinannya untuk
menyimpang daripada murni. Sementara saya menulis naskah ini,
saya membaca sebuah cerita tentang seseorang yang dihukum
karena melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang
ditemukan bekerja di sebuah panti asuhan yang didirikan untuk
memelihara anak-anak setelah tsunami menyerang Sri Lanka pada
Desember 2004—jelas ia memperoleh akses untuk mendekati
anak-anak. Peristiwa ini benar-benar terjadi.
Pedoman ini bertujuan membantu kita memastikan bahwa
para staf, donatur, sukarelawan atau personel-personel lain di
gereja kita dan program-program yang berfokus pada anak tidak
terlibat dalam eksploitasi anak dalam bentuk apa pun. Semua gereja
atau organisasi yang memelihara anak-anak harus mengembang­
kan aktivitas-aktivitas pelatihan untuk memastikan bahwa semua
orang di dalam dan sekitar program mengerti gentingnya masa­
lah ini dan mengetahui cara-cara untuk mencegahnya. Penekanan
yang diberikan di sini adalah pencegahan dari pelecehan seksual,
tetapi perhatian juga diberikan kepada pencegahan dari pelecehan
lainnya.
232
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
Melindungi Anak-anak dari Diri Kita Sendiri
Salah satu bentuk eksploitasi anak yang paling sering terjadi dan
paling melukai hati adalah pelecehan seksual yang dilakukan orang
dewasa terhadap anak-anak. Di Asia, keinginan yang keliru dari
ribuan turis yang mencari kesenangan dari para pelacur—bahkan
pelacur yang masih anak-anak—telah menyebabkan timbulnya
industri seks bernilai jutaan dolar. Di beberapa negara, anak-anak
perempuan dan laki-laki berumur 9 tahun dan lebih muda dijual
sebagai pelacur oleh orangtua mereka yang sangat membutuhkan
uang dan orangtua yang ditipu oleh pedagang-pedagang yang
mengincar anak-anak yang masih kecil. Anak-anak tuna wisma
yang hidup di jalan-jalan direkrut oleh germo agar menjual tubuh
mereka secara seksual dan agar bertahan hidup. Mereka tidak
hanya diperkosa dan disiksa secara fisik, tetapi juga menderita luka
di jiwa seumur hidup mereka.
Siapakah pedofil itu? Seorang pedofil jarang merupakan
orang asing. Biasanya ia adalah seseorang yang mengenal si anak,
seperti orangtua atau pengasuh anak, atau seseorang yang berkuasa,
seperti guru atau pengerja kaum muda. Sering kali mereka adalah
orang-orang yang terpandang dalam komunitas mereka dan tidak
ada orang yang berani menuduh bahwa mereka telah melakukan
pelecehan seksual terhadap anak-anak. Pelecehan terhadap anakanak ini sebagian besar tidak disertai kekerasan, tidak bersifat
komersial, tidak dilakukan secara spontan di bar-bar seks dan
hotel yang menyediakan layanan seks bagi turis. Pelecehan ini
terjadi setelah seseorang yang sudah dewasa berhasil membuat
si anak percaya supaya pelecehan yang dilakukannya begitu sulit
dideteksi.
Bahkan hukuman yang dijatuhkan dalam sidang pengadilan
jarang membuat jera orang-orang yang terlibat dalam eksploitasi
anak melalui sebuah organisasi atau pelayanan. Bila mereka gagal
di sebuah organisasi, mereka bergabung dengan organisasi lain.
Namun, jangan keliru. Konvensi PBB tentang Hak Anak mendorong
semua negara untuk mencegah:
233
Child, Church, and Mission



Penggunaan bujukan atau paksaan terhadap anak agar
terlibat dalam aktivitas seksual yang melanggar hukum.
Eksploitasi anak-anak dalam prostitusi atau praktik
seksual lainnya yang melanggar hukum dan
Eksploitasi anak-anak dalam performa dan bahan yang
porno.
Hukum tentang pelecehan terhadap anak-anak berbeda di
setiap negara. Mungkin lembaga-lembaga hukum perlu meninjau
kembali setiap kebijakan dan prosedur supaya kebijakan dan
prosedur itu sesuai hukum yang berlaku di negara Anda. Lembagalembaga penegakan hukum dan perlindungan anak di banyak
negara bisa jadi memiliki bahan-bahan yang bisa berguna dalam
menyesuaikan pedoman ini dengan situasi nasional.
Mengetahui telah Terjadi Pelecehan terhadap Anak
Pelecehan jasmani sering kali meninggalkan tanda pada
tubuh anak. Orang-orang yang melayani anak-anak kadangkadang mencoba mencari dalih bagi luka-luka yang muncul karena
234
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
kecelakaan yang terjadi dalam masa kanak-kanak yang normal.
Luka-luka yang diderita anak-anak karena permainan yang kasar
ketika berfungsi dengan normal dan luka-luka yang sering kali
merupakan gejala dari pelecehan yang terjadi pada anak itu ber­
beda. Orang-orang yang berprofesi dalam bidang perkembangan
anak akan mengetahui bedanya. Gambar di atas adalah gambar
yang membandingkan lokasi (gambar kiri) luka-luka yang muncul
ketika anak terluka di tempat bermain dan lokasi luka-luka yang
muncul karena pelecehan jasmani. Tabel di bawah adalah
ringkasan gejala-gejala jasmani dan tingkah laku yang muncul
karena beberapa jenis pelecehan.
Jenis
Pelecehan
Pelecehan
Jasmani
Tanda-tanda fisik
Memar atau bilur-bilur dalam
berbagai tahap kesembuhan
yang muncul berulang kali pada
tubuh si anak dan tidak bisa
dijelaskan melalui kelakuan
yang anak yang sedang
bertumbuh sesuai harapan.
Tanda-tanda pada Tingkah Laku
Penjelasan tentang luka
jasmani yang tidak cocok
dengan luka yang ada, atau usia
pertumbuhan anak.
Keluhan yang terus-menerus
Banyaknya patah tulang yang
atau berulang kali muncul karena
tidak bisa dijelaskan, keretakan
sebab yang tidak jelas, seperti
tengkorak yang parah atau lukasakit kepala atau sakit di perut.
luka di kepala.
Kostelnik, “Guiding Children’s Social Development” dalam buku Child Abuse and
Neglect: A Self Instructional Text for Head Start Personnel (Washington, D.C: U.S.
Government Printing Office, 1977). Diambil dari Biro Pengembangan Anak dan
Keluarga dan Biro Anak, Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan.
Bagian tentang mengenali pelecehan anak diambil dari The Compassion
Guidelines for Child Protection, “Protecting Children from Abuse,” April 2003.
“Caring for Our Children,” dalam National Health and Safety Performance
Standards-Appendix K (American Academy of Pediatrics, 2002), hlm. 420.
235
Child, Church, and Mission
Orangtua/orang yang melayani
anak-anak melaporkan bahwa
luka yang serius itu ditimbulkan
oleh kelakuan si anak sendiri,
atau anak melaporkan bahwa ia
dilukai oleh orangtuanya atau
orang yang melayani dia.
Pelecehan
Jasmani
Luka bakar atau luka yang
bentuknya menyerupai benda
yang dipakai untuk menyakiti,
seperti bekas-bekas gigitan,
bekas-bekas pukulan atau
cakaran tangan, bekas-bekas
selomotan cerutu atau rokok,
tanda-tanda terkena pukulan
sabuk. Luka bakar karena
dibenamkan ke dalam air panas
atau cairan panas lainnya.
Orangtua/orang yang melayani
anak berusaha menunda
perawatan medis.
Luka-luka di mulut dan
sekitar mulut yang tidak bisa
dijelaskan dan muncul berulang
kali.
Anak tidak bertumbuh
sebagaimana seharusnya
padahal anak itu tampak lapar
dan senang makan ketika
ditawari makanan.
Jenis
Pelecehan
Pelecehan
seksual
Tanda-tanda Fisik
Rasa sakit, gatal-gatal, memar
atau pendarahan di sekitar
organ intim. Noda atau darah di
pakaian dalam.
236
Tanda-tanda pada Tingkah Laku
Pengetahuan atau kelakuan
yang aneh, terlalu berlebihan
atau tidak lazim untuk umur si
anak seperti minta kepada anak
lain agar melakukan tindakantindakan seksual, meletakkan
mulut di organ intim, mencoba
berhubungan intim.
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
Anak melaporkan pelecehan
seksual yang dilakukan orangtua
atau orang yang melayani dia.
Penyakit kelamin
Pelecehan
seksual
Sulit berjalan atau duduk
Kotoran yang keluar dari vagina
atau saluran kencing.
Jenis
Pelecehan
Pelecehan
Emosi
Jenis
Pelecehan
Diabaikan
Tanda-tanda Fisik
Tertundanya pertumbuhan
jasmani, emosi atau intelek
yang tidak bisa dijelaskan.
Kebiasan seperti menggoyanggoyang atau menghisap jari
melebihi ekspetasi pada tahap
pertumbuhan saat itu.
Tanda-tanda Fisik
Terus-menerus lapar, minta
makanan atau menimbun
makanan. Letih atau tidak
memiliki gairah. Tidak menjaga
kebersihan seperti rambut ,
kulit, dan pakaian yang kotor.
Pakaian yang tidak pantas.
237
Tanda-tanda pada Tingkah Laku
Berkurangnya harga diri,
depresi, menyendiri. Kelakuan
yang ekstrem seperti terlalu
agresif atau pasif, apatis,
wajah yang kelihatan hampa,
berkurangnya interaksi sosial
dengan orang lain, fobia,
ketakutan yang digeneralisasi,
takut kepada orangtua.
Tanda-tanda pada Tingkah Laku
Tidak ada bimbingan dalam
waktu yang lama, yang tidak
tepat bagi usia anak atau
pertumbuhan anak.
Child, Church, and Mission
Malnutrisi atau tidak
bertumbuh yang tidak bisa
dijelaskan karena tidak sakit.
Diabaikan
Menunda untuk pergi ke dokter
ketika sakit secara jasmani atau
sakit gigi.
Tidak memiliki orangtua
atau pengasuh karena
penyalahgunaan obat,
pelecehan jasmani atau gila.
Jenis
Pelecehan
Pelecehan
lainnya
Tanda-tanda Fisik
Pelecehan yang substansial.
Ketidakikutsertaan dalam
program pemeliharaan anak
yang tidak bisa dijelaskan.
Tanda-tanda pada Tingkah Laku
Anak yang terlalu penurut
atau tidak mau menurut.
Tidak bisa memilih cara yang
ramah dalam mendekati orang
dewasa. Penurunan dalam
pertumbuhan seperti anak yang
terlatih menggunakan toilet
menjadi anak yang buang air
kecil atau buang air besar di
sembarang tempat. Sulit tidur
atau kehilangan nafsu makan.
Depresi. Kelakuan yang merusak
diri sendiri. Rasa takut yang
berlebihan/tidak tepat.
Pedoman Umum Melindungi Anak-anak
Ada beberapa pedoman yang sudah terbukti dan masuk akal yang
efektif untuk melindungi anak-anak yang Anda layani dan pelayan­
an Anda dari bahaya karena pelecehan yang dilakukan terhadap
anak-anak.
238
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
Saringlah pengunjung yang mengunjungi aktivitas dan
proyek-proyek yang Anda selenggarakan. Banyak proyek gereja
yang memiliki donatur atau sponsor lokal atau dari luar negeri
yang kadang ingin mengunjungi program yang mereka dukung.
Kepada para pengunjung dan donatur ini sebaiknya diberitahukan
keprihatinan gereja Anda untuk menghindari eksploitasi anakanak. Mereka harus mengerti bahwa informasi apa pun yang Anda
minta dari mereka adalah untuk mencegah hal ini agar tidak terjadi.
Caranya harus positif: “Inilah yang kami lakukan untuk melindungi
anak-anak yang Anda bantu.”
­
Bagi banyak generasi, pelecehan anak-anak—khususnya pelecehan
seksual merupakan sesuatu yang terlalu memalukan untuk disebutkan
di luar gereja, apalagi di antara jemaat. Namun, dewasa ini di banyak
negara, provinsi, dan negara bagian, pelecehan anak-anak harus di­
laporkan kepada pemerintah. Tidak melaporkan sebuah kasus yang
diketahui atau diduga telah terjadi sering kali menyebabkan sebuah
pelayanan anak atau gereja yang terlibat dalam pelayanan anak secara
hukum bertanggung jawab atas pelecehan yang telah menimpa si anak,
bahkan bila pelayanan atau gereja bukan sumbernya. Itulah sebabnya
sebuah kebijakan untuk melindungi anak dari pelecehan, maka prosedur
untuk tetap melaporkan pelecehan yang telah terjadi penting sekali.
Saringlah dan dengan teliti seleksi staf yang akan
me­­layani anak-anak. Adakanlah, tinjau kembali, dan perkuat
re­krut­men pekerja dan kebijakan serta prosedur bagi para
pekerja, khususnya staf yang melayani anak-anak. Ini mencakup
pengembangan pedoman kelakuan bagi seluruh staf. Seorang
anggota staf yang bertanggung jawab yang telah dilatih untuk
menyaring calon-calon staf harus mewawancarai orang-orang yang
melamar untuk menjadi staf. Bila diperbolehkan hukum, orang
yang mewawancarai harus mengajukan pertanyaan yang bersifat
pribadi untuk mengenal pelamar yang mungkin menimbulkan
risiko di bidang ini dan karena itu, jangan diterima untuk bekerja di
sebuah organisasi yang berfokus pada anak-anak.
239
Child, Church, and Mission
Implementasikan pedoman perilaku untuk staf. Bahkan
jika organisasi sudah berhati-hati memilih staf, bisa saja anakanak menghadapi bahaya, bila staf yang melayani anak-anak tidak
diawasi dengan tepat. Risiko bahaya bagi anak dan kekurangan yang
ada pada sebuah organisasi bisa dikurangi bila para staf diobservasi
dengan menggunakan pedoman kelakuakn yang telah dibuat.
Kembali, pedoman ini didasarkan pada nilai-nilai yang ada
dalam Alkitab. Pertama, setiap pedoman dan prinsip yang dibuat
harus berlaku bagi semua staf dan sukarelawan yang melayani
anak-anak. Kedua, staf tidak boleh menampilkan perilaku yang tidak
tepat. Sebagai contoh, mungkin menurut kebudayaan yang ada bisa
diterima bila orang yang sudah dewasa mengundang seorang anak
atau orang yang belum dewasa untuk datang ke rumahnya, makan
bersama, atau sekadar berkunjung. Namun, menurut pandangan
orang lain ini mungkin keliru dan oleh karena itu jangan dilakukan.
Dalam kasus apa pun, sebaiknya ada lebih dari satu orang dewasa
yang hadir sepanjang waktu bersama anak-anak supaya anak-anak
merasa lebih nyaman dan staf terlindung dari tuduhan palsu bahwa
mereka telah melakukan pelecehan terhadap anak-anak.
Para psikolog menunjukkan bahwa sangat alami bagi anakanak, khususnya para remaja untuk memiliki perasaan emosional
terhadap orang dewasa yang mereka hargai dan hormati. Mereka
sering kali mengekspresikan perasaan ini melalui bercumbu-cum­
buan, menyanjung-nyanjung, memeluk, bahkan mengeluarkan per­
kataan-perkataan yang bersifat ajakan. Para sukarelawan atau staf
yang menjumpai pengalaman seperti ini harus berhati-hati agar
mereka tidak membuat diri berada dalam posisi yang mencuriga­
kan atau rentan. Oleh karena itu, bila anggota staf merasa tidak
nyaman terhadap sebuah hubungan yang dijalin dengan orang
yang belum dewasa, mereka berkonsultasi dengan rekan sejawat,
berbicara kepada pengawasnya atau mencari bantuan orang yang
profesinya di bidang itu. Dalam hal ini, para anggota staf harus
memiliki penilaian yang baik, hikmat, dan berhati-hati ketika secara
pribadi terlibat dalam kehidupan anak dan orang yang belum
dewasa yang mengalami masalah emosi dan kejiwaan.
240
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
Untuk menjaga keutuhan pedoman ini, kami menasihati
Pusat-pusat Pengembangan Anak yang kami dirikan agar mem­
praktikkan daftar yang berisi hal-hal sederhana dan praktis yang
boleh atau tidak boleh dilakukan:





Semua sukarelawan, staf, sponsor dan pekerja proyek
harus benar-benar profesional dalam hubungan mereka
dengan orang-orang yang belum dewasa dan anak-anak,
dan saat yang sama men­demonstrasikan kasih dan
kepedulian Kristen.
Para sukarelawan, staf, sponsor, dan pekerja proyek
tidak boleh tinggal sendirian bersama seorang atau lebih
anak meskipun hanya semalam baik di rumah anggota
staf itu atau di mana saja.
Para pekerja tidak boleh mempekerjakan orang-orang
yang dewasa sebagai “pembantu di rumah” atau me­
nyediakan tempat bernaung bagi orang yang belum
dewasa di rumah anggota staf.
Para sukarelawan, staf, donatur, dan pekerja proyek
tidak boleh menimang-nimang, memegang-megang,
men­­­­cium, mengemong orang yang belum dewasa de­
ngan cara yang tidak pantas.
Para staf dan pekerja proyek harus menyampaikan
notifikasi kepada pengawas yang tepat sebelum meng­
habiskan waktu sendirian bersama seseorang yang
belum dewasa dalam situasi yang tanpa supervisi.
Prosedur Pelaporan Dugaan Pelanggaran Seksual
Jangan keliru: Tidak pernah menyenangkan ketika muncul dugaan
bahwa telah terjadi pelanggaran seksual. Inilah sebabnya penting
sekali memiliki prosedur yang jelas untuk melaporkan dugaan
semacam ini.
241
Child, Church, and Mission
Sebuah prosedur pelaporan yang efektif bagi pelanggar­
an seksual yang diduga telah terjadi membantu upaya untuk
melindungi anak-anak dari pelecehan seksual atau pelecehan
lain­­nya. Orang-orang yang senang melakukan pelecehan terhadap
anak-anak tidak akan suka tetap berada dalam suatu lingkungan di
mana terdapat pekerja-pekerja yang telah dilatih untuk melaporkan
kelakuan yang mencurigakan. Seluruh staf harus mengerti bahwa
pelapor­an yang hati-hati dan rahasia terhadap pelecehan seksual
dan insiden-insiden yang dicurigai bisa terjadi atau kelakuan yang
tidak pantas itu penting sekali untuk mencegah terjadinya pelecehan
dan untuk melindungi anak-anak. Pelaporan ini menunjukkan
kepedulian. Ini bukanlah tindakan yang menunjukkan adanya
ketidakloyalan. Para pekerja harus mengetahui tanda-tanda bahwa
telah terjadi pelecehan dan penganiayaan fisik, juga tanda-tanda
pada ting­kah laku dan perkataan anak.
Dalam sebuah situasi di mana dicurigai telah terjadi peleceh­
an atau penganiayaan terhadap anak-anak dalam sebuah aktivitas
atau proyek, prosedur pelaporan berikut ini harus dijalankan:
Prosedur Pelaporan Internal. Bila seorang anggota staf
tahu bahwa seorang anak telah dianiaya atau secara masuk
akal dicurigai telah dilecehkan, atau mendengar dugaan
bahwa telah terjadi pelecehan. Ia harus:
1.
2.
3.
Segera melaporkan insiden itu kepada pengawas yang
bertanggung jawab atas aktivitas itu atau orang yang
paling senior di proyek itu.
Dengan teliti mencatat hasil observasinya atau apa
yang telah didengarnya dan setiap tindakan yang telah
diambil. Catatan ini harus diberi tanggal, ditandatangani,
dan disimpan di tempat yang aman.
Jangan mengonfrontasi orang yang dituduh telah me­
lakukan perbuatan itu atau terburu-buru menilai situasi
yang ada.
242
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
Prosedur Pelaporan Eksternal: Di banyak negara,
mungkin hukum di sana memandatkan pelaporan prosedur
ini ke pemerintah atau penegak hukum ketika diduga telah
terjadi pelecehan anak. Kecuali dalam keadaan darurat,
laporan itu harus terlebih dahulu kepada manajemen
senior, kemudian kepada pemerintah kalau sebagaimana
diminta atau dengan cara yang tepat. Dengen perkecualian
yaitu pelaporan yang dimandatkan oleh hukum, tidak bo­
leh ada orang di luar organisasi yang dikontak atau diberi
tahu hingga langkah-langkah pelaporan secara internal dan
formal selesai dilakukan dan hingga instruksi-instruksi di­
berikan oleh manajemen senior untuk pelaporan eksternal
yang tepat. Dalam keadaan apa pun anggota staf tidak boleh
berbicara kepada media mengenai dugaan apa pun.
Enam Prinsip dalam Merespons Dugaan Pelecehan
Respons sebuah gereja terhadap dugaan telah terjadi pelecehan
anak harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
Semua dugaan akan diterima dengan serius dan akan
ditangani secara bertanggung jawab oleh orang yang
tepat.
Pelecehan seksual terhadap anak-anak tidak akan di­
toleransi. Para sukarelawan dan anggota staf harus
mengerti prinsip dasar ini ketika mereka mulai bekerja.
Tiap situasi akan ditangani secara jujur dengan meng­
hargai privasi si anak dan orang yang kelakuannya
sedang dipermasalahkan.
Perawatan yang tepat untuk memulihkan anak yang te­
lah mengalami pelecehan atau dicurigai telah dileceh­
kan akan menjadi perhatian yang utama.
Anak tidak boleh dianggap sebagai orang yang ber­
tanggung jawab, kecuali fakta mengindikasikan hal
sebaliknya.
243
Child, Church, and Mission
6.
Setiap anggota staf yang dituduh telah melakukan
pelecehan akan diperlakukan dengan memerhatikan
privasi dan hak-haknya sesuai hukum yang berlaku.
Pemimpin gereja harus bertindak dengan cara yang meng­
hargai martabat dan harga diri setiap orang, termasuk anak-anak.
Sembilan Komponen Kebijakan
Perlindungan Anak yang Efektif
Ketika Anda meninjau kembali komponen ini, pikirkanlah komponen
mana yang mungkin akan memiliki dampak langsung terhadap keamanan
anak yang Anda layani. Pertimbangkanlah pula bila ada komponen dalam
daftar ini yang tidak ada dalam kebijakan perlindungan anak di gereja
Anda—dan bila fakta tidak adanya komponen itu menimbulkan risiko di
gereja Anda.
1. Pernyataan Komitmen
Pernyataan ini meringkas mengapa kebijakan ini ada dan menempatkannya
dalam konteks yang lebih luas. Pernyataan ini harus mencakup:



Definisi pelecehan anak
Sebuah analisis terhadap masalah perlindungan anak yang besar
dalam situasi yang sedang Anda hadapi saat ini.
Sebuah analisis terhadap kerangka kerja legal dan kultural di negara
Anda.
2. Mengomunikasikan Komitmen
Sebuah kebijakan perlindungan anak yang baik akan dengan jelas meng­
komunikasikan komitmen untuk memberikan perlindungan:
Sembilan protokol perlindungan anak ini diadaptasi dari presentasi tentang
Perlindungan Anak yang dibuat oleh Dan Brewster dan Heather McDonald di
Cutting Edge III di Le Bron, Belanda, Maret 2001.
244
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja



Berbicara tentang pelecehan anak dan mematahkan sikap yang
mendiamkan hal ini.
Membangkitkan dan melatih kesadaran
Memasukkan kebijakan ini dalam buku pedoman staf/pengurus
lain.
Pekerja dan staf pelayanan anak harus dilatih untuk mengenali:





Pelecehan jasmani.
Pelecehan seksual.
Pelecehan emosi.
Pengabaian.
Pelecehan lainnya yang lazim dilakukan terhadap anak-anak
dalam kebudayaan Anda.
3. Protokol Tingkah Laku
Pedoman umum bagi staf, sukarelawan, orang yang sedang magang,
pengunjung, donatur, sponsor, tamu dan mitra mencakup:







Memperlakukan anak-anak dengan penuh penghargaan dan
bermartabat.
Deskripsi kelakuan yang tepat terhadap anak-anak.
Peraturan Dua Orang Dewasa: Satu orang dewasa tidak boleh
sendirian—misalnya di balik pintu yang tertutup—bersama
seorang anak. Kalau harus dilakukan konseling atau ada hal-hal
rahasia yang harus didiskusikan, itu harus dilakukan dengan pintu
yang terbuka.
Dokumen yang ditandatangani yang berkata bahwa kebijakan itu
akan dihormati.
Akan diambil tindakan bila muncul kelakuan yang tidak pantas.
Mengakui bahwa orang dewasa akan bertanggung jawab bahkan
bila seorang anak menunjukkan kelakuan yang “menggoda”.
Melanggar protokol ini akan menjadi dasar untuk diterapkannya
disiplin termasuk pemecatan.
245
Child, Church, and Mission

Tidak boleh mempekerjakan orang yang belum dewasa sebagai
pembantu di rumah.
Semua pengunjung akan:




Diberi salinan protokol tingkah laku ini.
Diberi tahu tentang komitmen organisasi untuk melindungi anakanak dan tahu mengapa ini merupakan hal yang penting.
Menandatangani sebuah kesepakatan yang tertulis bahwa me­
reka akan menaati protokol ini.
Selalu ditemani staf proyek.
Sebagian besar prinsip dasar bagi pedoman kelakuan staf adalah
prinsip yang masuk akal. Prinsip dasar ini mencakup:





Menghindari setiap kelakuan yang tidak pantas.
Lebih dari satu orang dewasa akan selalu hadir bersama anakanak.
Berhati-hati terhadap ekspresi emosi yang tidak tepat dari anakanak.
Berkonsultasi dengan pengawas atau mencari nasihat dari orang
yang ahli di bidangnya ketika berada dalam sebuah situasi yang
tidak nyaman bersama seseorang yang belum dewasa.
Menggunakan hikmat ketika menangani anak-anak yang memiliki
masalah emosi dan kejiwaan.
4. Perlindungan anak dalam bahan-bahan yang diterbitkan dan komunikasi dengan pihak luar.
Sebuah kebijakan perlindungan anak yang baik akan menyediakan
pedoman yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan dan gambargambar yang dimuat di media kita dan penggalangan dana yang kita
gunakan untuk merefleksikan pelayanan kita terhadap anak-anak.
246
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja







Semua komunikasi harus menjaga martabat dan harga diri anak.
Gambar dan cerita-cerita tentang anak harus selalu sopan dan
menghargai mereka.
Gambar-gambar yang dimuat tidak boleh mengisyaratkan adanya
hubungan dengan yang sedang memegang kekuasaan.
Komunikasi yang disampaikan harus menghargai hak privasi,
tidak mengkaitkan nama-nama dengan lokasi-lokasi tertentu dan
memburamkan atau memblok wajah anak-anak tertentu yang
berisiko (misalnya anak yang terlibat dalam prostitusi).
Protokol internet, khususnya yang berkaitan dengan sponsor.
Protokol tingkah laku bagi staf komunikasi, yang mencakup pen­
jelasan terhadap anak-anak mengenai siapakah mereka, mengapa
Anda bertanya dan memfoto, apa yang akan dilakukan terhadap
foto-foto itu, dan memperoleh izin dari pemimpin dalam keluarga/
komunitas untuk menggunakan gambar-gambar itu.
Memakai nama samaran untuk anak-anak yang berisiko.
5. Memastikan semua mitra dan pemangku kebijakan memiliki komitmen yang sama.
Dengan dibuatnya komponen kebijakan ini, jelas bahwa setiap mitra
proyek atau pemangku kebijakan lainnya harus memiliki komitmen yang
sama untuk melindungi anak-anak. Siapa pun yang ingin berhubungan
dengan anak-anak perlu mengetahui komitmen kita untuk melindungi
anak-anak dan juga memiliki komitmen yang sama.
6. Pedoman untuk menyaring dan merekrut
Sebuah kebijakan perlindungan anak akan menekankan pentingnya
pe­nyaringan yang teliti terhadap calon yang potensial dan prosedur re­
krutmen yang dibuat:


Mengidentifikasi prosedur yang mengurangi risiko mempekerja­
kan orang yang bisa jadi akan melecehkan anak-anak.
Memberikan perhatian yang intensif kepada hukum setempat,
jadi berkonsultasi dengan pengacara-pengacara setempat.
247
Child, Church, and Mission


Ini berlaku bagi SELURUH staf, sukarelawan/orang yang sedang
magang, pengurus dan kontraktor.
Sebuah kesepakatan yang ditandatangani bahwa akan dilakukan
pemeriksaan terhadap latar belakang yang akan didapatkan dalam
proses rekrutmen (bila dimungkinkan oleh hukum, pemeriksaan
terhadap catatan criminal yang berkaitan dengan pelecehan ter­
hadap anak-anak),
7. Respons terhadap Dugaan
Prosedur apakah yang akan diikuti ketika muncul dugaan bahwa telah
terjadi pelecehan? Kebijakan yang dibuat harus merinci tindakan tertentu
yang diambil berkaitan dengan setiap dugaan pelecehan yang dilakukan
staf/pengunjung (dan orang lain). Prosedur ini mencakup:










Menciptakan sebuah kultur yang mengharapkan dilaporkannya
kelakuan yang mencurigakan.
Memperlakukan korban dan orang yang diduga sebagai pelaku
dengan menghargai mereka dan dengan bermartabat sementara
investigasi sedang berlangsung.
Tetap memercayai si anak kecuali dibuktikan yang sebaliknya.
Mengembangkan prosedur pelaporan.
Sebuah tim yang melakukan pendekatan (pekerja perlindungan
anak, hukum, pegawai, manajemen).
Menjaga kerahasiaan—(hanya perlu mengetahui hal-hal yang
mendasar).
Mendokumentasikan secara tertulis fakta-fakta yang berkaitan
dengan investigasi dan hasilnya (arsip rahasia).
Menaati hukum setempat sebagaimana dituntut dan hal-hal yang
bersifat ekstra teritorial bila orang asing terlibat.
Merancang orang yang akan berurusan dengan media.
Termasuk dalam kebijakan sebuah pernyataan yang memboleh­
kan penyingkapan kepada majikan-majikan di masa mendatang,
informasi yang berkaitan dengan pemecatan orang yang diduga
telah melakukan pelecehan.
248
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
Memberikan dukungan yang terus-menerus pada anak dan
tersangka.

8. Advokasi dan Berjejaring
Komitmen untuk bekerja sama dengan kelompok-kelompok lain yang ter­
tarik pada perlindungan anak untuk:
Berdoa memohon hikmat dan kekuatan.
Belajar dari kelompok lain.
Terlibat dalam komunitas, aktivitas-aktivitas di tingkat regional
dan nasional untuk melobi pemerintah, polisi, dan lainnya.
Mendorong dan mendukung diadakannya pelatihan-pelatihan.
Berjejaring dengan orang lain.





9. Kerahasiaan
Semua lamaran, formulir penyaringan, formulir referensi dan setiap
informasi yang diperoleh dari penggunaan formulir ini harus dijaga ke­
rahasiaannya. Tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk me­
mastikan semua kerahasiaan.
Setiap prasangka atau rumor tentang pelecehan anak harus di­
tindaklanjuti untuk melindungi anak-anak yang Anda layani, dan dalam
beberapa kasus anggota-anggota staf yang tidak bersalah. Inilah yang
paling sulit dilakukan dalam pelayanan anak. Namun, bila kita belajar
untuk menanganinya dengan cepat dan langsung, kita benar-benar akan
bisa mengubah hidup anak-anak menjadi lebih baik.
Bacaan


“Guidance to Churches: Protecting Children and
Appointing Children’s Workers,” Churches Child
Protection Advisory Service, hlm. 1–22.
“Protecting Children from Abuse” oleh Compassion
International “Spiritual Healing,” oleh Dan Brewster
249
Child, Church, and Mission
dalam buku Sexually Exploited Children. Phyllis Kilbourn,
editor, hlm. 144–160.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Bagaimanakah respons Anda pada seorang rekan di
gereja yang berkata, “Kami tidak membutuhkan ke­
bijakan semacam itu di sini. Kami dipanggil untuk be­
kerja. Tidak ada orang Kristen yang akan melukai anakanak”?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Gambarkanlah prosedur penyaringan bagi orang de­
wasa, bila ada, yang digunakan dalam pelayanan Anda
untuk melindungi anak-anak.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Pikirkanlah sembilan komponen yang ada dalam sebuah
perlindungan anak yang efektif dalam pelayanan Anda.
Mana dari sembilan komponen ini yang paling bisa di­
implementasikan dengan efektif. Mengapa?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
250
Perlindungan Anak dalam Lingkungan Gereja
4. Mana yang paling tidak bisa diimplementasikan dengan
efektif. Mengapa?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Daftarlah perbaikan-perbaikan yang bisa diimplemen­
tasikan pelayanan Anda dan/atau gereja Anda dalam
jangka panjang yang bisa memperkuat protokol per­
lindungan anak yang telah Anda buat.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
251
G
Bagian Empat
ANAK DAN MISI
ereja secara tradisi telah melakukan pekerjaan yang baik
dengan memelihara anak-anak yang sudah ke gereja.
Banyak gereja, khususnya di dunia Barat memiliki sekolah
Minggu, Sekolah Alkitab Liburan, menyelenggarakan kamp
dan program-program lainnya. Beberapa program ini berfokus
pada menjangkau anak-anak yang belum ke gereja, meskipun
yang lebih sering dijangkau adalah mereka yang setidaktidaknya sudah men­jadi bagian marginal dari jemaat yang
berpartisipasi dalam ibadah di gereja dan program-program
ini pada umumnya menekankan transformasi rohani. Di
dunia Barat, hanya se­dkit program ini yang memberikan
kesempatan atau motivasi untuk menjangkau anak-anak yang
sama sekali belum pernah ke gereja dan anak-anak dengan
latar belakang agama lain. Untuk melaksanakan maksud kami
di sini, pelayanan antar iman ini merupakan bagian dari apa
yang kami namakan Misi, dan sekarang kami memperkenalkan
komponen Misi dalam buku Child, Church and Mission ini.
Seperti yang telah kami lakukan dalam bagian-bagian
sebelumnya, sekarang kami ingin menempatkan anak “di tengahtengah” dalam kaitannya dengan Misi. Dalam bagian ini kami ber­
tanya, “Bagaimanakah pelayanan anak berkaitan dengan misi dan
Misi Gereja?” Atau yang lebih baik, “Bagaimanakah Misi mencakup
anak-anak?”, “Apakah anak-anak menjadi Pengabaian Besar (The
Great Omission) dalam strategi-strategi misi?”, “Bagaimanakah
pelayanan lintas budaya terhadap anak bisa sensitif, etis dan
Child, Church, and Mission
efektif?”, “Bagaimanakah anak-anak bisa menjadi obyek Misi dan
sumber daya bagi misi?”
Untuk membahas hal-hal ini, pertama-tama kita akan mem­
pelajari masalah-masalah utama yang muncul dalam sejarah misi
dan misi dewasa ini. Kita akan menerapkannya pada misi lintas
budaya (antariman) kepada anak-anak. Kita akan merenungkan
etika penginjilan anak-anak dalam konteks lintas budaya. Kemudian
kita akan membahas anak-anak sebagai agen misi dan pelayanan
anak serta strategi misi secara keseluruhan, dengan perhatian
khusus diberikan kepada Jendela 4/14.
254
10
Misi—Apakah yang
Harus Dilakukan Gereja
Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan
perantaraan Kristus telah mendamaikan kita
dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan
pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah
mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus
dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.
Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu
kepada kami.
2 Korintus 5:18–19
Child, Church, and Mission
S
ebagian besar gereja memberikan perhatian tertentu kepada
misi. Banyak yang menyelenggarakan kebaktian misi pada hari
Minggu sekali dalam setahun dan sering kali mengundang seorang
misionaris untuk berbicara, yang biasanya menunjukkan gambargambar dan menantang gereja untuk memberikan persembahan
bagi misi. Saya telah sering kali menjadi salah satu pembicaranya.
Setelah melakukan hal ini, banyak gereja kemudian merasa bahwa
mereka bisa kembali ke pelayanan mereka yang sesungguhnya
yakni “bergereja”. Pernahkah Anda berpikir mungkin alasan utama
bagi keberadaan Gereja adalah untuk melakukan pekerjaan misi
atau mengutus misionaris? Dan mungkin tujuan utama dicetaknya
Alkitab adalah untuk menjadi “Buku Pedoman bagi Misionaris?”
Mungkin isi Alkitab seluruhnya adalah “… cerita tentang Misi
Allah—mengapa dan bagaimana umat manusia yang terhilang
harus dan akan ditebus oleh Allah yang penuh kasih.”
Ketika membaca Alkitab dengan pandangan seperti ini, kita
melihat bahwa menebus semua orang menjadi pusat perhatian
Allah. Dan yang merupakan hal yang terpenting bagi maksud
kami di sini adalah, kami bisa diyakinkan bahwa “semua orang”
mencakup anak-anak.
Jadi, apakah Misi itu? (Seperti kami memakai huruf besar
“G” untuk menunjuk pada Gereja di seluruh dunia, kami sering
kali memakai huruf besar “M” ketika menunjuk pada Misi global
atau Misi Gereja. Kami akan memakai huruf kecil “m” ketika me­
nunjuk pada pekerjaan misi tertentu atau aktivitas misi tertentu).
Kata misi tidak digunakan dalam Alkitab (Kebetulan, ini juga
terjadi pada istilah-istilah Kristen lain yang sudah dikenal, seperti
pengangkatan [rapture] atau tritunggal). Kata misi sudah sering kali
digunakan dalam bahasa Inggris kontemporer—misi diplomatik,
misi perdamaian, misi ke ruang angkasa, atau misi yang mustahil!
Namun, misi yang kami maksudkan di sini adalah Misi Allah atau
Misi Gereja.
World Mission: An Analysis of World Christian Movement, Jonathan Lewis, editor
(Pasadena, CA: William Carey Library, 1987), hlm. 2.
256
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
Dalam bukunya yang baik, What Is Mission?, Andrew Kirk
membantu kita untuk memahami pentingnya Misi. Definisi Kirk
tentang Misi adalah: “Tujuan dan aktivitas-aktivitas Allah di da­lam
dan bagi seluruh alam semesta.” “Tak seorang pun,” ia menulis, “yang
berada di luar kompasnya. Misi ini tetap dilaksanakan mes­kipun
ditentang, ditolak, dan disalahtafsirkan.” Allah selalu ber­tujuan
menebus umat manusia dan menegakkan kembali pemerintahanNya di bumi. Sarana yang Dia pakai untuk melakukan hal inilah
yang kita sebut “Misi”.
Bila kita setuju dengan pendapat Kirk, kita juga akan setuju
bahwa Misi merupakan pusat Gereja. “Gereja,” kata Kirk, “menurut
definisinya adalah misionaris (Daripada berpikir bahwa misi
merupakan satu aspek dari eksistensi gereja, lebih baik berpikir
bahwa misi mendefinisikan eksistensi gereja.” Misi itu sebenar­
nya sungguh sederhana, meskipun dalam, yaitu apa yang harus
dilakukan sebuah komunitas Kristen ketika komunitas Kristen itu
diutus.
Perhatikan karena Misi ini diperuntukkan bagi seluruh alam
semesta, dan dengan demikian bagi manusia secara keseluruhan,
maka misi ini bersifat holistik. Allah rindu mendatangkan “per­
ubahan yang positif dalam seluruh kehidupan manusia, secara
materi, sosial dan rohani.” Meskipun bagian ini terutama akan
membahas aspek rohani dalam hidup seseorang, harus jelas bagi
kita bahwa Misi menurut artinya dalam Alkitab bersifat holistik—
selalu menyangkut seluruh kebutuhan manusia. Anak-anak perlu
mengetahui “identitas mereka yang sesungguhnya sebagai manusia
yang diciptakan sesuai gambar Allah,” menikmati kelimpahan dari
Dia dalam seluruh bidang kehidupan. Alkitab tidak menganjurkan
agar diadakan pemisahan antara misi penginjilan dan misi yang
bersifat jasmani, sebaliknya memadukan keduanya menjadi ke­
benaran yang lengkap dari Injil.
Andrew Kirk, What Is Mission? (Darton, UK: Longman & Todd Ltd., 1999), hlm. 25.
Ibid., hlm. 25.
Ibid., hlm. 29
Ibid., hlm. 30.
Myers, Walking with the Poor, hlm. 3,
257
Child, Church, and Mission
Tentu kesejahteraan seorang anak itu penting, tetapi tan­
pa sebuah hubungan dengan Allah, anak-anak tidak memiliki ha­
rapan untuk menjadi seperti yang Allah kehendaki sepenuhnya.
Namun, anak-anak secara keseluruhan memiliki tubuh, pikiran dan
emosi; mereka ada dalam ruang lingkup seperti keluarga, sekolah,
pekerjaan, masyarakat, dan struktur-struktur lainnya. Tiap aspek
dalam diri anak ini sama pentingnya.
Tidak cukup hanya memberitakan keselamatan dan hanya
berbicara kepada anak yang sedang menderita; “perut yang kosong
tidak mau mendengarkan.” Bila fokus kita hanya mengajar anakanak untuk berdoa, membaca Alkitab dan berkata bahwa mereka
adalah orang Kristen, kita hanya mengajarkan kepada mereka
sebagian dari Injil. Misi kepada anak-anak mencakup merespons
kebutuhan jasmani dan sosial mereka di samping juga kebutuhan
rohani mereka.
Tinjauan Secara Luas Terhadap Misi dalam Alkitab
Beberapa orang berpikir bahwa dasar Misi adalah Amanat Agung
yang terdapat dalam Matius 28:19. Faktanya adalah, dasar pe­
mikir­an bagi Misi terdapat di seluruh isi Alkitab. Allah memilih
Abraham dengan tujuan memilih sebuah bangsa agar bangsa itu
me­ngomunikasikan berita dari Dia kepada bangsa lain. Perjanjian
Allah dengan Abraham adalah Dia akan memberkati Abraham dan
semua bangsa akan diberkati melalui dia. Sebagaimana yang dicatat
dalam Kejadian 12:2–3, “Aku akan membuat engkau menjadi sebuah
bangsa yang besar dan Aku akan memberkati engkau; Aku akan
membuat namamu masyhur dan engkau akan menjadi berkat. Aku
akan memberkati mereka yang memberkati engkau, dan siapapun
yang mengutuk engkau akan Aku kutuk; dan semua bangsa di bumi
akan diberkati melalui engkau” (penekanan sendiri ditambahkan).
Sejak awal, keturunan Abraham memiliki tanggung jawab
untuk memberkati bangsa-bangsa. Ketika mereka keluar dari
perbudakan di Mesir dan ketika mereka menaklukkan Tanah
Perjanjian, sepanjang masa hakim-hakim dan raja-raja, Allah terus
258
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
menepati janji-Nya. Tujuannya adalah agar Nama-Nya ditinggikan
di antara bangsa-bangsa. Berkat ini tidak pernah diperuntukkan
hanya bagi Israel, tetapi sejak awal bagi bangsa-bangsa. Dan berkat
ini tidak pernah dibatasi hanya pada berkat rohani. Allah ingin
semua umat-Nya bertumbuh secara holistik.
Kata Ibrani dan Yunani bagi bangsa-bangsa (atau orangorang, bahasa, atau kata-kata) muncul lebih dari 500 kali dalam
Alkitab. Sering kali ketika membaca kata-kata itu, kita bisa melihat
beberapa aspek dari perhatian Allah kepada atau prediksi Allah
tentang nasib semua bangsa (atau orang) di dunia.
Pertimbangkanlah contoh-contoh ini:
Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan
bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba. (Wahyu 7:9)
Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya
Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, Sela supaya jalanMu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala
bangsa. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya
Allah; kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepadaMu. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersoraksorai. (Mazmur 67:2–4)
Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari
nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat
dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga
korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara
bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam. (Maleakhi
1:11)
Ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke
ujung bumi! Kiranya penghuni padang belantara berlutut di
depannya… Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya,
dan segala bangsa menjadi hambanya! … Kiranya segala
bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut
259
Child, Church, and Mission
dia berbahagia… kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh
bumi. (Mazmur 72:8–19)
Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah
heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu
pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai,
jika diceriterakan. (Habakuk 1:5)
Memahami misi Allah membuat kita bisa berfokus pada
tujuan dari pelayanan anak: supaya mereka mengalami transfor­
masi yang menyeluruh sehingga menjadi seperi yang dikehendaki
Allah, menemukan identitas dan tujuan mereka yang unik.
Sejarah Sangat Singkat Misi pada Zaman Modern
Buku Perspectives on World Missions mengungkapkan bahwa
ada tiga era misi yang tumpang-tindih dalam 200 tahun terakhir.
Tahun-tahun ini merupakan kerangka waktu dari Misi pada Zaman
Modern.
Era Pertama Misi Zaman Modern (1792–1910) dimulai
dengan William Carey, “Pendiri Misi pada Zaman Modern”. Pada
1791, Carey menulis sebuah artikel berjudul “Sebuah Penyelidik­
an terhadap Kewajiban Orang Kristen untuk Memakai ‘Sarana’
Guna Menobatkan Orang Kafir.” Ia berpendapat agar upaya misi
berhasil, diperlukan lembaga misi atau lembaga pengutus agar
bisa memberikan dukungan doa dan finansial untuk mengurus
misionaris (lembaga ini adalah sarana yang ia maksudkan).
Tidak lama setelah itu, sarana ini didirikan. Baptist Mission
Society, dengan William Carey sebagai misionarisnya yang per­
tama, dibentuk. Meskipun lembaga ini cukup lemah dan hanya
memberikan dukungan minimal yang diperlukan Carey untuk pergi
ke India, pembentukan lembaga ini menginspirasi pembentuk­
Ibid.
Meg Crossman, editor. Worldwide Perspectives (Pasadena, CA: William Carey
Library, 1995), hlm. 5–1.
260
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
an dan aktivitas banyak lembaga lainnya di seberang Samudra
Atlantik.
William Carey memiliki pandangan yang sangat holistik ter­
hadap misi karena dalam karier misinya selama 42 tahun di India, ia
menerjemahkan atau melakukan supervisi penerjemahan Alkitab
ke dalam 37 bahasa, mendirikan lebih dari 200 sekolah (lebih dari
separuh bagi gadis-gadis yang menurut tradisi sering kali tidak
diizinkan sekolah), melakukan banyak hal untuk meningkatkan
hasil panen dan perkebunan di India, serta mendirikan banyak misi
pengobatan dan fasilitas kesehatan.
Misi ke pesisir-pesisir Afrika dan Asia menjadi karakteris­
tik Era Pertama. Dalam era ini didirikan lembaga-lembaga yang
ber­naung di bawah Sinode. Sebagian besar misi ini adalah orang
Inggris atau orang Eropa. Era ini ditandai oleh demonstrasi kasih
dan pengorbanan mereka yang diutus. Sedikit sekali misionaris
yang bertahan hidup. Pada umumnya, misi pada era ini ditandai oleh
strategi-strategi misi yang sangat bermutu dan holistik. Bahkan,
dewasa ini beberapa sistem kesehatan dan pendidikan yang dibuat
pada era ini masih menghasilkan buah!
Era Kedua (1865–1874) menampilkan misi-misi ke daerah
pedalaman. Pendorongnya adalah visi yang penuh keberanian yang
disampaikan Hudson Taylor bahwa orang-orang di pedalaman
China perlu dijangkau. Organisasi yang ia dirikan—China Inland
Mission—akhirnya melayani lebih dari 6.000 misionaris. Lebih dari
40 badan misi pedalaman dibentuk, termasuk Africa Inland Mission,
China Inland Mission, dan Sudan Interior Mission. Amerika Utara
menjadi negara yang menonjol dalam bidang misi pada era ini.
Gagasan tentang Faith Missions (misi berdasarkan iman semata)
menjadi lazim—artinya misionaris yang tidak diutus oleh Sinode
menggalang dana sendiri untuk me­menuhi kebutuhan mereka.
Dalam era pertama dan era kedua misi, pelayanan kepada
anak-anak menjadi sesuatu yang menonjol. Namun yang aneh,
sejarawan dalam bidang misi sering kali mengabaikan aspek
ini. Sebagai contoh, sejarawan yang terhormat, Kenneth Scott
Ibid., hlm. 5–4.
261
Child, Church, and Mission
Latourette mendokumentasikan sejarah penyebaran kekristenan
secara komprehensif dan meyakinkan, tetapi orang sulit sekali
menemukan pembahasan tentang upaya-upaya misi yang kredibel
yang ditujukan kepada anak-anak dan kaum muda.
Meskipun demikian, yang menarik adalah, karyanya ini
sering kali memuat referensi tentang dampak sekolah-sekolah
Kristen dalam upaya misi. Sejumlah besar pemimpin politik di
Afrika merupakan hasil dari sistem sekolah Kristen yang didirikan
di hampir semua negara di Afrika pada bagian pertama abad ini.
Presiden Kenyatta, Moi, Kaunda, Nyerere, Boigne, dan banyak pe­
mimpin lainnya—belum termasuk semua pemimpin gereja di
Afrika—ada di antara mereka yang mengalami dampak strategi
misi mula-mula di Afrika.
Dalam taraf tertentu, hal yang sama juga terjadi di Asia.
Sebagai contoh, Latourette mengamati pentingnya sekolah Kristen
di India:
Pendekatan yang dipakai aliran Protestan di India bervariasi …
Beberapa melalui sekolah … dari sekolah-sekolah di desa bagi
para anggota kelas yang tertekan menjadi pintu harapan dan
memperoleh kesempatan yang lebih besar di dunia, melalui
sekolah-sekolah sekunder hingga jenjang universitas.10
Latourette juga mencatat bahwa pemimpin “yang paling
banyak berbuat untuk membentuk cita-cita berupa China yang
revolusioner antara 1911 sampai 1940 adalah Sun Yat-Sen, seorang
Kristen yang diakui yang memperoleh sebagian besar pendidikan
formalnya di sekolah Kristen.”11 Contoh-contoh lain bisa dikutip.
Orang juga bisa merasakan pentingnya sekolah Kristen di
pikiran beberapa pemimpin Marxis karena fakta bahwa, di mana pun
Komunis mengambil alih, salah satu pembatasan pertama adalah
sekolah Kristen. Ketika mengungkapkan tentang pengambilalihan
China oleh komunis, Latourette menulis:
Kenneth Scott Latourette, A History of Christianity (Vol. II): Reformation to the
Present A.D. 1500 to A.D. 1975 (San Fransisco: Harper Collins, 1975), hlm. 1353.
11
ibid., hlm. 1317–8.
10
262
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
Pendidikan agama terhadap kaum muda di bawah umur
18 tahun dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan
lebih dari empat orang dilarang … Beberapa mata pelajaran
teologi masih diizinkan, tetapi hanya setelah memperoleh izin
tertulis dari negara. Tidak ada orang percaya yang diizinkan
mengajar di sekolah negeri.12
Kehadiran sekolah-sekolah Kristen di Korea dalam jangka
panjang memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan yang drama­
tis kekristenan di negara itu, kata pendeta Korea, Nam Soo Kim. Ia
menunjukkan bahwa misionaris dari luar negeri datang ke Thailand
dan Korea saat yang hampir sama, sekitar 1885. Masyarakat kedua
negara itu menjadi masyarakat yang tertutup dan sulit dipenetrasi.
Sekarang, jumlah orang Kristen di Thailand tetap di bawah 1
persen, sementara lebih dari 30 persen penduduk Korea adalah
orang Kristen. Apakah yang menyebabkan perbedaan kedua nega­
ra itu? Perang Korea, kehadiran dan pengaruh tentara Amerika,
beberapa dari mereka adalah orang Kristen dan bisa menjelaskan
sebagian. Akan tetapi, Pendeta Kim menegaskan bahwa perbedaan
utama terletak pada strategi-strategi misi yang dibuat di Korea
yang mencakup pendirian sekolah-sekolah Kristen. Di Thailand
tidak dilakukan upaya misi yang berarti seperti ini. Ia melaporkan
sekolah-sekolah Kristen yang dahulu didirikan di Korea ini sekarang
telah meluluskan lebih dari 350.000 siswa dan berada di antara
universitas-universitas paling ternama di Korea.13
Oleh karena berbagai alasan, penekanan terhadap sekolah di
ladang misi sebagian besar ditinggalkan setelah akhir era kolonial.
Fokus pada penanggulangan bencana dan perkembangan yang
dilakukan aliran Injili bisa jadi telah menyerap sebagian energi
yang sebelumnya dikerahkan untuk melayani lewat sekolah. Jelas,
kita tidak bisa dan sebaiknya jangan mencoba untuk mulai men­
dirikan sekolah Kristen—setidaknya dalam skala nasional. Namun,
pertanyaan yang harus kami tanyakan adalah, Dengan apa kita
12
13
Ibid.
Nam Soo Kim, catatan dari khotbah yang disampaikan dalam Konferensi Tentang
Jendela 4/14 di Debre Zeit, Etiopia, 27 April, 2010.
263
Child, Church, and Mission
telah mengganti penekanan terhadap anak-anak dan kaum muda
di ladang misi melalui sekolah? Bagaimanakah kita memunculkan
generasi berikutnya dalam Gereja dan kepemimpinan nasional?
Era Ketiga misi (1974–sekarang), seperti dua era se­be­lum­
nya, diinspirasi oleh visioner-visioner kunci: Cameron Townsend.
Townsend adalah misionaris “era ketiga” yang bekerja di Guatemala,
yang berusaha mendistribusikan Alkitab dalam bahasa Spanyol.
Ia memerhatikan bahwa sebagian besar orang Indian tidak ber­
bicara dalam bahasa Spanyol. Seorang dari mereka bertanya,
“Bila Allahmu itu begitu pintar, mengapa Dia tidak berbicara
dalam bahasa kami?”14 Pertanyaan yang bagus! Masalah ini meng­
inspirasi Townsend untuk memulai misinya sendiri, Wycliffe
Bible Translators. Pada mulanya, Townsend mem­perkirakan ada
sekitar 500 atau lebih suku-suku yang belum terjangkau di dunia.
Sekarang kita tahu bahwa jumlahnya lebih dari 5.000! Wycliffe
terus bertumbuh, fokus utamanya adalah suku-suku dan bahasa.
Sekarang, Wycliffe memiliki lebih dari 6.000 misionaris dan sejauh
ini merupakan organisasi yang paling banyak memiliki hamba
Tuhan bergelar Ph.D. dan personel yang sangat terlatih.
Juga, seperti yang terjadi pada era sebelumnya, dalam era
ketiga ini muncul banyak lembaga dan organisasi misi. Dalam era
ini muncul misi yang bergerak di bidang jasa (service mission),
seperti Missionary Aviation Fellowship dan lembaga-lembaga
rekaman Injil. Awal 1950-an juga menandai peluncuran organisasiorganisasi per­tama yang ber­gerak dalam bidang penanggulangan
bencana dan pembangunan seperti World Vision dan Compassion
Inter­national.
Ketika misionaris Kristen pergi ke berbagai negara yang
berbeda di dunia, pelayanan mereka kepada anak-anak sering kali
mencakup sekolah-sekolah, rumah sakit dan panti asuhan. Kadang
program ini memiliki kekurangan, menuntut anak-anak “dicabut”
dari ko­munitas dan identitas kultural mereka. Kadang anak-anak
dipaksa untuk mempelajari bahasa yang baru, serangkaian peraturan
di sekolah dan sistem nilai yang baru. Kadang pengertian orang
14
Crossman, Worldwide Perspectives, hlm. 5–10.
264
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
Barat tentang masa kanak-kanak sebagai masa yang penuh dengan
kepolosan, masa bermain dan kebebasan, berbenturan dengan
pandangan budaya lainnya terhadap masa kanak-kanak. Namun,
anak-anak tidak diabaikan atau dilalaikan. Para misi mengerti per­
lunya memunculkan orang Kristen generasi berikutnya.
Pertumbuhan Kekristenan Baru-baru Ini
Bila merenungkan cengkeraman setan atas begitu banyak wilayah
dalam Jendela 10/40 dan bagian-bagian lain di dunia, mudah bagi
kita untuk berkecil hati terhadap kemajuan penginjilan global.
Melihat kemunduran dalam kekristenan yang berkomitmen di
dunia Barat juga mengecilkan hati kita. Namun demikian, ada alas­an
yang cukup kuat untuk berharap. Sebenarnya, banyak orang Kristen
cenderung untuk tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang
Allah lakukan. Sesungguhnya, sedang terjadi banyak pergerakan di
seluruh dunia dan Roh Kudus sedang memenangkan pertempuran
di berbagai tempat di seluruh dunia.
Kebangunan rohani sedang menyapu dunia. Sejak 1930-an,
“pusat kekristenan” perlahan-lahan bergeser ke selatan dan timur.
Dekade 40, 50, dan 60-an merupakan masa kebangunan rohani
yang masif di seluruh Afrika, sampai titik bahwa sekarang sebagian
besar orang Afrika di Sahara selatan mengklaim diri sebagai orang
Kristen.
Tahun 1970-an merupakan dekade terjadinya peningkatan
pesat jumlah orang Kristen Injili di Amerika Latin. Jumlah orang
Kristen Injili di Brazil sekarang lebih banyak dari jumlah orang
Kristen Injili di seluruh Eropa Barat. Pada 1980-an, kekristenan
menyapu banyak wilayah di Asia. Pada 1990-an dan dalam dekade
pertama abad ke-21, gereja Korea menjadi salah satu gereja paling
aktif dan paling injili di seluruh dunia. Jumlah misi Korea yang telah
diutus per kapita merupakan yang terbesar dari negara mana pun.
Sekarang jumlah orang Kristen di Asia lebih banyak dibandingkan
jumlah orang Kristen di dunia Barat.
265
Child, Church, and Mission
Meskipun demikian, ada cara lain untuk memandang per­
tumbuhan kekristenan yang juga menimbulkan harapan. Yaitu,
rasio orang Kristen dibandingkan dengan bukan orang Kristen
terus meningkat dan ini khususnya terjadi dalam beberapa dekade
terakhir. Pada zaman Rasul Paulus, rasio orang Kristen dibanding­
kan orang tidak Kristen bisa diprediksi dan bisa dipastikan kecil.
Sebuah perkiraan yang sederhana memperkirakan pada akhir abad
pertama perbandingan orang Kristen dengan orang tidak Kristen
adalah satu berbanding 100.000 atau 200.000. Bahkan pada 1792,
pada awal misi pada zaman modern ketika William Carey pergi ke
Asia, jumlah orang Kristen masih sangat sedikit bila dibandingkan
dengan jumlah orang yang bukan Kristen.
Akan tetapi, sekarang jumlah orang Kristen telah meningkat
dengan dramatis bila dibandingkan dengan jumlah orang bukan
Kristen. Lebih dari 30 persen penduduk dunia sekarang menama­
kan diri orang Kristen (secara kasar satu di antara tiga orang) dan
40 persen lainnya telah mendengar Injil; artinya mereka telah mem­
peroleh kesempatan untuk mendengar berita tentang Kristus. Ini
berarti dua dari setiap tiga orang di dunia adalah orang Kristen
atau telah berkesempatan untuk mendengar Injil. Dengan melihat
hal ini, tugas yang masih ada untuk memberitakan Injil kepada
suku-suku yang belum mendengar Injil sudah kurang menakutkan
dibandingkan masa mana pun dalam sejarah.
Pertumbuhan Misi-misi Bukan dari Barat
Ringkasan yang singkat dari sejarah misi yang telah kami tulis
tentunya adalah sejarah misi dari Barat. Meskipun demikian,
gerakan Misi global sama sekali tidak hanya terjadi di dunia Barat.
Lebih dari seperempat abad yang terakhir, jumlah misionaris
dan organisasi misi di negara-negara yang bukan negara Barat,
meskipun kurang didokumentasikan, telah bertambah secara
dramatis. Bahkan, sekarang diperkirakan jumlah misionaris yang
berasal dari negara-negara yang bukan negara Barat telah melebihi
266
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
jumlah misi dari negara Barat.15 Di Asia, sungguh menggairahkan
melihat antusiasme dan komitmen sejumlah besar orang India,
orang Cina yang tersebar di berbagai negara, orang Filipina, orang
Korea dan orang-orang dari negara lain yang merespons panggilan
untuk terjun ke ladang misi.
Larry Pate16 mendaftar beberapa pola pikir yang esensial
yang harus ada untuk memastikan bahwa pertumbuhan misi
global ini didorong dan didukung. Ini mencakup:
1.
2.
3.
15
16
Gereja di negara-negara bukan negara Barat—Asia,
Afrika dan Amerika Latin—harus belajar memahami
diri mereka dalam konteks global.
Kerja sama global dalam pelatihan misi itu vital. Banyak
misionaris dari Two Third World (Dunia Dua Pertiga)
diutus setelah sedikit menerima pelatihan atau bahkan
sama sekali tidak memperoleh pelatihan, dan yang
lain menunggu selama berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun untuk memperoleh kesempatan untuk
dilatih. (Catatan: Sejak awal 1980 istilah ini dipergunakan
oleh kaum Injili untuk merujuk pada negara-negara
berkembang yang jumlah penduduknya 2/3 dari
populasi dunia, dimana kekristenan berkembang dengan
pesat. Penggunaan istilah ini dimaksudkan untuk
menggantikan istilah Dunia Ketiga, karena ada kesan
politis yang kental memisahkan negara-negara blok
Barat dan blok Rusia yang disebut sebagai negara Dunia
Pertama dan Dunia Kedua pada era “perang dingin”.)
Model dukungan secara global harus bergeser kea
rah Dunia Dua Pertiga. Badan-badan misi di negaranegara Barat perlu memasukkan misionaris dari Dunia
Dua Pertiga ke dalam organisasi mereka, memberikan
kesempatan pada mereka untuk memperoleh status
Larry Pate, “The Changing Balance in Global Mission” dalam Worldwide
Perspectives, editor: Meg Crossman (Pasadena, CA: William Carey Library, 1995),
hlm. 15–14, 15–15.
Ibid., hlm. 15–16.
267
Child, Church, and Mission
4.
5.
internasional dan kesempatan yang setara untuk men­
jadi pemimpin. Badan-badan misi dan misionaris dari
negara-negara non-Barat perlu didukung.
Sumber daya informal harus didesentralisasi. Ini me­
rupakan satu sasaran lembaga-lembaga internasional
seperti Global Mapping International, DAWN Ministries,
dan OC International.
Misionaris dari dunia Barat harus bersiap untuk berganti
peran. Tugas-tugas yang secara tradisi di­lakukan para
misionaris dunia Barat harus sema­kin banyak dilakukan
oleh pemimpin-pemimpin dari ne­gara-negara nonBarat.
Ekspansi gerakan misi dari negara-negara non-Barat tidak
berarti tidak ada lagi peranan yang valid bagi orang Barat dalam
bidang misi. Harold Fuller dari SIM17 telah menulis garis besar
dari empat tahap peran misionaris dalam kaitannya dengan Misi
Gereja. Ini berlaku bagi misi yang berasal dari negara Barat dan
non-Barat.
Tahap Pertama, tahap Perintisan, membutuhkan karunia
kepemimpinan di samping karunia-karunia lainnya. Oleh karena
hanya terdapat sedikit atau belum ada orang percaya dalam tahap
ini, sang misionaris sendiri yang harus memimpin dan melakukan
banyak pekerjaan.
Tahap Kedua, tahap Orangtua, membutuhkan karunia
mengajar. Terdapat hubungan yang sedang bertumbuh antara
gereja yang masih muda dan misi. Namun, sang orangtua harus
menghindari paternalisme.
Tahap Ketiga, tahap Mitra, yang agak sulit. Tahap ini me­
nuntut adanya perubahan dari hubungan berbentuk orangtua–
anak antara sang misionaris dan gereja yang masih muda menjadi
hubungan antara orang yang sudah dewasa. Sulit bagi kedua belah
17
Harold Fuller, “Stages of Missionary Role,” dalam Worldwide Perspectives, editor:
Meg Crossman (Pasadena, CA: William Carey Library, 1995), hlm. 5–6.
268
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
pihak untuk berubah tetapi penting bagi gereja untuk menjadi
“orang dewasa” yang matang.
Tahap Keempat, tahap Partisipan. Sebuah gereja yang
benar-benar matang mengambil alih kepemimpinan. Bila sang
misionaris masih ada di gereja itu, ia harus menggunakan karuniakarunia yang dimilikinya untuk memperkuat gereja itu agar tujuan
Amanat Agung tercapai. Sementara itu sang misionaris sebaiknya
terlibat dalam tahap pertama di tempat lain.
Lima Konsep Misiologi yang Penting
(dan Relevansinya terhadap Anak)
Konsep misiologi pertama yang merupakan konsep yang paling
penting18 adalah Amanat Agung yang terdapat dalam Matius 28,
“Pergilah ke seluruh dunia dan beritakan Injil”. Melihat sekularisasi
yang terjadi dengan cepat di Amerika Serikat dan Eropa Barat,
penyebaran Islam, gerakan Zaman Baru dan agama lainnya, sulit
untuk percaya bahwa penggenapan Amanat Agung sudah lebih
dekat dibandingkan sebelumnya. Meskipun demikian, seperti yang
telah kita lihat, ini pandangan yang sempit. Satu pengertian yang
lebih luas terhadap apa yang sedang Allah lakukan di seluruh dunia
akan membantu kita melihat hal-hal yang terjadi dari sudut pandang
yang benar. Ini juga memberikan kita pandangan positif terhadap
status kekristenan di seluruh dunia dan prospek penggenapan
Amanat Agung.
Tentu saja, anak-anak termasuk dalam Amanat Agung ini.
Dalam Matius 19:14 Yesus berkata, “Biarkan anak-anak itu datang
kepadaku dan jangan halangi mereka.” Kita tahu bahwa “datang
kepada Yesus” ini tidak hanya mendekat kepada Yesus secara
jasmani ketika Dia sedang mengajar murid-murid-Nya, tetapi juga
mengizinkan dan mendorong mereka untuk datang kepada Dia
dengan iman. Perhatikanlah bahwa anak-anak tidak dibuat atau
dipaksa dengan cara apa pun supaya datang kepada Yesus, me­
18
Lima konsep misiologi ini diadaptasi dari karangan Dan Brewster, Compassion’s Role
in Furthering the Kingdom (karangan yang tidak diterbitkan, 1995).
269
Child, Church, and Mission
lainkan diizinkan. Sesungguhnya, kita sering kali melihat anak-anak
dengan sukarela dan gembira datang kepada Yesus ketika diberi
kesempatan.
Konsep kedua yang harus dipertimbangkan adalah me­
mandang dunia sebagai kelompok manusia (people’s group).
Sebuah kelompok manusia bisa didefinisikan sebagai sebuah
kelompok etnis atau ras yang memiliki bahasa, tradisi, sejarah, dan
kebiasaan sendiri. Ketika para misionaris dan organisasi misi mulai
memikirkan kelompok manusia dan bukan hanya batas-batas
nasional, mereka akan mampu menarget tiap kelompok dalam
negara-negara yang ada secara lebih spesifik dan efektif. Ini telah
merevolusi cara para misiolog memandang tugas penginjilan yang
belum selesai.
Seperti yang telah kita lihat dalam bab satu, anak-anak
bukanlah “kelompok manusia” menurut definisi yang normal da­
lam misiologi. Namun memandang anak-anak sebagai kelompok
manusia membantu kita menemukan karakteristik yang sama,
tepat seperti yang kita lakukan di antara kelompok manusia yang
sudah dewasa, yang memampukan kita memberitakan Injil dengan
lebih baik untuk memenuhi kebutuhan yang mereka rasakan.
Anak-anak adalah kelompok manusia yang jumlahnya banyak
sekali, yakni hampir 1,2 miliar dan makin bertambah, khususnya
daerah-daerah di dunia di mana Injil paling sedikit diberitakan.
Mereka adalah kelompok manusia yang menderita: 26.000 anak
di bawah usia 5 tahun meninggal setiap hari. Anak-anak adalah
kelompok manusia yang tidak diinginkan, seperti yang diindikasikan
oleh angka aborsi yang sangat tinggi yang mengejutkan dan jumlah
anak jalanan di seluruh dunia yang sama-sama mengejutkan.
Mereka adalah kelompok manusia yang menjadi korban, sering
kali menjadi korban perdagangan, eksploitasi dan bentuk-bentuk
pelecehan lainnya.
Akan tetapi, hal yang terpenting bagi pembahasan kita saat
ini adalah, kita tahu bahwa anak-anak adalah kelompok manusia
yang terbuka, fakta yang kembali akan kita bahas di bawah. Yang
menyedihkan, dari sudut pandang dunia misi, anak-anak biasanya
270
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
menjadi kelompok manusia yang dilupakan. Dalam sejarah, anakanak kurang diperhatikan, baik sebagai objek atau agen misi.
Konsep misiologi ketiga yang berguna adalah pembedaan
antara orang-orang yang sudah mendengar Injil dan orangorang yang belum pernah mendengar Injil. Untuk tujuan dalam
dunia misi, sebuah kelompok dianggap sudah mendengar Injil bila
sebagian besar orang telah memperoleh kesempatan yang “cukup”
untuk mendengar dan merespons Injil. Tidak berarti semua atau
sebagian besar orang-orang itu menerima Kristus. Ini berarti ter­
sedia cukup banyak gereja, misionaris, siaran radio, bagian-bagian
Alkitab atau Alkitab yang sudah diterjemahkan, atau sumber
daya Kristen lainnya bagi mereka untuk menjadi orang Kristen
seandainya mereka ingin. Kelompok orang “yang belum terjangkau”
belum memperoleh kesempatan seperti itu, dengan alasan apa pun,
untuk merespons Injil.
Sebagai contoh, persentase orang Kristen yang berkomitmen
di Prancis sangat rendah. Sama halnya di Thailand. Namun, Prancis
adalah negara yang telah mendengar Injil dan Thailand belum.
Mengapa? Karena di Prancis, hampir setiap orang telah mendengar
nama Yesus. Siapa pun yang ingin memperoleh informasi tentang
iman kristiani atau menjadi orang Kristen bisa menemukan orang
percaya lainnya yang bisa menolong mereka, Alkitab dalam bahasa
mereka sendiri, atau banyak sumber daya lainnya. Situasi di
Thailand berbeda. Banyak orang (mungkin sebagian besar?) belum
pernah mendengar tentang Yesus. Lebih lanjut, jumlah gereja yang
ada masih sedikit sehingga belum tersedia kesempatan yang cukup
bagi orang-orang Thailand yang tertarik untuk menerima Kristus.
Banyak kelompok misi dewasa ini mulai mengubah fokus
mereka untuk lebih berkonsentrasi pada kelompok orang-orang
yang belum terjangkau atau belum pernah mendengar injil. Dan di
antara populasi ini, seperti di antara semua populasi lainnya, anakanak dan kaum muda adalah orang-orang yang paling terbuka.
Konsep keempat adalah Jendela 10/40, yang terbukti
sangat berguna untuk memandang sebuah wilayah di dunia yang
271
Child, Church, and Mission
sebagian besar belum terjangkau dan sangat miskin. Jendela ini ada
di garis lintang 10 sampai 40 derajat, membentang secara kasar
dari Afrika Barat sampai Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Setidak-tidaknya ada enam alasan
Jendela 10/40 ini penting sekali:19
1.
2.
3.
4.
5.
19
Daerah ini memiliki arti penting secara historis dan menu­
rut Alkitab. Sejarah kuno dalam Alkitab berlangsung
di wilayah-wilayah yang ada dalam Jendela 10/40.
Dalam Jendela 10/40 Kristus lahir, menjalani hidupNya dan mati di kayu salib. Sesungguhnya, baru setelah
perjalanan misi Paulus yang kedua—sampai catatan
terakhir dalam Alkitab—baru peristiwa-peristiwa illahi
dalam sejarah terjadi di luar wilayah yang diidentifikasi
sebagai Jendela 10/40.
Sebagian besar orang yang belum pernah mendengar
Injil tinggal di Jendela 10/40. Bahkan, meskipun wilayah
ini merupakan sepertiga dari seluruh wilayah di dunia
ini, hampir dua pertiga penduduk dunia tinggal di
Jendela 10/40.
Jendela 10/40 merupakan pusat agama-agama bukan
Kristen. Ada 28 negara Islam, satu negara Hindu (men­
cakup sebuah populasi yang besarnya hampir satu miliar
jiwa) dan delapan negara Budha dengan populasi lebih
dari 230 juta jiwa.
Orang termiskin dari yang miskin tinggal di Jendela
10/40. Lebih dari delapan dari sepuluh orang termis­
kin dari orang miskin—dengan pendapatan per kapita
di bawah $500 per orang dalam setahun—tinggal di
Jendela 10/40.
Di Jendela 10/40 tinggal orang-orang dengan kualitas
hidup yang paling rendah. Satu cara mengukur kualitas
hidup adalah dengan mengombinasikan tiga variabel:
Diadaptasi dari karangan Luis Bush, Getting to the Core of the 10/40 Window
(Wheaton, IL: Evangelism and Missions Information Service, 1996), hlm. 1–7.
272
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
Empat Blok Agama dan Jendela 10/40
Blok Agama Yang Besar
Banyak yang beragama Hindu
Banyak yang beragama Islam
Banyak yang tidak beragama
Banyak yang beragama Budha
Sebagian besar beragama Hindu
Sebagian besar beragama Islam
Sebagian besar tidak beragama
Sebagian besar beragama Budha
Di dalam Jendela 10/40 – 48 Negara
Data dari Johnstone, Operation World CD-Room 2001
Peta dibuat oleh Global Mapping International – www.gmi.org
6.
2 Negara Hindu – Penduduk beragama Hindu = 787 juta jiwa
37 Negara Islam – Penduduk beragama Islam = 724 juta jiwa
2 Negara yang tidak beragama – Penduduk yang tidak beragama = 642 juta jiwa
7 Negara Budha – Penduduk beragama Budha = 240 juta jiwa
Jumlah total = 2,4 milliar jiwa
usia harapan hidup, angka kematian bayi, dan “melek
huruf”. Lebih dari delapan dari sepuluh orang yang
tinggal di 50 negara di dunia dengan kualitas hidup yang
paling rendah juga tinggal di Jendela 10/40.
Jendela 10/40 merupakan benteng setan. Ketika kita
membaca kembali halaman-halaman sejarah, kita
menemukan dalam catatan Nabi Daniel bukti adanya
benteng teritorial yang didirikan oleh kekuatan-ke­
kuatan rohani yang jahat (Dan. 10:13).
Konsep kelima adalah mempertimbangkan Jendela 4/14.
Bahkan, misiolog Luis Bush sekarang menyebut Jendela 4/14
sebagai “intinya inti” dalam misi. Dr. Bush sedang memimpin
gerakan yang benar-benar baru “untuk membuka pikiran dan hati
terhadap sebuah gagasan, yaitu menjangkau dan membangkitkan
sebuah generasi yang baru dari dalam kelompok yang sangat luas
ini—sebuah generasi yang bisa mengalami transformasi sosial
273
Child, Church, and Mission
dan sebagai hasilnya, menjadi agen bagi terjadinya transformasi
global.”20
Satu hal yang sering kali dibicarakan oleh para misiolog
adalah keterbukaan orang-orang. Artinya, seberapa besar
keterbukaan sebuah kelompok tertentu untuk mendengar Injil
dan mem­buat komitmen kepada Kristus? Anak-anak dan orang
muda merupakan segmen populasi yang paling reseptif di banyak
masyarakat, apa pun latar belakang atau afiliasi agama mereka.
Banyak misi memiliki pandangan yang sempit dalam upayaupaya penginjilan yang mereka lakukan—Kristus segera datang,
karena itu kita harus memberitakan Injil kepada orang dewasa.
Mereka sering kali tidak memiliki waktu untuk memberitakan
Injil kepada anak-anak dan membuat gereja “bertumbuh”. Namun,
kalau populasi yang lebih dewasa begitu tidak reseptif, organisasiorganisasi misi yang serius tentu harus memberikan perhatian
yang lebih besar pada segmen populasi yang reseptif.
Anak dan Misi
Mengapa sebuah penjelasan yang panjang tentang misi dan misio­
logi dalam sebuah buku tentang anak-anak? Alasannya adalah anakanak itu (atau seharusnya) sangat strategis dalam menjangkau
orang-orang yang belum terjangkau Injil dan dalam memperluas
Kerajaan Allah. Anak-anak ditampilkan secara menonjol (atau se­
harusnya) dalam tiap konsep misi yang disebutkan di atas.
Amanat Agung berlaku bagi anak-anak dan juga orang de­
wasa. Anak-anak, lebih dari kelompok manusia manapun juga,
adalah orang-orang yang reseptif terhadap injil. Hampir setengah
populasi dari setiap negara dalam Jendela 10/40 juga terdapat da­lam
Jendela 4/14. Di daerah di mana gereja bertumbuh, sebagian besar
petobat baru berusia di bawah 18 tahun. Anak-anak merupakan
obyek dan sumber daya bagi misi di negara-negara nonBarat.
20
Luish Bush, The 10/40 Window (Colorado Springs, CO: Compassion International,
2009), X.
274
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
Pertimbangkanlah Salome, yang mengambil bagian dalam
penjangkauan yang dilakukan gereja dekat rumah pengasuhnya
di Etiopia. Salome mulai menghadiri penjangkauan ini bersama
anak-anak setempat lainnya beberapa tahun yang lalu. Ibunya
meninggal beberapa bulan setelah melahirkan Salome. Ayahnya
tidak sanggup membesarkan Salome dan menemukan orang yang
bersedia mengasuh dia beberapa mil jauhnya dari perkebunan dia.
Seperti yang mereka lakukan pada setiap orangtua atau pengasuh
anak, gereja ini mengungkapkan kepada pengasuh Salome bahwa
penjangkauan yang akan mereka adakan melibatkan mengajarkan
Injil dan menyelenggarakan pemahaman Alkitab sebelum meng­
undang Salome untuk datang dalam penjangkauan itu.
Ketika Salome semakin memahami Kabar Baik yang dibe­rita­
kan, ia memutuskan untuk menjadi orang Kristen. Keputusan itu
diambilnya ketika gereja itu mengorganisasi sebuah penjangkau­an
terhadap anak-anak yang tidak hanya menjangkau anak-anak, tetapi
pada titik tertentu juga dipimpin anak-anak. Salome telah menjadi
komunikator Injil yang aktif melalui lagu-lagu yang ia nyanyikan,
memimpin pelajaran-pelajaran yang singkat, dan berbicara kepada
anak-anak seusia dia tentang arti menjadi orang Kristen dari sudut
pandang anak-anak. Dahulu ia adalah objek penjangkauan, sekarang
Salome menjadi sumber daya bagi penjangkauan.
Misi terhadap anak-anak dewasa ini dikerjakan dengan
penuh semangat dan tersebar secara luas. Gerakan Kristen di
seluruh dunia melayani lebih dari 20 juta anak melalui sekitar
25.000 pekerja. Banyak pelayanan yang berpartisipasi dalam misi
yang benar-benar holistik, yang tidak hanya memerhatikan jiwa
anak-anak, namun juga pikiran, tubuh, dan hubungan mereka.
Kenyataan bahwa anak-anak itu memiliki arti strategis te­
lah mengubah cara organisasi di mana saya bekerja, Compassion
International, memikirkan strategi-strategi untuk memunculkan
pertumbuhan. Pada urutan paling atas daftar kriteria yang dipakai
dewasa ini adalah kriteria misi. Yakni, Di manakah kami tidak hanya
bisa menolong anak-anak yang membutuhkan, tetapi juga menolong
275
Child, Church, and Mission
gereja yang sedang muncul dan strategis dalam memperluas
Kerajaan Allah?
Refleksi yang dilakukan Compassion terhadap peran kami
dalam memperluas Kerajaan Allah telah banyak mengubah kami.
Staf kami di tiap negara mengenal bahasa yang dipakai kelompok
manusia yang belum terjangkau injil dan dalam penginjilan. Mere­ka
makin mengetahui apa yang sedang Allah lakukan di seluruh dunia
dan di negara tempat mereka melayani. Sebagian besar anak-anak
yang baru yang mengikuti proyek-proyek yang ada atau anak-anak
yang mengikuti proyek-proyek yang baru berasal dari keluarga
yang belum diselamatkan dan pertumbuhan yang kami alami
secara keseluruhan sebagian besar berasal dari orang-orang yang
belum diselamatkan atau yang belum menjadi orang Kristen. Para
direktur dan staf di tiap negara tahu siapakah kelompok manusia
yang belum terjangkau Injil itu.
Jadi, kami tidak hanya memerhatikan orang miskin atau
bahkan orang miskin dalam gereja. Sebaliknya, kami menantang
gereja-gereja agar memiliki visi untuk bergerak keluar dan mem­
perluas Kerajaan Allah dengan secara terencana membuat strategi
untuk menjangkau anak-anak yang bukan Kristen supaya mereka
dan keluarga mereka bisa datang kepada Kristus.
Berikan Anak-anak Kepadaku atau Aku akan Mati!
Dalam ayat pertama Kejadian 30, terdapat jeritan yang luar biasa,
menyedihkan dari Rahel, istri Yakub yang mandul. Oleh karena
ingin sekali menghindari stigma bahwa ia mandul, Rahel berulang
kali berdoa agar Allah memberikan anak-anak kepadanya. Begitu
besar kerinduannya untuk mempunyai anak sehingga ia berseru,
“Berikan anak-anak kepadaku, atau aku (Gereja) akan mati!”
Siapa pun yang pergi ke Eropa sebagai turis akan melihat
katedral-katedral yang besar dan tinggi tetapi kosong di setiap kota
yang besar. Ribuan orang berjalan mengelilingi katedral-katedral
ini dan kagum melihat patung, kubah, serta jendela-jendela dengan
kaca berwarna-warni yang mempesona. Seandainya mereka berada
276
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
di sana pada saat yang tepat, mereka mungkin melihat 30 atau lebih
orang percaya yang sudah tua sedang mengikuti Perjamuan Kudus
atau berdoa dengan suara pelan. Katedral-katedral yang sangat
besar dan menginspirasi di Eropa itu dari segi arsitek memang
mengagumkan, tetapi sekarang itu tidak lebih dari sekadar museum
yang mengagumkan. Gereja-gereja yang megah di Eropa ini sudah
mati atau sedang sekarat. Mengapa? Gereja di Eropa tidak berseru,
“Berikan anak-anak kepadaku atau aku akan mati!” Mereka tidak
merebut hati anak-anak, akibatnya gereja-gereja mati.
Kebijakan Satu Anak— Kesempatan Istimewa
bagi Gereja-gereja di China?
Kebijakan satu anak di China adalah satu cara di mana anak-anak di­
korbankan. Kebijakan ini telah menyebabkan anak perempuan tidak
dihargai, diabaikan, ditelantarkan dan bahkan pembunuhan terhadap
bayi-bayi perempuan.
Sayangnya, bila seseorang memeriksa kebijakan satu anak secara
serius, jelas bahwa bukan hanya bencana besar yang muncul. Kebijakan
ini juga berarti anak-anak sekarang tidak memiliki saudara laki-laki dan
saudara perempuan. Bila kebijakan ini dilanjutkan selama lebih dari satu
generasi, ini juga berarti anak tidak akan punya bibi atau paman, sau­
dara sepupu, keponakan laki-laki atau keponakan perempuan. Bahkan,
kebijakan ini menghancurkan seluruh keluarga besar, karena anak-anak
ini tidak akan memiliki sanak saudara kecuali orangtua dan kakek nenek
mereka yang masih hidup! Meskipun demikian, kebijakan satu anak di
China bisa juga memberikan kesempatan yang signifikan bagi gerejagereja di China.
Di kota-kota atau tempat yang sudah berkembang di China,
bahkan di tempat-tempat terdapat kondisi yang mengizinkan orangorang untuk tidak melaksanakan kebijakan ini, banyak keluarga tidak
277
Child, Church, and Mission
memilih kebijakan ini karena dewasa ini pasangan-pasangan suami istri di
China (dan di mana-mana) sering kali lebih memilih keberhasilan dalam
karier daripada punya anak. Pasangan suami istri yang berpendidikan
dan memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik ini biasanya hanya punya
satu anak atau tidak punya anak sama sekali. Karena generasi ketiga telah
lahir di bawah bayang-bayang kebijakan ini, muncullah fenomena unik,
yakni anak-anak ini memperoleh perhatian sepenuhnya dari enam orang
dewasa—orangtua mereka dan empat orang lain, yaitu kakek dan nenek
mereka. Bersamaan dengan kondisi ekonomi keluarga yang membaik,
anak-anak sering kali dimanjakan oleh suplai materi, tetapi menderita
kehampaan rohani dan sosial. Ini membuka kesempat­an bagi gereja-gereja
lokal untuk menjangkau anak-anak ini. Dengan mendemonstrasikan kasih
kepada anak-anak, gereja-gereja mungkin bisa memperoleh kepercayaan
dari orangtua anak-anak itu dan merebut hati mereka bagi Kristus.
Pedesaan memiliki dinamika yang cukup berbeda, tetapi tetap
terbuka kesempatan untuk menjangkau anak-anak bagi Yesus. Di tempattempat terpencil di mana pertanian tetap menjadi aktivitas ekonomi yang
utama dan orang-orang kurang berpendidikan, keluarga-keluarga sering
kali melanggar kebijakan satu anak ini karena berbagai macam alasan,
seperti kurang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi atau tradisi
mereka yang lebih menyukai anak laki-laki. Melanggar kebijakan ini akan
menimbulkan penderitaan bagi anak-anak yang “bukan anak sulung” dan
orangtua mereka.
Anak-anak yang bukan anak sulung tidak akan memperoleh tun­
jangan sosial, seperti pendidikan gratis. Oleh karena pada umumnya
keluarga di pedesaan itu miskin, anak-anak ini jarang memiliki kesempatan
untuk sekolah dan bisa jadi tidak akan memiliki akses untuk memperoleh
perawatan medis yang tepat. Orangtua dan anak-anak ini dipandang
sebagai orang-orang yang dibuang masyarakat.
Namun kembali lagi, ini mungkin memberikan kesempatan-ke­
sempatan yang istimewa bagi gereja. Bila gereja-gereja bersedia menga­sihi
anak-anak ini dengan memerhatikan kebutuhan praktis mereka, mereka
tidak hanya melayani anak-anak ini, tetapi juga memiliki kesempatan
yang baik untuk menjangkau keluarga mereka. Sebuah tragedi sedang
tersingkap dewasa ini, bukan hanya di China, melainkan di mana-mana,
yaitu anak-anak yang sering kali tidak dihargai sehingga mereka tidak
278
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
diizinkan untuk lahir. Pasangan-pasangan suami istri menolak untuk me­
miliki anak-anak atau mulai mengaborsi bayi dalam kandungan.
Studi kasus ini adalah adaptasi dari bagian artikel yang ditulis
oleh Dan Brewster yang pertama kali dicetak dengan judul : “The 4/14
Window: A Special Opportunity for Chinese Churches?” (Jendela 4/14:
Sebuah Kesempatan Istimewa bagi Gereja-gereja di China) dalam China
Source, Vol. 8, No. 2, Musim Panas 2006, 11–13.
Bacaan




“The Bridges of God,” oleh Donald McGravan dari “To
Reach All Peoples,” Worldwide Perspectives.
“Today’s Global Human Need,” oleh Meg Crossman, Our
Globe and How to Reach It (Serial AD 2000)
“God’s Heart for the Nations,” oleh Meg Crossman, dari
“To Reach All Peoples,” Worldwide Perspectives.
“Getting to the Core of the Core: The 10/40 Window”
oleh Luis Bush, Evangelism and Missions Information
Service.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Ketika gereja Anda memikirkan misi, apakah anak-anak
juga muncul dalam pikiran mereka ? Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Renungkanlah holisme dalam pelayanan Carey. Me­nurut
Anda, bagaimanakah keterlibatannya dalam bidang pen­
279
Child, Church, and Mission
didikan, pelayanan medis, dan pertanian memberi­kan
manfaat bagi pelayanan rohaninya?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Bacalah Maleakhi 2:15. Mengapa Allah menciptakan
lembaga pernikahan? Apa kaitan antara kebijakan satu
anak, baik secara resmi, atau de facto dengan rencana
Allah itu?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Kami telah menyatakan bahwa era pertama dan kedua
dari misi pada zaman modern terutama berfokus pada
anak-anak tetapi anak-anak tidak lagi menjadi fokus
misi dalam era ketiga. Selanjutnya muncul pertanyaan:
“Dengan apakah kita mengganti penekanan pada anakanak dan kaum muda di sekolah dalam bidang misi?”
a. Bagaimanakah respons Anda terhadap hal ini ?
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Bagaimanakah gereja Anda menumbuhkan generasi
selanjutnya di gereja dan kepemimpinan nasional?
280
Misi—Apakah yang Harus Dilakukan Gereja
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
5. Tinjaulah kembali lima konsep yang penting dalam
misiologi. Untuk setiap konsep, berikan contoh Anda
sendiri aplikasinya terhadap pengembangan anak se­
cara holistik dan misi kepada anak-anak.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
281
11
Masalah-masalah Praktis
dalam Misi dan Anak-anak
Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan
orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi
pohon dan burung-burung di udara bersarang
pada cabang-cabangnya. Dan Ia berkata lagi:
Dengan apakah Aku akan mengumpamakan
Kerajaan Allah?
Lukas 13:19–20
Child, Church, and Mission
D
alam bab tujuh, kita memeriksa beberapa hal yang berkait­
an dengan pertumbuhan iman anak-anak dalam lingkungan
yang sebagian besar adalah lingkungan Kristen. Pertumbuhan
iman dibandingkan dengan pertumbuhan sebuah pohon. Namun,
kita memerhatikan bahwa pertumbuhan iman anak-anak dalam
lingkungan yang bukan Kristen memiliki dinamika yang sangat
berbeda. Sekarang kita mengalihkan perhatian kita lebih kepada
hal-hal yang berkaitan dengan anak dan misi.
Perkataan Yesus dalam ayat-ayat di atas hanyalah bebe­
rapa dari banyak ayat yang ditulis di seluruh Alkitab yang meng­
indikasikan bahwa Kabar Baik akan mendatangkan dampak di
mana-mana. Injil tidak pernah dimaksudkan hanya untuk satu
kebudayaan, melainkan untuk semua kebudayaan. Namun, masalah
muncul ketika Injil menembus batas-batas kebudayaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang pertobatan
dan pertumbuhan iman dalam penginjilan lintas budaya atau
penginjilan kepada agama lain itu sangat berbeda dengan per­
tanyaan-pertanyaan tentang hal yang sama dalam konteks Kristen.
Pelayanan kepada anak-anak mungkin bisa menjadi sebuah cara
yang luar biasa efektif untuk menemukan cara yang sensitif da­
lam menjangkau komunitas dan kelompok manusia yang belum
terjangkau. Namun, penginjilan kepada agama lain, khususnya
penginjilan kepada anak-anak yang beragama lain, memiliki ma­
salah-masalah dan implikasi yang sangat signifikan. Seperti misio­
naris lintas budaya harus mempelajari kebudayaan dan konteks
orang dewasa yang mereka layani, demikian pula orang-orang
yang terlibat dalam misi terhadap anak-anak yang beragama lain
harus bersikap sangat bijaksana, sensitif, dan berhati-hati dalam
pelayanan holistik kepada anak-anak dari konteks bukan Kristen.
Jelas, hanya karena anak-anak cenderung reseptif terhadap
Injil tidak berarti kita bisa sembrono dalam cara kita mendekati
mereka atau orangtua mereka. Sesungguhnya, reseptivitas yang
tinggi itu seharusnya menyebabkan kita untuk lebih berhatihati dan mampu menilai, karena kemungkinan untuk terjadinya
eksploitasi juga makin besar.
284
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
Dan kita juga harus memahami dengan jelas hal lainnya. Ti­
dak boleh ada anak yang menerima pengajaran dan pelatihan
tanpa sepengetahuan dan persetujuan orangtua mereka. Persis
seperti para orangtua Kristen yang peduli akan marah bila dilakukan
upaya-upaya untuk memengaruhi anak mereka, demikian pula
dorongan yang sama akan muncul dalam hati para orangtua yang
tidak beragama Kristen. Mereka harus dihormati dan dipedulikan
seperti yang diminta Injil. Allah bukanlah Allah yang memecah
belah, memperdaya, atau suka menyembunyikan sesuatu, kita juga
harus bersikap sama ketika berurusan dengan anak dan keluarga
yang beragama lain.
Organisasi yang saya representasikan, Compassion International, me­ma­
sukkan pelatihan Kristen sebagai bagian dari semua program dan proyek
yang didukung. Kami sengaja mendaftarkan anak dari keluarga-keluarga
bukan Kristen. Namun, kami berharap agar semua tindakan, maksud, dan
tujuan serta gereja-gereja yang menjadi mitra kami selalu transparan dan
jelas. Kami selalu menerangkan bahwa semua anak yang terdaftar akan
menerima pelatihan Kristen. Kami tidak akan pernah mengikutsertakan
anak-anak dari latar belakang apa pun tanpa persetujuan orangtua dan
pengasuh anak yang utama. Kadang persetujuan itu disampaikan secara
tertulis, sementara saat lain persetujuan itu disampaikan secara lisan.
Ada banyak contoh di mana dalam program semacam ini anakanak menyerahkan hati mereka kepada Kristus. Kembali, para orangtua
harus mengetahui apa yang sedang terjadi. Orangtua dari semua anak
didorong berpartisipasi dalam pelatihan itu supaya tahu persis apa
yang dipelajari anak mereka. Meskipun demikian, dibutuhkan lebih dari
sekadar persetujuan orangtua sebelum kami mendorong para mitra
gereja kami untuk membaptis orang-orang yang baru percaya kepada
Kristus. Saya mendukung pandangan bahwa orang-orang di bawah usia
18 tahun yang hidup dalam konteks bukan Kristen jangan dibaptis kecuali
orangtua mereka juga siap dibaptis bersama mereka. Hasilnya, anak-anak
tidak hanya memperoleh izin, tetapi juga dukungan dan dorongan untuk
belajar arti mengikut Kristus.
285
Child, Church, and Mission
Masalah-masalah Utama dalam Penginjilan kepada
Anak-anak yang Beragama Lain
Sebuah pendapat yang biasa dikemukakan yang menentang per­
tobatan anak-anak yang beragama lain adalah anak-anak secara
psikologis belum cukup matang mengambil keputusan secara sa­dar
atau memilih agama mereka sendiri. Oleh karena itu, mengarahkan
seorang pada agama tertentu secara etika tidak tepat. Beberapa
orang Kristen bahkan berkata menginjili anak-anak itu tidak etis!
Mereka berpandangan bahwa kita sebaiknya hanya menginjili
orangtua kemudian orangtua yang menginjili anak-anak mereka.
Akan tetapi, pandangan ini tidak alkitabiah. Pola penginjilan
yang alkitabiah adalah memberitakan Injil kepada setiap orang.
Tidak ada yang dikecualikan. Tidak etis dan tidak adil bila sejum­
lah besar orang mendengar Injil dan segelintir orang lain setuju de­
ngan Injil tersebut. Penginjilan, atau memberikan pelatihan Kristen
kepada anak-anak dari orangtua bukan Kristen tidak eksploitatif
dan etis. Namun, kami kembali menekankan perlunya kepekaan
tertentu dan pertimbangan-pertimbangan etis dalam memberikan
pelayanan rohani kepada anak-anak yang beragama lain.
Pertobatan atau Proselitisme?
Proselitisme adalah mengubah agama orang lain di bawah pe­
ngaruh yang mendominasi dari kekuatan-kekuatan yang lebih
kuat, di bawah paksaan, atau bila hal itu mendatangkan manfaat
ekonomi atau sosial. Tuntutan secara hukum atau dakwaan kadang
diajukan karena telah melakukan proselitisme kepada anak-anak.
Hukum di banyak negara melarang proselitisme ini. Kadang kami
juga mendengar tuduhan bahwa telah terjadi “pertobatan yang
dipaksakan.” Dan beberapa negara sekarang membuat hukum yang
melarang perpindahan dari satu agama kepada agama lain.
Saya berutang budi kepada Sujitha Siri Kumara, seorang teman dari Kolombo,
Sri Lanka untuk beberapa pandangannya dalam bagian ini. Karangannya yang
dipresentasikan dalam kelas saya yang membahas Anak, Gereja dan Misi
286
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
Meskipun benar bahwa beberapa orang mungkin telah di­cuci
otaknya supaya menerima ajaran yang keliru dan beberapa anak
mungkin merasa terdorong untuk setuju tanpa bisa membantah
ketika diundang untuk menerima Kristus, dalam kenyataannya,
mustahil untuk memaksakan sebuah pertobatan. Pertobatan yang
sejati menunjuk pada terjadinya sebuah perubahan rohani dalam
hati seseorang yang menurut definisinya, selalu dilakukan secara
sukarela.
Namun dalam kenyataannya memang penginjilan yang su­dah
dilakukan dengan tulus, sensitif bisa disalahmengerti oleh orangorang dan penganut agama lain. Oleh karena itu sangatlah penting
agar, seperti yang telah dikemukakan di atas, pelatihan Kristen
jangan diberikan kepada anak-anak tanpa sepengetahuan dan
izin orangtua mereka.
Kita juga harus ingat bahwa sebagian besar orang di negara
yang bukan negara Barat cenderung datang kepada Kristus dalam
bentuk kelompok keluarga atau klan. Semua keputusan besar yang
diambil adalah keputusan kelompok—dan tidak seorang pun yang
mengambil keputusan sampai seluruh anggota kelompok siap
untuk memutuskan. Seorang pekerja yang melakukan penginjilan
kepada anak-anak perlu memahami gerakan seperti ini. Berusaha
agar seorang anak bertobat bisa jadi tidak hanya membuat anak
itu berisiko untuk diasingkan oleh masyarakat atau mengalami
perlakuan yang lebih buruk, tetapi secara budaya juga tidak sensitif
karena bertentangan dengan cara setiap keputusan diambil dalam
masyarakat tersebut.
Bagaimana dengan “Membeli Petobat”?
Banyak kritik yang sah telah dilayangkan pada tindakan-tindakan
yang “membeli petobat” dan bahaya menciptakan “orang Kristen
beras”. Sangat mungkin untuk memaksa seorang anak (atau orang
yang sudah dewasa) agar mengucapkan sebuah deklarasi iman agar
di Malaysia Baptist Theological Seminary pada Juni 2003 telah membantu
membentuk banyak dari poin yang saya sampaikan.
287
Child, Church, and Mission
bisa menerima semangkuk nasi atau barang-barang yang menarik
lainnya. Mereka bisa jadi melakukan hal ini karena mereka sudah
putus asa dengan hidup mereka atau untuk memastikan bahwa
barang-barang itu tetap mengalir ke dalam hidup mereka. Biasanya,
“petobat-petobat” semacam ini akan menyangkal deklarasi iman
mereka ketika kebutuhan mereka sudah terpenuhi. Dan mereka
bersedia “bertobat” lagi ketika makanan atau bantuan lainnya
ditawarkan.
Akan tetapi, seperti mustahil untuk memaksakan sebuah
per­­tobatan, membeli petobat itu juga mustahil. Tidak ada orang
Kristen yang bertanggung jawab yang akan memaksa seseorang
meng­ambil keputusan dalam keadaan semacam ini, atau percaya
bahwa deklarasi iman yang diucapkan secara terpaksa benar-benar
merefleksikan perubahan hati yang membuat seseorang menjadi
orang yang beriman kepada Kristus.
Meskipun demikian, kemungkinan inilah yang telah men­
dorong beberapa lembaga Kristen yang bergerak dalam bidang
pe­nanggulangan bencana dan pembangunan untuk secara total me­
misahkan aktivitas-aktivitas kemanusiaan mereka dari setiap peng­
injilan Kristen yang bisa melibatkan mereka. Bahkan, beberapa
organisasi Kristen yang bisa dipercaya dalam tingkat internasional
bahkan tidak ingin dikenal sebagai organisasi Kristen pada tingkat
lokal dalam lingkungan yang bukan Kristen. Mereka bisa jadi
mengakomodasi atau memperlunak berita Kristen karena sensitif
terhadap orang-orang bukan Kristen yang mendengarnya. Dan
inilah bahayanya. Pengembangan anak secara Kristen dan holistik
bisa mengabaikan kebutuhan jasmani dan rohani anak-anak dan
keluarga mereka. Bagaimana mungkin orang-orang Kristen bisa
menunjukkan kasih dan kepedulian dengan memenuhi kebutuh­
an materi anak-anak, tetapi tidak memberitakan Kabar Baik, yang
bisa mentransformasi kehidupan anak-anak sekarang dan untuk
selamanya?
Dr. Bryant Myers memberikan pandangan yang bermanfaat
mengenai kesaksian Kristen dalam lingkungan yang bukan Kristen.
Ia berkata,
288
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
Kita harus bersaksi karena bersaksi merupakan fitur sentral
dari komitmen iman kita; ini bukan pilihan. Namun bagai­
mana kita bersaksi memunculkan kesulitan dan tantangan.
Kesulitannya adalah setiap orang—orang Kristen dan bukan
orang Kristen—sebenarnya selalu bersaksi. Pertanyaannya
hanyalah bagaimanakah mereka bersaksi dan kepada siapa
mereka bersaksi?
Bagaimana sering kali bersaksi bagi orang Kristen men­
jadi tantangan. Kutipan terkenal yang dianggap berasal dari St.
Fransiskus Assisi, “Beritakanlah Injil di mana pun dan sepanjang
waktu, pakailah kata-kata kalau perlu,” menjadi pedoman yang
berguna dan holistik. Pendapat yang berkata kita hanya bersaksi
bila kita memberitakan Kristus dan mencari petobat adalah Injil
yang terpotong dan terdikotomi. Bahwa kesaksian Kristen itu harus
ada, dan harus sensitif memerhatikan konteks yang ada dan tidak
manipulatif adalah sebuah aksioma.
Akhirnya, di tingkat lain kita sebaiknya memerhatikan bah­
wa motivasi yang mendorong seseorang ke pintu gerbang iman
di hadapan Tuhan mungkin tidak sepenting fakta bahwa orang
itu begitu termotivasi untuk menaruh iman mereka pada Kristus.
Motivasi banyak orang entah mengapa dicurigai. Dalam jangka
panjang, lebih penting menguatkan dan menumbuhkan seseorang
yang telah mengambil keputusan untuk mengikut Kristus, dari
pada mengkritik motivasi yang mendorong pengambilan keputusan
semacam itu.
Penginjilan atau Eksploitasi?
Telah dikatakan bahwa orang-orang Kristen yang terlibat dalam
upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan rohani anak-anak se­
ring kali dikritik orang-orang bukan Kristen yang memandang
penginjilan, atau setiap upaya yang “merusak” kepercayaan, ke­
biasaan, dan praktik lokal sebagai melakukan eksploitasi.
Bryant Myers, Walking with the Poor, 17.
289
Child, Church, and Mission
Bagaimanakah kita merepons tuduhan ini? Apakah metode
yang kita pakai membenarkan tuduhan ini? Apakah kita bertindak
sebagai makelar yang membaptis anak-anak agar menjadi anggota
denominasi kita atau sebagai duta besar yang bertindak untuk
melaksanakan maksud Allah dan untuk kemuliaan Allah? Apakah
upaya-upaya holistik yang kita lakukan bertujuan mensejahterakan
anak-anak secara keseluruhan?
Dalam pernyataan dan aktivitas-aktivitas yang kami lakukan
di tengah orang-orang bukan Kristen, harus jelas bagi kita bahwa
kita memiliki keyakinan yang teguh anak-anak memiliki kebutuhan
rohani di samping kebutuhan jasmani, emosi, dan mental. Meskipun
harus tetap sensitif, kita tidak perlu merasa bersalah bahwa kita
tetap berkomitmen untuk berusaha agar terjadi transformasi
rohani dan jasmani. Kita harus menunjukkan integritas yang tidak
manipulatif dan respek dalam penginjilan yang kita lakukan tanpa
memperlunak Injil dan kebenaran bahwa anak-anak membutuhkan
Injil itu. Anak-anak membutuhkan perjumpaan yang autentik de­
ngan Kristus supaya mengalami kepenuhan hidup yang disediakan
Allah bagi mereka.
Seperti yang telah ditulis di atas, para orangtua memiliki
perasaan yang kuat bahwa anak mereka menganut agama yang
dianut orangtuanya. Para penginjil yang etis dan penuh pengertian,
akan mengetahui dan mendukung perlunya kepekaan yang mutlak
dalam hal yang penting ini. Pada saat yang sama, sebuah perbedaan
harus dibuat antara memandang anak-anak sebagai milik orangtua
mereka atau memperlakukan anak-anak sebagai orang-orang yang
memiliki hak sendiri. Eksegesis yang paling mendasar dari Amanat
Agung dan dasar dari setiap misi adalah memberitakan Injil kepada
semua orang, termasuk anak-anak, dengan maksud dan harapan
bahwa mereka akan menjadi pengikut Kristus.
Penginjilan dan pelatihan Kristen yang dilakukan terhadap
anak-anak yang orangtuanya bukan orang Kristen bukan sesuatu
yang eksploitatif atau tidak etis bila orangtua anak-anak ini me­
ngerti dan menyetujui. Dalam pelayanan kepada anak-anak, secara
khusus kita harus peka sehingga bisa memilih waktu, tempat,
290
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
cara dan pendekatan yang tepat untuk melakukan penginjilan
secara terbuka. Tidak memerhatikan situasi dan keadaan bisa
jadi membuat penginjilan yang dilakukan secara terbuka sebagai
sesuatu yang tidak sensitif atau bahkan tidak etis dipandang dari
segi waktu, tempat, dan cara.
Peringatan Penginjilan terhadap Anak dalam Situasi
yang Sensitif
Penginjilan dan pelatihan Kristen yang dilakukan secara jujur dan
transparan terhadap anak-anak yang orangtuanya bukan orang
Kristen merupakan sesuatu yang penting dan pantas dilakukan.
Meskipun demikian, terdapat keadaan yang bisa membuat peng­
injilan yang dilakukan secara terbuka ini tidak tepat bahkan tidak
etis. Berikut ini adalah beberapa prinsip, yang mungkin telah
diketahui dan dipahami dengan jelas, yang saya percaya penting
bagi mereka yang melayani anak-anak dalam lingkungan yang
sensitif, bukan Kristen.
Anak-anak tidak boleh menerima ajaran dan pelatihan
agama tanpa sepengetahuan dan persetujuan orangtua me­
re­ka. Bahkan, beberapa pekerja Kristen, termasuk saya, percaya
bahwa dalam situasi yang paling sensitif para pemimpin gereja
sebaiknya jangan membaptis seorang anak sampai orangtua anak
itu siap dibaptis untuk memastikan anak itu memperoleh dukungan
dalam hal imannya yang baru.
Orang-orang Kristen jangan memaksa anak-anak agar
bertobat dalam situasi dimana anak-anak itu dan/atau orang­
tua mereka sepenuhnya bergantung pada bantuan finansial
atau materi dari orang-orang Kristen. Ini bisa terjadi di panti
asuhan, rumah-rumah penampungan anak-anak dan keluarga-ke­
luarga yang membutuhkan pemulihan, pusat-pusat penitipan anakanak kala orangtua mereka bekerja, kamp-kamp pengungsi, proyekproyek bantuan sosial dan komunitas-komunitas yang banyak
ditopang oleh upaya-upaya pengembangan Kristen. Anak-anak
itu begitu menyadari ketidakberdayaan mereka sehingga mereka
291
Child, Church, and Mission
mungkin akan menerima syarat apa pun agar memperoleh bantuan
yang disediakan bagi mereka. Tentu, Injil harus tetap diberitakan
kepada anak-anak dalam situasi semacam ini tetapi pemberitaan
Injil itu harus dilakukan dengan menjaga perasaan mereka dan
hati-hati.
Tidak tepat bila mengharapkan anak-anak bertobat
padahal orang yang melayani anak-anak menunjukkan sikap
yang sama sekali tidak berempati terhadap realitas yang se­
dang dihadapi anak-anak yang dilayani. Orang yang melayani
anak-anak harus berempati dan memahami penderitaan anakanak yang dilayani, yang sangat rentan dan sama sekali tidak bisa
mengendalikan keadaan dalam hidup mereka. Pendekatan yang
dipakai adalah mengenali dan menunjukkan belas kasihan
Tidaklah tepat memberitakan Injil kepada anak-anak
dengan suatu cara yang mengurangi, meremehkan, atau me­
nyangkal validitas kebudayaan mereka. Sebuah masalah yang
biasa terjadi dalam ladang misi adalah pertobatan Kristen kadang
sama dengan pergantian budaya. Allah menciptakan kebudayaan.
Seperti setiap kebudayaan memiliki aspek yang harus ditolak atau
ditebus, demikian pula setiap kebudayaam memiliki aspek-aspek
yang bisa didukung dan dirayakan. Kita harus mengetahui faktorfaktor yang ada dalam sebuah kebudayaan dan saat yang sama tidak
mengizinkan faktor-faktor itu mengurangi kuasa Injil.
Tidaklah tepat dan mungkin tidak etis bila anak-anak
dibimbing untuk menjadi orang Kristen padahal mereka be­
lum mengerti apa artinya menjadi orang Kristen. Khususnya
dalam keadaan di mana sebuah komitmen kepada Kristus bisa
menimbulkan pengasingan oleh masyarakat, penolakan, peng­
aniayaan atau penderitaan, konsekuensi dalam mengikut Kristus
harus disampaikan dengan jelas dengan suatu cara yang bisa
dipahami anak-anak dan sesuatu dengan tingkat kematangan anakanak yang dilayani.
292
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
Misi Strategis terhadap Anak
Kita telah membahas Jendela 4/14 dan kenyataan bahwa sebagian
besar orang yang mengambil keputusan untuk mengikut Kristus
melakukan hal itu ketika mereka berusia antara 4 sampai 14 tahun.
Dari apa yang telah Anda pelajari dalam bab sepuluh, sekarang
Anda tahu bahwa ide Jendela 4/14 sangat didasarkan pada konsep
Jendela 10/40. Tentu saja ini sengaja. Saya percaya bahwa dua
konsep itu penting bagi para pembuat strategi di bidang misi.
“Jendela dalam Jendela” ini menyingkapkan sesuatu yang
baru tidak hanya pada gereja-gereja dan misi-misi, tetapi juga
menyingkapkan fondasi masa depan Gereja. Setiap kali saya me­
nyampaikan hal ini kepada kelompok-kelompok Kristen, saya
melakukan survei tidak resmi. Saya bertanya, “Berapa banyak dari
saudara yang mengambil keputusan pertama yang signifikan untuk
mengikut Kristus sebelum umur 15 tahun?” Hal luar biasa, hasil
survei saya meneguhkan fakta yang penting dalam bidang misi.
Hasil tidak resmi di antara penduduk negara yang bukan negara
Barat bisanya menunjukkan angka antara 50 sampai 70 persen.
Jelas, jawaban mereka entah mengapa bergantung pada ba­
gaimana definisi menjadi orang Kristen dan banyak orang Kristen
memiliki lebih dari satu pengalaman yang mencakup komitmen
iman, ketika komitmen kepada Kristus menjadi masak dan matang
ketika usia seseorang bertambah. Namun, apakah yang akan kita
katakan? Mungkin hanya 60 persen orang Kristen mengambil
keputusan untuk mengikut Kristus dalam tahun-tahun yang lentur
ini, atau mungkin besarnya hanya 50 sampai 60 persen. Mengapa
ini harus diperhatikan para pemimpin misi dewasa ini?
Realitas Jendela 4/14 sekali lagi diteguhkan dalam Konfe­
rensi Lausanne yang diselenggarakan di Pattaya, Thailand. Di
sana, Paul Eschelman, orang yang paling bertanggung jawab atas
penayangan Film Yesus di seluruh dunia, minta pada 1.700 atau
Tulisan-tulisan dalam bagian ini diadaptasi dari tulisan Dan Brewster, “The 4/14
Window: Child Ministries and Mission Strategies” dalam buku Children in Crisis: A
New Commitment, editor: Phyllis Kilbourn (Monrovia, CA: MARC, 1996).
293
Child, Church, and Mission
lebih peserta konsultasi itu untuk berdiri bila mereka mengambil
keputusan pertama untuk mengikut Kristus sebelum umur 15
tahun. Setidak-tidaknya 80 persen peserta berdiri.
Jendela 4/14 bukan lagi sekadar frasa menarik, melainkan sebuah fakta
yang baku. Pertimbangkanlah hal ini juga: Penelitian lain menunjukkan
70 persen orang yang datang kepada Kristus berkata bahwa yang paling
memengaruhi mereka adalah teman-teman sebaya atau orang-orang
seusia mereka.
Bila dua pernyataan ini benar, anak-anak dan kaum muda bukan
hanya ladang misi yang paling berbuah, tetapi mungkin juga menjadi
kekuatan paling efektif dalam bidang misi.


Di mana gereja bertumbuh, sebagian besar petobat baru berusia
di bawah 18 tahun.
Menargetkan Jendela 4/14 menghasilkan pertumbuhan gereja
yang strategis dan pengembangan kepemimpinan di antara anakanak dan kaum muda. Sesungguhnya, Jendela 4/14 itu valid dan
begitu strategis, kelompok-kelompok yang serius bergerak di
bidang misi harus memberikan perhatian lebih banyak lagi kepada
orang-orang dari kelompok umur ini.
Anak, Pertumbuhan Gereja, dan Perkembangan
Kepemimpinan
Anak-anak tidak hanya dibatasi pada pelayanan yang memenuhi
kebutuhan mereka, tetapi juga perhatian kaum misionaris dalam
perkembangan strategi misi yang strategis. Pendiri gereja acap
kali mengenal pentingnya pelayanan anak. Namun, terlalu sering,
pengenalan ini disampaikan karena pelayanan anak diyakini
sebagai jembatan untuk menjangkau orangtua mereka. Acap
kali pendekatan ini berhasil, tetapi jika pelayanan anak semata
dilandaskan oleh alasan itu, pelayanan anak hanya akan digunakan
294
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
untuk hal tersebut. Pelayanan anak perlu dilakukan karena nilai
anak-anak di hadapan Tuhan sendiri. Dalam prosesnya, banyak
keluarga yang terlibat di dalamnya—baik anak dan orang dewasa—
akan datang kepada Kristus.
Anak-anak merupakan Gereja pada masa mendatang. Me­
reka juga Gereja pada masa kini.
Dalam antusiasme mereka karena ingin melihat per­kem­
bangan strategi penginjilan secara global, orang-orang Kristen
kadang bertindak seolah-olah kita tidak punya waktu menunggu
orang-orang Kristen yang masih muda untuk matang dan kemudian
baru diangkat menjadi pemimpin. Ini adalah pendekatan yang
berpandangan pendek. Jelas kita harus menegaskan bahwa kita
masih mampu menumbuhkan Gereja.
Anak-anak yang hidup sekarang ini masih merupakan pe­
mimpin-pemimpin masa mendatang. Persis seperti kita sebagai
orangtua tahu dibutuhkan setidak-tidaknya 18 tahun untuk “me­
numbuhkan” anak-anak kita sendiri, demikian pula pertum­buh­
an anak membutuhkan waktu yang lama. Kematangan da­lam ke­
pemimpinan Kristen masa mendatang menuntut investasi yang
strategis dan terus-menerus dari orang-orang Kristen yang me­
numbuhkan anak-anak dewasa ini.
Ada tendensi untuk merendahkan pelayanan dan misi ke­
pada anak-anak, dengan berkata bahwa pelayanan kepada anakanak bukanlah misi yang serius atau pekerjaan misi yang kurang
cakap atau kreatif. Pelayanan kepada anak-anak sesungguhnya
merupakan cara yang efektif untuk membuat gereja bertumbuh,
memunculkan pemimpin-pemimpin Kristen yang baru, dan sebuah
cara yang efektif untuk menjangkau orang dewasa atau kelompok
manusia yang belum terjangkau. Oleh karena itu, penting sekali
bagi kelompok-kelompok yang bergerak di bidang misi dan para
pemikir di bidang misi untuk tidak mengabaikan anak-anak dan
kaum muda, juga tidak merendahkan pelayanan kepada anak-anak.
Anak-anak bukannya tidak penting. Kelompok-kelompok yang
bergerak di bidang misi harus memeriksa kembali strategi-strategi
misi mereka yang hanya mementingkan pelayanan pada orang
295
Child, Church, and Mission
dewasa. Mereka harus mempraktikkan misi yang holistik, yang
melibatkan anak-anak dan kaum muda.
Anak-anak Sebagai Agen Misi
Kenyataan adanya Jendela 4/14 berarti melibatkan anak-anak da­
lam strategi misi itu penting bagi pelayanan misi yang serius dewa­
sa ini. Namun demikian, anak-anak tidak boleh dipandang hanya
sebagai obyek penginjilan dan misi. Seperti yang telah kita lihat,
baik Alkitab maupun pengalaman telah menunjukkan kita bahwa
anak-anak memiliki kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan
yang diperkirakan. Mereka bisa mendengar dan menaati firman
Allah dalam hidup mereka dan mereka bisa melayani orang lain. Da­
lam Alkitab, mereka berpartisipasi sepenuhnya dalam komunitaskomunitas iman. Berulang kali mereka terpilih untuk menjadi alat
Allah ketika orang-orang dewasa atau lembaga-lembaga orang
dewasa gagal.
Pete Hohmann menulis,
Anak-anak memiliki kapasitas rohani yang luar biasa.
Me­reka bisa mendatangkan sukacita dalam hati Tuhan.
Mereka bisa mendengar suara Tuhan dan menaatinya.
Mereka bisa melayani orang lain. Meskipun demikian, anakanak ber­gantung pada orang lain untuk memperlengkapi
mereka me­lakukan hal-hal ini. Ketidakmampuan kita untuk
melihat kapasitas rohani anak-anak bisa menyebabkan kita
melaku­kan hal-hal yang sebenarnya membahayakan atau
menghalangi pertumbuhan rohani anak-anak. Anak-anak
adalah pemimpi. Mereka itu idealis; mereka selalu memiliki
iman untuk masa depan yang lebih baik. Tidak heran Yesus
memberi tahu kita bahwa kita harus menjadi seperti anakanak. Allah sering kali melaksanakan maksud-Nya yang
terbesar melalui anak-anak.
Pete Hohmann, Kids Making a Difference (Instant Publisher, 2004). Dari
korespondensi tentang naskah sebelum diterbitkan.
296
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
Seperti yang telah kita lihat, Allah tidak ragu untuk memakai
anak-anak sebagai utusan atau alat-Nya ketika sebuah tugas ke­
lihatan begitu penting sehingga tidak bisa dipercayakan kepada
orang dewasa. Mungkin Allah tahu bahwa anak-anak tidak akan
mencuri kemuliaan-Nya. Mungkin Dia pasti tahu bahwa mereka
mendengarkan.
Ketika Allah membutuhkan kemurahhatian yang besar, Dia
memilih seorang anak. Dalam seluruh Alkitab, kita melihat bah­
wa hampir selalu ketika seorang anak disebutkan, Allah sedang
melakukan sesuatu yang penting. Dalam satu kasus, Dia memberi
makan 5.000 orang. Sebenarnya Dia bisa melakukannya dengan
berbagai macam cara, tetapi Dia melakukannya melalui seorang
anak laki-laki yang masih kecil hanya untuk menunjukkan, saya pikir,
respek-Nya terhadap anak-anak yang akan memberikan Dia semua
yang menjadi milik-Nya. Dia sanggup melipatgandakan melampaui
ekspektasi kita yang paling liar. Bisakah Anda membayangkan ketika
anak laki-laki itu tiba di rumah? Pasti ibunya berkata, “Bagaimana
makan siangmu? Dan jangan buat cerita yang aneh-aneh lagi!”
Sylvia Foth, dalam bukunya yang hebat tentang memunculkan hati misi
dalam anak-anak berjudul Daddy, Are We There Yet? menambahkan ideide berikut ini untuk melibatkan dan menumbuhkan anak-anak dalam
bidang misi:




Anak-anak bisa membesarkan hati orang lain.
Anak-anak bisa memberi dan melayani.
Anak-anak bisa belajar membagikan iman mereka.
Anak-anak bisa ikut serta dalam perjalanan misi. Banyak gereja
dan keluarga membawa anak-anak belajar melayani, ber­doa, dan
menolong. Kalau Anda bisa, bawalah mereka ke daerah-daerah
yang belum terjangkau Injil. Pengalaman ini bisa men­datangkan
perbedaan yang langgeng dalam hidup mereka.
Dengan disertai ucapan terima kasih, saya berikan sanjungan kepada Dr. Wess
Stafford dari Compassion International untuk contoh-contoh yang ia berikan.
297
Child, Church, and Mission
Ketika Allah ingin menguji komitmen, Dia memilih seorang
anak. Ketika Petrus sedang berada di halaman sidang pengadilan,
orang pertama yang menemui untuk menguji imannya adalah anak
perempuan yang bekerja sebagai pelayan. Allah pasti berkata, “Aku
akan berikan Petrus setiap kesempatan untuk sukses.” Kalau Anda
tidak berani membagikan iman Anda kepada seorang anak, kepada
siapa Anda berani membagikan iman Anda? Anak perempuan ini
bertanya, “Bukankah bapak salah satu pengikut orang itu?” Dan
Petrus gagal, “Bukan, bukan, anak kecil, aku bukan pengikut orang
itu.”
Anak-anak tetap perlu ditantang. Suatu penyelidikan
ter­­ha­­dap materi yang dipakai para guru Sekolah Minggu akan
menyingkapkan banyak topik tentang bagaimana Allah akan mem­
berkati orang percaya namun sama sekali tidak ada topik yang
mem­per­lengkapi anak-anak untuk menjangkau anak lain atau
menantang mereka untuk melayani atau terlibat dalam misi.
Saya diberi tahu bahwa pada hari saya dilahirkan, ayah me­
nimang saya dan berdoa suatu hari saya akan menjadi misionaris.
Tradisi keluarga kami berkata ia melakukan hal yang sama
terhadap semua anaknya yang berjumlah enam orang. Ka­dang,
ketika saya beribicara dalam konferensi-konferensi misi di Asia,
saya bertanya berapa banyak orangtua di Asia yang me­nimangnimang anak mereka yang masih bayi dan berdoa agar mereka
menjadi misionaris. Jarang sekali ada orang yang mampu berkata
mereka telah melakukan itu. Hal yang lebih sering terjadi adalah
pertanyaan itu mengejutkan mereka. Bagaimana mungkin kita
berdoa agar anak-anak kita menempuh risiko dan bahaya semacam
ini? Namun, anak-anak yang didoakan dengan cara seperti itu
kemudian mengalami bahwa mimpi itu terus ada sepanjang masa
kanak-kanak mereka, dan mereka sering kali membuat komitmen
untuk menjadi misionaris.
Anak-anak biasanya hidup di atas (atau di bawah) ekspetasi
kita terhadap mereka. Seperti yang biasanya saya katakan kepada
Bambang Budijanto, “Children: New Energy in Mission,” dalam Emerging Mission
Movements (Colorado Springs, CO: Compassion, 2010), hlm. 47.
298
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
putra saya, “Pikirkanlah apa yang bisa kamu lakukan, dan pikirkan­
lah apa yang tidak bisa kamu lakukan—salah satu dari jawaban
itu pasti benar.” Banyak anak dan orang muda bosan terhadap ke­
kristenan. Masalahnya bagi beberapa orang adalah mereka tidak
diberi kesempatan untuk mempraktikkan iman mereka. Ide dan
kepercayaan mereka tetap tidak teruji dan, oleh karena itu, tidak
menyatu dengan iman mereka sendiri dengan cara yang berarti.
Anak-anak dan orang muda—yang berada di Jendela 4/14—
memiliki banyak hal yang bisa ditawarkan. Dr. Bambang Budijanto
menamakan mereka energi yang bersih dan kekuatan yang belum
tersalur untuk misi.6 Anak-anak dan kaum muda suka sekali
menghadapi tantangan.
Akan tetapi, banyak dari apa yang disampaikan dalam
pelayan­an anak di gereja-gereja dewasa ini bertujuan menghibur
dan bukan memperlengkapi atau menantang mereka. Kita harus
bertanya, “Apakah yang tidak dilakukan dan tidak dipelajari anakanak kita ketika mereka sedang dihibur?”
Pada akhir masa remaja mereka, Alex dan Brett Harris me­
nulis buku Do Hard Things. Suami istri Harris ini berkata, “Untuk
menjadi remaja yang baik, kita hanya tidak perlu melakukan
hal-hal yang buruk seperti menjadi pencandu narkoba, minum
minuman keras, dan berpesta pora. Namun, apakah cukup sekadar
mengetahui hal-hal negatif yang tidak boleh kita lakukan?”
Dr. William Damon mencatat,
…. bertentangan dengan apa yang ada dalam pikiran bebera­
pa orang dewasa, (anak-anak dan orang muda) tidak perlu
pulang ke rumah setelah enam jam berada di luar rumah
dan “menyegarkan diri mereka lagi” dengan menonton TV.
Yang benar-benar mereka butuhkan adalah memakai energi
mereka dengan sepenuhnya dan dengan sukacita untuk
tuju­an yang mulia. Dengan secara sistematis mengurangi
Alex Harris dan Brett Harris, Do Hard Things (Colorado Springs, CO: Multomah
Books, 2008), hlm. 97.
Ibid., hlm. 86.
299
Child, Church, and Mission
kapabilitas anak-anak, kita membatasi potensi anak-anak
untuk bertumbuh. Dengan tidak mengharapkan anak-anak
untuk melayani orang lain … kita mencegah mereka dari
merasa memiliki tanggung jawab sosial dan pribadi … Se­
baliknya, dengan memberikan visi kepada anak-anak untuk
memperhatikan orang lain, suatu orientasi untuk melayani
yang muncul dalam hati anak-anak yang memunculkan
rasa percaya diri yang lebih pasti bisa memberikan banyak
kontribusi untuk terjadinya perubahan sosial yang positif.
Memberikan Pandangan Misi kepada Anak-anak
Saya tidak akan pernah lupa hari ketika saya ditelepon Dr. Gene
Daniels. Dr. Daniels sedang melalukan penelitian tentang orangorang yang datang kepada Kristus di India. Di sebuah daerah , ia
menemukan bahwa sekitar 6.000 orang dari etnis Banjara (sebuah
kelompok etnis di India tengah) telah mengambil keputusan
untuk mengikut Kristus dan ia mulai menyelidiki mengapa hal ini
terjadi. Ia menelepon saya karena mengira kami ingin mengetahui
penemuannya yaitu sekitar 30 penginjil yang dahulu disponsori
Compassion dan kemudian menjadi orang yang paling berpengaruh
di antara orang Banjara dan mereka memutuskan menjadi orang
Kristen. Tampaknya kami tidak hanya menolong orang-orang yang
paling miskin di India, tetapi juga membantu menciptakan kekuatan
yang sangat efektif bagi misi setelah anak-anak dan orang muda itu
mandiri.
Visi kita terhadap anak-anak sering kali begitu berorientasi ke masa de­
pan sehingga kita tidak melihat kapasitas rohani yang luar biasa yang
sekarang dimiliki anak-anak. Pete Hohmann mengungkapkan bahwa
Allah telah menaruh dalam diri anak-anak Roh Kudus yang sama yang Dia
taruh dalam diri orang dewasa dan Dia ingin menjamah dan mengurapi
anak-anak dengan penuh kuasa.
300
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
Pete Hohmann berbicara tentang memberikan suatu pan­
dangan misi kepada anak-anak. Ini untuk membantu anak-anak
memandang dunia di sekitar mereka dan mengerti maksud Allah
bagi dunia. “Tidak ada tujuan hidup yang lebih besar yang bisa kita
berikan kepada anak-anak,” Hohmann menulis, “selain mandat
Allah kepada semua orang percaya: membuat nama-Nya dikenal di
seluruh dunia. Inilah tujuan yang dinyatakan dalam Alkitab. Inilah
tujuan yang perlu kita impartasikan kepada anak-anak kita.”
Anak-anak bisa efektif ketika mendoakan orang lain.
Karena iman mereka yang tulus dan hati mereka yang percaya, anakanak mungkin secara unik bisa membuat perbedaan melalui doa.
Satu saat yang penuh kuasa dalam Kongress Penginjilan Sedunia di
Pretoria, Afrika Selatan pada 1997 adalah ketika anak-anak berdoa
dengan penuh keyakinan dan kompetensi bagi semua peserta
konferensi itu. “Karena iman mereka yang tulus dan hati mereka
yang percaya, anak-anak secara unik mampu membuat perbedaa­
an melalui doa … Karena anak-anak berpikir secara konkret, Allah
sering kali mengomunikasikan kehendak-Nya kepada mereka
melalui gambar-gambar di pikiran mereka ketika mereka berdoa.”10
Esther Ilnisky dan Esther Network yang didirikannya merinci dan
mendokumentasikan peran anak-anak sebagai pendoa dan pejuang
doa.11
Anak-anak bisa membagikan iman mereka. Mereka sering
kali memiliki keberanian yang lebih besar untuk membagikan iman
mereka dibandingkan orang dewasa. Patricia, anak perempuan
berusia 12 tahun yang tinggal di sebuah komunitas kumuh Santa
Mesa di Filipina adalah contoh utama dari hal ini. Lingkungannya
memiliki reputasi sebagai “pangkalan” pencuri, geng, dan pelacur
yang makin banyak jumlahnya. Patricia melihat benih-benih berupa
sikap yang tidak menghormati dan kebiasaan-kebiasaan buruk
dalam diri anak-anak di Santa Mesa. Sebagai respons, ia mulai
menyelenggarakan pemahaman Alkitab mingguan bagi anak-anak
Peter Hohmann, The Great Commisary Kids (Springfield, MO: Boys and Girls
Missionary Crusade, 1997), hlm. 21.
10
Ibid.
11
Esther Ilnisky, Let the Children Pray (Ventura, CA: Regal, 2000).
301
Child, Church, and Mission
Bagaimanakah kita mengimpartasikan dunia misi kepada anak-anak?
Bagaimanakah kita bisa mengomunikasikan konsep-konsep tentang misi
kepada anak-anak dengan suatu cara yang bisa mereka mengerti dan
melihat bahwa itu cocok bagi mereka? Bagaimanakah anak-anak bisa
mengetahui bahwa mereka benar-benar bisa membuat perbedaan dalam
rencana Allah secara global? Satu kemungkinan yang ia rekomendasikan
adalah mengajarkan sepuluh kata yang huruf awalnya adalah “P” yang
diciptakan oleh Jan Bell dari “Kids Can Make a Difference” (Anak-anak Bisa
Membuat Perbedaan). 10 kata ini adalah:










Purpose (Tujuan): Tujuan Allah adalah membuat nama-Nya dikenal
di seluruh dunia.
Power (Kuasa): Allah membuat nama-Nya dikenal dengan men­
demontrasikan kuasa-Nya kepada manusia.
People (Orang-orang) : Allah rindu semua orang mengenal Dia.
People-Moving (Orang-orang yang bergerak): Orang-orang ber­
gerak di seluruh dunia, ini menciptakan kebutuhan dalam hidup
mereka.
Passport to the World (Paspor ke dunia): Allah telah selalu
menyuruh umat-Nya agar pergi ke seluruh dunia, tetapi kita perlu
mengetahui seperti apakah dunia itu.
Preparation (Persiapan): Sebelum kita bisa pergi ke seluruh dunia,
kita perlu mempersiapkan diri.
Possessions (Milik): Milik kita adalah waktu, talenta, uang dan
benda-benda materi. Kita perlu menggunakannya untuk me­
laksanakan misi Allah, bukan hanya untuk diri kita sendiri.
Projects (Proyek) : Kita perlu melakukan mobilisasi untuk bertindak
sekarang.
Partnership (Kemitraan): Kita bermitra dengan Allah dalam tugas
untuk membuat nama-Nya dikenal di seluruh bumi.
Proclamation (Proklamasi): Setengah penduduk dunia masih be­
lum tahu tentang Yesus.
302
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
berusia 5 sampai 10 tahun di lingkungannya. Ia memiliki penjelasan
sederhana bagi apa yang sedang dilakukannya: “Saya tidak ingin
mereka kalau besar nanti menjadi penjahat, melainkan menjadi
orang-orang yang mengenal Yesus.”
Seperti contoh yang ditunjukkan Patricia, anak-anak bisa
membuat perbedaan melalui penjangkauan di komunitasnya.
Penjangkauan dalam sebuah komunitas memberikan pelajaran
yang berharga dalam hidup ini yang membentuk karakter anakanak. Melalui penjangkauan inilah, anak-anak menguji ide-ide dan
kepercayaan mereka serta menemukan apa yang riil dan siapa yang
memiliki kuasa.
Anak-anak bisa membuat perbedaan melalui keterlibat­
an mereka dalam misi dunia. Kecuali kita mengimpartasikan
sudut pandang yang alkitabiah kepada anak-anak kita, masyarakat
akan mengimpartasikan sudut pandang yang salah: kepuasan diri
sendiri. Tujuan Allah dalam Alkitab adalah membuat nama-Nya
dikenal oleh setiap orang dari setiap bahasa, suku dan bangsa.
Sylvia Foth, dalam bukunya yang bagus tentang memberikan
hati misi kepada anak-anak Daddy, Are We There Yet? mengusulkan
cara-cara berikut ini untuk menolong anak-anak merasa mereka
adalah bagian dari sesuatu yang signifikan.12


12
Bekerjalah untuk menciptakan kemampuan yang
riil dalam pelayanan. Tolonglah anak anak agar me­
miliki kemampuan—mendengarkan, berdoa, mem­beri­
kan dorongan, kemurahan hati—mereka akan sungguhsungguh dalam melayani orang lain, di mana pun mereka
hidup di dunia ini. Meskipun sebuah proyek anak-anak
mungkin sebuah langkah yang sangat kecil, buatlah
proyek itu signifikan sehingga anak-anak menjadi bagian
dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
Bekerjalah untuk memberikan anak-anak informa­
si yang riil tentang dunia yang riil. Bahkan anak-
Ibid., hlm. 203.
303
Child, Church, and Mission


anak yang masih kecil tidak bisa sepenuhnya mengerti
masalah-masalah yang kompleks yang dihadapi dunia
ini; benih-benih kebenaran bisa ditanamkan dalam
diri mereka ketika mereka masih anak-anak sehingga
benih itu tidak akan tercabut belakangan. Waspadalah
terhadap mitos-mitos seperti, “Semua anak dari negara
lain itu miskin.” “Misionaris hanya berasal dari Inggris
dan Amerika.” “Negara kita lebih Kristen dibandingkan
negara lain.” “Dunia telah terjangkau.” Tentu saja, bila
Anda melayani anak-anak, Anda perlu mengetahui halhal ini terlebih dahulu. Dengan demikian, Anda bisa
memberikan informasi yang sehat dan benar kepada
anak-anak.
Biarkan anak-anak menciptakan proyek-proyek
mereka sendiri. Khususnya ketika anak-anak menca­
pai usia pra remaja, mereka akan memiliki keinginan
untuk memenuhi kebutuhan di dalam dunia dengan
kemampuan mereka sendiri. Proyek-proyek misi yang
telah direncanakan sebelumnya bisa menjadi pilihan
yang hebat—menawarkan kartu-kartu doa yang telah
dicetak, video dan ide-ide yang berkaitan dengan pro­
yek. Meskipun demikian, pada titik tertentu, anak-anak
akan siap menciptakan proyek mereka sendiri untuk
membantu para misionaris atau orang-orang yang
membutuhkan di seluruh dunia. Biarkan mereka berdoa,
mendengarkan tuntutan Tuhan, dan belajar menaatiNya dengan hati mereka.
Ajarkanlah anak-anak perbedaan antara pelayan
kebajikan Kristen dan pelayan kebajikan lainnya.
Sekolah anak yang membantu sebuah pro­yek dengan
sebuah proyek Kristen pasti berbeda. Apa beda kasih
Yesus dengan kasih lainnya di dunia ini? Bagaimanakah
orang lain tahu bahwa kita sedang membagikan kasih
Yesus kepada mereka? Proyek kita akan berbeda karena
304
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
kita mendoakan proyek itu, ka­rena kita membuat
komitmen jangka panjang untuk menolong, karena kita
berkorban untuk melayani, atau karena proyek kita itu
membantu orang-orang untuk mendengar tentang Yesus
secara langsung. Bicarakanlah itu bersama-sama.
“Memperlengkapi anak-anak untuk melayani membutuh­
kan banyak upaya,” tulis Pete Hohmann. “Namun apakah kita tahan
untuk tidak melakukan hal itu? Anak-anak yang melayani orang
lain bergairah terhadap iman yang mereka miliki. Mereka memiliki
pengenalan akan Allah yang terbukti melalui pengalaman yang nyata
dalam hidup ini (ruang kelas berupa kehidupan). Pengalaman ini
menjadi balok-balok yang membentuk karakter mereka. Anak-anak
yang melayani orang lain juga menemukan sebuah tujuan dalam
hidup ini yang lebih besar dibandingkan diri mereka sendiri.”13
Saya sendiri tidak sanggup mengungkapkannya dengan le­
bih baik.
Bacaan





13
“Conversion as Revolution” oleh Vishnal Mangalwadi
dalam The Quest for Freedom and Dignity, bab 6 dalam
Willowbank Report, Lausanne Committee for World
Evangelization, 1974.
“Children ‘at Risk’ Because They Have Not Heard the
Good News: The 4/14 Window” oleh Daniel Brewster
dalam Celebrating Children, hlm. 175–181.
Children: The Great Omission? oleh Daniel Brewster dan
Patrick McDonald (buku kecil yang dipersiapkan bagi
Lausanne III di Pattaya, Thailand, 2004).
The Great Commissary Kids oleh Peter Hohmann, hlm.
3–40.
The 4/14 Window, oleh Luis Bush.
Hohmann, The Great Commissary Kids, hlm. 21.
305
Child, Church, and Mission
Ada bahan-bahan lain untuk mengajarkan misi kepada anak-anak.
Sebuah situs yang baik yang memiliki banyak bahan di bidang misi
adalah www.missionresources.com/teachkidsr.html.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1.
Renungkanlah lima peringatan yang disampaikan bagi
penginjilan lintas budaya terhadap anak. Apakah Anda
tahu situasi-situasi di mana peringatan ini telah di­
langgar? Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Sebutlah setidak-tidaknya dua peringatan lain yang
berkaitan dengan ketepatan atau etika dalam mem­
bagikan iman Anda secara lintas budaya kepada anakanak yang mungkin perlu dalam konteks budaya Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Daftarlah dan diskusikanlah setidak-tidaknya lima alas­
an mengapa pelayanan dan misi kepada anak dan orang
muda bisa menjadi strategi yang baik dalam bidang
misi.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
306
Masalah-masalah Praktis dalam Misi dan Anak-anak
4. Apakah implikasi Jendela 4/14 bagi gereja, misi atau
lembaga Anda?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Sebutkan tiga dari sepuluh “P” yang paling efektif dalam
menjelaskan misi kepada anak-anak atau orang muda
yang Anda kenal. Mengapa?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
6. Diskusikanlah pengalaman Anda tentang anak dan orang
muda sebagai sumber daya bagi misi. Apakah yang telah
Anda lihat (atau dengar) tentang anak-anak yang sedang
terlibat dan memberikan kontribusi?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
307
K
Bagian Lima
SARANA-SARANA UNTUK
MELAKUKAN ADVOKASI
ita memulai bagian terakhir ini dengan melihat konsep
tentang advokasi. Advokasi adalah sebuah istilah hukum
yang berarti mengajukan permohonan kepada seseorang yang
memiliki kedudukan sebagai penanggung jawab atau yang
memiliki otoritas untuk kepentingan sesuatu atau seseorang
yang hak-haknya sedang dilanggar atau yang suaranya tidak
didengar. Ada banyak cara untuk melakukan advokasi. Ber­
bicara mengenai hal ini bisa muncul dalam banyak bentuk
yang berbeda. Kadang pembela berbicara dengan bahasa yang
keras dan mengganggu. Kita akan melihat sarana-sarana untuk
melakukan advokasi bagi orang-orang Kristen, khususnya dari
sudut pandang yang tidak konfrontasional.
Satu sarana yang digunakan oleh orang-orang yang mem­
bela anak-anak di seluruh dunia adalah Convention on the Rights of
the Child (Konvensi Hak-hak Anak) yang dibuat oleh Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) dan diratifikasi oleh sebagian besar negara
di dunia. Sarana ini begitu dikenal sehingga banyak organisasi
memakainya sebagai titik awal bagi semua pelayanan mereka
terhadap anak-anak. Konvensi ini begitu dikenal sehingga Gereja
perlu mengetahui isi konvensi itu dengan baik dan mengerti apa
yang tersedia di dalamnya, kekuatan dan kelemahannya. Oleh
karena itu, dalam bab tiga belas, kita akan memeriksa aspek-aspek
yang bermanfaat dalam konvensi ini, dan mengajukan beberapa
pertanyaan terhadap isi konvensi ini yang merupakan pertanya­
an-pertanyaan yang diajukan beberapa orang Kristen dari sudut
pandang Alkitab.
Child, Church, and Mission
Berjejaring berjalan seirama dengan advokasi. Kami telah
menunjukkan pentingnya Gereja di seluruh dunia dalam meres­
pons kebutuhan anak. Namun, banyak gereja dan pelayanan yang
melayani anak-anak sebagian besar melakukan hal itu sendirian.
Jadi, sementara kami mengakhiri buku ini, kita akan melihat sejauh
mana efektivitas berjejaring dalam membantu pelayanan-pe­la­
yanan untuk saling menguatkan satu sama lain, mengombinasi­
kan upaya mereka dan menghindari tumpang tindih—semuanya
merupakan aspek yang sangat penting dalam memaksimalkan
dampak kita sekarang ini dan di masa mendatang dalam pelayanan
dan misi terhadap anak.
310
12
Advokasi yang
Tidak Konfrontasional
Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk
hak semua orang yang merana. Bukalah mulutmu,
ambillah keputusan secara adil dan berikanlah
kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.
Amsal 31:8, 9
Child, Church, and Mission
A
kar advokasi adalah profesi di bidang hukum. Advokasi artinya
berbicara bagi, bertindak bagi, atau membela seseorang atau
sesuatu di hadapan orang lain—dan ini merupakan aktivitas
yang vital dari umat Allah. Advokasi berupaya memengaruhi dan
mengubah orang-orang, kebijakan-kebijakan, dan struktur-struk­
tur untuk kepentingan orang miskin atau mereka yang suaranya
tidak didengar.
Bagian dari peran Gereja adalah melakukan advokasi de­
ngan berbicara melawan ketidakadilan, membela kasus orang
miskin, meminta pertanggungjawaban pemegang kekuasaan, dan
memberdayakan orang-orang agar bisa menyatakan pendapat
mereka sendiri. Dalam Alkitab jelas Allah mengharapkan orang
Kristen untuk memerhatikan dan bersuara bagi orang-orang
miskin.
Harapan ini telah menjadi bagian dari komunitas iman se­
jak masa Perjanjian Lama. Sebagai contoh, Amsal 31:8–9 berkata,
“Berbicaralah bagi mereka yang tidak bisa berbicara bagi diri
mereka sendiri, bagi hak-hak semua orang miskin. Berbicaralah
dan hakimilah dengan adil; belalah hak-hak orang miskin dan
membutuhkan.” Ratapan 2:19 berkata, “Bangunlah, mengeranglah
pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam; curahkanlah
isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan. Angkatlah tanganmu
kepada-Nya demi hidup anak-anakmu, yang jatuh pingsan karena
lapar di ujung-ujung jalan.” Ulangan 10:17–18—bagian dari Hukum
Musa—berkata, “Sebab Tuhan Allahmu Allah segala allah dan
Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak
memandang bulu atau menerima suap, yang membela hak anak
yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing
dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian.”
Musa tidak asing dengan advokasi. Ia sering terpaksa ber­
doa syafaat bagi bangsa Israel yang menggerutu ketika Allah mem­
bebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Keluaran 32:11–14
memberikan contoh semacam ini:
312
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, de­
ngan berkata: “Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit
terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah
Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang
kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa
mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka
kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan mem­
binasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu
yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malape­
taka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. Ingatlah
kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu,
sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu
sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan mem­
buat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh
negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada ke­
turunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.” Dan
menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancang­kanNya atas umat-Nya.
Sebuah episode lain (yang mungkin mengejutkan) dalam
Perjanjian Lama tentang seorang pemimpin yang menjadi pembela
adalah Abraham yang berbicara demi Sodom dan Gomora yang
terkenal karena perbuatan bejatnya. Kejadian 18:23–32 mencatat:
TUHAN berfirman: “Jika Kudapati lima puluh orang benar
dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat
itu karena mereka.” Abraham menyahut: “Sesungguhnya aku
telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun
aku debu dan abu. Sekiranya kurang lima orang dari kelima
puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan
seluruh kota itu karena yang lima itu?” Firman-Nya: “Aku
tidak memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima di
sana.” Lagi Abraham melanjutkan perkataannya kepadaNya: “Sekiranya empat puluh didapati di sana?” FirmanNya: “Aku tidak akan berbuat demikian karena yang empat
puluh itu.” Katanya: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau
313
Child, Church, and Mission
aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di
sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan berbuat demikian, jika
Kudapati tiga puluh di sana.” Katanya: “Sesungguhnya aku
telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya
dua puluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan
memusnahkannya karena yang dua puluh itu.” Katanya:
“Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi
sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” FirmanNya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh
itu.”
Dalam Perjanjian Baru, Yesus sendiri sering kali membela
anak-anak dan orang miskin. Ketika Dia menempatkan seorang
anak di tengah (Mat. 18:1–3), ketika Dia membiarkan diri-Nya
diurapi seorang “wanita yang hidup dalam dosa” (Luk. 7:36–50),
ketika Dia bercakap-cakap dengan seorang wanita yang bejat
moralnya di tepi sumur (Yoh. 4:5–29), Dia menjadi pembela mereka.
Segera setelah memanggil murid-murid-Nya, Lukas mencatat tujuh
perjumpaan “advokasi” (pasal lima sampai delapan) antara Yesus
dan orang miskin yang dibuang masyarakat.
Apakah yang tercakup dalam advokasi? Advokasi adalah:



Bertanya mengapa hingga Anda sampai pada akar masalah.
Memastikan bahwa kekuasaan dipergunakan dengan baik,
memampukan mereka yang tidak memiliki kekuasaan untuk
memperoleh akses kepada kekuasaan dan menolong mereka
yang tertindas atau diperlakukan dengan tidak adil.
Bersuara bagi yang tidak mampu bersuara dan memampukan
orang-orang yang tidak mampu bersuara untuk menyerukan
pendapat mereka.
Diadaptasi dari buku Graham Gordon, Understanding Advocacy
(Teddington, UK: Tearfund, 2002), hlm. 30.
314
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
Siapa pun bisa menjadi pembela. Seseorang perlu berprofesi di
bidang hukum atau menjadi seorang ahli. Pembela adalah sese­
orang yang memiliki pendapat yang kuat, seseorang yang dengan
aktif berupaya keras memengaruhi orang lain dalam hal yang sama.
Advokasi dilakukan secara langsung oleh mereka yang menderita
ketidakadilan atau untuk kepentingan mereka. Banyak organisasi
yang membela anak-anak menargetkan kebijakan publik atau
pemerintah agar mengubah atau membuat hukum yang berman­
faat bagi anak-anak. Ini merupakan sebuah komponen yang bisa
dipraktikkan dan penting dalam advokasi anak yang telah banyak
bermanfaat bagi anak-anak di seluruh dunia.
Sebuah bentuk advokasi yang lebih agresif mencakup tin­
dakan atau aktivisme. Metode yang dipakai mencakup melobi pe­
jabat-pejabat pemerintah atau pembuat hukum dan kebijakan.
Ini bisa dilakukan lewat demonstrasi, berbaris, memegang plakat
dan bersuara di tempat-tempat umum. Kadang advokasi dilakukan
melalui tindakan-tindakan seperti menghalangi akses ke fasilitasfasilitas melalui sabotase atau gangguan lainnya. Namun, jenis
advokasi yang lebih kelihatan dan membangkitkan amarah ini
sering kali menarik perhatian kepada metode advokasi yang di­
pakai daripada masalah-masalah yang menimpa anak-anak. Ini­lah
sebabnya kami mendorong dibuatnya strategi-strategi dan tindakantindakan yang berasal dari advokasi yang tidak konfrontasional.
Advokasi yang tidak konfrontasional mencakup berbicara
atau memampukan orang untuk menyatakan pendapat mereka
sendiri guna membangkitkan kesadaran.
Termasuk di dalamnya adalah menantang orang-orang bu­
kan hanya dengan menyodorkan fakta dan angka namun dengan
menyampaikan panggilan yang jelas agar muncul perubahan. Juga
bisa mencakup memampukan orang lain untuk membuat perubah­
an dan memakai pengalaman untuk melatih dan memperlengkapi
mereka yang bersedia membuat perubahan tersebut. Di dalamnya
hampir selalu mencakup doa, pendidikan, penelitian, pelatihan,
315
Child, Church, and Mission
memberikan dorongan, berjejaring dan sarana-sarana lain untuk
menonjolkan dan membahas masalah-masalah yang ada.
Cara Melakukan Advokasi yang Tidak
Konfrontasional
Ada beberapa cara untuk melakukan advokasi yang tidak kon­
frontasional. Tiap cara berfokus pada masalah-masalah yang me­
nuntut dilakukannya advokasi terhadap anak-anak, bukan pada
metode-metode yang menyebabkan orang tidak bisa berfokus.
Doa, jelas merupakan salah satu cara untuk melakukan ad­
vokasi. Doa adalah memohon kepada satu Pribadi yang memiliki
otoritas (Allah) bagi mereka yang hak-haknya diinjak-injak atau
mereka yang suaranya tidak didengar, dalam kasus kita, anak-anak.
Kitab Ratapan mendorong kita untuk “bangun, berseru pada malam
hari, ketika giliran jaga malam dimulai, curahkanlah isi hatimu
bagaikan air di dalam hadirat Tuhan. Angkatlah tanganmu kepadaNya demi hidup anak-anak, yang jatuh pingsan karena lapar di
ujung-ujung jalan” (2:19).
Jadi setiap kali kita mengangkat anak-anak kita di da­
lam doa, kita menjadi pembela mereka. Baik itu dilakukan ke­
tika mempersiapkan stategi atau ketika stategi itu sedang di­
implementasikan, kita ingin dan membutuhkan Tuhan sebagai
bagian dari aktivitas kita. Pembela kita sendiri, Roh Kudus berdoa
bagi kita dan berdiri dihadapan Allah untuk berbicara mewakili
kita.
Penyampaian visi memperluas ruang lingkup pembelaan
seseorang dengan cara mengajak orang lain memandang sesuatu
seperti Anda memandangnya, atau memandang sesuatu dari sudut
pandang yang berbeda. Saya sangat menyukai nasihat yang telah
sering disampaikan dalam Kitab Yesaya agar “mengangkat muka
dan melihat ke sekeliling” (Yes. 49:18).
Penyampaian visi ini bisa berarti mengajarkan dasar yang
alkitabiah bagi anak-anak dan pelayanan terhadap anak (Amanat
316
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
Agung) kepada jemaat. Ini bisa mencakup mengajar dan me­
nyampaikan pandangan yang alkitabiah terhadap kemiskinan dan
perkembangan manusia. Sering kali ini juga berarti mengajar dan
berbicara tentang kebutuhan, pengabaian dan pemeliharaan anakanak—kondisi dan besarnya tantangan yang dihadapi anak-anak
yang dilanda kemiskinan, potensi anak, peran Gereja dan komunitas
Kristen dalam memuridkan dan mengembangkan anak-anak dan
respons Gereja dan komunitas Kristen dewasa ini ter­hadap anakanak.
Berbicara berarti menemukan dan menciptakan kesempat­
an untuk mengutarakan kebutuhan anak-anak dan menantang
gereja untuk bertindak. Di sini juga bisa berarti bersuara untuk
menantang mereka yang bertanggung jawab melindungi dan me­
melihara anak-anak.
Tentu saja, advokasi mencakup lebih dari sekadar berbicara
tentang anak-anak. Bagian dari apa yang harus kita katakan, akan
kita pelajari melalui penelitian. Penelitian akan memberikan
kepada kita pengertian yang lebih baik tentang kebutuhan, peng­
abaian dan pemeliharaan anak-anak—kondisi dan besarnya tan­
tangan dan ancaman yang dihadapi anak-anak di seluruh dunia.
Ini akan memberikan sebuah konteks untuk pertumbuhan anak
dan akar penyebab kemiskinan: ketidakadilan, eksploitasi, ke­
putusasaan, akibat modernisasi dan paska modernisasi. Ini me­
nyingkapkan hukum yang relevan bagi anak-anak/remaja dan
teori-terori yang ada sekarang ini serta praktik-praktik yang
terjadi dalam pengembangan anak-anak serta masalah-masalah
yang dihadapi anak-anak di seluruh dunia. Ini juga secara aktif
melibatkan literatur yang ada tentang pengembangan anak dan apa
yang tersedia di setiap negara.
Berjejaring membantu orang-orang dan organisasi-orga­
nisasi untuk memelajari praktik-praktik yang terbaik, tetap ter­
motivasi dan tetap semangat, serta meningkatkan koordinasi dan
perencanaan dalam upaya menumbuhkan anak. Dalam berjeja­
ring ini diungkapkan praktik-praktik yang terbaik dan dilakukan
upaya-upaya koordinasi agar lebih efisien. Dalam banyak kasus,
317
Child, Church, and Mission
berjejaring mencakup pemberian informasi tentang organisasiorganisasi perkembangan anak yang besar pada tingkat nasional
dan internasional dan program-program mereka.
Memperlengkapi dan melatih pihak-pihak yang bermi­
nat merupakan cara lain yang strategis dalam advokasi yang tidak
konfrontasional. Mereka yang memiliki keahlian dan sumber daya
di bidang pengembangan anak secara Kristen dan holistik, dasardasar yang alkitabiah, administrasi program, dan sumber daya
bisa membagikannya kepada orang lain. Salah satu cara yang bisa
dipakai orang-orang Kristen dalam bekerja sama adalah memakai
kesempatan yang ada untuk melatih dan memperlengkapi individuindividu serta kelompok-kelompok dalam bidang hukum dan
bidang lainnya yang berdampak langsung terhadap anak-anak yang
membutuhkan bantuan.
Advokasi dan Pengembangan Berjalan Bersama
Anda telah mendengar pepatah yang berkata, “Berikanlah seekor
ikan kepada seorang anak; kamu akan memberi makan dia dalam
sehari. Ajarilah seorang anak untuk memancing, kamu akan mem­beri
makan dia seumur hidupnya.” Namun bagaimana kalau sang anak
tidak memiliki akses ke kolam? Bagaimana kalau air dalam kolam
itu sudah terkena polusi dari hulunya? Bagaimana kalau kekuatankekuatan yang kaya memaksa sang anak agar menyerahkan ikan
yang didapat kepada mereka? Bagaimana kalau ada hal-hal lain
yang menghalangi orang-orang untuk memakai keahlian dan
ke­mampuan yang telah mereka miliki? Sering kali perkembang­
an tidak sampai menyentuh akar masalah. Advokasi sering kali
berurusan dengan aspek-aspek struktural dari kemiskinan, eks­
ploitasi, dan ketidakadilan yang berkaitan secara langsung dengan
beberapa dari masalah ini.
Advokasi bisa menjadi pelopor perkembangan anak.
Yohanes Pembaptis adalah pelopor pelayanan Yesus. Demikian
pula, aktivitas-aktivitas advokasi bisa mempersiapkan jalan bagi
gereja Anda untuk melakukan upaya pengembangan anak yang
318
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
signifikan—suatu pekerjaan yang didasari pemahaman yang penuh
terhadap kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi anakanak.
Advokasi bisa memperkuat program-program pengem­
bangan anak. Anda tidak bisa membagikan apa yang tidak Anda
miliki. Banyak gereja yang terlibat dalam upaya pengembangan anak
ini bergumul dengan masalah kepemilikan visi. Beberapa gereja
tidak bisa memahami misi dan visi pelayanan anak. Ini sebagian
disebabkan dilakkukan sebelum penaburan benih persemaianpersemaian dipersiapkan dengan tepat. Aktivitas-aktivitas
advokasi bisa membantu jemaat untuk mengerti bagaimana mereka
merupakan bagian yang sig­nifikan dari tuaian.
Tidak selalu mudah untuk berbicara tentang ancaman
yang setiap hari dihadapi beberapa anak. Ada masalah-masalah
yang sistemis seperti kurangnya pelayanan, pemeliharaan ke­
sehat­an, pendidikan, dan sanitasi. Anak-anaklah yang pertamatama menderita karena korupsi yang dilakukan pemerintah dan
penyalahgunaan kekuasaan di kalangan militer dan polisi. Dis­
kriminasi yang menimbulkan perlakuan yang buruk menimpa
jutaan anak setiap hari. Pornografi anak, perdagangan anak, dan
prostitusi anak menyakitkan hati sebagian besar orang.
Keburukan dari masalah-masalah ini (dan masalah lainnya)
dengan mudah bisa membuat upaya pengembangan anak menjadi
sesuatu yang terlalu berat. Namun, kabar baiknya adalah sebuah
pengembangan anak yang stabil bisa menghilangkan efek-efek yang
negatif dari setiap masalah yang didikusikan oleh para pembela
anak. Dalam hal tertentu, advokasi memiliki suara yang krusial bagi
pengembangan anak.
Harus diketahui dengan jelas bahwa aktivitas-aktivitas ad­
vokasi bisa berisiko dan berbahaya. Orang-orang yang terlibat
dalam korupsi dan eksploitasi tidak akan memberikan tanggapan
yang baik terhadap campur tangan dan meningkatnya kesadaran
terhadap aktivitas mereka. Advokasi “tabrak lari”—berbicara bagi
seseorang dan kemudian meninggalkan mereka untuk menghada­
pi konsekuensinya sendirian—jelas bukan strategi yang berguna.
319
Child, Church, and Mission
Kekerasan, isolasi dan pengasingan dari masyarakat, reputasi yang
rusak dan kerugian ekonomi semuanya merupakan risiko yang
nyata yang dihadapi orang-orang yang melakukan advokasi dan
mereka yang dibela. Jelas, pembela yang efektif akan berhati-hati,
bijaksana, dan sensitif.
Advokasi dalam Compassion International
Meskipun Compassion International memiliki definisi yang sama
terhadap advokasi, kami sengaja tidak menetapkan advokasi
yang kami lakukan terhadap anak-anak sebagai sebuah kebijakan
publik. Kami tidak melobi pemerintah-pemerintah, mengupayakan
perubahan-perubahan di hukum dalam sidang pengadilan, atau
bergabung dengan banyak kelompok di Perserikatan Bangsa-bangsa
yang melakukan hal yang sama di seluruh dunia. Pertama dan yang
terutama, kami menetapkan diri kami sebagai pembela anak. Apa
pun yang kami lakukan dan katakan adalah untuk membela dan
berdoa syafaat bagi anak-anak.
Advokasi adalah pola pikir kami. Compassion Internatio­
nal memandang advokasi sebagai sebuah pola pikir yang bisa
memengaruhi semua pelayanan di gereja. Advokasi sebagai sebuah
pola pikir memberikan kesempatan kepada kami untuk terlibat
dalam diskusi di tingkat regional dan global tentang anak-anak dan
hal-hal yang berkaitan dengan misi dan memosisikan kami untuk
mengambil bagian dalam berbagai forum yang membahas masalah
yang berkaitan dengan anak.
Memandang diri kami sebagai pembela mendorong kami
untuk memandang ke atas dan memandang pelayanan kami bukan
hanya sebagai administrator kepentingan anak-anak, melainkan
juga sebagai pembela anak-anak—berbicara dan bertindak untuk
kepentingan mereka. Jadi, advokasi memberikan kesempatan ke­
pada kami untuk melipatgandakan pelayanan kami dan bukan hanya
sebagai tambahan terhadap pelayanan yang sudah ada. Advokasi
juga memampukan kami untuk memperbaiki dan meningkatkan
320
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
pelayanan orang Kristen lainnya untuk kepentingan anak-anak
yang membutuhkan di seluruh dunia.
Sebagai pembela anak, kami terdorong untuk berbicara
kepada mereka yang menjadi bagian dan bukan merupakan bagi­
an dari keluarga besar Compassion agar memberikan dorongan
dan memerlengkapi mereka yang memiliki pelayanan yang efek­
tif kepada anak-anak. Advokasi merupakan bagian yang tak ter­
pisahkan dari para staf dan donatur serta mitra perkembangan.
Bagi Compassion, advokasi sebenarnya adalah meme­nang­
kan kasus-kasus yang dihadapi anak-anak dengan cara me­mo­bil­
isasi komunitas Kristen untuk kepentingan mereka. Ini men­cakup
memakai suara dan pengalaman kami untuk mendidik, memotivasi,
dan mengupayakan terjadi perubahan dalam hati, pikiran dan
strategi Gereja dan jemaatnya. Pendekatan yang kamu pakai
berfokus pada gereja dan tidak konfrontrasional. Tujuan kami
adalah menantang Gereja secara global agar makin terlibat dan
makin efektif untuk kepentingan anak-anak yang membutuhkan.
Pelayanan advokasi kami berupaya untuk:
1. Memperluas (Increase): Memotivasi dan memper­
lengkapi Ge­reja dan orang lain agar makin terlibat untuk
kepenting­an anak-anak.
2. Meningkatkan (Improve): Melatih dan memperleng­
kapi Gereja su­paya semakin efektif dalam melayani
anak-anak.
3. Menginspirasi (Inspire): Memberikan afirmasi dan
dorongan kepada pelayanan-pelayana Kristen yang
sudah ada agar melayani anak-anak yang membutuhkan,
dan memengaruhi gereja-gereja dan orang lain agar
mendukung dan mem­berikan penghargaan kepada
pelayanan-pelayanan yang melayani anak-anak yang
membutuhkan.
321
Child, Church, and Mission
Memperluas Definisi Advokasi bagi Compassion
Compassion International mendefinisikan advokasi anak-anak se­
bagai berikut: Advokasi anak bagi Compassion International adalah
pelayanan yang membangkitkan kesadaran akan kebutuhan,
pengabaian, pemeliharaan, dan potensi anak-anak yang hidup
dalam kemiskinan dan menantang serta memampukan mereka
yang berada dalam lingkup pengaruh kami agar makin terlibat dan
makin efektif untuk kepentingan anak-anak.
Sebuah perluasan terhadap definisi ini membantu meng­
klarifikasi luas dan kedalaman advokasi, yang dilakukan siapa pun,
demi anak-anak yang membutuhkannya.
Advokasi: Bagi Compassion, konsep yang paling sinonim
bagi advokasi adalah menjadi seorang pembela. Kami meng­
atasi penyebab anak-anak menjadi miskin dan men­jadi
pemenang bagi tiap anak.
Pelayanan: Pernyataan misi kami mendeklarasikan bahwa
kami ada sebagai pembela. Advokasi menjadi ka­rakteristik
siapakah kami dan memberi arah kepada apa yang kami
lakukan.
Membangkitkan kesadaran: Kami membangkitkan ke­
sadaran melalui sarana-sarana komunikasi pendidikan yang
bersifat pribadi dan publik. Kami harus memiliki in­formasi
yang baik dan melakukan penelitian yang menjadi dasar
komunikasi itu.
Kebutuhan: Bersama dengan kemiskinan datang pula
kesempatan dan pilihan serta halangan yang tak terhitung
banyaknya yang menghalangi perkembangan anak-anak.
Pengabaian: Konsep pengabaian mencakup kegagal­an
pengaruh dan pelindung untuk menyediakan apa yang perlu
untuk perkembangan yang sehat dan juga mencakup banyak
tipe pelecehan, penindasan, dan ketidakadilan.
Pemeliharaan: Anak-anak perlu dipelihara supaya bisa
berkembang dengan sehat. Ada dasar-dasar perkem­bangan
322
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
anak yang baik yang bisa diajarkan dan diterapkan dalam
setiap keadaan dan budaya.
Anak-anak yang miskin: Populasi yang menjadi tar­get kami
adalah anak-anak yang miskin. Anak-anak adalah kelompok
yang paling tidak berdaya dalam masyarakat. Anak-anak
yang miskin pada umumnya menghadapi rin­tangan yang
terbesar untuk bisa berkembang.
Menantang: Advokasi perlu menggerakkan orang-orang
agar bertindak. Kami menyampaikan visi dan me­nantang
orang lain untuk menggenapinya.
Memampukan: Kami memampukan orang lain agar bisa
terlibat dalam pengembangan anak yang lebih efek­tif dengan
memfasilitasi, melatih, memperlengkapi, dan me­nyediakan
bahan-bahan yang diperlukan.
Orang-orang di bawah pengaruh kami: Kami hanya
bisa efektif terhadap orang-orang yang berada di bawah
pengaruh kami. Kami berfokus pada mereka yang memi­
liki hubungan yang paling dekat dengan Compassion (staf,
sponsor, donatur, mitra gereja) dan bekerja berdasarkan
ruang lingkup pengaruh itu untuk memberikan pengaruh
yang lebih luas kepada Gereja di seluruh dunia. Kami tidak
berupaya memengaruhi pemerintah atau orang-orang yang
memiliki otoritas di dunia sekuler secara langsung.
Keterlibatan yang lebih besar: Sasarannya bukan sekadar
menyadarkan orang lain akan masalah yang ada, melainkan
agar orang lain makin terlibat dalam aktivitas demi anakanak yang membutuhkan bantuan. Kami menceritakan apa
yang sedang kami lakukan, apa yang sedang dilakukan orang
lain, dan bagaimana orang-orang bisa terlibat.
Efektivitas: Aktivitas tanpa efektivitas tidak ada arti­nya.
Kami menantang dan memperlengkapi orang lain untuk
melakukan intervensi-intervensi yang paling efektif dengan
redundansi dalam jumlah yang paling kecil.
323
Child, Church, and Mission
Apa yang Bisa Anda Lakukan sebagai Pembela Anak
Marilah kita lihat beberapa hal yang bisa dilakukan setiap orang
untuk menjadikan advokasi sebuah pola pikir.






Milikilah informasi yang lengkap tentang situasi anakanak secara umum dan secara khusus dalam komunitas
Anda.
Didiklah keluarga, gereja, dan komunitas tentang
inisiatif-inisiatif yang berbeda yang dilakukan untuk
kepentingan anak-anak di seluruh dunia.
Milikilah sebuah kehidupan dalam rumah tangga, gereja
dan komunitas Anda yang merefleksikan bahwa anakanak itu berharga.
Doakanlah hal-hal yang berakibat kepada anak-anak,
berdoalah sespesifik mungkin.
Berjejaringlah dengan mereka yang bekerja bagi anakanak dan bantulah dengan cara apa saja yang bisa Anda
lakukan.
Dukunglah pelayanan gereja Anda atau pelayanan lain
yang berfokus pada anak-anak, dan doronglah orang
lain agar membuat dunia sebuah tempat yang lebih
aman bagi anak-anak.
Ide-ide yang sederhana ini menjadi sebuah dasar yang teguh
bagi advokasi ketika dipraktikkan. Apa pun yang Anda laku­kan,
jangan pernah meremehkan kekuatan kata-kata yang diucapkan
dengan tepat atau perbuatan yang dilakukan dengan tepat untuk
kepentingan seorang anak yang membutuhkannya. Inilah inti
advokasi.
Diadaptasi dari Compassion Child Advocacy Frequently Asked Questions
(Compassion International, 2004).
324
Advokasi yang Tidak Konfrontasional
Bacaan

Compassion Child Advocacy Frequently Asked Questions,
Compassion International. Advocacy Study Pack oleh
Andy Atkins dan Graham Gordon, TEAR Fund, hlm. 1–
43.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Di samping Abraham dan Musa, dapatkah Anda me­
nyebutkan setidak-tidaknya dua pembela lain dalam
Alkitab?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Gambarkanlah dengan singkat bagaimanakah tujuan
Allah tercapai melalui peran mereka dalam melaku­kan
ad­vokasi dengan menyebutkan ayat-ayat, nama-nama,
tempat-tempat tertentu dalam Alkitab.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Seperti yang Anda lihat, apakah beberapa kelebihan dan
kekurangan advokasi yang konfrontasional? Advokasi
yang tidak konfrontasional?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
325
Child, Church, and Mission
4. Apakah Anda melihat Gereja boleh melakukan advokasi
yang konfrontasional? Mengapa boleh atau mengapa
tidak boleh?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Berikanlah dua contoh di mana Anda telah melihat
advokasi dilakukan. Kritiklah efektivitas advokasi itu
dalam tiap contoh yang Anda berikan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
326
13
Konvensi PBB
tentang Hak-hak Anak
Janganlah iri hati kepada orang
yang melakukan kelaliman,
dan janganlah memilih satupun dari jalannya.
Amsal 3:31
Child, Church, and Mission
O
rang-orang Kristen dan Gereja tentu tidak sendirian ketika
mereka memerhatikan kebutuhan anak-anak. Anak-anak juga
memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukan banyak LSM-LSM
sekuler, pemerintah, dan PBB. Sekarang kita mengalihkan perhatian
kepada inisiatif-inisiatif besar yang dilakukan dunia sekuler dan
dokumen-dokumen yang mempromosikan kesejahteraan anakanak.
Hal paling terkemuka di antara inisiatif ini adalah Convention
on the Rights of the Child (CRC) atau Konvensi PBB tentang Hak-hak
Anak (KHA). KHA adalah dokumen paling dihormati yang berisi
perlindungan dan provisi bagi anak-anak. KHA adalah dokumen
PBB yang diratifikasi pada 1990an oleh semua negara kecuali
dua negara di dunia (Somalia dan Amerika Serikat). Awal pem­
buatan dokumen ini dimulai oleh seorang Kristen visioner yang
memiliki nama yang tidak lazim, Eglantyne Jebb. Pada awal 1920, ia
mengawasi penciptaan International Save the Children Union, yang
menggabungkan organisasi-organisasi dari berbagai negara yang
bekerjasama untuk meringankan penderitaan anak-anak di Eropa.
Eglantyne ini membangkitkan kesadaran akan kebutuhan
anak-anak di seluruh dunia. Ia mengeluarkan sebuah pernyataan
yang berisi visi yang dimilikinya tentang hak-hak semua anak:
Saya percaya bahwa kita harus mengklaim hak-hak ter­
tentu bagi anak-anak dan mengusahakan agar mereka
mem­peroleh pengakuan secara universal, sehingga setiap
orang—bukan hanya sejumlah kecil orang yang mampu
mem­berikan kontribusi terhadap dana penanggulangan
bencana, melainkan agar setiap orang yang dengan cara apa
pun berhubungan dengan anak-anak, artinya sebagian besar
umat manusia—bisa membantu kemajuan gerakan ini.
Dalam setahun, Deklarasi Hak-hak Anak yang dibuat
Eglantyne Jebb diadopsi oleh Liga Bangsa-bangsa dan memperoleh
pengakuan yang langgeng di dunia internasional. Konvensi PBB
Save the Children, “Eglantyne Jebb,” http://www.savethechildren.ca/en/who-weare/international-alliance/377 (diakses pada 2 Maret 2010).
328
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
tentang Hak-hak Anak yang berlaku sekarang ini diambil dari
pernyataan Eglantyne itu.
KHA berisi hak-hak dasar yang dimiliki manusia yaitu bahwa
anak-anak di mana saja—tanpa diskriminasi—berhak untuk tetap
hidup, memperoleh kesempatan untuk berkembang sepenuh­nya,
dan memperoleh perlindungan dari pengaruh-pengaruh yang
berbahaya, pelecehan dan eksploitasi, dan berpartisipasi se­pe­
nuhnya dalam keluarga, kebudayaan dan kehidupan sosial.
Dengan meratifikasi KHA, pemerintah negara-negara di­
anggap telah membuat komitmen untuk melindungi dan menjamin
hak-hak anak. Mereka setuju untuk bertanggung jawab menjaga
komitmen ini di hadapan komunitas internasional.
Pada awal teks ini kami menyebutkan terbitan UNICEF lain­
nya yang terkenal, The State of the World’s Children (SOWC). Setiap
tahun, mengemukakan beberapa masalah yang berkaitan dengan
kesejahteraan anak. Namun, tujuan utama terbitan ini adalah me­
monitor sejauh mana berbagai pemerintah membuat kemajuan
dalam mengimplementasikan KHA dan dalam meningkatkan ke­
sejahteraan anak-anak secara keseluruhan. Dan kemajuan sedang
dibuat. Sebagai contoh, kita telah melihat, selama bertahun-tahun,
jumlah anak-anak yang mati setiap hati berkurang. Beberapa
tahun yang lalu, SOWC melaporkan lebih dari 42.000 anak mati
setiap hari. Sebagian besar angka yang diperoleh baru-baru ini
mengindikasikan bahwa jumlahnya sekitar 24.000.
Isi dan Tujuan KHA
Konvensi adalah kesepakatan antara negara-negara untuk mema­
tuhi hukum yang sama. Ketika sebuah pemerintah me­ratifikasi
sebuah konvensi, berarti pemerintah itu setuju mematuhi hukum
yang ditulis dalam konvensi itu. KHA dianggap alat hukum yang
paling kuat yang mengakui dan melindungi hak-hak anak. Di
dalamnya seluruhnya terdapat 54 pasal.
329
Child, Church, and Mission
Provisi mendasar yang ditulis dalam konvensi ini dibagi ke
dalam tiga kategori yang berlainan. Tiga kategori itu adalah:



Perlindungan (melindungi anak-anak dari bahaya)
Penyediaan (menyediakan apa yang dibutuhkan anakanak untuk hidup dan berkembang).
Partisipasi (melibatkan anak-anak di dunia mereka)
Daftar yang panjang dari provisi yang ada dalam KHA ditulis
dalam pedoman buku ini.
KHA adalah dokumen yang konstruktif yang bisa menjadi
alat yang berharga bagi orang-orang Kristen dan gereja-gereja
ketika mereka merenungkan dan membuat strategi untuk
memelihara anak-anak dan bagi pengembangan anak secara ho­
listik. Dokumen ini mengartikulasikan banyak ancaman yang
di­hadapi anak-anak, menyediakan sebuah kerangka kerja yang
berguna untuk menyadarkan gereja dan komunitas agar bertindak.
Dokumen ini juga menjadi sebuah langkah maju yang menjanji­
kan dalam menantang pemerintah-pemerintah agar mengambil
tindakan hukum, struktural dan mendukung yang diperlukan untuk
menjamin kesejahteraan anak-anak.
Melalui respons yang tepat kepada pemerintah ini, KHA
menjadi alat untuk mendorong pemerintah-pemerintah agar me­
laksanakan tanggung jawab mereka dengan melakukan bagian
mereka. Hal yang membesarkan hati adalah sikap pemerintahpemerintah yang menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan
anak, seperti yang terbukti dari perbaikan secara umum yang
dialami anak-anak dalam beberapa sektor dan beberapa bidang.
Namun yang menyedihkan, di tempat-tempat anak mengalami
pen­deritaan yang paling berat, pemerintah di sana cenderung
mengabaikan kewajiban mereka meskipun mereka telah membuat
komitmen dengan menandatangani dokumen ini.
330
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
Beberapa Keprihatinan Orang Kristen terhadap
KHA
Meskipun dewasa ini KHA merupakan dokumen yang paling sering
digunakan dan diterima, tidak semua orang Kristen antusias ter­
hadap KHA. Alasan resmi mengapa dokumen ini tidak diratifikasi
Amerika Serikat adalah provisi dalam pasal 41, yang berkata ketika
standar nasional yang dipakai untuk melindungi anak lebih tinggi
dibandingkan standar dalam konvensi ini, undang-undang yang
berlaku adalah standar nasional itu. Amerika Serikat berpendapat
bahwa perlindungan semacam itu benar-benar ada. Namun demi­
kian, alasan yang tidak resmi KHA tidak diratifikasi Amerika Serikat
setidak-tidaknya adalah resistensi atau pertentangan orang-orang
Kristen yang berpengaruh di sana (banyak legislator Amerika
Serikat juga merasa hukum federal Amerika Serikat sekarang sudah
cukup melindungi hak-hak anak). Beberapa pekerja Kristen enggan
memakai KHA, karena keprihatinan mereka sendiri atau pengertian
mereka terhadap beberapa keberatan yang dimiliki orang Kristen
yang berpandangan sama.
Beberapa keprihatinan orang Kristen terhadap KHA adalah:





KHA bisa menghilangkan terlalu banyak hak orangtua.
KHA menekankan hak-hak anak yang mungkin belum cukup ma­
tang untuk ditanganinya.
KHA membuat disiplin yang penuh kasih seperti memukul pantat
anak di rumah sebagai bentuk pelecehan terhadap anak.
Pandangan KHA terhadap hak-hak anak secara budaya mungkin
tidak tepat.
Seluruh ide tentang hak-hak anak ini mungkin sangat sekuler dan
tidak alkitabiah.
331
Child, Church, and Mission
Beberapa keprihatinan ini, dan respons terhadap kepri­ha­
tinan ini, diperlihatkan di bawah.
Secara umum, keberatan banyak orang Kristen terhadap
KHA berkaitan dengan penekanan dalam Alkitab terhadap tang­
gung jawab dan kewajiban bukan pada hak. Kematangan dalam
kekristenan menangguhkan setiap hak yang kita miliki demi
kepentingan orang lain seperti yang ditunjukkan oleh Yesus dan
Paulus. Seperti yang dikatakan Paul Stephenson,
Hak tidak sekadar diklaim atau dilaksanakan, melainkan
merupakan hasil tanggung jawab yang aktif kepada Allah
bagi orang lain. Dalam suratnya kepada orang Kristen di
Efesus, Paulus meringkas hal ini dalam ayat 21: “Tunduk­
lah satu sama lain karena menghormati Kristus.” Dengan
melaksanakan maksud Allah bagi umat manusia, maka hakhak manusia, seperti terciptanya hubungan yang harmonis,
saling mengasihi dan adil antarmanusia bisa tercapai.
Setelah pemikiran seperti ini, banyak orang Kristen kuatir
KHA menghilangkan terlalu banyak hak orangtua. Kelihatannya
ada konflik antara KHA dan hak orangtua—pemberdayaan anakanak yang berlebihan dan hak-hak ini anti keluarga dan mengikis
nilai-nilai yang positif dalam kekristenan. Beberapa orang Kristen,
sebagai contoh, merasa Pasal 3 memindahkan hak orangtua yang
diberikan Allah kepada negara:
Pasal 3: Kepentingan terbaik anak—semua tindakan ter­
hadap anak harus memerhatikan kepentingan yang terbaik si anak.
Negara akan menyediakan pengasuhan yang tepat kepada anak bila
orangtua, atau orang lain yang bertanggung jawab gagal untuk
melakukan hal itu.
Lebih lanjut, beberapa orang merasa pasal 12, 13, dan
14 cenderung untuk melembagakan pemberontakan dengan
memberikan berbagai hal yang mendasar pada anak-anak yang
Paul Stephenson, “The Rights of the Child and the Christian Response”
dalam Celebrating Children, Editor: Glenn Miles dan Josephine-Joy Wright
(Carlisle, UK: Paternoster Press, 2003) , hlm. 57.
332
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
mendukung pandangan bahwa anak-anak memiliki otonomi dan
bebas untuk tidak dibimbing orangtua mereka.
Pasal 12: Pendapat anak—Anak berhak untuk bebas meng­
ekspresikan pendapatnya sendiri pendapat itu harus diperhitungkan
dalam setiap hal atau prosedur yang berakibat pada anak.
Pasal 13: Kebebasan berekspresi—Anak berhak meng­
ekspresikan pandangannya sendiri, memperoleh informasi dan mem­
buat ide-ide dan informasi itu dikenal, tanpa mempedulikan batasbatas yang ada.
Pasal 14: Kebebasan berpikir, berhati nurani, dan ber­
agama—Negara akan menghargai kebebasan anak untuk berpikir,
berhati nurani dan beragama, di bawah bimbingan orangtua.
Ketika kita merespons, keprihatinan ini harus diper­
timbangkan dengan saksama. Provisi-provisi ini, dalam ke­nyata­
annya, telah digunakan untuk menantang otoritas orangtua—
khususnya dalam konteks dunia Barat. Meskipun demikian kita
harus memerhatikan bahwa di beberapa tempat KHA berhati-hati
untuk menyatakan bahwa peranan Negara ada di bawah peran
orangtua. Dalam bagian perkenalan KHA. UNICEF berpendapat,
… Konvensi ini secara spesifik menunjuk pada keluarga se­
bagai kelompok dasar dari masyarakat dan lingkungan yang
alami bagi pertumbuhan dan kesejahteraan para anggota­
nya, khususnya anak-anak. Negara wajib menghormati tang­
gung jawab orangtua yang utama yakni memelihara dan
membimbing anak-anak mereka dan mendukung orangtua
dalam kaitannya dengan hal ini, dengan menyediakan ban­
tuan materi dan program-program pendukung.
Pasal 5 dalam KHA menekankan “Negara … akan menghormati
tanggung jawab, hak dan tugas orangtua … yakni memberikan …
arahan dan bimbingan yang tepat dengan melaksanakan hak-hak
UNICEF, “Convention on the Fights of the Child: Promoting and protecting rights
for the children,” http://www.unicef.org/crc/index_30168,html (diakses pada 2
Maret 2010).
333
Child, Church, and Mission
anak yang diakui oleh konvensi ini.” Selanjutnya, pasal 18 berkata
“Orangtua memiliki tanggung jawab yang utama yaitu membesarkan
anak dan negara akan mendukung mereka dalam melaksanakan
hal ini. Negara akan menyediakan bantuan yang tepat bagi orang­
tua dalam membesarkan anak mereka.” KHA tidak menciptakan
halangan terhadap kebijaksanaan yang diambil orangtua dalam
memilih cara mereka membesarkan anak mereka.
Keprihatinan kedua yang biasanya muncul adalah KHA me­
nekankan hak-hak yang mungkin tidak bisa ditangani anak
karena belum matang. Pasal-pasal yang memunculkan keprihatin­
an ini mencakup pasal-pasal ini:
Pasal 14: Kebebasan berpikir, berhati nurani dan ber­
agama—Negara akan menghormati hak anak untuk bebas berpikir,
berhati nurani dan beragama, di bawah bimbingan orangtua.
Pasal 15: Kebebasan untuk berhubungan—Anak-anak
berhak bertemu dengan orang lain, dan bergabung atau membentuk
assosiasi.
Pasal 16: Kebebasan memiliki privasi—Anak-anak ber­
hak memperoleh perlindungan dari campur tangan terhadap pri­
vasi, keluarga, rumah dan korespondensi dan perlindungan dari
pencemaran nama baik atau fitnah.
Pasal 17: Akses terhadap informasi yang benar—Negara
akan menjamin anak-anak untuk bisa mengakses informasi …
dari berbagai sumber dan negara akan mendorong (penyebaran)
informasi … agar mendatangkan manfaat kepada anak-anak dan
mengambil langkah-langkah untuk melindungi dari bahan-bahan
yang berbahaya.
Sebagai respons. KHA berupaya menghargai anak-anak—
tetapi tidak dengan mengorbankan hak-hak azasi manusia atau
tanggung jawab orang lain. KHA mengkonfirmasikan bahwa anakanak berhak mengekspresikan pandangan mereka dan berhak
agar pandangan mereka diperhatikan dengan serius dan diberi
bobot yang sepantasnya, tetapi KHA tidak menyatakan bahwa pan­
dangan anak-anak adalah satu-satunya pandangan yang harus
334
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
dipertimbangkan. Konvensi itu secara eksplisit juga menyatakan
bahwa anak-anak memiliki tanggung jawab untuk menghargai hakhak orang lain, khususnya hak-hak orangtua mereka. Konvensi itu
menekankan perlunya menghargai “kapasitas untuk berkembang”
yang dimiliki anak-anak namun tidak memberikan kepada anakanak hak untuk mengambil keputusan bagi diri sendiri ketika
mereka masih terlalu kecil. Ini didasarkan pada konsep yang masuk
akal bahwa jalan yang harus ditempuh anak dari ketergantungan
secara total menjadi orang yang dewasa adalah berangsur-angsur.
Keprihatinan ketiga adalah KHA bisa jadi menganggap
disiplin yang penuh kasih termasuk memukul pantat anak di
dalam rumah merupakan suatu bentuk pelecehan terhadap
anak, sebagaimana yang ditunjukkan dalam pasal di bawah
ini.
Pasal 19: Perlindungan dari pelecehan dan pengabaian—
Negara akan melindungi anak dari semua bentuk perlakukan yang
keliru yang dilakukan orangtua atau orang lain yang bertanggung
jawab memelihara si anak.
The Committee on the Rights of the Child (Komite Hak-hak
Anak), badan PBB yang memonitor pelaksanaan KHA ber­kata
bahwa ini berarti hukuman jasmani atau memukul pantat anak di
rumah dan juga di sekolah dilarang.
Sebagai respons, dan ini adalah sebuah keprihatinan yang
sah—khususnya bagi mereka (termasuk saya sendiri) yang per­
caya disiplin jasmani yang penuh kasih itu tepat dan perlu untuk
mendidik seorang anak yang masih kecil. Sayangnya hanya sedikit
yang diajarkan orang-orang dewasa mengenai disiplin yang tepat.
Sesungguhnya, memukul pantat anak sering kali dilakukan disertai
amarah dan memang, dalam kenyataannya, kadang melampaui
batas dan berubah menjadi bentuk pelecehan jasmani.
Saya percaya bahwa banyak orangtua yang prihatin terha­
dap keterbatasan dalam artikel ini mengenai cara mereka mendidik
anak mereka benar-benar tahu bagaimana melakukan koreksi
Ibid.
335
Child, Church, and Mission
jasmani dengan tepat. Mereka melakukannya secara terkendali,
jarang melakukan hal itu dan melakukannya dengan penuh kasih,
yang memberikan afirmasi kepada anak dan mencegah munculnya
kelakuan yang tak diinginkan, menciptakan batasan-batasan yang
diperlukan seorang anak dan menaruh orangtua dalam sebuah
peran yang tepat, yaitu membentuk kemauan sang anak tanpa
menghancurkan semangatnya.
Saya percaya gereja-gereja perlu memasukkan pelatihan
dan disiplin anak dalam kelas-kelas pelatihan untuk orangtua,
dan menyediakan konseling serta dukungan bagi para orangtua
dalam melaksanakan tanggung jawab yang sulit dan sering kali
membingungkan. Orangtua yang mengerti penggunaan pemukulan
pantat anak secara tepat tidak boleh dihalangi (apalagi dituntut
secara hukum) karena menggunakannya secara pribadi, dan kem­
bali, dengan penuh kasih. Meskipun demikian, bila secara umum
pelatihan semacam ini belum ada, yang terbaik adalah mendorong
para orangtua yang belum memiliki pengertian semacam ini agar
jangan memukul pantat anak. Lebih lanjut, dalam masyarakat
dewasa ini, tentu saja saya tidak menganjurkan dilakukannya di­
Pada pandangan seorang anak terhadap dunia, apakah hak adalah sesuatu
yang sangat penting? Penelitian awal mengindikasikan bahwa bagi anakanak, hubungan dan bermain itu lebih penting. Akan tragis sekaligus ironis
jika gerakan untuk mendukung hak anak-anak justru menekan mereka
lebih jauh menjadi cetakan dan lembaga orang dewasa… Di manakah
penekanan Seimbang terhadap kualitas kehidupan mereka di sini dan
sekarang? Ketika sedang bermain, berada dalam ruangan, melamun atau
ketika memiliki sifat yang khas sebelum menemukan jati diri?
Waktunya … sudah terlambat untuk menyingkirkan kebijakan dan
pelayanan kita terhadap anak-anak dari departemen pemerintah yang
berlainan dan mendorong hadirat cara berpikir yang baru tentang masa
anak-anak.
Oleh Keith White, “Small Matters,” Third Way Journal,
Februari 2002, hlm. 5.
336
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
siplin jasmani terhadap anak-anak oleh siapa pun kecuali oleh
orangtua si anak yang penuh kasih dan memiliki wawasan yang
luas (sebagai contoh, guru-guru di sekolah atau pengaruh anak
lainnya).
Keprihatinan lainnya adalah seluruh diskusi tentang
“hak-hak” tidak jadi tepat secara budaya (khususnya dalam
kebudayaan di Asia).
Garis lainnya yang memisahkan orang Kristen dan hakhak sekuler adalah sikap yang berpusat kepada Allah merupakan
landasan konsep kekristenan. Teori hak di dunia sekuler pada za­
man modern akarnya adalah pendekatan yang individualis (bah­
kan sering kali egois). Bagi orang Kristen, hak-hak yang berpusat
kepada Allah mendikte agar fokus mereka tidak pada mengklaim
untuk diri sendiri, tetapi pada kerinduan untuk melayani orang lain
sesuai ajaran firman. Sesungguhnya, Alkitab selalu menyuruh kita
untuk memikirkan hak-hak sesama kita dan mereka yang tidak kita
kenal.
Tidak seperti di Barat, yang menekankan individu, inti
nilai-nilai di Asia berorientasi pada komunitas. Oleh karena itu,
penekanannya adalah pada menghormati orang yang lebih tua,
peduli kepada keluarga besar dan kesalehan anak laki-laki dan
perempuan. Dalam keadaan normal, praktik budaya semacam ini
biasanya melindungi kesejahteraan anak. Oleh karena itu, masalah
yang berkaitan dengan “hak” tidak muncul.
Sebagai respons, siapa pun yang berusaha mengim­ple­
mentasikan KHA harus menghormati kebudayaan yang ada dalam
tiap struktur keluarga. Isi KHA harus dikontekstualisasikan de­ngan
tiap situasi, sementara saat yang sama menjaga isinya. Sikap yang
berkata “ini hanya kebudayaan kami” menjadi dalih untuk terus
melakukan praktik-praktik budaya yang berbahaya. Lebih lanjut,
ketika struktur-struktur tradisional hancur dan anak kehilangan
perlindungan, KHA berada ada di atas kebudayaan (baik itu ada­
lah kebudayaan Asia atau Barat) supaya bisa berbicara untuk
Edna Valdez, editor, Protecting Children: A Biblical Perspective on Child Rights
(Monrovia, CA: World Vision, 2002), 14. Lihat pula Amsal 31: 8,9; Lukas 20: 46,47.
337
Child, Church, and Mission
kepentingan anak guna memulihkan “hak-hak” asasinya sebagai
manusia.
Keprihatinan lainnya adalah pertentangan praktis yang
muncul antara hak menurut Alkitab dan hak menurut dunia
sekuler. Dari sudut-pandang sekuler, hak itu pusatnya adalah
diri sendiri. Bagi orang Kristen, hak itu merupakan pemberian
Tuhan dan tidak bisa diberikan atau diciptakan oleh manusia atau
hukum.
Sebagai respons, ada perbedaan mendasar antara bahasa
yang dipakai dunia sekuler tentang hak dengan hak yang berdasarkan
Alkitab, hak yang diberikan oleh Allah. Hak me­nurut dunia sekuler
didasarkan pada hubungan yang dianggap berdasarkan “kontrak”
antara seseorang dengan masyarakat yang lebih luas. Hak me­
nurut Alkitab merupakan pemberian Allah dan berkaitan dengan
kerinduan-Nya untuk terjadinya transformasi dalam masyarakat
dan terciptanya masyarakat yang adil. Jadi ketika hak-hak menurut
hukum yang dibuat manusia sesuai dengan hak-hak yang diberikan
oleh Allah, hak-hak itu harus didukung. Hal yang tidak sesuai jangan
didukung.
Jadi, apakah yang harus kami katakan? Seperti yang telah
ditulis di atas, perasaan saya sendiri berkata KHA adalah alat yang
berguna dan bermanfaat bagi kelompok-kelompok Kristen. Bila
dilihat dari sisi yang paling positif, isi KHA tentunya bisa didukung
oleh semua orang Kristen. Lebih lanjut, ruang lingkup pasal-pasal
KHA sangat berguna, mendemonstrasikan banyak sekali aspek
dalam kehidupan, pengalaman dan lingkungan seorang anak di
mana pengasuh anak yang penuh kasih perlu memberikan per­­
hatian dan menyediakanapa yang dibutuhkan anak-anak. Se­lan­
jutnya, saya percaya bahwa, kembali, bila dilihat dari sisi yang
terbaik, semua pasal dalam KHA memiliki dukungan dari ayat-ayat
dalam Alkitab. Sesungguhnya, beberapa kelompok Kristen telah
menyampaikan pandangan mereka tentang versi Kristen dari Hak
Lihat Mazmur 11:7; 33:5; 106:3; Amsal 29:7; Yesaya 1:17; 5:7; Hosea 12:6; Amos
5:15–24; Mikha 3:1; Zakharia 7: 9,10.
338
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
hak Anak, beberapa di antaranya berisi dukungan yang luas dari
ayat-ayat dalam Alkitab terhadap tiap hak.
Akhirnya, mungkin benar bahwa KHA ditampilkan dalam
sebagian besar program yang dibuat dunia sekuler untuk me­
melihara anak-anak. Oleh karena ini telah sering dilakukan, dan
karena kita berkomitmen untuk mendorong dilakukannya pe­
meliharaan yang lebih baik terhadap anak-anak di mana saja dan
setiap saat, para praktisi Kristen yang sedang berusaha menge­ta­hui
dengan jelas pemeliharaan dan perlindungan anak-anak di arena
global harus paham benar isi KHA.
The Millennium Development Goals (MDG)
Sekarang kita mengalihkan perhatian kita sebentar ke sebuah
inisiatif sekuler yang bersifat global yang bertujuan melindungi dan
menyediakan apa yang dibutuhkan anak-anak: Tujuan Pembangunan
Millenium (Millenium Development Goals). Pemerintah di seluruh
dunia telah menetap­kan target untuk mengurangi kemiskinan
dan menciptakan per­­kembangan, di antara banyak hal lain yang
menimbulkan ke­pri­hatinan. Target-target semacam ini, walaupun
tidak selalu ter­capai, dilandasi oleh maksud yang baik dan memiliki
pengaruh yang besar terhadap pemerintah-pemerintah yang
berpartsipasi dalam komunitas bangsa-bangsa.
The Millenium Development Goals diformulasikan dalam
KTT Millenium yang diselenggarakan pada September 2000, ber­
dasarkan kesepakatan yang dicapai dalam konferensi-konferensi
tingkat dunia yang diorganisasi oleh PBB dalam dekade sebelum­
nya. Sasarannya telah diterima oleh banyak orang sebagai kerangka
kerja untuk mengukur kemajuan perkembangan nasional secara
keseluruhan.
Sasaran yang telah ditetapkan berfokus pada upaya-upaya
yang dilakukan komunitas dunia untuk mencapai perbaikan
Sebagai contoh, lihatlah versi bahasa Spanyol, “Liturgia y Derechos Humanos del
Movimiento Ecumenico por los Derechos Humanos,” dibuat oleh Dewan Gereja
Amerika Latin pada 1984.
339
Child, Church, and Mission
yang signifikan dan terukur dalam kehidupan manusia. Mereka
membuat kayu meteran untuk mengukur hasil yang dicapai, bukan
hanya bagi negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga
bagi negara-negara yang kaya. Kayu-kayu meteran ini menyediakan
standar evaluasi yang membantu mendanai program-program
pengembangan dan memberikan informasi kepada lembaga-lem­
baga multilateral yang menolong negara-negara untuk meng­im­
plementasikan program itu.
Berikut ini adalah sasaran dan target, standar atau indikator
yang dipakai:
Sasaran 1 – Melenyapkan kemiskinan dan kelaparan
yang parah.
Target 1: Sebagian, antara 1990 sampai 2015, proporsinya
adalah orang-orang dengan penghasilan kurang dari $ 1 per
hari.
Target 2: Sebagian, antara 1990 sampai 2015, proporsi adalah
orang-orang yang menderita kelaparan.
Sasaran 2 – Mencapai pendidikan primer yang
universal
Target 3: Memastikan bahwa, pada 2015, anak-anak di mana
saja, laki-laki dan perempuan akan mampu menyelesaikan
studi mereka di sekolah dasar.
Sasaran 3 – Mempromosikan keseteraan gender dan
memberdayakan wanita
Target 4: Menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan
primer dan sekunder kemungkinan besar pada 2005 dan di
semua tingkat pendidikan paling lambat pada 2015.
Sasaran 4 – mengurangi mortalitas anak
Perserikatan Bangsa-bangsa, “Millenium Development Goals,” http://www.
developmentgoals.org/About_the_goals_htm (diakses pada tanggal 2 Maret
2010).
340
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
Target 5: Mengurangi hingga dua pertiga, antara 1990 sampai
2015, angka mortalitas di bawah usia 5 tahun.
Sasaran 5 – Meningkatkan kesehatan ibu
Target 6: Mengurangi hingga tiga perempat, antara 1990
sampai 2015, angka mortalitas ibu.
Sasaran 6 – Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
lainnya.
Target 7: Telah berhenti pada 2015 dan mulai membalikkan
penyebaran HIV/AIDS.
Target 8: Telah berhenti pada 2015 dan mulai membalikkan
berjangkitnya malaria dan penyakit berbahaya lainnya.
Sasaran 7 – Memastikan pemeliharaan lingkungan
Target 9: Mengintegrasikan prinsip-prinsip yang mendukung
terjadinya perkembangan yang terus-menerus ke dalam
kebijakan dan program yang dibuat negara dan membalikkan
hilangnya sumber daya alam.
Target 10: Sebagian, pada 2015, proporsinya adalah orangorang tanpa akses memperoleh air minum yang aman dan
sanitasi dasar.
Target 11: Telah dicapai, pada 2020, suatu perbaikan yang
signifikan dalam kehidupan setidak-tidaknya 100 juta orang
yang tinggal di tempat yang kumuh.
Sasaran 8 – Mengembangkan kemitraan global untuk
menciptakan perkembangan
Target 12: Mengembangkan lebih lanjut suatu sistem per­
dagangan dan finansial yang terbuka, didasarkan pada
peraturan, bisa diprediksi dan tidak diskriminatif (menca­
kup komitmen untuk menciptakan pemerintahan yang baik,
perkembangan, dan pengurangan kemiskinan—baik pada
tingkat nasional maupun pada tingkat internasional).
341
Child, Church, and Mission
Sasaran ini bergema bersama banyak masalah berupa
ketidakadilan dan belas kasihan yang secara garis besar diungkap­
kan dalam Alkitab. Beberapa masalah yang muncul menimbulkan
kontroversi, tetapi tidak berarti kita harus menghindarinya. Se­
baliknya, kita harus terus memainkan peran kita seperti yang
disebutkan dalam Alkitab sebagai terang dan garam di hadapan
dunia yang memerhatikan kita dan Allah yang menciptakan dunia.
A World Fit for Children (WFFC)—Sebuah Dunia
yang Ramah Anak
Dokumen sekuler terakhir yang diterima secara luas yang men­
dorong dilakukannya perlindungan terhadap ketentuan bagi anakanak yang perlu kita pertimbangkan adalah sebuah dokumen
berjudul A World Fit for Children. Dalam KTT Khusus tentang
Anak-anak yang diselenggarakan PBB pada 2002, deklarasi ini
ditandatangani dan diadopsi oleh 180 negara.
Dokumen ini menegaskan kembali kewajiban para pe­
mimpin untuk mempromosikan dan melindungi hak tiap anak
dan mengakui standar hukum yang ditetapkan oleh KHA. Seluruh
masyarakat dipanggil untuk bergabung dengan sebuah gerakan
global untuk membangun sebuah dunia yang cocok bagi anak-anak,
berdasarkan sepuluh poin yang disampaikan dalam reli-reli yang
juga membentuk inti kampanye “Say Yes for Children” (Katakan Ya
Demi Anak-anak).
Rencana tindakan menetapkan tiga hasil yang diperlu­
kan: awal kehidupan yang terbaik bagi anak-anak, akses kepada
pendidikan dasar yang berkualitas, mencakup pendidikan primer
yang gratis dan diwajibkan, dan kesempatan luas bagi anak-anak
dan remaja untuk mengembangkan kapasitas mereka masingmasing.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, “A World Fit for Children,” http://www.unicef.org/
specialsession/Wffc/ (diakses pada tanggal 2 Maret 2010).
342
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
1. Mendahulukan anak-anak. Dalam semua tindakan
yang berdampak pada anak-anak, yang pertama-tama
kami pikirkan adalah yang paling menyangkut ke­pen­
tingan anak- anak.
2. Akhirilah kemiskinan: Investasikanlah dalam ke­
hidupan anak-anak. Sekali lagi kami berjanji untuk
berusaha agar kemiskinan berkurang dalam jumlah
yang besar dalam satu generasi. Kami semua setuju
bahwa untuk melenyapkan kemiskinan, kami harus
melakukan investasi dalam kehidupan anak-anak dan
menyadari hak-hak mereka. Tindakan harus segera di­
ambil untuk menghentikan bentuk yang terburuk dari
mempekerjakan anak-anak.
3. Jangan tinggalkan anak-anak. Setiap anak perempuan
dan anak laki-laki memiliki kebebasan sejak lahir dan
dalam segala hal mereka sederajat. Semua bentuk
dis­kriminasi yang berakibat pada anak-anak harus di­
akhiri.
4. Perhatikanlah setiap anak. Anak-anak harus meng­
awali kehidupannya sebaik mungkin. Kelangsungan
hidup, proteksi pertumbuhan dan perkembangan anakanak yang sehat dan terpelihara dengan baik merupakan
awal yang paling penting bagi perkembangan manusia.
Kami akan melakukan upaya-upaya yang riil untuk
memerangi penyakit dan penyebab utama ke­laparan.
Kami akan memelihara anak-anak dalam suatu ling­
kungan yang aman sehingga mereka bisa belajar dan
sehat secara jasmani, mental, emosi, dan sosial.
5. Didiklah setiap anak. Semua anak laki-laki dan anak
perempuan harus memperoleh dan menyelesaikan
pendidikan primer yang gratis, sesuatu yang harus
di­dapatkan semua anak dan pendidikan itu haruslah
pen­didikan yang berkualitas. Anak laki-laki dan anak
perempuan memiliki akses yang sederajat untuk mem­
peroleh pendidikan dasar dan sekunder.
343
Child, Church, and Mission
6. Lindungilah anak-anak dari bahaya dan eksplotasi.
Anak-anak harus dilindungi dari setiap kekerasan, pe­
lecehan, eksploitasi, dan diskriminasi, dan juga semua
bentuk terorisme dan penyanderaan.
7. Lindungilah anak-anak dari peperangan. Anak-anak
harus dilindungi dari kengerian peperangan. Dengan
memakai hukum internasional, anak-anak yang tinggal
di daerah-daerah yang diduduki negara lain juga harus
dilindungi.
8. Perangilah HIV/AIDS. Anak-anak dan keluarga mereka
harus dilindungi dari dampak yang mengerikan dari
HIV/AIDS.
9. Dengarkanlah anak-anak dan pastikanlah partisi­
pasi mereka. Kami percaya bahwa anak-anak dan re­
maja bisa membantu membangun sebuah masa depan
yang baik bagi setiap orang. Kami harus menghargai hak
mereka untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dan
untuk berpartisipasi dalam segala hal yang berakibat
pada mereka, sesuai usia dan kematangan mereka.
10. Lindungilah bumi demi anak-anak. Kami harus me­
lindungi lingkungan alam kami dengan berbagai ma­
cam kehidupan, keindahan dan sumber daya alam di
dalamnya, semuanya untuk membuat kehidupan ma­
nusia menjadi lebih baik sekarang dan dimasa men­
datang. Kami akan melakukan semua yang bisa kami
lakukan untuk melindungi anak-anak dari akibat ben­
cana alam dan masalah-masalah lingkungan.
Seperti yang telah ditulis di atas, saya percaya masing-masing
isi dokumen ini secara umum berguna bagi para pengasuh Kristen.
Meskipun orang-orang Kristen akan menguji ketentuan-ketentuan
dalam dokumen ini dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam
Alkitab—dan sebaiknya kita melakukan hal itu—saya percaya
kita semua bisa memperoleh manfaat ketika mempertimbangkan
maksud dokumen ini yang mulia.
344
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
Komitmen-komitmen yang dibuat atau disiratkan secara
umum tidak bertentangan dengan komitmen Kristen terhadap anakanak. Ruang lingkup komitmen ini membantu kita memahami dalam
dan luasnya masalah-masalah yang muncul dalam pengembang­an
anak secara holistik dan juga strategi-strategi yang bisa dibuat untuk
melakukan intervensi. Dan melihat betapa luasnya penyebaran
dokumen Convention on the Rights of the Child, The Millennium
Development Goals, dan A World Fit for Children, tidaklah mungkin
bagi para praktisi Kristen untuk terlibat sepenuhnya dalam pem­
bicaraan dalam arena global tentang pemeliharan anak-anak tanpa
mengetahui isi dokumen ini.
Bacaan


The Convention on the Rights of the Child. Ringkas­an
tidak resmi: http://www.crin.org/docs/Resources/
uncrc.htm.
“The ‘Rights’ of the Child and the Christian Response”
oleh Paul Stephenson, Celebrating Children, hlm. 52–61.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Ketika Anda membaca ringkasan pasal-pasal dalam
KHA, apakah Anda semakin setuju atau kurang setuju de­
ngan isi pasal-pasal itu, bila dibandingkan dengan yang
ada dalam pikiran Anda sebelum Anda membacanya?
Jelaskan.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
345
Child, Church, and Mission
2. Tinjaulah kembali keprihatinan-keprihatinan yang mun­
cul terhadap isi KHA yang ditulis dalam teks. Mana yang
membuat Anda prihatin? Apakah anda setuju dengan
respons terhadap keprihatinan yang muncuk terhadap
KHA? Mengapa setuju dan mengapa tidak setuju?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Apakah respons Anda terhadap hak anak-anak dari
sudut pandang Anda sebagai orang Asia (orang Afrika,
dsb.)?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Yesus memberikan kita hak untuk disebut anak Allah.
Diskusikanlah bagaimanakah janji dalam Alkitab ini
berkaitan dengan hak-hak/janji-janji yang dirinci dalam
KHA.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
346
Konvensi PBB Tentang Hak-hak Anak
5. Tinjaulah kembali semua pasal dalam KHA dari ringkasan
dalam lampiran buku ini. Mana yang berkaitan dengan:
a. Perlindungan anak.
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
b. Menyediakan apa yang dibutuhkan anak.
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
c. Partisipasi anak.
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
347
14
Berjejaring Demi Anak-anak
Walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam
Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota
yang seorang terhadap yang lain.
Roma 12:5
Child, Church, and Mission
S
ejalan dengan advokasi, ada pekerjaan yang penting, yaitu ber­
jejaring. Kami telah menunjukkan pentingnya Gereja di selu­ruh
dunia merespons kebutuhan anak-anak. Dan Gereja benar-benar
telah merespons secara masif dan penuh belas kasihan selama
bertahun-tahun dan di semua benua.
Pada saat yang sama, meskipun banyak sekali program
dan proyek yang dikelola gereja dan didasarkan pada gereja yang
ber­tujuan memenuhi kebutuhan anak-anak, banyak sekali dari
program dan proyek itu yang beroperasi sendiri. Banyak yang ke­
kurangan informasi dan kurang tahu bagaimana menjalankan­nya
dengan baik. Siapa yang melakukan apa dan di mana? Siapa yang
bisa menolong saya? Siapa yang sebelumnya pernah melakukan hal
ini? Bagaimana saya melakukan hal ini? Sebagian besar kekurangan
dorongan, dukungan, dan persekutuan.
Meskipun demikian, hal-hal yang berkaitan dengan mana­
jemen, memelihara staf, berhubungan dengan donatur, pemerin­tah,
otoritas dan orang lain dalam komunitas itu penting sekali untuk
menyusun program yang efektif untuk kepentingan anak-anak.
Berjejaring yang efektif dan ekstensif merupakan bagian respons
terhadap hal-hal ini dan tantangan-tantangan lainnya.
Berjejaring demi anak-anak menutup celah dengan belajar
dari “pengalaman orang lain”, seperti yang dikatakan Patrick
McDonald:
Meskipun telah dilakukan upaya-upaya yang signifikan untuk
menolong “anak-anak yang berisiko” pada tingkat akar rum­put,
gerakan Injili telah memberikan masukan yang agak marginal
kepada penelitian dan evaluasi. Secara akademis dan teknis,
kita kalah pengalaman dengan orang lain dalam pemikiran
kita tentang bagaimana melakukan praktik yang baik untuk
memelihara anak … Banyak organisasi yang bergerak dengan
serius di bidang pengembangan dan pemeliharaan anak
memandang gerakan Injili sebagai gerakan yang energetik
Patrick McDonald, Reaching Children in Need (Eastbourne: Kingsway Publications,
2001), hlm. 108–9.
350
Berjejaring Demi Anak-Anak
dan penuh belas kasihan namun tidak menganggapnya se­
bagai entitas yang serius. Ini banyak kaitannya dengan ku­
rangnya pengetahuan akan kodrat yang sesungguhnya dan
ruang lingkup upaya-upaya yang kita lakukan. Namun, saya
percaya bahwa ini juga akibat kegagalan kita melakukan
penelitian yang serius terhadap praktik, kebijakan dan per­
forma kita. Seorang rekan menggambarkan upaya yang kita
lakukan untuk menolong anak-anak seperti me­nimbulkan
panas, tetapi hanya memancarkan sinar yang sedikit.
Saya ingin memberi tahu orang-orang bahwa berjejaring
me­ngembangkan proprioception (persepsi tanpa sadar yang mun­
cul terhadap sebuah gerakan dan orientasi terhadap ruang dan
tempat yang muncul karena dorongan dalam tubuh) kita. Apakah
proprioception itu? Sebagian besar orang, tanpa melihat kaki
mereka, tahu kedua kaki mereka sedang menyilang. Sebabnya ada­
lah orang yang normal memiliki indra keenam yang disebut pro­
prioception, yang memampukan orang untuk merasakan anggota
tubuh lainnya. Orang-orang yang lumpuh sering kali tidak memiliki
indra tambahan ini. Luka baring dan luka-luka lainnya yang kadang
mereka derita sering kali diakibatkan karena ketidakmampuan
mereka untuk merasakan tubuh mereka dan mencegah timbulnya
luka itu.
Dalam pengertian tertentu, orang-orang Kristen yang ber­
jejaring untuk memelihara anak-anak membantu kita mengem­
bangkan proprioception kita. Artinya, berjejaring membantu kita
merasakan anggota tubuh lainnya. Ketika satu anggota tubuh
men­derita, anggota tubuh lainnya bisa merespons. Ketika satu
anggota tubuh ada dalam kebutuhan, anggota tubuh lainnya bisa
menyediakan apa yang dibutuhkan (1 Kor. 12:12–31).
Manfaat Berjejaring
Isolasi merupakan sebuah masalah yang mengganggu dan me­
matahkan semangat banyak pelayanan yang melayani anak-anak.
Dalam setiap kasus pekerjaan menjadi sulit untuk dilakukan.
351
Child, Church, and Mission
Mencoba melakukannya sendirian masih lebih sulit. Banyak pe­
layanan tidak mengetahui pertolongan atau dukungan apakah yang
tersedia di komunitas atau kota mereka. Terhubung secara efektif
merupakan manfaat yang utama dari berjejaring.
Ketika orang-orang Kristen tidak saling berhubungan, setiap
situasi baru yang muncul, tidak peduli betapa lazimnya situasi
itu, harus ditangani seolah-olah situasi itu muncul untuk
yang pertama kalinya. Menyusun rencana yang baru untuk
mengajar, mendekati pemerintah setempat untuk meminta
sumber daya, mengupayakan dukungan doa, melacak sumbersumber makanan, pendanaan dan perlengkapan, berurusan
dengan masalah-masalah hukum, menerapkan disiplin dan
memikirkan bagaimana menangani kemarahan emosi ber­
sama staf dan anak-anak ketika masalah baru muncul dalam
upaya untuk menemukan solusi. Tanpa bantuan pengalaman
dan hikmat orang lain yang telah terakumulasi, muncullah
kesalahan-kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari.
Memaksimalkan penggunaan sumber daya merupakan
manfaat yang berkaitan dengan berjejaring. Di beberapa tempat
terdapat pelayanan anak-anak yang saling tumpang tindih, se­
mentara banyak tempat lainnya tidak memiliki pelayanan yang
melayani anak-anak. Merupakan sesuatu yang lazim menemukan
pelayanan-pelayanan yang sama bekerja atau mempertimbangkan
untuk bekerja di distrik yang sama dalam sebuah kota atau dalam
sebuah komunitas yang sama. Pada saat yang sama, ada begitu
banyak daerah yang tidak memiliki pelayanan-pelayanan yang bisa
memberikan bantuan. Berjejaring penting sekali untuk memastikan
bahwa celah yang ada tertutup dan tumpang tindih diminimalkan.
Penting bagi kita untuk memaksimalkan penggunaan sumber-daya
yang kita miliki dan meminimalkan duplikasi upaya.
Berjejaring mendorong pengembangan standar yang pro­
fessional. Seperti apakah pelayanan Kristen yang baik terhadap
anak-anak? Apakah yang tercakup didalamnya? Bagaimana itu
McDonald, hlm. 81.
352
Berjejaring Demi Anak-Anak
bisa dicapai? Berjejaring bisa mempertemukan orang-orang dan
organisasi-organisasi untuk menetapkan dan menyepakati stan­
dar pelayanan yang profesional. Setelah standar itu ditetapkan,
pelayanan-pelayanan yang berjejaring bisa saling meminta per­
tanggungjawaban dan bersama-sama mengejar tingkat ekselensi
yang lebih tinggi.
Berjejaring bisanya membuat pelatihan yang berkualitas
lebih bisa diakses. Ada banyak sekali kebutuhan akan pelatih­
an dan pembangunan kapasitas di antara pekerja-pekerja yang
ber­­gerak di bidang pemeliharaan anak. Banyak pekerja yang ber­
gerak di bidang pemeliharaan anak sangat merindukan keahlian
dan nasihat. Masalahnya adalah menyediakan kedua hal itu. Ke­
tika gereja dan organisasi berjejaring, mereka bisa mulai meng­
identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang sama di bidang pelatih­an.
Berjejaring kemudian bisa mempertemukan para ahli, bahanbahan dan sumber daya lainnya dengan orang-orang yang perlu
diperlengkapi.
Berjejaring menunjukkan penghargaan. Dengan berje­ja­
ring kesatuan dalam tubuh Kristus didemonstrasikan. Berjejaring
sering kali mengurangi semangat berkompetisi dan mendorong
semangat untuk berbagi, Lebih lanjut, berjejaring mendorong
akun­tabilitas terhadap mereka yang memikiki visi yang sama dan
memahami keterbatasan yang ada.
Berjejaring melindungi sikap. Dengan berjejaring organisasiorganisasi yang lebih besar bisa terdorong untuk bersikap rendah
hati ketika mereka sadar bahwa mereka tidak memiliki semua
jawaban namun bisa belajar dari orang lain. Dan berjejaring
membantu organisasi-organisasi yang lebih kecil untuk merasa
bahwa mereka sedang memberikan kontribusi yang melampaui
sumber daya mereka yang terbatas.
Lihat Yohanes 17: 20–23.
Lihat 1 Korintus 1: 12-13; Kolose 4:16
Lihat Lukas 19:12–27
Lihat 1 Korintus 4: 6,7,18.
Lihat 1 Korintus 12:21–25
353
Child, Church, and Mission
Berjejaring mendemonstrasikan persekutuan. Dalam ber­
jejaring sering kali dianjurkan pengelolaan dan efisiensi yang lebih
besar dengan bersatu untuk berbagi fasilitas, mengurangi duplikasi
dan membatasi penyia-nyiaan. Berjejaring membantu mendu­kung
dan menguatkan mereka yang sedang menghadapi pergumulan
dalam melaksanakan tugas. Berjejaring juga memberikan ke­
sempatan kepada kita untuk bersukacita melihat keberhasilan,
siapa pun yang mencapai keberhasilan itu.10
Berjejaring meningkatkan efektivitas. Dengan berjejaring
kita mengakui bahwa kita hidup dalam dunia yang rumit dan hanya
dengan bekerja sama dan membagikan hikmat dan sumber daya
yang Allah berikan kepada kita, kita akan bisa menyelesaikan tugas.11
Berjejaring juga memberikan kesempatan kepada kita untuk me­
mantapkan ide-ide kita secara bersama-sama, menceritakan ber­
bagai macam pendekatan yang kita pakai, mengevaluasi strategistrategi yang berbeda, belajar dari kesalahan dan keberhasilan
orang lain serta menetapkan penanda untuk aktivitas pada masa
mendatang.12
Akhirnya, dengan berjejaring, kita hampir selalu akan lebih
bisa menunjukkan kepedulian kita pada orang-orang yang
terlibat dalam pelayanan. Patrick McDonald menunjukkan bah­
wa pelayanan-pelayanan Kristen belum dikenal sebagai organisasi
yang menunjukkan kepedulian kepada orang-orang yang terlibat
dalam pelayanan.13
Sebuah masalah yang sangat serius, namun seringkali ti­
dak diketahui yang dihadapi orang-orang yang berada di
garis depan pelayanan terhadap anak-anak yang beresiko
adalah kurangnya dukungan yang praktis, dukungan emosi
dan rohani. Ketidakmampuan untuk menemukan waktu
untuk bersekutu dengan orang Kristen lainnya atau untuk
Lihat Titus 3:14
Lihat Yesaya 34:1–4
10
Lihat Filipi 1:12–14.
11
Lihat Pengkhotbah 4:9–12.
12
Lihat Amsal 13:10.
13
McDonald, hlm. 88.
354
Berjejaring Demi Anak-Anak
mengalami pembaharuan pribadi dan kurangnya dukungan
doa menimbulkan keputusasaan dan kejenuhan yang lebih
awal. Beberapa orang tetap melanjutkan pelayanan mereka
namun mulai kehilangan visi yang pernah mereka miliki untuk
menolong anak-anak ini dan akhirnya menginvestasikan
se­mua sumberdaya mereka untuk sekadar bertahan ketika
menghadapi krisis berikutnya.
Begitu banyak yang ditawarkan dalam berjejaring baik bagi
konteks dan implementasi dalam pelayanan kepada anak. Viva
Network14 adalah bukti hidup.
Viva Viva!
Gerakan Kristen secara global yang terlibat dalam pemeliharaan
anak yang berisiko memiliki sekutu yang sangat kuat yaitu Viva.
Viva Network adalah gerakan global dari orang-orang Kristen
yang peduli kepada anak-anak yang berisiko. Jaringan ini berupaya
meningkatkan dan memperluas upaya-upaya yang sudah ada
dengan menghubungkan dan memobilisasi semua orang Kristen
dalam menghadapi tantangan yang ada yaitu menolong anak-anak
yang menderita. Ini dilakukan melalui berbagai macam inisiatifinisiatif yang berjejaring, yang memberikan kesempatan bagi
orang-orang Kristen yang melayani anak-anak berisiko untuk
bertemu dengan orang lain yang terlibat dalam pelayanan yang
sama. Mereka saling menguatkan dan memberikan tantangan,
berbagi ide, informasi dan sumber daya, berusaha bersama, dan
meluncurkan inisiatif-inisiatif yang baru untuk kepentingan anakanak yang berisiko. Inisiatif-inisiatif yang berjejaring ini dilakukan
di tingkat lokal, regional, dan internasional.15
Tidak ada diskusi tentang membentuk jaringan pekerja Kristen yang bergerak di
bidang pemeliharaan anak yang bisa dilakukan tanpa memperhatikan kontribusi
yang diberikan oleh Patrick McDonald dan Viva Network. Sebagian besar poin
yang muncul berasal dari buku Patrick berjudul Reaching Children in Need, dan/
atau bahan-bahan lain dari Patrick dan Viva Network.
15
Viva, “Tentang Viva,” http://www.viva.org/aboutviva.aspx (diakses pada 2 Maret
2010).
14
355
Child, Church, and Mission
Pelayanan yang luar biasa ini telah mendirikan lebih dari
40 jaringan nasional di seluruh dunia. Viva ini telah menjadi
pendorong terbentuknya banyak subjaringan dan segala macam
inisiatif yang berkaitan dengan anak. Mereka telah membantu
me­luncurkan pelatihan-pelatihan, bahan-bahan perkembangan,
forum, konferensi, penelitian dan arah pelayanan yang benar-benar
baru, seperti Child Theology Movement dan Understanding God’s
Heart for Children.
Tujuan Viva adalah meningkatkan kualitas kepedulian ter­
hadap anak-anak, meningkatkan tindakan untuk kepentingan anakanak dan memengaruhi para pengambil keputusan agar menjadi
suara yang lebih efektif bagi anak-anak. Mereka melakukan hal ini
melalui berbagai macam cara:







Dengan membangun jaringan di semua tingkatan.
Dengan menghubungkan orang-orang dan kelompokkelompok yang ingin menolong anak-anak dan meng­
hubungkan mereka yang memiliki kebutuhan dan minat
yang sama, melalui kontak secara pribadi, konferensikonferensi dan forum-forum.
Mengembangkan atau memfasilitasi pengembangan
ke­sempatan untuk menyelenggarakan pelatihan dan
memperlengkapi di semua tingkatan.
Menyediakan sumber daya seperti Jurnal Reaching
Children at Risk.
Mengembangkan pusat-pusat data pelayanan dan jenisjenis pemetaan lainnya dalam semua aspek pelayan­an
terhadap anak-anak dan mengidentifikasi serta meng­
ikuti tren-tren utama yang berkaitan dengan upaya
global untuk memelihara anak-anak.
Memobilisasi upaya-upaya yang baru untuk menjangkau
anak-anak yang berisiko di seluruh dunia.
Menjadi pembela anak-anak di tingkat nasional dan
lokal.
356
Berjejaring Demi Anak-Anak
Viva Network
Gerakan Kristen Peduli Anak-anak Berisiko
Viva ada untuk mengubah hidup anak-anak dengan memampukan
orang-orang untuk bekerja sama. Masalah yang dihadapi anak-anak yang
berisiko itu banyak sekali, jadi solusi yang kita tawarkan juga harus sama
besar. Kita perlu merevolusi semua kota dan wilayah supaya hidup anakanak mengalami transformasi yang berarti. Hanya bila kita bekerja sama
baru kita bisa melihat cita-cita ini menjadi kenyataan.
Tujuan
Kami ingin orang-orang Kristen yang menolong anak-anak yang rentan
bekerja dalam bentuk kemitraan, dengan demikian dampaknya akan
lebih luas, dan kami ingin mereka berusaha keras bekerja dengan hebat,
dengan demikian mendatangkan dampak yang lebih dalam dan langgeng.
Ini akan membawa pada solusi yang nyata terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh anak-anak yang rentan, ketika secara bersama-sama
kami tidak hanya bereaksi terhadap kebutuhan yang ada melainkan
secara proaktif menangani akar masalah.
Strategi yang Menyeluruh


Menemukan – siapa, apa dan di mana. Respons orang Kristen
banyak tetapi Terfragmentasi. Dalam setiap lokasi, kami harus
mengidentifikasi kebutuhan anak, menemukan respons yang
ada, membongkar celah yang muncul, dan menentukan titik-titik
di mana kami bisa berkolaborasi.
Menjalin hubungan – mempertemukan orang-orang. Melalui
pembentukan jaringan-jaringan lokal, kami menghubungkan ba­
nyak proyek, gereja, dan organisasi yang berbeda dalam sebuah
wilayah geografis untuk merespons anak-anak. Ini membangun
identitas yang kolektif, memberikan kesempatan kepada orang
untuk membagikan kontak-kontak yang mereka miliki, berbagi
pengalaman dan mulai bersuara dalam komunitas yang ada.
357
Child, Church, and Mission


Memperlengkapi – membuat orang-orang menjadi lebih kuat.
Dengan berjejaring, kami menciptakan ekselensi dalam semua
bidang pengembangan dan pemeliharaan anak, melalui pelatihan,
penyediaan sumber daya, dan mengembangkan standar-standar
bagi proyek-proyek, pekerja-pekerja, dan pembuat-pembuat ke­
putusan yang berpengaruh.
Melakukan inovasi – menawarkan solusi yang nyata. Ketika
kami membangun jaringan lokal, mempertemukan orang-orang
dan membuat mereka menjadi lebih kuat, mereka makin mampu
me­laksanakan program-program yang lebih besar dan lebih
signifikan. Baru kemudian mereka melakukan penanganan dan
pencegahan yang lebih efektif terhadap masalah-masalah seperti
perdagangan anak, HIV, anak-anak yang hidup di jalanan, dan
anak-anak yang dipaksa bekerja.
Saat ini Viva melibatkan 43 jaringan Kristen yang merepresentasi­
kan lebih dari 8000 proyek dan 25.000 pekerja. Ketika orang-orang
Kristen ini bekerja sama, hidup lebih dari satu juta anak mengalami
transformasi.
Saya sangat merekomendasikan Viva sebagai tempat untuk
memulai perjalanan Anda dalam berjejaring untuk kepentingan
anak-anak yang membutuhkan. Anda mungkin juga perlu mem­
pertimbangkan pentingnya mengontak gereja-gereja di daerah
anda untuk menemukan apa yang sedang ditawarkan yang bisa
bermanfaat bagi anak-anak di dekat anda. Periksalah www.viva.org
untuk memperoleh informasi selanjutnya.
Anak-anak tidak membutuhkan pelayanan yang berdiri
sendiri seolah-olah orang Kristen lainnya tidak ada. Mereka mem­
butuhkan pelayanan yang terhubung, sama dan sebangun supaya
Gereja bisa menjangkau sebanyak mungkin dari mereka. Baru
kemudian kita bisa mengoptimalkan dampak mereka pada masa
mendatang untuk memperluas Kerajaan Allah dalam generasi
mereka.
358
Berjejaring Demi Anak-Anak
Bacaan

Reaching Children in Need oleh Patrick McDonald, hlm.
71–117.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan
1. Dari enam manfaat berjejaring, apakah dua manfaat
yang Anda percayai sebagai manfaat yang paling penting.
Mengapa?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Berikanlah setidak-tidaknya satu contoh yang me­
nujukkan bahwa Anda telah melihat berjejaring me­
ningkatkan pelayanan Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Menurut pendapat Anda, mana dari prinsip-prinsip yang
telah disebutkan di atas—menunjukkan penghargaan,
melindungi sikap, meningkatkan efektivitas atau men­­
demonstrasikan persekutuan—yang menjadi argumen­
tasi yang terkuat untuk berjejaring. Jelaskanlah respons
Anda.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
359
Child, Church, and Mission
4. Apakah yang akan Anda lakukan untuk meng­imple­
mentasikan atau menceritakan pentingnya berjejaring
untuk kepentingan anak-anak?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Sebutkanlah setidak-tidaknya seorang mitra potensial
yang bisa diajak berjejaring dalam tiap kategori berikut
ini:
a. Lokal. Misalnya, siapakah mitra atau pelayanan
di tingkat lokal yang bersedia membantu Anda
menyelenggarakan sebuah acara yang spesial bagi
anak-anak, seperti sekolah Alkitab liburan?
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
b. Regional. Adakah sebuah gereja mitra dalam per­
sekutuan Anda yang bisa memberikan wawasan
tentang pelayanan Anda kepada Anda?
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
c. Nasional. Bisakah sebuah organisasi atau asosiasi
gereja di tingkat nasional memberikan pelatihan
atau membagikan ide-ide yang berkaitan dengan
program kepada Anda?
360
Berjejaring Demi Anak-Anak
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
d. Internasional. Apakah organisasi internasional yang
bekerja untuk kepentingan anak-anak yang bisa
terus memberikan informasi kepada Anda tentang
praktik-praktik terbaik dalam pelayanan anak atau
informasi terbaru dalam penelitian di bidang anak?
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
361
Kesimpulan
Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan
menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian
Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:
“Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini
dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa
menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya,
tetapi Dia yang mengutus Aku.”
Markus 9:36–37
Child, Church, and Mission
B
agaimanakah kita bisa mengoptimalkan dan memaksimalkan
dampak anak-anak pada masa mendatang bagi Kerajaan Allah?
Kita memulai pembahasan ini dengan melakukan apa yang
telah dilakukan Yesus—menaruh seorang anak di tengah. Yesus
sendiri berkata bahwa anak-anak adalah tanda dan ahli waris
Kerajaan Allah. Bila Yesus serius terhadap kesejahteraan anak,
kita juga harus menghargai dan memerhatikan anak-anak dengan
serius, serta mengerti peran mereka dan pentingnya mereka dalam
Alkitab. Kita telah melihat semua anak menghadapi risiko, baik
itu berupa kemiskinan atau kemakmuran, dan masa kanak-kanak
dirusak oleh penderitaan dan eksploitasi atau dipaksa menjadi
orang dewasa melalui komersialisasi dan materialisme.
Kita telah menemukan bahwa, bertentangan dengan ke­
yakinan beberapa orang, Alkitab sebenarnya banyak berbicara
tentang anak-anak. Mereka tidak disembunyikan atau diabaikan;
juga tidak dianggap tidak penting atau bukan yang utama. Se­
baliknya, mereka menjadi orang-orang yang menonjol dalam kisahkisah tentang karya Allah yang baru. Sering kali anak-anak men­jadi
agen, alat, model, dan sarana-Nya.
Oleh karena kita tahu anak-anak penting di pandangan Allah,
kita kemudian berpaling pada masalah-masalah yang berkaitan
dengan pengembangan anak secara holistik. Bagaimana kita bisa
memastikan bahwa semua anak menikmati kepenuhan hidup yang
diinginkan Allah bagi semua anak-Nya? Keprihatinan terhadap
kebutuhan, pengabaian dan pemeliharaan anak terlihat di seluruh
Alkitab, dan Allah berharap itu juga menjadi fokus keprihatinan
kita.
Kemiskinan menimbulkan penderitaan yang berat dalam
hidup anak-anak. Kemiskinan bukan soal tidak memiliki secara
jasmani, melainkan dalam kenyataannya dan pada dasarnya me­
rupakan sebuah masalah rohani. Kita telah melihat bagaimana
pandangan berupa animisme dan sekulerisme membuat anak-anak
dan keluarga-keluarga menjadi kehilangan harapan, menderita
kemiskinan dan kehancuran. Bertentangan dengan pandangan
yang diajarkan dalam Alkitab, yang bila secara konsisten diikuti
364
Kesimpulan
dan dipraktikkan, menimbulkan yang sebaliknya—kehidupan yang
utuh, melimpah dan penuh dengan harapan.
Oleh karena kemiskinan adalah masalah rohani, pembahas­
an kemiskinan menjadi tanggung jawab yang khusus orang Kristen
dan Gereja. Kita telah menemukan bahwa Gereja adalah alat Allah
bukan hanya untuk memberitakan keselamatan, penebusan, dan
rekonsiliasi kepada manusia secara seutuhnya, melainkan kepada
seluruh ciptaan. Meskipun mandat ini jelas disebutkan dalam
Alkitab, telah lama muncul perdebatan dan per­selisihan dalam
gereja tentang peran ganda penginjilan dan aksi sosial (atau
pelayanan holistik).
Berikutnya kita membahas anak di dalam gereja. Bagaimana
kita membuat gereja menjadi sebuah tempat yang lebih ramah
kepada anak? Sering kali kita telah salah memahami tempat itu,
dan memandang rendah kontribusi yang diberikan anak-anak. Di
semua tingkat, gereja bertanggung jawab untuk mengupayakan
pendekatan dan pelayanan yang lebih sensitif terhadap anak.
Banyak yang bisa dilakukan untuk membuat program, fasilitas,
dan staf gereja lebih ramah anak. Kita melihat model bagaimana
iman bertumbuh dalam diri anak-anak, dan bagaimana gereja bisa
mempromosikan serta mendorong pertumbuhan iman.
Meskipun menyakitkan, kami mengakui bahwa bahkan
dalam konteks gereja, anak-anak bisa rentan terhadap pelecehan
dan eksploitasi. Gereja memiliki tanggung jawab besar untuk
melindungi anak-anak yang berada di bawah pemeliharaannya.
Kami memberikan tinjauan secara luas terhadap protokol-protokol
perlindungan anak untuk melindungi anak-anak dan pelayananpelayanan dari insiden-insiden yang menghancurkan berupa
pelecehan anak di balik dinding-dinding gereja.
Keyakinan kami adalah pelayanan anak merupakan misi
yang paling banyak menghasilkan buah. Dalam sejarah, melalui
pendirian sekolah-sekolah misi, seluruh generasi pemimpin Afrika
dan Asia di masa mendatang bertumbuh besar dengan menerima
pelatihan Kristen. Meskipun sekolah Kristen dewasa ini tidak lagi
menja­di model yang giat dilaksanakan di bidang misi, kami bertanya,
365
Child, Church, and Mission
“Apakah strategi-strategi baru yang bisa digunakan badan-badan
misi pada masa kini untuk menjangkau dan memunculkan generasi
pemimpin global berikutnya?” Realitas Jendela 4/14 ber­arti
pelayanan anak dan kaum muda harus diutamakan dalam setiap
strategi yang kredibel di bidang misi.
Lebih lanjut, anak-anak bukan hanya obyek misi, melainkan
juga agen dan alat yang penting dan efektif bagi misi. Yusuf, Musa,
Miriam, Samuel, gadis Samaria yang menjadi pelayan Naaman, Ester,
Daud, Yosia dan Yeremia semuanya merupakan agen dan duta-Nya
dalam Alkitab. Ketika Allah membutuhkan orang yang memiiki
iman dan keberanian yang besar, ketika Dia membutuhkan sebuah
alat yang murni, bersih untuk menyampaikan pesan-Nya, ketika Dia
membutuhkan orang yang memiliki visi, ketika Dia membutuhkan
orang yang sangat kreatif dan jenius, ketika Dia membutuhkan
orang yang murah hati sekali—Dia memilih seorang anak. Demikian
pula, anak-anak dewasa ini perlu dipandang sebagai sumber-daya
bagi misi, dan ditantang serta diutus untuk menjadi pengambilpengambil risiko bagi Allah.
Akhirnya, dengan anak di tengah, kita melihat perlunya “…
berbicara bagi mereka yang tidak mampu berbicara bagi diri mereka
sendiri, bagi hak semua orang yang membutuhkan” (Ams. 31:8–9).
Orang-orang Kristen perlu bersuara—melakukan advokasi bagi anak
dengan berbicara melawan ketidakadilan, membela kasus orang
miskin, meminta pertanggungjawaban mereka yang memegang
kekuasaan, dan memampukan orang-orang untuk menyuarakan
pendapat mereka. Advokasi bisa muncul dalam banyak bentuk—
doa, pendidikan, penelitian, pelatihan, memberikan dorongan,
ber­­jejaring dan sarana-sarana lainnya. Semua ini bisa menjadi sa­
rana untuk menonjolkan dan membahas masalah-masalah yang
dihadapi anak-anak.
Doa saya adalah agar buku Child, Church and Mission mem­
bantu Anda mengembangkan pengertian Anda akan arti dan
kodrat hubungan antara anak, gereja, dan misi. Lebih dari itu, saya
berharap buku ini telah:
366
Kesimpulan



Memberikan informasi tentang masalah-masalah
yang dihadapi anak-anak, kebutuhan, pengabaian yang
mereka alami, dan pemeliharaan mereka; informasi
tentang peranan Gereja dalam memelihara mereka,
dan bagaimana mereka merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari rancangan Allah terhadap pelayanan,
misi dan perluasan kerajaan-Nya.
Memberikan inspirasi untuk memahami anak-anak
dari sudut pandang yang alkitabiah dan memandang
pelayanan serta misi kepada dan bersama anak-anak
sebagai sesuatu yang lebih sah, penting dan strategis
dibandingkan yang Anda pahami sebelumnya.
Memberikan pengaruh untuk berupaya meningkat­kan
pelayanan Anda dan pelayanan gereja Anda terhadap
anak supaya Anda kemudian berupaya memengaruhi
orang lain agar melakukan hal yang sama.
367
Referensi
Aaron, Audrey, Hugh Hughes dan Juliet Grayton, Child-to-Child. London:
MacMillan Press, 1979.
Adeyemo, Tokumboh. “A Critical Evaluation of Contemporary Perspectives.”
In Word and Deed, diedit oleh Bruce Nicholls, Carlisle, Cumbria:
Paternoster Press, 1985.
Albert, Linda, dan Michael Popkin. Quality Parenting. New York; Random
House, 1987.
Atkins, Andy dan Graham Gordon. Advocacy Study Pack. UK: TEARFUND,
Juni 1999.
Barna, George. Transforming Children into Spiritual Champions. Ventura,
CA: Regal, 2003.
Beasley-Murray, G.R. “The Child and the Church.” Children and Conversion,
diedit oleh Clifford Ingle. Nashville, TN: Broadman Press, 1970.
Beeftu. Dr. Alemu. God Heard the Boy Crying. Colorado Springs, CO:
Compassion International, 2001.
Boice, James Montgomerry. “Children’s Worship,” ChristianUnite Articles.
http://articles.christianunite.com/article2544.shtml
Boyle, Renita. “A Liturgy of Hope.” Ringkasan Konsultasi yang disel­eng­
garakan sebelum Konsultasi tentang Anak-Anak Yang Beresiko.
Oxford, UK: Januari 1997.
Brewster, Daniel. “Compassion’s Role in Furthering the Kingdom.” Ka­
rangan yang tidak diterbitkan, 1995.
Child, Church, and Mission
Brewster, Daniel. “The 4/14 Window: Child Ministries and Mission
Strategies.” Children in Crisis: A New Commitment, diedit oleh
Phyllis Kilbourn. Monrovia, CA: MARC, 1996.
Brewster, Daniel. “True Compassion with Strings.” Religious Broadcasting
(April 1995).
Brewster, Daniel dan Gordon Mullenix. “Development: Bounded, Centred
or Fuzzy ?” Together 50 MARC Publications (April-Juni 1996)l 1013
Brewster, Daniel dan Heather McCloud. “Protecting Children from
Ourselves.” Presentasi yang disampaikan dalam Konferensi Cutting
Edge III, Le Bron, Holland, Maret 2001.
Budijanto, Bambang. “A Reflection on the ‘Association’ Factor for Holistic
Mission.” Karangan untuk direnungkan, bagi Lausanne, 2004.
Bush, Luis. Gettings to the Core of 10/40 Window. Wheaton, IL: Evangelism
and Missions Information Service, 1996.
“Caring for Our Children.” National Health and Safety Performance
Standards – Appendix K, American Academy of Pediatrics, 2002.
Chester, Timothy, Awakening to a World of Need. Leicester, England:
InterVarsity Press, 1993.
“The Child in South Asia: Issues in Development as if Children Mattered.”
New Delhi: UNICEF, 1988.
Compassion Child Advocacy Frequently Asked Questions. Compassion
International, 2004.
Copsey, Katherine. “What Is a Child?” dalam Celebrating Children. Carlisle,
Cumbria: Paternoster Press, 2003.
Crossman, Meg, ed. Worldwide Perspectives. Pasadena, CA: William Carey
Library, 1995.
Dawn, Marva. Is It a Lost Cause ? Grand Rapids, MI: Eerdmans Publishing,
1997.
Dobson, James. “Dr. Dobson Answers Your Questions” Focus on the Family
20 no. 1 (1996)
Doherty, Sam, Why Evangelize Children? (Northern Ireland: Child
Evangelism Fellowship, 1996)
“Evangelism and Social Action.” Lausanne Occasional Papers no. 21. Grand
Rapids Report, 1982.
370
Referensi
Fuller, Harold. “Stages of Missionary Roles.” Dalam Worldwide Perspectives,
diedit oleh Meg Crossman. Pasadena, CA: William Carey Library,
1995.
Fuller, Harold. “Fiullness of Life and Dignity of Children in the Midst of
Globalisation.” Laporan yang disampaikan dalam Konsultasi Antar
Wilayah WCC/CCA (Januari 2004): 21-25.
George, Timothy. “You Must be Born Again but at What Age?” Christianity
Today (1 Maret, 1999).
Gordon, Graham. Advocacy Toolkit Vol. 1: Understanding Advocacy.
Teddington, UK: TEARFUND, 2002.
Gordon, Graham. Advocacy Toolkit Vol. 2: Practical Action in Advocacy.
Teddington, UK: TEARFUND, 2002.
Gothard, Bill. Advanced Seminar Textbook. Oakbrook, IL: Institute in Basic
Life Principles, 1986.
Grant, Wilson. The Caring Father. Nashville, TN: Broadman Press, 1983.
Hendricks, William, “The Age of Accountability.” Children and Conversion,
diedit oleh Clifford Ingle. Nashville, TN: Broadman Press, 1970.
Hewlett, Sylvia. When the Bough Breaks. New York: Basic Books, 1991.
Holmes, Arthur F. “Toward a Christian View of Things.” The Making of
a Christian Mind, diedit oleh Arthur Holmes. Downers Grove, IL:
InterVarsity Press, 1985.
Honeycutt, Roy L. Jr. “The Child within the Old Testament Community.”
Children and Conversion, diedit oleh Cilffrord Ingle. Nashville, TN:
Broadman Press, 1970.
Hohmann, Pete. Kids Making a Difference, 2004.
Hohmann, Pete. The Great Commissionary Kids. Springfield, MO: Boys and
Girls Missionary Crusade, 1997.
Hughes, Dewi. The God of the Poor. UK: M Publishing, 1998.
Ilnisky, Esther. Let the Children Pray. Ventura, CA: Regal, 2000.
Ingle, Clifford, ed. Children and Conversion. Nashville, TN: Broadman Press,
1970.
Jebb, Eglantyne. “Save the Children.” http://www.savethechildren.ca/en/
who-we-are/International-alliance/377.
Kirk, Andrew. What Is Mission ? Darton, UK: Longman & Todd Ltd., 1999.
371
Child, Church, and Mission
Kostelnik. “Guiding Children’s Social Department.” Dalam Child Abuse
and Neglect: A Self-Instructional Text for Head Start Personnel.
Washington, D.C.: U.S. Government Printing Office, 1977.
Kraft, Charles. Anthropology for Christian Witness. New York: Orbis Books,
1996.
Kraybill, Donald. The Upside Down Kingdom. Scottsdale, PA: Herald Press,
1978.
Kumara, Sujitha Siri. The Ethics of Conversion in the Sri Lankan Context.
Karangan yang dipresentasikan dalam kuliah “Child, Church and
Mission,” Penang, Malaysia: Malaysia Baptist Theological Seminary,
Juni 2003.
Latourette, Kenneth Scott, A History of Christianity (Vol. !!): Reformation to
the Present – A.D. 1975. San Fransisco, CA: HarperCollins, 1975.
Lewis, Jonathan, editor. World Mission: An Analysis of the World Christian
Movement. Pasadena, CA: William Carey Library, 1987.
“Liturgia y Derechos Humanos del Movimiento Ecumenico por los
Derechos Humanos.” Latin American Council of Churches, 1984.
London, H.B. dan N. Wiseman, It Takes a Church Within a Village. Nashville,
TN: Thomas Nelson, 1996.
Mangalwadi, Patrick. Reaching Children in Need. Eastbourne, UK: Kingsway
Publications, 2000.
Michael, Shiferaw. Consultant on Ministering to Children. Tidak diterbitkan,
2002.
Michael, Shiferaw. “Rate Your Church on Children Friendliness.” Tidak
diterbitkan, 2002.
Michael, Shiferaw. “Advocacy: Its Relations With and Support for Our Care
Program.” Compassion International Discussion Paper (Maret
2002):4.
Miles, Glenn dan Josephine-Joy Wright, editor. Celebrating Children.
Carlisle, Cumbria: Paternoster Pres, 2003.
Miller, Darrow. Discipling Nations: The Power of Truth to Transform
Cultures. Seattle, WA: YWAM Publishers, 1998.
Miller, Darrow. “The Development Ethic: Hope for a Culture of Poverty.”
Christian Relief and Development, diedit oleh Edgar Elliston. Dallas,
TX: Word Publishing, 1989.
372
Referensi
Miller, Donald. “Child Development.” Sebuah karangan yang tidak diterbitkan
dan tidak memiliki tanggal (Compassion International).
Moffitt, Bob. If Jesus Were Mayor. Phoenix, AZ: Harvest India, 2004.
Myers, Bryant. Exploring World Missions. Federal Way, WA: World Vision
International, 2003.
Olasky, Marvin. The Tragedy of American Compassion. Washington, D.C.:
Regnery Gateway, 1992.
Oxford Statement on Children at Risk, 1997. Diterbitkan oleh Oxford
Centre for Mission Studies dan Viva Network.
Pate, Larry. “The Changing Balance in Global Mission” dalam Worldwide
Perspectives, diedit oleh Meg.
Postman, Neil. Amusing Ourselves to Death: Public Discourse in the Age of
Show Business. New York: Viking Penguin, 1985.
Rin Ro, Bong. “The Perspective of Church History from New Testament
Times to 1960.” Dalam In Word and Deed: Evangelism and Social
Responsibility, diedit oleh Bruce J. Nicholls.
Carlisle, Cumbria: Paternoster Press, 1985.
Samuel, Vinay. “Some Theological Perspectives on Children at Risk.”
Transformation 14, no.
2 (April/Juni 1997).
Sider, Ronald, Rich Christians in an Age of Hunger (Dallas, TX: Word
Publishing, 1990).
Stafford, Wess. Konferensi yang diselenggarakan Compassion Wilayah
Asia. Chiang Rai. Thailand, Agustus 2003.
Stark, Rodney. The Rise of Christianity. San Fransisco, CA: HarperCollins,
1997.
Stephenson, Paul. “The ‘Rights’ of the Child and the Christian Response.”
Celebrating Children, diedit oleh Glenn Miles dan Josephine-Joy
Wright. Carlisle, UK: Paternoster Press, 2003.
UNICEF. “Convention on the Rights of the Child: Promoting and protecting
rights for Children.” http://www.unicef.org/crc/index_30168.
html.
UNICEF. “State of World’s Children. 2005.” http://www.unicef.org/
sowc/.
373
Child, Church, and Mission
UNICEF. “World Declaration on the Survival, Protection and Development
of Children.” World Summit for Children, 1990.
United Nations. “Millennium Development Goals.”
http://www.
developmentgoals.org/About _the_goals.htm.
United Nations. “A World Fit for Children.” http://www.unicef.org/
specialsession/wffc/.
Valdez. Edna, ed., Protecting Children: A Biblical Perspective on Child Rights.
Federal Way, W.A: World Vision, 2002.
Viva Network. “About Viva.” http://www.viva.org.aboutviva.aspx
Wamberg, Steve. Youth and Faith Development. Dipersiapkan sebagai Modul
Pelatihan dan Pendidikan Yang Berkelanjutan bagi Compassion
International, Januari 2004.
Wattenburg, Ben. Fewer. Chicago, IL: Ivan R. Dee, 2004.
White, Keith. “An Integrated Biblical and Theoretical Typology of Children
Needs.” Celebrating Children. Carlisle, UK: Paternoster Press,
2003.
White, Keith. Creation Regained. Grand Rapids, MI: Eerdmans Publishing,
1986.
White, Keith. The Growth of Love. Abingdon, OX: The Bible Reading
Fellowship, 2008.
Wolters, Albert. “A Little Child Shall Lead Them.” Karangan yang di­
presentasikan dalam Konferensi Cutting Edge, De Bron, Holland,
2001.
Winter, Ralph. Two Structures of God’s Redemptive Mission. U.S. Centre for
World Missions Series No. 01-995, 1995.
Zuck, Roy. Precious in His Sight. Grand Rapids, MI: Baker Book House,
1996.
374
Indeks
1 Korintus, 189, 231, 353
1 Raja-raja, 159, 169, 170
1 Samuel, 44, 45
2 Korintus, 255
2 Raja-raja, 35, 39, 44, 45
2 Tesalonika, 78, 191
Beeftu, Alemu, 164, 167
bubble generation, 16, 17, 18, 19
Budhisme, 106
Budijanto, Bambang, vii, 138, 150,
298, 299
Bush, Luis, iii, 20, 272, 273, 279, 305
B
Bangkok, 143
Barna, George, 197, 202
D
Daddy, Are We There Yet?, 186
Damon, William, 299
A
aborsi, 18, 100, 114, 270
Adeyemo, Tokumboh, 146, 369
advokasi, xiv, 228, 249, 309, 311, 312,
314, 315, 316, xiv, 318, 319,
320, 321, 322, 323, 325, 366
Afrika, iv, 9, 10, 15, 218, 261, 262, 265,
267, 272, 301, 346, 365, 379
akuntabilitas, usia, 177, 180, 182, 183,
188, 189, 201, 202
Amanat Agung, xii, 6, 20, 138, 147,
258, 269, 274, 290, 316
Amsal, 19, 37, 38, 57, 60, 61, 63, 311,
312, 327, 337, 338, 354
animisme, 106, 108, 111, 112, 113,
116, 118, 364
Asia, iv, 9, 10, 15, 138, 233, 261, 262,
265, 266, 267, 272, 298, 337,
338, iv, vii, viii, ix, 346, 365,
370, 373, 379
C
Carey, William, 153, 256, 260, 261,
266, 267, 268, 370, 371, 372
Chambers, Robert, 95
Child Theology Movement, iii, 356
China, 100, 261, 262, 263, 277, 278,
279
Christian, Jayakumar, 102, 122
Christobal, Roberto, 162
Compassion International, ii, vii, x, xiv,
20, 25, 43, 78, 138, 154, 160,
191, 249, 264, 274, 275, 285,
297, 320, 322, 324, 325, 369,
370, 372, 373, 374, 379
Convention on the Rights of the Child,
309, 328, 345, 373
Copsey, Katherine, 22, 25, 190
CRC, 328
Crossman, Meg, 149, 260, 267, 268,
279, 371
Child, Church, and Mission
DAWN Ministries, 268
doa, 69, 87, 161, 162, 187, 199, 220,
260, 301, 304, 315, 316, 352,
355, 366
Dobson, James, 14, 199
Do Hard Things, 299
E
Efesus, 39, 137, 332
Eropa, 140, 142, 261, 265, 269, 276,
277, 328
Eschelman, Paul, 293
Esther Network, 301
F
fatalisme, 97
Fewer, 100, 101, 374
Filipi, 68, 354
Filipina, 115, 162, 267, 301
Foth, Sylvia, 186, 187, 297, 303
Fransiskus Assisi, 289
Fuller, Harold, 268
G
Gereja Katolik, 154
Gereja yang Ramah Anak, 205
Daftar untuk, 205
Keperluan dasar, 205
Perjanjian dalam, 205
Program untuk, 205
Ghana, 148
Gnostik, 131, 132
Gothard, Bill, 161
Guatemala, 264
H
Harris, Alex, 299
Harris, Brett, 299
Hayes, Tom, 16, 17
Hendricks, William, 184, 202, 218,
371
hidup berkelimpahan, 2, 107, 109,
174
Hinduisme, 106
Hohmann, Pete, 296, 300, 301, 305
Holisme, 65, 66, 67, 72, 89, 279
Honeycutt, Roy, 183, 184, 214, 371
hukuman, 8, 37, 42, 119, 233, 335
I
Ilnisky, Esther, 301
Imamat, 41
India, 10, 102, 261, 262, 267, 300, 373
injil kemakmuran, 109
injil sosial, 142, 144
Inkarnasi, 49
Islam, 269, 272, 273
Ismael, 36, 164, 165, 167, 168
Israel, 3, 20, 41, 43, 45, 46, 58, 59,
130, 134, 183, 184, 259, 312,
313
J
Jeannette, Mukamwiza, 69
Jebb, Eglantyne, 328, 329, 371
Jendela Keterbukaan, xiii, 196, 197,
198
Jump Point, 17
K
kebijakan, 100, 220, 234, 239, 244,
245, 246, 247, 248, 250, 277,
278, 280, 312, 315, 320, 336,
341, 351
Kebijakan Satu Anak, 277
Kejadian, 36, 77, 103, 115, 117, 131,
133, 134, 164, 165, 167, 168,
258, 276, 313
kelompok orang, 271
Keluaran, 40, 41, 43, 312
kematangan, 177, 182, 196, 199, 213,
292, 344
kemiskinan, ix, 1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 19,
22, 24, 57, 58, 61, 62, 72, 75,
76, 79, 89, 94, 95, 96, 97, 98,
376
Indeks
99, 101, 101, 102, 103, 104,
106, 107, 108, 111, 112, 114,
116, 119, 120, 121, 124, 125,
144, 145, 165, 174, 317, 318,
322, 339, 340, 341, 343, 364,
365
akar rohani, 76, 103, 104
penyebab, 94, 95, 98, 101, 103, 317
versus hidup berkelimpahan, 2, 107,
109, 174
Kerajaan Allah, iii, iv, viii, 21, 22, 37,
47, 48, 50, 51, 52, 61, 63, 88,
138, 139, 141, 142, 144, 150,
151, 152, 274, 276, 283, 358,
364
keterkaitan yang saling memengaruhi,
95, 96
keutuhan, 58, 59, 65, 68, 69, 70, 74,
89, 90, 91, 97, 108, 109, 111,
121, 125, 131, 241
KHA, xiv, 328, 329, 330, 331, 332, 333,
334, 335, 337, 338, 339, 342,
345, 346, 347
Kirk, Andrew, 257
Kolose, 39, 76, 111, 120, 136, 149,
353
komunisme, 102
konferensi Uppsala, 143
Konsultasi Teologia Anak-anak di
Penang, 206
Korea, 263, 265, 267
korupsi, 101
Kraft, Charles, 104, 105
Kraybill, Donald, 50
kritik tinggi, 142
L
Latourette, Kenneth Scott, 262, 263,
372
M
Malaysia Baptist Theological Seminary,
vii, ix, 287, 372
Maleakhi, 40, 173, 176, 259, 280
Manifesto Manila, 148
Mazmur, 3, 32, 34, 36, 43, 46, 47, 60,
109, 115, 117, 133, 191, 259,
260, 338
McDonald, Patrick, iv, 5, 198, 305, 350,
354, 355, 359
McGavran, Donald, 143
Menn, Esther, 45
Millennium Development Goals
(MDG), xiv, 339
Miller, Darrow, iii, 105, 112, 122
modalitas, 153, 154
Moffitt, Bob, 136, 138, 142, 144, 155,
174, 175
Moody, Dwight L., 144
Myers, Bryant, 95, 96, 288, 289
N
Nam Soo Kim, 263
Nikodemus, 51, 87
O
OC International, 268
Oxford Centre for Mission Studies, iv,
20, 373
P
Pate, Larry, 267
paternalisme, 77, 268
patronisme, 77
pelecehan seksual, 232, 233, 237, 239,
242
penciptaan, 131, 328
pendamaian, 104, 136, 255
penebusan, 41, 53, 130, 134, 135, 136,
137, 142, 157, 365
Pengabaian Besar, 30, 253
penghakiman, 64, 67
Perjanjian Lausanne, 147
pertobatan, 42, 144, 180, 181, 182,
183, 189, 197, 284, 286, 287,
288, 292
377
Child, Church, and Mission
Peterson, Eugene, 68
Precious in His Sight, 32, 174, 180,
185, 374
program sponsor, 78, 162
R
Ramos, Juan, 194
Ratapan, 36, 312, 316
Reaching Children at Risk, 356
rekonsiliasi, 46, 134, 136, 365
Roh Kudus, v, 200, 265, 300, 316
Rwanda, 69
transenden, 20, 21, 22, 23, 190
tren populasi, 99
U
Ulangan, 32, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 46,
58, 60, 61, 94, 179, 188, 189,
312
Understanding God’s Heart for Children, 181, 356
UNICEF, 1, 9, 165, 329, 333, 370, 373,
374
S
Samuel, Vinay, 20, 21, 190
sepuluh perintah Allah, 60
shalom, 66, 91
sistem kasta, 113
sodalitas, 153, 154, 155
Somalia, 328
Stafford, Wess, 20, 25, 43, 44, 172, 297
Stark, Rodney, 139
State of the World’s Children (SOWC),
329
Stephenson, Paul, 332, 345
sudut pandang, ix, 1, 2, 17, 31, 45, 50,
53, 65, 103, 104, 105, 106, 107,
108, 108, 111, 120, 121, 124,
125, 160, 161, 163, 219, 269,
270, 275, 303, 309, 316, 346,
367
sungsang, 2
Sun Yat-Sen, 262
T
Taylor, Hudson, 261
Thailand, 68, 198, 263, 271, 293, 305,
373
Theisme, 106
Too Small to Ignore, 25, 44
Total Fertility Rate, 100
Townsend, Cameron, 264
V
Viva, iv, xiv, 5, 181, 198, 218, 219, 355,
356, 357, 358, 373, 374
W
Wamberg, Steve, 191, 193, 195
Wattenberg, Ben, 100, 101
Westerhoff, John H., 145
What Is Mission?, 257
White, Keith, 21, 30, 33, 46, 50, 52, 53,
68, 139, 208, 336
Winter, Ralph, 153, 156
Wolters, Albert, 132, 135
Wong, John, 66
World Council of Churches, 142
World Vision, 102, 264, 337, 373, 374
Wycliffe Bible Translators, 264
Y
Yen, James, 76, 78
Yesuit, 19, 154
Z
Zuck, Roy, 32, 174, 180
378
Seputar Penulis
D
an Brewster adalah Director for International Academic
Programs for Compassion International. Selama lebih dari
25 tahun bersama Compassion, Dan melayani sebagai advocacy
director di Asia, area director di Afrika, director for program
development, dan international director for advocacy pertama. Ia
sudah melakukan perjalanan ke lebih dari 100 negara dan sudah
terlibat dalam merencanakan serta memonitor perkembangan
anak dan keluarga atau proyek-proyek bantuan di lebih dari lima
puluh negara.
Dan mempunyai gelar doktor dalam bidang misiologi dari
Fuller Seminary. Ia menulis banyak buku dan mengajar di seluruh
dunia, mempromosikan dan memimpin banyak pelayanan serta
program pengembangan anak Kristen secara holistik. Dan bersama
istrinya, Alice, tinggal di Penang, Malaysia, dan mempunyai tiga
anak yang sudah dewasa.
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Download