praktik perawatan tali pusat oleh ibu dengan kejadian

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
PRAKTIK PERAWATAN TALI PUSAT OLEH IBU DENGAN KEJADIAN
INFEKSI TALI PUSAT BAYI BARU LAHIR DI SEMARANG
Sri Rejeki 1, Machmudah 2,Juwarningsih3
1
Dosen Keperawatan Maternitas Fikkes UNIMUS
Email : [email protected]
2
Dosen Keperawatan Maternitas Fikkes UNIMUS
[email protected]
3
Praktisi keperawatan
[email protected]
ABSTRAK
Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi baru lahir. Risiko infeksi
tali pusat mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan praktik perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat bayi baru
lahir. Jenis penelitian deskripitif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu dan bayi baru lahir yang bayinya lahir di RB Rumah
Zakat Semarang. Sampel penelitian yang berjumlah 60 orang menggunakan teknik sampling
jenuh. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
praktik perawatan tali pusat sebagian besar kurang baik sebanyak 33 responden (55,0%). Hasil
penelitian: Ada hubungan yang signifikan antara praktik ibu tentang perawatan tali pusat dengan
kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir dengan nilai p value 0,003 (α< 0,05).
Kata Kunci : pratik perawatan tali pusat, infeksi tali pusat
menderita infeksi tali pusat, dimana
penyebab utamanya adalah persalinan dan
perawatan tali pusat yang tidak bersih
(WHO, 2009).
1. PENDAHULUAN
Infeksi merupakan salah satu penyebab
penting tingginya angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir di seluruh dunia.
World Health Organization (WHO)
memperkirakan 4 juta anak meninggal
selama periode neonatal setiap tahunnya,
terutama di negara berkembang dengan
infeksi sebagai penyebab utama. Sebanyak
300.000 bayi dilaporkan meninggal akibat
tetanus, dan 460.000 lainnya meninggal
karena infeksi berat dengan infeksi tali
pusat (omfalitis) sebagai salah satu
predisposisi penting. Angka infeksi tali
pusat di negara berkembang bervariasi dari
2 per 1000 hingga 54 per 1000 kelahiran
hidup dengan case fatality rate 0-15%
(Mullany, et al, 2007). Sebagian besar
kematian neonatal akibat infeksi disebabkan
oleh infeksi pada tali pusat. Bayi dengan
tetanus
neonaturum
biasanya
juga
Tali pusat merupakan jalan masuk utama
infeksi sistemik pada bayi baru lahir
(Shafique, 2006). Sekitar 23% sampai 91%
tali pusat yang tidak dirawat dengan
menggunakan antiseptik akan terinfeksi
oleh kuman staphylococcus aureus pada 72
jam pertama setelah kelahiran (Anderson,
2007). Kuman ini dapat menyebabkan
pustula, konjungtivitis, pyoderma dan
omfalitis atau infeksi pusat. Tanpa
pengobatan, dapat terjadi kematian dalam
beberapa hari (Hamilton, 2005). Laporan
terbaru dari Janssen (2007) menyebutkan
terjadi peningkatan angka kematian bayi
dari 59% menjadi 85% akibat omfalitis.
Omfalitis diartikan sebagai eritema (merah,
1145
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
bengkak, dan/ atau panas) pada kulit perut
di sekitar umbilikal dengan jarak lebih dari
5mm dari umbilikus (Janssen, 2007). Risiko
infeksi tali pusat pada bayi baru lahir dapat
dicegah dengan perawatan tali pusat yang
baik (Liyah,2013).
UAD, Yogyakarta
mengatasi masalah tingginya infeksi tali
pusat pemerintah dengan melibatkan tenaga
kesehatan telah melakukan pendidikan
kesehatan kepda ibu bagaimana cara
melakukan perawatan tali pusat yang benar.
Namun
hasilnya
belum
dilakukan
penelitian. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan mengetahui bagaimana praktik
perawatan tali pusat bayi baru lahir oleh
ibu.
Perawatan tali pusat sangat penting
dilakukan terutama oleh ibu melahirkan
karena ibu yang lebih mengetahui
perkembangan bayi ssetiap harinya.
Perawatan tali pusat yang baik seperti
menghindari penggunaan bedak dermatol,
dan penggunaan ramuan-ramuan tradisional
yang kurang memperhatikan kesterilannya
(DepKes RI, 2009) sangat penting.
Kenyataan di masyarakat masih banyak ibu
yang mengikuti tradisi budaya yang ada di
masyarakat. Misalnya meletakkan atau
membalutkan ramuan tradisonal ke tali
pusat supaya tali pusat cepat lepas (puput)
atau ditutupi dengan koin agar pusat tidak
bodong. Padahal tindakan tersebut tidak
perlu
dilakukan
justru
dapat
membahayakan. Sehingga jika diberikan
ramuan, bubuk kopi, koin dapat menularkan
kuman. Akibatnya terjadi infeksi atau
tetanus yang sangat membahayakan karena
tingkat
mortalitasnya
tinggi
(Zacharia,2008).
2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskripitif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua ibu dan bayi baru lahir
yang bayinya lahir di RB Rumah Zakat
Semarang berjumlah 60 orang yang diambil
secara keseluruhan (total sampling).
Penelitian dilakukan di RB Rumah Zakat
Semarang. Alat pengumpul data dengan
lembar kuesioner dan lembar observasi.
Data dianalisis secara univariat dan bivariat
dengan uji Chi Square.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik ibu sebagian besar berumur
20-35 tahun sebanyak 46 responden
(81,7%), pendidikan ibu sebagian besar
SMA sebanyak 30 responden (80,0%),
jumlah anak sebagian besar 1 sebanyak 23
responden (38,3%), multigravida sebanyak
37 responden (61,7%), dan status persalinan
normal sebanyak 51 responden (85,0%).
Sedangkan karakteristik bayi sebagian besar
berjenis kelamin perempuan sebanyak 35
responden (58,3%), berusia rata-rata 9
bulan dan berat bayi lahir rata-rata 2906
gram.
Ibu post patum lebih mempercayakan
perawatan bayi kepada orang lain yang
berpengalaman. Ibu post partum sebagian
besar belum mampu melaksanakan
tugasnya sebagai ibu dikarenakan kurang
percaya akan kemampuan diri mereka
untuk merawat bayi yang benar, salah
satunya tentang perawatan tali pusat.
Fenomena tersebut merupakan masalah
yang sering ditemui di masyarakat
(Maylani, 2008 dan Siti 2013). Untuk
1146
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Tabel 1
Distribusi Frekuensi kwalitas Praktik perawatan Tali Pusat oleh ibu di RB Rumah Zakat
Semarang
Praktik Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat
Kurang
Cukup
Baik
Total
Frekuensi
33
21
6
60
Persentase (%)
55,0
35,0
10,0
100,0
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kejadian Infeksi Tali Pusat di RB Rumah Zakat Semarang
Kejadian Infeksi Tali Pusat
Infeksi
Tidak Infeksi
Total
Frekuensi
14
46
60
Persentase (%)
23,3
76,7
100,0
Tabel 3
Praktik Perawatan Tali Pusat oleh ibu Dengan Kejadian Infeksi Tali Pusat Bayi Baru Lahir di
RB Rumah Zakat Semarang
Praktik Perawatan Tali
Pusat oleh ibu
Kurang
Cukup+Baik
Total
Kejadian Infeksi Tali Pusat
Infeksi
Tidak Infeksi
f
%
F
%
13
39,4
20
60,6
1
3,7
26
96,3
14
23,3
46
76,7
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
praktik ibu tentang perawatan tali pusat
kurang dengan kejadian infeksi tali pusat
sebanyak 13 responden (39,4%), praktik
perawatan tali pusat kurang dengan tidak
infeksi tali pusat sebanyak 20 responden
(60,6%), praktik perawatan tali pusat
cukup+baik dengan kejadian infeksi tali
pusat sebanyak 1 responden (3,7%) dan
praktik perawatan tali pusat cukup+baik
dengan tidak infeksi tali pusat sebanyak 26
responden (96,3%).
Berdasarkan uji statistik menggunakan chisquare dengan continuity correction
didapatkan hasil nilai ρ=0,003 berarti lebih
kecil dari taraf signifikansi 5% ( ρ value :
0,003 < α : 0,05). Ini berarti Ha diterima
sehingga ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu tentang perawatan
tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat
bayi baru lahir.
Total
F
33
27
60
%
100,0
100,0
100,0
ρ
value
0,003
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Ibu tentang Perawatan
Tali Pusat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
praktik ibu tentang perawatan tali pusat
sebagian besar kurang sebanyak 33
responden (55,0%). Hal ini terjadi karena
sebagian besar ibu merawat tali pusat
tidak mengganti popok yang telah basah,
tidak memberikan betadine pada tali
pusat, tidak mencuci tangan sebelum
memegang atau membersihkan tali pusat,
ibu menaburi bedak pada tali pusat agar
cepat
mongering,
ibu
tidak
membersihkan tali pusat bayi dengan
sabun saat memandikan bayi, ibu tidak
memandikan bayi sampai tali pusat
putus, ibu tidak menutup tali pusat
dengan kasa steril, ibu tidak menjaga
kelembaban tali pusat dan ibu tidak
menjaga tali pusat bayi agar tidak
terendam saat dimandikan.
1147
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
bahwa semakin bertambah umur
seseorang maka akan semakin banyak
pengalaman yang diterimanya. Pada
umur 20-35 tahun diharapkan ibu lebih
dapat menerima informasi tentang
masalah kesehatan terutama tentang
perawatan tali pusat.
Sesuai
dengan
teori
menurut
Wiknjosastro (2007) bahwa perawatan
tali pusat dilakukan sesudah mandi, tali
pusat harus dibersihkan dan dikeringkan
dengan cara membersihkan pangkal tali
pusat yang ada di perut bayi dan daerah
sekitar dengan kain kasa yang dibasahi
dengan zat antiseptik (betadine, alkohol
70%), dan yang terpenting adalah
membersihkan lipatan tali pusat dengan
perut.
Dilihat dari karakteristik ibu sebagian
besar
pendidikan
SMA
dengan
pengetahuan tentang perawatan tali pusat
kategori kurang, hal ini menunjukkan
bahwa
pendidikan
SMA
tidak
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
perawatan tali pusat, hal ini karena
informasi tentang perawatan tali pusat
tidak diberikan pada pendidikan formal
seperti SMA.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan
cara tali pusat dicuci dengan air bersih
dan sabun bilas dan keringkan betul-betul
dan pertahankan tali pusat dalam keadaan
terbuka dan terkena udara dan tutupi
dengan air bersih secara longgar
(Pusdiknakes, 2013). Pada pangkal tali
pusat dan tali pusat ditutup dengan kain
kasa yang bersih atau steril dan diplester.
Untuk mengurangi insiden infeksi
perumbilikalis, seluruh kulit pada tali
pusat
harus
dibersihkan
dengan
menggunakan
kapas
steril
yang
dicelupkan ke dalam air hangat dan atau
larutan sabun encer. Sedangkan menurut
Oswari (2005) dalam perawatan tali pusat
sebaiknya di kompres dengan alkohol
lalu dipasang gurita, hal ini sama seperti
yang disampaikan oleh Eric (Dedeh,
2005).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Winda (2011)
dengan hasil bahwa cara perawatan tali
pusat sebagian besar kurang baik
sebanyak 16 responden (57,1%). Hasil
penelitian sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pradewi (2014) yang
menyatakan bahwa sebagian besar
responden
berpengetahuan
dalam
kategori kurang tentang perawatan tali
pusat sebanyak 16 responden (53,3%).
2. Kejadian Infeksi Tali Pusat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kejadian infeksi tali pusat sebagian besar
tidak infeksi sebanyak 46 responden
(76,7%). Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian besar keadaan bayi yang tidak
menunjukkan tanda dan gejala infeksi tali
pusat. Tanda dan gejala infeksi tali pusat
seperti tali pusat bayi bernanah, berbau,
berwarna merah, panas, bengkak dan
terdapat area lembut di sekitar dasar tali
pusat seukuran uang logam seratus
rupiah.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa mayoritas umur
responden adalah antara 20-35 tahun
dengan umur terbanyak yaitu 25 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umur 20-35 tahun ternyata memiliki
pengetahuan kurang tentang perawatan
tali pusat. Sebagian besar responden
kurang memahami tentang perawatan tali
pusat. Hal ini terjadi karena ibu belum
mendapatkan
informasi
tentang
perawatan tali pusat. Ibu yang telah
mendapatkan informasi dan pengetahuan
tentang perawatan tali pusat cenderung
lebih mengantitasipasi terjadinya infeksi
tali pusat. Berbeda dengan teori Wawan
dan Dewi (2010) yang menyatakan
Sesuai dengan teori bahwa tanda dan
gejala infeksi tali pusat yaitu apabila
timbul bau menyengat dan terdapat
cairan berwarna merah darah atau bisa
juga berbentuk nanah di sisa tali pusat
1148
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali
pusat mengalami infeksi (Febrina, 2006).
Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada
tempat
tersebut
biasanya
akan
mengeluarkan nanah dan pada bagian
sekitar pangkal tali pusat akan terlihat
merah dan dapat disertai dengan edema.
Pada keadaan yang berat infeksi dapat
menjalar ke hati (hepar) melalui
ligamentum falsiforme dan menyebabkan
abses yang berlipat ganda. Pada keadaan
menahun dapat terjadi granuloma pada
umbilikus (Prawirohardjo, 2008). Jika
tali pusat bayi bernanah atau bertambah
bau, berwarna merah, panas, bengkak,
dan ada area lembut di sekitar dasar tali
pusat seukuran uang logam seratus
rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali
pusat (Sean, 2004).
UAD, Yogyakarta
berat badan lahir rendah, jenis kelamin
dan kelainan congenital. Bayi laki-laki
terpapar infeksi tali pusat 4x lebih sering
dari bayi perempuan.
Hasil penelitian terdapat 23,3% bayi
yang mengalami infeksi tali pusat, hal ini
terjadi karena masih banyak ibu bayi
yang mengikuti tradisi budaya yang ada
seperti meletakkan atau membalutkan
ramuan tradisonal ke tali pusat supaya
tali pusat cepat lepas (puput) atau
ditutupi dengan koin agar pusat tidak
bodong. Infeksi tali pusat juga
dipengaruhi oleh ibu tidak melakukan
praktik perawatan tali pusat yang baik
dan benar sesuai anjuran tenaga
kesehatan.
Didukung oleh teori bahwa kenyataan di
masyarakat masih banyak ibu yang
mengikuti tradisi budaya yang ada di
masyarakat. Misalnya meletakkan atau
membalutkan ramuan tradisonal ke tali
pusat supaya tali pusat cepat lepas
(puput) atau ditutupi dengan koin agar
pusat tidak bodong. Padahal tindakan
tersebut tidak perlu dilakukan justru
dapat membahayakan. Sehingga jika
diberikan ramuan, bubuk kopi, koin dapat
menularkan kuman. Akibatnya terjadi
infeksi atau tetanus yang sangat
membahayakan
karena
tingkat
mortalitasnya tinggi (Zacharia,2008).
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya infeksi tali pusat pada bayi
baru lahir adalah faktor kuman, proses
persalinan dan faktor tradisi (Mieke,
2006). Pusponegoro (2010) menyatakan
bahwa faktor yang berhubungan dengan
risiko infeksi tali pusat pada bayi baru
lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori:
risiko prenatal, risiko nosokomial dan
risiko neonatal. Faktor risiko prenatal
meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan
infeksi selama kehamilan. Faktor
nosokomial
yang
dapat
menjadi
predisposisi neonatus terkena infeksi
meliputi: lama rawat, prosedur invasif,
ruang
perawatan
penuh,
staf
perawatan,prosedur cuci tangan dan
pengetahuan dan perilaku ibu dalam
perawatan tali pusat.
Ibu post patum lebih mempercayakan
perawatan bayi kepada orang lain yang
berpengalaman. Ibu post partum sebagian
besar belum mampu melaksanakan
tugasnya sebagai ibu dikarenakan kurang
percaya akan kemampuan diri mereka
untuk merawat bayi yang benar, salah
satunya tentang perawatan tali pusat.
Fenomena tersebut merupakan masalah
yang sering ditemui di masyarakat
(Maylani, 2008 dan Siti 2013).
Hasil penelitian ini sebagian besar bayi
tidak mengalami kejadian infeksi tali
pusat, hal ini terjadi karena dilihat dari
karakteristik bayi sebagian besar bayi
adalah perempuan dan sebagian besar
bayi tidak mengalami berat badan bayi
lahir rendah, sehingga bayi tidak mudah
terpapar infeksi tali pusat. Didukung oleh
teori Pusponegoro (2010) bahwa faktor
yang mempengaruhi terjadinya infeksi
tali pusat yaitu faktor neonatal meliputi:
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2010) yang
menyatakan bahwa sebagian besar bayi
1149
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
(73%) tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi tali pusat.
UAD, Yogyakarta
memadai tentang cara perawatan tali
pusat. Perawatan tali pusat adalah
melakukan pengobatan dan mengikat tali
pusat yang menyebabkan pemisahan fisik
ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat
di rawat dalam keadaan bersih dan
terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar
akan menimbulkan dampak positif yaitu
tali pusat akan puput pada hari ke-5 dan
hari ke-7 tanpa ada komplikasi,
sedangkan
dampak
negatif
dari
perawatan tali pusat yang tidak benar
adalah bayi akan mengalami penyakit
tetanus neonatorum. Tujuan perawatan
tali pusat adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tetanus pada bayi
baru lahir yang disebabkan karena
masuknya spora kuman tetanus ke dalam
tubuh melalui tali pusat baik dari
alat,pemakaian obat-obatan, bubuk atau
daun yang di taburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi
(Depkes RI, 2009).
3. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Perawatan
Tali
Pusat
Dengan
Kejadian Infeksi Tali Pusat Bayi Baru
Lahir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu tentang perawatan tali
pusat dengan kejadian infeksi tali pusat
bayi baru lahir dengan nilai p value 0,003
(α< 0,05). Hal ini berarti semakin baik
pengetahuan tentang perawatan tali pusat
maka semakin tidak terinfeksi tali pusat
bayi baru lahir, meskipun pengetahuan
perawatan tali pusat baik tidak selalu
bayi tidak terinfeksi tali pusat dan infeksi
tali pusat yang terjadi juga tidak selalu
terjadi karena pengetahuan kurang
tentang perawatan tali pusat.
Infeksi pada tali pusat dapat terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor sesuai
dengan teori menurut Mieke (2006)
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya infeksi tali pusat pada bayi
baru lahir adalah faktor kuman, proses
persalinan
dan
faktor
tradisi.
Pusponegoro (2010) menyatakan bahwa
faktor yang berhubungan dengan risiko
infeksi tali pusat pada bayi baru lahir
dapat dibagi menjadi tiga kategori: risiko
prenatal, risiko nosokomial dan risiko
neonatal. Faktor risiko prenatal meliputi:
ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi
selama kehamilan. Faktor nosokomial
yang dapat menjadi predisposisi neonatus
terkena infeksi meliputi: lama rawat,
prosedur invasif, ruang perawatan penuh,
staf perawatan,prosedur cuci tangan dan
pengetahuan dan perilaku ibu dalam
perawatan tali pusat. Faktor neonatal
meliputi: berat badan lahir rendah, jenis
kelamin dan kelainan congenital. Bayi
laki-laki terpapar infeksi tali pusat 4x
lebih sering dari bayi perempuan.
Sebagian besar pengetahuan ibu tentang
perawatan tali pusat baik dengan kejadian
infeksi tali pusat tidak infeksi. Hal ini
menunjukkan
bahwa
pengetahuan
perawatan tali pusat berpengaruh pada
kejadian infeksi tali pusat. Hal ini
didukung oleh teori menurut Liyah
(2013) yang menyatakan bahwa risiko
infeksi tali pusat pada bayi baru lahir
sebenarnya mudah dihindari dengan
perawatan tali pusat yang baik, dan
pengetahuan yang memadai tentang cara
merawat tali pusat.
Perawatan tali pusat sangat penting
diketahui oleh ibu terutama oleh ibu
melahirkan (post partum) agar ibu dapat
memberikan perawatan yang maksimal
pada bayi sehingga bayi dapat tumbuh
dengan baik dan sehat, tidak terinfeksi
melalui tali pusatnya. Pengetahuan ibu
yang baik tentang perawatan tali pusat
akan membuat ibu lebih memahami cara
melakukan perawatan tali pusat yang
benar, seperti menghindari penggunaan
bedak dermatol, dan penggunaan
Infeksi tali pusat tersebut mudah
dihindari dengan perawatan tali pusat
yang baik, dan pengetahuan yang
1150
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
ramuan-ramuan tradisional yang kurang
memperhatikan kesterilannya (DepKes
RI, 2009).
Febrina, (2006).Tali pusat. Diakses dari
www.menoreh.multiply.com.
Tanggal 24 November 2015
Hasil penelitian didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Munjiati (2013)
yang menyatakan bahwa perawatan tali
pusat sebagian besar responden tidak
melakukan dengan benar, dan bayi
sebagian besar tidak terinfeksi tali pusat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Setyaningrum (2012) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kejadian
infeksi tali pusat, didapatkan hasil bahwa
ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu tentang perawatan tali
pusat dengan kejadian infeksi tali pusat
nilai p value 0,012
Hamilton,
(2005).
DasarKeperawatan
Maternitas..Jakarta: EGC
Dasar-
Janssen, (2007). To Dyeor Notto Dye: A
Randomized,
Clinical
Trialofa
Triple Dye /Alcohol Regime Versus
Dry Cord Care PEDIATRICS,
Vol.111, No.1:15-20. Diakses dari
http://pediatrics.aappublications.org/
cgi/reprint/ 111/1/15.pdf. Tgl 11
April 2016
Mieke, (2006).Manajemen kebidanan pada
infeksi tali pusat. Diakses dari
http:ulfahsita.co.id/2013/12/
manajemen-kebidanan-pada-infeksitali-pusat.html. diakses tanggal 18
November 2015
4. KESIMPULAN
Praktik perawatan tali pusat sebagian besar
kurang baik sebanyak 33 responden
(55,0%). Kejadian infeksi tali pusat sebagian
besar tidak infeksi sebanyak 46 responden
(76,7%). Ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu tentang perawatan
tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat
bayi baru lahir dengan nilai p value 0,003
(α< 0,05).
Mullany, et al, (2006). Risk factors for
umbilical cord infection among
newborns of Southern Nepal. Am J
Epidemiol,165:203-211
Munjiati (2013). Hubungan Dukungan
Keluarga
Dengan
Praktik
Perawatan Tali Pusat Di Wilayah
Puskesmas
Bangetayu
Kota
Semarang.( Skripsi Universitas
Muhammadiyah Semarang)
Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
5. DAFTAR PUSTAKA
Anderson, 2007). Management of the
Umbilical Cord: Care Regimens,
Colonization,
Infection,
and
Separation.
Articleneonatology,
Vol.5,No.4:155-163. Diakses dari
http://neoreviews.aappublications.or
g/ cgi/reprint/5/4/e155.pdf. Diakes
Tanggal 11 April 2016
Oswari (2005). Bedah dan perawatannnya.
edisi 4. Jakarta : FKUI
Pradewi, L. S. (2014). Gambaran
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Tali Pusat Neonatus (1-7
Hari) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Temanggung
Kabupaten
Temanggung. (Skripsi Stikes Ngudi
Waluyo)
Dedeh, (2005), Perawatan bayi baru lahir,2.
http//www.
tabloid-nakita.com,
diperoleh tanggal 10 Januari, 2016)
Depkes RI, (2009). Buku kesehatan ibu dan
anak. Jakarta: Depkes RI
Prawirohardjo, (2008). Ilmu kandungan.
Jakarta: YBP-SP
1151
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Pusdiknakes, (2013). Konsep Asuhan
kebidanan. Jakarta : JHPIEGO
Wawan, A dan Dewi, (2010). Pengetahuan,
sikap dan perilaku manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika
Pusponegoro, (2010). Sepsis pada neonatus
(sepsis
neonatal).Sari
Pediatri,Vol.2,No.2:96-102
Sari,
UAD, Yogyakarta
WHO, (2009). Care of the umbilical cord. A
review of the evidence. Terdapat
pada
:
www.who.int/csr/disease/swineflu/en
/inde x.html.
I.M. (2010) Faktor-faktor risiko
prenatal dan neonatal yang
berhubungan
dengan
kejadian
infeksi tali pusat diruang neonates
risiko tinggi Irna dan AK RSUP dr.
M.Djamil Padang. Skripsi FK.
Universitas Andalas
Winda (2011). Studi Deskriptif Dukungan
Keluarga Terhadap Perawatan Bayi
Baru Lahir di Wilayah Kerja
Puskesmas
Kramatsari
Kota
Pekalongan. Skripsi. FKM Undip,
Semarang
Sean, (2004). Infeksi tali pusat. Diakses dari
http://bascommetro.com/2011/10/
infeksi-tali-pusat.html
diaksestanggal 18 November 2015
Wiknjosastro, (2007).
Jakarta : YBP-SP
Setiadi, (2007). Konsep dan penulisan : riset
keperawatan. Yogjakarta : Graha
Ilmu
Setyaningrum (2012). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian infeksi tali
pusat di Desa Bebekan Rw 07
Kecamatan Taman Sidoarjo. (KTI
Stikes Yarsis).
Shafique, (2006). Alcohol Application
Versus Natural Drying of Umbilical
Cord. The Journal of the Pakistan
Medical Association Rawal pindi–
Islamabad, Volume31,Number2,JulDec
2006.
Diakses
dari
http://www.rmj.org.pk/RMJ_JUL_D
EC_2006/PDF/
Alcohol%20Application%20Versus
%20Natural%20Drying.pdf. diakses
tanggal 21 Maret 2016
Siti, S. (2013). Tingkat Pengetahuan Ibu
Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat
Di BPS Finulia Sri Surjati
Banjarsari Surakarta Tahun 2013.
Http://Digilib.Stikeskusumahusada.
Ac.Id/Files/Disk1/9/01-GdlSitisutini-436-1-Sitisut-2.Pdf
diakses tanggal 21 Maret 2016
1152
Ilmu
kebidanan.
Download