komunikasi top-down dan bottom up

advertisement
KOMUNIKASI SEBAGAI INTI KEPEMIMPINAN
I.
PENDAHULUAN
Pentingnya studi komunikasi karena manusia tidak bisa hidup sendirian, ia harus
hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya maupun demi keturunannya.
Semakin besar suatu masyarakat berarti semakin banyak manusia yang dicakup, hal tersebut
akan mengakibatkan semakin banyak masalah yang timbul akibat perbedaan-perbedaan. Ilmu
komunikasi apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan
konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa.
Sangat sulit mencari salah satu aspek pekerjaan manajer yang tidak berkaitan dengan
komunikasi. Berbagai masalah sering timbul apabila perintah keliru dimengerti, ketika olokan
ringan dalam sebuah kelompok kerja menimbulkan kemarahan, atau ketika peringatan
informal oleh manajer atasan tidak disampaikan dengan benar. Setiap situasi seperti itu
disebabkan oleh kegagalan salah satu aspek selama berlangsungnya proses komunikasi. Oleh
karena itu, yang menjadi persoalan sebenarnya bukan apakah manajer berkomunikasi atau
tidak, karena komunikasi merupakan bagian dari fungsi organisasi. Persoalan sebenarnya
adalah apakah manajer dapat berkomunikasi dengan baik atau tidak. Dengan kata lain,
komunikasi sendiri tidak dapat dielakan dalam setiap fungsi, tetapi komunikasi itu mungkin
efektif. Setiap manajer harus menjadi seorang komunikator.
Meskipun terdapat kemajuan pesat dalam komunikasi dan teknologi informasi,
komunikasi antara orang-orang di dalm sebuah organisasi tetap di perlukan. Komunikasi
antara orang-orang tidak bergantung pada teknologi, tetapi lebih bergantung pada kekuatan
dalam masyarakat dan lingkungannya. Komunikasi adalah “proses” yang terjadi “di dalam”
masyarakat.
II.
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi
adalah
manusia.
Karena
itu
merujuk
pada
pengertian
Ruben
dan
Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang
merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara
efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip
paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and
Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says
What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi
adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu
saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Beberapa definisi komunikasi adalah:

Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang
perlu dipahami bersama oleh
pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi
(Astrid).

Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi
tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).

Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke
orang lain (Davis, 1981).

Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain
(Schram,W)

Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang
lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).
III. PROSES KOMUNIKASI
Proses komunikasi terdiri dari lima unsur yaitu komunikator, pesan, perantara, dan balikan
(umpan balik). Komunikasi dapat diikhtisarkan secara sederhana sebagai berikut :
Siapa.....mengatakan apa.....bagaimana caranya.....kepada siapa.....apa hasilnya?1. Untuk
dapat mengkaji setiap unsur dalam proses itu, kita harus menelaah cara kerja komunikasi.
Proses Komunikasi
Siapa . . .
Komunikator
mengatakan apa . . .
bagaimana caranya . . .
Pesan
Perantara
kepada siapa . . .
Penerima
Balikan
. . . apa akibatnya
1
Kelima soal ini mula-mula diajukan dalam tulisan H.D. Lasswell, Power and Personality (New York: W.W. Norton, 1948),
hal. 37-51
Model Komunikasi
Komunikator
Pesan dan
Perantara
Penyandian
Penguraian
Sandi
Penerima
Balikan
Unsur-unsur Komunikasi
1. Komunikator
Dalam kerangka organisasi, komunikator haruslah seorang karyawan yang memiliki
gagasan, maksud, informasi, dan tujuan berkomunikasi.
2. Penyandian (Encoding)
Setelah adanya komunikator, harus ada penyandian yang menerjemahkan gagasan
komunikator menjadi serangkaian tanda yang sistematis menjadi bahasa yang
mengungkapkan tujuan komunikator. Bentuk utama penyandian adalah bahasa.
Misalnya, seorang manajer sering mendapat informasi akuntansi, laporan penjualan,
dan data komputer yang diterjemahkannya menjadi pesan. Dengan demikian, fungsi
penyandian adalah menyediakan bentuk tertentu agar gagasan dan tujuan dapat
diungkapkan sebagai sebuah pesan.
3. Pesan (Message)
Hasil proses pembuatan berita adalah pesan. Tujuan komunikator diungkapkan dalam
bentuk pesan, baik secara lisan (verbal) maupun tulisan (nonverbal). Banyak tujuan
manajer berkomunikasi, misalnya bagaimana caranya agar orang lain memahami
gagasan mereka sendiri atau gagasan mereka dapat diterima, atau untuk menghasilkan
tindakan. Dengan demikian, pesan adalah hal-hal yang diharpakn komunikator untuk
disampaikan kepada penerima tertentu, dan bentuk pastinya sebagian besar
bergantung pada perantara yang dipakai untuk menyampaikan pesan tadi. Keputusan
yang berkaitan dengan bentuk dan isi pesan tidak dapat di pisahkan. Akan tetapi,
dapat juga terkirim pesan tidak sengaja yang terungkap secara diam-diam atau tanpa
menghasilkan tindakan, dengan emisi khusus maupun keputusan yang tujuan dan
sasarannya tidak dapat dicapai dan metodenya tidak dapat dipakai.
4. Perantara (Medium)
Perantara adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Organisasi
menyediakan informasi kepada anggotanya dengan berbagai cara, termasuk
komunikasi tatap muka, telepon, pertemuan kelompok, komputer, memo, pernyataan
kebijaksanaan, sistem imbalan, jadwal produksi, dan ramalan penjualan.
5. Penguraian Sandi-Penerima
Agar proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik, pesan itu harus disandikan
sesuai dengan penerima. Penguraian sandi adalah istilah teknis bagi proses pemikiran
penerima. Jadi, penguraian sandi mencakup penafsiran. Para penerima menafsirkan
(menguraikan sandi) pesan sesuai dengan pengalaman dan kerangka acuan mereka.
Oleh karena itu, seorang tenaga penjual mungkin menguraikan sandi sebuah memo
dari Direktur Utama perusahaan dengan cara yang lain dari seorang manajer produksi.
Jika penguraian sandi itu semakin mendekati maksud yang ingin dicapai komunikator,
semakin efektif pula proses komunikasi. Ini menunjukan betapa pentingnya
komunikator untuk “berorientasi penerima”.
6. Balikan (Feedback)
Dalam proses komunikasi diperlukan adanya balikan. Proses komunikasi satu arah
adalah proses yang tidak memungkinkan adanya balikan dari penerima ke
komunikator. Hal semacam ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
penyimpangan pesan yang dikehendaki dengan pesan yang diterima. Lingkaran
balikan menyediakan saluran bagi tanggapan penerima sehingga memungkinkan
komunikator untuk memutuskan apakah pesan itu sudah diterima dan telah
menghasilkan tanggapan yang dikehendaki atau tidak. Proses komunikasi dua arah
memungkinkan adanya balikan dari penerima ke komunikator. Ini adalah bagian
utama argumentasi pro komunikasi ke atas yang diketengahkan. Bagi seorang
manajer, balikan komunikasi dapat sampai dengan berbagai cara, dalam situasi tatap
muka, balikan langsung yang dilakukan dengan saling berbicara, seperti komunikasi
dengan cara halus melalui ekspresi wajah jika timbul rasa kurang puas atau
kesalahpahaman. Selain itu, balikan tidak langsung (seperti menurunnya produksi,
mutu produksi yang buruk, semakin banyak pekerja yang mangkir, atau meningkatnya
omset, dan kurangnya koordinasi atau konflik di antara berbagai unit) mungkin
menunjukkan kemacetan komunikasi.
7. Kegaduhan (Noise)
Dalam rangka komunikasi manusiawi, kegaduhan dapat dianggap sebagai faktor yang
mengganggu pesan yang dikehendaki. Kegaduhan dapat terjadi dalam setiap unsur
komunikasi. Misalnya, seorang manajer yang terdesak oleh tekanan waktu, mungkin
terpaksa bertindak tanpa berkomunikasi atau komunikasi yang dilakukan tergesa-gesa
dengan informasi yang kurang lengkap. Atau bawahan mungkin mengartikan lain
terhadap perkataan atau kalimat yang disampaikan seorang manajer. Ini adalah contoh
kegaduhan dalam proses komunikasi.
Proses komunikasi dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu :
1. Proses komunikasi dalam perspektif Psikologis
Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan.
Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada
komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Di muka telah ditegaskan bahwa
pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lemabang. Isi pesan
umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Walter
Lippman menyebut isi pesan itu “picture in our head”, sedangkan Walter Hagemann
menamakannya “das Bewustseninhalte”. Proses”mengemas” atau “membungkus”
pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi
dinamakan Encoding. Hasil encoding berpa pesan itu kemudian ia transmisikan atau
operkan atau kirimkan kepada komunikan.
Kini giliran komunikan terlibat dalam proses komunikasi interapersonal. Proses dalam
diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan
yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator.
Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka kumunikasi
terjadi. Sebaliknya bilaman komunikan tidak mengerti, maka komunikasipun tidak
terjadi.
2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis
Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan dan melemparkan dengan
bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangan oleh komunikan.
Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itudapat dilakukan dengan
indera telinga atau indera mata atau indera lain-lainnya.
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi
menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya)
yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna
dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses
membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan
atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh
komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari
komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau
perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses
penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat
menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan.
Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting
juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang
pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul
kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh
Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai
perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A
tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut
dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut
membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses
komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A.
Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,
pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan
baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya
apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu
mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan
tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata
lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari
komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang
komunikator
menggunakan
media
ke
dua
dalam
menyampaikan
komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau
jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb
adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat
kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.)
IV. Hambatan Komunikasi
1. Hambatan dari Proses Komunikasi

Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas
bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional.

Hambatan dalam penyandian/simbol

Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga
mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan
penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat
mendengarkan pesan.

Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima

Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.

Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan
apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas
dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua
yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya;
perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
1. Membuat suatu pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan komunikasi
serta komunikan yang akan dituju.
2. Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus
berusahadapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan
yang disampaikan sehingga penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan
yang berarti.
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, Cara
dan waktu penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar
mengahasilkan umpan balik dari komunikan sesuai harapan.
V.
Jenis-Jenis Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan
aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok
Jenis komunikasi terdiri dari:
Komunikasi verbal dengan kata-kata
Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh
Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan
disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.
Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi
suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan
catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah
merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non
verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah
cerminan suasana emosi seseorang.
Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan
kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar
mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain
untuk mengobservasi yang lainnya
Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan
dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan
seperti perhatian yang sungguh-
sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui
sentuhan.
Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak
memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan
emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan
dan pikiran
seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis
atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat
sebagai bagian total dari komunikasi
seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress
bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress
KOMUNIKASI TOP-DOWN DAN BOTTOM UP
Pola saluran komunikasi dibagi menjadi formal dan informal. Pola Formal yaitu
komunikasi top-down yang berbetuk prosedur dan perintah, sifatnya sederhana dan tidak
bertele-tele, cara penyampaian melalui lisan (wawancara atau percakapan) atau tulisan
(memo, buku manual, surat, dan pengumuman); komunikasi bottom up yang digunakan untuk
mencari solusi, memberikan kepercayaan pada karyawan, kelemahannya karyawan tidak mau
memberikan masalah karena bisa mempengaruhi prestasi mereka; komunikasi horizontal
yang dilakuakan antar divisi dalam organisasi untuk persuasi, penukaran informasi, bersifat
koordinatif dan terjadi pada divisi-divisi yang memiliki ketergantungan tinggi; komunikasi
diagonal yang melibatkan 2 tingkat berbeda dalam organisasi, kelebihannya masalah cepat
selesai dan manajer bisa mengetahui penyimpangan yang ada, terjadi pada organisasi skala
besar.
Pola Informal adalah komunikasi dalam organisasi yang sering terjadi pada saat
istirahat, pesan bersifat umum dan fleksibel, berguna untuk memonito organisasi.
Untuk meningktkan komunikasi dalam organisasi setiap komunikator harus menilai
kelemahan dan kelebihan diri dengan memperhatikan pengalaman dan lainnya. Komunikator
sebaiknya sering melakukan latihan dan praktik. Ketrampilan yang dibutuhkan untuk
komunikasi yang baik adalah membaca., mendengar, membuat percakapan yang menarik,
wawacara, diskusi, presentasi, dan menulis surat ata memo.
Pada kegiatan rutin banyak digunakan kertas untuk berkomunikasi. Oleh karena itu ada
beberapa cara yang bisa digunakan agar lebih efisien yaitu dengan memberikan pelatihan
pada petugas tentang komunikasi, mendelegasikan tanggungjawab, memberikan kepercayaan
kepada karyawan agar manajer tidak kerepotan, melalui instruksi memberikan kejelasan
tentang tugas, mengevaluai prioritas pesan.
Awalnya ada 2 cara yang bisa dilakukan untuk mengangani krisis yaitu dengan diam
atau merespon apa yang terjadi dengan cepat. Selanjutnya perusahaan menciptakan tim yang
cekatan, dengan segera manajemen puncak mengambil tindakan, membangun pusat informasi
sebagai representasi perusahaan dengan alat bantu elektronik, menceritakan kejadian secara
terbuka, dan menunjukkan keseriusan melalui tindakan.
Download