strabismus - FK UWKS 2012 C

advertisement
STRABISMUS
BAGIAN I. K. MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
STRABISMUS
ADALAH SUATU PENYIMPANGAN POSISI BOLA
MATA YANG TERJADI KARENA SYARAT2
PENGLIHATAN BINOKULER TAK TERPENUHI.
SYARAT-SYARAT PENGLIHATAN BINOKULER YANG
NORMAL.
1. FAAL MASING-MASING MATA HARUS BAIK,
YAKIN BAHWA BENDA YANG MENJADI PERHATIAN
BISA DIFIKSIR PADA KEDUA FOVEA, & SEBANDING
2. POSISI KEDUA MATA ADALAH SEDEMIKIAN
RUPA SEHINGGA PADA SETIAP ARAH
PENGLIHATAN, BAYANGAN BENDA YANG
MENJADI PERHATIAN SELALU JATUH TEPAT
PADA KEDUA FOVEA. HAL INI DICAPAI KARENA
KERJASAMA YANG BAIK DARI SELURUH OTOTOTOT EKSTRAOKULER KEDUA MATA &
TERLEBIH DULU MASING-MASING OTOT
MEMPUNYAI FAAL YANG NORMAL.
3. HARUS ADA KEMAMPUAN SUSUNAN SYARAF
PUSAT UNTUK MENSINTESA KEDUA BAYANGAN
YANG DITERIMA KEDUA MATA MENJADI SUATU
SENSASI BERUPA BAYANGAN TUNGGAL. HAL INI
DISEBUT FUSI.
• KALAU DIPERHATIKAN SYARAT-SYARAT
TERSEBUT DI ATAS MAKA NAMA LAIN YANG
LEBIH TEPAT UNTUK STRABISMUS ADALAH
“VISUAL SENSORI MOTOR ANOMALI”.
ESOTROPIA,
Dikutip dari T Schlote, MD et al,2006
TERMINOLOGI
• ANGLE KAPPA : SUDUT YANG DIBENTUK ANTARA
SUMBU PENGLIHATAN (VISUAL AXIS) & CENTRAL
PUPILLARY LINE.NORMAL : 2-4 DERAJAT NASAL DARI
SENTRAL PUPIL.
• DUCTION : PERGERAKAN SATU MATA (MATA SATU
DITUTUP)
- ADDUKSI : PERGERAKAN KEARAH NASAL.
- ABDUKSI : PERGERAKAN KEARAH LATERAL.
- SUPRADUKSI : PERGERAKAN KE ATAS.
- INFRADUKSI : PERGERAKAN KE BAWAH.
• HETEROFORIA : SRABISMUS LATEN.
• HETEROTROPIA : STRABISMUS MANIFES.
- EXOTROPIA : STRABISMUS DIVERGEN
(JULING).
- ESOTROPIA : STRABISMUS CONVERGEN
(JULING KE DALAM).
- HYPOTROPIA : JULING KE BAWAH.
- HYPERTROPI : JULING KE ATAS.
• ORTHOPHORIA : POSISI KEDUA MATA LURUS,
TIDAK ADA PHORIA MAUPUN TROPIA
(NORMAL).
• PRISMA DIOPTER : SATUAN BESARNYA SUDUT
DEVIASI 1 DERAJAT = KURANG LEBIH 2A
• VERSION : PERGERAKAN BOLA MATA
MENGELILINGI SUMBU ANTERO POSTIOR.
• VERGENOCES (DISJUNCTIVE MOVEMENTS) :
PERGERAKAN KEDUA MATA KEARAH YANG
BERLAWANAN.
• CONVERGEN : KEDUA MATA BERGERAK KE NASAL.
• VERSIONS : PERGERAKAN KEDUA MATA KE ARAH
YANG SAMA (CONJUGATE GAZE).
• CONVERGEN EXCESS : STRABISMUS KONVERGEN
(ESOTROPIA) LEBIH BESAR WAKTU MELIHAT DEKAT
DARI PADA WAKTU MELIHAT JAUH.
• DIVERGEN EXCESS : STRABISMUS DIVERGEN
(EKSOTROPIA) LEBIH BESAR WAKTU MELIHAT JAUH
DARI PADA WAKTU MELIHAT DEKAT.
• “ CONVERGENCE INSUFFICIENCY “ : KEDUDUKAN
BOLA MATA LEBIH DIVERGEN WAKTU MELIHAT
DEKAT DARI PADA MELIHAT JAUH ( CONTOH : JAUH
NORMAL MELIHAT DEKAT DIVERGEN ).
• DIVERGEN INSUFFICIENCY : KEBALIKAN DARI
CONVERGEN INSUFFICIENCY.
CONTOH : MELIHAT DEKAT : MELIHAT JAUH :
KONVERGEN.
ANATOMI
• OTOT EKSTRA OKULER YANG MENGONTROL
PERGERAKAN MASING-MASING MATA ADA 6 :
- 4 OTOT RECTUS :
1. m. RECTUS MEDIALIS.
2. m. RECTUS SUPERIOR.
3. m. RECTUS INFERIOR.
4. m. RECTUS LATERALIS.
- 2 OTOT OBLIGUS :
1. m. OBLIQUS SUPERIOR.
2. m. OBLIQUS INFERIOR.
Dikutip dari A K Khurana, 2007
• INERVASI.
- N 6 (ABDUSCEN) MENGINERVASI :
m. RECTUS LATERALIS.
- N 4 (TROCHLEARIS) MENGINERVASI :
m. OBLIQUS SUPERIOR.
- N 3 (OCULOMOTORIUS) MENGINERVASI :
1. m. RECTUS MEDIALIS.
2. m. RECTUS SUPERIOR.
3. m. RECTUS INFERIOR.
4. m. OBLIQUS INFERIOR.
• FISIOLOGI.
ASPEK MOTORIK
FUNGSI MASING-MASING OTOT :
1. M. RECTUS LATERALIS MEMPUNYAI FUNGSI
TUNGGAL UNTUK ABDUKSI MATA.
2. M. RECTUS MEDIALIS UNTUK ADDUKSI, SEDANG
OTOT LAIN MEMPUNYAI FUNGSI PRIMER &
SEKUNDER TERGANTUNG POSISI BOLA MATA.
TABEL 1
OTOT
• m.RECTUS
•
•
•
•
•
LATERALIS
m.RECTUS
MEDIALIS
m.RECTUS
SUPERIOR
m.RECTUS INFERIOR
m.OBLIQUUS
SUPERIOR
m.OBLIQUUS
INFERIOR
FUNGSI OTOT MATA
FUNGSI PRIMER
FUNGSI SEKUNDER
ABDUKSI
(-)
ADDUKSI
(-)
ELEVASI
ADDUKSI & INTORSI
DEPRESI
ADDUKSI & EXTORSI
DEPRESI
ELEVASI
INTORSI & ABDUKSI
EXTORSI & ABDUKSI
Dikutip dari A K Khurana, 2007
TABEL 2 : YOKE MUSCLES
ARAH
GERAKAN
 KANAN ATAS





YOKE MUSCLES
RECTUS SUP. OD & OBLIQUUS INF. OS
KANAN
RECTUS LAT.OD & RECTUS MED. OS
KANAN BAWAH RECTUS INF. OD & OBLIQUUS SUP.OS
KIRI ATAS
OBLIQUUS INF. OD & RECTUS SUP. OS
KIRI
RECTUS MED. OD & RECTUS LAT. OS
OBLIQUUS SUP. OD & RECTUS INF OS
KIRI BAWAH
PERGERAKAN DUA MATA
( BINOKULER )
• HUKUM HERRING
PADA SETIAP ARAH GERAKAN MATA SADAR, TERDAPAT
RANGSANGAN YANG SIMULTAN (BERSAMA2) PADA SETIAP
OTOT LUAR KEDUA BOLA MATA YANG SEIMBANG, SEHINGGA
GERAKANNYA LANCAR & TEPAT.
• YOKE MUSCLES.
PADA SETIAP GERAKAN MATA YANG TERKOORDINIR, OTOT DARI
SATU MATA AKAN BERPASANGAN DENGAN OTOT PADA MATA
YANG LAIN, UNTUK MENGHASILKAN GERAKAN MATA DALAM 6
ARAH KARDINAL.
OTOT-OTOT YANG BERPASANGAN INI DISEBUT YOKE MUSCLES &
DALAM GERAKAN BERPASANGAN INI YOKE MUSCLES MENDAPAT
INERVASI SAMA KUAT (HUKUM HERRING)
EVOLUSI DARI
GERAKAN BINOKULER
• PADA SAAT LAHIR GERAKAN MATA ADALAH
IREGULAR & TAK TERKOORDINASI.
• PADA UMUR 5-6 MINGGU MULAI BERKEMBANG
REFLEKSI FIKSASI SEHINGGA MATA BAYI AKAN
MENGIKUTI SINAR YANG BERGERAK LAMBAT.
• UMUR 3 BULAN ANAK DAPAT MENGIKUTI BENDA
BERGERAK DISEKITARNYA TETAPI “WANDERING EYE
MOVEMENT” MASIH TAMPAK SAMPAI USIA 6
BULAN.
• BILA PENYIMPANGAN MATA MASIH ADA SETELAH 6
BULAN, BERARTI ANAK MENDERITA STRABISMUS &
HARUS MENDAPATKAN PEMERIKSAAN YANG LEBIH
MENDALAM DARI AHLI MATA.
GANGGUAN PERGERAKAN
• BILA TERDAPAT SATU / LEBIH OTOT MATA YANG TIDAK
DAPAT MENGIMBANGI GERAK OTOT-OTOT LAINNYA
MAKA AKAN TERJADI GANGGUAN KESEIMBANGAN
GERAK KEDUA MATA, SUMBU PENGLIHATAN AKAN
MENYILANG, MATA MENJADI STRABISMUS &
PENGLIHATAN MENJADI GANDA (DIPLOPIA)
• GANGGUAN GERAKAN MATA :
1. TONUS YANG BERLEBIHAN.
2. PARETIK / PARALYTIK.
3. HAMBATAN MEKANIK.
• CONTOH : PARESE / PARALYSE RECTUS LATERALIS MATA
KANAN, MAKA AKAN TERJADI ESOTROPI MATA KANAN.
Ocular Motility
Dikutip dari A K Khurana, 2007
ASPEK SENSORIK
A. PENGLIHATAN BINOKULER
•
•
•
PADA PENGLIHATAN BINOKULER YANG NORMAL,
BAYANGAN DARI OBYEK YANG MENJADI
PERHATIAN JATUH PADA KEDUA FOVEA MATA.
IMPULS AKAN BERJALAN SEPANJANG OPTIC
PATHWAY MENUJU CORTEX OCCIPITALIS &
DITERIMA SEBAGAI BAYANGAN TUNGGAL.
PADA SAAT LAHIR, PERKEMBANGAN PENGLIHATAN
MASING-MASING MATA BELUM MENCAPAI
KEADAAN YANG NORMAL KARENA
PERKEMBANGAN ANATOMI & FAAL MATA BELUM
SEMPURNA. DEMIKIAN JUGA PERKEMBANGAN
PENGLIHATAN BINOKULER (BINOKULER VISION)
• PENGLIHATAN PADA BAYI TERUS BERKEMBANG PADA
TAHUN2 PERTAMA & MENCAPAI PUNCAKNYA PADA
USIA 3 TAHUN, SEHINGGA UMUR 3 TAHUN DISEBUT
“UMUR KRITIS” & PERIODE SBELUM UMUR 3 TAHUN
MERUPAKAN PERIODE YANG SGT SENSITIF, SESUAI
DENGAN PERKEMBANGAN ANATOMI RETINA &
MAKULA VISUS ANAK MENCAPAI 6/6 (NORMAL) PADA
UMUR 5 TAHUN.
• DALAM PERKEMBANGAN INI DIPERLUKAN
RANGSANGAN NORMAL, ARTINYA TIDAK ADA
HAMBATAN , MAKA PERKEMBANGAN PENGLIHATAN
TIDAK SEMPURNA, & BILA TIDAK SEGERA DIPERBAIKI
DAPAT MENGAKIBATKAN AMBLYOPIA & STRABISMUS.
HAMBATAN TERSEBUT
DAPAT BERUPA
• KELAINAN ORANGANIK :
- KATARAK KONGENITAL
- SIKATRIK KORNEA
- PTOSIS YANG BERAT
• GANGGUAN FUNGSIONIL :
- PERBEDAAN HYPERMETROP KIRI &
KANAN LEBIH DARI 2 D.
- PERBEDAAN REFRAKSI YANG
MENIMBULKAN ANISOKONIA.
PENYEBAB STRABISMUS
1. FAKTOR KETURUNAN
• “GENETIK PATTERNNYA” BELUM DIKETAHUI
DENGAN PASTI, TETAPI AKIBATNYA SUDAH
JELAS.
• BILA ORANG TUA YANG MENDERITA
STRABISMUS DENGAN OPERASI BERHASIL
BAIK, MAKA BILA ANAKNYA MENDERITA
STRABISMUS DENGAN OPERASI AKAN
BERHASIL BAIK PULA.
KELAINAN ANATOMI
• KELAINAN OTOT EKSTRAOKULER & TENDON-TENDONNYA
DAPAT BERUPA :
- OVER DEVELOPMENT
- UNDER DEVELOPMENT
- KELAINAN LETAK INSERSI OTOT
• KELAINAN PADA “ FASCIAL STRUCTURES “ ADANYA
KELAINAN HUB FASCIA OTOT-OTOT EKSTRAOKULER DAPAT
MENYEBABKAN PENYIMPANGAN POSISI BOLA MATA.
• KELAINAN DARI TULANG2 ORBITA. KELAINAN PEMBENTUKAN TULANG ORBITA MENYEBABKAN BENTUK & BESAR
ORBITA ABNORMAL, SEHINGGA MENIMBULKAN
PENYIMPA-NGAN BOLA MATA.
KELAINAN ANATOMI INI BISA KONGENITAL MAUPUN
DIDAPATKAN ( MISAL TRAUMA, DM, MENINGITIS,
HYPERTHYROID ).
KELAINAN SENSORIS
( SENSORIS ANATOMICAL DEFECT )
• ADALAH SUATU DEFECT YANG MENCEGAH
PEMBENTUKAN BAYANGAN DI RETINA DENGAN
BAIK ANTARA LAIN :
1. KEKERUHAN MEDIA SEPERTI KATARAK KONGENITAL,
SIKATRIK CORNEA, DSB.
2. LESI DI RETINA SEPERTI : TOXOPLASMOSIS,
RETINOBLASMA, RETINIPATHY, DSB.
3. PTOSIS BERAT.
4. ANOMALI REFRAKSI, TERUTAMA YANG TIDAK
DIKOREKSI.
KELAINAN INERVASI
1. GANGGUAN PROSES TRANSISI & PERSEPSI.
GANGGUAN INI MENYEBABKAN TIDAK
BERHASILNYA PROSES FUSI.
2. GANGGUAN INERVASI MOTORIK.
KELAINAN DI ATAS BISA BERUPA :
- INSUFFICIENCY / EXCESSIVE TONIK
INERVATION DARI BAGIAN SUPRA NUCLEAR.
- INSUFFIENCY / EXESSIVE INNERVATION DARI
SALAH SATU / PUN BEBERAPA OTOT.
PEMERIKSAAN STRABISMUS
• ANAMNESA : YANG TELITI SANGAT MENOLONG
DALAM MENENTUKAN DIAGNOSA, PROGNOSA
& PENGOBATAN STRABISMUS.
1. ANAMNESA KELUARGA
STRABISMUS SERING BERSIFAT HEREDITER &
MACAM STRABISMUSNYA SEJENIS OPERASI
YANG BERHASIL PADA SATU ANGGOTA
KELUARGA SERING MEMBERIKAN HASIL YANG
SAMA PADA PENDERITA.
2. ON SET
- PADA UMUR BEBERAPA ANAK MULAI TAMPAK
JULING. HAL INI PENTING UNTUK MENENTUKAN
PROGNOSANYA.
- MAKIN MUDA TERJADINYA, MAKIN RENDAH
DERAJAT PERKEMBANGAN VISUS &
PENGLIHATAN BINOKULER, SEHINGGA MAKIN
BURUK PROGNOSANYA.
3. TYPE TERJADINYA
APAKAH PERLAHAN2, TIBA-TIBA, ATAU ADA
HUBUNGAN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK.
4. TYPE DEVIASINYA
- PADA KEADAAN APA PENDERITA TERLIHAT
JULING ?
- APAKAH BESARNYA DEVIASI ITU TETAP ?
5. FIKSASI
APAKAH MATA YANG BERDEVIASI TETAP SATU
MATA ? ATAU BERGANTIAN (ALTERNATING) ?
MENENTUKAN VISUS /
TAJAM PENGLIHATAN
• VISUS / TAJAM PENGLIHATAN HARUS DIEVALUASI
MESKIPUN SECARA KASAR / DENGAN
MEMBANDINGKAN KEDUA MATA.
• PEMERIKSAAN DENGAN E CHART DIGUNAKAN
PADA ANAK MULAI UMUR 3 – 5 TAHUN,
SEDANG ANAK DI ATAS UMUR 5-6 TAHUN DAPAT
DIGUNAKAN SNELLEN CHART ( ALPHABET /
ANGKA ).
TES SUBYEKTIF :
SNELLEN CHART
Dikutip dari T Schlote, MD et al, 2006
E CHART GAMBAR
Dikutip dari T Schlote, MD et al, 2006
UNTUK ANAK DI BAWAH
3 TAHUN DIGUNAKAN CARA :
• OBYEKTIF : DENGAN OFTALMOSKOP
• DENGAN OBSERVASI PERHATIAN ANAK
TERHADAP SEKELILINGNYA ( CHILD`S AWARENESS
). ANAK UMUR 1-2 BULAN TELAH MENUNJUKKAN
PERHATIANNYA DALAM MENGIKUTI OBYEK BESAR
DISEKITARNYA.
• DENGAN OKLUSI / MENUTUP SUATU MATA
• BILA ANAK BERUSAHA MEMBUKA TUTUP MATA
MAKA BERARTI MATA YANG TIDAK DITUTUP
MEMPUNYAI VISUS YANG JELEK.
OFTALMOSKOPI DIREK,
Dikutip dari A K Khurana, 2007
OFTALMOSKOPI INDIREK
Dikutip dari A K Khurana, 2007
MENENTUKAN
ANOMALI REFRAKSI
 SAMPAI USIA 5 TAHUN ANOMALI REFRAKSI
DAPAT DITENTUKAN SECARA OBYEKTIF
DENGAN RETINOSKOPI SETELAH ATROPINISASI
DENGAN ATROPIN 0,5 % - 1 %.
 DIATAS USIA 5 TAHUN, DITENTUKAN SECARA
SUBYEKTIF SEPERTI PADA ORANG DEWASA.
STREAK RETINOSKOPI
Dikutip dari A K Khurana, 2007
MENENTUKAN ADANYA
& BESARNYA DEVIASI
1. SECARA KUALITATIF DENGAN :
- COVER – TEST : MENENTUKAN ADANYA
HETEROTROPIA
- COVER – UNCOVERTEST : MENENTUKAN ADANYA
HETEROPHORIA.
2. SECARA KUANTITATIF DENGAN :
A. HIRSCHBERG TEST
B. KRIMSKY TEST
C. PRISMA + COVER TEST
D. SYNOPTOPHORE ( AMBLYOSCOPE )
COVER TEST
Dikutip dari A K Khurana, 2007
HIRSCHBERG TEST
• CARA :
- PENDERITA MELIHAT LURUS KE DEPAN.
- LETAKKAN SEBUAH SENTER PADA JARAK
1/3 M = 33 CM DIDEPAN SETINGGI KEDUA
MATA PENDERITA.
- PERHATIAN REFLEKS CAHAYA DARI
SENTER PADA PERMUKAAN CORNEA –
PENDERITA.
HIRSCHBERG TEST
Dikutip dari T Schlote,MD et al, 2006
HIRSCHBERG CORNEAL
REFLEX TEST.
Dikutip dari A K Khurana, 2007
PEMERIKSAAN
PERGERAKAN MATA
1. PEMERIKSAAN PERGERAKAN MONOKULER (
TES DUKSI )
2. PEMERIKSAAN PERGERAKAN BINOKULER :
- TEST WORTH FOUR DOT
- TEST MADDOX ROD
- TEST STEREO
- SYNOPHTOPHORE
Dikutip dari A K Khurana, 2007
WORTH’S FOUR-DOT TEST
Dikutip dari A K Khurana, 2007
SYNOPTOPHORE
Dikutip dari A K Khurana, 2007
Dikutip dari A K Khurana, 2007
MADDOX ROD
• INI DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR FORIA /
TROPIA JUGA DI PLOPIA :
- MADDOX ROD DIPASANG PADA SATU
MATA ( BIASANYA MATA KANAN ).
- KEDUA MATA TERBUKA.
- KEDUA MATA MELIHAT LURUS
PADA SKALA MADDOX ( DITENGAH
ADA LAMPU FIKSASI ).
MADDOX TANGENT SCALE. MADDOX ROD.
Dikutip dari A K Khurana, 2007
MADDOX ROD TEST FOR HORIZONTAL (A) AND
VERTICAL (B) HETEROPHORIAS
Dikutip dari A K Khurana, 2007
PRINSIP PENGOBATAN
PADA STRABISMUS
 TERJADINYA STRABISMUS ADALAH AKIBAT DARI
TIDAK DIPENUHINYA SYARAT2 BINOKULER
VISION NORMAL, KARENA ITU TUJUAN
PENGOBATAN STRABISMUS ADALAH
MENDAPATKAN BINOKULER VISION YANG BAIK.
3 TAHAP PENGOBATAN STRABISMUS
1. MEMPERBAIKI VISUS MASING-MASING MATA :
- DENGAN MENUTUP MATA YANG BAIK
- PEMBERIAN KACA MATA
- LATIHAN ( O/ ORTHOPTIST )
2. MEMPERBAIKI KOSMETIK :
- MATA DILURUSKAN DENGAN JALAN OPERASI
- PEMBERIAN KACA MATA
- KOMBINASI KEDUANYA
3. PENGLIHATAN BINOKULER :
- LATIHAN ORTHOPTIC
- OPERASI & ORTHOPTIC
- KACA MATA & ORTHOPTIC
 PENGOBATAN STRABISMUS DAPAT DISIMPULKAN :
A. NON OPERATIF
- KACA MATA
- ORTHOPTICS :
- OKLUSI
- PLEOPTIC
- OBAT2AN
- LATIHAN SYNOPTOPHORE
B. OPERATIF
- MELEMAHKAN OTOT : RECESSION
- MEMPERKUAT OTOT : RECECTION
KLASIFIKASI STRABISMUS
 STRABISMUS DAPAT DIBAGI DALAM BERBAGAI
KATEGORI
1. MENURUT ARAH DEVIASI.
A. KE LUAR : EXPTROPIA = STRABISMUS DIVERGEN.
B. KE DALAM : ESOTROPIA = STRABISMUS CONVERGEN.
C. KE BAWAH : HYPOTROPIA
D. KE ATAS : HYPERTROPIA
2. MENURUT MANIFESTASINYA.
- MANIFEST = HETEROTROPIA
- LATENT = HETEROPHORIA : DEVIASI TERJADI APABILA
MEKANISME FUSI DIPUTUS.
3. MENURUT SUDUT DEVIASI
- COMITMENT STRABISMUS : SUDUT DEVIASI
TETAP KONSTAN PADA BERBAGAI POSISI.
- NON COMITANT STRABISMUS : SUDUT DEVIASI
TIDAK SAMA, PADA KEBANYAKAN KASUS
DISEBABKAN KELUMPUHAN OTOT
EKSTRAOKULER, KARENANYA SERING DISEBUT
SEBAGAI “ PARALYTIC STRABISMUS “.
ESITROPIA, EXOTROPIA
Dikutip dari A K Khurana, 2007
4. MENURUT KEMAMPUAN FIXASI MATA
 UNILATERAL STRABISMUS : BILA SATU MATA YANG
BERDEVIASI SECARA KONSTAN.
 ALTERNATING STRABISMUS : BILA KEDUA MATA
BERDEVIASI SECARA BERGANTIAN.
5. MENURUT WAKTU BERLANGSUNGNYA
STRABISMUS
 PERMANENT : MATA TAMPAK BERDEVIASI SECARA
KONSTAN.
 INTERMITTENT : PADA KEADAAN TERTENTU
MISALNYA LELAH, CEMAS DLL, MATA KADANG2
TAMPAK BERDEVIASI, KADANG2 NORMAL.
ESOTROPIA
 DI NEGARA BARAT ESOTROPIA MRPKN BENTUK
STRABISMUS YANG PLG BANYAK DIDAPATKAN
KURANG LEBIH 75 % DARI KASUS STRABISMUS.
 SEDANG DI NEGARA TIMUR EKSOTROPIA LEBIH
BANYAK DARI PADA ESOTROPIA.
 TERBAGI DALAM :
1. NON PARALYTIC ( COMITANT )
A. NON AKOMODATIF
B. AKOMODATIF
C. KOMBINASI KEDUANYA
ESOTROPIA YANG COMITANT ADALAH TIPE
STRABISMUS YANG PLG BANYAK PADA BAYI DAN
2. PARALYTIC ( NON COMITANT )
DISEBABKAN PARASE / PARALYSE SATU / LEBIH OTOT
EKSTRAOKULER & TERDAPAT BANYAK PADA ORANG
DEWASA & SEBAGIAN KECIL PADA ANAK-ANAK.
 NON AKOMODATIF ESOTROPIA
- LEBIH DARI SEPAROH KASUS ESOTROPIA TERMASUK GOL.
INI.
- CIRI KHAS : PENYIMPANGAN MATA TERJADI PADA TAHUN
PERTAMA & SERING WAKTU LAHIR ( KONGENITAL ).
- TANDA KLINIK ; MONOKULER / ALTERNATING
* PADA YANG MONOKULER : ANOMALI
REFRAKSINYA SERING LEBIH MENYOLOK PADA SATU
MATA ( ANISOMETROPIA ).
* PADA YANG ALTERNATING : ANOMALI
REFRAKSINYA HAMPIR SAMA PADA KEDUA MATA.
PENGOBATAN
A. OKLUSI
 TUJUANNYA : ADALAH MENYAMAKAN VISUS KEDUA
MATA. YANG DITUTUP ADALAH MATA YANG BAIK.
 OKLUSI INI DAPAT DIKOMBINASIKAN DENGAN
ORTHOPTICS UNTUK MENGEMBANGKAN FUNGSI
BINOKULER.
 OPERASI
B. AKOMODATIF ESOTROPIA
 KIRA-KIRA 1/3 KASUS ESOTROPIA TERMASUK DALAM
GOL. INI.
 PENDERITA INI BIASANYA HYPERTROPIA SEKITAR
KURANG LEBIH 2 DIOPTRI / LEBIH.
 PADA AKOMODASI JUGA TERJADI KONVERGENSI,
SEHINGGA BILA KONVERGENSINYA TERLALU BESAR
AKAN TERJADI STRABISMUS CONVERGEN.
 ONSET DARI TIPE KHAS, ANTARA USIA 18 BULAN – 4
TAHUN, KARENA KEMAMPUAN AKOMODASINYA
BELUM BERKEMBANG DENGAN BAIK.
 PENYIMPANGAN BIASA MONOKULER TETAPI LEBIH
SERING ALTERNATING.
 PENGOBATAN :
- KARENA PENYEBABNYA HYPERMETROP MAKA
PENGOBATANNYA ADALAH KACAMATA.
BILA PENGOBATAN DITUNDA SAMPAI LEBIH 6 BULAN
DARI ONSETNYA SERING TERJADI AMBLYOPIA.
- UNTUK AMBLYOPIA PENGOBATANNYA DENGAN
OKLUSI TERLEBIH DAHULU.
KACAMATA PRISMA
Dikutip dari T Schlote,MD et al, 2007
PARALYTIC ESOTROPIA
 DAPAT DISEBABKAN PARASE SATU / LEBIH OTOT
MATA. YANG SERING TERJADI ADALAH PARASE N
6 YANG MENGINERVASI M. RECTUS LATERALIS.
 PENYEBABNYA
* PADA DEWASA :
- CEREBRO VASCULAR ACCIDENT
- TUMOR : CNS, NASOPHARINX
- KERADANGAN CNS
- TRAUMA
* PADA BAYI & ANAK-ANAK
- TRAUMA KELAHIRAN
- KELAINAN CONGENITAL
KLINIS
 BILA M. RECTUS LATERALIS MENGALAMI
PARALYSE TOTAL, MATA TIDAK DAPAT
BERGERAK KE ARAH TEMPORAL / TERBATAS
SAMPAI GARIS TENGAH.
 PARALYSE YANG TERJADI TIBA-TIBA PADA
ORANG DEWASA AKAN MENYEBABKAN
PENDERITA MENGALAMI DIPLOPIA.
PENGOBATAN
 PADA PARASE YANG PERMANEN : OPERASI
 PADA ORANG DEWASA YANG MENGALAMI
STRABISMUS TIBA-TIBA KARENA TRAUMA
DAPAT DITUNGGU SAMPAI KURANG LEBIH 6
BULAN, KARENA KEMUNGKINAN ADA
PERBAIKAN SENDIRI. SELAMA PERIODE INI,
DAPAT DILAKUKAN OKLUSI PADA MATA YANG
PARATIK UNTUK MENGHINDARI DIPLOPIA.
EXOTROPIA = STRABISMUS DIVERGEN
 FREKWENSI EXOTROPIA LEBIH SEDIKIT DARI PADA
ESOTROPIA.
 SERING SUATU EXOTROPIA DIMULAI SEBAGAI
EXOFORIA YANG KMD MENGALAMI PROGRESIFITAS
MENJADI INTERMITTENT EXOTROPIA YANG PADA
AKHIRNYA MENJADI EXOTROPIA YANG KONSTAN, BILA
TIDAK DIOBATI.
 PALING SERING TERJADI MONOKULER, TETAPI
MUNGKIN PULA ALTERNATING.
 PENGOBATAN
 TERGANTUNG PENYEBABNYA, YANG SERING KASUS INI
MEMERLUKAN TINDAKAN OPERASI.
KOMPLIKASI STRABISMUS
 DAPAT BERUPA:
1. SUPRESI
2. AMBLYOPIA
3. ANOMALOUS RETINAL
CORRESPONDENCE
4. DEFECT OTOT
5. ADAPTASI POSISI KEPALA
1. SUPRESI
* MERUPAKAN USAHA YANG TAK DISADARI DARI
PENDERITA UNTUK MENGHINDARI DIPLOPIA YANG
TIMBUL AKIBAT ADANYA DEVIASINYA. MEKANISME
BAGAIMANA TERJADINYA MASIH BELUM DIKETAHUI.
2. AMBLYOPIA
YAITU MENURUNKAN VISUS PADA SATU / DUA MATA
DENGAN / TANPA KOREKSI KACAMATA & TANPA
ADANYA KELAINAN ORGANIKNYA.
3. ANOMALOUS RETINAL CORRESPONDENCE.
ADALAH SUATU KEADAAN DIMANA FOVEA DARI
MATA YANG BAIK ( YANG TIDAK BERDEVIASI )
MENJADI SEFAAL DENGAN DAERAH DILUAR FOVEA
DARI MATA YANG BERDEVIASI.
4.
DEFECT OTOT
- MISAL : KONTRAKTUR
- KONTRAKTUR OTOT MATA BIASANYA TIMBUL PADA
STRABISMUS YANG BERSUDUT BESAR & BERLANGSUNG LAMA.
- PERUBAHAN2 SEKUNDER DARI STRUKTUR CONJUNGTIVA &
JARINGAN FASCIA YANG ADA DISEKELILING OTOT MENAHAN
PERGERAKAN NORMAL MATA.
5. ADAPTASI POSISI KEPALA
- ANTARA LAIN : HEAD TILTING, HEAD TURN.
- KEADAAN INI DAPAT TIMBUL UNTUK MENGHINDARI PEMAKAIAN
OTOT YANG MENGALAMI DEFECT / KELUMPUHAN UNTUK
MENCAPAI PENGLIHATAN BINOKULER.
- ADAPTASI POSISI KEPALA BIASANYA KEARAH AKSI OTOT YANG
LUMPUH.
CONTOH : PARALYSE RECTUS LATERALIS MATA KANAN AKAN TERJAD
HEAD TURN KEKANAN.
Download