pengelolaan pertanian lahan kering

advertisement
1
PENGELOLAAN PERTANIAN LAHAN KERING
(smno.tnh.fpub)
Praktek Terbaik dalam Pertanian
(Good Agricultural Practices (GAP)
The term Good Agricultural Practices (GAP) can refer to any
collection of specific methods, which when applied to agriculture, produces
results that are in harmony with the values of the proponents of those
practices. There are numerous competing definitions of what methods
constitute "Good Agricultural Practices", so whether a practice can be
considered "good" will depend on the standards you are applying.
The concept of Good Agricultural Practices (GAP) has evolved in
recent years in the context of a rapidly changing and globalizing food
economy and as a result of the concerns and commitments of a wide range
of stakeholders about food production and security, food safety and quality,
and the environmental sustainability of agriculture. These stakeholders
include governments, food processing and retailing industries, farmers, and
consumers, who seek to meet specific objectives of food security, food
quality, production efficiency, livelihoods and environmental benefits in both
the medium and long term. GAP offers a means to help reach those
objectives.
Deskripsi Praktek Terbaik di bidang Pertanian menurut
UN FAO
Good Agricultural Practices are a collection of principles to apply for on-farm
production and post-production processes, resulting in safe and healthy food
and non-food agricultural products, while taking into account economical,
social and environmental sustainability.
GAP dapat diterapkan untuk beragam sistem pertanian dan pada
sekala yang berbeda-beda. Mereka ini dapat diaplikasikan melalui metode
pertanian berkelanjutan, seperti IPM: integrated pest management, IFM:
integrated fertilizer management dan Pertanian konservasi. Mereka
bertumpu pada empat prinsip:
 Secara ekonomi dan secara efisien memproduksi pangan yang
cukup (ketahanan pangan), aman (keamanan pangan) dan bergizi
(kualitas pangan);
 Sumberdaya alam lestari dan berkualitas;
 Memelihara usaha pertanian yang layak dan mendukung kehidupan
yang berkelanjutan;
 Memenuhi kebutuhan budaya dan sosial masyarakat.
Konsep GAP telah mengalami perubahan sejalan dengan dinamika
pertanian yang berubah dengan cepat, globalisasi perdagangan, krisis
pangan (penyakit mad-cow), pencemaran air oleh nitrat, munculnya
resistensi pestisida, erosi tanah.
2
GAPs applications are being developed by governments, NGOs and
private sector to meet farmers and transformers needs and specific
requirements. However, many think these applications are only rarely made
in a holistic or coordinated way.
They provide the opportunity to assess and decide on which farming
practices to follow at each step in the production process. For each
agricultural production system, they aim at allowing a comprehensive
management strategy, providing for the capability for tactical adjustments in
response to changes. The implementation of such a management strategy
requires knowing, understanding, planning, measuring, monitoring, and
record-keeping at each step of the production process. Adoption of GAPs
may result in higher production, transformation and marketing costs, hence
finally higher costs for the consumer. To minimize production costs and
maintain the quality of agri-food, ACIAR offers a series of advisable online
publications to benefit farmers.
GAP mensyaratkan adanya database tentang teknik-teknik produksi
yang terintegrasi untuk setiap zone agroekologi utama (eco-region), untuk
menghimpun, menganalisis dan menyebar-luaskan informasi tentang
praktek-praktek yang baik sesuai dengan kondisi geografisnya.






Praktek terbaik dalam pengelolaan tanah pertanian
Mereduksi erosi tanah oleh angin dan air melalui teknik-teknik
penanaman pagar dan saluran air;
Aplikasi pupuk pada waktu yang tepat dan dosis yang tepat (yaitu,
pada saat tanaman memerlukan unsur hara), untuk menghindari
run-off ( misalnya metode neraca nitrogen).
Memelihara dan memulihkan kandungan bahan organik tanah,
dengan jalan aplikasi pupuk kandang pupuk hijau, dan pergiliran
tanaman.
Meminimumkan efek pemadatan tanah (dengan jalan tidak
menggunakan peralatan berat)
Memelihara struktur tanah, dengan jalan membatasi praktek
pengolahan tanah yang intensif.
Pupuk hijau In situ dengan jalan menanam tanaman legume seperti
cowpea, horse gram, sunhemp dll..
TANAH
The physical and chemical properties and functions, organic matter and
biological activity of the soil are fundamental to sustaining agricultural
production and determine, in their complexity, soil fertility and
productivity. Appropriate soil management aims to maintain and improve
soil productivity by improving the availability and plant uptake of water
and nutrients through enhancing soil biological activity, replenishing soil
organic matter and soil moisture, and minimizing losses of soil, nutrients,
and agrochemicals through erosion, runoff and leaching into surface or
ground water. Though soil management is generally undertaken at
field/farm level, it affects the surrounding area or catchment due to off-site
impacts on runoff, sediments, nutrients movement, and mobility of
3
livestock and associated species including predators, pests and biocontrol
agents.
Praktek terbaik pengelolaan tanah meliputi:
1. Mempertahankan atau memperbaiki kandungan bahan
organic tanah dengan jalan mengatur pergiliran tanaman,
aplikasi pupuk kandang, pengolahan tanah konservasi dan
lainnya;
2. Memelihara vegetasi penutup tanah untuk menyediakan
habitat yang kondusif bagi biota tanah, meminimumkan erosi
tanah oleh angin dan air;
3. Aplikasi pupuk organik dan pupuk mineral dan bahan
agrokimia lainnya dalam jumlah dan waktu serta metode
aplikasi yang sesuai dengan persyaratan agronomis, baku
mutu lingkungan dan kesehatan manusia.
Praktek pertanian terbaik untuk pengelolaan air
 Menerapkan jadwal irigasi, dengan jalan memantau kebutuhan
tanaman, menghemat air tanah dan menghindari kehilangan
drainage yang berlebihan
 Mencegah salinisasi tanah dengan jalan membatasi masukan air
sesuai kebutuhan, dan daur ulang air kalau memungkinkan
 Menghindari tanaman yang butuh banyak air di daerah lahan kering
 Menghindari drainage dan run-off limbah pupuk
 Memelihara penutup tanah permanen, terutama pada musim hujan
untuk menghindari run-off nitrogen yang berlebihan
 Mengelola tael air tanah secara hati-hati, dengan jalan membatasi
panen air yang berlebihan
 Memulihkan kembali atau memelihara wetlands
 Menyediakan titik-titik air yang bagus dan cocok bagi ternak
 Panen air secara in-situ dengan jalan menggali saluran dan lubanglubang tampungan air melintasi lereng.
AIR
Agriculture carries a high responsibility for the management of water
resources in quantitative and qualitative terms. Careful management of
water resources and efficient use of water for rainfed crop and pasture
production, for irrigation where applicable, and for livestock, are criteria
for GAP. Efficient irrigation technologies and management will minimize
waste and will avoid excessive leaching and salinization. Water tables
should be managed to prevent excessive rise or fall.
Prakter terbaik pengelolaan air pertanian meliputi:
1. Memaksimumkan infiltrasi air dan meminimumkan limpasan
permukaan;
2. Mengelola air tanah dan lengas tanah secara tepat, dan
menghindari drainage yang berlebihan;
4
3. Memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kandungan
bahan organic tanah;
4. Menggunakan sarana produksi, termasuk limbah dan hasil
daur ulang bahan-bahan organic dan anorganik dengan cara
yang tidakmengakibatkan kontaminasi sumberdaya air;
5. Mengadopsi teknik-teknik untuk memantau tanaman dan
status lengas tanah, jadwal irigasi yang akurat, dan
mencegah slinisasi tanah dengan menerapkan sarana hemat
air dan daur-ulang air bila memungkinkan;
6. Memelihara fungsi siklus air dengan jalan penutupan muka
tanah secara permanen, atau memelihara dan memulihkan
kembali wetlands sebagaimana diperlukan;
7. Mengelola “water-table” untuk mencegah ekstraksi secara
berlebihan atau akumulasi yang berlebih;
8. Menyediakan titik (lokasi) air yang mencukupi, aman, dan
bersih untuk keperluan ternak.
GAP yang berhubungan dengan Produksi Tanaman Pangan
dan Hijauan Pakan
Crop and fodder production involves the selection of annual and perennial
crops, their cultivars and varieties, to meet local consumer and market needs
according to their suitability to the site and their role within the crop rotation
for the management of soil fertility, pests and diseases, and their response to
available inputs. Perennial crops are used to provide long-term production
options and opportunities for intercropping. Annual crops are grown in
sequences, including those with pasture, to maximize the biological benefits
of interactions between species and to maintain productivity. Harvesting of all
crop and animal products removes their nutrient content from the site and
must ultimately be replaced to maintain long-term productivity.
Praktek terbaik produksi tanaman pangan dan pakan meliputi:
1. those that select cultivars and varieties on an understanding of
their characteristics, including response to sowing or planting
time, productivity, quality, market acceptability and nutritional
value, disease and stress resistance, edaphic and climatic
adaptability, and response to fertilizers and agrochemicals;
2. devise crop sequences to optimize use of labour and equipment
and maximize the biological benefits of weed control by
competition, mechanical, biological and herbicide options,
provision of non-host crops to minimize disease and, where
appropriate, inclusion of legumes to provide a biological source
of nitrogen;
3. apply fertilizers, organic and inorganic, in a balanced fashion,
with appropriate methods and equipment and at adequate
intervals to replace nutrients extracted by harvest or lost during
production;
4. maximize the benefits to soil and nutrient stability by re-cycling
crop and other organic residues;
5
5. integrate livestock into crop rotations and utilize the nutrient
cycling provided by grazing or housed livestock to benefit the
fertility of the entire farm;
6. Rotasi ternak pada pastures untuk memungkinkan pasture
tumbuh kembali secara sehat;
7. Mengikuti regulasi keamanan dan mengamati standar
keamanan yang ada untuk operasi peralatan dan mesin
pertanian dalam produksi tanaman pangan dan pakan.
GAP yang berhubungan dengan Perlindungan Tanaman
Maintenance of crop health is essential for successful farming for
both yield and quality of produce. This requires long-term strategies to
manage risks by the use of disease- and pest-resistant crops, crop and
pasture rotations, disease breaks for susceptible crops, and the judicious
use of agrochemicals to control weeds, pests, and diseases following the
principles of Integrated Pest Management. Any measure for crop
protection, but particularly those involving substances that are harmful for
humans or the environment, must only be carried out with consideration for
potential negative impacts and with full knowledge and appropriate
equipment.
Good practices related to crop protection will include those that use
resistant cultivars and varieties, crop sequences, associations, and cultural
practices that maximize biological prevention of pests and diseases;
maintain regular and quantitative assessment of the balance status
between pests and diseases and beneficial organisms of all crops; adopt
organic control practices where and when applicable; apply pest and
disease forecasting techniques where available; determine interventions
following consideration of all possible methods and their short- and longterm effects on farm productivity and environmental implications in order to
minimize the use of agrochemicals, in particular to promote integrated pest
management (IPM); store and use agrochemicals according to legal
requirements of registration for individual crops, rates, timings, and preharvest intervals; ensure that agrochemicals are only applied by specially
trained and knowledgeable persons; ensure that equipment used for the
handling and application of agrochemicals complies with established safety
and maintenance standards; and maintain accurate records of
agrochemical use.
GAP yang berhubungan dengan Pengelolaan energy dan
Limbah
Energy and waste management are also components of sustainable
production systems. Farms require fuel to drive machinery for
cultural operations, for processing, and for transport. The objective
is to perform operations in a timely fashion, reduce the drudgery of
human labour, improve efficiency, diversify energy sources, and
reduce energy use.
6
Praktek terbaik dalam pengelolaan energy dan limbah mencakup:
1. penetapan rencana input-output untuk energy usahatani, hara /
pupuk, dan bahan agro-kimia untuk menjamin penggunaannya
yang efisien dan pembuangan limbahnya yang aman;
2. mengadopsi praktek hemat energy dalam disain bangunan,
ukuran mesin, perawatan dan penggunaannya;
3. investigasi sumber energy alternative pengganti bahan bakar
fosil (energy angin, radiasi / solar, biofuels) dan mengadopsinya
kalau memungkinkan;
4. daur-ulang limbah organic dan material anorganik, kalau
memungkinkan;
5. meminimumkan limbah yang tidak berguna dan membuangnya
secara bertanggung-jawab;
6. menyimpan pupuk dan bahan agrokimia secara aman dan
sesuai dengan peraturan;
7. menetapkan prosedur emerjensi untuk meminimumkan risiko
pencemaran akibat kecelakaan; dan
8. memelihara catatan yang akurat tentang penggunaan anergi,
penyimpanan dan pembuangan limbahnya.
GAP tentang Produksi Ternak, Kesehatan dan Kesejahteraan











Menghormati kesejahteraan ternak (bebas dari kehausan dan
kelaparan; bebas dari ketidak-nyamanan; bebas dari gangguan
kerusakan dan penyakit; bebas untuk mengekspresikan perilaku
normal; dan bebas dari ketakutan dan distress)
Menghindari prosedur mutilasi nontherapeutic, surgical atau invasive,
seperti tail docking dan debeaking;
Menghindari dampak negatif pada bentang lahan, lingkungan dan
kehidupan: kontaminasi lahan untuk grazing, pangan, air dan udara.
Memeriksa stocks dan flows, memelihara struktur sistems
Mencegah residu kimia dan medis untuk tidak memasuki rantai
makanan
Meminimumkan penggunaan antibiotik atau hormon untuk maksud nontherapeutic
Menghindari pemberian pakan ternak dengan limbah-ternak atau
materi-ternak (mereduksi risiko alien viral atau transgenic genes, atau
prions seperti penyakit mad cow),
Meminimumkan transport ternak hidup (jalan kali, kereta atau jalan
raya) (mereduksi risiko epidemi, misalnya penyakit kuku dan mulut)
Mencegah run-off limbah (misanya air tanah tercemar nitrat dari ternak
babi), kehilangan hara dan emisi gas rumah kaca (gas methane dari
usaha ternak sapi)
Menerapkan standar keamanan dalam manipulasi peralatan
Menerapkan proses traceability pada keseluruhan rantai produksi
(pemuliaan, pakan, perlakuan medis …....) bagi keamanan konsumen
(misalnya dioxin).
GAP yang berkaitan dengan Kehidupan liar dan Bentang Lahan
7
Agricultural land accommodates a diverse range of animals, birds, insects, and
plants. Much public concern about modern farming is directed at the loss of
some of these species from the countryside because their habitats have been
destroyed. The challenge is to manage and enhance wildlife habitats while
keeping the farm business economically viable.
Praktek terbaik dalam epengelolaan kehidupan liar dan bentang
lahan meliputi:
1. Identifikasi dan konservasi habitat dan bentang lahan alamiah,
seperti pohon-pohon yang terisolasi, pada suatu “farm”;
2. Menerapkan beragam pola tanam yang memungkinkan pada
suatu “farm”;
3. Meminimumkan dampak negative akibat operasi budidaya,
seperti pengolahan tanah dan aplikasi bahan agrokimia;
4. Mengelola lahan-lahan tepi untuk mereduksi gangguan gulma
dan mendorong perkembangan jenis-jenis flora dan fauna yang
bermanfaat;
5. Mengelola badan air dan mata air, lahan rawa untuk mendorong
perkembangan kehidupan liar dan mengurangi pencemaran;
6. Memantau spesies tumbuhan dan binatang yang ada di lahan
pertanian yang keberadaannya bermanfaat bagi lingkungan.
Sumberdaya Lahan
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap
kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah
pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah
yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001)
mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik
terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di
atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh
karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena
adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan
tersebut dengan lingkungannya.
Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang
terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang
semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana
dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka
pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya,
sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia
semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal
(kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin
berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang
berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara
keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan
sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain
pihak, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan
8
pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi,
2001).
kelembagaandas.wordpress.com/.../ .... diunduh 28/5/2011
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan
(intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spiritual (Vink, 1975). Penggunaan lahan
dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu (1) pengunaan
lahan pertanian dan (2) penggunaan lahan bukan pertanian.
Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan
lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan
tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya
perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya
seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air
dan tingkat erosi yang telah terjadi.
9
www.nusapenida.blog.com/ .... diunduh 4/5/2011
Penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk
daerah-daerah pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah
rekreasi. Menurut Barlowe (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan
ekonomi dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis
mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air,
iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor pertimbangan
ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor
institusi dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan politik, keadaan sosial
dan secara administrasi dapat dilaksanakan.
Perubahan Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu
penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya
diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu
waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun
waktu yang berbeda. (Wahyunto et al., 2001). Perubahan penggunaan
lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan
tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan
kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang
lebih baik.
10
economy.okezone.com/read/2008/07/28/19/131890... ....
diunduh 21/5/2011
Para ahli berpendapat bahwa perubahan penggunaan lahan lebih
disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Menurut
McNeill et al., (1998) faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan
lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politik adalah
adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan yang
mempengaruhi terhadap pola perubahan penggunaan lahan. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 1 yang menjelaskan skenario perubahan penggunaan
lahan.
Selanjutnya pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan
konsumsi juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan.
Sebagai contoh, meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup,
transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan
penggunaan lahan. Teknologi juga berperan dalam menggeser fungsi
lahan. Grubler (1998) mengatakan ada tiga hal bagaimana teknologi
mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertama, perubahan teknologi
telah membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan
produktivitas lahan pertanian dan produktivitas tenaga kerja. Kedua,
perubahan teknologi transportasi meningkatkan efisiensi tenaga kerja,
memberikan peluang dalam meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan.
Ketiga, teknologi transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas pada suatu
daerah.
11
Gambar 1. Skenario Perubahan Penggunaan Lahan
(dimodifikasi dari Bito dan Doi, 1999)
www.kabarindonesia.com/foto.php?jd=lomba+foto......
diunduh 4/5/2011
....
12
Menurut Adjest (2000) di negara Afrika Timur, sebanyak 70%
populasi penduduk menempati 10% wilayah yang mengalami perubahan
penggunaan lahan selama 30 tahun. Pola perubahan penggunaan lahan ini
disebabkan karena pertumbuhan penduduk, kebijakan pemerintah pada
sektor pertanian dan transmigrasi serta faktor sosial ekonomi lainnya.
Akibatnya, lahan basah yang sangat penting dalam fungsi hidrologis dan
ekologis semakin berkurang yang pada akhirnya meningkatkan
peningkatan erosi tanah dan kerusakan lingkungan lainnya. Konsekwensi
lainnya adalah berpengaruh terhadap ketahanan pangan yang berimplikasi
semakin banyaknya penduduk yang miskin.
Perubahan penggunan lahan di suatu wilayah merupakan
pencerminan upaya manusia memanfaatkan dan mengelola sumberdaya
lahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut akan berdampak terhadap
manusia dan kondisi lingkungannya. Menurut Suratmo (1982) dampak
suatu kegiatan pembangunan dibagi menjadi dampak fisik-kimia seperti
dampak terhadap tanah, iklim mikro, pencemaran, dampak terhadap
vegetasi (flora dan fauna), dampak terhadap kesehatan lingkungan dan
dampak terhadap sosial ekonomi yang meliputi ciri pemukiman, penduduk,
pola lapangan kerja dan pola pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.
globalenvironmentalprotection.blogspot.com/
18/5/2011
....
diunduh
13
Penelitian yang membahas tentang perubahan penggunaan lahan
dan dampaknya terhadap biofisik dan sosial ekonomi telah banyak
dilakukan. Penelitian terhadap struktur ekonomi, yang dilakukan Somaji
(1994) menyatakan bahwa pada tahun 1984 wilayah industri berperan
sebanyak 13,05% dan meningkat menjadi 14,65% pada tahun 1990. Nilai
ini dicapai akibat dari kecepatan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian selama kurun waktu 1981-1990 sebanyak 0,46%. Penelitian
Janudianto (2003) menjelaskan perubahan penggunaan lahan di Sub DAS
Hulu didominasi oleh kecenderungan perubahan lahan pertanian (sawah)
menjadi lahan pemukiman dan perubahan hutan menjadi lahan
perkebunan (kebun teh). Hasil penelitian Heikal (2004) menunjukkan
penggunaan lahan di DAS Hulu berpengaruh nyata terhadap peningkatan
selisih debit maksimum-minimum sungai. Penurunan luas hutan dan luas
sawah meningkatkan selisih debit maksimum-minimum, sedangkan
peningkatan luas pemukiman dan kebun campuran meningkatkan selisih
debit.
kfk.kompas.com/sfkphotos/2009/02/03/serunya-m... ....
diunduh 22/5/2011
Sumberdaya Lahan dan Lanskap
14
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya lahan
diperlukan di setiap kegiatan manusia. Pengelolaan sumberdaya lahan
adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada sebidang
lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut
(Sitorus, 2004).
Terjadinya kerancuan penggunaan istilah lahan (land) dengan
tanah (soil), karena sering penggunaan istilah ini dianggap memiliki arti
yang sama. Tanah menurut Sitorus (2000) adalah suatu benda alami,
bagian dari permukaan bumi yang ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan dan
sebagai hasil kerja faktor iklim dan jasad hidup (organisme) terhadap
bahan induk yang dipengaruhi oleh keadan topografi dalam jangka waktu
tertentu. Menurut Arsyad (2000) tanah adalah suatu benda alami heterogen
yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas dan mempunyai
sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja
interaksi anatara iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu benda induk
(b) yang dipengaruhi oleh relif tempatnya terbentuk (r) ditambah waktu (w)
yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :
T = ƒ (i,o,b,r,w)
Dinyatakan pula bahwa ilmu tanah memandang tanah dari dua
konsep utama, yaitu :
1. Sebagai hasil hancuran bio- fisik-kimia.
2. Sebagai habitat tumbuh-tumbuhan.
Sebagai sumberdaya alam untuk pertanian, tanah mempunyai dua
fungsi utama yaitu :
1. Sebagai sumber unsur hara.
2. Sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah
tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan.
Requir (1977) dalam Arsyad (2000), menyatakan sumberdaya alam
utama, tanah dan air mudah mengalami kerusakan dan degradasi.
Kerusakan tanah dapat terjadi oleh :
1. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah
perakaran.
2. Terkumpulnya garam
didaerah perakaran
(salinisasi),
terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang
merupakan racun bagi tanaman.
3. Penjenuhan tanah oleh air (waterfogging).
4. Erosi.
Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman/ tumbuhan atau menghasilkan barang dan jasa.
Menurut Jayadinata (1999) dalam Badri (2004), lahan (land) adalah
sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dimana
sumberdaya alam ini terdiri dari :
1. Sumberdaya yang abstrak, yaitu hal-hal yang tidak tampak tetapi
dapat diukur seperti lokasi, tapak, situasi, bentuk wilayah, jarak, waktu dan
sebagainya.
2. Sumberdaya nyata yang terdiri atas :
15
a. Bentuk daratan (landform), yang merupakan pembicaraan
dalam geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai
permukaan bumi.
b. Air yang terdiri atas air laut, air permukaan dan air tanah atau air
dasar.
c. Iklim yang terdiri dari unsur-unsur temperatur, hujan, tekanan,
angin, sinar matahari, kelembaban, penguapan, awan dan
sebagainya.
d. Tubuh tanah (soil) yaitu, batuan yang telah melapuk, yang
merupakan lapisan terluar dari kulit bumi.
e. Vegetasi yaitu, tumbuh-tumbuhan yang asli dari suatu wilayah.
f. Hewan yang berguna bagi kehidupan manusia.
g. Mineral atau pelikan yaitu, barang tambang yang diperlukan
dalam kegiatan sosial ekonomi dan sering disebut sebagai
kemakmuran.
Lahan (land) atau sumberdaya lahan (land resources) menurut
Sitorus (2000) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah,
air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan tanah.
mukidi.wordpress.com/page/3/ .... diunduh 24/5/2011
Dalam hal ini tanah juga mengandung pengertian ruang atau
tempat. Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya alam
diperlukan dalam setiap kehidupan.
Menurut Mintzberg (1997), lahan adalah hamparan di muka bumi
berupa suatu tembereng, (segment) sistem terestik yang merupakan suatu
perpaduan sejumlah sumberdaya alam dan binaan. Lahan juga merupakan
wahana sejumlah ekosistem. Lahan merupakan suatu wilayah (regional),
16
yaitu suautu satuan ruangan berupa suatu lingkungan hunian masyarakat
manusia dan masyarakat hayati yang lain. Menurut pengertian ekologi,
lahan adalah habitat.
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan
(interfensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik material maupun spiritual (Sitorus, 2000). Dalam hal ini
dapat berupa penggunaan lahan utama atau penggunaan pertama dan
kedua (apabila merupakan penggunaan ganda) dari sebidang tanah,
seperti tanah pertanian, tanah hutan, padang rumput dan sebagainya. Jadi
lebih merupakan tingkat pemanfaatan oleh masyarakat.
bpdas-jeneberang.net/htmlfolder/penang%20laha..... .... diunduh
4/5/2011
Pengelolaan sumberdaya lahan adalah segala tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah untuk menjaga dan
mempertinggi produksi lahan tersebut. Lanskap adalah gabungan fitur-fitur
buatan dan alamiah yang membentuk karakteristik permukaan tanah, yang
meliputi aspek spasial, tekstural, komposisional dan dinamika tanah (Marsh,
1983). Irwan (1992), menyatakan lanskap merupakan wajah dan karakter
lahan atau panorama dengan segala kehidupan apa saja yang ada
didalamnya, baik yang bersifat alami, non alami atau gabungan keduanya
yang merupakan bagian total lingkungan hidup manusia beserta makhluk
hidup lainnya.
Motloch
(2000),
menyatakan
lanskap
dalam
definisi
kontemporernya meliputi daerah yang masih liar dan daerah yang terhuni.
Daerah yang masih liar adalah lanskap alami dan daerah yang
berpenghuni adalah lanskap buatan. Lanskap juga berarti suatu keadaan
pada suatu masa yang merupakan bagian ekspresi dan pengaruh dari
unsur-unsur ekologi, teknologi dan budaya.
17
Pada lahan pasca tambang terjadi perubahan kemampuan dari
muka bumi, sehingga secara estetika tanah pasca tambang tidak baik, baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu perlu dilakukan sesuatu
upaya reklamasi lahan agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan
secara keseluruhan dan tanah dapat bermanfaatkan kembali.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit IPB (IPB
Press)
Badri LN. 2004. Karakteristik Tanah, Vegetasi dan Air Kolong Pasca
Tambang Timah Tehnik Rehabilitasi Lahan untuk Keperluan
Revegatasi (Studi Kasus Lahan Pasca Tambang Timah Dabo
Singkep).Tesis Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Barlowe, R. 1986. Land Resource Economics. The Economics of Real
Estate. Prentice-Hall Inc. New York, 653 p
Bito, A and H. Doi. 1999. Land Use Change Scenario: Metodology. In Land
Use For Global Environmental Conservation. National Institute For
Environmental Study & Center For Global Environmental Research:
pp 124-129
Gr¨ubler, A. 1998, Technology and Global Change, Cambridge University
Press, Cambridge, 445 pp. (ISBN 0-521-59109-0).
Grubler, A. 1998. Technology. In: Meyer, W.B. And Turner II, B.L, (Editors).
Changes in Land Use and Land Cover: A Global Perspective. The
Press Syndicate of The University of Cambridge. Cambridge. pp
287-328
Heikal. 2004. Model Estimasi Debit Aliran Sungai Berdasarkan Perubahan
Penggunaan Lahan. Skripsi S1 IPB. Bogor.
Irwan, Z.D. 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Janudianto. 2003. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan
Pengaruhnya terhadap Debit Maksimum-minimum di Sub DAS
Ciliwung Hulu. Skripsi S1 IPB. Bogor
John L. Motloch. 2000. Introduction to landscape design, John Wiley &
Sons; 2nd Edition, 2000, ISBN: 0471352918
Marsh, W. M. 1983. Landscape Planning: Environmental Applications. xi +
356pp. Reading (Mass.), Menlo Park, London, Amsterdam, Don
Mills, Sydney: Addison-Wesley Pub. Co. ISBN 0 201 04102 2.
Mather, A.S. 1986. Land Use. Longman Group U.K. Limited. New York.
286 p
McNeill, O.Alves, L. Arizp, O.Bykova, K. Galvin, J. Kelmelis, J. MigosAdholla, P. Morrisette, R. Muss, J. Richards, W. Riebsane, F.
Sadowski, S. Sanderson, D. Skole, J. Tarr, M. Williams, S. Yadav
and S. Young. 1998. Toward A Typology And Regionalization of
Land-Cover And Land-Use Change: Report of Working Group B, In:
Meyer, W.B. and B.L. Turner II, (Editors). Changes in Land Use and
Land Cover: A Global Perspective. The Press Syndicate of The
University of Cambridge. Cambridge. pp 55-72
Mintzberg, H. 1997. Managing on the edges. International Journal of Public
Sector Management, 10(3), 131-153.
Rustiadi, E., 2001. Pengembangan Wilayah Pesisir sebagai Kawasan
Strategis Pembangunan Daerah. Pelatihan Pengelolaan dan
Perencanaan Wilayah Pesisir secara Terpadu (ICZM). DKP.
Sabarnurdin. 2002. Kehutanan, Rimbawan, dan Agroforestry dalam:
Sabarnurdin dkk. (ed). Prosiding Seminar Nasional Agroforestri:
19
Peranan Strategis Agroforestry dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam Secara Lestari dan Terpadu. Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakarta.
Sitorus, S.R.P. 2000. Analisis Keragaman Lateral Sifat-sifat Tanah dalam
Satuan Peta Kesesuaian Lahan dan Implikasinya untuk
Perencanaan Penggunaan Pertanian. Jurnal AGRIVITA 22:68-76.
Sitorus, S.R.P. 2001. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan.
Edisi Kedua. Lab. Perencanaan Pengembangan Sumberdaya
Lahan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 138
Halaman
Sitorus, S.R.P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Transito Bandung.
Somaji, R.P. 1994. Perubahan Tata Guna Lahan dan Dampaknya
Terhadap Masyarakat Petani di Jawa Timur. Tesis Program Pasca
Sarjana IPB. Bogor.
Suratmo, F. G. 1982. Analisis Dampak Pada Aspek Fisik, Kimia, Biologi,
Sosial Dan Ekonomi Dari Suatu Pembangunan. SPS-PSL. IPB.
Bogor
Vink, A. P. A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Springer Verlaag.
New York, 394 p
Wahyunto, M. Z. Abidin, A. Priyono dan Sunaryanto. Studi Perubahan
Penggunaan Lahan DAS Citarik, Jawa Barat Dan DAS Garang,
Jawa Timur. Makalah Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah.
Asean Secretariate Maff Japan & Puslitbang Tanah dan Agroklimat.
Bogor.
Download