askep mata dengan gangguan infeksi

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
SISTEM PENGINDRAAN PADA MATA
AKIBAT INFEKSI
Oleh
MUHAMAD GANDA SAPUTRA, SST
Definisi
a.Konjungtivitis
Konjungtivitis (mata merah) adalah inflamasi pada
konjungtiva oleh virus, bakteri, clamydia, alergi, trauma
(sengatan matahari). (Barbara C Long, 1996)
Konjungtivitas adalah inflamasi peradangan konjungtiva
dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat, mata
tampak merah sehingga sering disebut penyakit mata
merah. (Brunner dan suddarth, 2001)
b.Keraktitis
Keraktitis adalah inflamasi pada kornea oleh bakteri,
virus, hespes simplek, alergi, kekurangan vit. A . (Barbara C
Lonf 1996)
Keratitis adalah peradangan pada kornea, keratitis
disebabkan
oleh
mikrobial
dan
pemajanan.
Keraktitis Mikrobial adalah infeksi pada kornea yang
disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus,
jamur/parasit. serta abrasi yang sangat bisa menjadi pintu
masuk bakteri.
Keraktitis Pemajanan adalah infeksi pada kornea yang
terjadi akibat kornea tidak dilembabkan secara memadai
dan dilindungi oleh kelopak mata kekeringan mata dapat
terjadi dan kemudian diikuti ulserasi dan infeksi sekunder
(Brunner dan Suddarth, 2001)
c.Uveitis
Uveitis adalah peradangan pada urea yang
terdiri dari 3 struktur yaitu iris, badan siliar, karoid.
(www.medicastore.com, 2008)
Uveitis adalah invlamasi salah satu struktur
traktus uvea (iris, badan siliar dan karoid). karena
uvea mengandung banyak pembuluh darah yang
memberikan nutrisi pada mata maka jika terjadi
peradangan pada lapisan ini dapat mengakibatkan
gangguan penglihatan. (Brunner dan Suddarth,
2001)
2.Etiologi
a.Keratitis
1) Organisme bakteri
2) Virus
3) Jamur atau parasit(Brunner dan Suddarth, 2001)
b.Konjungtivitis
1) Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur,
parasit)
2) Imunologis (alergi)
3) Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi, misalnya akibat
sinar ultraviolet)
4) Berhubungan dengan penyakit sistemik(Brunner dan
Suddarth, 2001)
c.Uveitis
1) Alergen
2) Bakteri
3) Jamur
4) Virus
5) Bahan kimia
6) Trauma
7) Penyakit sistemik seperti sarkoidosis, kolitis, ulserativa,
spondilitis, ankilosis, sindroma reiter, pars planitis,
toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, nekrosis retina
akut, toksokariasis, histoplamosis, tuberkulosis, sifilis,
sindroma behcel, oflamia simpatetik, sindroma vogthoyanagi-harada, arkoma/limfoma.(www.medicastore.com)
3.Menifestasi Klinis/Tanda dan Gejala
a.Konjungtivitis
Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi
1) Hiperemia (kemerahan)
2) Cairan
3) Edema
4) Pengeluaran air mata
5) Gatal pada kornea
6) Rasa terbakar/rasa tercakar
7) Seperti terasa ada benda asing
b.Keratitis
Manifestasi klinis dari keratitis meliputi :
1) Inflamasi bola mata yang jelas
2) Terasa benda asing di mata
3) Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling
melekat saat bangun
4) Ulserasi epitel
5) Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera
anterior)
6) Dapat terjadi perforasi kornea
7) Ekstrusi iris dan endoftalmitis
8) Fotofobia
9) Mata berair
10)Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol
(Brunner dan Suddarth, 2001)
C.Uveitis
1) Manifestasi klinis dari uveitis meliputi :
Anterior :
1.nyeri mata
2.fotofobia
3.lakrimasi penglihatan kabur
4.pupil kecil
Posterior :
1.penurunan penglihatan
2.tidak nyaman yang ringan pada mata
2) Gejala awal pada uveitis mungkin tidak terlalu berat.
penglihatan menjadi kabur/penderita melihat bintik–bintik
hitam yang nelayang–layang. pada iritis biasanya timbul
nyeri hebat, kemerahan pada sklera (bagian putih mata)
dan fotofobia.(www.medicastore.com)
4.Klasifikasi/Macam–macam
a.Konjungtivitis
1)Konjungtivitis kataral akula/subakuta/kronika
2)Konjungtivitis purulenta
3)Konjungtivitis flikten
4)Konjungstivitis membranasea/pseudomembranasea
5)Konjungstivitis vernal
6)Konjungstivitis atopi
7)Konjungstivitis folikularis non trakoma
8)Konjungstivitis folikularis trahoma
b.Keratitis
1)Keratitis superfisial non ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial dari fuchs
keratitis nomularis dari dimmer
2)Keratitis superfisial ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial ulseratif
keratitis flikten
keratitis herpetika
3)Keratitis profunda non ulseratif
seperti :
keratitis interstisialis
keratitis pustuliformis profunda
4)Keratitis profunda ulseratif
seperti :
keratitis et lagoftalmus
keratitis neuroparalitik
c. Uveitis
1)Uveitis granulomatosa
2)Uveitis non granulomatosa
3)Uveitis campuran(dr. Nana Wijaya, 1993)
5.Pathofisiologi
Sebagian besar inflamasi mata disebabkan oleh makroorganisme, irigasi mekanis, atau
sensitivitas terhadap suatu zat. untungnya inflamasi tersebut tidak meningalkan bekas yang
permanen. inflamasi kornea yang berat atau ulkus kornea dapat menyebabkan kerusakan
kornea yang meyebabkan ganguan penglihatan. komplikasi dari uveitis dapat menimbulkan
perekatan, glaukoma sekunder dan hilang penglihatan.
Sebaian besar inflamasi mata adalah tembel dan konjungstivitis. Tembel adalah infeksi
folikel bulu mata atau kelenjar pinggir kelopak mata yang relatif ringan. Organisme orang yang
sering menginfeksi adalah stafilokokus. Infeksi ini cenderung berkumpul karena organisma
infeksi menyebar dari folikel rambut yang satu ke yang lainnya. Kebersihan yang kurang dan
gangguan kosmetik yang berlebihan dapat merugikan faktor pendukung. Orang–orang
seharusnya diajarkan untuk tidak memencet tembel karena infeksi dapat menyebar dan
menyebabkan selulitis pada kelopak mata.
Konjungtivitis merupakan bagian besar dari penyakit mata dan ada yang akut dan ada
yang kronik. Konjungstivitis bakteri akut biasanya ditularkan oleh kontak langsung. Orang yang
menyentuh matanya dengan jari akan mengkontaminasi benda–benda seperti : handuk atau
lap. Organisme penyebabnya biasanya stafilokokus dan adenovirus. Konjungstivitis sederhana
biasanya tidak lama.
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis menyebabkan trachoma, suatu bentuk
konjungstivitis yang jarang di Amerika Serikat. tetapi bisa menyebabkan kebutaan terutama
bagi orang-orang yang hidup didaerah kering dan pendapatannya rendah, negara-negara di
mediterranean yang panas dan timur jauh. Trachoma timbul mengikuti konjungstivitis akut,
kelopak mata menjadi berparut dan terbentuk granulasi-granulasi di permukaan dalam
kelopak dan menyebar ke kornea yang pada akhirnya menimbulkan hilangnya penglihatan.
Pemeliharaan kebersihan penting untuk mencegah dan mengatasi trachoma. Kornea yang
parut memerlukan transplantasi kornea mata. Konjungstivitis alergi biasanya disertai demam,
kronis dan berulang-ulang.
(Barbara C .Long, 1996)
Komplikasi
a.Konjungstivitis
1) Komplikasi pada konjungstivitis kataral teronik merupakan
segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
2) Komplikasi pada konjungstivitis purulenta adalah seringnya
berupa ulkus kornea
3) Komplikasi pada konjungstivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea
dapat mengganggu penglihatan orang menjadi buta
4) Komplikasi konjungstivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik dapat mengganggu pengelihatan
b.Keratitis
Komplikasi keratitis
1) Hipopion
2) Perforasi kornea
3) Prognosis
c.Uveitis
Komplikasi uveitis
1) Katarak
2) Retinitis proliferans
3) Ablasi retina
4) Glaukoma sekunder, yang dapat terjadi pada
stadium dini dan juga pada stadium lanjut
(dr. Nana Wijana, 1993)
Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan Mata
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
2) Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan
perimeter (sebagai alat pemeriksaan lapang pandangan)
3) Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat
adanya efek epitel kornea)
4) Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui
letak dan adanya kebocoran kornea)
5) Pemeriksaan oftalmoskop
6) Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop
(untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran
normalnya)
(Prof.dr. H. Sidafta Ilyas, SpM , 2008)
b. Therapi Medik
1)Konjungtivitis : Antibiotik topikal, obat tetes
steroid untuk alergi (kontra indikasi pada
hespes simplek virus)
2)Keratitis : Antibiotik topikal untuk infeksi
bakteri, sulfat
atropin, doyuridin untuk herpes simplek
3)Uveitis : Scopoto lamine atau atropine untuk
melebarkan pupil, kompres basah
kortitkosteroid. (Barbara C. Long, 1996)
Penatalaksanaan
a.Konjungtvitis
Penatalaksanaan, konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi,
bergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotik sistemik
atau topikal, bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersih kelopak mata,
atau kompres hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus
diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau
mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk
tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang
sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang
sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang
terpisah. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan.
Untuk mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.
b.Keraktitis
1) Keraktitis Mikrobial
Pasien dengan infeksi kornea berat dirawat untuk pemberian berseri (kadang
sampai tiap 30 menit sekali) tetes anti mikroba dan pemeriksaan berkala oleh
ahli optalmologi cuci tangan secara seksama Harus memakai sarung tangan
setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata Kelopak mata harus
dijaga kebersihannya dan perlu diberi kompres dingin diperlukan aseaminofen
untuk mengontrol nyeri. Dan diresepkan sikloplegik dan midriatik untuk
mengurangi nyeri dan inflamasi
2)Keraktitis Pemajanan
Memplester kelopak mata atau membalut dengan ringan mata yang telah
diberi pelumas. Pada yang mengalami penurunan perlindungan sensori
terhadap kornea dapat dipasang lensa kontak lunak tipe-balutan. Lensa kontak
lunak tipe-balutan dipasang sesuai ukuran. Hal ini untuk mempertahankan
permukaan kornea, mempercepat penyembuhan efek epitel dan memberikan
rasa nyaman perisai kolagen bisa dipergunakan untuk perlindungan kornea
jangka pendek (Brunne dan Suddarth, 2001)
c.Uveitis
Penatalaksanaan Uveitis
1)Pada uveitis anterior kronis (iritis), obat mata dilatar harus
diberikan segera untuk mencegah pembentukan jaringan
parut dan adesi ke lensa. Kortikosteroid lakal dipergunakan
untuk mengurangi peradangan dan kaca mata hitam
2)Pada uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis),
diberikan steroid topikal atau injeksi untuk kasus yang berat
3)Pada uveitis posterior (peradangan yang mengenai
khoroid/retina) biasanya berhubungan dengan berbagai
macam penyakit sistemik seperti AIDS. Kortikosteroid sistemik
diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama dengan
terapi terhadap keadaan sistemik yang mendasarinya.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
B.ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.Pengkajian ketajaman mata
b.Pengkajian rasa nyeri
c.Kesimetrisan kelopak mata
d.Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
e.Warna mata
f.Kemampuan membuka dan menutup mata
g.Pengkajian lapang pandang
h.Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk
mengetahui adanya pembengkakan 4 inflamasi
( Brunner dan Suddarth, 2001)
2.Analisa Data
a.Data fokus
1)Gatal-gatal
2)Nyeri (ringan sampai berat)
3)Lakrimasi (mata selalu berair)
4)Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau
blepharospasme (kejang kelopak mata)
b.Diagnosa Kemungkinan Penyebab
- Nyeri : pada mata - Edema mata, sekresi, fotofobia,
peningkatan TIO atau inflamasi
- Potensial infeksi, - Kurang pengetahuan
penyebaran ke mata yang tidak sakit
3.Fokus Intervensi
Diagosa Keperawatan
a.Nyeri pada mata berhubngan dengan edema mata, fotofobia dan inflamasi
• Tujuan yang diharapkan :Keadaan nyeri pasien berkurang
• Intervensi
1)Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan
membersihkan mata
• 2)Kompres basah dengan NaCL dingin
Rasionalisasi : mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal yang
berat
• 3)Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zatzat kimia dari mata
(Barbara C .Long, 1996)
• 4)Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
Rasionalisasi : cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman
• 5)Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
(Brunner dan Suddarth, 1996)
b.Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea
Tujuan yang diharapkan :Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam
batas situasi individu.
Intervensi
1)Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab
kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap
mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi, biasanya hanya satu
mata diperbaiki per prosedur.
2)Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan
menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperatif
(Marilynn E. Doenges, 2000)
c.Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan
kurang pengetahuan
Tujuan yang diharapkan :Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
(Barbara C .Long, 1996)
Intervensi
1)Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya
Rasionalisasi : mencegah komplikasi
2)Lakukan tehnik steril
R asionalisasi : mencegah infeksi silang
3)Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit
Rasionalisasi : memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara
memproteksi diri
(Tarwoto dan Warunnah, 2003)
d.Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
Tujuan yang diharapkan :Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan
tentang penilaian diri
Intervensi
1)Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan
dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu
melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan
2)Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan
penolakan, syok, marah,dan tertekan
Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas
3)Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong
membagi perasaan dengan orang lain.
Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri individu
dan dapat membagi perasaan kepada orang lain.
4)Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang
dimiliki
(Lynda Jual Carpenito, 1998)
TERIMA KASIH
Download