hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU
HAMIL PADA TRIMESTER KETIGA DENGAN
ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR DI RSPAD
GATOT SOEBROTO DITKESAD
Laporan penelitian ini ditulis sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH
Ulfa Rosliana Putri
1111103000080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
ridho-Nya, peneliti diberikan kesehatan, ilmu, kesabaran, dan kekuatan untuk
belajar dan menyelesaikan penelitian berjudul Hubungan antara Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil pada Trimester Ketiga dengan Pengukuran Antropometri
Bayi Baru Lahir di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked) di Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tidak lupa bahwa penelitian ini dapat diselesaikan dengan bimbingan,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta wakil dan staf.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Yanti Susianti, Sp.A dan dr. Jono Ulomo, Sp.PK selaku pembimbing yang
telah memberikan masukan dan nasihat serta meluangkan banyak waktu, pikiran,
dan tenaga untuk penyelesaian penelitian ini.
4. dr. Riva Auda, Sp.A, M.Kes dan Mery Nitalia, Sp.PK selaku penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyelesaian penelitian ini.
5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul Riset yang tidak
berhenti memotivasi peneliti untuk menyelesaikan penelitian.
6. Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan wakil yang telah memberikan izin
untuk penelitian ini.
v
7. Ibu Romlah dan rekan-rekannya di bagian kesekretariatan RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad yang telah membantu dalam pengurusan pengambilan data.
8. Ibu Satria Gobel yang telah membantu dalam proses perizinan pengambilan
data di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
9. Ibu Rini selaku Kepala Bagian Administrasi dan Informasi Medis RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad dan staf yang telah membantu dalam proses pengambilan
data.
10. Ayahanda tercinta Drs. H. Nabrih, MM dan ibunda terkasih Lia Maimunah,
S.Hi atas dukungan moral, materi, curahan kasih sayang yang tiada henti, dan
semua doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT yang ditujukan untuk peneliti
agar peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sempurna, menyelesaikan
studi tepat waktu dan senantiasa menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
11. Sahabat “KANVAS”, Syifa Maulida, Puspita, Getha, Diba, Nikken, Nissa,
Johan, dan Rasyad yang senantiasa memberikan semangat dan doa yang tulus
untuk penyelesaian penelitian ini.
12. Teman-teman mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2011 yang saling membantu, menyemangati, dan terus berjuang untuk
kesejawatan.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dibutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan khususnya rekan-rekan mahasiswa/i.
Ciputat, September 2014
Peneliti
vi
ABSTRAK
Ulfa Rosliana Putri. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan antara Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil pada Trimester Ketiga dengan Antropometri Bayi Baru
Lahir di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. 2014.
Anemia merupakan masalah masyarakat global. Di Indonesia, anemia pada
kehamilan mencapai 44,3%. Sedangkan pada DKI Jakarta, angka anemia
mencapai 27,6%. Dampak anemia pada kehamilan antara lain adalah intrauterine
growth restriction (IUGR) yang dapat diukur secara objektif dengan pengukuran
antropometri. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan pada 30 orang ibu hamil dan 30 orang bayi baru lahir.
Pengumpulan data diperoleh dari rekam medis yang telah diseleksi dengan kriteria
inklusi dan eksklusi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Data kemudian diuji
normalitasnya, lalu dianalisa menggunakan uji Pearson bila data normal atau
Spearman bila data tidak normal. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester ketiga dengan
berat badan bayi lahir dengan arah hubungan negatif (p=0,025), dan tidak
memiliki hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin ibu pada trimester
ketiga dengan panjang badan lahir (p=0,248) dan lingkar kepala lahir (p=0,123).
Kata kunci : kadar hemoglobin, ibu hamil, bayi baru lahir, antropometri
ABSTRACT
Ulfa Rosliana Putri. Medical Education Study Programme. Correlation between
Maternal Hemoglobin Concentration on Third Trimester and Anthropometry on
Newborn Babies at RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. 2014.
Anemia is a global community problem. In Indonesia, anemia in pregnancy reach
into 44,3%. Meanwhile in Jakarta, anemia reach into 27,6%. One of anemia
effect is intrauterine growth restriction (IUGR) that could be measured
objectively by anthropometry. This analytical and cross sectional study use 30
pregnant womans and 30 newborn babies. Data was collected from medical
record from RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad that have been selected by inclusion
and exclusion criterias. The data were tested for normality, then analyzed using
Pearson test when data were normal, or Spearman test when data weren’t
normal. This study shows there’s a significant negative correlation between
maternal hemoglobin concentration on the third trimester and newborn
birthweight (p=0,025). There are no significant correlations between maternal
hemoglobin concentration on the third trimester to newborn birthlength
(p=0,248) and newborn head circumference (p=0,123).
Keyword: hemoglobin concentration, pregnant woman, newborn babies,
anthropometry
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3
Hipotesis ................................................................................ 2
1.4
Tujuan Penelitian .................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................ 3
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................... 3
1.5
Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
2.1
Landasan Teori ..................................................................... 4
2.1.1 Perubahan Hematologis pada Ibu Hamil ..................... 4
2.1.2 Eritropoiesis ............................................................... 7
2.1.3 Eritrosit ...................................................................... 8
2.1.4 Anemia pada Kehamilan ............................................. 8
2.1.5 Pertumbuhan Janin...................................................... 15
2.1.6 Restriksi Pertumbuhan Janin ....................................... 15
2.2
Kerangka Teori ...................................................................... 21
2.3
Kerangka Konsep .................................................................. 22
viii
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 23
3.1
Desain Penelitian .................................................................. 23
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 23
3.3
Populasi dan Sampel .............................................................. 23
3.3.1 Populasi Penelitian ..................................................... 23
3.3.2 Sampel Penelitian ...................................................... 24
3.4
Cara Kerja Penelitian ............................................................ 25
3.5
Variabel Penelitian ................................................................ 25
3.6
Manajemen Data .................................................................... 26
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 26
3.6.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................... 26
3.7
Definisi Operasional............................................................... 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 28
4.1
Hasil Penelitian ...................................................................... 28
4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian ....................................... 28
4.1.2 Analisa Univariat ....................................................... 29
4.1.3 Uji Normalitas Data ................................................... 31
4.1.4 Analisis Bivariat ........................................................ 32
4.2
Pembahasan ........................................................................... 35
4.2.1 Deskripsi Subjek Penelitian ........................................ 35
4.2.2 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester Ketiga dengan Berat Badan Bayi Lahir ....... 36
4.2.3 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester Ketiga dengan Panjang Badan Bayi Lahir .. 37
4.2.4 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester Ketiga dengan Lingkar Kepala Bayi Lahir . 37
4.3
Keterbatasan Penelitian ......................................................... 38
ix
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 39
5.1
Kesimpulan ........................................................................... 39
5.2
Saran ..................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 41
LAMPIRAN ............................................................................................... 44
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kategori Anemia Ibu Hamil Menurut WHO ............................. 9
Tabel 2.2
Nilai Batas Anemia pada Perempuan ........................................ 9
Tabel 2.3
Penyebab Anemia pada Kehamilan .......................................... 11
Tabel 2.4
Klasifikasi Berat Lahir.............................................................. 16
Tabel 3.1
Definisi Operasional ................................................................. 26
Tabel 4.1
Karakteristik Dasar Subjek Penelitian ....................................... 28
Tabel 4.2
Karakteristik Variabel Penelitian .............................................. 29
Tabel 4.3
Uji Shapiro-Wilk ...................................................................... 31
Tabel 4.4
Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil pada Trimester
Ketiga dengan Berat Badan Bayi Lahir ..................................... 32
Tabel 4.5
Analisis Bivariat Kategorik antara Kadar Hemoglobin dengan
Berat Badan Bayi Lahir ........................................................... 33
Tabel 4.6
Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga
dengan Panjang Badan Bayi Lahir ............................................ 33
Tabel 4.7
Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil pada Trimester
Ketiga dengan Lingkar Kepala Bayi Lahir ............................... 34
Tabel 4.8
Analisis Bivariat Kategorik antara Kadar Hemoglobin dengan
Lingkar Kepala Lahir .............................................................. 35
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perubahan total volume darah dan komponennya (sel darah
merah dan plasma) selama kehamilan dan setelah melahirkan .. 5
Gambar 2.2 Anemia sebagai permasalahan kesehatan publik berdasarkan
negara, kategori wanita hamil .................................................. 10
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Data Pasien ............................................................... 44
Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian ................................................... 45
Lampiran 3 Surat Pemberian Izin Penelitian................................................. 46
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup .............................................................. 47
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah
yang merupakan masalah masyarakat global baik di negara maju atau negara
berkembang.1 Anemia juga memiliki dampak yang besar pada kesehatan
masyarakat, maupun perkembangan sosial dan ekonomi. Menurut data publikasi
World Health Organization (WHO) tahun 2008, secara global anemia
mengenai 1,62 milyar orang, dengan insidensi tertinggi pada anak usia
prasekolah (0-4,99 tahun) sebanyak 76,1% dan wanita hamil sebanyak 69,0%.2
Dalam publikasi WHO tersebut juga disebutkan, bahwa wanita hamil
dikatakan anemia bila hemoglobin < 11,0 g/dL. Prevalensi anemia
pada
kehamilan tahun 1993-2005 di Asia Tenggara mencakup 48,2% populasi atau
rata-rata 18,1 juta jiwa. Di Indonesia, anemia pada kehamilan mencapai 44,3%
atau sebanyak 1.950.000 jiwa dengan kategori masalah kesehatan adalah berat.2
DKI Jakarta adalah salah satu dari 20 provinsi di Indonesia dengan prevalensi
anemia pada perempuan tertinggi, yaitu sebesar 27,6% menurut SK Menkes
dan 13,6% menurut Riskesdas.3
Anemia pada wanita hamil sendiri akan meningkatkan risiko mortalitas dan
morbiditas perinatal. Selain itu, anemia pada wanita hamil juga mempengaruhi
keadaan bayi baru lahir. Menurut studi yang dilakukan oleh Reeta Bora, dkk4,
anemia pada wanita hamil terkait dengan usia gestasi yang rendah, berat badan
lahir rendah, serta meningkatnya risiko lahir kecil untuk usia gestasinya. Studi lain
oleh Telatar B, dkk5, menyatakan bahwa anemia maternal juga berpengaruh
terhadap pengukuran antropometri (panjang lahir, berat lahir, lingkar kepala, dan
lingkar dada). Terjadi perbedaan pada pengukuran antropometri dari ibu dengan
anemia ringan dan ibu dengan anemia berat, pada ibu dengan anemia berat
pengukuran antropometri bayi baru lahirnya lebih rendah daripada ibu dengan
anemia ringan.
1
2
Pada pengukuran antropometri, menurut Gareth Hynes, dkk6, yang dinilai
adalah berat badan lahir, panjang lahir, lingkar abdomen, lingkar dada, indeks
ponderal, dan ketebalan lipatan kulit. Pengukuran antropometri merupakan suatu
penilaian yang objektif untuk menentukan bayi tersebut termasuk kecil untuk usia
gestasi, yang bias diakibatkan oleh intrauterine growth restriction (IUGR) atau
prematur. IUGR dan prematur sendiri dapat disebabkan oleh berbagai hal, dan
salah satunya anemia.6 Komplikasi yang dikemukakan oleh Palotto dan Kilbride7
dari IUGR pada masa anak-anak nanti adalah perawakan pendek, keterlambatan
kognitif dengan pencapaian akademik yang berkurang, dan meningkatnya risiko
untuk gangguan neurologis.
Nilai hemoglobin (Hb) yang digunakan adalah Hb pada trimester ketiga.
Menurut studi yang dilakukan oleh Madaan G, dkk8, bahwa nilai Hb trimester
ketiga berpengaruh kepada nilai antropometri bayi baru lahir. Anemia pada
kehamilan trimester ketiga dapat mengurangi nilai rata-rata berat bayi lahir,
panjang badan lahir, lingkar kepala, dan lingkar dada.8 Selain itu, nilai Hb pada
trimester ketiga adalah nilai yang paling sering diukur di Indonesia.
Oleh karena uraian di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan kadar
hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga dengan pengukuran antropometri bayi
baru lahir.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan
antropometri pada bayi baru lahir?
1.3 Hipotesis
Ada hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester ketiga dengan
antropometri pada bayi baru lahir.
3
1.4 Tujuan
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin ibu hamil trimester
ketiga dengan antropometri pada bayi baru lahir.
1.4.2
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik kadar hemoglobin ibu hamil
trimester ketiga di RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
b. Untuk mengetahui karakteristik antropometri bayi baru lahir di
RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
c. Untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin ibu
hamil trimester ketiga dengan berat badan bayi lahir di RS
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
d. Untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin ibu
hamil trimester ketiga dengan panjang badan bayi lahir di RS
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
e. Untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin ibu
hamil trimester ketiga dengan lingkar kepala bayi lahir di RS
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1
Sebagai masukan terhadap RS Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto
untuk
meningkatkan
pelayanan
pencegahan
dan
penatalaksanaan anemia pada ibu hamil.
1.5.2
Sebagai informasi untuk masyarakat, institusi, dan penelitian
selanjutnya mengenai hubungan kadar hemoglobin ibu hamil
terhadap pengukuran antropometri bayi baru lahir.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perubahan Hematologis pada Ibu Hamil
Ketika hamil, maka akan terjadi banyak perubahan secara anatomi,
fisiologis, maupun biokimia. Perubahan ini terjadi segera setelah fertilisasi.
Perubahan pada kehamilan ini adalah sebagai respons terhadap rangsangan yang
berasal dari janin dan plasenta. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
perubahan hematologis, meliputi perubahan pada volume darah, perubahan
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit, perubahan metabolisme zat besi,
perubahan fungsi imunologis, perubahan proses koagulasi dan fibrinolisis, dan
perubahan pada limpa.9
a. Volume Darah
Pada saat hamil, akan terjadi peningkatan volume darah yang dimulai
sejak trimester pertama. Peningkatan volume darah ini merupakan hasil dari
peningkatan plasma dan eritrosit. Peningkatan volume darah ini memiliki
beberapa fungsi, diantaranya adalah memenuhi kebutuhan metabolik yang
meningkat akibat uterus yang membesar, menyediakan gizi untuk janin dan
plasenta yang tumbuh dengan cepat, melindungi ibu dan janin dari efek buruk
gangguan aliran balik vena pada posisi tegak atau terlentang, dan melindungi
ibu dari efek merugikan saat kehilangan darah pada saat melahirkan.9
Menurut Cunningham, dkk9, volume darah ibu meningkat pesat
pada trimester kedua. Seperti yang terlihat pada grafik yang tersaji di bawah
ini.
4
5
Gambar 2.1 Perubahan total volume darah dan komponennya (sel darah
merah dan plasma) selama kehamilan dan setelah melahirkan
Sumber : Cunningham FG, dkk, 2010.
Di dalam volume darah, termasuk diantaranya adalah konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit, yang sedikit berkurang pada saat kehamilan
sebagai efek peningkatan volume darah atau hipervolemia.9 Penurunan
konsentrasi hemoglobin tersebut disebut anemia dilusional. Anemia
dilusional terjadi puncaknya yaitu pada trimester kedua kehamilan.
Penurunan kadar hemoglobin yang terjadi sebesar 1-2 g/dL pada akhir
trimester kedua dan mulai stabil ketika trimester ketiga saat volume plasma
maternal mulai berkurang.9
b. Metabolisme Zat Besi
Saat hamil, kebutuhan akan zat besi makin bertambah. Pada
setiap 1000 mg zat besi yang dibutuhkan saat kehamilan,sekitar 300 mg zat
besi akan dikirim secara aktif ke janin dan plasenta.9 Kebutuhan zat besi yang
bertambah diakibatkan oleh eritropoiesis atau pembentukan eritrosit yang
meningkat.9
6
c. Fungsi Imunologis
Jumlah
leukosit
pada
ibu
hamil
dapat
meningkat
sampai 5000-12000/L pada trimester akhir.10 Namun, menurut Krause9,
fungsi kemotaksis dan perlekatan dari leukosit akan berkurang mulai dari
trimester kedua. Tidak semua fungsi imunologis akan ditekan saat kehamilan.
Sekresi interleukin (IL) 4, IL-6, dan IL-13 akan meningkat selama kehamilan.
Selain itu, terjadi juga peningkatan jumlah immunoglobulin (Ig) A dan G
pada mukus serviks. Menurut Kutteh dan Franklin9, perubahan pada mukus
serviks tersebut merupakan akibat dari perubahan estrogen dan progesteron
saat hamil sebagai proteksi terhadap janin.
d. Koagulasi dan Fibrinolisis
Pada kehamilan, fungsi koagulasi dan fibrinolisis meningkat. Terdapat
peningkatan konsentrasi pada semua faktor pembekuan, kecuali faktor XI
dan XIII, dan juga peningkatan kompleks fibrinogen berat-molekul-tinggi.
Selain
itu,
terdapat
penurunan
sedikit
pada
jumlah
trombosit
(trombositopenia), yang terjadi akibat hemodilusi.9
e. Perubahan pada Limpa
Pada akhir kehamilan, limpa akan membesar sampai 50% bila
dibandingkan pada trimester pertama.9
7
2.1.2 Eritropoiesis
Eritropoiesis adalah proses pembentukan sel darah merah baru di sumsum
tulang. Eritropoiesis merupakan proses yang penting karena sel darah merah tidak
dapat membelah.11
Pada anak-anak terdapat medulla ossium rubra yang dapat memproduksi
sel darah. Ketika dewasa, medulla ossium rubra digantikan oleh medulla ossium
flava yang mengandung lemak yang tidak mampu memproduksi sel darah. Tidak
seluruh medulla ossium rubra digantikan oleh medulla ossium flava. Medulla
ossium rubra masih dapat ditemukan pada tulang sternum, tulang rusuk, pelvis,
dan bagian atas dari tulang panjang ekstremitas.12
Eritropoiesis diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh ginjal dan hepar,
yaitu eritropoietin yang terinduksi pada kondisi hipoksia. Sel darah merah berasal
dari pluripotent stem cell pada sumsum tulang. Eritropoietin akan menginduksi
pembentukan sel induk prekursor eritrosit, pronormoblas, atau proeritroblas dari
pluripotent stem cell. Eritropoietin juga akan mengatur kecepatan mitosis
pluripotent stem cell menjadi proeritroblas.13 Proeritroblas memiliki struktur
nuklear yang padat dengan lapisan sitoplasma yang tipis. 14
Proeritroblas yang terbentuk akan mengalami mengalami mitosis menjadi
normoblas atau eritroblas basofilik. Normoblas memiliki karakteristik yang sama
dengan proeritroblas, kecuali mereka memiliki nuklei yang lebih kecil. 14 Setelah
itu, normoblas akan mengalami proses maturasi menjadi eritrosit. Proses tersebut
terdiri dari reduksi progresif pada ukuran sel, akumulasi gradual hemoglobin, dan
kehilangan inti sel.13
8
2.1.3 Eritrosit
2.1.3.1 Struktur Eritrosit
Eritrosit adalah sel berbentuk diskus dengan bagian tengah yang rata dan
tak berinti. Bentuk eritrosit yang unik ini membuat permukaan yang lebih luas
untuk difusi oksigen dari plasma ke eritrosit. Selain itu, eritrosit juga bersifat
lentur sehingga dapat melewati kapiler yang sempit dan oksigen dapat
tersalurkan di tingkat jaringan.12
2.1.3.2 Hemoglobin
Hemoglobin adalah struktur yang hanya ditemukan pada eritrosit.
Hemoglobin memiliki dua bagian, yaitu globin dan heme. Globin merupakan
protein yang dibuat dari rantai polipeptida, sedangkan heme mengandung
empat buah zat besi. Setiap zat besi pada heme akan berikatan dengan oksigen.
Oleh karena hemoglobin mengandung zat besi, maka warna eritrosit akan
menjadi kemerahan dan akan menjadi kebiru-biruan ketika mengalami
deoksigenasi.12
2.1.4 Anemia pada Kehamilan
2.1.4.1 Definisi Anemia
Menurut Means dan Glader15, bahwa anemia secara fungsional adalah
ketidakmampuan sel darah merah dalam mengangkut oksigen ke jaringan
perifer. Penentuan anemia atau tidak dapat dinilai melalui tiga konsentrasi,
yaitu hemoglobin (Hb) dengan satuan gram Hb per desiliter (g/dL) atau gram
Hb per liter (g/L), hematokrit (Ht) dengan satuan persen atau desimal, dan
konsentrasi sel darah merah dengan satuan sel per mikroliter (106 /L) atau sel
per liter (1012/L). Pada umumnya, penentuan anemia paling sering dilakukan
dengan pengukuran Hb karena mudah dan murah.2
9
2.1.4.2 Kriteria Anemia pada Kehamilan
Penentuan anemia pada kehamilan berpatokan pada nilai Hb. Menurut
WHO, ibu hamil dinyatakan anemia bila kadar Hb di bawah 11 g/dL atau
hematokrit di bawah 33%.16
Tabel 2.1 Kategori anemia ibu hamil menurut WHO
Kadar Hb pada ibu hamil
Kategori
10-10,9 g/dL
Anemia ringan
7,0-9,9 g/dL
Anemia sedang
di bawah 7,0 g/dL
Anemia berat
Sumber : Abdulmuthalib, 2010.
Selain WHO, terdapat kategori anemia ibu hamil lain dari Centers for
Disease Control (CDC). CDC membuat kriteria anemia pada ibu hamil
berdasarkan kadar Hb pada tiap trimester.
Tabel 2.2 Nilai batas anemia pada perempuan
Status Kehamilan
Hb (g/dL)
Ht (%)
Tidak Hamil
12
36
Kehamilan Trimester 1
11
33
Kehamilan Trimester 2
10,5
32
Kehamilan Trimester3
11
33
Sumber : Abdulmuthalib, 2010.
10
2.1.4.3 Epidemiologi Anemia pada Kehamilan
Menurut WHO2, anemia mengenai 1,62 milyar orang. Prevalensi anemia
global tertinggi adalah pada anak usia prasekolah (47,4%) dan wanita hamil
pada urutan kedua (41,8%). Kejadian anemia pada wanita hamil di Asia
Tenggara tahun 1993 sampai 2005 adalah tertinggi kedua setelah Afrika, yaitu
dengan prevalensi 48,2% atau sebanyak 18,1 juta jiwa. Berdasarkan figur yang
dibuat oleh WHO2, wanita hamil dengan anemia di Indonesia termasuk
masalah kesehatan yang berat yaitu dengan proporsi sebesar 44,3% atau
sebanyak 1.950.000 jiwa.
Gambar 2.2 Anemia sebagai permasalahan kesehatan publik berdasarkan
negara, kategori wanita hamil
Sumber : de Benoist B, 2008.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 20073, rerata kadar Hb
pada perempuan dewasa di DKI Jakarta adalah 12,6 g/dL. Tidak didapatkan
rerata kadar Hb pada wanita hamil di DKI Jakarta. Namun, dari 278 responden
wanita hamil yang diambil darahnya secara nasional, 68 orang (24,5%)
11
menderita anemia menurut acuan SK Menkes, berbeda dengan acuan Riskesdas
yaitu 39 orang (14,0%) yang mengalami anemia.
2.1.4.4 Etiologi Anemia pada Kehamilan
Penyebab anemia selama kehamilan dapat terjadi akibat herediter atau
didapat.9
Tabel 2.3 Penyebab Anemia pada Kehamilan
Didapat
Anemia defisiensi zat besi
Anemia akibat kehilangan darah akut
Anemia
akibat
inflamasi
atau
keganasan
Anemia megaloblastik
Anemia hemolitik didapat
Anemia aplastik atau hipoplastik
Herediter
Talasemia
Hemoglobinopati sel sabit
Hemoglobinopati lain
Anemia hemolitik herediter
Sumber : Cunningham FG, dkk, 2010.
Namun, menurut Abdulmuthalib16, penyebab anemia tersering adalah
defisiensi zat-zat nutrisi, yaitu anemia defisiensi besi sebanyak 75%. Penyebab
anemia pada kehamilan kedua yang tersering adalah anemia megaloblastik
yang diakibatkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B 12.
Berikut penyebab anemia pada kehamilan16:
12
a. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi sering ditemukan di negara maju dan
negara berkembang. Tanda-tanda dari anemia defisiensi besi adalah
penurunan cadangan besi, penurunan konsentrasi besi serum, saturasi
transferin yang rendah, dan penurunan kadar Hb dan Ht. 16
Kebutuhan zat besi wanita hamil meningkat karena adanya
proses eritropoiesis untuk memenuhi kebutuhan zat besi janin.9
Menurut Lee dan Okam17, faktor risiko terjadinya anemia defisiensi
besi adalah asupan nutrisi yang kurang dan diperberat dengan adanya
faktor pengganggu absorpsi zat besi di sel epitel intestinal pada
duodenum dan jejunum, seperti penggunaan antasida atau defisiensi
mikronutrien lain, contohnya vitamin A, vitamin C, seng, dan tembaga.
Manifestasi klinisnya adalah lelah, pucat, pusing, takikardia, dispnea,
toleransi gerak badan yang rendah, dan hasil kerja di bawah optimal.
b. Anemia defisiensi asam folat
Defisiensi asam folat dan vitamin B12 dapat menyebabkan
anemia tipe megaloblastik. Anemia megaloblastik adalah kelainan yang
disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan adanya
sel-sel megaloblastik.16 Bila terjadi defisiensi asam folat dan vitamin
B12, maka sintesis DNA akan terhambat dan siklus sel juga
diperlambat saat proses eritropoiesis. Sementara itu, pembentukan
hemoglobin di sitoplasma akan terus berlangsung sehingga ukuran
eritroblast akan membesar (megaloblast).
c. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah kelainan di mana sel punca multipoten
mieloid ditekan menyebabkan kegagalan pada sumsum tulang dan
13
penurunan jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit (pansitopenia).17
Penyebab anemia aplastik umumnya idiopatik. Bila terjadi anemia
aplastik pada wanita hamil, maka anemia aplastik akan terus terjadi
berulang pada kehamilan berikutnya. Anemia aplastik akan membaik
apabila setelah terminasi kehamilan.16
d. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit disebabkan oleh adanya mutasi rantai gen globin sehingga membentuk hemoglobin sabit (HbS).18 Pada wanita
hamil dengan anemia sel sabit, disertai dengan peningkatan insidens
pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia, perdarahan ante partum,
prematuritas, dan kematian janin.16
2.1.4.5 Dampak Anemia pada Kehamilan
Anemia pada wanita hamil memiliki dampak tersendiri terutama pada
saat kelahiran. Contoh dampaknya adalah infeksi maternal, prematuritas, berat
bayi lahir rendah, mortalitas, dan skor APGAR rendah.
a. Infeksi maternal
Menurut Hooton TM, dkk19, anemia pada wanita hamil dapat
mengganggu proliferasi limfosit T dan B. Terganggunya proliferasi
limfosit T dan B dapat menyebabkan penurunan aktivitas pada fagosit,
neutrofil, dan sel natural killer. Selain itu, menurut Amici D, dkk19,
infeksi maternal dapat meningkatkan risiko prematuritas. Pada
pemeriksaan membran plasenta atau cairan amnion, terdapat banyak
bakteri maupun sitokin inflamasi.
14
b. Prematuritas
Kurki T, dkk,19 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
prematuritas adalah salah satu efek infeksi maternal. Mekanismenya
adalah peningkatan sintesis corticotrophin-releasing hormone (CRH)
akibat adanya infeksi. Peningkatan CRH akan mengakibatkan hipoksia
jaringan yang dapat menginduksi stress maternal dan janin. Maka dari
itu, prematuritas dapat menjadi efek langsung atau tidak langsung dari
infeksi maternal. Menurut Lone, dkk,19 pada wanita hamil yang
mengalami anemia berisiko 4 kali lebih tinggi mengalami kelahiran
prematur daripada wanita hamil yang tidak anemia.
c. Berat bayi lahir rendah
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lone, dkk,19 bahwa
wanita hamil dengan anemia risiko berat bayi lahir rendah 2,2 kali lebih
tinggi dibanding dengan wanita hamil tanpa anemia. Selain itu,
peningkatan produksi CRH juga dapat menghambat pertumbuhan janin.
Pada wanita dengan anemia berat (<8 g/dL), berat bayi lahir lebih
rendah 200-400 g dibanding dengan wanita dengan kadar hemoglobin
yang lebih tinggi (<10 g/dL).19
d. Mortalitas
Anemia pada wanita hamil dapat meningkatkan risiko mortalitas
perinatal. Kematian ini dapat diakibatkan oleh prematuritas dan sepsis.
Risiko mortalitas perinatal pada wanita hamil dengan anemia 3,2 kali
lebih besar risikonya daripada wanita hamil tanpa anemia. Di samping
itu, pada wanita hamil dengan anemia juga meningkatkan risiko
kematian janin intrauterin sebesar 2,5 kali lebih banyak daripada wanita
hamil tanpa anemia.19
15
e. Skor Apgar rendah
Risiko skor Apgar < 5 pada menit pertama dan < 7 pada menit
ke lima pada wanita hamil dengan anemia lebih besar 2,1 kali daripada
wanita hamil tanpa anemia.19
2.1.5 Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola pertumbuhan jaringan
dan organ yang berurutan, diferensiasi, dan maturasi. Menurut Lin dan SantolayaForgas,9 pertumbuhan sel dibagi dalam tiga fase berurutan yaitu fase hiperplasia,
hiperplasia dan hipertrofi, dan hipertrofi. Fase hiperplasia terjadi pada 16 minggu
pertama gestasi. Setelah fase hiperplasia, akan terjadi proses hiperplasia dan
hipertrofi hingga minggu ke 32 gestasi. Setelah minggu ke 32 gestasi, akan
dilanjutkan dengan proses hipertrofi selular. Dari fase yang telah disebutkan,
Williams, dkk9, menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan janin juga berbeda.
Pada 15 minggu pertama kecepatannya adalah 5 g/hari, lalu 15- 20 g/hari pada
minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada minggu ke-34.9
Pada awal
kehidupan janin, yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhannya adalah genom janin. Namun pada akhir kehidupan janin, faktor
lain seperti nutrisi, lingkungan, dan hormon akan berpengaruh. Contohnya adalah
pengaruh banyak atau sedikitnya glukosa pada wanita hamil. Bila hiperglikemia
maka akan menghasilkan bayi makrosomia, sedangkan kadar glukosa yang rendah
sering terkait dengan restriksi pertumbuhan janin.9
2.1.6 Restriksi Pertumbuhan Janin
Intrauterine growth restriction (IUGR) didefinisikan sebagai pertumbuhan
janin di bawah normal.20 Pada bayi dengan berat bayi lahir rendah dan small-forgestational age (SGA) dianggap mengalami restriksi pertumbuhan janin.
Lubchenco dan Battaglia9 mengatakan bahwa bayi dengan SGA adalah yang
16
memiliki berat lahir di bawah persentil 10 pada tiap usia gestasional. Namun, bayi
dengan berat lahir di bawah persentil 10 tidak semuanya adalah proses patologis.
Hal tersebut dapat terjadi akibat faktor biologis. Seeds9 mengusulkan bahwa SGA
adalah bayi dengan berat lahir di bawah persentil 5, sedangkan McIntire, dkk9,
pada tahun 1999 menyatakan bahwa hasil yang merugikan banyak terdapat pada
bayi dengan berat lahir di bawah persentil 3.
Banyak standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan janin. Namun
pada umumnya adalah menggunakan berat lahir. Berat lahir diklasifikasikan
sebagai berikut.
Tabel 2.4 Klasifikasi berat lahir
Kategori
Berat lahir
Berat lahir normal
>2500 g
Berat lahir rendah
< 2500 g
Berat lahir sangat rendah
< 1500 g
Berat lahir rendah ekstrim
< 1000 g
Sumber : MacDonald MG, dkk, 2005.
Namun, penilaian hanya menggunakan berat lahir hanya menggambarkan
sedikit tentang kecepatan pertumbuhan janin, contohnya pada bayi dengan
prematuritas yang berat lahirnya di bawah normal karena usia gestasi yang
pendek.20
Pada restriksi pertumbuhan janin, dikenal istilah simetris dan asimetris.
Restriksi pertumbuhan simetris adalah pertumbuhan badan dan otak yang yang
terbatas, sedangkan asimetris adalah pertumbuhan badan yang terbatas lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan kepala atau otak.20 Mekanisme restriksi
pertumbuhan asimetris belum diketahui pasti, namun salah satu faktor yang
berkontribusi adalah peningkatan aliran darah serebral relatif terhadap sirkulasi
sistemik dan umbilikal.20 Terjadinya restriksi pertumbuhan janin ini disebabkan
oleh beberapa faktor risiko menurut Cunningham, dkk9, yaitu:
17
a. Ibu yang lebih kecil
Ibu yang lebih kecil akan memiliki bayi yang kecil juga. Jika berat ibu
di bawah 100 pon atau sekitar 45 kg, risiko melahirkan bayi dengan SGA
adalah dua kali lipat.9
b. Nutrisi maternal yang kurang
Menurut Rode, dkk9, bahwa wanita dengan indeks massa tubuh ratarata atau rendah dengan kenaikan berat badan yang kurang saat hamil, dapat
dikaitkan dngan kejadian restriksi pertumbuhan janin. Selain itu, Abrams dan
Selvin9 juga mengatakan bahwa kenaikan berat badan yang kurang pada
trimester kedua memiliki korelasi dengan berat lahir yang rendah. Nutrisi
maternal yang kurang ini disebabkan suplementasi mikronutrien yang kurang.
c. Deprivasi sosial
Gaya hidup seperti merokok dan konsumsi alkohol juga dapat
menghasilkan bayi yang kecil.9
d. Infeksi maternal dan fetal
Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan spirokaeta
terlibat pada 5% kasus restriksi pertumbuhan janin. Infeksi yang paling
banyak terlibat adalah rubela dan sitomegalovirus. Mekanisme infeksi
menyebabkan restriksi pertumbuhan janin berbeda-beda, tergantung pada
agen infeksinya.9
18
e. Malformasi kongenital
Semakin berat malformasi yang dialami, maka kecenderungan janin
mengalami SGA menjadi lebih besar.9 Malformasi kongenital dapat
dipengaruhi oleh faktor diabetes maternal, hipertiroidisme maternal, faktor
sosioekonomi, genetik, infeksi seperti sifilis atau rubela, nutrisi maternal, dan
faktor lingkungan.21
f. Obat-obatan dengan efek teratogenik dan berefek pada janin
Contoh obat dengan efek restriksi pertumbuhan janin adalah agen
antikonvulsan, agen antineoplastik, dan agen imunosupresan.9
g. Penyakit vaskular
Contoh penyakit vaskular yang sering berkaitan dengan restriksi
pertumbuhan janin adalah superimposed preeclampsia dan penyakit vaskular
kronik. Menurut Gainer9, preeklampsia dapat menyebabkan kegagalan
pertumbuhan janin terutama bila onsetnya terjadi sebelum minggu ke 37
gestasi.
h. Penyakit ginjal
Penyakit ginjal yang dapat menyebabkan restriksi pertumbuhan janin
adalah gagal ginjal kronik dan neuropati kronik. Gagal ginjal kronik biasanya
berhubungan dengan hipertensi dan penyakit vaskular. 9
i. Diabetes pregestasional
Restriksi pertumbuhan janin pada wanita dengan diabetes dapat
berkaitan dengan malformasi atau penyakit vaskular.9
19
j. Hipoksia kronik
Kondisi yang berkaitan dengan hipoksia uteroplasental kronik adalah
preeklampsia, hipertensi kronik, asma, merokok, dan ketinggian daratan yang
tinggi. Ketika terpapar dengan lingkungan hipoksia secara kronik, janin
cenderung memiliki berat lahir yang kurang.9
k. Anemia
Anemia yang paling banyak pada wanita hamil adalah disebabkan
oleh anemia defisiensi besi. Menurut Kidanto, dkk9, menyatakan risiko
kelahiran prematur dan berat lahir rendah meningkat seiring dengan
meningkatnya anemia pada kehamilan. Menurutnya, anemia maternal akan
mempengaruhi vaskularisasi plasenta. Namun, pada kebayakan kasus, anemia
maternal tidak menyebabkan restriksi pertumbuhan janin, kecuali anemia sel
sabit dan anemia yang diturunkan lainnya.9
l. Abnormalitas plasenta dan korda
Abnormalitas plasenta dan korda yang dapat mempengaruhi restriksi
pertumbuhan janin adalah solusio plasenta, infark ekstensif, korioangioma,
plasenta previa, dan trombosis arteri umbilikal.9 Abnormalitas plasenta dan
korda mengurangi aliran darah uteroplasenta, sehingga dikaitkan dengan
restriksi pertumbuhan janin.9
m. Infertilitas
Menurut Zhu, dkk9, tahun 2007 mengatakan bahwa wanita hamil
dengan riwayat infertilitas, maka risiko bayi dengan SGA akan meningkat.
Studi lain oleh Vikstroem J, dkk22, menyebutkan bahwa wanita dengan
infertilitas 2,7 kali lebih berisiko untuk melahirkan bayi dengan SGA.
20
n. Kehamilan ekstrauterin
Bila plasenta terimplantasi di luar uterus, maka janin akan mengalami
restriksi pertumbuhan.9
o. Sindrom antibodi antifosfolipid
Mekanisme
bahwa
sindrom
antibodi
antifosfolipid
dapat
menyebabkan restriksi pertumbuhan janin adalah melalui agregasi trombosit
maternal dan trombosis plasenta. Menurut Levine, dkk9, bahwa wanita hamil
dengan sindrom ini akan mengalami onset awal preeklampsia dan kematian
janin.
p. Genetik
Beberapa studi telah mempelajari bagaimana hubungan polimorfisme
genetik janin atau maternal dengan bayi yang mengalami restriksi
pertumbuhan.
SHMT1(1420)T
Engel,
dalam
dkk9,
menyatakan
mempengaruhi
bahwa
level
terdapat
homosistein,
peran
sehingga
9
menghasilkan bayi dengan SGA. Stonek, dkk , juga mengidentifikasi
MTHFR C677T sebagai penanda restriksi pertumbuhan.
q. Janin multipel
Kehamilan dengan dua janin atau lebih memiliki kemungkinan
kurangnya pertumbuhan pada satu atau lebih janin yang lain dibanding
kehamilan tunggal.9
21
2.2 Kerangka Teori
Ibu hamil trimester 3
Perubahan hematologis
Plasma darah 
hipervolemia
Volume darah ↑
Faktor internal
(herediter)
Konsentrasi
hemoglobin dan
hematokrit berkurang
anemia
Faktor eksternal
(didapat)
Suplai oksigen ke jaringan 
(vaskularisasi plasenta )
Pasokan oksigen untuk
pertumbuhan janin 
Restriksi pertumbuhan janin
Panjang badan 
Berat badan 
Lingkar kepala 
22
2.3 Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana
hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester tiga dengan
pengukuran antropometri bayi baru lahir.
Pengukuran antropometri
bayi baru lahir
Kadar hemoglobin ibu hamil
pada trimester ketiga
- Berat badan lahir
- Panjang badan lahir
- Lingkar kepala lahir
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.3 Kerangka konsep penelitian hubungan kadar hemoglobin ibu hamil
pada trimester ketiga dengan pengukuran antropometri bayi baru lahir.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional
berdasarkan hasil rekam medis ibu yang melahirkan di RS Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, dengan pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai Maret 2014 di
Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad, Jakarta Pusat.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang melahirkan bayi di
Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta
Pusat. Kriteria inklusi populasi penelitian adalah:
1. Wanita dengan usia 20-40 tahun,
2. Kehamilan trimester tiga (minggu ke 28 sampai minggu ke 40),
3. Melahirkan bayi aterm (minggu ke 37 sampai minggu ke 40 kehamilan),
4. Memiliki data kadar Hb saat trimester ketiga kehamilan, dan
5. Terdapat data pengukuran antropometri bayi baru lahir berupa berat lahir,
panjang lahir, dan lingkar kepala.
23
24
Sedangkan kriteria eksklusi adalah:
1. Mengandung janin multipel,
2. Ibu perokok dan peminum alkohol,
3. Terdapat riwayat kelahiran preterm, dan
4. Terdapat komplikasi obstetri atau penyakit medis selain anemia seperti
hipertensi, diabetes melitus, riwayat TORCH (Toxoplasma gondii, virus
rubela, sitomegalovirus, dan virus herpes simpleks), penyakit ginjal dan
jantung.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah anggota dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara
consecutive sampling, yaitu dengan mengambil data yang memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi yang berurutan dalam kurun waktu tertentu hingga
memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan.23
Rumus yang digunakan adalah rumus penghitungan besar sampel
analitik korelatif yaitu:
Keterangan:
n
= besar sampel
Zα
= deviat baku normal untuk α; karena α=0,05, maka Zα=1,96
Z
= deviat baku normal untuk ; power yang sering digunakan=
80%, maka Z=0,842
r
= perkiraan koefisien korelasi, dari kepustakaan
25
Nilai perkiraan koefisien korelasi yang berbeda pada tiap variabel terikat
(pengukuran antropometri), menghasilkan jumlah sampel yang berbeda juga,
yaitu:
a. Korelasi kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi baru lahir dengan r=0,11 24.
Maka jumlah sampel berdasarkan rumus adalah 30 sampel.
b. Korelasi kadar Hb ibu hamil dengan panjang bayi baru lahir, r=0,1324. Maka
jumlah sampel berdasarkan rumus adalah 26 sampel.
c. Korelasi kadar Hb ibu hamil dengan lingkar kepala bayi baru lahir, r=0,1424.
Maka jumlah sampel berdasarkan rumus adalah 24 sampel.
Dengan demikian, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 30
orang.
3.4 Cara Kerja Penelitian
1. Melakukan persiapan penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengurus perizinan untuk pengambilan data di Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta Pusat.
3. Mengambil data di Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis di
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta Pusat.
Data yang telah diambil kemudian dipilih kembali yang memenuhi kriteria
inklusi.
4. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis secara univariat, bivariat
numerik, dan bivariat kategorik.
5. Menarik kesimpulan dan pelaporan terhadap penelitian yang telah dilakukan.
3.5 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
: kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga.
2. Variabel terikat : pengukuran antropometri bayi baru lahir.
26
3.6 Manajemen Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data kadar hemoglobin ibu hamil dan data pengukuran
antropometri diambil dari rekam medis periode November 2013 sampai dengan
Februari 2014 di Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad, Jakarta Pusat.
3.6.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Statistical
Program for Social Science (SPSS) for Windows versi 16,0. Karakteristik subjek
penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis bivariat numerik
menggunakan uji normalitas data terlebih dahulu. Bila uji normalitas data
menunjukkan distribusi data normal, maka digunakan uji Pearson. Bila uji
normalitas data menunjukkan distribusi data tidak normal, maka digunakan uji
Spearman. Kedua uji tersebut dilakukan untuk mengetahui korelasi antara kadar
hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga dengan pengukuran antropometri bayi
baru lahir. Selain itu, dilakukan analisis bivariat kategorik menggunakan uji
Kolgomorov-Smirnov.
3.7 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
No Variabel
Definisi
Skala
1
Hemoglobin
Hemoglobin
(Hb)
yang mengandung zat besi,
adalah
protein Numerik
berfungsi mengangkut oksigen
dalam eritrosit. Kadarnya diukur
berdasarkan jumlah hemoglobin
dalam gram per 100 ml darah.
27
Menurut
WHO,
ibu
hamil
dikatakan anemia bila kadar
Hb ≤ 11,0 g/dL. Kategori
anemia
menjadi
dibagi
3
kembali
yaitu
anemia
ringan (10-10,9 g/dL), anemia
sedang
(7,0-9,9
g/dL),
dan
anemia berat ( di bawah 7,0
g/dL).
2
Antropometri Pengukuran dimensi tubuh bayi Numerik
bayi
baru baru lahir. Pengukuran yang
lahir
sering dilakukan adalah berat
badan,
lingkar
kepala,
dan
panjang badan.
3
Berat
lahir
bayi Berat bayi lahir adalah berat Numerik
bayi yang ditimbang dalam 1
jam pertama setelah bayi lahir.
Berat bayi lahir diukur dalam
satuan gram. Berat bayi lahir
dikatakan rendah apabila < 2500
g.25
4
Lingkar
Lingkar kepala lahir normal Numerik
kepala
adalah antara 33 cm sampai 38
cm.25
5
Panjang
Panjang badan adalah panjang Numerik
badan
badan bayi yang diukur ketika
keadaan
ekstensi.
Rata-rata
panjang badan lahir normal
adalah 48 cm – 53 cm.26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Data penelitian diambil dari data sekunder pasien yang melahirkan di
Bagian Obstetri dan Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto yang tercatat dari bulan
November 2013 sampai dengan Februari 2014. Pasien yang diikutsertakan dalam
penelitian ini berjumlah 30 orang. Karakteristik dasar pasien dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian
Karakteristik
Kategori
Mean  Standar Deviasi
Median(Min-
Jumlah
Persentase (%)
Max)
Usia (tahun)
Paritas
Jenis Persalinan
20-25
9
30.0
26-30
10
33.3
31-35
6
20.0
36-40
5
16.7
Nulipara
9
30.0
Primipara
13
43.3
Nulipara
8
26.7
SC
21
70.0
Spontan
9
30.0
0
0.00
5
16.7
7
23.3
≥ 11,0 (normal)
18
60.0
Laki-Laki
17
56.7
13
43.3
1
3.3
29
96.7
Kadar Hb
< 7,0 (Anemia
Trimester 3
berat)
29.035.02
11.391.65
(g/dL)
7,0-9,9 (Anemia
sedang)
10-10,9 (anemia
ringan)
Jenis kelamin
bayi lahir
Perempuan
Berat Badan
<2500 g (Berat
Bayi Lahir (g)
bayi lahir rendah)
3210359.4
≥2500 g (Normal)
28
29
Lanjutan Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian
Karakteristik
Kategori
Mean  Standar Deviasi
Median (Min-
Jumlah
Persentase (%)
0
0.0
30
100.0
3
10.0
27
90.0
Max)
Panjang Badan
< 48 cm
50(48-53)
Bayi Lahir (cm)
≥ 48 cm
Lingkar Kepala
< 33 cm
34.331.6
Bayi Lahir
≥ 33 cm
Pada karakteristik dasar subjek penelitian, deskripsi variabel bergantung
pada distribusi data. Bila distribusi data normal, maka disajikan dalam nilai rerata
dan simpang baku. Bila distribusi data tidak normal, maka disajikan dalam nilai
median, disertai nilai minimum dan maksimum.27
4.1.2 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah bentuk analisis terhadap tiap variabel yang
diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen dalam bentuk
distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil analisis univariat dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Karakteristik Variabel Penelitian
Variabel
Kategori
Mean 
Median(Min-
Standar
Max)
Jumlah
Persentase (%)
0
0.00
5
16.7
7
23.3
18
60.0
Deviasi
Kadar Hb
< 7,0 (Anemia
11.39
Trimester 3
berat)
1.65
7,0-9,9 (Anemia
sedang)
10-10,9 (Anemia
ringan)
≥ 11,0 (normal)
30
Lanjutan Tabel 4.2 Karakteristik Variabel Penelitian
Variabel
Kategori
Mean 
Median(Min-
Standar
Max)
Jumlah
Persentase (%)
Deviasi
Berat Badan
<2500 g (Berat
3210
Bayi Lahir
bayi lahir rendah)
359.4
≥2500 g (Normal)
Panjang Badan
< 48 cm
50(48-53)
1
3.3
29
96.7
0
0.00
30
100.00
Bayi Lahir
≥ 48 cm
Lingkar Kepala
< 33 cm
34.331.6
3
10.0
27
90.0
Bayi Lahir
≥ 33cm
Dalam penelitian ini, kadar hemoglobin ibu pada trimester ketiga sebagai
variabel independen, dibagi menjadi empat kategori, yaitu Hb kurang dari 7,0
g/dL (anemia berat) sebanyak 0 orang (0,0 %), Hb 7,0 sampai 9,9 g/dL (anemia
sedang) sebanyak 5 orang (16,7 %), Hb 10 sampai 9,9 g/dL (anemia ringan)
sebanyak 7 orang (23,3 %), dan Hb ≥ 11 g/dL (normal) sebanyak 18
orang (60,0 %). Sebaran kadar hemoglobin ibu pada trimester ketiga didominasi
oleh kelompok dengan Hb normal berjumlah 18 orang (60,0 %).
Berat badan bayi lahir dibagi menjadi dua kategori, yaitu berat kurang
dari 2500 g (berat bayi lahir rendah) sebanyak 1 orang, dan berat ≥ 2500 g (berat
bayi lahir normal) sebanyak 29 orang. Sebaran berat badan bayi lahir didominasi
oleh kelompok dengan berat bayi lahir normal, yang berjumlah 29 orang (96,7%).
Panjang badan bayi lahir dibagi menjadi dua kategori, yaitu panjang
badan < 48 cm dan panjang badan ≥ 48 cm (normal). Tidak ada sebaran data pada
bayi dengan panjang badan < 48 cm. Semua data yang diperoleh adalah kelompok
dengan panjang badan ≥ 48 cm sebanyak 30 orang (100%).
Lingkar kepala bayi lahir dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkar kepala
bayi < 33 cm (mikrosefali) sebanyak 3 orang (10,0%), dan lingkar kepala
bayi ≥ 33 cm (normal) sebanyak 27 orang (90,0%). Sebaran data lingkar kepala
31
bayi lahir didominasi oleh kelompok dengan lingkar kepala bayi ≥ 33cm (normal)
sebanyak 27 orang (90,0%).
4.1.3 Uji Normalitas Data
Sebelum data numerik dimasukkan ke dalam uji statistik korelatif, maka
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data.27 Uji normalias data yang digunakan
adalah uji normalitas data metode analitis Shapiro-Wilk. Metode analitis
digunakan dengan alasan lebih sensitif, dan uji Shapiro-Wilk digunakan karena
sampel pada penelitian ini ≤ 50 sampel.27 Hasil uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.3 Uji Shapiro-Wilk
Variabel
Nilai p uji Shapiro-Wilk
Kadar Hemoglobin Ibu
0.99
Hamil trimester ketiga
Berat badan bayi lahir
0.61
Panjang badan bayi
0.01
lahir
Lingkar kepala lahir
0.26
Ketentuan uji Shapiro-Wilk adalah bila nilai p > 0,05, maka distribusi data
dikatakan normal. Pada hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan bahwa kadar
hemoglobin (nilai p = 0,99), berat bayi lahir (nilai p = 0,61), dan lingkar kepala
lahir (nilai p = 0,26) memiliki distribusi data yang normal. Bila distribusi data
normal, maka untuk uji statistik korelatif dapat menggunakan uji parametrik
Pearson. Pada variabel panjang badan bayi lahir (nilai p = 0,01) didapatkan nilai
p < 0,05, maka uji statistik korelatif yang digunakan adalah uji nonparametrik
Spearman.
32
4.1.4 Analisis Bivariat
4.1.4.1 Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga
dengan Berat Badan Bayi Lahir
Tabel 4.4 Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester
Ketiga dengan Berat Badan Bayi Lahir
Berat badan bayi lahir
Kadar Hb
r
-0.408
p
0.025
n
30
*Uji Pearson
Uji yang digunakan adalah uji Pearson. Nilai korelasi (r)
menunjukkan adanya korelasi sedang antara kadar hemoglobin ibu
hamil trimester ketiga dan berat badan bayi lahir, dengan arah
korelasi negatif. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05
menunjukkan terdapat
korelasi yang bermakna antara kadar
hemoglobin ibu hamil trimester ketiga dan berat badan bayi lahir.
Selain dilakukan uji Pearson, dilakukan uji statistik bivariat
kategorik dengan uji kemaknaan statistik Kolgomorov-Smirnov.
Kategori kadar hemoglobin yang digunakan adalah berdasarkan
kategori WHO. Pada kategori anemia berat tidak dilakukan analisis
bivariat kategorik karena frekuensinya 0,0 %. Hasil analisis bivariat
kategorik dapat dilihat pada tabel berikut.
33
Tabel 4.5 Analisis Bivariat Kategorik antara Kadar Hemoglobin
dan Berat Badan Bayi Lahir
Berat Badan Bayi Lahir
Normal
Kadar
Anemia
Hb
Sedang (7,0-
Rendah
p
n
%
N
%
5
100
0
0
7
100
0
0
17
94.4
1
5.6
29
96.7
1
3.3
1.00
9,9 g/dL)
Anemia
Ringan
(10-
10,9 g/dL)
Normal ( ≥ 11
g/dL)
Total
Pada uji kemaknaan statistik Kolmogorov-Smirnov untuk
hubungan antara kadar Hb ibu hamil pada trimester ketiga dengan
berat badan bayi lahir didapatkan nilai p > 0,05. Maka, secara
statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak
bermakna antara kadar hemoglobin dengan berat badan bayi lahir.
4.1.4.2 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga
dan Panjang Badan Bayi Lahir
Tabel 4.7 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester Ketiga dan Panjang Badan Bayi Lahir
Panjang badan bayi lahir
Kadar Hb
R
-0.218
P
0.248
N
30
*Uji Spearman (Nonparametrik)
34
Uji yang digunakan adalah uji Spearman karena distribusi
data yang tidak normal. Nilai korelasi (r) menunjukkan adanya
korelasi lemah antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester ketiga
dan panjang badan bayi lahir, dengan arah korelasi negatif. Hasil
uji statistik didapatkan nilai p > 0,05 menunjukkan terdapat
korelasi yang tidak bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil
trimester ketiga dan panjang badan bayi lahir.
Pada panjang badan lahir, tidak dilakukan analisis bivariat
kategorik karena jumlah sel kurang dari 2 x 2 karena tidak
didapatkan data panjang badan lahir yang rendah. Persyaratan
analisis bivariat kategorik adalah jumlah sel minimal 2 x 2 atau
lebih.27
4.1.4.3 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga
dan Lingkar Kepala Bayi Lahir
Tabel 4.7 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester Ketiga dan Lingkar Kepala Bayi Lahir
Lingkar kepala bayi lahir
Kadar Hb
r
-0.288
p
0.123
n
30
*Uji Pearson
Uji yang digunakan adalah uji Pearson. Nilai korelasi (r)
menunjukkan adanya korelasi lemah antara kadar hemoglobin ibu
hamil trimester ketiga dan lingkar kepala bayi lahir, dengan arah
korelasi negatif. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05
menunjukkan terdapat korelasi yang tidak bermakna antara kadar
hemoglobin ibu hamil trimester ketiga dan lingkar kepala bayi
lahir.
35
Tabel 4.8 Analisis Bivariat Kategorik antara Kadar Hemoglobin
dengan Lingkar Kepala Lahir
Lingkar Kepala Bayi Lahir
Normal
Kadar
Anemia
Hb
Sedang
Rendah
p
n
%
N
%
5
100
0
0
6
85.7
1
14.3
16
88.9
2
11.1
27
90.0
3
10.0
1.00
(7,0-9,9
g/dL)
Anemia
Ringan (1010,9 g/dL)
Normal ( ≥
11 g/dL)
Total
Pada analisis bivariat kategorik, didapatkan bahwa nilai p >
0,05. Maka, secara statistik kesimpulannya adalah ada hubungan
yang tidak bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil pada
trimester ketiga dengan lingkar kepala bayi lahir.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional pada 30 pasien yang melahirkan di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam kurun waktu dari bulan November 2013
sampai bulan Februari 2014. Pasien-pasien tersebut telah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Sebagian besar pasien berusia
antara 26 sampai 30 tahun sebanyak 10 orang (33,3%) dan primipara 13
orang (43,3%). Jenis persalinan yang digunakan oleh pasien sebagian besar adalah
36
sectio caesaria sebanyak 21 orang (70%). Kadar hemoglobin ibu hamil trimester
ketiga didominasi oleh kelompok dengan Hb normal sebanyak 18 orang (60%).
Jenis kelamin bayi lahir paling banyak adalah laki-laki sejumlah 17
orang (56,7%). Berat badan bayi lahir yang didapatkan ≥ 2500 g (normal)
sebanyak 29 orang (96,7%). Panjang badan bayi lahir seluruhnya yang didapat
adalah > 48 cm (100%). Lingkar kepala bayi lahir didapatkan paling banyak
dengan lingkar kepala normal sebanyak 27 orang (90,0 %).
4.2.2 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga
dengan Berat Badan Bayi Lahir
Pada penelitian ini menunjukkan adanya korelasi negatif yang bermakna
antara kadar hemoglobin ibu hamilpada trimester ketiga dengan berat badan bayi
lahir. Korelasi negatif dapat diartikan bahwa semakin besar hemoglobin, maka
semakin kecil berat badan bayi lahir yang didapatkan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Hassan NE, dkk24, yang juga menunjukkan
adanya korelasi negatif antara hemoglobin ibu hamil dan berat badan bayi lahir.
Bila dilihat dari hasil analisis bivariat kategorik, tidak ada hubungan yang
bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga dengan berat
badan bayi lahir. Hasil ini berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Telatar B,
dkk5 yang menyatakan adanya perbedaan efek antara anemia ringan, sedang, dan
berat dengan berat badan bayi lahir. Namun, hal ini semakin menguatkan hasil uji
Pearson yang didapatkan bahwa keadaan anemia tidak berhubungan dengan
kejadian berat bayi lahir rendah. Sebaliknya, bila kadar hemoglobin semakin
tinggi, maka berat badan bayi lahir yang didapatkan semakin kecil.
Adanya perubahan fisiologis berupa peningkatan ekspansi plasma darah
yang menyebabkan peningkatan volume darah, menjadi sangat penting untuk
penyediaan gizi untuk janin dan plasenta yang tumbuh.9 Gizi yang diterima oleh
janin dapat disimpan berupa lemak, yang bisa dinilai melalui berat badan lahir.
Kegagalan ekspansi plasma darah yang ditunjukkan melalui tingginya hemoglobin
37
dan hematokrit menunjukkan hasil yang buruk pada pertumbuhan janin, terutama
pada nilai Hb 13,3-17,0 g/dL.28
4.2.3 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga
dengan Panjang Badan Bayi Lahir
Pada penelitian ini didapatkan adanya korelasi negatif yang tidak
bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga dengan
panjang badan bayi lahir. Hasil analisis bivariat kategorik tidak bisa didapatkan
karena tidak memenuhi persyaratan yang sebelumnya telah dibahas. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hassan NE,
dkk24, yang didapatkan adanya korelasi negatif yang bermakna antara kadar
hemoglobin ibu hamil dengan panjang badan bayi lahir. Namun, hasil yang sama
dengan penelitian ini didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Laflamme
EM.29 Pada penelitiannya didapatkan bahwa hubungan antara kadar hemoglobin
ibu hamil dengan panjang badan bayi lahir memiliki p value > 0,05, yang berarti
tidak ada korelasi yang bermakna antara kedua variabel tersebut. 29
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yokoyama Y, dkk30, bahwa panjang
badan bayi lahir paling dipengaruhi oleh usia kehamilan dan indeks massa tubuh
maternal. Wanita yang memiliki indeks massa tubuh < 26,0 kg/m2 akan memiliki
bayi dengan panjang badan 1,5 cm lebih panjang daripada wanita yang memiliki
indeks massa tubuh < 19,8 kg/m2.
Tidak adanya data panjang badan lahir < 48 cm berpengaruh pada hasil uji
stastistik yang menunjukkan tidak adanya korelasi bermakna antara hemoglobin
ibu hamil pada trimester ketiga dengan panjang badan bayi lahir.
4.2.4 Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga
dengan Lingkar Kepala Bayi Lahir
Pada penelitian ini didapatkan korelasi negatif yang tidak bermakna antara
kadar hemoglobin ibu hamil trimester ketiga dengan lingkar kepala bayi lahir.
Hasil yang sama juga didapatkan dari analisis bivariat kategorik, bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester ketiga dengan
38
lingkar kepala bayi lahir. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Hutabarat MR31
melalui penelitiannya di RSUP Adam Malik Medan bahwa tidak ada hubungan
antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan lingkar kepala bayi lahir.
Studi oleh Telatar, dkk5, bahwa lingkar kepala bayi lahir dipengaruhi
secara negatif oleh anemia maternal, yang berarti bahwa anemia berat memiliki
hubungan yang lebih signifikan. Adanya perbedaan jumlah sampel dan
karakteristik sampel maka didapatkan juga hasil penelitian yang bervariasi.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain sebagai berikut:
1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan
cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder pasien, sehingga
tidak dapat melihat kriteria inklusi atau eksklusi dengan tepat, hanya
mengandalkan kelengkapan data sekunder. Kemungkinan bias akan sangat
mungkin dimiliki. Selain itu, etiologi anemia pada kehamilan juga tidak
diketahui pasti karena hanya mengandalkan kelengkapan data sekunder.
2. Asal Populasi
Sampel yang diambil hanya dari satu rumah sakit sehingga tidak bisa
membandingkan dengan populasi lain pada rumah sakit lainnya.
3. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang sedikit berpengaruh pada hasil yang didapatkan,
sehingga terdapat keterbatasan dalam menggambarkan hubungan kadar
hemoglobin ibu hamil trimester ketiga dengan pengukuran antropometri bayi
baru lahir.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada distribusi frekuensi sampel, diperoleh usia sampel paling banyak
adalah 26-30 tahun
sebanyak 10 orang (33,3%), dan karakteristik
hemoglobin paling banyak adalah normal sebanyak 18 orang (60,0%).
2. Pada pengukuran antropometri bayi baru lahir, dari 30 sampel didapatkan
berat badan bayi lahir normal sebanyak 29 orang (96,7%), panjang badan
bayi lahir normal sebanyak 30 orang (100%), dan lingkar kepala bayi lahir
normal sebanyak 27 orang (90 %). Untuk berat bayi lahir rendah
didapatkan sebanyak 1 orang (3%) dan lingkar kepala lahir rendah
didapatkan sebanyak 3 orang (10%).
3. Terdapat korelasi negatif yang bermakna antara kadar hemoglobin ibu
hamil trimester ketiga dengan berat badan bayi lahir, dengan nilai
p = 0,025 (p < 0,05).
4. Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil
trimester ketiga dengan panjang badan bayi lahir, dengan nilai p = 0,248
(p > 0,05).
5. Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil
trimester ketiga dengan lingkar kepala bayi lahir, dengan nilai p = 0,123
(p > 0,05).
6. Pada analisis bivariat kategorik, didapatkan hubungan yang tidak
bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga dengan
berat badan bayi lahir, panjang badan bayi lahir, dan lingkar kepala bayi
lahir (p > 0,05).
39
40
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kadar hemoglobin
ibu trimester ketiga dengan pengukuran antropometri bayi baru lahir,
dengan karakteristik subjek penelitian dan jumlah sampel yang lebih
banyak sehingga memungkinkan terlihatnya hubungan secara signifikan.
2. Untuk pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi ibu hamil berupa asuhan prenatal dan penyuluhan pentingnya
menjaga kadar hemoglobin dalam upaya mencegah terjadinya bayi dengan
ukuran lahir kecil.
3. Untuk tenaga medis dan pelayanan kesehatan agar mensosialisasikan
pentingnya asuhan prenatal, agar lebih memahami pentingnya asuhan
prenatal dan timbul inisiatif dari ibu hamil untuk melakukan asuhan
prenatal.
4. Bagi masyarakat terutama ibu hamil, agar melakukan asuhan prenatal
secara rutin untuk pemantauan kesehatan ibu dan janin selama masa
kehamilan dan mencegah dampak-dampak buruk bagi ibu dan janin yang
sewaktu-waktu dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland N. Kamus kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.
2. de Benoist, McLean E, Egli I, Cogswell M, editor. Worldwide prevalence
of anaemia 1993-2005 : WHO global database on anemia. Switzerland:
WHO Press; 2008.
3. Kementrian
Kesehatan.
Laporan
Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar,
RISKESDAS Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2008.
4. Bora R, Sable C, Wolfson J, et al. Prevalence of anemia in pregnant
women and its effect on neonatal outcomes in Northeast India. Journal of
Maternal-Fetal and Neonatal Medicine. 2013; 27(9): 887-91.
5. Telatar B, Comert S, Vitrinel A, Erginoz E, Akin Y. The effect of maternal
anemia on anthropometric measurements of newborns. Saudi Med J.
2009;30(3):409-12.
6. Hynes G, Cooper C, Dennison E. Parental determinants of neonatal
anthropometry. In: Preedy VR. , editor. Handbook of anthropometry:
physical measures of human form in health and disease. New York:
Springer; 2012. p.1033-43.
7. Palotto EK, Kilbride HW. Perinatal outcome and later implications of
intrauterine growth restriction. Clin Obstet Gynecol. 2006; 49(2): 257-69.
8. Madaan G, Bhardwaj AK, Narang S, Sharma PD. Effects of third trimester
maternal hemoglobin upon newborn anthropometry. J Nepal Paediatr Soc.
2013; 33(3): 186-9.
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Spong CY, editor.
William Obstetrics, 23rd Edition. USA: The Mc-Graw Hill Companies;
2010.
10. Chandra S, Tripathi AK, Mishra S, Amzarul M, Vaish AK. Psychological
changes in hematological parameters during pregnancy. Indian J Hematol
Blood Transfus. 2012 Sep; 28(3): 144-6.
41
42
11. Flick
AA,
Kahn
DA.
Maternal
physiology
during
pregnancy:
introduction. In: DeCherney AH, editor. Current diagnosis and treatment
obstetrics and gynecology, 10th edition. USA: The Mc-Graw Hill
Companies; 2007.
12. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems, 7th edition. USA:
Cengage Learning; 2010. p. 393-7.
13. Hattangadi SM, Wong Piu, Zhang L, Flygare J, Lodish HF. From stem cell
to red cell: regulation of erythropoiesis at multiple levels by multiple
proteins, RNAs and chromatin modifications. Blood Journal. 2011;
118(24): 6258-68.
14. Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology: practical
microscopic and clinical diagnosis. Germany: Thieme; 2004. p.30-2.
15. Greer JP, Foerster J, Lukens JN, editor. Wintrobe’s clinical hematology,
11th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins Publisher;2003.
16. Abdulmuthalib. Kelainan hematologik. Dalam: Saifuddin AB, editor. Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. p.775-80.
17. Lee AI, Okam MM. Anemia in pregnancy. Hematol Oncol Clin Am. 2011;
25: 241-59.
18. Aster J. Sistem hematopoietik dan limfoid. Dalam: Kumar V, Cotran RS,
Robbins SL, editor. Buku ajar patologi Robbins edisi 7 volume 2. Alih
bahasa: dr. Brahm U Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007. p.443-66.
19. Lone FW, Qureshi RN, Emmanuel F. Maternal anemia and its impact on
perinatal outcome in a tertiary care hospital in Pakistan. Eastern
Mediterranean Health Journal. 2004; 10(6): 801-7.
20. MacDonald MG, SeshiaMM, Mullett MD, editor. Avery’s neonatology
6th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
21. Chung CS, Myrianthopoulus NC. Factor affecting risks of congenital
malformations. Birth Defect Orig Artic Ser. 1975; 11(10): 1-22.
43
22. Vikstroem J, et al. Birth characteristics in a clinical sample of women
seeking infertility treatment: a case-control study. BMJ Open. 2014; 4(3):
1-8.
23. Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis edisi keempat.
Jakarta: CV Sagung Seto; 2011. p.88-100, 372.
24. Hassan NE, Shalaan AH, El-Masry SA. Relationship between maternal
characteristics and neonatal birth size in Egypt. Eastern Mediterranean
Health Journal.2011; 17(4): 281-9.
25. Sinclair C. Buku saku kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003. p. 331-50.
26. Wong DL. Buku ajar keperawatan pediatrik Wong edisi 6 volume 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. p. 232-3.
27. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat,
dan multivariat dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika; 2013. p.168-79.
28. Amburgey OA, Ing E, Badger GJ, Bernstein IM. Maternal hemoglobin
and its association with birth weight in newborns of mothers with
preeclampsia. J Matern Fetal Neonatal Med. 2009; 22(9): 740-4.
29. Laflamme EM. Maternal hemoglobin concentration and pregnancy
outcome: a study of the effects of elevation in El Alto, Bolivia. MJM. 2010;
13(1): 47-55.
30. Yokoyama Y, Sugimoto M, Ooki S. Analysis of factors affecting
birthweight, birth length and head circumference : study of Japanese
triplets. Twin Res Hum Genet. 2005; 8(6): 657-63.
31. Hutabarat MR. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Lingkar
Kepala Bayi Baru Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2008.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Formulir Data Pasien
Data Ibu
Nama
No. RM
Tanggal Lahir
Usia gestasi
Riwayat
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Kadar Hb
Usia
Alamat
Data Bayi Baru Lahir
No. RM
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Antropometri
Perempuan
Laki-Laki
Berat badan lahir
Panjang badan lahir
Lingkar kepala
lahir
44
g
cm
cm
G
Minggu
P
A
SC
Spontan
g/dL
45
Lampiran 2
Surat Permohonan Penelitian
46
Lampiran 3
Surat Pemberian Izin Penelitian di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
47
Lampiran 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ulfa Rosliana Putri
Tempat, tanggal lahir
: Bogor, 21April 1994
Alamat
: Jl. Margonda Raya Gg. Beringin no. 7 RT 02 RW 08
Pondok Cina, Beji, Depok 16424
No. HP
: +62 878 558 1796
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. SD Muhammadiyah 3 Depok (1999-2005)
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Jakarta (2005-2008)
3. SMA Negeri 109 Jakarta (2008-2011)
4. PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang)
Download