ARDELIA - D0210015

advertisement
JURNAL
PERAN HUMAS DALAM SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH
(Studi Peran Humas dalam Sosialisasi Kebijakan Peraturan Pemerintah (PP)
No. 46/2013 Mengenai Pemberlakuan Pajak UKM
di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta)
Disusun Oleh :
ARDELIA DEVY PRATAMI
D0210015
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
PERAN HUMAS DALAM SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH
(Studi Peran Humas dalam Sosialisasi Kebijakan Peraturan Pemerintah (PP)
No. 46/2013 Mengenai Pemberlakuan Pajak UKM di Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta)
Ardelia Devy Pratami
Hamid Arifin
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
In this study the authors describe how the role of public relations in
socializing government policy, Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013, about
the enforcement of taxation for UKM in Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta. The phenomenon which occurs in the tax
office nowadays is the decline of government policy contained in Peraturan
Pemerintah (PP) No. 46/2013. It arranges tax for Usaha Kecil Menengah (UKM).
The regulation becomes valid on July, 2013 and officially implemented on the
early of January, 2014. As a part of public agencies under the authorithy of
Departemen Keuangan Republik Indonesia (Depkeu RI), the public relations of
Kanwil have an obligation to continue the policy and provide insights to the
society. Therefore, the society may understand the new regulation, especially for
businesses who becomes criteria target of regulation and attitudes towards tax
compliance arise. The research is descriptive qualitative which aims to describe,
explain, and analyze the data in depth. The technique of collecting data is
conducted through observation, interviews, documentation and review of the
literature. Whereas, the sampling which is used is Purposive Sampling. The
methods of data analysis used qualitative data analysis where triangulation of
data sources is used to verify the validity of the data. The result of the research
has been done in several ways and approaches targeting all segments of society in
general, includes registered taxpayers and potential taxpayers; it also targets
related segments especially UKM businesses who becomes regulation target
particularly. The activity of public relation undertaken is to establish cooperation
with associations or communities; socialization through the convergence of media
such as printed media, electronic media, and outer space media; running
community approach program; and also direct counseling.
Keywords : Communication, Public Relations, New Regulation
11
Pendahuluan
Secara normatif, seorang Public Relations Officer (PRO atau humas)
dituntut peranannya untuk mampu menjalin, membina serta memelihara hubungan
baik dengan publiknya, baik internal maupun eksternal; dengan tujuan meraih
hubungan yang harmonis, sehingga timbul kepercayaan dan suatu sikap
pengertian bersama antara organisasi atau perusahaan dan publiknya.1 Edward L.
Berneys dalam buku Public Relations, University of Oklahoma Press pun
menyatakan bahwa humas mempunyai tiga macam fungsi, yakni: pertama,
memberikan informasi kepada masyarakat; kedua, persuasi yang dimaksud untuk
mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan
kedua belah pihak; ketiga, usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan
antara lembaga dengan sikap atau perbuatan masyarakat dan sebaliknya.2
Berkaitan dengan hal tersebut, pada 1 Januari 2014, Pemerintah, dalam hal ini,
Direktorat Jenderal Pajak (DJP), resmi menerapkan kebijakan baru yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013 mengenai Pajak UKM dengan
penghitungan final atas Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 1% bagi para pelaku
usaha dengan omzet 0 – 4,8 Miliar per tahun. Sebagaimana tugas utama humas
(PRO) adalah meneruskan penetapan kebijakan, Pun secara struktural, merupakan
bagian integral dari suatu lembaga dimana memiliki fungsi yang melekat pada
manajemen perusahaan (corporate management function) meliputi bagaimana
berperan dalam komunikasi timbal balik (two ways communication) untuk tujuan :
mutual understanding, mutual appreciation, mutual confidence, menciptakan
goodwill, serta memperoleh dukungan publik (public support).3 Oleh karena itu,
peran humas menjadi begitu penting untuk melakukan suatu pendekatan
‘menggaet’ hati publiknya, khususnya para pelaku usaha yang menjadi sasaran
kebijakan.
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar – Dasar Public Relations Teori dan Praktik : Aplikasi
dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2002, h. 12-13.
2
Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi) Edisi
Revisi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1997, h. 20.
3
Ibid., Rosady Ruslan, h. 35.
1
1
12
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II atau dikenal
Kanwil DJP Jateng II, adalah salah satu kantor pajak bagian dari Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang membawahi 12 KPP (Kantor Pelayanan Pajak) dan 6
KP2KP (Kantor Pelayanan Pajak dan Konsultasi Perpajakan). Pada susunan
hierarkinya, kantor pajak ini memiliki satu bidang khusus yang bertugas sebagai
fasilitator penghubung dengan masyarakat luas sebagai publiknya, yakni bidang
Penyuluhan Pelayanan dan Humas (P2 Humas). P2 Humas di Kanwil memiliki
fungsi sebagai Communication Fasilitator yakni, bertindak sebagai komunikator
atau mediator yang membantu manajemen dalam menyampaikan keinginan,
kebijakan dan harapan organisasi kepada publiknya sehingga tercipta saling
pengertian, mempercayai, menghargai dan toleransi yang baik dari kedua pihak.
Mewujudkan visi dan misi perusahaan, seorang humas tidak hanya
menjalankan tugasnya melainkan harus mampu melakukan manajemen yang baik
untuk menjalin hubungan timbal balik dengan publiknya mencakup kecakapan
cara berkomunikasi yang baik dan benar pula. Dalam mencapai komunikasi yang
efektif4, diperlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan situasi,
waktu, tempat dan pendengarnya. Sansudin (1997:14) mengutarakan bahwa
gagalnya penerimaan sesuatu hal baru yang disampaikan kepada masyarakat,
kemungkinan disebabkan oleh kurang ahlinya dalam penguasaan bahan, kurang
ahlinya penyuluh dalam berkomunikasi, atau karena masyarakat terlalu banyak
menghadapi petugas penyuluh. Hal ini menyiratkan bahwa penyuluh dituntut
untuk memiliki kecakapan dan kemampuan dalam menghadapi masyarakat.5 Oleh
karena itu lah, kredibilitas mempunyai posisi yang cukup menentukan agar dapat
dipercaya oleh komunikan.
Aktivitas sosialisasi merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan
bidang P2 Humas Kanwil DJP Jateng II, bagian dari lembaga pemerintah (DJP),
untuk menyebarluaskan informasi dan memberikan pemahaman serta edukasi
secara kontinuitas mengenai perpajakan, sistem perpajakan, tata cara pelaporan
4
Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi) Edisi
Revisi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1997, h. 20h. 107.
5
Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta, Arti Bumi Intaran, 2004, h. 73 – 79.
1
13
Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) serta kebijakan baru kepada
masyarakat luas (external public), khususnya lingkup kerja Kanwil DJP Jateng II
itu sendiri. Dalam hal ini, P2 Humas pun turut berperan dalam menghimbau dan
menyadarkan masyarakat untuk berperan aktif membayarkan pajaknya seperti
yang terbalut dalam beberapa program kerja.
Selama ini sumber daya DJP dikerahkan paling besar memburu
perusahaan berbasis ekspor. Lain halnya dalam pemberlakuan aturan baru dalam
PP 46 ini, basis penerimaan pajak Negara diperluas dengan meletakkan concern
yang menyasar pada pelaku badan usaha kecil menengah (UKM) sebagai PKP
(Pengusaha Kena Pajak). Adapun golongan yang tidak kena pajak UKM, antara
lain: pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar dan
lain – lain yang tidak memiliki lokasi jual menetap. Menggunakan rumus
penghitungan yang lebih sederhana, yakni 1% omzet bukan laba bersih dari tarif
normal yang seharusnya sebagaimana diatur dalam Pasal 17 UU PPh No. 36/2008
juga sistem pembayaran yang lebih praktis dari sebelumnya, yakni melalui
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan bank persepsi, seperti: Bank Mandiri,
Bank BNI, Bank BRI, Bank BCA serta Bank DKI juga Kantor Pos. Diharapkan
hal ini dapat menciptakan keadilan dan pemerataan bagi semua elemen
masyarakat untuk berkontribusi pada Negara.
Sebagaimana yang tertera di dalam UU KUP No. 6 Tahun 1983 dan telah
diubah beberapa kali dengan UU No. 16 Tahun 2009 Pasal 1 tentang kewajiban
masyarakat untuk membayar pajak. Namun realitanya, tingkat rasio kepatuhan
wajib pajak (WP) khususnya pelaku usaha belum optimal. Seperti yang termuat
dalam pemberitaan “Kesadaran Membayar Pajak Masih Rendah”,6 “WP Sadar
Pajak hanya 3,7%”,7 “12 Juta Perusahaan Tak Bayar Pajak”,8 “Warga Solo Bayar
Pajak Kalau Sudah Mepet”,9 “Kepatuhan Pajak Pengusaha Rendah”,10 “Lebih dari
9000 WP Kurang Bayar”,11 “Pajak UKM Belum Maksimal”12 “Kesadaran
6
7
8
9
10
11
Joglo Semar, 1 Oktober 2011
Solopos, 1 Oktober 2011
Tempo, 2 Mei 2012
Okezone.com, 26 Juni 2012
Radar Solo, 21 Mei 2013
Bisnis Indonesia, 24 September 2013
1
14
Pengusaha Masih Rendah”,13 “Realisasi Pajak Solo Paling rendah”,14 serta
“Tingkat Kepatuhan WP 24,61%”.15 Juga Data Direktorat Jenderal Pajak
menjelaskan dari 60 juta masyarakat Indonesia yang punya Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), baru 19 juta yang melaporkan kewajibannya membayar pajak ke
Negara. Kepala Kanwil DJP Jateng II, Yoyok Satiotomo pun mengutarakan
bahwa selama kuartal I 2013, kepatuhan penyampaian SPT Tahunan di kalangan
pengusaha tak lebih dari 20%.16 Lebih lanjut, muncul pula aksi kontra dari para
pelaku usaha yang ‘mewarnai’ terbitnya kebijakan baru terkait pemberlakuan
Pajak UKM tersebut sejak tahun lalu. Mereka mengaku keberatan bahkan muncul
sikap penolakan dengan nilai besaran yang ditetapkan. Pasalnya, penghasilan
yang didapat kalangan ini sedikit bahkan cenderung fluktuatif. Seperti yang
dimuat pada pemberitaan berikut: “UKM Minta Keringanan”,17 “Sosialisasi dan
Edukasi Pajak UKM”,18 “Kategori Pengusaha Kena Pajak Dilonggarkan”,19 serta
“Aturan Pajak Bagi UKM Tertentu Dinilai Tak Tepat”.20
Untuk selanjutnya, Pemerintah melalui Pajak UKM yang terkandung
dalam PP 46 mengupayakan pemerataan keadilan dan ‘mengulurkan’ cara agar
para pelaku usaha secara menyeluruh dapat masuk sektor formal sehingga mampu
mengakses kredit perbankan, memperoleh modal guna mengembangkan
bisnisnya, mendapatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan siap
menyongsong pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA tahun 2015
mendatang. Kebijakan Pajak UKM ini juga diberlakukan guna meningkatkan
skala kesadaran pajak di kalangan badan usaha, yakni melalui tawaran kemudahan
penghitungan yang lebih sederhana dan sistem bayar yang lebih praktis.
Mengingat bahwa hasil pembayaran pajak turut memberikan supply 70% bagi
penerimaan (income) Negara guna keberlangsungan pembangunan.
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Solopos, 14 Desember 2013
Bisnis Indonesia, 17 Desember 2013
Suara Merdeka, 8 Januari 2014
Solopos, 24 Maret 2014
Radar Solo, 21 Mei 2013
Kompas, 27 Juni 2013
Suara Merdeka, 29 Juli 2013
Kompas, 4 Januari 2014
Tempo, 4 Januari 2014
115
Dari uraian permasalahan di atas, Penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian terhadap Kanwil DJP Jateng II terutama bidang Penyuluhan Pelayanan
dan Kehumasan (P2 Humas), bagaimana peran berikut aktivitasnya dalam rangka
melakukan sosialisasi dan penyuluhan kebijakan baru guna ‘menggaet’ hati para
pelaku usaha di bawah lingkup kerjanya. Mengingat, adanya keberagaman elemen
kelompok marjinal, perbedaan latar belakang pendidikan, serta tingkatan
kesadaran juga pemahaman perpajakan sendiri dari masing – masing pelaku usaha
turut menjadi faktor penghambat terciptanya keseragaman dalam pemaknaan
pesan dari sosialisasi yang diberikan. Langkah apa yang dilakukan Humas Kanwil
DJP Jateng II agar masyarakat khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) sebagai PKP atau Pengusaha Kena Pajak atas pemberlakuan kebijakan
PP No. 46/2013 menjadi lebih responsif dan patuh.
Rumusan Masalah
Bagaimana peran humas di bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan
Masyarakat (P2 Humas) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah
II Kota Surakarta dalam rangka melakukan sosialisasi dan penyuluhan kebijakan
baru PP No. 46/2013 tentang pemberlakuan pajak UKM?
Tujuan
Peran humas dan aktivitasnya di bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan
Masyarakat (P2 Humas) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah
II Kota Surakarta dalam rangka melakukan sosialisasi dan penyuluhan kebijakan
baru PP No. 46/2013 tentang pemberlakuan pajak UKM.
Tinjauan Pustaka
a.
Komunikasi
Mendefinisikan arti kata “komunikasi”, Eduard Depari dalam buku
Komunikasi dan Hubungan Masyarakat21 menjabarkannya sebagai
“Suatu proses untuk menyampaikan sebuah gagasan, pesan dan
harapan – harapan melalui penggunaan lambang tertentu yang
21
Widjaja, A.W., Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, PT Bina Aksara, 1986, h. 2.
611
‘memboyong’ arti. Dilakukan oleh komunikator (source, sender)
sebagai penyampai pesan kepada si penerima pesan (receiver) untuk
mencapai maksud kebersamaan (commoness) yang diusahakan
melalui sesi tukar menukar pendapat, penyampaian informasi
ataupun perubahan sikap dan perilaku”.
Dapat diartikan bahwa kegiatan komunikasi merupakan suatu pesan yang
diterima dijadikan ‘milik bersama’ antara komunikator dan komunikan
dengan tujuan menghasilkan feedback dari komunikan sebagai partisipasi
aktif, terbuka dan diyakini dari dalam hati.22
Harold D. Laswell (1960) mengutarakan gambaran komunikasi dengan
menjawab pertanyaan who says what in which chanel to whom with what
effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa
Dengan Pengaruh Bagaimana?.23 Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan atau makna tertentu
dari seorang komunikator kepada komunikan melalui sebuah perantara
(media) dan menimbulkan dampak (perubahan) tertentu setelah proses
tersebut terjadi. Perubahan meliputi pandangan, sikap, pendapat, tingkah
laku, prestise dan harga diri.24
Sansudin (1997:14) mengutarakan bahwa gagalnya penerimaan sesuatu
hal baru yang disampaikan kepada masyarakat, kemungkinan disebabkan oleh
kurang ahlinya dalam penguasaan bahan, kurang ahlinya penyuluh dalam
berkomunikasi, atau karena masyarakat terlalu banyak menghadapi petugas
penyuluh. Hal ini menyiratkan bahwa penyuluh dituntut untuk memiliki
kecakapan dan kemampuan dalam menghadapi masyarakat.25 Oleh karena itu
lah, kredibilitas mempunyai posisi yang cukup menentukan agar dapat
dipercaya oleh komunikan.
22
Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam teori dan praktek, 1974, Bandung, PT Rindang
Mukti, h. 10 – 11.
23
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, h. 6.
24
Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam
Komunikasi Sosial, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 1990, h. 1.
25
Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta, Arti Bumi Intaran, 2004, h. 73 – 79.
117
b.
Public Relations
Dalam praktik kehumasan, salah satu bentuk komunikasi yang dapat
digunakan untuk menyebarkan gagasan – gagasan dari lembaga kepada
publiknya baik internal maupun ekternal sekaligus menanamkan pengaruh
agar melakukan suatu tindakan tertentu sebagaimana yang dikehendaki ialah
komunikasi persuasif. Toir Kertapati menjelaskan syarat – syarat komunikasi
persuasif26 yang meliputi:
a. Pesan yang disampaikan kepada publik haruslah dapat
menstimulir sesuatu pada saran
b. Lambang – lambang yang digunakan dalam penyampaian
pesan sebaiknya sesuai dengan daya tangkap, daya serap dan
daya tafsir (decoding efficiency) sebagian besar masyarakat
atau golongan tertentu
c. Pesan harus dapat membangkitkan kepentingan (needs)
tertentu pada sasarannya dan kemudian menyarankan usaha
untuk pemenuhan harapan tersebut
d. Pesan atau ajakan yang menyarankan usaha dan upaya
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan norma kelompok
dimana sasaran berada
e. Pesan harus dapat membangkitkan harapan – harapan tertentu
Pada prinsipnya, fungsi public relations merupakan fungsi topmanagement. Karena dengan posisi yang demikian diharapkan dapat lebih
memudahkan dalam pelaksanaan tugas public relations yang menuntut
pengetahuan menyeluruh mengenai keadaan organisasi atau perusahaan, juga
akses kecepatan untuk menyampaikan berita kepada pimpinan utama sebagai
pengemban citra27 yang menentukan dalam organisasi. Ciri hakiki di dalam
public relations28 adalah komunikasi yang bersifat timbal – balik atau twoway traffic. Seperti yang dikutip dalam Jurnal berjudul “Conceptualizing a
Sunarjo dan Djunaesih, Komunikasi Persuasi dan Retorika, h.31 – 32, dalam Widjaja, A.W.,
Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta, PT Bina Aksara, 1986, h. 70.
27
Irving Smith Kogan B.S., Public Relations dalam Modern Business, (Alexander Hamilton
Institute), 1965, h.5.
28
F. Rachmadi, Public Relations dalam Teori dan Praktek Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta
dan Lembaga Pemerintah, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, h. 6.
26
1
18
theoritical model for the practice of Public Relations in the small Business
Environment” oleh Nell C. Huang-Horowitz29
The Caracteristics of excellent public relations programs were
evaluated on three levels: the program level, the departement level,
and evaluating public relations departments. (Grunig, Grunig and
Dazier, 2006, p.20) The issues with excellent theory here is that it
inherently a model for large business because it requires several
characteristics that are absent in small business: a public relations
department or division, a clear hierarchical structure, a dominant
coalition, and more than one communicator or public relations
practitioner.
Bahwa Karakter program Public Relations yang dilakukan PR/Humas
dievaluasi dalam 3 hal antara lain evaluasi program itu sendiri, evaluasi
perusahaan secara keseluruhan dan evaluasi dari Public Relations
Department. Beberapa karakter suatu perusahaan yang besar antara lain
memiliki Public Relations Department yang berdiri sendiri, struktur
organisasinya jelas, koalisi dominan dan terdapat lebih dari satu komunikator
atau praktisi PRnya. Bovee dan Arens, mengatakan kegiatan yang sering
dilakukan oleh seorang praktisi Public Relations dalam menjalankan tugas,
diantaranya yaitu: publicity and press agentry (publisitas dan agensi pers),
public affairs and lobbying (urusan publik dan lobbying), promotion and
special events management (promosi dan manajemen acara), publications
(publikasi), research (penelitian), fund raising and membership drives
(penggalangan dana dan drive keanggotaan), public speaking, planning and
execution (rencana dan eksekusinya).30 Permasalahan yang sering dihadapi
seorang PR adalah kita menempatkan manusia cukup pada kesan seakan –
akan sebuah benda yang mudah untuk dikumpulkan dan diberikan suatu
pemahaman.31 Berkaitan erat dengan prinsip komunikasi yang efektif, hal-hal
29
Nell C Huang-Horowitz, Conceptualizing a theoritical model for the practice of Public
Relations in The Small Business Environtment, Journal of PR, Public Relations Society of
America, 2012, Vol 6 No. 3, ISSN 1942-4604.
30
Bovee’, Courtland L. Dan William F. Arens, Contemporary Advertising. Home-wood, Illionis :
Richard D. Irwin, Inc, 1982, h. 559-565.
31
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar – Dasar PR Teori dan Praktik, Jakarta, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2002, h.107.
911
yang perlu diperhatikan adalah Jenis Publiknya (khalayak sasaran); susunan
pesan bagaimana yang paling tepat dan mudah dipahami; serta saluran apa
yang sesuai dengan sifat publik tersebut. Artinya, semakin teliti orang
menentukan khalayak yang dituju, semakin banyak ditemukan cara – cara
untuk mendekati dan mempengaruhinya. Seperti yang dikutip pula dalam
Jurnal Public Relations in Strategic Management: The Case of Metropolitan
Municipalities in Turkey32 yang menyatakan bahwa Grunig (1992), divides
strategic importance of public relations into 7 steps (vercic and Grunig 1999,
41) :
1.
2.
3.
Stakeholder stage :
when
a
corporation’s
or
its
partners/shareholder’s behaviors cause effects on the other,
there is a relationship between the corporation and its
partners/shareholders. Public relations makes a research to
define these effects for the aim of analyzing behaviors of
corporation and environment. Constant communication with
partners/shareholders helps building long term relations. This
situation provides controlling of conflicts that can occur in
relations.
Public stage
: communities come into existence when they
see one of the partners/shareholders as a problem.public
relations makes researches to define these communities and
divide them into groups. In this situation, focus groups are
beneficial. A communication providing people with
participation in organization’s making decisions process
prevents conflicts.
Issue stage
: people create problems and become
organized. Public relations should foresee problems and
manage the answer the corporation gives. Media has an
important role in problem’s being formed and getting bigger.
Especially, the news in media can cause publics to get bigger
which is composed of activist people or groups.
Communication programs generally use media. However,
interpersonal communication can also be used to make
communication with activist groups and to solve problems by
means of negotiation.
32
Hasan Gullupunar, Public Relations in Strategic Management: The Case of Metropolitan
Municipalities in Turkey, Journal of Turkish Studies, 2013, Vol. 8 issue 6 p 215-231. 17p; ISSN
1308-2140, h. 219.
10
11
4.
5.
6.
7.
Public relations should define suitable aims for
communication programs such as communication, accuracy,
understanding, agreement, holistic behaviors.
Public relations should plan programs and campaigns to reach
aims
Public relations should apply programs and campaigns
Public relations should evaluate the efficiency of programs in
terms of reaching aims
Metodologi
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana studi kasusnya
mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret
dengan masalah yang bersifat aktual secara sistematis, faktual dan cermat diiringi
dengan interpretasi rasional. (Nawawi, 1983 : 64). Penelitian ini Penulis lakukan
di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II yang beralamat di Jl.
MT. Haryono No. 5 Kota Surakarta. lokasi tersebut peneliti pilih sebab berdasar
teori Hubermas memiliki kedekatan dengan obyek penelitian memudahkan dalam
akses pengumpulan data – data yang menunjang validitas atau keabsahan data.
Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari sumber
pertama secara langsung yakni pegawai bidang P2 Humas Kanwil dan beberapa
pelaku usaha mikro kecil menengah yang menjadi sasaran. Data sekunder atau
penunjang yang digunakan berupa buku – buku, jurnal, dan pemberitaan terkait
PP No. 46/2013 dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, dokumentasi, tinjauan pustaka dan observasi. Teknik validitas
data menggunakan triangulasi sumber data dan untuk menganalisanya
menggunakan teknik analisis data interaktif.
Sajian dan Analisis Data
A. Bidang Pelayanan Penyuluhan dan Humas (P2 Humas) Kanwil
Fungsi kehumasan Kanwil DJP Jateng II terangkum dalam Bidang P2
Humas (Seksi Bimbingan Penyuluhan, Seksi Bimbingan Pelayanan dan Seksi
Hubungan Masyarakat). Meskipun terdapat spesialisasi dalam praktik sehari
– hari, namun ketiga seksi tersebut menjalankan aktivitas kehumasan sebagai
1
111
satu tim kesatuan. Bagian Humas Kanwil bertindak sebagai mediator dan
fasilitator kantor pajak dalam mengupayakan pelayanan, pemahaman dan
keserentakan informasi perpajakan termasuk PP 46 kepada masyarakat luas
baik wajib pajak maupun calon wajib pajak melalui aktivitas sosialisasi.
Wilayah kerja Kanwil mencakup 12 Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(KPP) dan 6 Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) di Jawa Tengah bagian Selatan. Adapun hambatan yang
menghalangi kegiatan kehumasan Kanwil meliputi internal dan eksternal.
Hambatan Internal yaitu hambatan yang berasal dari kredibilitas Humas
Kanwil selaku komunikator di mata masyarakat (komunikan), yang
dilatarbelakangi faktor adanya prasangka buruk masyarakat terhadap pajak;
masih maraknya praktik kolusi dan korupsi dana pajak; serta pengelolaan
yang tidak transparan. Sedangkan hambatan dari pihak eksternal yaitu adanya
pihak yang tidak terbuka dan responsif terhadap kantor pajak, sehingga
menghambat kegiatan yang akan dilaksanakan.
B. Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP No. 46/2013)
Sosialisasi dan penyuluhan Peraturan Pemerintah (PP No. 46/2013)
dijalankan Humas Kanwil DJP Jateng II melalui beberapa langkah: pertama,
Menjalin kerjasama dengan Asosiasi (notabene merupakan wadah yang
menaungi pelaku usaha terkait) sebagai sasaran kebijakan. Diantaranya yakni:
HIPMI, Kadin, IAI, PMS, serta Kampus – Kampus. Kedua, sosialisasi
melalui konvergensi media : Media Elektronik (Radio dan Televisi berupa
dialog/talkshow); Media Cetak (Surat Kabar berupa Iklan, Press Release dan
Pengumuman); Media Luar Ruang berupa spanduk, banner / x-banner, leaflet,
booklet, merchandise. Ketiga, menjalankan pendekatan kemasyarakatan yakni
Pajak Go Clean, Tax Goes To School, Tax Road Show, Press Release dan
Media gathering serta Takjil on The Road. Langkah terakhir adalah
melaksanakan program penyuluhan langsung dengan meletakkan fokus
terhadap perkembangan dan pertumbuhan usaha mikro kecil menengah
(umkm) di Indonesia, khususnya dalam lingkup kerja Kanwil DJP Jateng II
12
11
yakni wilayah Jawa Tengah bagian selatan seperti yang terbalut pada program
Diskusi (face to face), Seminar UMKM, Pajak Masuk Desa, Pajak Masuk
Pasar (Gerebeg Pasar) dan Lokalatih.
C. Kajian Pajak UKM dalam Peraturan Pemerintah (PP No. 46/2013)
Mengulas Pajak UKM yang terbalut dalam Peraturan Pemerintah (PP)
No. 46/2013. Adalah merupakan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) final
atas bruto sebesar 1%, menyasar pada pelaku usaha mikro kecil menengah
(umkm) yang memiliki lokasi jual menetap dengan batasan omzet tidak lebih
dari 4,8 Miliar. Dimana dapat dibayarkan melalui bank – bank persepsi yang
telah ditunjuk DJP seperti : BCA, BNI, BRI, Mandiri juga Kantor Pos.
Dalam penghitungan PP 46, pelaku usaha yang masuk dalam kriteria
diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)
bukan pembukuan dimana merupakan penghitungan final pajak setiap bulan
atas omzet usaha yang dikenakan dalam satu tahun pajak. Yang dimaksud
Final yakni memiliki arti tidak bisa diutak – atik ataupun dikait – kaitkan
dengan hal lain lagi.
Berangkat dari data Kementerian Koperasi dan UKM per Juni 2013 yang
menunjukkan terdapat 55,2 juta UMKM atau sekitar 99,98% dari total unit
usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada UMKM adalah
101,72 juta tenaga kerja atau 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia. UMKM
pun turut menyumbang 57,12% dari produk domestik bruto (PDB) yang
mencapai Rp 8.200 triliun.33
Hal ini mengartikan bahwa peran UMKM
sangat signifikan dan secara nyata mampu memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan perekonomian nasional. Lain halnya dari sisi perpajakan,
kontribusi yang diberikan oleh UMKM terhadap penerimaan pajak hanya
sekitar 0,5% dari total penerimaan pajak. Oleh karena itu, pada akhirnya
dilakukan ekstensifikasi penggalian potensi perpajakan yang mulai melirik
pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (umkm). Namun perbedaan
yang menawarkan keadilan dalam kemudahan proses penghitungan tersebut,
33
Kompas.com, 28 Juni 2013.
11 13
tidak sepenuhnya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Mereka
menilai penerapan aturan baru ini memberatkan.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap Humas Kanwil DJP Jateng II mengenai aktivitasnya
dalam sosialisasi kebijakan Pajak UKM yang terkandung dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 46/2013, maka diperoleh kesimpulan :
1.
Menjalin kerjasama dengan Asosiasi
Upaya pendekatan yang dijalankan Humas Kanwil dengan menggandeng
asosiasi atau komunitas (notabene merupakan wadah yang menaungi pelaku
usaha terkait) sebagai sasaran kebijakan. Diantaranya yakni: HIPMI, Kadin,
IAI, PMS, serta Kampus – Kampus.
2.
Sosialisasi melalui konvergensi media : Media Elektronik (Radio dan
Televisi berupa dialog/talkshow); Media Cetak (Surat Kabar berupa Iklan,
Press Release dan Pengumuman); Media Luar Ruang berupa spanduk,
banner / x-banner, leaflet, booklet, merchandise.
3.
Pendekatan Kemasyarakatan
Program kemasyarakatan (strategi persuasi) yang dijalankan Humas Kanwil:
a.
Pajak Go Clean
Kerjasama dengan TATV. Sosialisasi Pajak UKM dijalankan dengan
bahasa yang luwes sederhana diselingi games juga pembagian gift dan
souvenir pajak demi menjaring antusiasme masyarakat.
b.
Tax Goes To School
Sosialisasi dan edukasi PP 46 menyasar usia dini yakni kalangan pelajar
sekolah tingkat SMP, SMA/SMK. Program ini diselenggarakan atas
kerjasama dengan KPP/KP2KP terkait dan TATV.
c.
Tax Road Show
Sosialisasi PP 46 diinformasikan pada para mahasiswa dan dikemas
dalam bentuk kelas pajak.
14
11
d.
Press Release dan Media gathering
Humas Kanwil mengunjungi media dan memintanya untuk turut serta
membantu kelancaran proses sosialisasi perpajakan, menyadarkan dan
membuat masyarakat menjadi patuh pajak lewat pemberitaannya.
e.
Takjil on The Road
Membagikan kantong plastik makanan (takjil) yang turut diselipkan
flyer perpajakan secara gratis kepada para pengguna jalan.
4.
Penyuluhan Langsung
Wujud program kepedulian dengan fokus terhadap perkembangan dan
pertumbuhan umkm di Indonesia:
a.
Diskusi (face to face)
Humas Kanwil mengadakan diskusi mengenai PP 46 menyasar
golongan tertentu.
b.
Seminar UMKM
Kerjasama antara Kanwil, Jejak Amukti Production, Dinas Koperasi
dan UMKM wilayah setempat serta TATV. Melalui kegiatan ini
ditularkan inspirasi, motivasi dan informasi PP 46/2013.
c.
Pajak Masuk Desa
Sosialisasi PP 46 disampaikan Humas Kanwil melalui acara pagelaran
wayang kulit dengan bahasa yang mudah dicerna masyarakat desa.
d.
Pajak Masuk Pasar (Gerebeg Pasar)
Kerjasama Kanwil, KPP dan Dinas Pasar terkait. Kegiatan meliputi :
pembagian souvenir, sosialisasi dan post test melalui survey mini.
e.
Lokalatih
Program pelatihan dan pengembangan kewirausahaan, kerjasama
Kanwil dan lembaga pelatihan usaha (Lokatara Consulting).
Saran
1.
Humas Kanwil disarankan lebih memperhatikan dan mendengarkan aspirasi
dan masukan dari masyarakat tentang penilaian mereka terhadap kantor pajak
sebagai evaluasi terhadap kinerja kantor pajak.
1
1
15
2.
Humas Kanwil hendaknya memperhatikan dan mengevaluasi setiap kegiatan
seperti: apakah sesuai harapan; apakah pesan dapat tersampaikan; serta turut
menganalisa hasil dari kegiatan tersebut membawa dampak/efek apa.
3.
Perlu
dilakukan
evaluasi
terhadap
efektivitas
peran
humas
dalam
menjalankan kegiatan sosialisasi kebijakan dengan metode CIPP (Context,
Input, Process, Product).
Daftar Pustaka
Bovee’, Coutland L. Dan William F. Arens. (1982). Contemporary Advertising.
Home-wood, Illionis : Richard D. Irwin, Inc.
Gullupunar, Hasan. (2013). Public Relations in Strategic Management: The Case
of Metropolitan Municipalities in Turkey. Journal of Turkish Studies Vol. 8
issue 6 p 215-231. 17p. ISSN 1308-2140
Kogan, Irving Smith B. S. (1997). PR dalam Modern Business (Terjemahan).
New York : Alexander Hamilton Institute
Nell C. Huang-Horowitz. (2012). Conceptualizing a theoritical model for the
practice of Public Relations in the Small Business Environtment. Journal of
PR Vol. 6 No.3. ISSN 1942-4604. Public Relations Society of America
Rachmadi, F. (1992). Public Relations dalam Teori dan Praktek : Aplikasi dalam
Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Rumanti OSF, Sr. Maria Assumpta. (2002). Dasar – Dasar PR Teori dan Praktik.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Ruslan, Rosady. (1997). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
(Konsepsi dan Aplikasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sastropoetro, Santoso. (1987). Komunikasi Sosial. 1987. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Suprapto, Tommy dan Fahrianoor. (2004). Komunikasi Penyuluhan dalam Teori
dan Praktek. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran
Susanto, Phil Astrid S. (1974). Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bandung :
PT Rindang Mukti
Sutopo, H. B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret
Widjaja, A.W. (1986). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : PT Bina
Aksara
1
161
Download