HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN

advertisement
HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA KEHAMILAN DI BPS Ny “ U “
DESA SOOKO KECAMATAN SOOKO
KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN 2014
DEVI ANGGA NINGRUM
11002191
Subject : Kehamilan, Jarak kehamilan, Anemia, Ibu multigravida
DESCRIPTION
Anemia merupakan kondisi ibu dengan konsentrasi Hb kurang karena
kekurangan zat besi. Salah satu penyebab ibu mengalami Anemia adalah
pengaturan jarak kehamilan. masalah anemia pada ibu hamil merupakan
masalah yang sulit ditangani. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan jarak kehamilan dengan kejadian Anemia pada Kehamilan
Desain penelitian merupakan penelitian analitik observasional dengan
rancangan penelitian cross sectional. Variable yang diteliti adalah jarak
kehamilan sebagai variable independen, anemia sebagai variable depeden.
Populasinya yaitu semua ibu multigravida yang datang periksadi BPS Ny”U”
Desa Sooko Kecamatan Sooko Mojokerto sebanyak 30 orang . pengambilan
sampel jenis probability sampling dengan teknik simple random sampling
sebanyak 30 orang. Pengumpulan data dengan mengukur / observasi ( data
primer). Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa menggunakan uji Chi
Square dengan tingkat signifikasi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengahnya dari responden
memiliki jarak kehamilan < 2 tahun yaitu 15 responden (50,0%), sedangkan
kejadian anemia 15 orang mengalami Anemia, mereka yang memiliki jarak
kehamilan < 2 tahun hampir setengahnya mengalami Anemia ringan.
Setelah dilakukan uji Chi Square menunjukkan nilai Pvalue sebesar 0,004
maka nilai Pvalue < 0,05 dan diperoleh Xhitung 10,971. Jadi H0 ditolak artinya
ada Hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada
kehamilan.
Terdapat hubungan antar jarak kehamilan dengan anemia selama
kehamilan. Sebagai tenaga kesehatan kita harus memberi informasi tentang
pentingnya pengaturan jarak kehamilan terutama KB serta memberi konseling
tentang keteraturan ANC dan menkonsumsi tablet Fe.
ABSTRACT
Anemia is the condition of maternal with the lack concentrations of Hb
because of the less iron substances.One of cause that maternals experience
anemia is the requlation of pregnancy rate. The problem of anemia in pregnant
women is difficult to be solved. The purpose of this study is to know the
correlation between pregnancy rate and the incidence of anemia in pregnancy.
Design of this study is analytical observation with cross sectional. The
Variables used in this study are pregnancy rate as the independent variable and
anemia as the dependent variable. The population is all of multigravida women
who come to check up at BPS Ny“U” in Sooko Mojokerto. The sampling used
that is probability sampling with simple random sampling technique consist of
30 women. Collecting data is done with measuring / observation (primer data).
Then the data are analyzed with using Chi Square with significance level 0.05.
The results of the study show that 15 respondents or half of the
respondents have a pregnancy rate < 2 years (50%), meanwhile in the incidence
of anemia 15 respondents who experience anemia, have pregnancy rate < 2 years
that almost a half of them have easy anemia.
After calculating Chi square test the result show the score of Pvalue is 0,004
so score of Pvalue < 0,05 and Xcount 10,971. Thus H0 is rejected and it means there
is a correlation between pregnancy and anemia in pregnancy.
There is a correlation between pregnancy and anemia during pregnancy.
As the health professionals, we must provide information about the importance
of pregnancy rate especially family planning and also give the counseling about
the regularity of the ANC and consuming Fe tablets.
Keyword: Pregnancy, Pregnancy Rate, Anemia
Contributor
: 1. Farida Yuliani, SKM.M.Kes
2. Nurun Ayati Khasanah ,S.ST
Date
: 3 Juni 2014
Type Material
: Laporan Penelitian
Identifier
:
Right
:
Summary
:
LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) menyebutkan pada tahun 2012, tingkat kematian ibu melahirkan
meningkat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dari Tahun 2007, angka
kematian ibu melahirkan tercatat sekitar 228 per 100 ribu kelahiran hidup.
Penyebab langsung kematian ibu adalah Perdarahan 28%, Eklamsi 24%, Infeksi
11%, Partus Lama 5%, Abortus 5%, dan lain-lain. Pendarahan menempati
persentase tertinggi, anemia pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Depkes
2013).
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi
pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada
wanita hamil yang lebih besar dari 50%. Anemia dalam kehamilan juga
berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan ibu, anemia pada kehamilan
merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber
daya manusia. Anemia kehamilan disebut “ potential danger to mother and child”
( Manuaba 2010:237).
Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%,
sedangkan di Amerika hanya 6%, Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1% di
Bogor, Bakta menemukan anemia pada kehamilan sebesar 50,7% di puskesmas
kota Denpasar (Manuaba,2010:238). Defisiensi zat Besi adalah penyeba Anemia
yang sering terjadi pada wanita usia subur dan hamil (51%) diseluruh Dunia,
defisiensi zat besi dapat mengganggu fungsi vital tubuh menyebabkan morbiditas
dan mortalitas (Robson. 2012 :292). Di daerah pedesaan dijumpai ibu hamil
dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak
yang berdekatan , dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi
yang rendah ( Manuaba,2010:238).
Menurut WHO tahun 2013, Kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20%
- 89% dengan menetapkan HB 11 g% (g/dl) sebagai dasarnya. Angka kejadian
anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo swie
Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6%
trimesterII, dan 24,8% pada Trimester III .Pada kehamilan relative terjadi anemia
karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan
volume 30%-40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.jumlah
peningkatan sel darah 18 sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19% (
Manuaba,2010:238). Ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai
puncaknya pada Trimester kedua sebab peningkatan volume plasma terhenti
menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat (
Varney, 2007:623 ).
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Umi Muntadhirah Desa Mangelo
Kecamatan Sooko Kab. Mojokerto pada tanggal 21 Februari 2014 terdapat Data
Tahun 2013 dari 225 Responden, 122 responden (54,2%) mengalami Anemia,
sedangkan 103 Responden (45,8%) tidak mengalami Anemia. Pada bulan Februari
2014 rerdapat 7 responden diperoleh dari Data, 4 (57,1%) ibu mengalami Anemia
sedangkan 3 (42,9%) responden tidak mengalami Anemia.
Kejadian Anemia pada ibu hamil banyak disebabkan karena asupan gizi
yang kurang dan faktor lain adalah jarak kehamilan terlalu dekat
(Sullivan,2009:85). Pengaturan jarak kehamilan yang direalisasikan melalui
program Keluarga Berencana ternyata tidak semudah yang dibayangkan karena
pada kenyataannya masih banyak ibu-ibu muda memiliki jarak kehamilan terlalu
dekat. Data di Indonesia menunjukkan 36 % kelahiran memiliki jarak kelahiran
kurang dari 2 tahun (Dian, 2004). Jarak kehamilan optimal lebih dari 36 bulan,
sedangkan jarak kehamilan dekat antara kurang dari 2 tahun ( BKKBN. 2007).
Terdapat orang tua yang menginginkan anak lebih dari 1, namun masih banyak
kejadian terjadi kehamilan selanjutnya dengan jarak kehamilan singkat, di
masyarakat masih belaku kebiasaan dimana sebagian suami istri hanya berbincang
tentang ukuran keluarga ketika ingin menambah jumlah anak, tetapi tidak detail
hingga menyentuh masalah kesiapan istri untuk menerima kehamilan baru.
Menurut BKKBN (2005) dalam Tukiran (2010) perempuan setelah
melahirkan akan menyusui bayinya dan tidak langsung memperoleh menstruasi
(amenorrhea laktasi) untuk beberapa bulan (6-12 bulan). Selama periode tersebut,
seseorang ibu umunya tidak subur sehingga memberikan kesempatan untuk
memiliki anak dengan jarak kelahiran yang tidak terlalu pendek. Dari kajian
selama ini, terlalu dekat jarak antar kehamilan dapat membahayakan bayi yang
akan dilahirkan karena belum sempurna kondisi fisik alat kandungan ibu. Oleh
karena itu, diperlukan jarak optimal antar dua kelahiran anak, yaitu lebih dari 36
bulan.
Jarak yang terlalu lama antara kehamilan bisa mengurangi manfaat yang
diperoleh dari kehamilan sebelumnya, seperti uterus yang sudah membesar dan
meningkatnya aliran darah ke uterus. Sedangkan jika jaraknya terlalu pendek akan
membuat ibu tidak memiliki waktu untuk pemulihan, kerusakan sistem reproduksi
atau masalah postpartum lainnya. Kebutuhan yang diperlukan ketika menentukan
waktu kehamilan berikutnya, banyak orangtua yang mempertimbangkan beberapa
faktor seperti keuangan, pekerjaan dan usia. Jika seseorang sudah berusia di atas
30 tahun dan memiliki kehidupan yang mapan cenderung tidak terlalu lama
menunda kehamilan.
Dalam keluarga ibu berperan penting , ibu harus memikirkan seluruh asupan
dalam keluarganya, ibu cenderung lebih memperhatikan asupan suami dan
anaknya, jarak anak kurang dari 2 tahun mereka masi dalam naungan orang tua
sehingga ibu lebih terfokus pada anak dibanding dengan kehamilanya. Pada ibu
hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Di sebabkan cadangan zat besi ibu hamil belum pulih, akhirnya terkuras untuk
keperluan janin yang dikandungnya. Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari
laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan banyak. Di samping
itu,kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Jika persediaan
cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh
dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan. Pengaruh anemia terhadap
kehamilan adalah abortus, persalinan prematuritas, berat badan lahir rendah,
hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, bahkan dapat mengakibatkan
kematian pada ibu dan janinya. Ibu hamil dengan anemia zat besi tidak mampu
memenuhi kebutuhan zat besi pada janinya secara optimal sehingga janin sangat
resiko terjadinya gangguan kematangan atau kematuran organ-organ tubuh janin
dan resiko terjadinya prematur ( Tarwoto, 2007:67-68). Jarak kelahiran yang
terlalu dekat juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik
maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan
berbagi kasih sayang dengan orang tuanya.(sulistyawati, 2011:78).
Dengan adanya resiko dalam menentukan jarak kehamilan diperlukan
perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang
aman, sehat, dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting menurunkan
angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan
ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan
psikologi keluarga. Salah satu perencanaan kehamilan antara lain dengan
mengikuti program KB. KB memberi kepada pasangan pilihan tentang kapan
sebaiknya mempunyai anak, jumlah anak, jarak anatar anak yang satu dengan
anak yang lain. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik dengan penelitian
tentang hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada kehamilan.untuk
mencapai keluarga yang sehat dan bahagia.
METODOLOGI
Penelitian ini menurut prosesnya merupakan jenis penelitian Analitik
observasional dengan desain cross sectional, mempunyai dua variable yaitu
variable independen ( jarak kehamilan) dan variable dependen (Anemia). Subjek
pada penelitian ini adalah 30 ibu multigravida dengan jarak kehamilan <2 tahun
dan > 2 tahun dengan menggunakan teknik simple random sampling, data yang
digunakan yaitu data primer dengan uji Chi Square. Tempat dan waktu
penelitianya di BPM Umi Munthadiroh Desa Mangelo Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojoketo dilakukan pada bulan Mei.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari Hasil Penelitian usia kehamilan berada pada usia kehamilan Trimester
III sebanyak 15 responden dari 30 Responden (50,0%). Responden dengan usia
Responden berada pada usia 20-35 tahun sebanyak 22 Responden dari 30
Responden (73,3%). Responden pendidikan SLTA sebesar 17 Responden dari 30
Responden (56,7%). Sedangkan ibu yang bekerja sebanyak 24 Responden dari 30
Responden (80,0%). Responden dengan jarak kehamilan dekat dan optimal
setengahnya sebesar 15 Responden (50,0%). Responden yang mengalami Anemia
dengan Anemia Ringan sebesar 14 Responden dari 30 Responden (46,7%).
Dari Hasil Penelitian diperoleh Data bahwa hampir setengah dari
responden yang memiliki jarak kehamilan dekat mengalami Anemia Ringan
sebanyak 11 Responden dari 30 Responden (36,7%). Setelah dilakukan uji
statistic Chi square dengan taraf signifikasi 0,05 didapatkan Pvalue sebesar 0,004
maka nilai Pvalue < 0,05 dan diperoleh Xhitung 10,971. Jadi H0 ditolak artinya ada
Hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada kehamilan.
Jarak kehamilan merupakan jarak antara kehamilan yang satu dengan
kehamilan berikutnya (BKKBN 2007). Jarak kehamilan berpengaruh terhadap
komplikasi kehamilan dan pertumbuhan janin( Manuaba,2010). Menurut
BKKBN 2007 Jarak kehamilan dekat dapat meningkatkan resiko pada kehamilan
seperti Anemia dan sebagai penyulit saat persalinan karena kondisi rahim ibu
belum pulih sempurna. Jarak kehamilan yang baik bagi seorang ibu untuk hamil
lagi ialah lebih dari 36 bulan atau 3 tahun. Hal ini dimaksudkan supaya kebutuhan
zat besi seorang ibu dapat tercukupi, serta mempersiapkan stamina fisiknya
sebelum hamil berikutnya (koesno,2012).
Ibu dengan jarak kehamilan optimal (>2 tahun) seharusnya lebih tinggi
dibanding jarak kehamilan dekat untuk menciptakan keluarga bahagia karena
dalam keluarga tersebut ibu dapat memberikan perhatian sesuai pada anak
pertama dan kehamilan keduanya. Sedangkan kenyataanya masih terdapat ibu
yang memiliki anak dengan jarak kehamilan <2 tahun.
Ibu hamil dengan Jarak pendek (<2 tahun) seharusnya tidak ada. Namun
karena berbagai faktor yang menyebabkan masih adanya ibu hamil yang memiliki
jarak kehamilan pendek seperti ketakutan untuk melakukan KB serta anggapan
ibu yang salah yakni banyak anak banyak rejeki sehingga seorang ibu tidak
memperhatikan jarak kehamilannya. Maka diperlukan upaya preventif dan
promotif ekstra untuk mencegah terjadinya jarak kehamilan yang pendek.
Pemberian informasi yang tepat dan meningkatkan layanan kesehatan juga harus
dilakukan.
Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto,2007:30).
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab Anemia ialah nutrisi
yang buruk, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan,pendidikan
yang rendah dan ketidakteraturan mengkonsumsi tablet Fe ( Manuaba,2010:238).
Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan resiko tinggi sebagai penyulit saat
persalinan. Pengaruh Anemia pada kehamilan abortus, persalinan prematuritas,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi kordis (<6 g/dl), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, adapun Pengaruh terhadap janin yaitu
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim , IUFD ,berat
badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi
mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensi rendah (
Manuaba, 2010 : 240 ).
Kejadian Anemia masih banyak dijumpai karena ketidakteraraturan
konsumsi tablet Fe karena malas dan kejadian morning sickness yang
menyebabkan ibu malas makan sehingga asupan gizi yang kurang. Ibu dengan
jarak kehamilan dekat mengalami anemia karena mereka bingung membagi waktu
untuk keluarga,anak pertama dan anak yang dikandungnya. Anemia pada ibu
hamil ini sangat mengaganggu kesehatan , karena ibu dengan anemia memiliki
resiko terhadap penyulit saat persalinan dan pengaruh buruk bagi janin yang
dikandungnya. Jiak anemia pada ibu hamil semakin tinggi maka akan semakin
tinggi pula resiko kematian ibu dan janin. Oleh karena itu, Anemia pada ibu hamil
harus segera mendapat penanganan medis secara cepat dan tepat untuk
menghindari terjadinya kematian perinatal maupun maternal. Perlunya konseling
ekstra tentang konsumsi tablet Fe penambah darah disetiap kunjungan ANC .
Sesuai dengan teori bahwa Jarak kehamilan dekat dari sudut kebidanan
dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) yang cukup besar, diantaranya bayi
lahir belum waktunya (preterm), keguguran, Anemia dan berat badan lahir rendah
(BBLR) , cacat bawaan dan tidak optimalnya tumbuh kembang balita yaitu dapat
dipengaruhi jarak kehamilan pendek yaitu kurang dari 2 tahun (BKKBN, 2007).
Salah satu penyakit yang menyertai kehamilan dengan jarak terlalu pendek yaitu
Anemia. Ibu hamil rentan mengalami Anemia karena dalam kehamilan jumlah
darah bertambah karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak
sebanding pertambahanya dengan plasma darah (Mochtara,2011). Sedangkan bila
jarak kehamilan optimal (> 2 tahun) kondisi rahim ibu sudah pulih sempurna dan
fisik ibu sudah siap untuk hamil kembali (Koesno,2012).
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran pendek. Makin sering wanita mengalami kehamilan
dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi akan anemis.
Menurut Manuaba (2010) hal ini disebabkan kurang nutrisi karena setiap
kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia
kehamilan selanjutnya.
Kenyataanya ibu dengan jarak kehamilan dekat <2 tahun lebih banyak
mengalami Anemia. Anemia pada ibu hamil yang paling banyak diderita adalah
Anemia zat Besi, menurut peneliti ini dikarenakan ibu malas mengkonsumsi tablet
Fe dan asupan nutrisi yang kurang . Dari pernyataan responden, ini dikarenakan
mereka sudah makan banyak tetapi belum kenyang, jika mereka terus makan
karena harus memberi gizi pada anak pertamanya dan memberi gizi pada janin
yang dikandungnya takut berlebihan menambah berat badan, dan mereka
seringkali malas untuk minim tablet Fe. Padahal ibu hamil membutuhkan gizi
yang lebih dan wajib minum tablet Fe sebagai tablet penambah darah. Ibu hamil
dengan Anemia merupakan factor kematian maternal dan perinatal.
Jika jarak kehamilan optimal didapatkan 3 responden ibu mengalami
Anemia Ringan , ini dikarenkan ketidakteraturan konsumsi tablet Fe. Jarak
kehamilan berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang
berulang dalam waktu singkat karena akan menguras cadangan zat besi ibu dan
secara fisiologi kandungan ibu belum sempurna pulih. Pengetahuan jarak
kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting untuk diperhatikan
sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali. Jarak kehamilan optimal
juga dapat memberi kesempatan pada ibu untuk mengurus anak pertamanya tanpa
mengurangi kasih sayang, karena biasanya ibu yang memiliki anak dibawah 2
tahun kemudian hamil lagi,mereka sering kali berkurang kasih sayangnya dan
anak juga merasa sudah tidak diperhatikan lagi.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Jarak kehamilan pendek atau
kurang dari 2 tahun akan beresiko mengalami Anemia karena kurangnya zat besi
ibu saat hamil, ibu dengan anemia beresiko mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada janin. Dengan demikian anemia menjadi salah satu
penyebab angka kematian ibu maupun janin.
SIMPULAN
Dari hasil dipembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jarak kehamilan di BPS Ny”U” pada tanggal 14-24 Mei 2014 setengahnya
adalah 50,0% (15 responden) jarak kehamilan terlalu dekat (kurang dari 5
tahun) dan 50,0% (15 responden) jarak kehamilan optimal.
2. Anemia di BPS Ny”U” pada 14-24 Mei 2014 hampir setengahnya mengalami
Anemia Ringan adalah 14 responden (46,7%).
3. Setelah dilakukan uji statistik Chi square didapatkan Xhitung= 10,971 dimana
nilai Asymp.sig. yaitu 0,004 yang berarti p>0,05 artinya H0 diterima,
sehingga tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian
Anemia pada kehamilan di BPS Ny”U”.
REKOMENDASI
1.
2.
Bagi Responden
Diharapkan responden dapat meningkatkan informasi tentang pengaturan
jarak kehamilan yang ideal sehingga dapat menciptakan keluarga sehat daan
bahagia.
Bagi Tenaga Kesehatan
a. Meningkatkan upaya promotif pada masyarakat tentang resiko pada
kehamilan dan persalinan dengan jarak kehamilan pendek dan optimal.
b. Menganjurkan ibu hamil baik dengan jarak pendek, maupun ideal untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin dan melakukan persalinan
ditenaga kesehatan.
c.
3.
4.
Menganjurkan untuk rutin mengkonsumsi tablet Fe sebagai penambah
darah
Bagi Institusi Pendidikan
Menambah literature yang ada guna dapat dijadikan masukan sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang jarak kehamilan .
Bagi Peneliti Selanjutnya
Menggali lagi teori dan kejadian yang terjadi sebagai tambahan pengetahuan
dan informasi untuk penelitian selanjutnya.
Email
Hp
Alamat
: [email protected]
: 087702740830
: Dsn.Kalimalang, Ds.Mayangan, Kec.Gumukmas, Kab. Jember
Download