Materi 1 PENDAHULUAN Ilmu Perbandingan Politik adalah salah

advertisement
Materi 1
PENDAHULUAN
Ilmu Perbandingan Politik adalah salah satu cabang studi politik (study of politics) dan
ilmu politik (political science). Studi perbandingan politik acapkali membingungkan,
tidak saja bagi para mahasiswa, namun juga para akademisi.
Ilmu politik dan ilmu perbandingan politik berkaitan dalam hal teori dan metode. Teori,
adalah serangkaian generalisasi yang tersusun secara sistematik, sedangkan
metode, adalah suatu prosedur atau proses yang menggunakan teknik-teknik dan
perangkat tertentu dalam mengkaji sesuatu guna menelaah, menguji dan
mengevaluasi teori.
Dalam studi ini, banyak istilah yang terlanjur digunakan secara longgar dan diartikan
secara berbeda-beda. Contohnya istilah “perbandingan pemerintahan”, yang
biasanya mengacu ke studi tentang berbagai negara bangsa di Eropa, dan fokus studi
ini adalah tentang lembaga-lembaga beserta segenap fungsinya di negara-negara itu,
dengan penekanan pada lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, serta berbagai
organisasi lain yang terkait seperti partai politik dan pressure group.
Sedangkan studi perbandingan politik (comparative politics) mempelajari kegiatankegiatan politik dalam cakupan lebih luas, termasuk mengenai pemerintahan dan
berbagai lembaganya dan juga aneka organisasi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan pemerintahan (antara lain adalah suku bangsa, masyarakat,
asosiasi-asosiasi, dan berbagai perserikatan).
Istilah perbandingan politik juga diartikan sebagai upaya untuk membandingkan
segala bentuk kegiatan politik, baik itu yang berkaitan dengan pemerintahan maupun
yang tidak berhubungan dengan pemerintahan.
Oleh sebab itu, para spasialis perbandingan politik cenderung mengartikan
perbandingan politik sebagai studi tentang segala sesuatu yang berbau politik.
Pengertian perbandingan politik yang lebih longgar lagi akan mengaburkan kriteria
penentuan hal-hal apa saja yang layak menjadi objek kajiannya.
Kita dapat menggali hubungan ilmu politik dan perbandingan politik dengan bidangbidang lain, seperti yang dilakukan oleh Ronald H. Chilcote, yang melihat bahwa teori
maupun metodenya banyak bersumber dari pemikiran para filsuf politik “klasik” seperti
Aristoteles dan Plato, Machiavelli dan Montesquieu, serta Hegel, Mark dan Mill.
Perbandingan politik juga banyak bersumber dari pemikiran para tokoh di awal abad
20 seperti Woodrow Wilson, James Bryce dan Carl Friedrich, yang telaahannya
mengarah ke studi formal tentang pemerintahan dan negara.
Karya dibidang lain yang turut mempengaruhi studi perbandingan politik, antara lain
karya A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski dibidang Antropologi; Gaetano
Mosca, Vilfredo Pareto, Mark Weber dan Emile Durkheim dibidang sosiologi dan
sosiologi politik; serta John M. Keynes, Karl Marx dan V.I. Lenin dibidang ekonomi
politik.
Terjadinya PD II, telah meningkatkan minat para akademisi di AS untuk mempelajari
sistem-sistem politik negara-negara lain, khususnya di Eropa dan Asia. Pudarnya
pamor kerajaan-kerajaan besar setelah perang dan gemuruh perjuangan
kemerdekaan didunia ketiga mendorong akademisi untuk mengalihkan perhatian dari
sistem-sistem politik mapan ke negara-negara baru tersebut.
Konsekuaensinya terhadap studi perbandingan politik sangatlah besar. Menurut
Braibanti (1968), disaat itulah terjadi lonjakan riset tentang negara-negara baru,
ditopang oleh perkembangan teknologi riset dan melimpahnya dana penelitian yang
antara lain disediakan pemerintah yang menginginkan masukan-masukan dari
kalangan akademis untuk menyusun aneka program luar negeri, termasuk program
bantuan untuk negara berkembang.
Teori-teori Sistem
Kepustakaan teori-teori sistem dalam perbandingan politik mulai mencuat diawal
tahun 50-an. Ada 3 penulis yang dapat dikemukakan sebagai wakil perintis dan
pengembang teori-teori sistem ini.
 Pertama, David Easton, yang bukunya berjudul The Political System dan
sejumlah tulisannya yang lain menandai lahirnya konsep sistem politik (political
system) bersamaan dengan konsep-konsep input dan output, tuntutan
(demands) dan dukungan (support) serta umpan balik;
 Kedua, Gabriel Almond, yang banyak dipengaruhi antropolog fungsionaris
A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski, serta sosiolog Max Weber
dan Talcott Parsons. Awalnya Almond menawarkan suatu klasifikasi
sederhana tentang sistem-sistem politik, yang mencakup pula sistem-sistem
politik di luar dunia Barat, dan negara-negara yang baru merdeka. Ia kemudian
bergabung dengan para spesialis perbandingan politik dengan merumuskan
kategori-kategori struktur dan fungsi, dan mengkaitkannya dengan semua
sistem politik yang ada di dunia. Selanjutnya Almond mengaitkan pula
konsepsinya tentang sistem dengan budaya dan pembangunan;
 Ketiga, Karl Deutsch yang karyanya, Nerves of Government, banyak
bersumber dari teori sibernika yang dirumuskan Norbert Wiener ketika
berusaha mengembangkan model politik sistemik (systemic model of politics).
Teori-teori Budaya
Pendekatan kebudayaan dalam perbandingan politik marak selama 1960-an, bertolak
dari karya-karya tradisional tentang budaya dalam antropologi, studi-studi tentang
sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil dalam sosiologi, serta studi-studi tentang
kepribadian dalam psikologi.
Konsep budaya politik dikatkan ke konsep negara, atau budaya-budaya nasional.
Dalam hal ini budaya politik dilihat sebagai penjelmaan kembali konsep lama karakter
nasional. Budaya politik juga berkaitan dengan sistem. Budaya politik terdiri dari
serangkaian keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang melatarbelakangi situasi
dimana suatu peristiwa politik terjadi.
Jenis budaya politik merupakan ciri dari sistem politik yang bersangkutan, misalnya
saja budaya politik parokial, budaya politik subjek dan budaya politik partisipan. Jenis-
jenis budaya politik ini merefleksikan orientasi psikologis dan subjektif dari orangorang yang menjadi warga suatu negara/masyarakat terhadap sistem nasional
mereka.
Tokohnya adalah Gabriel Almond dan Sydney Verba dalam buku mereka “Civic
Culture”.
Teori-teori Pembangunan
Pendekatan penting ketiga dalam kepustakaan perbandingan politik adalah teori-teori
pembangunan (developmental theories). Perhatian terhadap pembangunan didorong
oleh kemunculan negara-negara baru di dunia ketiga. Almond memandang penting
untuk mengaitkan gagasan-gagasannya tentang hakikat sistem politik dan tentang
budaya politik pembangunan (political culture to development).
Hasilnya adalah suatu artikel dalam Jurnal World Politics tahun 1965 dan sebuah buku
yang ditulisnya bersama G. Bingham Powell, yakni Comparative Politics: A
Developmental Approach. Dalam buku tersebut Almond secara lebih terarah
berusaha membangun sebuah model yang terdiri dari serangkaian konsep dan
tahapan-tahapan khas proses pembangunan.
Kepustakaan perbandingan politik tentang pembangunan sebenarnya dapat dipilah
sekurang-kurangnya menjadi lima kategori.
 Kategori Pertama, dengan Almond dkk (AFK.Organski, Walt Rostow) sebagai
tokohnya, mencoba memanfaatkan konsep-konsep tradisional seperti
demokrasi dan demokrasi politik, serta mengolah dan menampilkannya
kembali dalam sosok yang lebih canggih, dan terkadang abstrak;
 Kategori kedua, berfokus pada konsepsi pembangunan bangsa (nation
building). Studi-studinya mencoba memadukan konsepsi lama seperti
nasionalisme dengan penafsiran baru tentang makna pembangunan itu sendiri.
Nationalism and Social Communication (Karl Deutsch), From Empire to Nation
(Kalman Silvert), merupakan contoh-contoh yang menerapkan konsep
nasionalisme dan pembangunan dalam kajian kawasan Afrika dan Amerika
Latin;
 Kategori ketiga berfokus pada modernisasi. Contoh-contoh tulisan yang
menonjol adalah Modernization and the Structure of Societies (Marion J. Levy)
yang merupakan suatu upaya ambisius untuk menerapkan fungsionalisme
struktural terhadap teori modernisasi, serta The Politics of Modernization
(David Apter), sebuah upaya provokatif untuk membangun sebuah model;
 Kategori keempat, mencakup studi-studi tentang perubahan. Contohnya tulisan
yang penting adalah Political Order in Changing Societies (Samuel P.
Huntington);
 Kategori kelima, meliputi studi-studi kritis yang seperti telah disinggung diatas
kemudian memunculkan teori-teori pembangunan etnosentris. Studi-studi ini ini
berfokus pada keterbelakangan di negara-negara miskin, yang dilihat sebagai
korban pembangunan dan industrialisasi kapitalistik di negara-negara maju.
Contoh tulisan yang menonjol Capitalism and Underdevelopment in Latin
America (Andre Gunder Frank) dan How Europe Underdeveloped Afrika
(Walter Rodney). Para teoritisi ini menegaskan segala bentuk keterpurukan di
negara miskin bersumber dari ketergantungannya kepada negara-negara
kaya.
Teori-teori Kelas
Sekitar pertengahan 1960-an, Komite Perbandingan Politik (Committee on
Comparative Politics) memutuskan untuk memberi perhatian kepada studi-studi
tentang elite. Munculnya para pemimpin kharismatik seperti Fidel Castro (Cuba),
Kwame Nkrumah (Ghana), Soekarno (Indonesia) melipatgandakan perlunya
mempelajari sosok pemimpin politik di dunia ketiga.
Selain itu, kegagalan lembaga-lembaga politik standar seperti parlemen dalam
menciptakan stabilitas politik di berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin,
kian menekankan pentingnya studi tentang elite.
Pendekatan Perbandingan Politik: Beberapa Karakteristik
Pendekatan Tradisional
Pendekatan Behavioral
Saling mengaitkan fakta Memisahkan fakta dan nilai
dan nilai
Pendekatan Pascabehavioral
Fakta dan nilai diikat
pada
tindakan
dan
relevansi
Bersifat humanistik dan
berorientasi masalah,
normatif
Kualitatif dan Kuantitatif
Berkaitan
dengan
keteraturan
dan
ketidakteraturan
Komparatif,
berfokus
pada beberapa negara
Perspektif dan normatif
Nonperspektif, Objektif dan
empiris
Kualitatif
Berkaitan
dengan
ketidakteraturan
dan
keteraturan
Konfiguratif dan non
komparatif,
berfokus
pada
negara-negara
individual
Kuantitatif
Berkaitan
dengan
keseragaman
dan
keteraturan
Komparatif, berfokus pada
beberapa negara
Etnosentris,
secara
khusus berfokus pada
demokrasi-demokrasi
Eropa Barat
Deskriptif, sempit dan
statis
Berfokus pada strukturstruktur formal (institusi
dan pemerintah)
Etnosentris, secara khusus Secara
khusus
berkaitan dengan model berorientasi pada dunia
Anglo-Amerika
ketiga
Abstrak,
berideologi
konservatif dan statis
Berfokus pada strukturstruktur dan fungsi-fungsi
(kelompok) formal dan
informal
Teoritis, radikal dan
berorientasi hasil
Berfokus
pada
hubungan dan konflik
kelas serta kelompok
Kepustakaan atau literatur perbandingan politik cukup banyak dan bermacammacam. Namun sebuah survai mengenai literatur perbandingan politik biasanya
bermula dengan Aristoteles dan lain-lain yang mengklasifikasikan tipe-tipe atau
bentuk negara kemudian menarik generalisasi kehidupan politik.Hingga abad 19,
tipologi yang menonjol mengklasifikasi politik menjadi monarkhi, aristokrasi dan
demokrasi.
Norman Furniss (1974) memberikan upaya untuk mensintesis literatur umum
perbandingan politik, dengan cara:
1. Menanggalkan pencarian teori dan kembali ke pendekatan negara per negara;
2. berfokus pada topik atau institusi dan studi pemerintahan-pemerintahan lintas
batas nasional;
3. menerapkan sebuah pendekatan lintas nasional makro menggunakan
informasi deskriptif seluruh negara;
4. berfokus pada konsep-konsep berjangkauan menengah dengan perhatian
pada apa yang relevan dengan politik;
5. menekankan trend-trend sejarah lintas nasional dan kekuatan-kekuatan yang
membentuk kehidupan politik.
Download