gangguan mata - Patologi Umum

advertisement
SESI 14a
GANGGUAN
PENGELIHATAN, PENDENGARAN,
PENGECAPKAN & PENCIUMAN
Disusun oleh
dr. Mayang Anggraini Naga
U-EU (Revisi 2014)
1
DESKRIPSI
Mata ajar ini membahas tentang
gangguan indra pengelihatan,
pendengaran dan pengecapan
penciuman, hiposmia &
hipogeusia
2
KOMPETENSI
Mampu memahami tentang berbagai
bentuk gangguan penglihatan,
pendengaran dan rasa pengecapan,
penciuman, sensasi hiposmia dan
hipogeusia, berserta cara
pemeriksaannya
3
POKOK BAHASAN
Menjelaskan:
- Berbagai jenis penyakit mata dan gangguan
ketajaman pengelihatan
- Berbagai jenis penyakit telingan dan
gangguan pendengaran
- Gangguan indra pengecapkan.
- Gangguan indra penciuman
- HIPOSMIA & HIPOGEUSIA
- Cara pemeriksaan masing organ indera
terkait
4
PENGELIHATAN
• Pengelihatan timbul dari pengaktivan reseptorreseptor peka-cahaya di mata, yang disebut
fotoreseptor.
• Penyampaian sinyal dari fotoreseptor menjadi
semakin rumit sewaktu informasi disalurkan dari
mata ke otak.
• Sinyal-sinyal diinterpretasikan di otak
berdasarkan kompleksitas pola, frekuensi
lepasan muatan, dan kode-kode warnanya.
5
LANSIA
Bagian tengah lensa mata tidak mendapat
aliran darah kapiler secara langsung 
seiring dengan penuaan, sel-sel di bagian
tengah lensa adalah bagian yang paling
tua dan paling sedikit mendapat O2.
Apabila sel-sel tersebut mati, mereka tidak
diganti dengan yang baru  menyebabkan
lensa menjadi kaku dan kurang transparan.
6
LANSIA (Lanjutan)
Lensa menjadi kurang mampu mengubah
bentuknya untuk memfokuskan suatu obyek
ke retina  obyek tampak kabur.
Pada lansia kualitas pengelihatan sering
berkurang.
Prebyopia (presbiopia) adalah kehilanangan
kemampuan akomodasi yang progresif untuk
pengelihatan jarak dekat. Terjadi setelah usia
> 65th.
7
GANGGUAN MATA
• Gangguan mata umumnya minor, namun
demikian bisa menjurus ke komplikasi yang
serius kecuali ditangani dengan cermat.
• Defek kongenital:
Strabismus (squint, malalignment of the eyes)
= juling, seringnya kongenital.
Cataract (opacity of the lens of the eye) bisa
timbul pada bayi bila ibu saat hamil terinfeksi
rubella.
8
GANGGUAN MATA (Lanjutan-1)
Microphthalmos (abnormally small eye). Ini jarang,
terjadi pada satu atau kedua mata  ketajaman
pengelihatan (vision) sangat jelek.
Nystagmus (rapid uncontrolled movement in the eyes)
(gerak cepat mata yang tidak terkontrol) bisa kongenital.
Retinoblastoma merupakan tumor ganas retina yang
timbul pada usia dini dan dapat menyerang satu atau
kedua mata,
9
GANGGUAN MATA (Lanjutan -2)
Gangguan kongenital lain menyerang mata
termasuk: albinism dan abnormalities of
development of the cornea and retina.
• Infeksi:
Conjunctivitis, gangguan terumum dan jarang
mempengaruhi vision (visus, pengelihatan).
Pada stadium akhir bila tidak terobati
(ditelantarkan) ump: trachoma 
mengakibatkan gangguan visus.
10
GANGGUAN MATA (Lanjutan -3)
Infeksi kornea: ini lebih serius dan dapat
menimbulkan pengelihatan kabur atau
cornea perforation.
Endophthalmitis (infeksi di dalam mata)
kadang sampai harus dioperasi pengangkatan
bola mata, ini bisa timbul akibat cedera tusuk,
post ulcerasi, pada kasus yang jarang post
operasi (besar) mata, atau akibat infeksi di
tempat lain.
11
GANGGUAN MATA (Lanjutan -4)
• Gangguan Suplei Darah:
- penyempitan,
- blokade,
- inflamasi atau
- lain-lain abnormalitas pembuluh darah retina
bisa menimbulkan gangguan visus:
partial atau
total.
12
GANGGUAN MATA (Lanjutan -5)
• Tumor:
Malignant melanoma dari choroid (lapisan
tengah mata) adalah primer.
Gejala bisa timbul penurunan visus.
• Gangguan nutrisional:
Defisiensi berbagai vitamin (utamanya vit. A)
dapat menimbulkan gangguan pada mata.
Xerophthalmia, buta senja, keratomalacia ini
bisa mengakibatkan destruksi dan hilangnya
pengelihatan total.
13
GANGGUAN MATA (Lanjutan -6)
• Autoimunitas:
Uveitis (radang jaringan uvea) – (iris , choroid,
and/or ciliary body) apabila tidak disebabkan
infeksi bisa akibat dasar autoimune.
Ini sering terjadi pada orang dengan:
ankylosing
spondylitis dan
sarcoidois.
14
GANGGUAN MATA (Lanjutan -7)
• Degeneration:
Macular degeneration of the retina: ini
umum pada manula. Bisa mengakibatkan
kehilangan pengelihatan walau bagian
ketajaman pengelihatan samping masih baik.
• Cataract juga umum pada manula, walau
kausa tak jelas, diduga suatu proses
degenerasi.
15
Gangguan mata (Lanjutan -8)
• Gangguan lain-2:
Glaucoma = tekanan mata yang diperlukan
untuk mempertahankan bentuk mata meningkat.
Bila tidak diobati  kehilangan visus.
Galauma bisa primer, sekunder dan jga bisa
kongenital
Retinal detachment: retina mengelupas dari
dasarnya.
16
Gangguan mata (Lanjutan -9)
Ametropia adalah istilah umum yang berarti
retractive error (eror dalam pengfokusan vision):
bisa
- myopia (rabun dekat); (kaca mata -)
- hyperopia (rabun jauh) (kaca mata +) dan
- astigmatism (silindris) atau
- anisometropia.
Ini timbul akibat adanya variasi dalam bentuk
dan kemampuan pemfokusan gambar oleh
mata.
17
Gangguan mata (Lanjutan -10)
Presbyopia adalah kemunduran/hilang
akomodasi yang progresif pada mata lansia.
Amblyopia (ketajaman pengelihatan yang
menurun pada satu mata tanpa ada gangguan
struktur yang nyata).
Terjadi akibat:
toksin alkohol atau tembakau, atau
gangguan sistemik DM,
gagal ginjal,
amblyopia
seringnya akibat strabismus.
18
Gangguan mata (Lanjutan -11)
Pemeriksaan:
- Ophthalmoscopy slit lamp.
- Fotografi retina dan
- Fluorescein angiography.
19
Gangguan Mata (Lanjutan-8)
• Buta warna:
Biasanya adalah suatu gangguan genetik terkait-seks
yang disebabkan oleh defisiensi satu dari ketiga
fotopigmen.
Pengidap buta warna hanya melihat warna-warna
yang terbentuk oleh aktivitas relatif dua jenis sel kerucut
(sel mata) lainnya.
Buta warna diwariskan melalui kromosom X sehingga
biasanya mengena pria.
Pada kasus yang ekstrim, dapat terjadi defisiensi lebih
dari satu sel kerucut warna.
20
Gangguan Mata (Lanjutan-9)
Lansia: Seiring dengan pertambahan usia, sebagian
besar orang mengalami penurunan pengelihatan warna
akibat menguningnya lensa.
Papiledema:
Pembengkakan diskus optikus empat saraf optikus
meninggalkan mata dan masuk ke otak.
Bisa terjadi pada semua keadaan yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang hebat, bisa
tumor, infeksi, atau cedera.
Papiledema merupakan penunjuk diagnostik patologi
otak yang parah.
21
INVESTIGASI MATA
• Struktur transparan mata memudahkan
pemeriksaan.
• Banyak proses-proses penyakit yang
berpengaruh pada mata dapat dilihat langsung
dengan ophthalmoscope atau slitlamp.
• Photography retina dan angiography
fluorescein bisa digunakan untuk mempelajari
aliran/pembuluh darah di dalam mata.
22
INVESTIGASI MATA (Lanjutan-1)
• Pemeriksaan mata dimulai pada bagian luar
mata, kelopak dan jaringan kulit sekitarnya.
• Pemeriksaan terhadap buta warna (tes
Ischihara)
• Gerak mata juga perlu diperiksa (pada
strabismus).
• Pemeriksaan visus dengan Bagan Snellen’s,
disusul pemeriksaan luas medan pengelihatan. 23
INVESTIGASI MATA (Lanjutan-2)
• Tonometry untuk pemeriksaan tekanan bola
mata (glaukoma).
• Pemeriksaan mata dilakukan untuk menentukan
kausa gangguan pengelihatan atau adanya
simtoma lain, serta untuk memastikan apakah
seorang perlu memakai kacamata.
• Gangguan mata glaukoma pada stadium dini
bisa saja tanpa gejala, dan hanya bisa
ditemukan melalui pemeriksaan khusus.
24
PENDENGARAN
Pendengaran terjadi sewaktu gelombang
suara masuk ke telinga dan merangsang
sel-sel reseptor yang kemudian melepaskan
potensial aksi.
Potensial aksi disalurkan ke otak melalui
saraf akustikus (saraf kranialis VIII).
25
PENDENGARAN (Lanjutan-1)
Telinga memiliki tiga kompartemen:
luar (externa)
tengah (media) dan
dalam (interna)
yang memungkinakan transmisi dan
interpretasi suara.
26
PENDENGARAN (Lanjutan-2)
• LANSIA:
Secara umum, ketajaman pendengaran menurun
seiring dengan usia.
Penyebabnya antara lain adalah aterosklerosis
dan penurunan aliran darah, kekakuan struktur
telinga tengah dan dalam, dan berkurangnya sel
reseptor.
Terjadi penimbunan serumen (kotoran telinga)
yang menurunkan transmisi suara.
Penyakit-penyakit sistemik penyerta yang
lain, seperti diabetes mellitus juga dapat mempengaruhi pendengaran.
27
GANGGUAN TELINGA
(DISORDER OF THE EAR)
• Telinga bisa terserang berbagai
gangguan yang mungkin saja mengakibatkan
hilangnya pendengaran (tuli)
Vertigo hasil gangguan telinga tidak umum,
walau demikian ini bisa timbul akibat gangguan
pada telinga tengah.
28
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-1)
• Defek kongenital
Bayi lahir dengan saluran telinga luar sempit
(jarang terjadi), terkadang tulang-tulang kecil
telinga tengah deformasi atau absen.
Juga ditemukan pinna (daun telinga luar) tidak
tumbuh atau distorsi.
Rubella (Campak Jerman, German measle)
menyerang bumil pada bulan pertama
kehamilan  kerusakan pendengaran bayi 
tuli.
29
GANGGUAN... (Lanjutan-2)
INFEKSI
Penyebab paling umum menyerang telinga
 otitis eksterna atau otitis media
 bisa perforasi membran timpani.
Infeksi telinga tengah bisa meluas bisa sampai
mastoiditis, atau abses otak, komplikasi ini
sudah jarang terjadi sejak penemuan antibiotika.
Infeksi virus telinga dalam dapat menimbulkan
labyrinthitis dengan gejala vertigo dan/atau
kehilangan pendengaran yang mendadak.
30
GANGGUAN ... (Lanjutan -2)
CEDERA (INJURY)
Bentuk daun telinga Cauliflower umumnya
akibat cedera berulang-ulang.
Cedera saluran telinga luar dan perforasi
genderang bisa hasil pemasukan benda asing
ke saluran telinga bisa juga (walau jarang)
terpukul atau suara keras.
Terpajan suara keras untuk waktu lama atau
suara ledakan bisa menimbulkan gangguan
tinnitis (berdenging) atau tuli.
Perubahan tekanan (penyelam scuba atau
aktivitas terbang) bisa menimbulkan cedera
(barotrauma) dan sakit.
31
GANGGUAN ... (Lanjutan -3)
TUMORS
Tumor dalam telinga sangat jarang, kadang
carcinoma basal sel yang juga bisa menyerang
saluran telinga. Kanker telinga tengah dan
dalam jarang ditemukan.
Acustic neuroma adalah benign,
pertumbuhannya lambat tumor saraf acustic
bisa menekan struktur dalam telinga  tuli,
tinnitis dan imbalance.
Cholesteatoma terjadi dari kumpulan sel kulit
dan sisa-sisanya, dan bukan satu tumor, walau
demikian bisa bahaya.
32
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -4)
• Obstruksi:
Obstruksi saluran telinga utamanya karena
kotoran telinga yang mengeras, bisa juga akibat
otitis eksterna.
Pada kanak-kanak, sebab yang sering terjadi
adalah memasukkan benda asing ke saluran.
• Degenerasi:
Tuli pada manula akibat presbycusis,
deteriorasi rambut getar di dalam cochlea.
33
GANGGUAN TELINGA
Keracunan dan Obat-Obat
Telinga bagian tengah sangat sensitif terhadap
kerusakan akibat obat-obat tertentu.
Yang terpenting adalah aminoglucocide dan
antibiotika, termasuk streptomysin, dan
gentamicin.
Obat-obat ini menimbulkan kerusakan pada
rambut getar cochlea, terutama bila digunakan
dalam dosis tinggi (biasanya pada yang disertai
penyakit ginjal, yang akan memperlambat
pengeluaran dari tubuh).
34
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-5)
Obat-Obat lain:
quinine,
aspirin dan
diuretika (furosemide)
ethacrynic acid dan
bumetanide.
35
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-6)
• Gangguan-Gangguan lain:
-
Otosclerosis adalah suatu kondisi
kongenital.
Dasar dari satu tulang kecil yang ada di
dalam telinga tengah menjadi kaku  tuli.
-
Menier’s disease adalah tidak terlalu umum,
pada ini ada gejala tuli, vertigo dan tinitus
sebagai hasil akumulasi cairan di dalam
labyrinth telinga bagian dalam.
36
“Ear piercing”:
• Ini adalah tindakan tindik telinga.
Tindakan sederhana yang harus dipastikan jangan
menularkan penyakit infeksi menular melalui jarum
suntik/tusuk yang dipakai berulang-ulang (sekarang
menggunakan alat khsus: ear-piercing gun.
Penusuk yang ditembakan terbuat dari emas atau
berlapis emas agar tidak menimbulkan dermatitis.
Selama 6 minggu penusuk dibersikan secara regular
dengan H2O2 atau alkohol, diputar-putar agar lubang
tidak menutup)
37
INVESTIGASI TELINGA
• Pemeriksaan terdiri dari:
1. Pemeriksaan fungsi pendengaran dengan:
garpu tala
AUDIOMETRIX HEARING TEST
menghasilkan tipe dan tingkatan gangguan
pendengaran.
2. Pemeriksaan telinga bagian luar dan
gendang tympani bisa dengan teknik
otoscopic dan mikroskopik.
38
INVESTIGASI TELINGA (Lanjutan)
3. Pemeriksaan fungsi mekanisme pengatur
keseimbangan badan bisa dengan
pengawasan nystagmus yang ditimbulkan
dengan mengalirkan dengan lembut cairan
suhu panas dan dingin ke dalam saluran
telinga (Caloric test)
Test ini bisa dipertegas dan direkam secara
teknik electronystagmography.
39
GANGGUAN PENDENGARAN
KONDUKTIF
• Menurunnya pendengaran akibat hambatan
hantaran gelombang suara di telinga luar atau
tengah, dapat terjadi apabila terdapat benda
asing menyumbat di telinga, atau penimbunan
serumen atau cairan di telinga luar atau
tengah.
OM (otitis media) dapat menyebabkan
gangguan ini.
Alat bantu “hearing aid” mungkin memberi
perbaikan.
40
GANGGUAN KONDUKTIF (Lanjutan)
Anak: yang berulang-ulang sakit OM dapat
mengalami defisiensi bicara apabila terjadi
gangguan pendengaran selama periode
kritis pembentukan bahasa.
Infeksi berulang
Jaringan sikatrik pada gendang telinga
hilangnya pendengaran.
41
GANGGUAN PENDENGARAN (Lanjutan-1)
SENSORINEURAL
Penurunan pendengaran akibat disfungsi:
organ Corti,
saraf auditorius, atau
otak.
Organ Corti rusak bisa akibat terus menerus
terpajan suara bising, atau setelah minum
obat-obat ototoksik, gentamisin, neomisin, dan
streptomisin, analgetika (aspirin) tembakau,
alkohol, juga penyakit sistemik DM dan lues.
42
GANGGUAN SENSORINEURAL (Lanjutan-2)
Kanak-kanak:
Gangguan sensorineural kongenital dapat
terjadi akibat janin:
terpajan ke rubela atau
obat yang dimakan/diminum bumil
(termasuk aminoglikosida).
Gangguan pendengaran sensorineural juga
dapat herediteri.
43
Gangguan Pendengaran (Lanjutan-3)
Lansia:
Pada lansia membran basilaris koklea
mengeras seiring dengan pertambahan usia,
sehingga timbul gangguan pendengaran
sensorineural yang disebut presbikusis.
Sel-sel rambut reseptor rusak dan tidak diganti.
Hilangnya reseptor-reseptor di rentang frekuensitinggi terjadi.
Akibat perubahan-perubahan tersebut, pada
lansia lebih mampu mendengar suara bernada
berat dibandingkan yang melengking.
44
PENGECAPAN
Tast buds ada di lidah dan melepaskan
potensial aksi sebagai respons terhadap
rangsangan kimiawi.
Terdapat papil-papil pengecap khusus
untuk berbagai sensasi rasa, yang belum
semuanya teridentifikasi.
45
PENGECAPAN (Lanjutan-1)
Reseptor-reseptor yang telah diketahui:
-
Reseptor berespons terhadap rasa manis,
pahit, asam, atau asin.
Pengaktivan reseptor yang berbeda-beda
dengan tingkatan yang berlainan oleh zat-zat
yang terdapat di makanan  rasa yang
beragam.
Indera pengecapan mengawali pencernaan
dan menimbulkan rangsangan untuk makan.
46
PENGECAPAN (Lanjutan-2)
Depolarisasi papil-papil pengecap menyebabkan
pengaktivan saraf kranialis: V, VII, IX dan X.
Saraf-saraf ini mengirim informasi ke thalamus
dan kortek serebri  tempat sensasi
diidentifikasi.
Dapat terjadi adaptasi (penurunan pelepasan
pontensial aksi) papil pengecap apabila
rangsangan oleh suatu bahan kimia yang
terjadi terus menerus.
47
PENCIUMAN
• Sensasi bau dihasilkan sel-sel receptor
yang disebut: sel-sel olfactorius yang
melapisi membran mukosa hidung.
Sel olfaktorius mengandung silia yang
mengalami depolarisasi apabila diikat
oleh zat-zat kimia tertentu yang sesuai
dengan bau tertentu di udara.
48
PENCIUMAN (Lanjutan-1)
Beberapa jenis silia mengalami hyperpolarisasi
sebagai respons terhadap bau tertentu.
Reseptor olfaktorius cepat beradaptasi terhadap
rangsangan yang kontinue.
Sel olfactorius sebenarnya adalah sel-sel
susunan saraf pusat.
Depolarisasi sel-sel ini  membentuk potensial
aksi di lobus olfactorius otak.
49
PENCIUMAN (Lanjutan-2)
Lansia: akibat ketajaman penciuman dan
pengecapan berkurang,
 menurunkan nafsu makan
 makanan ditambah garam.
Persepsi rasa manis tidak berkurang  bisa
meningkatkan berat badan pada sebagian
lansia.
50
HIPOSMIA & HIPOGEUSIA
HIPOSMIA
• Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral
atau unilateral.
Kelainan ini bisa mengena semua bau-bau.
Penyebab yang sering adalah tersumbatnya
saluran hidung.
Hiposmia bau tertentu mengisyaratkan
kerusakan jaringan saraf.
Orang yang mengalami cedera lobus frontalis
sering menderita hiposmia.
51
HIPOGEUSIA
Penurunan sensasi pengecapan. Dapat
mengena semua rasa atau rasa tertentu saja.
Ini mengidentifikasikan kemungkinan adanya
kerusakan salah satu saraf kranialis yang
mempersarafi lidah atau palatum. Kadangkadang rasa yang sebelumnya dinikmati, tibatiba dipersepsikan sebagai rasa tidak enak.
Fenomena ini disebut parageusia yang bisa
akibat obat-obat kemoterapi, dsb. atau
disfungsi hati.
Pada lansia hipogeusia kadang timbul spontan.
52
Penyakit Infeksi Khusus
berkaitan dengan
Implikasi Spesial bagi
Para Fisioterapis
Disusun oleh
dr. Mayang Anggraini Naga
U-IEU (Revisi-2009)
53
DESKRIPSI
Pembahasan materi meliput berbagai
penyakit infeksi khusus berkaitan dengan
implikasi spesial bagi para fisioterapis
54
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mampu memahami kekhususan berbagai
penyakit infeksi, infeksi pengguna protheses,
Lyme’s disease, infeksi otak dan selaput
otak, dan implikasi spesial bagi para
fisioterapis.
55
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
& POKOK BAHASAN
Menjelaskan
Penyakit infeksi bakterial, streptokokal, gas gangren
Penyakit pseudomonas,
Penyakit cytomegaloviral
Penyakit mononucleosus
Infeksi pengguna prothesis
Lyme’s disease
Infeksi CNS,
Meningitis, abses otak, ensefalitis
&
implikasi spesial bagi para fisioterapis
56
PENYAKIT INFEKSI KHUSUS
INFEKSI BAKTERIAL
• Infeksi Stafilokokal
Stafilokokus aureus adalah bakteri terumum
yang ada di kulit dan mudah masuk ke
dalam jaringan dan menimbulkan supurasi.
Penyebab timbulnya endocarditis.
Penyebaran melalui kontak direk dari kulit
sisakit.
Kuman ini juga dapat hidup di atas permukaan
benda mati.
57
Infeksi Stafilokokal (Lanjutan-1)
Luka bakar dan luka operasi sering terkena
infeksi ini.
Bayi dan manula, malnutrisi, DM dan pasien
obesitas mudah terkena infeksi kuman ini.
Ia menjadi ½ penyebab kasus septik arthritis
(>> 50-70 tahun) .
Rheumatoid arthritis dan terapi kortikosteroid
adalah predisposisi terserang keadaan ini.
58
Infeksi Stafilikokal (Lanjutan-2)
Stafilokokus masuk lewat luka, di dalam
tubuh ia jadi virulent patogen, mengsekresi
sedikitnya 5 (lima) jenis ensima perusak
membran serta toksin perusak jaringan
inang, eritrosit, leukosit dan trombosit,
fiberoblast dan sel lain.
59
Infeksi Stafilikokal (Lanjutan-3)
Gejala klinis:
Bergantung site terkena dan tipe infeksinya
 antaranya bisa sebagai furunkul,
paronychia, felon (di telapak ujung jari
tangan), carbunkul, osteomyelitis, infeksi
luka bakar atau luka operasi, infeksi
saluran napas, bakterial arthritis, septicemia,
bakterial endokarditis, toxic shock syndrome,
keracunan makanan.
Gejala: demam menggigil serta
gangguan pada site infeksi.
60
Special Implication for The Therapist:
Terapi: kadang perlu drainage abses
antibiotika dan suportif terapi.
• Organisme sulit dihilangkan melalui menyikat
atau mencuci tangan.
• Mencuci dengan sabun hijau, sabun
antimikrobial.
Tujuan: menjaga pengurangan jumlah kuman,
dan menjaga jumlah minimal, serta
secara mekanik menghilangkan kuman
transient lain.
(Pseudomonas, E.coli, salmonellae dan shigella)
61
Infeksi Streptokokal
• Streptokokal grup A
Streptokokal Pyogenes:
Streptokokal faringitis:
- Demam rematik
- Scarlet fever
- Erysipelas
- Impetigo (streptokokal pyoderma)
- Streptokokal gangrene (necrotizing faciitis)
- Streptokokal myositis.
62
Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1)
• Streptokokal grup B
Streptokokal agalactiae:
Neonatal streptokokal infeksi
Adult grup B streptokokal infeksi
• Streptokokal grup D
Streptokokal pneumoniae:
- Pneumokokal pneumonia
- Otitis media, Meningitis, Endocarditis
63
Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1)
• Gas Gangrene:
Gangrene = jaringan mati yang umumnya
diikuti hilangnya suplei vaskuler
(nutrisi, sirkulasi arterial)
diikuti invasi bakteri dan putrefaction.
Ada 3 tipe gangrene:
- (1) kering,
- (2) basah yang timbul akibat kehilangan
aliran darah akibat banyak penyebab,
- (3) ... 
64
Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1)
- (3) sedangkan gas gangrene timbul pada
luka terinfeksi bakteri anaerobik 
menghasilkan gas dan kerusakan
jaringan. (Kasus jarang, namun berat,
tercetus mengikuti trauma operasi
dengan otot dan subkutan terisi gas
dan eksudat)  kuman cepat menyerang jaringan sekitarnya dan bisa fatal
dalam beberapa jam.
65
Infeksi Streptokokal (Lanjutan-3)
Terapi: buka luka untuk memberi kesempatan
udara masuk (O2) dan drainage.
Jaringan mati dibersihkan, dan diberi
agen anti-infeksi bila perlu harus
amputasi.
Prognosis untuk yang di dinding abdomen,
uterus dan usus besar sangat jelek.
66
Special Implication for The Physical Therapist
Gas Gangrene
• Bila menghadapi cedera postoperasi atau posttraumatik  perhatikan apakah ada ischemia
(kulit dingin, pucat (pallor) atau cyanosis (birupucat), mendadak, sakit sekali, edema
mendadak, serta pols tidak teraba pada
tungkai.  Keseimbangan cairan perlu diatur,
perhatikan fungsi paru dan jantung.
• Cegah kerusakan jaringan luka post operasi.
67
Special Implication ... (Lanjutan-1)
• Bebaskan daerah luka bagi kehidupan clostridia
(anaerobic)  agar jaringan granulasi bisa
tumbuh, perlu debridement untuk mengurangi
kondisi yang menguntungkan kuman anaerobik.
Beri tahu dokter terkait bila ada jaringan yang
mati.
Posisi pasien dibuat mempermudah
drainage.
68
Special Impliation ... (Lanjutan-2)
• Pasien harus disiapkan secara psikologik agar
bisa menghadapi kenyataan yang pahit.
• Gas sangat berbau.
Prosedur steril diperlukan untuk merawat luka.
• Pembuangan material drainage dalam kantung
plastik ganda  incinerator.
Setelah pasien dipulangkan tidak perlu tindakan
pembersihan khusus.
69
PSEUDOMONAS (Rubin & Farber, 1994)
• Penyebab opportunitis patogen yang terumum
menimbulkan nosokomial.
Kuman menghasilkan pigmen cyanin dan
fluorescein  warna kebiruan.
Mudah hidup di tempat yang lembab
(kolam renang, bak mandi, alat-alat respirasi
dan dispenser sabun cair).
70
PSEUDOMONAS (Rubin & Farber, 1994) (Lanjutan-1)
Kuman ini termasuk yang sangat resisten
terhadap antibiotika.
Menimbulkan:
- infektif endokarditis (IV drug user),
- pneumonia (PPOM),
- gagal jantung kongestif,
- malignansi
(sistem hematopoietik: neutropenic,
sebagai hasil kemoterapi).
71
Pseudomonas
(Rubin & Farber, 1994) (Lanjutan-2)
Infeksi CNS (meningitis dan abses otak) (bisa
lewat trauma kapitis)
- Telinga, mata dan saluran kemih,
gastro-intestinal, kulit dan jaringan lunak,
infeksi tulang dan persendian
(akibat penyebaran hematogen).
• Pseudomonas aeruginosa  sepsis, septicema
(mortalitas tinggi)
• Terapi: antibiotika, operasi, terapi paru dan
pernapasan & suportif lain-lain..
72
Special Implication for The Therapist:
Pseudomonas infections
• Organisme yang transient dan mudah hidup
selama 24 jam di kulit dan yang mudah
dihilangkan dengan cara mencuci atau menyikat
tangan.
• Transmisi kuman melalui kontak tangan.
• Sampai di site yang menguntungkan pada inang
yang rentan infeksi, ia dapat mudah
menimbulkan infeksi, walau untuk membuktikan
penularnya sulit.
73
Special Implication for The Therapist:
Pseudomonas infections (Lanjutan)
• Mudah dihilangkan melalui friksi mekanikal dan
mencuci dengan air sabun  sesuai standard
mencuci tangan.
• Pada yang immunocompromised harus dicegah
jangan sampai terkena infeksi ini.
• Perawatan cedera luka harus berdasarkan
teknik steril yang ketat.
74
CYTOMEGALOVIRUS
• Cytomegalic inclusion disease (CID) banyak
timbul pada grup virus herpes.
• CMV bisa kongenital peri- maupun postnatal.
Tersebar pada pasien imunocompromized
dan manula.
• 1 % bayi baru lahir terinfeksi, 4 dari 5 orang tua
> 35 tahun terinfeksi CMV, umumnya saat
kanak-kanak atau sedang menginjak dewasa,
biasanya seropositif.
75
CYTOMEGALOVIRUS (Lanjutan-1)
Bisa menyerang multiple site, termasuk otak,
ginjal kelenjar salivarius, hati, paru, pankreas,
tiroid, adrenal dan saluran pencernaan.
Penularan: kontak dengan plasenta, urine, ASI,
feces, darah, seksual ( semen, vaginal dan
sekret servik) melalui transfusi darah,
transplantasi organ (organ recipients
mempunyai risiko tinggi).
CMV umum terjadi pada AIDS.
76
CYTOMEGALOVIRUS (Lanjutan-2)
Terapi: mencegah komplikasi
(ganciclovir atau forscarnet).
Prognose pada yang nonkompromized jelek,
karena bisa terserang infeksi 
disseminated infeksi yang fatal.
77
Special Implication for The Therapist
Cytomegalovirus
• Bumil dan pasien immunosuppressed
harus dihindarkan terhadap pajanan CMV
walaupun masih suspect infeksi CMV.
• Pasien dengan CMV harus mencuci
tangan sesering dan sebersih mungkin
untuk mencegah penyebarkan penyakit.
78
Special Implication for The Therapist
Cytomegalovirus (Lanjutan)
• Anak-anak harus dilatih agar gemar mencuci
tangan.
• Anak sakit tidak boleh mencium orang lain.
• Orang/teman harus tidak mencium si-sakit.
• Para petugas profesional asuhan rumah sakit
harus menjalankan prosedur tetap tentang
pembebasan tangan dari kuman sesuai
standard internasional.
79
Infectious Mononucleosis
• Infeksi akut disebabkan oleh: Epstein-Barr Virus
(EBV), anggota grup herpes virus.
• Terutama menyerang dewasa muda dan anakkanak, pada anak seringnya ringan dan tidak
nampak.
• Banyak ditemukan di USA, pada kedua sek
sama. Insidens muncul musiman pada
mahasiswa dan tidak pada populasi lain.
Gangguan ini disebut dengan “Kissing disease”.
Bisa juga ditularkan melalui transfusi, post
operasi jantung dikenal dengan “Post pump
perfusion” syndrome.
80
Infectious Mononucleosis (Lanjutan)
• Menimbulkan proliferasi jaringan limfoid darah,
nodi limfatik dan lien. -> demam, sore throat,
sakit kepala, sakit limfadenopati leher, disfungsi
hati, meningkatnya limfosit dan monosit.
• Waktu inkubasi: 10 hari pada kanak-kanak,
30-50 hari pada dewasa.Diagnosis: asesment
fisik, test laboratoris, heterophil + (Monospot
test) Naiknya antibodi terhadap EBV.
Imunitas tidak permanent. Virus dapat lama
hidup di B limfosit.
81
Special Implication for The Therapist
Infectious Mononucleosis
• Menular sebelum simtoma timbul sampai suhu
membaik serta gejala oral dan faringealnya
hilang.
• Walau timbul hanya ringan, tetap diwaspadai
sebagai penyakit infeksi menular.
• Harus mencuci tangan, hindari pemakaian
bersama alat makan, untuk menghindari tenaga
kesehatan tertular.
• Kurangi aktivitas yang berat (menjaga ruptur
lien, dan menurunnya resistensi infeksi).
82
Special Implication for The Therapist
Infectious Mononucleosis (Lanjutan)
• Perlu dikerjakan selama minimum 1 bulan.
• Gejala ruptur lien (sakit abdomen atas; Kehr’s
sign, sakit bahu mendadak, shock)  periksa
dokter segera.
• Gerak lengan (soft tissue mobilization atau
myofascial techniques) untuk kuadrant kiri atas
harus perhatikan ada tidaknya pembesaran
limpa (lien)  gunakan indirect techniques untuk
menjauhi lien.
83
INFEKSI LAIN-LAIN
Infeksi pada pencandu obat: (Yacobs, 1994), umum terdiri
Dari: (1) infeksi kulit (higiene jelek, dan banyak tusukan
jarum)  infeksi stafilokokus
(2) hepatitis (parenteral dan fecal-oral route)
(3) aspirasi pneumonia serta komplikasi: abses paru,
empyema, abses otak)
(4) emboli paru septik (venous thrombi atau
endocarditis)
(5) sexually transmitted disease (STD)
(6) >> pada AIDs  bayi akan juga terinfeksi
(7) endocarditis infektif.
Osteomyelitis vertebrae, sendi sternoclavicular, dan lain-2
sering ditemukan pada pecandu obat (lewat darah),
Rasa sakit & demam sebelum perubahan Ro terjadi. 84
Infeksi pada Pengguna Prostheses
dan Implants
• 1-5% pengguna prostheses terinfeksi.
• Bioprostheses, implant saat ini jumlahnya
banyak.
• Multiple operasi menimbulkan naiknya risiko
terinfeksi
• Meningkatnya manula, banyak pemanfaatan
prostheses arhtrosplastic pinggul, lutut, bahu,
siku, pergelangan tangan, dan jari-jari.
85
Infeksi pada Pengguna Prostheses
dan Implants (Lanjutan-1)
• Faktor risiko:
- Yang sudah pernah operasi sebelumnya.
- Rheumatoid arthritis
- Terapi kortokosteroid.
- Status nutrisi jelek
- DM. obesitas, manula.
- Faktor-2 penghambat proses penyembuhan
- Adanya infeksi superfisial (ischemic
necrosis)
86
Infeksi pada Pengguna Prostheses
dan Implants (Lanjutan-2)
Gejala: tanda inflamasi.
Terapi: angkat prostheses + debridement
jaringan sekitarnya (untuk atasi infeksi
dalam) atau oral antibiotika sepanjang
hidupnya.
Prognosis: bisa fatal.
87
Special Implication for The Therapist
Infections with Prostheses and Implants
• Infeksi bisa timbul berbulan-bulan, atau
bertahun-tahun post operasi.
• Adanya simtoma muskuloskeletal yang
berlebih  periksa ada tidak infeksi (Bisa
dibantu melalui anamnese yang rinci).
• Adanya infeksi yang terakhir dari gigi,
pulmonair, alat pernapasan atas  perlu
evaluasi medis.
88
Special ….. (Lanjutan-1)
• Adanya drainage spontaneous dari jaringan
parutnya  bisa menjadi tanda infeksi dan
harus dievaluasi dokter.
• Implant silicone payu dara (SBIs): (subcutane
atau subpectoral). Infeksi dan trombosis
sangat jarang.
Gejala gangguan penyakit jaringan ikat dan
gangguan imunitas kadang ada.
89
Special ….. (Lanjutan-2)
Reaksi autoimun terhadap silicon belum
terbukti ada kaitannya.
Gejala jaringan ikat yang bisa terjadi: sakit,
pembengkakan, kulit rasa kencang, merah,
bengkak kelenjar limfe, lelah, tangan kaki
bengkak, rambut rontok.
Ada sebutan: “human adjuvant disease” untuk
menunjukan gangguan muskuloskeletal
menyertai implant mammae.
90
Special ….. (Lanjutan-3)
• Komplikasi terumum pada SBIs (payu dara)
adalah capsule contracture atau contracture
jaringan fibrosis sekitar prosthesis,
kemungkinan berhubungan dengan infeksi
subklinis (S. epidermidis) (Virden et al, 1992).
• Komplikasi lain: gel bleed, ruptur implant,
perkapuran (calcification) sekeliling implant,
kemungkinan gangguan mammography saat
diagnosis kanker payu dara (Shiffman, 1994.)
91
Spesialis … (Lanjutan-4)
• Sakit dada mirip serangan jantung.
Ini tercatat sebagai fibromyalgia Apakah
ini hanya timbul pada wanita SBIs masih
tanda tanya.
• Setiap wanita dengan atau tanpa SBIs
mengalami sakit dada atau rasa tidak enak
pada dada, adanya perubahan ukuran, warna
atau bentuk payu dara, adanya discharge di
putting atau simtoma lain yang sulit dijelaskan,
sebaiknya konsult ke dokter.
92
LYME DISEASE
Penyakit infeksi multisistemik disebabkan
oleh bakteri bentuk spiral Borella burgdorferi.
Ditularkan melalui kutu kijang (Ixodes
damini).
Lyme adalah nama kota di Connecticut. 
gejala arthritis, yang sering dimulai saat
musim summer, endemic di US (Massachusetts,
Maryland, Wisconsin, Minnesota, California dan
Oregon)
Insidens: penyakit infeksi yang cepat menyebar
setelah AIDS.
93
LYME DISEASE (Lanjutan)
Pada tahun 1992 ada 5100 kasus, 1993, 8000
dan 1994 ada 13000. menyerang kedua sek.
Ditularkan melalui saliva kutu yang masuk ke
aliran darah dan limfe atau dari deposit fecal di
atas kulit, menyebar ke bagian kulit lain  lesi
khusus. nInkubasi 3-32 hari, mungkin bisa hidup
lama di tendo/synovia atau menimbulkan
inflamasi yang mematikan.
94
LYME DISEASE (Lanjutan-1)
Gejala dalam 3 stadium:
Stadium pertama terlihat simtoma mirip flu
skin rash, gejala hilang diikuti gejala lain.
(eryhtema migrans = bull eyes rash),
rash makin banyak,
conjungtivitis,
urticaria.
3-4 minggu bercak merah s/d beberapa
minggu.
95
LYME DISEASE (Lanjutan-2)
Rasa malaise, lemah, lelah konstan dan
intermiten, gejala mirip flu bisa timbul,
termasuk sakit kepala, demam menggigil,
ngilu-ngilu, limfadenopati regional.
Jarang, namun bisa terjadi iritasi meningeal,
encephalopathy ringan, rasa sakit muskuloskeletal, dan juga bisa sampai hepatitis.
Rasa kering tenggorokan dan batuk-batuk
bisa timbul beberapa hari sebelum EM
(erythema migrans).
96
Lyme Disease (Lanjutan-3)
Setelah beberapa bulan timbul:
Stadium kedua:
gangguan abnormalitas saraf, dan
cardiac.
Gejala psykiatrik.
Gangguan sensasi kulit, insomnia,
gangguan tidur, kehilangan memori,
kesulitan konsentrasi, dan
pendengaran penurun.
97
Lyme Disease (Lanjutan-4)
Stadium ketiga:
Berminggu atau tahunan kemudian
(timbul pada orang yang belum pernah
mendapat terapi pendahulu).
Arhtritis rheumatoid, dengan pembengkakan sendi besar  kumat-kumat jadi
kronik dengan erosi kartilago dan tulang.
10%-20% terjadi arthritis kronik pada pasien
yang tidak memperoleh terapi.
98
Lyme disease
-
-
DIAGNOSIS
letak geografis, riwayat berpergian penting
Serologik test (positif menunjukkan gejala
namun belum sebagai bukti adanya
infeksinya)
Serologik negatif: diagnose bisa
dikesampingkan.
Simtoma persisten bukan bukti adanya
infeksi.
99
Lyme Disease (Lanjutan-5)
Test polymerase chain reaction (PCR)
-
Menggunakan teknik slicing gen untuk
deteksi material genetik kuman, ini lebih
peka daripada test antibodi.
PCR yang persisten tidak membuktikan
bahwa infeksi terus berlanjut atau hanya
ada kuman yang mati.
Masih ada 2 test yang sedang dalam
percobaan.
100
Lyme disease (Lanjutan-6)
• Terapi: - Oral antibiotika,
- Istirahat untuk radang sendi dan
bengkak- bengkaknya.
- Analgetik untuk menghilangkan rasa
sakit.
- Arthroscopy.
• Prognosis: 15% komplikasi jantung, sendi,
saraf pada yang diterapi.
Tidak terbentuk imunitas alamiah.
Infeksi bumil  abortus, stillbirth.
101
Special Implication for The Therapist
Lyme Disease
• Chronic arthritis. Tidak menyerang sendi
secara bilateral, bisa ber-gantian.
Kronik (s/d 1-3 tahun).
Ada kerusakan permanent sendi dan tulang
rawan  ROM dan exercise untuk strengthening
tanpa overexertion.
• Pasien dengan gejala neurologik  perlu
terapi perbaikan neuropsiatrik.
Pada yang gangguan jantung  terapi neuropati
102
yang umum.
Special ... (Lanjutan-1)
• Multiple sclerosis  antibiotika tidak akan
berhasil.
• Fibromyalgia-like mungkin timbul akibat
gangguan tidur.
• Setiap pasien fibromyalgia perlu diperiksa lebih
lanjut.
Apakah betul Lyme disease ?
Proses screening bisa melalui wawancara
tentang riwayat sakit, riwayat sakit keluarga.
• Pastikan apakah gejala yang nampak adalah
Lyme atau gangguan lain.
103
INFEKSI SUSUNAN SARAF SENTRAL
• Berbagai respons protektif tubuh mampu
mencegah akses kuman sampai ke sistem saraf,
oleh karenanya infeksi CNS jarang terjadi.
• Bakteri disingkirkan dari darah oleh:
1) sistem reticuloendothelial
2) sistem imune
3) mekanisme barier darah otak yang mencegah kuman masuk otak dan CSF. (organisme bisa masuk ke otak & CSF hanya apabila
sel endothel di pembuluh darah cerebral
terinfeksi) .
104
INFEKSI SUSUNAN SARAF SENTRAL (Lanjutan)
• Sekali kuman masuk otak dan CSF, proteksi
imunitas akan sangat rendah dibanding bagian
lain tubuh.
CSF memiliki kira-kira < dari 1/200 jumlah
antibodi darah, begitu juga jumlah leukositnya
lebih rendah dari darah.
Otak memiliki sistem limfe yang rendah untuk
memerangi infeksi.
• Tanda & gejala infeksi CNS bergantung pada
site infeksi.
Tipe mikroorganisme penentu utama lama
infeksi dan prognoses sequelae neurologik.
105
MENINGITIS
• Pada meningitis radang ada di meningen dan
corda spinalis.
• Ketiga lapisan penutup otak: duramater,
arachnoidea dan piamater bisa terkena semua.
• Umumnya meningitis adalah komplikasi dari
infeksi di tempat lain tubuh.
• Organisme penyebab bisa berbagai macam
yang masuk melalui darah atau CSF.
106
MENINGITIS (Lanutan-1)
• Inflamasi bisa meluas ke lapisan pertama dan
kedua cortex cerebri dan corda spinalis, dan
memproduksi thrombosis di vena cortical.
Dapat menimbulkan infark dan jaringan parut
yang menghalangi aliran CSF, khususnya di
sekitar basis cranii.
• Blokade CSF akan menimbulkan hydrosefalus
atau subarachnoide cyst.
107
Meningitis (Lanjutan-2)
• CSF bisa terkontaminasi akibat luka tusuk
atau luka /tembus meningen pada cedera
atau prosedural neurologik.
• Gejala klinis:
- demam,
- sakit kepala,
- kaku kuduk dan sakit.
- Kernig’s sign dan Brudrinki’s sign (+),
kejang dan koma, tanda focal neurologik,
cerebral palsy dan tuli.
108
Meningitis (Lanjutan-3)
• Diagnosis: Lumbar puncture (LP). Test
laboratoris.
• Radiografik untuk menyingkirkan fraktur,
sinusitis dan mastoiditis.
• CT-scan bisa menemukan abses dan infark.
Viral meningitis adalah hiperakut bisa terjadi
dalam beberapa jam. Abses bakterial bisa
dalam 4-24 jam.
Fungal infeksi dan TB bisa beberapa hari
sampai berminggu-minggu.
109
Meningitis (Lanjutan-4)
• LP menentukan kadar sel mononuclear
(ratusan) kadar glucose dan peningkatan
kadar protein dengan absennya bakteri.
• Terapi viral adalah simtomatik (sakit kepala
dan muntah) prognosis baik, akan sembuh
dalam 1-2 minggu.
• Abses pyogenic sering akibat infeksi E. coli,
hemophillus influenza.yang tanpa antibiotik bisa
menimbulkan/kematian.
110
Meningitis (Lanjutan -5)
(LP: kadar glucose < 50% kadar serum darah,
leukosit meningkat sampai ribuan dan protein
juga meningkat)
Terapi: antibiotika spektrum luas yang mampu
menembus barier otak dan mencapai
konsentrasi cukup di CSF untuk dapat
membunuh bakterinya.
• Pasien diisolasi paling sedikit 3 hari. Bila ada
edem otak beri kortikosteroid.
111
ABSES OTAK
• Terjadi akibat infeksi lokal pada otak.
Bisa hanya satu areal bisa juga beberapa
areal yang terkena.
• Site dan ukuran besar daerah terkena akan
menentukan simtom inisial yang terjadi.
Ada peningkatan tekanan otak.
• Orang dengan imunosupresive drug,
mudah tekena gangguan ini.
112
ABSES OTAK (Lanjutan-1)
Gejala
-
demam,
menggigil dan
sakit kepala dan
tanda fokal neurologik yang progresif.
Onset gejala bisa lambat bisa cepat dan
progresif menimbulkan hernia kompresi
batang otak  kematian.
113
Abses Otak (Lanjutan-2)
Kejang, letargia dan confusion meningkat sesuai
dengan peningkatan tekanan intracranial.
Bisa parese bila lesi di frontal dan parietal
disertai gangguan vision dengan disfungsi lobus
ocipital.
Prognosis: < 65 – 30% bila terkontrol antibiotika.
Hampir ½ dengan gejala sisa neurologik
(tanda fokal atau aktivitas meningkat) kejang.
114
ENCEPHALITIS
Causa: invasi direk virus atau viral
hipersensitivitas. (vektor: nyamuk
atau kutu, atau susu kambing, juga
herpes virus)
• Bisa primer bisa sekunder komplikasi.
• Gejala inflamasi dan kerusakan substansia
gresia (gray matter) CNS. Edem cerebri bisa
mengakibatkna neural death.
• Bisa disertai kerusakan sistem vaskular dan
radang pada arachnoidea dan piamater.
115
Encephalitis (Lanjutan)
• Herpes virus bisa menghasilkan respons
inflamasi di lobus temporal.
Prognosis: causalis.
• Penyembuhan sekitar 10-50%
• Herpes simplek: moderat, mortalitas 20%
• Sequelae neurologik 50%
• Sequelae cerebral permannet banyak terjadi
pada bayi.
• Waktu penyembuhan balita perlu lebih lama dari
dewasa.
116
Download