Kata Kunci: Modal sosial, keberhasilan usaha, sentra

advertisement
i
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT
(Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan,
Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur)
RIZKY ANGGRAINI
I34120093
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
ii
PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL PENELITIAN DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Modal Sosial
Dalam Keberhasilan Usaha Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit (Kasus
Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan,
Provinsi Jawa Timur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Rizky Anggraini
NIM I34120093
iii
ABSTRAK
RIZKY ANGGRAINI. Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha
Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit (Kasus Sentra Industri Kelurahan
Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur).
Dibawah bimbingan RILUS A. KINSENG.
Sentra industri kerajinan kulit merupakan salah satu sektor yang bergerak
dibidang perekonomian guna untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan
kesempatan untuk menciptakan kesempatan kerja yang baru, salah satunya di
industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten
Magetan. Perkembangan dalam bidang perekonomian dapat berdampak kepada
keberhasilan usaha yang salah satunya adalah tingkat pendapatan dan volume
penjualan. Terdapat salah satu elemen yang dapat berperan dalam keberhasilan
suatu usaha. Salah satunya adalah modal sosial yang terdiri dari dimensi
kepercayaan, jaringan dan norma yang dimiliki oleh masing-masing
penjual/pengrajin kerajinan kulit dalam mengelola serta mengembangkan
usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis hubungan karakteristik
individu dengan modal sosial yang dimiliki oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit,
2) menganalisis hubungan modal sosial dengan keberhasilan usaha industri
kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, 3) mengidentifikasi dimensi modal sosial
yang paling kuat terhadap keberhasilan usaha industri, dan 4) menganalisis faktorfaktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial yang dimiliki oleh
penjual/pengrajin kerajinan kulit. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
yang didukung dengan metode kualitatif.
Kata Kunci: Modal sosial, keberhasilan usaha, sentra industri kerajinan kulit
RIZKY ANGGRAINI. Role Of Social Capital In Industry Sales and Bussiness
Success Custom Leather Craft ( Case Industrial Centers Selosari Village, District
Magetan, Magetan, East Java). Supervise by RILUS A. KINSENG.
The sentra leather industry is one sector that is engaged in the economy in
order to increase revenue and improve opportunities to create new employment
opportunities, one in the leather industry in Selosari Village, District Magetan,
Magetan. Developments in the economy can impact the success of the business,
one of which is the level of revenue and sales volume. There is one element that
can be instrumental in the success of a business. One is the social capital consists
of the dimensions of trust, norms and networks owned by the respective seller /
leather craftsmen in managing and developing their business. This study aims to:
1) analyze the relationship between individual characteristics of social capital
owned by the seller / craftsman leather, 2) analyze the relationship between social
capital with the success of the leather industry in the Selosari Village, 3) identify
the dimensions of social capital of the most powerful on the success industrial
enterprises, and 4) analyze the factors that may affect the stock of social capital
owned by the seller / leather craftsmen. This study uses quantitative method that
are supported by qualitative methods.
Key words: social capital, business success, center for leather industry
iv
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT
(KASUS SENTRA INDUSTRI KELURAHAN SELOSARI, KECAMATAN
MAGETAN, KABUPATEN MAGETAN, PROVINSI JAWA TIMUR)
RIZKY ANGGRAINI
I34120093
Proposal Skripsi
sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497)
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
v
Judul Proposal Penelitian
: Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha
Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit
(Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari,
Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi
Jawa Timur)
Nama
: Rizky Anggraini
NIM
: I34120093
Disetujui oleh
Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA
Dosen Pembimbing I
Zessy A. Barlan, S.KPm, M.Si
Dosen Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus
:
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,
yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat
bagi penulis sehingga proposal skripsi yang berjudul Peranan Modal Sosial Dalam
Keberhasilan Usaha Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit Di Kecamatan
Magetan, Kabupaten Magetan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Pujian
dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga
serta para sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir. Penulisan proposal skripsi
ini ditujukan untuk memenuhi pengambilan data lapang dan skripsi pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selama penulisan proposal skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya ini
dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Rilus A
Kinseng, MA dan Kak Zessy A Barlan, S.KPm, M.Si sebagai dosen pemimbing
yang telah memberikan kritik dan saran selama proses penulisan hingga
penyelesaian proposal skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada kedua orangtua tercinta Drs. Pandji Sinarko dan Dra. Suci
Suriyati, kakak tersayang Shinta Citra Wardani, nenek serta semua keluarga besar
yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis.
Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat terdekat Berla,
Rizani, Rahmasari, Citra, Mona, Vanya dan Nurul yang selalu memberikan
dukungan dan semangat. Dan juga ucapan terimakasih untuk teman-teman
seperjuangan SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan selama ini sehingga
terselesaikannya proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga karya ini menjadi inspirasi bagi penulis-penulis selanjutnya.
Bogor, Februari 2016
Rizky Anggraini
NIM I34120093
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
4
PENDEKATAAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
5
5
Konsep Modal Sosial
5
Unsur- Unsur Modal Sosial
7
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
9
Industri dan Industrialisasi
11
Konsep Sektor Informal
12
Keberhasilan Usaha
12
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stok Modal Sosial
14
Kerangka Pemikiran
15
Hipotesis Penelitian
17
PENDEKATAN LAPANG
17
Metode Penelitian
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Teknik Pengumpulan Data
18
Teknik Penentuan Responden dan Informan
18
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
19
Definisi Operasional
20
DAFTAR PUSTAKA
23
RIWAYAT HIDUP
26
LAMPIRAN
27
viii
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Perbandingan definisi modal sosial
7
Perbandingan untuk menentukan karakteristik pelaku usaha
10
Perbandingan untuk menentukan indikator keberhasilan usaha
13
Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2016
18
Definisi operasional karakteristik individu penjual/pengrajin kerajinan kulit 20
Definisi operasional modal sosial penjual/pengrajin kerajinan kulit
21
Definisi operasional keberhasilan usaha industri
22
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
16
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Peta lokasi penelitian
Daftar nama responden
Kuesioner penelitian
Panduan pertanyaan
Tabel kosong (Dummy Table)
Format catatan harian
Outline skripsi
27
28
29
38
40
42
43
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perekonomian merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat
dibelahan negara dunia termasuk di negara Indonesia. Perkembangan ini tidak
hanya ditunjukkan dengan banyaknya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia
tetapi juga meningkatnya jumlah sumberdaya manusia untuk saling berebut
mendapatkan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan. Terbatasnya lapangan
pekerjaan ini yang membuat banyaknya tenaga kerja manusia menjadi
pengangguran dan terancam tidak mempunyai penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Dalam menunjang pemenuhan kebutuhan hidup dan upaya
memperoleh penghasilan, masyarakat haruslah memiliki pemikiran yang kreatif
untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan tidak tergantung dengan
penyediaan lapangan pekerjaan formal yang ada. Jenis pekerjaan yang bisa
diciptakan bisa melalui sektor informal. Sektor informal yang dimaksud disini
dapat berupa sektor industri rumah tangga, usaha, penjual atau pedagang, yang
mana menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 19951 terdapat tiga golongan
usaha kecil. Usaha kecil formal, usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.
Usaha kecil formal adalah usaha yang telah terdaftar, tercatat dan telah berbadan
hukum, sementara usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, belum
tercatat dan belum berbadan hukum. Contohnya seperti pedagang kaki lima,
pedagang pasar, pedagang asongan, petani dan pemulung. Dan usaha kecil
tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah
digunakan secara turun temurun atau berkaitan dengan seni dan budaya. Selain
itu, sektor industri rumah tangga juga memberikan kontribusi di dalam
perkembangan perekonomian Indonesia melalui Industri Kecil Menengah (IKM)
yang nantinya dapat berpotensi untuk berkembang menjadi besar dan berhasil.
Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dibedakan menjadi: 1) industri rumah
tangga dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja antara 1-4 orang, 2) industri
kecil dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja antara 5-19 orang, 3) industri
sedang atau industri menengah dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja antara
20-99, dan 4) industri besar dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah
lebih dari 100 orang. Terhitung sejak tahun 2014 menurut data BPS, jumlah usaha
khususnya yang bergerak di bidang kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebanyak
701 unit usaha. Jumlah ini kian meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Undang-Undang Nomer 5 Tahun 19842, industri adalah suatu
kegiatan perekonomian yang bertujuan untuk mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang yang siap jual
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan
perancangan dan perekayasaan industri. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya, bahwa adanya sektor industri dapat berkontribusi dalam kemajuan
serta perkembangan perekonomian yang dapat berdampak kepada pendapatan dan
meningkatkan kesempatan untuk menciptakan kesempatan kerja yang baru.
1
2
Undang-Undang Nomer 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
2
Menurut Triutami (2013) menyatakan bahwa perkembangan industri di wilayah
pedesaan menempatkan industri kecil dalam kedudukannya sehingga mempunyai
manfaat baik sosial maupun ekonomi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
Wijaya (2000) dalam Triutami (2013) yang menyatakan bahwa: 1) industri kecil
menciptakan peluang berusaha dengan pembiayaan relatif murah, 2) berperan
dalam meningkatkan dan untuk memobilisasi tabungan domestik, serta 3)
memiliki kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang. Industri
kecil yang ada didalam desa dipandang mampu untuk menggerakkan
perekonomian pedesaan dan akhirnya dapat semakin berkembang sehingga
mampu menggerakkan perekonomian nasional. Hal ini tidak terlepas dari peranan
industri kecil yang strategis baik dilihat dari segi kualitas maupun kemampuan
yang dimiliki dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
Keberhasilan usaha baik di bidang industri ataupun non industri biasanya
tidak terlepas dengan kerjasama serta peran serta dari masing-masing individu
pelaku usaha. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa dalam pengembangan
perekonomian yang dalam hal ini dikaitkan dengan keberhasilan usaha, tidak
selalu dinilai dari aspek ekonomi saja namun haruslah memperhatikan berbagai
aspek yang memungkinkan untuk menunjang keberhasilan suatu usaha yang
selama ini mungkin kurang diperhatikan. Seperti aspek pengetahuan lokal, sistem
religi, kelembagaan serta yang paling penting adalah aspek sosial (Nasution et al
2007). Didalam kegiatan usaha, masing-masing pelaku usaha pasti memiliki
tujuan bersama yang dibangun yang mana tujuan tersebut dijadikan sebagai acuan
untuk dapat dicapai sehingga muncullah rasa kerjasama yang baik diantara
individu, muncul rasa kepercayaan yang terjalin diantara satu dengan yang lain
dan akan berdampak terbangunnya sebuah hubungan atau jaringan yang erat
dalam mengelola usaha industri ataupun non industri. Hal ini yang sering disebut
sebagai modal sosial. Menurut Coleman (1999), modal sosial didefinisikan
sebagai suatu kemampuan masyarakat untuk dapat bekerja sama, demi mencapai
tujuan-tujuan bersama, didalam berbagai kelompok dan organisasi. Pengertian itu
mengungkapkan bahwa modal sosial berhubungan dengan karakteristik yang ada
pada masing-masing individu untuk dapat saling melakukan kerjasama.
Sedangkan, Putnam dalam Field (2010) memiliki pandangan yang berbeda
tentang modal sosial yaitu bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma, dan
kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Kelurahan Selosari merupakan salah satu wilayah yang ada di Kecamatan
Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Daerah ini merupakan
sentral industri kerajinan kulit yang terkenal di daerah Magetan dan sekitarnya.
Magetan memiliki kawasan industri yang paling banyak menghasilkan berbagai
macam barang yang berbahan dasar kulit, seperti sepatu, sandal, tas, ikat pinggang
serta accecories lainnya. Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Magetan telah
memberikan dukungan melalui peningkatan dan pengembangan potensi Industri
Kecil dan Menengah (IKM) kerajinan kulit di Selosari sebagai salah satu langkah
untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pendapatan. Kelurahan Selosari sendiri terdiri dari beberapa desa
yang mayoritas penduduk disana bermata pencaharian sebagai penjual kerajian
kulit dan tergabung menjadi satu ke dalam sentral industri kerajinan kulit yang
3
berada di Jalan Sawo. Di sepanjang Jalan Sawo tersebut ditemukan banyak sekali
penjual kerajian kulit dengan barang dagangan yang rata-rata sama. Disini
terdapat 37 toko yang menjual kerajinan kulit berupa sepatu, tas, sandal, ikat
pinggang dan accecories yang lainnya, diantaranya 25 merupakan penjual
sekaligus produsen dan sisanya hanya sebagai penjual kerajinan kulit saja.
Dengan banyaknya para penjual kerajinan kulit dan menjadi satu kesatuan
didalam sentral industri kerajinan kulit, maka masing-masing individu memiliki
rasa kerjasama atau gotong royong dalam mengelola industri kerajian kulit yang
menjadi mata pencaharian utama sebagian masyarakat di daerah tersebut serta
mencapai tujuan bersama yaitu untuk mengembangkan usaha industri mereka
supaya dapat berhasil dan meningkatkan perekonomian masyarakat disekitar
wilayah sentral industri kerajinan kulit. Secara keseluruhan, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan modal sosial dalam rangka untuk
mendukung keberhasilan usaha industri penjual kerajinan kulit di Kelurahan
Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan.
Masalah Penelitian
Keberhasilan usaha industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari,
Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, terlihat dari meningkatnya jumlah
volume penjualan yang dialami oleh para penjual/pengrajin kerajinan kulit.
Sampai saat ini sudah banyak produk-produk yang mampu dijual oleh para
penjual/pengrajin kerajinan kulit hingga ke luar kota. Suatu keberhasilan usaha
yang dialami oleh penjual/pengrajin tidak terlepas dari kerjasama yang terjalin
diantara mereka. Kerjasama tersebut ditunjukkan dengan salah satu tokoh
penggiat kerajinan kulit yang mengajak sebagian masyarakat Kelurahan Selosari
untuk mendirikan usaha dan disertai dengan pemberian pelatihan guna
meningkatkan produktivitas. Adanya lembaga Unit Pelayanan Teknis (UPT) juga
turut andil dalam upaya pengembangan dan peningkatan industri kerajinan kulit
melalui kerjasamanya. Bentuk kerjasama tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
yang dimiliki oleh individu pelaku usaha yang terdiri dari usia penjual/pengrajin,
tingkat pendidikan yang ditempuh, pengalaman bekerja dalam berdagang serta
jam kerja operasional dari masing-masing toko mereka. Selain karakteristik
individu pelaku usaha, adanya modal sosial yang berlangsung diantara
penjual/pengrajin kerajinan kulit berupa pengembangan jejaring, kepatuhan
terhadap norma/kesepakatan baik tertulis ataupun tidak tertulis serta terjalinnya
kepercayaan yang terbangun diantara penjual/pengrajin juga akan mempengaruhi
keberhasilan usaha mereka. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis
bagaimana hubungan karakteristik penjual/pengrajin kerajinan kulit
dengan modal sosial ?
Modal sosial sendiri juga dapat memberikan andil dalam suatu keberhasilan
usaha industri para penjual/pengrajin kerajinan kulit. Keberhasilan usaha tersebut
dapat dilihat dari modal yang digunakan untuk setiap kali membeli/memproduksi
barang dagangan, tingkat pendapatan, volume penjualan serta jumlah tenaga kerja
yang dimiliki oleh para penjual/pengrajin kerajinan kulit. Oleh karena itu menjadi
penting untuk menganalisis bagaimana hubungan modal sosial dengan
keberhasilan usaha industri kerajinan kulit ?
4
Pada dasarnya, modal sosial sangat erat kaitannya dengan tiga dimensi yang
terdiri dari jejaring (network), norma (norms), dan kepercayaan (trust). Namun,
kenyataannya didalam masyarakat luas ketiga dimensi tersebut ada yang sama
kuatnya tetapi terdapat beberapa yang mungkin hanya satu elemen dimensi saja
yang berpengaruh kuat dibanding dengan kedua dimensi lainnya. Oleh karena itu
menjadi penting untuk mengidentifikasi dimensi modal sosial apakah yang
paling kuat terhadap keberhasilan usaha industri kerajinan kulit ?
Stok modal sosial yang berlaku didalam masyarakat penjual/pengrajin
kerajinan kulit dapat memungkinkan terjadi perubahan dari waktu ke waktu.
Perubahan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat berasal
baik dari kebijakan pemerintah maupun kebijakan internal dari lingkungan para
penjual/pengrajin kerajinan kulit itu sendiri, sehingga dapat memungkinkan
bahwa hubungan dari modal sosial yaitu jejaring, kepercayaan dan norma dapat
terkikis. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi stok modal sosial penjual/pengrajin
kerajinan kulit ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah disusun, dapat dirumuskan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan modal sosial yang
dimiliki oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit.
2. Menganalisis hubungan modal sosial dengan keberhasilan usaha industri
kerajinan kulit di Kelurahan Selosari.
3. Mengidentifikasi dimensi modal sosial yang paling kuat dan berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari.
4. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial
yang dimiliki oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam mengkaji
peranan modal sosial dalam keberhasilan industri usaha kecil di pedesaan.
2. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran atau acuan dalam
pelaksanaan industri usaha kecil yang memanfaatkan modal sosial di
pedesaan, seperti swasta, pemerintah dan dinas-dinas yang terkait.
3. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong masyarakat dalam
pengembangan industri usaha kecil melalui pemanfaatan modal sosial.
5
PENDEKATAAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Modal Sosial
Konsep modal sosial muncul sebagai respons dari kondisi semakin
meregangnya hubungan antar manusia dan semakin munculnya ketidakpedulian
terhadap sesama manusia (Sasongko 2012). Menurut Mustofa (2013) modal sosial
merupakan salah satu sumber daya sosial yang dapat dijadikan investasi untuk
mendapatkan sumber daya baru lain di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan
modal sosial dapat dikaitkan dengan komunitas, masyarakat sipil, maupun
identitas-identitas lainnya yang kokoh. Keberadaan modal sosial di dalam
masyarakat harus didayagunakan dan dioptimalkan karena di dalam masyarakat
pasti memiliki modal sosial namun sudah lama tidak difungsikan yang disebabkan
oleh adanya sistem sentralisasi pada Orde Baru yang mana peraturan harus
berdasarkan dari pusat (Supratiwi 2013). Pada dasarnya modal sosial tidak selalu
mengacu terhadap tiga dimensi saja yaitu kepercayaan, norma dan jaringan saja.
Menurut Field (2010), seseorang akan berhubungan melalui serangkaian jaringan
dan mereka cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lainnya dalam
jaringan tersebut, sejauh jaringan tersebut menjadi sumber daya maka hal tersebut
dapat dipandang sebagai modal sosial. Tetapi hal tersebut dapat dirumuskan
berdasarkan kasus-kasus tertentu yang dapat ditemui pada saat dilapang. Menurut
Nasution et al (2007), pendekatan modal sosial merupakan salah satu langkah
alternatif dari suatu strategi pengembangan ekonomi masyarakat golongan
ekonomi lemah yang ditunjang dengan dana berasal dari bantuan proyek yang
dikelola oleh pemerintah. Sehubungan dengan ini, Gittell et al dalam Syahra yang
dikutip oleh Nasution et al (2007) menyatakan bahwa selebihnya terdapat dua
peranan yang dapat dimainkan dari modal sosial dalam upaya peningkatan
kemampuan masyarakat dalam menjalankan kegiatan perekonomian mereka. Pada
peranan yang pertama berkaitan dengan bagaimana modal sosial dapat
memperkuat dalam kegiatan perekonomian melalui kapasitas organisasi dan yang
kedua mencakup perasaan simpati dari seseorang atau kelompoknya yang
meliputi rasa kepedulian, perhatian, kagum dan empati. Field (2010) juga
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial dengan ekonomi yang
mana Coleman mengembangkan konsep modal sosial sebagai cara untuk
mengintegrasikan teori sosial dengan teori ekonomi dan mengklain bahwa modal
sosial dan modal manusia secara umum saling melengkapi.
Menurut Fukuyama (2007), menjelaskan social capital merupakan
kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat
atau di bagian-bagian tertentu darinya. Social capital berbeda dengan bentukbentuk human capital lain sejauh dia bisa diciptakan dan ditransmisikan melalui
mekanisme-mekanisme kultural seperti agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah.
Social capital dibutuhkan untuk menciptakan jenis komunitas moral ini yang tidak
bisa diperoleh seperti dalam kasus benttuk-bentuk human capital yang lain, begitu
saja melalui keputusan investasi rasional, yakni keputusan individu untuk
“berinvestasi” dalam human capital konvensional. Sedangkan menurut Putnam
6
dalam Hauberer (2011) mendefinisikan modal sosial sebagai jaringan,
kepercayaan, dan norma-norma dari timbal balik dan fokus kepada keluaran
sosial. Modal sosial diasumsikan positif untuk mempengaruhi politik dan
pembangunan ekonomi (sebagai jembatan dan ikatan modal sosial). Sedangkan
menurut Coleman dalam Field (2010) modal sosial dipresentasikan sumber daya
karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas dan melampaui individu mana
pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas dengan hubungan-hubungannya
diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Tidak berbeda
dengan Coleman, Bourdieu dalam Field (2010) menyatakan bahwa modal sosial
sebagai jumlah sumberdaya, aktual atau maya yang berkumpul pada seorang
individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan
timbal
balik
perkenalan
dan
pengakuan
yang
sedikit
banyak
terinstitusionalisasikan.
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Nopianti dan Elvina (2011) didalam
penelitiannya yang menyebutkan bahwa terdapat tiga dimensi dalam modal sosial
yaitu hubungan saling percaya, pranata, dan jaringan sosial. Pada dimensi
hubungan saling percaya dapat dilihat dari adanya kejujuran, kewajaran, egaliter,
toleransi, dan kemurahan hati. Dimensi pranata dapat dilihat dari adanya nilainilai yang dianut bersama, norma-norma dan sanksi-sanksi, dan aturan-aturan.
Sedangkan pada dimensi jaringan sosial dapat dilihat dari adanya partisipasi,
pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama, dan keadilan. Menurut Hasbullah
(2006) terdapat enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai
pengertian modal sosial yang telah ada, antara lain : participation in a network,
reciprocity, trust, social norms, values dan proactive action.
Dari berbagai pengertian modal sosial yang sudah dikemukakan di atas,
maka Field (2010) mendapatkan pengertian kapital sosial yang lebih luas yaitu
berupa jaringan sosial, atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan
simpati dan kewajiban serta oleh norma pertukaran dan civic engagement.
Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan
kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Jaringan
sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan
perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk
mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam keadaan tersebut, dalam
level mekanismenya modal sosial dapat mengambil bentuk kerjasama. Perlu
ditegaskan bahwa ciri penting modal sosial sebagai sebuah modal, dibandingkan
dengan bentuk modal lainnya adalah asal usulnya yang bersifat sosial, yaitu relasi
sosial itu dianggap sinerji atau kompetisi dimana kemenangan seseorang hanya
dapat dicap di atas kekalahan orang lain. Selain itu, terdapat tiga tipe modal sosial,
antara lain: 1) social bounding yang berarti memiliki ikatan yang kuat atau
perekat sosial dalam suatu sistem kemasyarakatan yang berupa nilai, kultur,
persepsi dan tradisi atau adat istiadat, 2) social bridging yang merupakan ikatan
sosial yang muncul sebagai reaksi dari berbagai karakteristik kelompoknya karena
adanya kelemahan sehingga memutuskan untuk membangun kekuatan diluar
dirinya, dan 3) linking social capital yang berupa jaringan dengan adanya
hubungan diantara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status sosial yang
ada didalam masyarakat.
7
Tabel 1 Perbandingan definisi modal sosial
No
Nama Ahli
Definisi
1
Fukuyama (2007)
Social capital merupakan kapabilitas yang muncul
dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat
atau di bagian-bagian tertentu darinya. Social capital
berbeda dengan bentuk-bentuk human capital lain
sejauh dia bisa diciptakan dan ditransmisikan melalui
mekanisme-mekanisme kultural seperti agama,
tradisi, atau kebiasaan sejarah.
2
Putnam
Modal sosial sebagai jaringan, kepercayaan, dan
dalam
norma-norma dari timbal balik dan fokus kepada
Hauberer (2011)
keluaran sosial. Modal sosial diasumsikan positif
untuk mempengaruhi politik dan pembangunan
ekonomi (sebagai jembatan dan ikatan modal sosial).
3
Coleman
Modal sosial dipresentasikan sumber daya karena hal
dalam
ini melibatkan harapan akan resiprositas dan
Field (2010)
melampaui individu mana pun sehingga melibatkan
jaringan yang lebih luas dengan hubunganhubungannya diatur oleh tingginya tingkat
kepercayaan dan nilai-nilai bersama.
4
Bourdieu
Modal sosial sebagai jumlah sumberdaya, aktual atau
dalam
maya yang berkumpul pada seorang individu atau
Field (2010)
kelompok karena memiliki jaringan tahan lama
berupa hubungan timbal balik perkenalan dan
pengakuan
yang
sedikit
banyak
terinstitusionalisasikan.
Unsur- Unsur Modal Sosial
Pada dasarnya definisi modal sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli
tidak jauh berbeda. Perbedaan tersebut berada pada jumlah dimensi yang
digunakan untuk mengukur modal sosial serta bagaimana prosesdan ruang
lingkupnya masing-masing. Menurut Putnam (1993) menjelaskan bahwa modal
sosial memiliki tiga unsur utama, yaitu 1) kepercayaan, 2) jaringan, dan 3) norma
yang dianggap sebagai “stock” modal sosial yang dapat dianggap sebagai aset
sosial sehingga dapat memfasilitasi kerjasama di masa yang akan datang. Selain
itu, modal sosial dapat menguntungkan untuk pekerjaan negara dan pasar.
Didalam penelitian Putnam melihatkan bahwa modal sosial lebih penting untuk
stabilitas, efektifitas pemerintahan, dan pengembangan perekonomian daripada
fisik dan modal manusia.
Kepercayaan
Menurut Putnam dalam Hauberer (2011) mendefinisikan kepercayaan
sebagai pelumas dari kepentingan kehidupan umum. Yang mana kepercayaan
merupakan level yang paling tinggi pada tingkat komunitas, paling tinggi
kemungkinannya dalam kerjasama. Kepercayaan merupakan hal yang kompleks
didalam lingkungan yang modern dari dua sumber yang mengikat, yaitu : norma
8
dan jaringan. Sedangkan menurut Fukuyama (2007) modal sosial erat
hubungannya dengan kepercayaan. Fukuyama menyepadankan istilah
kepercayaan dengan istilah “trust” yang didefinisikan sebagai harapan-harapan
terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam
sebuah komunitas yang didasarkan kepada norma-norma yang dianut bersamasama dengan anggota-anggota komunitas itu. Fukuyama melihat trust dapat
bermanfaat bagi penciptaan tatanan ekonomi karena bisa diandalkan untuk
mengurangi biaya (cost). Dengan trust, orang-orang dapat bekerja sama secara
lebih efektif dikarenakan hal ini memungkinkan adanya kesediaan diantara
mereka untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu.
Hal ini juga ditemukan didalam penelitian Syahyuti (2008) yang
menyebutkan kepercayaan sebagai kehidupan ekonomi sangat bergantung kepada
ikatan moral kepercayaan sosial yang dapat memperlancar transaksi,
memberdayakan kreatifitas perorangan, dan dapat menjadi alasan kepada perlunya
aksi kolektif yang mana ikatannya tidak terucap dan tidak tertulis.
Jaringan
Jaringan sosial salah satu dari jaringan formal atau informal. Sebelumnya
dikenal sebagai keanggotaan resmi, seperti asosiasi. Disamping itu, jaringan
memiliki struktur vertical dan horizontal. Jaringan horizontal membawa individu
untuk memiliki status dan kekuatan yang sama, sedangkan jaringan vertical
merupakan gabungan individu yang berbeda dan memiliki hubungan asimetris
dari hirarkhi. Lebih dari itu, jaringan yang ada didalam komunitas dapat
membentuk kerjasama dan mencapai keuntungan bersama. Jaringan merupakan
efek yang sangat kuat karena dapat menambah biaya potensial dari setiap
pengeluaran individu (Putnam dalam Hauberer 2011). Menurut Lawang dalam
Azhari (2013) menjelaskan jaringan itu terjemahan dari network yang berarti
secara etmologik mungkin malah lebih jelas. Dasarnya adalah jaringan yang
berhubungan satu sama lain melalui simpul-simpul (ikatan). Dasar ini ditambah
atau digabungkan dengan kerja (work). Kalau gabungan tersebut diberi arti maka
tekananya ada pada kerjanya, bahkan pada jaringannya, sehingga muncullah arti
kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpul-simpul seperti halnya jaringan (net).
Sedangkan menurut Syahyuti (2008) didalam penelitiannya mengemukakan
bahwa jaringan diidentifikasikan dengan adanya partisipasi dalam jaringan,
resiprositas, trust, social norm, sifat keumuman pemilikan, dan sikap warga yang
proaktif sehingga modal sosial dapat dioperasikan dengan baik. Artinya suatu
jaringan tidak hanya memperhitungkan pertukaran dan keuntungan yang didapat
dalam jangka pendek tetapi lebih memikirkan hubungan untuk jangka panjang.
Norma
Menurut Fukuyama (2007) mengatakan norma berisi pertanyaan-pertanyaan
yang berkisar tentang “nilai-nilai” luhur seperti hakikat Tuhan dan keadilan.
Namun demikian, norma-norma itu pun bisa tentang norma sekular seperti
standart-standart profesional dan kode perilaku. Definisi lain dikemukakan oleh
Putnam dalam Hauberer (2011) yang mengatakan bahwa norma menggerakkan
dan mendukung sosialisasi dan sanksi. Karakteristik yang paling penting didalam
dimensi norma adalah timbal balik. Timbal balik dapat menjadi penyeimbang.
9
Maksudnya adalah dengan adanya timbal balik maka dapat terjadi pertukaran
barang dengan nilai yang sama. secara umum, timbal balik diartikan sebagai
menolong satu sama lain tanpa mengharapkan imbalan dan norma inilah yang
akan memastikan untuk percaya terhadap perilaku orang lain. Menurut Lawang
dalam Azhari (2013) mengatakan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan
kepentingan. Sifat norma kurang lebih seperti ini:
a. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan, artinya jika
pertukaran itu keuntungan hanya dinikmati oleh satu pihak saja maka
pertukaran sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi.
b. Norma bersifat resiprokal, artinya norma menyangkut hak dan kewajiban
kedua belah pihak yang dapat menjamin keuntungan yang diperoleh dari
suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar akan berdampak kepada
berkurangnya keuntungan dan diberi sanksi megatif yang sangat keras.
c. Jaringan yang terbina lama dan menjamin kedua belah pihak secara merata,
akan memunculkan norma keadilan, dan akan melanggar prinsip keadilan
akan dikenakan sanksi yang keras juga.
Definisi norma juga dikemukakan oleh Hasbullah (2006) bahwa norma
merupakan sekumpulan aturan yang harus dipatuhi dan diikuti oleh seluruh
masyarakat pada entitas tertentu. Norma-norma tersebut berperan untuk
membentuk perilaku yang tumbuh di dalam masyarakat. norma tersebut biasanya
terinstitusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu
untuk berbuat sesuatu yang menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku. Studi
dari Syahyuti (2008) juga menyebutkan bahwa modal sosial selalu berhubungan
dengan norma. Artinya jika didalam suatu masyarakat modal sosial rendah, maka
norma-nya akan sedikit dan kerjasama antar orang hanya dapat berlangsung di
bawah sistem hukum dan regulasi yang bersifat formal.
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Perkembangan perekonomian di Indonesia sangat erat kaitannya dengan
sektor informal baik disegala bidang seperti industri rumah tangga, penjual atau
pedagang dan pengusaha. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya individu yang
sedang bersaing untuk membuka usaha baik dalam bentuk barang ataupun jasa.
Dengan berkembangnya sektor industri ini sangat membantu untuk pengurangan
pengangguran yang ada di Indonesia yang seperti diketahui bahwa setiap tahun
kian meningkat. Menurut Sasongko (2012), munculnya sektor informal ini terjadi
karena adanya lonjakan jumlah penduduk di perkotaan atau yang sering disebut
sebagai urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Hal ini
berdampak kepada terbentuknya pelapisan masyarakat yang terbagi menjadi
masyarakat atas, menengah, dan bawah sehingga masyarakat yang termasuk pada
lapisan bawah lebih memilih untuk menggeluti sektor informal karena terbatasnya
keterampilan, pendidikan dan akses terhadap sektor formal. Menurut Drucker
dalam Thobias, Tungka, dan Rogahang (2013) mengatakan bahwa kewirausahaan
adalah semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani industri
atau kegiatan yang dapat mengarah kepada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang baik guna dapat memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Namun, untuk dapat mengembangkan sektor
10
informal supaya dapat berhasil tidaklah mudah. Dalam implementasinya sangat
diperlukan beberapa cara dan teknik supaya usaha yang digelutinya tersebut dapat
berhasil. Tetapi tidak hanya itu saja, pelaku usaha juga harus memperhatikan
berbagai aspek dan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Salah
satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha adalah
karakteristik individu. Menurut Indartini (2009) didalam penelitiannya
menyebutkan bahwa setidaknya terdapat empat faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pelaku usaha. Faktor tersebut antara lain: usia, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja dan jam kerja. Sedikit berbeda dengan penelitian (Didiek RW
dan Djayastra 2014) yang menyebutkan bahwa terdapat faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha dan dapat berpengaruh langsung kepada
pendapatan, antara lain : usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
dan jam kerja. Hal ini diperjelas dengan pernyataan yang dikutip dari Sethuraman
dalam Sasongko (2012) yang menyebutkan bahwa terdapat tujuh ciri-ciri pekerja
yang terlibat didalam sektor informal, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tingkat pendidikan : mayoritas tergolong rendah;
Usia : berada dalam kalangan usia kerja utama;
Etos kerja : kebanyakan adalah para migran;
Berasal dari kalangan miskin;
Rendahnya keterampilan;
Kurangnya modal usaha; dan
Upah dibawah upah minimum.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat terlihat bahwa faktor
karakteristik individu yang dinilai dari berbagai aspek, merupakan salah satu
pengaruh secara tidak langsung dalam keberhasilan usaha industri. Yang mana
dari karakteristik individu tersebut dapat menentukan bagaimana individu dalam
memainkan dimensi modal sosial yang berlaku.
Tabel 2 Perbandingan untuk menentukan karakteristik pelaku usaha
No
Nama Ahli
Indikator dalam Menilai Karakteristik Pelaku Usaha
1 Indartini
1. Usia
(2009)
2. Tingkat Pendidikan
3. Pengalaman Kerja
4. Jam Kerja
2 Djayastra
dan 1. Usia
Russicaria (2014)
2. Tingkat Pendidikan
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
4. Jam Kerja
3 Sethuraman (1996) 1. Tingkat pendidikan
dalam
2. Usia
Sasongko (2012)
3. Etos kerja
4. Berasal dari kalangan miskin
5. Rendahnya keterampilan
6. Kurangnya modal usaha
7. Upah dibawah upah minimum
11
Dari berbagai indikator yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli, maka
disini peneliti memilih karakteristik pelaku usaha berupa : usia, tingkat
pendidikan, pengalaman bekerja dan jam kerja yang akan digunakan untuk
mengukur karakteristik pelaku usaha khususnya kepada penjual/pengrajin
kerajinan kulit.
Industri dan Industrialisasi
Sektor industri di Indonesia sangat berkembang seiring dengan kemajuan
zaman. Berkembangnya sektor industri ini diharapkan dapat menjadi penggerak
utama dalam perekonomian nasional. Industri sangat erat kaitannya dengan
industrialisasi, yang mana dengan banyaknya industri-industri maka akan
berdampak kepada industrialisasi baik di pedesaan ataupun di perkotaan. Hal
tersebut akan mengubah tatanan sosial ekonomi melalui perubahan sistem
pencaharian utama masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Menurut
Undang-Undang Nomer 5 tahun 1984 tentang perindustrian, industri didefinisikan
sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaanya termasuk didalamnya kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai
kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal pengertian industri sangat luas,
yaitu menyangkut semua kegiatan manusia didalam bidang ekonomi yang sifatnya
produktif dan komersial, dikarenakan industri merupakan suatu kegiatan ekonomi
yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk setiap negara atau
daerah. Berbeda dengan industri, definisi industrialisasi dikemukakan oleh
Sastrosoenarto dalam Maghfiroh (2014) yang mendefinisikan industrialisasi
sebagai suatu “proses membangun masyarakat industri yang luas. Industrialisasi
di Indonesia harus mengandung makna transformasi masyarakat menuju
masyarakat sejahtera yang maju secara struktural maupun kultur”.
Menurut Marijan (2005), sektor industri dapat dikategorisasikan
berdasarkan jumah tenaga kerja yang digunakan, maka dapat dibagi menjadi:
1. Industri rumah tangga
Industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 4 orang. Industri yang
termasuk kedalam industri rumah tangga adalah industri dengan modal yang
sangat terbatas dan tenaga kerjanya berasal dari keluarganya sendiri.
2. Industri kecil
Industri yang menggunakan tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang. Industri yang termasuk kedalam industri kecil adalah industri dengan
modal yang relatif kecil dan dengan tenaga kerja yang berasal dari
lingkungan sekitar.
3. Industri sedang
Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang.
Industri yang termasuk kedalam industri sedang adalah industri dengan
modal yang cukup besar dan tenaga kerja yang digunakan memiliki
keterampilan dalam hal tertentu.
4. Industri besar
Industri yang menggunakan tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang.
Industri yang termasuk kedalam industri besar adalah industri dengan modal
12
besar yang dihimpun dalam bentuk pemilikan saham dan memiliki tenaga
kerja yang memiliki keterampilan khusus serta harus melalui uji kelayakan
dan kemampuan.
Selain itu, Marijan (2005) juga mengkategorikan industri berdasar lokasi
tempatnya, maka dapat dibagi menjadi:
1. Industri perkotaan
Industri yang jaraknya dekat dengan kawasan metropolitan atau kota besar
dengan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi.
2. Industri semi perkotaan
Industri yang terletak di wilayah sekitar kabupaten.
3. Industri pedesaan
Industri yang terletak di kecamatan dan penduduknya cukup besar.
Konsep Sektor Informal
Sektor informal identik denngan suatu kegiatan usaha kecil yang minim
sekali terhadap kemampuan modal dan keterampilan rendah meskipun pada
kenyataannya tidak selalu demikian (Budiartiningsih, Maulida, dan Taryono
2010). Menurut Simanjuntak dalam Budiartiningsih, Maulida, dan Taryono
(2010) menyebutkan bahwa sektor informal merupakan suatu kegiatan usaha yang
bersifat sederhana, berskala kecil, pendapatan yang diperoleh kecil, kegiatannya
beraneka ragam, keterkaitannya pada usaha lain sangat rendah serta mayoritas
sektor informal tidak mempunyai ijin usaha sehingga untuk akses lebih mudah
sektor informal dari pada sektor formal. Menurut Undang-Undang Nomor 9
Tahun 19953 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah suatu
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil yang mana usaha kecil tersebut
terbagi menjadi tiga, antara lain: usaha kecil formal, usaha kecil informal dan
usaha kecil tradisional. Usaha kecil formal adalah suatu usaha yang telah terdaftar
, tercatat dan telah berbadan hukum. Usaha kecil informal adalah suatu usaha
yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Contohnya
seperti pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang asongan, petani dan
pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah suatu usaha yang
menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun
dan berkaitan dengan seni dan budaya.
Keberhasilan Usaha
Menurut Munajat (2007), mendefinisikan keberhasilan usaha sebagai suatu
keadaan yang mana perusahaan mampu untuk dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan perusahaan serta menunjukkan keadaan yang lebih baik dari pada masa
sebelumnya dan juga mampu untuk bertahan hidup untuk mengembangkan
usahanya. Dalam bahasa sederhananya bisa juga dikatakan sebagai tingkat
pencapaian atau pencapaian tujuan organisasi. Dalam suatu keberhasilan suatu
usaha terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya serta membantu
dalam mencapai keberhasilan industri. Menurut Velzen (1992) yang dikutip oleh
Nurgandini (2014) menyebutkan bahwa keberhasilan industri tidak dapat
3
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
13
dipisahkan dari berbagai masukan dan sumber-sumber yang mempengaruhi proses
produksi yang dijalankan industri tersebut. Tingkat keberhasilan usaha industri
kecil dapat dilihat dari kinerja usaha industri dalam mencapai target yang
diharapkan dari industri seperti tingkat keuntungan yang meningkat, jumlah
produktivitas yang dihasilkan, serta jumlah unit industri yang dapat
dikembangkan. Berbeda lagi dengan penelitian Haryadi (1998) yang dikutip oleh
Triutami (2013) yang menyebutkan bahwa kriteria keberhasilan usaha dapat
dilihat dari:
- Peningkatan taraf hidup secara material, yang mana pemenuhan kebutuhan
hidup sedah mampu melampaui sekedar kebutuhan dasar.
- Peningkatan produktivitas usaha, yang mencakup terwujudnya efisiensi
keuangan dan juga efektivitas rencana produksi.
- Peningkatan skala usaha, yang mencakup singkatnya waktu pengembalian
modal dan meningkatnya kebutuhan bahan baku dan volume usaha.
- Peningkatan kemandirian dan kemampuan bersaing secara sehat.
Sedangkan menurut Dwi Riyanti (2003), indikator dari keberhasilan usaha
dapat dilihat dari empat faktor, yaitu: meningkatnya omzet, bertambahnya jumlah
karyawan, meningkatnya volume penjualan, meningkatnya jumlah pelanggan dan
transaksi. Hal ini sedikit berbeda dengan indikator keberhasilan usaha menurut
Suryana (2011) yang melihat dari lima faktor, yaitu: modal, pendapatan, volume
penjualan, output produksi, dan tenaga kerja. Sedangkan menurut hasil penelitian
dari (Triutami 2013)menyebutkan bahwa indikator dalam mengukur keberhasilan
usaha dengan melihat tingkat keuntungan, produktivitas dan skala usaha.
Tabel 3 Perbandingan untuk menentukan indikator keberhasilan usaha
No
Nama Ahli
Indikator Keberhasilan Usaha
1 Haryadi (1998)
1. Taraf Hidup Meningkat
dalam
2. Produktivitas Usaha Meningkat
Triutami (2013)
3. Skala Usaha Meningkat
4. Kemandirian dan Kemampuan Meningkat
2 Riyanti
1. Meningkatnya Omzet
(2003)
2. Bertambahnya Jumlah Karyawan
3. Meningkatnya Volume Penjualan
4. Meningkatnya Jumlah Pelanggan dan
Transaksi
3 Suryana
1. Modal
(2011)
2. Pendapatan
3. Volume Penjualan
4. Output Produksi
5. Tenaga Kerja
4 Triutami
1. Tingkat Keuntungan
(2013)
2. Produktivitas
3. Skala Usaha
5 Velzen (1992)
1. Tingkat Keuntungan
dalam
2. Produktivitas
Nurgandini (2014)
3. Berkembangnya Unit Industri
14
Dari berbagai indikator yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli, maka
disini peneliti memilih indikator keberhasilan usaha berupa: modal, pendapatan,
output produksi, dan tenaga kerja yang akan dijadilkan sebagai alat ukur untuk
mengukur keberhasilan usaha dari penjual/pengrajin kerajinan kulit.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stok Modal Sosial
Modal sosial di dalam masyarakat dapat sewaktu-waktu mengalami
perubahan atau dinamis. Perubahan tersebut terbukti dengan semakin kuat atau
lemahnya dimensi modal sosial yang ada di dalam masyarakat. Perubahan dari
masing-masing dimensi modal sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari
dalam maupun dari luar. Menurut World Bank dalam Syahyuti (2008) setidaknya
terdapat empat asumsi yang secara tidak langsung dapat berpengaruh dengan
terhadap stok modal sosial. (a) Modal sosial berada didalam kaitan ekonomi,
politik dan sosial serta hubungan sosial sehingga dapat mempengaruhi bagaimana
pasar dan negara bekerja, dan sebaliknya pasar dan negara juga akan membentuk
bagaimana modal sosial di masyarakat bersangkutan, (b) hubungan yang stabil
antar aktor dapat mendorong keefektifan dan efisiensi baik perilaku kolektif atau
individual, (c) modal sosial dalam masyarakat dapat diperkuat, tetapi
membutuhkan sumberdaya untuk memperkuatnya, dan (d) adanya hubungan yang
baik dan anggota masyarakat harus mendukungnya. Hal berbeda dikemukakan
Sakaria (2014) didalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa terdapat dua
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal sosial. Pertama, terdapat
intervensi negara dan penetrasi pasar melalui program pengembangan struktur
kelembagaan pemerintahan, pembangunan infrastruktur jalan dan proses
pembangunan dapat menggerus dan menambah kapital sosial. Selain itu, hal
terebut dapat menggerus kapasitas kewenangan pemerintah dalam pelaksanaan
program pembangunan di wilayahnya. Kedua, tingkat pertambahan
(rekapitalisasi) kapital sosial sebagai dampak dari intervensi negara dan penetrasi
pasar lebih kecil dari pada proses penggerusan (dekapitalisasi) kapital sosial.
Sedangkan menurut Jocom (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa stok
modal sosial rasa percaya masih terfokus pada kepercayaan pada lingkup yang
terbatas yaitu percaya pada tetangga dan orang yang dekat atau bounding social
capital. Dan yang terakhir, adanya stok modal sosial ditemukan didalam
penelitian Supratiwi (2013) yang mana terjadi penurunan atau perubahan dari
keempat dimensi modal sosial yang digunakan oleh peneliti yaitu modal sosial
hubungannya dengan aspek ekonomi, modal sosial hubungannya dengan aspek
sosial, modal sosial hubungannya dengan aspek kultural, dan modal sosial
hubungannya dengan aspek peranan perempuan dikarenakan adanya kebijakan
pembangunan yang sentralisasi sehingga membuat partisipasi dari masyarakat
mulai memudar.
15
Kerangka Pemikiran
Usaha industri kerajinan kulit sudah lama berkembang di Kelurahan
Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Dapat dikatakan mayoritas
masyarakat bekerja sebagai penjual kerajinan kulit yang terlihat dari banyaknya
toko-toko berjajar di sepanjang Jalan Sawo. Industri kerajinan kulit di Magetan ini
cukup terkenal karena barang yang dijual berbahan dasar kulit hewan asli
sehingga menghasilkan barang-barang dari kulit seperti sepatu, sandal, tas, ikat
pinggang, dan accecories lainnya. Awalnya, industri kerajinan kulit ini hanya
ditekuni oleh beberapa orang saja namun seiring dengan berkembangnya zaman
masyarakat sekitar mulai tertarik dengan usaha tersebut dan bisa dikatakan sektor
industri kerajinan kulit inilah merupakan salah satu pemasukan atau pendapatan
dari masyarakat sekitar kawasan industri. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran
sektor industri mampu berperan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar sehingga industri kerajinan kulit dapat berkembang dan berhasil sampai
saat ini.
Pada dasarnya, keberhasilan usaha industri tergantung dari pelaku usaha
yang terlibat didalamnya. Adanya karakteristik individu dari pelaku usaha juga
dapat berpengaruh terhadap dimensi modal sosial yang terjadi diantara para
penjual kerajinan kulit. Dalam hal ini, Indartini (2009) menyebutkan terdapat
indikator dalam menilai karakteristik individu pelaku usaha. Indikator tersebut
antara lain : usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan jam kerja. Sering kali
individu melupakan aspek modal sosial dan lebih memprioritaskan kepada aspek
ekonomi, religi, pengetahuan lokal, dan kelembagaan. Padahal adanya peran
modal sosial juga turut dalam proses keberhasilan usaha, yang mana dari
sekelompok individu pasti mempunyai tujuan bersama yang akan dicapai. Dalam
hal ini, menurut Fukuyama (2007) menyebutkan bahwa perlu adanya upaya dalam
pengembangkan dimensi modal sosial seperti: membangun dan menciptakan
kepercayaan, mengembangkan jejaring sosial, dan harus berbasiskan normanorma masyarakat. Pengorganisasian modal sosial yang terjadi diantara penjual
kerajinan kulit dapat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha industri dari
masing-masing penjual. Dalam hal ini, Suryana (2011) menyebutkan bahwa
setidaknya terdapat indikator keberhasilan usaha yang diukur dengan ketersediaan
modal, tingkat pendapatan, volume penjualan yang berhasil dijual dalam rentang
waktu tertentu, output produksi, dan jumlah dari tenaga kerja yang dimiliki. Selain
itu, peneliti juga akan melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal
sosial yang mana terdapat beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa
terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial seperti hasil
penelitain Sakaria (2014) yang mengemukakan bahwa adanya intervensi negara
dan penetrasi pasar melalui program pengembangan struktur kelembagaan
pemerintahan dapat menggerus dan menambah kapital sosial. Secara sederhana,
kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
16
Karakteristik Pelaku Usaha
o
o
o
o
Usia
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Bekerja
Jam Kerja
Kebijakan
pemerintah melalui
program pelatihan
pengembangan
usaha
Dimensi Modal Sosial
o Jaringan
o Kepercayaan
o Norma
Keberhasilan Usaha Industri
o
o
o
o
Modal
Pendapatan
Volume Penjualan
Tenaga Kerja
Keterangan :
Berhubungan
:
Variabel yang diuji statistik
:
Variabel yang tidak diuji statistik
:
Gambar 1 Kerangka pemikiran
17
Hipotesis Penelitian
Hipotesis Pengarah
Terdapat kebijakan pemerintah melalui program pelatihan dapat
mempengaruhi stok modal sosial didalam keberhasilan usaha industri kerajinan
kulit.
Hipotesis Uji
1. Diduga karakteristik individu penjual dan pengrajin kerajinan kulit
berhubungan dengan stok modal sosial.
2. Diduga stok modal sosial berhubungan dengan keberhasilan usaha industri
kerajinan kulit.
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan
metode kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mencari hubungan antar
variabel yang akan diuji, yaitu hubungan karakteristik individu penjual/pengrajin
kerajinan kulit terhadap stok modal sosial yang terdapat di sentra industri
kerajinan kulit dan stok modal sosial terhadap suatu keberhasilan usaha industri
kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan.
Metode kuantitatif yang digunakan dengan menggunakan teknik sensus kepada
responden, yaitu seluruh penjual/pengrajin yang ada di sentra industri kerajinan
kulit di Kelurahan Selosari. Dalam mendapatkan data pada metode kuantitatif,
peneliti akan menggunakan kuesioner yang telah dibuat dan disiapkan untuk
ditanyakan kepada seluruh responden yang akan diambil. Metode kuantitatif yang
didukung dengan metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang
menjelaskan lebih lanjut hubungan stok modal sosial terhadap suatu keberhasilan
usaha dari para penjual/pengrajin kerajinan kulit di Kelurahan Selosari dengan
melalui metode observasi atau pengamatan langsung dan wawancara mendalam
terhadap informan yang didasarkan pada panduan pertanyaan yang telah dibuat
dan disiapkan sebelumnya sebagai data yang bersifat kualitatif.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kecamatan
Magetan, Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih secara purposive karena
lokasi ini merupakan sentral industri kerajinan kulit yang cukup besar dan
terkenal di wilayah Magetan dan sekitarnya dengan banyaknya toko-toko yang
menjual barang kerajinan kulit di sepanjang Jalan Sawo, Kelurahan Selosari.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu sekitar lima bulan (Tabel 4).
Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, uji petik proposal
penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data lapang,
18
pengelolaan data lapang, penyusunan skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan
perbaikan skripsi.
Tabel 4 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2016
Januari Februari
Maret
April
Mei
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan proposal
penelitian
Uji petik proposal
penelitian
Kolokium
Perbaikan proposal
penelitian
Pengambilan data
lapangan
Pengolahan
data
lapang
Penyusunan skripsi
Uji petik skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan skripsi
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran metode
kuantitatif, yaitu pengisian kuesioner oleh responden yang terpilih. Data kualitatif
yang diperoleh dari responden maupun informan melalui wawancara mendalam
dan case study. Studi kasus sekaligus wawancara mendalam dilakukan kepada
penjual kerajinan kulit yang dapat menjelaskan secara keseluruhan sejarah dari
sentral industri kerajinan kulit tersebut.
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, data-data, informasi tertulis
yang dapat digunakan dan sesuai dengan topik penelitian, seperti konsep modal
sosial, sektor industri dan industrialisasi pedesaan, indikator dalam mengukur
keberhasilan usaha yang diperkuat dengan data-data Badan Pusat Statistik (BPS)
dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia mengenai hal tersebut. Data
sekunder dapat diperoleh dari Bapeda Kabupaten Magetan, Kelurahan Selosari,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan, dan sumber-sumber
data lainnya yang dianggap relevan.
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual dan pengrajin kerajinan
kulit yang berada di sepanjang Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kecamatan
Magetan, Kabupaten Magetan. Responden dalam penelitian ini adalah penjual
kerajinan kulit yang memiliki usaha sendiri dan dipilih berdasarkan purposive
sampling. Sumber data penelitian diperoleh dari responden dan informan.
19
Responden merupakan sumber data utama sebagai acuan dan akan diberikan
kuesioner. Sedangkan informan merupakan orang yang dapat memberikan
informasi atau keterangan tambahan diluar jawaban yang diberikan oleh
responden sebagai pelengkap dan mendukung topik yang diteliti. Untuk unit
analisis, peneliti menggunakan lingkup individu, yaitu penjual dan pengrajin
kerajinan kulit yang memiliki usaha sendiri berupa toko serta memiliki barang
dagangan yang dijual kepada konsumen, baik memproduksi sendiri maupun tidak.
Alasan pemilihan unit analisis tersebut dikarenakan peneliti ingin melihat dimensi
modal sosial yang dimiliki oleh masing-masing penjual dan pengrajin sehingga
hal tersebut dapat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha disetiap penjual dan
pengrajin kerajinan kulit.
Pada penelitian ini, teknik pemilihan responden akan dilakukan secara
sensus. Teknik ini dipilih dengan beberapa alasan diantaranya adalah karena
jumlah penjual/pengrajin yang terdapat disana sebanyak 37 orang, oleh karena itu
peneliti akan mengambil seluruh populasi yang ada di lapang dan dijadikan
sebagai responden dalam penelitian supaya peneliti dapat mendapatkan dan
menghasilkan data yang menyeluruh. Sementara itu, untuk pemilihan informan
akan dilakukan secara purposive dan jumlahnya tidak dibatasi. Penetapan
informan ini dengan menggunakan teknik snow ball sehingga dapat
memungkinkan untuk memperoleh informasi dari satu informan ke informan
selanjutnya. Namun, peneliti tidak menutup kemungkinan jika salah satu
responden juga akan berlaku sebagai informan selama hasil wawancara yang
diberikan dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap sebagai penambahan
informasi dibanding dengan hasil wawancara yang diberikan oleh responden
lainnya. Orang-orang yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini
adalah Lurah Selosari, penggerak sentra industri kerajinan kulit, ketua RT atau
RW setempat, serta pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan sentral industri
kerajinan kulit.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif akan diperoleh melalui kuesioner (lampiran 3) yang sudah diisi oleh
responden yang terpilih dan kemudian akan disajikan kedalam bentuk tabel
frekuensi. Data kuantitatif akan diolah dengan uji hubungan untuk melihat
hubungan pengaruh antar variabel dengan menggunakan Rank Spearman.
Variabel-variabel yang akan diuji dengan Rank Spearman adalah variabel
karakteristik individu penjual kerajinan kulit dengan dimensi modal sosial. Selain
itu, peneliti juga akan menguji variabel lain yaitu variabel dimensi modal sosial
dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit. Pengelolaan data dilakukan
dengan menggunakan SPSS 20.0 for Windows dan Microsoft Excell 2007.
Sementara itu, untuk data kualitatif sendiri dapat digunakan untuk mendukung
data kuantitatif dengan menganalisis melalui reduksi data, deskripsi, menyajikan
data, dan menarik kesimpulan untuk memperkuat hasil penelitian.
20
Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Karakteristik individu adalah nilai-nilai yang khas dan dimiliki oleh masingmasing individu khususnya penjual/pengrajin kerajinan kulit yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan modal sosial yang berlaku didalamnya.
Pengukuran karakteristik individu, antara lain :
Tabel 5
Definisi operasional karakteristik individu penjual/pengrajin kerajinan
kulit
Definisi
Jenis
Kategori
No
Variabel
Indikator
Operasional
Data
Pengukuran
1. Usia
Lama
seseorang Dihitung mulai dari Rasio
Remaja
untuk hidup yang tahun kelahiran dan
Dewasa
dihitung
sejak dibulatkan ke ulang
Tua
responden dilahirkan tahun terdekat pada
sampai
saat saat
penelitian
penelitian
ini dilakukan
dan
dilakukan
dan dihitung
dalam
dinyatakan
dalam satuan tahun.
satuan tahun.
2. Tingkat
Pendidikan formal o Tidak Sekolah
Ordinal
Rendah
Pendidikan terakhir
yang o SD / Sederajat
Sedang
ditempuh
oleh o SMP / Sederajat
Tinggi
responden
sampai o SMA / Sederajat
saat penelitian ini o Diploma
dilakukan.
o Sarjana
3. Pengalaman Lama
responden o Lama
Rasio
Singkat
Bekerja
menekuni pekerjaan
waktu/masa
Sedang
tersebut sampai saat
kerja
Lama
penelitian
ini o Penguasaan
dilakukan
dan
terhadap
dinyatakan
dalam
pekerjaan dan
satuan tahun.
peralatan
o Relasi bisnis
semakin luas
4. Jam Kerja
Durasi waktu yang Diukur
dengan Rasio
Singkat
diperlukan
oleh melihat jam kerja
Sedang
responden
untuk operasional
unit
Lama
berjualan
dalam usaha per hari dan
sehari yang dihitung dihitung
dalam
mulai dari responden satuan jam.
membuka
tempat
usahanya
sampai
menutup
tempat
usaha tersebut.
21
2.
Modal sosial adalah kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam
mencapai suatu tujuan bersama yaitu untuk menentukan keberhasilan usaha
dari penjual kerajinan kulit dengan cara bekerjasama melalui pengembangan
jejaring, membangun dan menciptakan kepercayaan, serta berbasiskan
norma-norma yang berlaku didalam masyarakat. Pengukuran modal sosial,
antara lain :
Tabel 6 Definisi operasional modal sosial penjual/pengrajin kerajinan kulit
Definisi
Jenis
Kategori
No Variabel
Indikator
Operasional
Data
Pengukuran
1. Jaringan Suatu
hubungan o Hubungan
Ordinal
Rendah
yang terjalin satu
kekerabatan
Sedang
sama lain sehingga o Hubungan
antar
Tinggi
membentuk simpulpenjual/pengrajin
simpul (ikatan) yang
kerajinan kulit
tidak
hanya o Hubungan dengan
mempertimbangkan
pemasok
pertukaran
dan o Hubungan dengan
keuntungan dalam
pelanggan/
jangka pendek tetapi
konsumen
lebih
memikirkan o Hubungan dengan
hubungan
untuk
pemerintah/
jangka panjang.
stakeholders/ pihakpihak yang terkait
o Kerjasama
antar
penjual/pengrajin
kerajinan kulit
o Organisasi/
kelembagaan
formal/informal
yang diikuti oleh
penjual/pengrajin
kerajinan kulit
2. Keperca Bagian
terpenting o Kesamaan profesi
Ordinal
Rendah
yaan
dari dimensi modal o Kesamaan tujuan
Sedang
sosial yang berisikan o Kepercayaan yang
Tinggi
dengan
suatu
terjalin
antar
harapan-harapan
penjual/pengrajin
terhadap
kerajinan kulit
keteraturan,
dan o Kepercayaan yang
kejujuran yang dapat
terjalin
kepada
terjalin diantara satu
pelanggan/
sama lain.
konsumen
o Kepercayaan yang
terjalin
kepada
pemasok
o Kepercayaan yang
terjalin
kepada
22
o
o
3.
Norma
Nilai-nilai
tertulis o
atau tidak tertulis
yang
berlaku
didalam masyarakat o
dan
dijadikan
sebagai
pedoman
untuk
berperilaku
serta adanya sanksi o
bagi individu yang
melanggar nilai-nilai
tersebut.
o
o
o
3.
pemerintah/
stakeholders/ pihakpihak yang terkait
Kejujuran
Kepercayaan yang
terbangun dari pihak
luar kepada penjual
/pengrajin
Aturan
antar
penjual/pengrajin
kerajinan kulit
Aturan
antar
penjual/pengrajin
kerajinan
kulit
dengan pemasok
Aturan
antar
penjual/pengrajin
kerajinan
kulit
dengan pelanggan/
konsumen
Aturan yang dibuat
oleh organisasi atau
kelembagaan
setempat
Aturan yang dibuat
oleh
pemerintah/
stakeholders/ pihakpihak yang terkait
Ketaatan
penjual/pengrajin
terhadap
aturaan
tersebut.
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
Keberhasilan usaha industri adalah suatu kondisi dimana unit usaha yang
dimiliki penjual kerajinan kulit mampu bertahan dan berkembang hingga
saat ini dalam jangka waktu yang lama serta bertambahnya keuntungan
yang didapatkan dari waktu ke waktu. Pengukuran keberhasilan usaha
industri, antara lain :
Tabel 7 Definisi operasional keberhasilan usaha industri
Definisi
No
Variabel
Indikator
Operasional
Biaya
yang Diukur
dengan
digunakan
oleh menghitung Biaya
responden
untuk yang dikeluarkan
1.
Modal
memproduksi atau untuk setiap kali
membeli
barang membeli
atau
secara lebih lanjut memproduksi
Jenis
Data
Kategori
Pengukuran
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
23
2.
Pendapatan
3.
Volume
Penjualan
4.
Tenaga
Kerja
dalam jangka waktu barang
atau
yang panjang.
komoditas kepada
pemasok
dan
dihitung
dalam
satuan rupiah.
Rata-rata hasil kerja
atau pemasukan dari
unit usaha yang
≤X
diperoleh individu
=X
dalam jangka waktu
≥X
satu
bulan
dan
dihitung
dalam
satuan rupiah.
Banyaknya jumlah
o Jumlah barang
barang yang mampu
yang mampu
dijual
oleh
terjual
responden
dalam
o Jenis barang
jangka waktu satu
yang paling
bulan dan dihitung
banyak terjual
dalam satuan buah.
Jumlah
karyawan Diukur
dengan
yang bekerja pada banyaknya
suatu unit usaha dan karyawan yang
mampu
untuk dimiliki
oleh
memproduksi atau pelaku
usaha
menjual
barang didalam
unit
kepada konsumen.
usaha tersebut.
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
Sedikit
Sedang
Banyak
Ordinal
Sedikit
Sedang
Banyak
DAFTAR PUSTAKA
Azhari Y. 2013. Modal Sosial Masyarakat Dalam Mengembangkan Ekowisata
Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta. [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah Perusahaan Industri Besar Sedang
Menurut Sub Sektor (2 digit KBLI), 2000-2014. [Internet]. Dapat diunduh
di : http://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/896
Djayastra dan Russicaria. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Kepala Rumah Tangga Miskin pada Sektor Informal di
Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. E-Jurnal EP Unud Vol. 3 No 4:
134-144 ISSN: 2303-0178. [Internet]. [Diunduh tanggal 16 Februari 2016,
pukul
12:29
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/8144/6480
Field J. 2010. Modal Sosial (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh NURHADI).
Bantul [ID]: Kreasi Wacana. [Judul asli Social Capital]
Fukuyama F. 2007. Trust : Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.
Yogyakarta [ID]: Penerbit Qalam. 563 hlm.
24
Hauberer J. 2011. Social Capital Theory (Toward a Methodological Foundation.
330 hlm.
Indartini M. 2009. Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap Tingkat
Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Kaki Lima di Alon-Alon
Kota Madiun. Jurnal Sosial Vol. 10 No 1: 66-76. [Internet]. [Diunduh
tanggal 16 Februari 2016, pukul 11:59 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal%20So
sial/Jurnal%20Sosial%202009/Maret/MINTARTI%20INDARINI.pdf
Jocom S. G. 2015. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan Kemiskinan Menurut
Tahapan Perkembangan Desa di Provinsi Gorontalo. [Disertasi]: Institut
Pertanian Bogor.
Maghfiroh N. 2014. Sumbangan Industri Kecil Menengah Terhadap Nafkah
Rumah Tangga Pedesaan di Kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor.
[Skripsi]: Institut Pertanian Bogor.
Marijan K. 2005. Mengembangkan Industri Kecil Menengah Melalui Pendekatan
Kluster. INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005 : 1-10. [Internet]. [Diunduh
tanggal 13 Januari 2016, pukul 17:12 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/02%20%20Mengembangkan%20Industri%20Kecil%20Menengah%20Melalui%20
Pendekatan%20Kluster.pdf
Munajat A. 2007. Hubungan Perilaku Kewirausahaan dengan Keberhasilan
Usaha. [Skripsi]: Universitas Pendidikan Indonesia.
Mustofa M. F. 2013. Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha
(Studi Kasus : Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis : 1-20. [Internet]. [Diunduh tanggal 4 Oktober 2015,
pukul
10:33
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189060&val=6467&titl
e=Peran%20Modal%20Sosial%20pada%20Proses%20Pengembangan%20U
saha%20%28Studi%20Kasus:%20%20Komunitas%20PKL%20SMAN%20
8%20Jalan%20Veteran%20Malang%29
Nasution Z, Sastrawidjaja et all. 2007. Sosial Budaya Masyarakat Nelayan
(Konsep dan Indikator Pemberdayaan). Jakarta [ID]: Badan Riset Kelautan
dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. 147 hlm.
Nopianti H dan Elvina N. 2011. Modal Sosial Pada Komunitas Nelayan Di Pulau
Baai (Studi pada Nelayan di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung
Melayu Kota Bengkulu). AKSES Vol.8 No.1. Pp 55-63. [Internet].
[Diunduh tanggal 8 September 2015, pukul 18:35 WIB]. Tersedia pada
alamat : http://repository.unib.ac.id/138/
Nurgandini P. 2014. Peranan Modal Sosial Dalam Industri Kecil Tas di Desa
Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea – Bogor. [Skripsi]: Institut Pertanian
Bogor.
25
Sakaria. 2014. Kapital Sosial, Negara dan Pasar : Studi pada Komunitas PulauPulau Kecil (Kasus Komunitas Nelayan di Pulau Barrang Lompo Kota
Makassar-Provinsi Sulawesi Selatan). [Disertasi]: Institut Pertanian Bogor.
Sasongko YAT. 2012. Diaspora Madura : Analisis Modal Sosial Dalam Usaha
Sektor Informal Oleh Migran Madura di Kecamatan Tanah Sereal, Kota
Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung [ID]: Pusat Bahasa
Depdiknas.
Singarimbun M. 2008. Metode Penelitian Survai (Edisi Revisi). Jakarta [ID]:
LP3ES Indonesia. 336 hlm.
Supratiwi. 2013. Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Jurnal
Penelitian : 1-5. [Internet]. [Diunduh tanggal 8 September 2015, pukul
09:45
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/view/4846
Syahyuti. 2008. Peran Modal Sosial (Social Capital) Dalam Perdagangan Hasil
Pertanian (The Role Of Social Capital In Agricultural Trade). Jurnal
Penelitian Agro Ekonomi Vol.26 No.1 : 32-43. [Internet]. [Diunduh tanggal
10 Oktober 2015, pukul 11:00 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE26-1c.pdf
Thobias E, Tungka A. K, dan Rogahang J. J. 2013. Pengaruh Modal Sosial
Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Suatu studi pada pelaku usaha mikro
kecil menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud).
Journal “ACTA DIURNA” Edisi April 2013 : 1-12. [Internet]. [Diunduh
tanggal 10 Oktober 2015, pukul 11:18 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/viewFile/1412/1120
Triutami T. 2013. Peranan Modal Sosial Terhadap Keberhasilan Usaha Industri
Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas – Bogor. [Skripsi]: Institur Pertanian
Bogor.
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rizky Anggraini dilahirkan di Madiun pada
tanggal 5 Juni 1994 dari pasangan Pandji Sinarko dan Suci Suriyati. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh penulis adalah TK RA Masyithoh (1999-2000), MI Islamiyah 01
Kota Madiun (2000-2006), SMP Negeri 6 Kota Madiun (2006-2009), dan SMA
Negeri 1 Kota Madiun (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima menjadi
mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN
Undangan.
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa
organisasi, antara lain : Anggota Divisi Public Relation Sanggar Juara (20132014), Anggota Divisi Fotografer Majalah Komunitas (2013-2015), Anggota
Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekologi Manusia (2014-2015). Selain itu, penulis juga pernah aktif dalam
beberapa kepanitiaan di dalam kampus, diantaranya : Anggota Divisi Dekorasi
dan Dokumentasi pada Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2014, Anggota Divisi
Public Relation pada Sanggar Juara Festival 2014, Anggota Divisi Public
Relation dalam acara Newmont Goes To Campus 2015.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian
Peta Wilayah
Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan
28
Lampiran 2 Daftar nama responden
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama
Ibu Siam
Suci Lestari
Lilo
Suwito
Eko
Yudi
Agus
Heru Ismun
9.
H. Maskur
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Joko Martono
Heriyanto
Marsono
Saman
Suwito Junior
Triyono
Tono
Tri Wiyanto
Agus Mursit
Kasiman
Siswanto
Lina
Muryanto
Muhammad Azhari
Suparni
Sugeng
Ibu Sulikah
Kukuh Purwanto
Supri
Sugianto
Usup
Edi Pranoto
Sunoto
Untung
Ismanto
Situk
Ibu Sriyatun
37. Suwito
Nama Toko
Verry
Puas
Lilo Collection
Kartika
Praktis
Soga
Istiyana
Shawo
Karya Pahala I
Karya Pahala II
Karya Pahala III
Karya Pahala IV
Karya Pahala V
Karya Pahala VI
Karya Pahala VII
Avin
Favorit
Amanah
Saman
Hidayah
Nur Wahid
Dimas Kulit
Difallo
Mustika
Shalud
Figha
Bonafit
Menink
Siasem
Sempurna
Rifa’at
Barokah
P&S Ireng
The Great
Cello
Widodo
Yudha
Firdaus
Rohmat
Donika
Armada
Dewi-Dewi
Kartika I
Kartika II
Pekerjaan
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Pengrajin dan Penjual
Penjual
Pengrajin dan Penjual
29
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
Nomor Responden
Hari, Tanggal Survei
KUESIONER PENELITIAN
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT
(Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan,
Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur)
Saya Rizky Anggraini, mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
sedang melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi sebagai salah
satu syarat kelulusan studi sarjana. Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk
pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi tersebut. Mohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan
jujur. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan di dalam kuesioner ini hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian dan akademik. Saya ucapkan terima kasih
atas partisipasi dan kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini.
I.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
*) Centang salah satu
1. Nama
:
)
2. Jenis Kelamin *
3. Usia
: ( )L
4. Alamat Usaha
5. No HP / Telepon
:
6. Pendidikan Terakhir *)
7. Pekerjaan
8. Pengalaman Bekerja
9.
Jam
Usaha
( )P
: ____________ tahun
:
: (
(
(
(
(
(
:
) Tidak Sekolah
) SD / Sederajat
) SMP / Sederajat
) SMA / Sederajat
) Diploma
) Sarjana
: ____________ tahun
Operasional :
____________ jam / hari
30
II.
MODAL SOSIAL (JARINGAN)
Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pernyataan dan pertanyaan
yang terdapat dibawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut
Bapak/Ibu/Saudara/i tentang pernyataan tersebut. Berilah tanda (√) pada kolom
jawaban penyataan yang dianggap paling sesuai. Tanggapan dapat diberikan
dengan memilih dua kolom tanggapan yang ada, dan terdiri dari pilihan “ya” atau
“tidak”.
No
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Pernyataan
Ya
(2)
Tidak
(1)
Saya mengenal dengan baik seluruh penjual/pengrajin yang ada
di sentra industri kerajinan kulit.
Saya selalu menjaga hubungan baik dengan sesama
penjual/pengrajin kerajinan kulit.
Saya mengenal dengan baik pemasok bahan baku untuk
mendukung usaha saya.
Saya selalu menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan
baku usaha saya.
Saya mengenal dengan baik pelanggan/konsumen tetap yang
saya miliki.
Saya menjaga hubungan baik dengan para pelanggan/konsumen
tetap yang saya miliki.
Saya
mengenal
dengan
baik
aparat
pemerintahan/daerah/kabupaten/kecamatan/kelurahan setempat.
Saya
menjaga
hubungan
baik
dengan
aparat
pemerintahan/daerah/kabupaten/kecamatan/kelurahan setempat.
Saya mengenal pihak dari binaan yang saya ikuti dalam
membantu keberhasilan usaha.
Saya selalu menjaga hubungan baik dengan pihak binaan yang
saya ikuti.
20. Apakah Anda meminta bantuan kepada anggota keluarga ketika menghadapi
permasalahan dalam usaha ?
( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa jumlah anggota keluarga yang Anda mintai bantuan ?
______________________________________________________________
21. Apakah Anda meminta bantuan kepada sesama penjual/pengrajin kerajinan
kulit ketika menghadapi permasalahan dalam usaha ? ( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa jumlah penjual/pengrajin yang Anda mintai bantuan ?
______________________________________________________________
22.
Apakah
Anda
meminta
bantuan
kepada
aparat
pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/perbankan/LSM/lembaga
keuangan yang memungkinkan untuk dimintai bantuan ketika menghadapi
permasalahan dalam usaha ? ( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa banyak pihak-pihak yang Anda libatka ketika menghadapi
permasalahan usaha Anda ? Sebutkan ? ______________________________
23. Apakah Anda mengikuti perkumpulan yang diadakan oleh para
penjual/pengrajin kerajinan kulit ? ( ) Ya
( ) Tidak
31
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Jika Ya, berapa kali Anda mengikuti perkumpulan tersebut selama 1 bulan ?
______________________________________________________________
Apakah Anda terlibat/tergabung menjadi anggota kedalam sebuah
organisasi/perkumpulan ? ( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa organisasi yang Anda ikuti sampai saat ini ? Sebutkan ?
______________________________________________________________
Apakah Anda selalu rutin untuk menghadiri pertemuan dari suatu organisasi
yang Anda ikuti ? ( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa kali Anda menghadiri pertemuan tersebut selama 1 bulan ?
______________________________________________________________
Apakah Anda mengenal orang di luar wilayah kelurahan yang dapat Anda
minta bantuan ketika menghadapi permasalahan dalam usaha Anda ?
( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa orang yang Anda kenal ? Sebutkan ? ___________________
Apakah Anda memiliki pelanggan/konsumen tetap yang selalu
membeli/memesan barang dalam jumlah besar di toko Anda ?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, berapa jumlah pelanggan/konsumen yang Anda miliki ? Sebutkan ?
______________________________________________________________
Apakah Anda menjadi distibutor yang menyediakan/menitipkan/menjualkan
barang ke berbagai toko/orang lain baik didalam/diluar wilayah setempat ?
( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa jumlah toko/orang yang menjadikan Anda sebagai distibutor?
______________________________________________________________
Apakah Anda memiliki orang/kerabat dekat yang mana Anda sering meminta
bantuan dalam kegiatan promosi untuk meningkatkan volume penjualan
Anda? ( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, berapa jumlah orang/kerabat dekat tersebut ? Sebutkan ?
______________________________________________________________
III. MODAL SOSIAL (KEPERCAYAAN)
Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pernyataan yang terdapat
dibawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut
Bapak/Ibu/Suadara/i tentang pernyataan tersebut. Berilah tanda (√) pada kolom
jawaban penyataan yang dianggap paling sesuai. Tanggapan dapat diberikan
dengan memilih dua kolom tanggapan yang ada, dan terdiri dari pilihan “ya” atau
“tidak”.
a. Tingkat Kepercayaan terhadap Sesama Penjual/Pengrajin Kerajinan
Kulit
Ya Tidak
No
Pernyataan
(2)
(1)
Saya percaya kepada sesama penjual/pengrajin kerajinan kulit
30.
karena memiliki kesamaan profesi.
Saya percaya kepada sesama penjual/pengrajin kerajinan kulit
31.
karena memiliki kesamaan dalam mencapai tujuan bersama.
Saya bersedia meminjamkan alat atau teknologi produksi
32.
kepada penjual/pengrajin kerajinan kulit lainnya.
32
Saya bersedia membantu penjual/pengrajin kerajinan kulit yang
lain ketika mengalami permasalahan dalam usaha.
Saya percaya dengan berbagai informasi mengenai
34. pengembangan usaha yang berasal dari penjual/pengrajin
kerajinan kulit.
Saya bersedia memberikan sebagian pesanan kepada
35. penjual/pengrajin kerajinan kulit lainnya ketika banyak
pesanan.
Saya dapat mengambil barang dari penjual/pengrajin kerajinan
36. kulit yang lainnya ketika saya sedang kekurangan barang
dagangan.
b. Tingkat Kepercayaan terhadap Pemasok Bahan Baku
33.
No
Pernyataan
Ya
(2)
Tidak
(1)
Ya
(2)
Tidak
(1)
Saya percaya kepada pemasok bahan baku bahwa pemasok
akan memberikan bahan baku yang berkualitas.
Saya tidak pernah mengecek bahan baku dari pemasok karena
38.
sudah percaya dengan kualitasnya.
c. Tingkat Kepercayaan terhadap Konsumen
37.
No
Pernyataan
Saya percaya kepada pelanggan/konsumen tetap yang
membeli/memesan barang dari usaha saya.
Saya memiliki pelanggan/konsumen tetap yang percaya
40.
terhadap kualitas barang yang saya miliki.
d. Tingkat Kepercayaan terhadap Aparat Pemerintah/Pihak Terkait
Ya Tidak
No
Pernyataan
(2)
(1)
Saya
percaya
dengan
aparat
pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/
41. perbankan/LSM/lembaga keuangan bahwa mereka akan
membantu/peduli terhadap usaha dari para penjual/pengrajin
kerajinan kulit.
Saya percaya dengan pihak dari binaan yang saya ikuti bahwa
42. mereka akan membantu dalam usaha saya mengenai
peminjaman modal, tekonologi dan pemasaran.
Saya percaya bahwa dengan mengikuti program pemerintah
43. melalui pelatihan akan berdampak positif terhadap keberhasilan
usaha saya.
e. Tingkat Kepercayaan yang Diberikan Kepada Penjual/Pengrajin
Kerajinan Kulit
39.
No
Pernyataan
Penjual/pengrajin yang lain percaya terhadap saya dalam hal
44. berjualan dan memproduksi barang dengan persaingan yang
sehat dan curang.
Ya
(2)
Tidak
(1)
33
Konsumen/pelanggan tetap percaya dengan saya bahwa barang
45. yang saya jual memiliki kualitas bagus tanpa mereka mengecek
barang yang akan dibeli.
Pemasok percaya dengan saya dalam hal kegiatan jual beli
46.
bahan baku.
Aparat
pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/
perbankan/LSM/lembaga keuangan percaya kepada saya bahwa
47.
bantuan/program yang mereka berikan akan saya manfaatkan
dengan baik untuk dapat meningkatkan usaha.
IV. MODAL SOSIAL (NORMA)
Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pernyataan dan pertanyaan
yang terdapat dibawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut
Bapak/Ibu/Suadara/i tentang pernyataan tersebut. Berilah tanda (√) pada kolom
jawaban penyataan yang dianggap paling sesuai. Tanggapan dapat diberikan
dengan memilih dua kolom tanggapan yang terdiri dari pilihan “ya” atau “tidak”
pada bagian soal pernyataan dan tiga kolom tanggapan yang terdiri dari pilihan
“selalu”, “kadang-kadang” atau “tidak pernah” pada bagian soal pertanyaan.
a. Tingkat Pengetahuan tentang Norma/Kesepakatan Setempat
No
Pernyataan
Saya mengetahui bahwa terdapat aturan/kesepakatan yang ada di
dalam sentra industri kerajinan kulit baik secara tertulis/tidak
tertulis.
48. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ?
____________________________________________________
____________________________________________________
Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat oleh sesama
penjual/pengrajin kerajinan kulit baik secara tertulis/tidak
tertulis.
49. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ?
____________________________________________________
____________________________________________________
Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat antara pemasok
bahan baku dan saya.
50. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ?
____________________________________________________
____________________________________________________
Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat antara
pelanggan/konsumen tetap dengan saya.
51. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ?
____________________________________________________
____________________________________________________
52.
Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat oleh aparat
pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/
Ya
(2)
Tidak
(1)
34
perbankan/LSM/lembaga kepada penjual/pengrajin kerajinan
kulit.
Jika Ya, aturan/kesempatan seperti apa yang Anda ketahui ?
____________________________________________________
____________________________________________________
b. Ketaatan Norma dengan Sesama Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit
Kadang- Tidak
No
Pertanyaan
Selalu
Kadang Pernah
Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang
ada di dalam sentra industri kerajinan kulit untuk
meningkatkan keberhasilan usaha industri
kerajinan kulit ?
Jika
Selalu/Kadang-kadang,
bentuk
53.
aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda
taati/jalankan
?
_____________________________________
_____________________________________
Apakah
Anda
pernah
melanggar
aturan/kesepakatan yang ada di dalam sentra
industri kerajinan kulit untuk meningkatkan
keberhasilan usaha industri kerajinan kulit ?
54. Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa
yang
Anda
terima?
_____________________________________
_____________________________________
Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang
telah
dibuat/disepakati
diantara
penjual/pengrajin kerajinan kulit ?
Jika
Selalu/Kadang-kadang,
bentuk
55. aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda
taati/jalankan ? ________________________
_____________________________________
_____________________________________
Apakah
Anda
pernah
melanggar
aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati
diantara penjual/pengrajin kerajinan kulit ?
Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa
56.
yang Anda terima ? ____________________
_____________________________________
_____________________________________
35
c. Ketaatan Norma dengan Pemasok Bahan Baku
No
57.
Pertanyaan
Selalu
KadangKadang
Tidak
Pernah
Selalu
KadangKadang
Tidak
Pernah
Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang
telah dibuat/disepakati antara Anda dengan
pemasok bahan baku ?
Jika
Selalu/Kadang-kadang,
bentuk
aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda
taati/jalankan ? __________________________
_______________________________________
_______________________________________
Apakah
Anda
pernah
melanggar
aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati
antara Anda dengan pemasok bahan baku ?
Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa
58. yang Anda terima ? _______________________
_______________________________________
_______________________________________
d. Ketaatan Norma dengan Konsumen
No
Pertanyaan
Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang
telah dibuat/disepakati antara Anda dengan
konsumen/pelanggan tetap ?
Jika
Selalu/Kadang-kadang,
bentuk
59. aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda
taati/jalankan ? __________________________
_______________________________________
_______________________________________
Apakah
Anda
pernah
melanggar
aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati
antara Anda dengan konsumen/pelanggan tetap ?
Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa
60.
yang Anda terima ? _______________________
_______________________________________
_______________________________________
e. Ketaatan Norma dengan Aparat Pemerintah/Pihak Terkait
KadangNo
Pertanyaan
Selalu
Kadang
Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang
61. telah dibuat/disepakati antara Anda dengan
aparat
Tidak
Pernah
36
pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/d
esa/ perbankan/LSM/lembaga ?
Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk aturan
seperti apa yang Anda taati/jalankan ?
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
Apakah
Anda
pernah
melanggar
aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati
antara
Anda
dengan
aparat
pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/d
esa/ perbankan/LSM/lembaga ?
62.
Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa
yang Anda terima ? _______________________
_______________________________________
_______________________________________
63. Ketika Anda melanggar/tidak menjalankan aturan/kesepakatan yang berlaku di
lingkungan Anda, apakah ada perasaan bersalah yang Anda alami ?
( ) Merasa Bersalah
( ) Sedikit Merasa Bersalah
( ) Tidak Merasa Bersalah
V.
TINGKAT KEBERHASILAN USAHA
Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pertanyaan yang terdapat
dibawah ini dan mengisi sesuai dengan kondisi yang terjadi khususnya
berhubungan dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit yang
Bapak/Ibu/Saudara/i miliki. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai ketika
menjawab pertanyaan bertanda *)
64. Rata-rata modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dalam setiap
kali memproduksi kerajinan kulit/membeli barang yang akan dijual ?
______________________________________________________________
65. Rata-rata pendapatan dari hasil penjualan kerajinan kulit per bulan ?
__________________________________________________________________
66. Berapakah jumlah barang kerajinan kulit yang mampu terjual dalam jangka
waktu satu bulan ? _______________________________________________
67. Jenis barang apa yang paling banyak terjual ? *)
( ) Sepatu
( ) Tas
( ) Dompet
( ) Sandal
( ) Jaket Kulit
( ) Ikat Pinggang
68. Apakah Anda memiliki karyawan/pegawai untuk membantu usaha kerajinan
kulit Anda ? *
( ) Ya
( ) Tidak
37
69. Jika ya, berapakah jumlah karyawan yang Anda miliki ? _________________
70. Rata-rata berapa barang yang mampu diproduksi barang/menjual barang
kepada konsumen untuk setiap karyawan/pegawai yang dimiliki ?
______________________________________________________________
71. Apakah saat ini Anda sedang mengembangkan usaha di tempat lain ? *
( ) Ya
72.
( ) Tidak
Jika ya, usaha jenis apa yang sedang Anda kembangkan ?
______________________________________________________________
38
Lampiran 4 Panduan pertanyaan
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT
(Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan,
Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur)
Tanggal Wawancara
:
Lokasi Wawancara
:
Nama Informan
:
Usia
:
:
Jabatan
Pertanyaan untuk pihak Kelurahan/pihak-pihak pengelola sentra industri kulit.
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dari masyarakat yang ada di dalam
kawasan sentra industri kerajinan kulit ?
2. Sejak tahun berapa sentra industri kerajinan kulit dibentuk sampai
berkembang hingga sekarang ?
3. Mengapa sentra industri kerajinan kulit dibentuk dan dikembangkan di
kawasan Kelurahan Selosari ?
4. Apa saja hal-hal yang dapat membuat sentra industri kerajinan kulit dapat
bertahan dan berkembang hingga saat ini ?
5. Apakah ada peraturan-peraturan dari aparat Kelurahan Selosari/pihak-pihak
pengelola yang diberikan kepada penjual dan produsen kerajinan kulit ?
6. Menurut Anda, bagaimana hubungan yang terjalin diantara para penjual dan
produsen dalam bekerjasama untuk mengembangkan usahanya sehingga
dapat berhasil ?
7. Menurut Anda, bagaimana rasa kepercayaan yang terjalin diantara para
penjual dan produsen kerajinan kulit ?
Pertanyaan untuk ketua penggerak usaha kerajinan kulit dan pemilik usaha
kerajinan kulit.
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dari para penjual dan produsen kerajinan
kulit ?
2. Jika dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu, apakah kondisi sosial ekonomi
para penjual dan produsen kerajinan kulit mengalami peningkatan atau
perbedaan yang signifikan ? Jika terdapat perbedaan, dalam bentuk apa ?
3. Bagaimana hubungan sosial yang terjalin diantara Anda dengan para penjual
dan produsen kerajinan kulit yang lain ?
39
4. Strategi apakah yang Anda lakukan dalam menunjang keberhasilan usaha
Anda ?
5. Apakah Anda menggunakan media informasi/media sosial dalam
mempromosikan usaha Anda ? Jika iya, media informasi/media sosial
seperti apa yang Anda gunakan ?
6. Siapa sajakah pihak-pihak yang terkait didalam jaringan yang Anda
gunakan untuk menunjang keberhasilan usaha ?
7. Bagaimana hubungan jaringan tersebut dapat terbina baik dengan para
pihak-pihak yang terlibat dalam keberhasilan usaha ?
8. Menurut Anda, apakah dengan memiliki jaringan yang luas akan berdampak
kepada keberhasilan usaha Anda ? Mengapa ?
9. Bentuk kepercayaan seperti apa yang Anda bina selama ini dengan pihakpihak yang terlibat dalam keberhasilan usaha Anda ?
10. Menurut Anda, apakah dengan menanamkan rasa kepercayaan kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam usaha, maka akan berdampak kepada proses
keberhasilan usaha Anda ? Mengapa ?
11. Adakah nilai-nilai/ aturan baik tertulis atau tidak tertulis yang mengatur
usaha Anda dan para penjual produsen yang lain ?
12. Apakah Anda juga membuat nilai-nilai/aturan yang Anda tujukan kepada
pihak-pihak tertentu ?
13. Apa manfaat yang dapat Anda peroleh jika menaati peraturan yang ada
khususnya dalam keberhasilan usaha Anda ?
14. Adakah lembaga/kelompok tertentu yang dapat berperan dalam
keberhasilan usaha Anda ?
15. Selama Anda menjadi penjual/produsen kerajinan kulit, apakah Anda
pernah mengalami kesulitan/kegagalan dalam kegiatan usaha ? Jika pernah,
langkah apa yang Anda lakukan untuk dapat menanggulangi hal tersebut ?
16. Apakah Anda sedang mengembangkan usaha ditempat lain ? Bagaimana
upaya Anda dalam mengembangkan usaha tersebut ?
40
Lampiran 5 Tabel kosong (Dummy Table)
TABEL KOSONG HUBUNGAN ANTARA KARAKTERSITIK PELAKU
USAHA TERHADAP STOK MODAL SOSIAL PENJUAL/PENGRAJIN
KERAJINAN KULIT DI KECAMATAN MAGETAN, KABUPATEN
MAGETAN
A.
Hubungan Dua Variabel
Variabel Pengaruh
: Usia
Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial
Stok Modal Sosial
Rendah
Sedang
Usia
n
f
n
f
Remaja
Dewasa
Tua
Total
100%
100%
Tinggi
n
f
100%
Hipotesis :
Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (usia pelaku usaha)
dengan stok modal sosial.
B.
Hubungan Dua Variabel
Variabel Pengaruh
: Tingkat Pendidikan
Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial
Stok Modal Sosial
Tingkat
Rendah
Sedang
Pendidikan
n
f
n
f
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
100%
100%
Tinggi
n
f
100%
Hipotesis :
Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (tingkat pendidikan)
dengan stok modal sosial.
C.
Hubungan Dua Variabel
Variabel Pengaruh
: Pengalaman Bekerja
Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial
Stok Modal Sosial
Pengalaman
Rendah
Sedang
Bekerja
n
f
n
f
Singkat
Sedang
Lama
Total
100%
100%
Tinggi
n
f
100%
41
Hipotesis :
Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (pengalaman bekerja)
dengan stok modal sosial.
D.
Hubungan Dua Variabel
Variabel Pengaruh
: Jam Kerja
Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial
Stok Modal Sosial
Rendah
Sedang
Jam Kerja
n
f
n
f
Singkat
Sedang
Lama
Total
100%
100%
Tinggi
n
f
100%
Hipotesis :
Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (jam kerja) dengan
stok modal sosial.
42
Lampiran 6 Format catatan harian
CATATAN HARIAN KE –
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT
(Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan,
Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur)
Topik
Metode
Informan/Partisipan
Hari & Tanggal
Waktu & Durasi
Tempat
Kondisi & Situasi
:
:
:
:
:
:
:
DESKRIPSI
INTERPRETASI
43
Lampiran 7 Outline skripsi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis
Kondisi Demografis
Kondisi Sosial dan Ekonomi
ANALISIS STOK MODAL SOSIAL PENJUAL/PENGRAJIN KERAJINAN
KULIT
Karakteristik Individu Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit
Modal Sosial Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit
Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Modal Sosial
PERANAN STOK MODAL SOSIAL TERHADAP KEBERHASILAN
USAHA INDUSTRI KERAJINAN KULIT
Tingkat Keberhasilan Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit
Hubungan Stok Modal Sosial Terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kerajinan
Kulit
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOK MODAL SOSIAL
Program Pelatihan Pengembangan Usaha
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Download