BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional Cekungan Sumatera bagian Selatan
Cekungan Sumatera Selatan terletak di sebelah timur pegunungan barisan
dan meluas ke daerah lepas pantai dan dianggap sebagai suatu cekungan foreland
atau back-arc (Gambar 2.1). Di sebelah Utara, Cekungan Sumatera bagian
Selatan berbatasan dengan Pegunungan Tigapuluh dan Pegunungan Duabelas. Di
sebelah Timur berbatasan dengan Paparan Sunda, di sebelah Selatan berbatasan
dengan Tinggian Lampung dan di sebelah barat berbatasan dengan Pegunungan
Barisan. Di sebelah barat berbatasan dengan daerah jambi dan cekugan BangkaBelitung.
4
Gambar 2.1. Kerangka cekungan Sumatera Bagian Selatan (Bishop, 2000)
Menurut De Coster, (1974), diperkirakan telah terjadi 3 fase orogenesa yang
membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatra Selatan yaitu orogenesa
Mesozoik Tengah, tektonik Kapur Akhir-Tersier Awal dan Orogenesa PlioPlistosen.
Fase pertama, endapan-endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat
dan terpatahkan menjadi bongkah struktur dan di intrusi oleh batolit granit serta
telah membentuk pola dasar struktur cekungan, fase ini membentuk sesar berarah
barat laut-tenggara yang berupa sesar-sesar geser.
Fase kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak-gerak
tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara-selatan.
Dikombinasikan dengan hasil orogenesa Mesozoik dan hasil pelapukan batuan-
5
batuan Pra-Tersier, gerak gerak tensional ini membentuk struktur tua yang
mengontrol pembentukan Formasi Pra-Talang Akar.
Fase ketiga berupa fase kompresi pada Plio-Plistosen yang menyebabkan pola
pengendapan berubah menjadi regresi dan berperan dalam pembentukan struktur
perlipatan dan sesar sehingga membentuk konfigurasi geologi sekarang. Pada
periode tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan yang
menghasilkan sesar mendatar Semangko yang berkembang sepanjang Pegunungan
Bukit Barisan. Pergerakan horisontal yang terjadi mulai Plistosen Awal sampai
sekarang mempengaruhi kondisi Cekungan Sumatra bagian Selatan dan Tengah
sehingga sesar-sesar yang baru terbentuk di daerah ini mempunyai perkembangan
hampir sejajar dengan sesar Semangko. Akibat pergerakan horisontal ini,
orogenesa yang terjadi pada Plio-Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah
barat laut-tenggara tetapi sesar yang terbentuk berarah timur laut-barat daya dan
barat laut-tenggara. Jenis sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar naik,
sesar mendatar dan sesar normal.
6
2.2. Stratigrafi
Stratigrafi
cekungan
Sumatera
Bagian
Selatan
menurut
pembagian
Koesoemadinata, (1980), dari yang tua ke muda di paparkan pada Tabel 2.1.
Kwarter
150 - 750
2200
Napal, lempung, serpih, serpih lanauan,
kadan-kadang gamping dan pasir tipis,
Globigerina biasa terdapat
0-160
Lempung pasiran dan napalan, banyak
pasir dengan glaukonit, kadang
gampingan.
Napal, gamping terumbu dan gamping
lempungan
0 - 1100
Air
Muara Enim Kasai
Benakat
Gumai
Batu
Raja
Lempung, lempung pasiran, pasir dan
lapisan tebal batubara.
Pasir, pasir gampingan, lempung,
lempung pasiran sedikit batubara, pasir
kasar pada dasar penampang di banyak
tempat.
Tuff ungu, hijau, merah dan coklat,
lempung tuffan, breksi dan konglomerat.
Tengah
Atas
Tengah
Lahat
Bawah
Eosin
Kerikil, pasir tuffan, dan lempung
konkresi vulkanik, tuff batuapung
0 - 300
Oligosen
Atas
Talangakar
PALEMBANG
Tengah
TELISA
Miosen
Atas
Bawah
Bawah
Pra-tersier
Mesozoikum
Paleozoikum
Paleosen
Batuan beku aneka warna dan batuan
sedimen yang termetamorfisir tingkat
rendah.
NERITIC
NERITIC DEEP
LITHORAL
LIITOLOGI
Pasir, lanau, lempung, aluvial.
Plistosen
Pliosen
Fasies
TERSETRIAL
FORMASI
TEBAL (m)
UMUR
KELOMPOK
Tabel. 2.1 Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan, (Koesoemadinata, 1980)
7
1. Formasi Pra-Tersier
Batuan Pra-Tersier atau basemen terdiri dari kompleks batuan Paleozoikum dan
batuan Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku dan batuan karbonat. Batuan
Paleozoikum akhir dan batuan Mesozoikum tersingkap dengan baik di Bukit
Barisan, Pegunungan Tigapuluh dan Pegunungan Duabelas berupa batuan
karbonat berumur permian, Granit dan Filit. Batuan dasar yang tersingkap di
Pegunungan Tigapuluh terdiri dari filit yang terlipat kuat berwarna kecoklatan
berumur Permian. Simanjuntak (1991). Lebih ke arah Utara tersingkap Granit
yang telah mengalami pelapukan kuat. Warna pelapukan adalah merah dengan
butir-butir kuarsa terlepas akibat pelapukan tersebut. Kontak antara Granit dan
filit tidak teramati karena selain kontak tersebut tertutupi pelapukan yang kuat,
daerah ini juga tertutup hutan yang lebat. Menurut Simanjuntak, (1991) umur
Granit adalah Jura. Hal ini berarti Granit mengintrusi batuan filit.
2. Formasi Lahat
Formasi Lahat diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar, merupakan
lapisan dengan tebal 0 m - 300 m yang terdiri dari konglemerat, tufa, breksi
vulkanik andesitik, endapan lahar, aliran lava dan batupasir kuarsa.
Formasi ini memiliki 3 anggota, yaitu :
Anggota Tuf Kikim Bawah, terdiri dari tuf andesitik, breksi dan lapisan lava.
Ketebalan anggota ini bervariasi, antara 0 - 800 m. Anggota Batupasir Kuarsa,
diendapkan secara selaras di atas anggota pertama. Terdiri dari konglomerat dan
batupasir berstruktur crossbedding. Butiran didominasi oleh kuarsa. Anggota Tuf
Kikim Atas, diendapkan secara selaras dan bergradual di atas Anggota Batupasir
8
Kuarsa. Terdiri dari tuf dan batulempung tufan berselingan dengan endapan mirip
lahar. Formasi Lahat berumur Paleosen hingga Oligosen Awal.
3. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar pada Sub Cekungan Jambi terdiri dari batulanau, batupasir
dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga
transisi. Menurut Pulunggono, (1976), Formasi Talang Akar berumur Oligosen
Akhir hingga Miosen Awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat.
Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara.
Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih.
Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 0 m – 1100 m
4. Formasi Baturaja
Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar dengan
ketebalan antara 0 m - 160 m. Litologi terdiri dari batugamping, batugamping
terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih gampingan dan
napal kaya foraminifera, moluska dan koral. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan litoral-neritik dan berumur Miosen Awal.
5. Formasi Gumai
Formasi ini terdiri atas serpih, dengah sisipan batupasir halus dan setempat napal
dan batugamping, berlapis baik. Serpih kelabu-coklat, gampingan, mengandung
karbon dan pirit. Batupasir, putih kekuningan, gampingan, berbutir halus, tebal 13 m, setempat sisipan batu lempung. Napal terdapat di bagian atas runtunan abu-
9
abu kehitaman, mungkin mengandung besi dari pirit. Batugamping, kelabu-putih,
padu, terdapat pada bagian atas dari runtunan pengendapan. Tebal formasi ini
adalah 2200 m, dengan lingkungan pengendapan laut dalam (neritik) terbuka.
Kemiringan 10-35° timur laut-barat daya. Berumur Akhir Miosen Awal - Awal
Miosen Tengah.
6. Formasi Air Benakat
Formasi ini terdiri atas perselingan antara batulempung dan batupasir, dengan
sisipan konglomerat gampingan, napal dan batulanau. Ke arah bagian atas
batupasir menjadi lebih dominan dan setempat mengandung batubara.
Batulempung, kelabu sampai coklat, padu, setempat, tufan, tebal perlapisan 0,150,75 m. Batupasir, kelabu kehijauan, setempat tufan, glaukonitan, berbutir sedangkasar, terpilah baik, menyudut tanggung - membulat, berlapis baik, tebal 1-3 m.
Batulanau, kelabu kehitaman, seringkali karbonan, dengan sisipan serpih dan
lapisan tipis batu pasir. Konglomerat, gampingan dan aneka bahan, komponen
terdiri atas batu gamping kelabu kecoklatan dan batu pasir dalam massa dasar
pasiran yang kasar, umumnya terpilah baik, tebal lapisan 0,5 m atau lebih. Napal,
kelabu, agak padu. Batupasir ditemukan di bagian atas dari runtuhan berbutir
sedang kasar, glaukonitan dan mengandung sisa tumbuhan dan sisipan batubara.
Tebal lapisan Formasi ini 500 meter, diendapkan di lingkungan laut dangkal,
menindih selaras Formasi Gumai. Umur Formasi ini Akhir Miosen Tengah - Awal
Miosen Akhir.
10
7. Formasi Muara Enim
Formasi ini berumur Miosen Atas, merupakan satuan batuan pembawa batubara,
kemudian dengan mengacu pada pembagian Shell (1978), pada kondisi yang
ideal lengkap formasi ini dibagi menjadi beberapa anggota, yaitu Muara Enim 1
(M1), Muara Enim 2 (M2), Muara Enim 3 (M3), dan Muara Enim 4 (M4), dari
bawah ke atas adalah sebagai berikut:
·
Anggota M1
Merupakan perulangan batupasir, batulanau, batulempung dengan sisipan
batubara. Batupasir berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, berbutir halus
hingga sedang, kompak, terpilah baik, dengan fragmen kuarsa dominan.
Perselingan batulempung dan batupasir, berwarna abu-abu, terdapat nodul-nodul
gamping, coklat terang, keras. Sedangkan batulanau berwarna abu-abu, kompak,
umumnya berselingan dengan batu lempung. Batu bara dijumpai dua lapisan
dengan ketebalan antara 0,5 m sampai 1 m.
·
Anggota M2
Merupakan satuan batuan yang terdiri atas batulempung, batulempung karbonan,
batupasir, batulanau dan batubara. Batulempung umumnya berwarna abu-abu
gelap, masif, sering ditemukan struktur sedimen laminasi paralel, jejak tumbuhan
serta fragmen batubara. Batulempung karbonan, berwarna abu-abu kecoklatan,
umumnya agak lunak dan biasanya bertindak sebagai batuan pengapit batubara.
Batupasir berwarna abu-abu terang sampai abu-abu kehijauan, berbutir halus
sampai sedang, membulat sedang, terpilah buruk, mudah terurai, fragmen kuarsa
dominan. Batu lanau berwarna abu-abu kehijauan hingga abu-abu kecoklatan,
kompak, umumnya ditemukan struktur sedimen laminasi paralel. Batubara yang
11
ditemukan pada anggota M2 ini berjumlah tiga lapisan dengan tebal antara 0,3 m
sampai 6,6 m.
·
Anggota M3
Merupakan satuan batuan yang terdiri atas batupasir, batulanau, batulempung, dan
batubara. Batupasir berwarna abu-abu, berbutir halus, terpilah baik, mineral
kuarsa dominan. Batulanau, abu-abu terang kehijauan sampai kecoklatan,
kompak, struktur sedimen laminasi paralel, mengandung jejak tumbuhan.
Batulempung berwarna abu-abu kecoklatan, kompak, masif, banyak dijumpai
jejak tumbuhan. Batubara yang ditemukan dua lapisan dengan tebal antara 1,0 m
sampai 8,1 m.
·
Anggota M4
Terdiri atas batupasir, batulanau, batulempung, dan batubara. Batupasir berwarna
abu-abu terang, berbutir halus, terpilah baik, tufan dan mineral kuarsa banyak
dijumpai. Batulanau, abu-abu terang, kompak, mengandung jejak tumbuhan,
struktur tumbuhan, struktur sedimen laminasi paralel. Batulempung berwarna abuabu kecoklatan, lunak, kompak, struktur sedimen laminasi, pararel dan jejak
tumbuhan banyak ditemukan. Batu bara pada anggota M4 ditemukan dua lapisan
dengan ketebalan berkisar antara 1,0 m sampai 3,7 m.
8. Formasi Kasai
Formasi ini terdiri atas tuf dan tuf berbatu apung dengan sisipan batulempung
tufan dan batupasir tufan, setempat konglomeratan dan mengandung fosil kayu
sampai sepanjang 3 m. Tuf, kelabu muda sampai kelabu kecoklatan/kuning,
berbutir halus sampai kasar, menyudut sampai membulat tanggung, padu,
12
umumnya pejal, tidak ada perlapisan yang jelas, pita-pita oksida besi, perlapisan
silang siur pada satuan-satuan yang berbutir kasar. Tuf berbatu apung kecoklatankekuningan, pejal, berbutir halus-kasar, menyudut tanggung, membulat, panjang
berbatu apung 0,5-5 cm. Batupasir tufan, kelabu sampai coklat kuning, berbutir
halus sampai kasar seringkali teroksidasi. Batulempung tufan, kekuningan, lunak
tetapi padu. Konglomerat kelabu kekuningan, komponen batu apung, lava dan
kuarsa berukuran 1-3 cm, kemas terbuka-tertutup, massa dasar tufan padu,
berbutir sedang.
Formasi ini memiliki ketebalan lebih dari 450 m, diendapkan di lingkungan darat,
hasil kikisan Geantiklin Barisan. Setempat menindih tak selaras Formasi
Muaraenim dan ditindih oleh satuan-satuan Holosen. Berumur Pliosen AkhirPlistosen Awal.
9. Sedimen Kuarter
Satuan ini merupakan Litologi termuda yang tidak terpengaruh oleh orogenesa
Plio-Plistosen. Golongan ini diendapkan secara tidak selaras di atas formasi yang
lebih tua yang teridi dari batupasir, fragmen-fragmen konglemerat berukuran
kerikil hingga bongkah, hadir batuan volkanik andesitik-basaltik berwarna gelap.
13
2.3. Geologi Daerah Penelitian
Daerah penelitian pertambangan batubara PT Buana Eltra, secara geografis
terletak pada 30 59’ 9” LS dan 1030 52’ 32” BT dan terletak pada lembar geologi
Lahat.
Pada Gambar 2.2 daerah penelitian terletak pada formasi Muara Enim (Tmpm)
yang terdiri dari litologi batulempung, batulanau, batupasir dan sisipan batubara.
Gambar 2.2. Peta geologi daerah penelitian (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, 1986)
Download