peran icrc dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di rd

advertisement
PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI
PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO
(2009-2013)
Skripsi
Skripsi ini dibuat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh
Elhumairoh Wijaya
1110113000030
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul
:
PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA
ANAKDT RD KONGO (2009-2014)
1.
Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk mernenuhi salah satu
persyaratan meperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah
saya
di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
J.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka sya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(IIN)
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Desember 2014
w
1t
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Elhumairoh Wiiaya
Nama
:
NIM
:1110113000030
Program Studi : Hubungan Intemasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
:
PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA
ANAK DI RD KONGO (2409-2013) dan telah memenuhi persyaratan untuk
diuji.
Jakafta,
1
1 Desember
Mengetairui,
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Pembimbing Skripsi
Debbie Afianty, M.Si
Irf'an l{utagalung,
111
2014
LI-.M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA
ANAK DI RD KONGO (2009-2013)
Oleh
Elhumairoh Wijaya
1 1 101 13000030
Telah dipertattankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19
Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Soaial (S. Sos) pada Program Studi Hubmgan lntemasional.
Ketua,
fry^)-
Debbie Afianty,M.Si.
NIP:
Penguji
I
liaili Pertiwi, MA
NIP:
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 19 Desember
2014.
Ketua Program Studi Hubungan Intemasional
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan
tentara anak di RD Kongo tahun 2009-2013. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode kualitatif. Kerangka pemilikiran yang digunakan adalah
teori peran, konsep organisasi internasional dan hak asasi manusia. Peran ICRC
terbentuk melalui spesifitas dan ruang lingkup organisasi ini. Dalam hubungan
internasional ICRC dianggap sebagai aktor independen dengan status sui generis.
Dari analisa tersebut didapatkan bahwa terdapat dua peran utama ICRC
yang berpengaruh bagi penurunan angka perekrutan tentara anak. Dalam lini
operasional ICRC memberikan bantuan kemanusiaan terhadap tentara anak di RD
Kongo berupa bantuan psikologis, penyatuan hubungan keluarga kembali dan
bantuan ekonomi. Kedua selain menargetkan tentara anak ICRC juga
menargetkan pihak-pihak yang berkonflik di RD Kongo dengan sosialisasi dan
penerapan hukum humaniter internasional di negara tersebut. Sehingga dengan
menargetkan program ICRC kepada pihak perekrut tentara anak dan anak-anak
yang menjadi korban, ICRC mampu berkontribusi dalam mengurangi perekrutan
tentara anak di RD Kongo.
Kata kunci : peran, ICRC, tentara anak, RD Kongo.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang dengan penuh
rahmat dan pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam
rangka memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial Program Studi
Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan serta doa-doa dari orang-orang yang telah mendukung penulis secara
moril maupun materil.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada orang tua penulis yang dengan sabar selalu mendukung dan mendoakan
penulis penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Irfan
Hutagalung, L.LM. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dalam
penulisan skripsi ini.Terima kasih atas sharing ilmu dan waktu yang bapak Irfan
berikan kepada penulis.
Terima kasih saya juga sampaikan kepada bapak Drs. Armein
Daulay,M.Si karena bapak telah bersedia memberikan nasehat dan masukan agar
penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Terima kasih kepada Pak Adian Firnas,
M.Si sebagai dosen penasehat akademik karena telah meluangkan waktu dan
memberikan nasehat kepada penulis. Terima kasih pula kepada bapak/ibu dosen
atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan selama masa perkuliahan
serta seluruh civitas akademika FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat penulis Andhini
Citra Pertiwi yang selalu mendukung dan mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa terima kasih kepada Nabila Fatma G, Detty
Oktavina, Istiqamah, Annisa Zakiah, Peni Intan, Siti Maunah, Tisa Lestari, Rosa
Permata, mahyar Diani, Dini Rizki, Yuri, Bisti, Dede Rifa‟atul, Bagus Supri
Hendra, Afrillia, serta teman-teman seperjuangan HI‟10 atas diskusi dan
kebersamaan selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada temanteman Fetullah Gullen Chair yaitu Miss Guzel Sener, leny dan Fita atas doa dan
dukungannnya.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan
diharapkan mampu menambahkan keilmuan HI, dengan tidak terlepas atas
kekurangan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan bantuan seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.
Jakarta, 8 Desember 2014
Elhumairoh Wijaya
vi
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………….………………...i
HALAMAN PERNYATAAN………………………………….………………..ii
LEMBER PERSETUJUAN PEMBIMBING……...………….………………iii
ABSTRAK………………………………………………………..……………...iv
KATA PENGANTAR………………………………………….….……………..v
DAFTAR ISI……………………………………………………..……………...vii
DAFTAR TABEL……………………………………………….………………ix
DAFRAR GAMBAR…………………………………………..…………………x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………..………………...xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah………………………………….………………..1
B. Pertanyaan Penelitian……………………………….………………...6
C. Tujuan dan Manfaat………………………………….………………..7
D. Tinjauan Pustaka…………………………………..…………………..8
E. Kerangka Pemikiran……………………………..…………………...11
1. Teori Peran…………………………..……………………….11
2. Konsep Organisasi Internasional……………..………………13
vii
3. Konsep Humanitarianisme………………….……………….16
F. Metode Penelitian………………………………………...……...…...18
G. Sistematika Penulisan……………………………..…………………19
BAB II. POSISI ICRC TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN KONFLIK
BERSENJATA
A. Sejarah Berdirinya ICRC………………………………….………...21
B. Tujuan dan Kegiatan ICRC.……………………….………………25
C. Status ICRC.……………………………………..………………….26
D. Pembuatan Keputusan dan Pendanaan ICRC……………………….32
E. Konvensi dan Protokol Internasional Tentang Anak......……………34
F. Peran ICRC Terhadap Korban Anak-Anak ........................................39
G. Peran ICRC Di Beberapa Negara………………………………….43
BAB III. PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO
A. Profil RD Kongo………………………………………………….....48
B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak di RD Kongo ...………………….49
C. Angkatan Bersenjata Yang Merekrut Anak-Anak…………………..53
D. Alasan Anak-Anak Bergabung Kedalam Angkatan Bersenjata atau
Kelompok Bersenjata ……………………………………………….58
viii
BAB IV. PERAN ICRC DALAM MENGURANGI PEREKRUTAN
TENTARA ANAK DI RD KONGO (2009-2013)
A. Peran ICRC...............…………………………………….………….63
1. Peran ICRC Dalam Lini Operasional………………..…………...65
2. Peran ICRC Dalam Pengembangan dan Promosi Hukum
Humaniter Internasional dan Prinsip Kemanusian……………….75
B. Efektifitas Peran ICRC….…………………………………………..85
BAB V.KESIMPULAN……………..…………..............................…………....90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
:
Perbedaan
Status
Hukum
Nasional
dan
Internasional....……...............……....29
Tabel 2.2 : Kategori Anak Dalam Konflik...……………………......…………..2
Tabel 4.1
: Tentara Anak Yang Telah Kembali Kepada
Keluarganya…............................................................................................……...76
Tabel 4.2
: Bantuan ICRC terhadap Anak (Termasuk Tentara
Anak) ………....................……………………………………………………….72
Tabel 4.3
: Hukum Internasional Mengenai Anak Yang Telah
di Ratifikasi RD Kongo………………………………………………................77
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Proses Pembuatan Keputusan ICRC…………………….......….33
Gambar 3.1 : Peta RD Kongo ……………..…………........................…….......48
Gambar 3.2 : Pemetaan
Kekuatan
Kelompok
Bersenjata
di
RD
Kongo….............……………………………………………………………......57
Gambar 4.1 : Bagan Perbandingan Jumlah Anak Yang Direkrut dan Yang Telah
Ditangani ICRC…………………………....…………………...........................88
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Peta kantor ICRC di RD Kongo
Lampiran 2 : Struktur Pembuat Kebijakan ICRC
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini membahas tentang upaya ICRC dalam mengurangi perekrutan
tentara anak di Republik Democratik Kongo (RD Kongo). Negara RD Kongo
dipilih karena dalam sejarah tercatat bahwa negara ini menjadi pemicu utama
Perang Afrika1 tahun 1998-2003 yang memakan hingga empat juta korban jiwa
akibat tindak kekerasan, kelaparan dan penyakit2. Hingga saat ini konflik di RD
Kongo masih juga belum mereda dan kasus perekrutan tentara anak terus terjadi
dengan angka yang tinggi.
Perekrutan tentara anak dimulai dari konflik bersenjata yang terjadi di
negara tersebut. Perintah resmi perekrutan tentara anak di RD Kongo muncul
tahun 1998 ketika Perdana Menteri Laurent Desire Kabila memerintahkan
prajuritnya untuk merekrut anak-anak menjadi prajurit perang. Sekitar 30.000 ribu
anak-anak telah ikut berperang antara tahun 2003-2006. Mereka bukan hanya
sebagai tentara kelompok-kelompok pemberontak, bahkan sebagai tentara
pemerintah. Sepertiga dari anak-anak ini merupakan perempuan yang direkrut
baik untuk kegiatan militer dan tujuan pelampiasan seksual. Pada tahun 2003
sebenarnya Perdana Menteri Joseph Kabila telah melarang penggunaan anak-anak
1
Disebut Perang Afrika karena melibatkan 7 negara: RD Kongo, Rwanda, Uganda,
Namibia, Zimbabwe, Angola dan Chad.
2
Abdul Hadi Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika (Bandung: CV.
Angkasa, 2008), 164.
1
dalam peperangan, akan tetapi praktek ini masih di pertahankan oleh National
Congress for the Defense of The People (CNDP) dan kelompok bersenjata lain3.
Beberapa kelompok yang merekrut anak-anak adalah Movement Du 23
Mars (M23),
Kelompok bersenjata Mai-Mai (Seperti: Congolese Resistance
Patriots (Pareco) dan Aliance of Patriots for a Free and Sovereign Congo
(APCLS)) dan Front for Patriotic Resistance in Ituri (FRPI).4 Bahkan juga
kelompok Transnational Networks seperti The Democratic Forces for the
Liberation of Rwanda (FDLR-Rwanda) dan Lord‟s Resistance Army (LRAUganda)5.
Pada pemilu 30 Juli 2006 di RD Kongo terdapat 33 calon presiden yang
mendaftarkan diri. Calon terkuat berdasarkan sejumlah polling ialah Presiden
Joseph Kabila yang telah memerintah negara tersebut sejak 2001 6. Pada babak
pertama pemilu, tidak ada dari salah satu calon presiden yang berhasil
mendapatkan suara hingga 50 persen. Kemudian diadakanlah putaran kedua pada
29 Oktober 2006. Pada putaran kedua tersebut Presiden Kabila memenangkan lagi
pemilu dengan jumlah suara 44,8 persen suara disusul oleh Jean Pierre-Bemba
3
Dora Szuj, Childern in Armed Conflicts- A General Review Of Child Soldier, Especially
in The Democratic Republic Of The Congo, Jurnal AARMS Vol 9, no. 2 (2010), 355, Miclos
Zrinyi
National
Defense
University,
Budapest,
Hunggary,
http://www.zmne.hu/aarms/docs/Volume9/Issue2/pdf/12.pdf. Diakses pada 23 November 2013.
4
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober 2014, 24,
http://monusco.unmissions.org/LinkClick.aspx?fileticket=DazRcHfpAJo%3D&tabid=10701&mid
=13689&language=en-US. Diakses pada tanggal 11 September 2014
5
Child-Soldiers, Democratic Republic of the Congo (DRC) Briefing Note to the UN
Secutiry Council Working Group On Childern and Armed Conflict, (England: Coalition to stop the
Use
of
Child
Soldiers,
2011),
5-6,
http://childsoldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596791.pdf. Diakses pada 21
November 2013.
6
Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika, 164.
2
dengan perolehan 20 persen suara. Kekalahan Bemba dalam pemilu inilah yang
menyebabkan ia melakukan kekacauan politik bahkan dengan penembakan7.
Selain konflik politik, juga terjadi pergolakan etnik di RD Kongo, antara
lain konflik Ituri yang merupakan konflik antara agrikulturalis Lendu dan
peternak Hema di wilayah Ituri sebelah Timur laut negara ini8. Konflik lain yang
juga muncul adalah konflik Kivu. Hal ini terjadi akibat kontak bersenjata antara
militer RD Kongo melawan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Laurent
Nkunda9.
Pemberontakan yang dipimpin oleh Laurent Nkunda ini terjadi pada bulan
Agustus 2008. Konflik ini merupakan konflik yang terjadi pertama kali sejak
perjanjian damai pada Januari 2008. Diperkirakan 100.000 warga sipil terpaksa
mengungsi karena konflik. Selain orang dewasa korban konflik juga merupakan
anak-anak. Di kamp pengungsian anak-anak dipaksa untuk bekerja, seperti
mencari kayu bakar. Akan tetapi keadaan disekitar mereka sangat rentan dan
mudah direkrut oleh kelompok.10 Merekapun tidak dapat kembali ke rumah
karena situasi konflik yang masih berjalan.
Berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas menjadikan anakanak sebagai korban yang paling dirugikan. Selain mereka harus mengalami
kekerasan dan kematian, anak-anak juga dilibatkan dalam proses konflik
7
Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika, 164.
Chris Simpson, Congo‟s Forgotten War, BBC News, 5 Januari 2001,
http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1102289.stm. Diakses pada 22 November 2013.
9
BBC, PBB Minta Tambahan Pasukan, BBC Indonesia, 12 November 2008,
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/081112_drcongo.shtml. Diakses pada 3 Apil
2014.
10
Human Right Watch, DR Congo: Humanitarian Crisis Deepens as Peace process
Falters, 25 September 2008, http://www.hrw.org/news/2008/09/25/dr-congo-humanitarian-crisisdeepens-peace-process-falters, diakses pada 29 Desember 2014.
8
3
bersenjata secara langsung.Mereka direkrut menjadi anggota angkatan bersenjata
oleh kelompok-kelompok bersenjata termasuk oleh pemerintah RD Kongo. Pada
tahun 2007, diperkirakan terdapat sekitar 7000 anak-anak yang masih aktif
menjadi prajurit di kelompok bersenjata yang berada di sekitar Timur Kongo.
Sampai sekarang. belum ada pencegahan yang efektif untuk menganggulangi
perekrutan anak di bawah umur menjadi angkatan bersenjata11.
Salah satu organisasi internasional yang berperan dalam permasalahan
tentara anak ini adalah The International Commitee of The Red Cross (ICRC).
Ini adalah organisasi yang tidak memihak, netral dan mandiri. ICRC memiliki
misi kemanusian untuk melindungi kehidupan dan martabat korban koflik
bersenjata dan korban situasi kekerasan lain serta memberi mereka bantuan12.
ICRC juga merupakan organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter
internasional ini.13 Dalam pasal 39 Convention On The Right Of The Child 1989
dinyatakan bahwa14:
“State parties shall take all appropriate measures to promote
physical and psychological recovery and social reintegration of a
child victim of: any form of neglect, exploitation, of abuse; toture or
any other form of cruel, inhuman or degrading treatment of
punishment; or armed conflicts. Such recovery and reintegration
shall take place in an environment which fosters the health, selfrespect and dignity of the child.
(Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang tepat
untuk meningkatkan pemulihan fisik maupun psikologis dan
reintegrasi dalam masyarakat seorang anak yang menjadi korban
dari: setiap bentuk penelantara, eksploitasi, atau penyalahgunaan;
penyiksaan atau setiap bentuk kekejaman atau hukuman yang kejam,
tidak manusiawi atau yang merendahkan martabat atau pertentangan
11
Szuj, Children in Armed Conflicts, 355.
ICRC, The ICRC: Its Mission and Work, 4 September 2009, 4,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0963.pdf. Diakses pada 23 November 2014,
13
Ambarwati, Denny Ramadhany, dan Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional
dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009, xix.
14
Convention On The Right Of The Child, 1989.
12
4
kesepakatan. Pemulihan dan reintegrasi seperti itu akan dilakukan
dalam suatu lingkungan yang membantu pengembangan kesehatan,
harga diri dan martabat anak.) (Terjemahan penulis)
Dari pasal di atas dapat dilihat bahwa perekrutan tentara anak merupakan
salah satu bentuk kekejaman dan eksploitasi terhadap anak. Tidak jarang anak
mendapat penyiksaan sehingga mereka mengalami trauma prsikologis. Oleh sebab
itu diperlukan program reintegrasi dan pemulihan psikologis. Meskipun pasal di
atas mengacu pada aktor negara, akan tetapi adakalanya negara tidak mampu atau
tidak ingin menolong.15 Dalam proses operasional itulah ICRC bergerak.
ICRC telah bekerja di Republik Demokratik Kongo sejak tahun 1960.
Dahulu, Republik Demokratik Kongo masih bernama Zaire. Pada tahun 1978
akhirnya ICRC membuka delegasi permanen di Republik Demokratik Kongo.
Fungsi ICRC ialah untuk memenuhi kebutuhan darurat bagi pengungsi dan
penduduk yang terkena dampak konflik, misalnya memastikan bahwa orang
terluka dan sakit dapat menerima perawatan yang memadai termasuk dukungan
psikologis. Mereka juga mengunjungi tahanan dan membantu memulihkan kontak
antara kerabat yang dipisahkan. Selain itu ICRC, membantu mendukung
pengembangan
Perhimpunan
Nasional16.
15
ICRC
juga
mempromosikan
Archer, International Organizations, 80.
Perhimpunan nasional adalah Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Nasional yang
berada di masing-masing negara yang telah menandatangi perjanjian dengan ICRC. Perhimpunan
nasional bertindak sebagai penolong otoritas publik negara mereka sendiri dalam bidang
kemanusiaan dan menyediakan berbagai layanan termasuk bantuan bencana dan kesehatan serta
program sosial. Dalam masa konflik, Perhimpunan Nasional membantu penduduk sipil yang
terkena dampak dan bila sesuai, juga mendukung pelayanan medis militer. Lihat ICRC, Annual
Report 2013, 5.
16
5
pengetahuan dan penghormatan hukum humaniter internasional antara otoritas
yang terkait. 17
Sebagai respon atas konflik bersenjata yang terjadi pada Agustus 2008,
ICRC dan Palang Merah dari RD Kongo memperkirakan bahwa program mereka
dalam menangani korban konflik akan lebih luas dari yang direncanakan. ICRC
meminta dana tambahan bagi program mereka di RD Kongo. Sehingga total
anggaran tahun 2009 bagi RD Kongo akan lebih dari 55 juta dolar AS. Perluasan
anggaran ini akan memungkinkan bagi ICRC dan Palang Merah RD Kongo untuk
memperluas program bantuan bagi korban konflik bersenjata. Salah satu program
penting mereka adalah memulihkan hubungan keluarga anak-anak tanpa
pendamping termasuk tentara anak-anak kepada keluarga mereka. Diperkirakan
hampir 500 keluarga yang melaporkan kehilangan akan anak-anak mereka.18
Berdasarkan paparan diatas serta fenomena-fenomena yang terjadi, penulis
tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan memahami tentang fenomena tersebut,
yang akan dituangkan dalam penelitian dengan judul:“Peran ICRC Dalam
Upaya Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di Republik Demokratik
Kongo (2009-2013)”.
Penulis melihat bahwa usai konflik bersenjata besar yang terjadi tahun
2008 di RD Kongo, ICRC harus menambah usaha ekstra bagi kegiatan kerja
mereka tahun 2009. Seperti yang telah di paparkan bahwa ICRC bahkan harus
17
ICRC, ICRC Annual Report 2012 (Genewa: ICRC 2013), 112,
www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2012.pdf. Diakses pada 12 Januari
2014.
18
ICRC, Democratic Republic of The Congo: ICRC Steps Up Efforts to Help Displaced
People
and
Their
Host
Communities,
15
Mei
2009,
https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2009-and-earlier/congo-kinshasanews-150509.htm, diakses pada 27 Desember 2014.
6
menambah anggaran dana mereka. Selain itu perekrutan tentara anak merupakan
hal yang melanggar hukum humaniter internasional. ICRC sebagai organisasi
yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional, berhak untuk
menjalankan misinya untuk melindungi dan mencegah terjadinya perekrutan
tentara anak.
B. Pertanyaan Penelitian
Penulisan ini akan merumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Peran ICRC dalam Upaya
Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di Republik Demokratik Kongo
(2009-2013)?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor apa yang mendorong perekrutan tentara anak
serta respon ICRC terkait perekrutan tentara anak di Republik
Demokratik Kongo.
2. Untuk menganalisis peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan
tentara anak di Republik Demokratik Kongo.
3. Menjelaskan teori Peran, konsep Organisasi Internasional dan konsep
Hak Asasi Manusia.
7
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis dapat menambah wawasan ilmu Hubungan Internasional
yang berkaitan dengan bahasan yang diteliti, khususnya peran ICRC dalam
upaya mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo
(2009-2013)
b. Manfaat Praktis
1. Menambah wawasan tentang Peran ICRC dalam upaya mengurangi
perekrutan tentara anak di RD Kongo
2. Dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan
masalah yang diteliti serta bagi masyarakat yang membutuhkan
informasi mengenai peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan
tentara anak di RD Kongo
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini terdapat beberapa pembanding melalui literatur
review dari berbagai sumber. Permasalahan tentara anak telah ditulis oleh Hanan
Rianastashia tahun 2009 dalam skripsi di FISIP Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” yang berjudul “Peran United Nations International
Children’s Fund (UNICEF) Dalam Upaya Mengatasi Perekrutan Serdadu
Anak (Child Soldier) di Daerah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone”. Skripsi
ini membahas mengenai permasalahan tentara anak di Sierra Leone. Fenomena ini
menggugah masyarakat internasional yang diwakili oleh UNICEF. Ia adalah
badan organisasi di bawah naungan PBB yang menjalankan mandat untuk
8
mepromosikan serta melindungi hak asasi manusia. Skripsi ini pula menggunakan
metode penelitian kualitatif serta memakai konsep human security dan konsep
peran organisasi internasional.
Dari pemaparan tersebut didapatkan bahwa Kapabilitas UNICEF dalam
kasus tentara anak di Sierra Leone hanya untuk mengatasi akibat dari adanya
konflik atau tentara anak itu sendiri. Instabilitas politik serta konflik yang
berkempanjangan di Sierra Leone merupakan faktor semakin meningkatnya
rekrutmen tentara anak. Namun dengan ditanda tanganinya perjanjian perdamaian,
serta menguatnya aturan hukum di Sierra leone dan perubahan stabilitas
keamanan yang semakin membaik maka berdampak pada penurunan jumlah
rekrutmen anak-anak ke dalam kelompok bersenjata19.
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Sabrina Kusumah Wardani di FISIP
UIN Syarif Hidayatullah berjudul “Peran UNICEF Terhadap Perekrutan
Tentara Anak Pada Konflik Di Srilanka Periode 2002-2009”. Sripsi ini
membicarakan mengenai masalah perekrutan tentara anak di Srilanka dalam
konflik bersenjata. Sabrina menganggap bahwa fenomena tentara anak seringkali
tersembunyi karena aktifitas mereka yang berada di daerah-daerah terpencil.
Tentara anak juga dianggap sebagai pasukan tanpa resiko karena tanpa dibayar
dan mudah untuk dikendalikan. Dalam skripsi ini digunakan metode penelitian
kualitatif dan menggunakan konsep organisasi internasional, konsep human
security dan teori peran.
19
Hanan Rianastashia, Peran UNICEF Dalam Upaya Mengatasi Perekrutan Serdadu
Anak (Child Soldier) di Wilayah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone (Skripsi, FISIP, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta, 2009), 79.
9
Berdasarkan pemaparan di atas, didapatkan bahwa UNICEF sebagai
organisasi di bawah naungan PBB memberikan bantuan hukum bagi anak-anak
yang diculik dan direkrut ke dalam pasukan militer. UNICEF juga terlibat dalam
demobilisasi tentara anak. Selanjutnya, organisasi tersebut juga meningkatkan
kesadaran akan hak anak melalui program dan laporan tentang pelanggaran keji
hak anak, mendukung pusat-pusat perawatan darurat, membina keluarga dan grup
di mana anak-anak mendapat perlindungan sementara proses pencarian keluarga
mereka dilakukan20.
Dari dua skripsi yang telah diuraikan, diperoleh data yang menyatakan
bahwa kedua penulis di atas membahas mengenai peran UNICEF di kedua negara
berbeda yaitu Sierra Leone dan Sri Lanka. Sedangkan yang membedakan
penelitian ini dengan mereka adalah, pertama penulisan ini memfokuskan
penelitian pada peran ICRC sebagai organisasi internasional dengan rentang
waktu 2009-2013. Kedua penulisan ini juga membatasi ruang lingkup penelitian
di negara RD Kongo yang merupakan salah satu negara yang rawan konflik. Dan
ketiga, metode penelitian yang digunakan penulis adalah teori peran, konsep
organisasi internasional dan hak asasi manusia.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menganalisis penelitian Peran ICRC dalam menangani perekrutan
tentara anak di Republik Demokratik Kongo (2009-2013), digunakan teori dan
konsep yang dapat mendukung proses analisa. Mohtar Mas‟oed (1994)
20
Sabrina Kusumah Wardhani, Peran UNICEF Terhadap Perekrutan Tentara Anak Pada
Konflik Di Sri Lanka Periode 2002-2009. (Skripsi, FISIP, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2013),77-78.
10
menyebutkan bahwa untuk memahami fenomena hubungan internasional kita
perlu menyederhanakannya dengan konseptualisasi. Konsep adalah abstraksi yang
mewakili suatu objek, sifat objek atau suatu fenomena tertentu21. Masih menurut
Mochtar Mas‟oed (1994), konsep merupakan pondasi bagi teori. Tanpa
menggunakan teori maka fenomena-fenomena serta data yang ada akan sulit
dimengeri. Teori juga menggabungkan serangkaian konsep sehingga dapat
menjadi suatu penjelasan yang menunjukkan bagaimana konsep-konsep itu secara
logis saling berhubungan. Untuk itu, penulis menggunakan teori peran, konsep
organisasi internasional, konsep hak asasi manusia dan konsep hukum
humaniter22.
1. Teori Peran
Sebastian Harnisch menyatakan bahwa teori peran pertama kali muncul
dalam Analisa Politik Luar Negeri pada tahun 1970. Pada tahun tersebut para ahli
teori mulai mencoba untuk memastikan pola perilaku negara-negara dalam
struktur “bipolar” (perang dingin) seperti gerakan non-blok, sekutu dan satelit.23
Sejak saat itu semakin banyak ahli teori peran yang berpendapat bahwa terdapat
perluasan peran sosial (seperti pemimpin, mediator, insisiator) dan kontra peran
(seperti pengikut, aggressor dan lain-lain) sebagai struktur sosial Hubungan
Internasional yang berkembang.24 Para ahli berpendapat bahwa peran dalam
21
Mochtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi (Jakarta:
LP3ES, 1994), 93.
22
Mas‟oed,Ilmu Hubungan Internasional, 184-185.
23
Sebastian Harnisch, Role Theory: Operationalization of Key Concept, dalam Sebastian
Harnisch, Cornelia Frank dan Hanns W. Maull ed, Role Theory in International Relations:
Aproaches and Analysis, (USA: Routledge, 2011), 7.
24
Harnisch, Role Theory, 7.
11
hubungan internasional tidak dapat dipandang atau diteorikan tanpa mengacu
pada peran lain dan pengakuan melalui masyarakat.
Thies dan Andrews menyebutkan peran adalah posisi sosial (aktor yang
diakui oleh sosial) yang dibentuk oleh harapan sendiri (ego) dan harapan orang
lain (alter expectation)25. Kemudian menurut Harnisch, role expectation untuk
aktor terorganisir seperti negara atau organisasi internasional dapat bervariasi.
Role expectation setiap orang berbeda sesuai dengan ruang lingkupnya sehingga
kewajiban merekapun menjadi berbeda.
Kemudian, menurut sebagian peneliti peran dan identitas saling berkaitan.
Identitas adalah bahwa lembaga atau kelompok mendefinisikan dirinya melalui
mata orang lain dan dihadapan masyarakat. Dalam hubungan internasional, negara
atau aktor-aktor yang lain memiliki peran yang dibentuk oleh identitas organisasi
mereka.
26
Konsep peran dalam organisasi internasional adalah pada peran apa
yang dimainkan oleh organisasi-organisasi dalam melakukan perubahan sistem
internasional. Peran organisasi internasional terbagi menjadi tiga: sebagai
instrumen, arena dan aktor.27
Peran sebagai instrumen berarti bahwa organisasi internasional digunakan
sebagai alat atau intrumen oleh anggotanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Peran sebagai arena adalah organisasi internasional sebagai suatu tempat atau
forum bagi dibuatnya kebijakan atau bagi diambilnya suatu tindakan. Terakhir
25
Harnisch, Role Theory, 8.
Harnisch, Role Theory, 10-13.
27
Clive Archer, International Organizations (London: Routledge, 2001), 65- 68.
26
12
peran sebagai aktor yaitu organisasi internasional sebagai aktor independen dalam
sistem internasional.28
ICRC berperan sebagai aktor independen dalam sistem internasional yang
mampu membuat kebijakan sendiri terutama dalam mengupayakan perlindungan
dan pencegahan dalam mengurangi perekrutan tentara anak. Dalam memenuhi
perannya ICRC terbatas pada ruang lingkup dan spesifikasi organisasi yaitu hanya
pada perlindungan dan pertolongan pada korban perang yang dalam penulisan
skripsi ini dikhususkan untuk tentara anak. ICRC dalam hubungan internasional
disamakan sebagai organisasi internasional dengan status unik yaitu sui generis.
Sehingga dalam melaksanakan kewajibannya ICRC mampu bekerja sama dengan
pihak-pihak yang berkonflik karena identitasnya sebagai organisasi internasional
yang netral, tidak berpihak dan mandiri.
2. Konsep Organisasi Internasional
Menurut Clive Archer, organisasi internasional dapat diartikan sebagai
sebuah badan formal dengan struktur berkelanjutan yang dibentuk berdasarkan
pada perjanjian antara dua pihak atau lebih ( antara aktor negara maupun nonnegara) dengan tujuan mengejar kepentingan umum dari anggotanya.29 Selznick
menyatakan sebuah organisasi internasional dalam merupakan bentuk lembaga
yang mengacu pada sistem aturan formal dan tujuan, instrumen administrasi yang
rasional,30. Duverger menambahkan bahwa organisasi internasional memiliki
28
Archer, International Organizations, 67- 79.
Archer, International Organizations, 35.
30
Archer, International Organizations, 3.
29
13
organisasi teknis dan materi resmi seperti konstitusi formal, peralatan fisik, mesin,
emblem, alat tulis kop surat, staf, hirarki adminsitrasi dan sebagainya 31.
Terdapat
beberapa
fungsi
organisasi
internasional
dalam
sistem
internasional berdasarkan perannya (yaitu sebagai instrumen, arena dan aktor).
Organisasi internasional berfungsi dalam artikulasi dan agregasi, penyebaran
norma, rekrutmen, sosialisasi, pembuat kebijakan, pengaplikasi aturan, pemberi
keputusan peradilan dan dalam fungsi operasional.32
Menurut J. Craig Barker , menyatakan bahwa organisasi internasional
(khusus organisasi internasional antar negara) dianggap sebagai international
legal personality (subjek hukum internasional) karena memiliki kemampuan
untuk menjadi bagian dalam perjanjian internasional, mengadakan konferensi
internasional, menerima dan mengerjakan misi diplomatik dan menyatakan protes
terhadap negara serta menegaskan klaim internasional.33
Dalam konteks Organisasi internasional, ICRC
merupakan organisasi
internasional yang bersifat unik. ICRC merupakan organisasi yang kerap
disamakan seperti organisasi non-negara karena didirikan berdasarkan inisiatif
individu, tapi memiliki keistimewaan seperti organisasi antar-negara yang
memiliki keistimewaan hak-hak tertentu dalam memenuhi kewajiban tertentu
pula.34 Mochtar Kusuma Atmaja dan Etty R. Agoes dalam buku Pengatar Hukum
Internasional menyebutkan bahwa ICRC diakui sebagai organisasi internasional
31
Archer, International Organizations, 3.
Archer, International Organizations, 94-107.
33
J. Craig Barker, International Law and Internantional Relations: Internantional
Relations for the 21st Century, (London: Continuum 2000),25
34
Lindblom, Non-Governmental Organization, 61-62.
32
14
yang memiliki kedudukan sebagai subjek hukum internasional walaupun dengan
ruang lingkup yang terbatas dan memiliki keunikan dalam hukum internasional.35
Pada awalnya hanya negara yang dianggap mampu untuk mengemban hak
dan kewajiban . Menurut Barker, sebuah entitas dapat diakui sebagai subjek
hukum internasional
harus mampu untuk mengemban hak dan kewajiban di
bawah hukum internasional dan memiliki kapasitas prosedural untuk menegakkan
hak-hak dan kewajibannya.36 Selanjutnya Barker menyatakan bahwa kategori lain
yang diakui sebagai subjek hukum internasional ini adalah Individu dan organisasi
internasional akan tetapi dengan hak dan kewajiban yang terbatas.
Selain dari negara, individu dan organisasi internasional terdapat sebuah
entitas unik yang mendapat status sebagai subjek hukum internasional. Oleh
karena itu entitas ini disebut sebagai Sui Generis. Terdapat tiga entitas yang
memiliki subjek hukum internasional dengan karakter unik yaitu: Hollysee
(Vatican), Sovereign Order of Malta dan ICRC.37 Keberadaan Sui Generis ini
menunjukan bahwa negara (hukum internasional) menerima keberadaan entitas
non-negara dan non-organisasi internasional sebagai internasional legal
personality.38
Dalam penulisan skripsi ini, penulis meletakkan ICRC sebagai sebuah
organisasi yang bersifat internasional yang memiliki subjek hukum internasional
juga yang memiliki hak dan kewajiban. Kewajibannya ini berkaitan erat dengan
35
Mochtar Kusuma Atmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
(Bandung: PT Alumni, 2003), 101.
36
Barker, International Law and Internantional Relations, 44.
37
Anna-Karin Lindblom, Non-Governmental Organization in International Law,
Camridge Studies in International And Comparative law (CSICL), (USA: Camridge University
Press, 2005), 63
38
Lindblom, Non-Governmental Organization, 63-64.
15
peran aktif ICRC dalam hubungan internasional, khususnya di RD Kongo untuk
mengurangi perekrutan tentara anak. Sedangkan hak ICRC antara lain adalah
perlindungan dan kekebalan hukum organisasi ini di negara tersebut. ICRC dalam
sistem internasional memenuhi fungsi sebagai aktor yang beroperasi bidang
kemanusiaan, penyebar norma (hukum humaniter internasional dan hak asasi
manusia), pembuat peraturan (konvensi dan protokol internasional tentang tentara
anak), penerap peraturan serta berperan dalam sosialisasi hukum humaniter
internasional.
3. Konsep Humanitarianisme
Sejarah humanitarianisme kerap dikaitkan dengan Henry Dunant ketika
melakukan perjalanan bisnis ke Italia. Henry melewati sebuah perang di daerah
Solferino. Melihat banyaknya korban yang berjatuhan hatinya menjadi tergerak,
sehingga Henry dan masyarakat sekitar bergabung untuk membantu korban tanpa
memilih-milih siapa yang harus dibantu olehnya. Sepulangnya dari Italia ia
menulis buku yang berjudul A Memory Of Soferino yang akhirnya menggugah
hati masyarakat. Opini masyarakat yang besar akhrinya mendorong terbentuknya
ICRC. Kejadian inilah yang menjadi momentum humanitarianisme modern.39
Terdapat tiga asumsi umum yang digunakan untuk mendefinisikan
humanitarianism.40 Pertama, pendapat bahwa seluruh manusia adalah setara.
Kedua, humanitarianisme adalah etika kebaikan, kebajikan dan simpati yang
39
Michael Barnett, The International Humanitarian Order, Ingrris: Routledge,
2010, 1.
40
Linda L. Lyman, Jane Strachan dan Angeliki Lazaridou, Shaping Social Justice
Leadership Insights of Women Educators Worldwide, Marryland: Roman and Littlefield
Publisher 2012, 79.
16
dilakukan terhadap semua manusia tanpa memihak. Ketiga adalah kasih sayang
yang mendorong untuk melakukan tindakan dalam rangka merbah kondisi yang
tidak menguntungkan bagi manusia. Selanjutnya, Michael Barnett menyatakan
bahwa humanitarianisme secara umum dipahami sebagai bantuan yang terjadi
pada saat masa kekacauan terjadi, Konsep ini diaplikasikan pada saat pertolongan
pada saat kekacauan atau setelah masa itu terlewati.41
Mahkamah
Internasional
PBB
sebagaimana
dikutip
Ambarwati,
mendefinisikan humanitarianisme atau prinsip kemanusiaan sebagai ketentuan
untuk memberikan bantuan tanpa diskriminasi kepada korban yang terluka di
medan perang agar dapat mengurangi penderiataan manusia.42 Sehingga ICRC
merupakan bagian dari perkembangan humanitarianisme itu sendiri. Dan peran
ICRC bagi perlindungan dan pencegahan perekrutan tentara anak merupakan aksi
humanitarianisme. Aksi ini juga digunakan untuk mengembalikan hak anak yang
telah diabaikan di RD Kongo akibat perekrutan tentara anak.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Menurut Taylor dan Bogdan yang dikutip oleh Suyanto dan Sutinah menyebutkan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari
orang-orang yang diteliti43. Senada dengan kalimat di atas, Conny R. Semiawan
41
Michael Barnett, The International Humanitarian Order, 2.
Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, 42.
43
Suyanto Bagong dn Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 166.
42
17
menyatakan bahwa pada penulisan deskriptif metode yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif. Metode ini memiliki beberapa tahap yang biasanya
diikuti, sehingga jalur pemikiran penulis dapat diikuti. Langkah-langkahnya
dimulai dengan identifikasi masalah, dilanjutkan dengan tinjauan pustaka,
pengumpulan data, wawancara dan analisis data44.
Bungin menyebutkan penelitian kualitatif dapat menggunakan data
sekunder melalui metode dokumenter dan penelusuran data online yaitu melalui
bacaan dari literatur, jurnal ilmiah, majalah ilmiah, surat kabar dan situs-situs
internet45. Penulis mendapat data tersebut dengan mengunjungi beberapa
perpustakaan di Jakarta seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan ICRC,
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan CSIS.
Selanjutnya, pengelolaan data diawali dengan proses analisis data yang
dikumpulkan secara bersamaan dan berkesinambungan. Data yang telah diperoleh
akan diverifikasi terlebih dahulu untuk menjamin kebenaran data yang
dipaparkan. Kemudian data tersebut akan diklasifikasi sesuai dengan bagianbagiannya yaitu dengan menempatkan pada kategori masing-masing yang
berhubungan dengan peran ICRC dalam mengangani pelanggaran HAM berupa
perekrutan tentara anak 2009-2013. Terakhir menganalisa data berdasarkan
kerangka konseptual sehingga data yang diperoleh dapat di percaya dan dapat
diterapkan dalam penelitian untuk merumuskan jawaban dari pertanyaan
penelitian.
44
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta:Grasindo, 2008), 98
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009); 108.
45
18
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Teori
1.
Teori Peran
2.
Konsep Organisasi Internasional
3.
Konsep Hak Asasi Manusia
F. Sistematika Penulisan
BAB II. Posisi ICRC Terhadap Anak-Anak Korban Konflik Bersenjata
A. Sejarah Berdirinya ICRC
B. Tujuan dan Kegiatan ICRC
C. Status ICRC
D. Pembuatan Kebijakan dan Pendanaan ICRC
E. Konvensi dan Protokol Internasional Tentang Anak
F. Peran ICRC terhadap Korban Anak-Anak
G. Peran ICRC di Beberapa Negara
BAB III. Perekrutan Tentara Anak Di RD Kongo
A. Profil RD Kongo
19
B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak Di RD Kongo
C. Alasan Bergabungnya Anak-Anak Kedalam Angkatan Bersenjata
atau Kelompok Bersenjata
BAB IV. Peran ICRC dalam Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di RD Kongo
(2009-2013)
A. Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD
Kongo 2009-2013
1.
Peran ICRC dalam lini operasional
2.
Peran ICRC dalam pengembangan dan promosi hukum
humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan
B. Efektifitas Peran ICRC
BAB V. Kesimpulan
20
BAB II
POSISI ICRC TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN KONFLIK
BERSENJATA
Konflik bersenjata merupakan ancaman bagi anak-anak. Mereka
merupakan objek rentan yang masih membutuhkan keluarga dan masyarakat
untuk memberikan pengasuhan dan perlindungan. ICRC menganggap bahwa
anak-anak tidak hanya mewakili segmen besar dari populasi masyarakat tetapi
juga lebih rentan dibandingkan orang dewasa. Bab ini akan menjelaskan tinjauan
umum mengenai ICRC. Organisasi tersebut secara luas diketahui sebagai
organisasi yang aktif melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kemanusiaan
dan hukum humaniter internasional. Dengan demikian upaya penanggulangan
perekrutan tentara anak menjadi salah satu program penting bagi ICRC.
Pembahasan bab ini dimulai dari awal didirikannya sampai pada peran ICRC
terhadap perlindungan anak-anak dalam konflik bersenjata.
A. Sejarah Berdirinya ICRC
Asal-usul terbentuknya ICRC bermula pada peristiwa Perang Solferino.
Perang ini terjadi pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, yaitu
antara pasukan koalisi Perancis dan Italia melawan pasukan Austria46. Pasukan
koalisi Franco-Sardinia yang dipimpin oleh Kaisar Charles Louis Napoleon
Bonaparte (Napoleon III) memulai pertempuran pada pukul tiga pagi. Setelah 15
jam dalam pertempuran akhirnya perang berakhir pada pukul enam sore. Usai
46
ICRC, Kenali ICRC, (Jakarta: Delegasi Regional ICRC, 2009), 6.
21
peperangan, didapati sekitar 6000 orang tewas dan lebih dari 35.000 luka-luka
atau hilang47.
Pada saat itu, Henry Dunant seorang pebisnis yang berasal dari Swiss
sedang melakukan perjalanan bisnis di Italia dan tak sengaja melewati daerah
peperangan. Tergugah dengan penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant
bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak mengerahkan bantuan
untuk menolong para korban. Dunant menolong para korban dengan sama tanpa
melihat mereka sebagai prajurit aliansi Perancis-Italia atau prajurit Austria. Sikap
Dunant ini kemudian disebut dengan istilah “tutti fratelli” (semua saudara) 48.
Beberapa waktu kemudian setelah kembali ke Swiss, Ia menuangkan
pengalamannya di Eropa serta ide dan gagasannya dalam buku berjudul A
Memory Of Solferino49. Dalam bukunya Dunant mengajukan tiga gagasan50 :
1. Membentuk organisasi
kemanusiaan internasional,
yang dapat
dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para
prajurit yang cedera di medan perang.
2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang
cedera di medan perang, serta perlindungan sukarelawan dan
organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat
perang.
47
ICRC, Solferino and The International Committee of The Red Cross, 1 Juni 2010,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/solferino-feature-240609.htm. Diakses
pada 22 Mei 2014.
48
ICRC,Solferino and The International Committee.
49
ICRC,Kenali ICRC, 6.
50
Henry Dunant, A Memory Of Solferino, (USA: ICRC 1959),129-130.
22
3. Mengusulkan sebuah lambang atau tanda khusus untuk perlindungan
bagi anggota medis dan peralatan medis yang digunakan di medan
perang.
Sebuah komite tetap akhirnya dibentuk di Jenewa untuk menindaklanjuti
gagasan Dunant tersebut. Lambang komite ini adalah palang merah di atas dasar
berwarna putih, Tujuan dari pembentukan lambang ini adalah agar perhimpunan
bantuan kemanusiaan (ICRC) di setiap negara dapat dikenali secara luas. Pada
mulanya, komite ini bernama The International Committee to Aid Military
Wounded yang kemudian menjadi International Committee of the Red Cross
(ICRC)51. ICRC bermarkas besar di negara Swiss yang terkenal dengan
kenetralannya. Posisi mereka di negara ini di perkuat melalui perjanjian antara
kedua belah pihak pada 19 Maret 1993 yang sekaligus menentukan mengenai
status dan markas besar ICRC di Swiss52.
B. Tujuan dan Kegiatan ICRC
ICRC adalah organisasi yang tidak memihak, netral dan mandiri yang
memiliki misi kemanusiaan yang bertujuan untuk melindungi kehidupan dan
martabat korban konflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain serta
memberikan mereka bantuan. Organisasi ini juga berupaya untuk mencegah
penderitaan bagi korban konflik bersenjata dengan cara mempromosikan dan
51
Henry Dunant, A Memory Of Solferino, 129-130.
ICRC, Agreement Between ICRC and Switzerland 1993, 20 Januari 2012,
https://www.icrc.org/casebook/doc/case-study/agreement-icrc-switzerland-case-study.htm.
Diakses 2 Desember 2014.
52
23
memperkuat hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusian
universal53.
Dalam preamble dari Statutes of The International Red Cross And Red
Crescent Movement yang diadopsi oleh Konferensi Red Cross ke 25 di Jenewa
pada tahun 1986 menyebutkan bahwa ICRC merupakan bagian dari gerakan
humaniter dunia yang memiliki 7 prinsip dasar yang wajib di penuhi54. Ketujuh
prinisip tersebut adalah kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian,
kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan.
Tujuan
ICRC
adalah
untuk
memastikan
penghormatan terhadap
kehidupan, martabat, dan kesejahteraan mental maupun fisik para korban konflik
bersenjata dan situasi kekerasan lain, yaitu melalui kegiatan kemanusiaannya yang
netral dan mandiri55. Agar tujuan ICRC ini tercapai, pihak-pihak yang berkonflik
harus mendukung dan memfasilitasi kegiatan kemanusian ICRC.
Berkaitan dengan tujuan ICRC, dalam Protocol Additional to The Geneva
Conventions of 12 Augusts 1949, And Relating to The Protection Of Victims Of
Internatinal Armed Conflicts 8 Juni 1977, Pasal 81 ayat 1 menyebutkan
sebagaimana berikut56:
“The Parties to the conflict shall grant to the International
Committee of The Red Cross all facilities within their power so as
to enable it to carry out the humanitarian function assigned to it by
53
ICRC, The ICRC‟s mandat and Mission, Overview, 29 Oktober 2010
http://www.icrc.org/eng/who-we-are/mandat/overview-icrc-mandat-mission.htm. Diakses pada 30
April 2014.
54
Preamble, Statutes Of The International Red Cross and Red Crescent Movement ,5,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/statutes-en-a5.pdf. Diakses 16 Mei 2014.
55
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 6.
56
Protocol Additional to The Geneva Conventions of 12 Augusts 1949, And Relating to
The Protection Of Victims Of Internatinal Armed Conflicts(Protocol 1) 8 Juni 1977 , 258,
http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/xsp/.ibmmodres/domino/OpenAttachment/applic/ihl/ihl.nsf/
D9E6B6264D7723C3C12563CD002D6CE4/FULLTEXT/AP-I-EN.pdf. Diakses pada 6 Mei 2014.
24
the Conventions and this Protocol in order to ensure protection
and assistance to the victims of conflicts; the International
Committee of The Red Cross may also carry out any other
humanitarian activities in favour of these victims, subject to the
consent of the Parties to the conflict concerned.”
(Pihak-pihak dalam sengketa harus memberikan kepada ICRC
semua fasilitas di dalam kekuasaan mereka sehingga
memungkinkannya pelaksaan fungsi-fungsi ICRC yang ditugaskan
kepadanya oleh Konvensi dan Protokol ini agar terjaminnya
perlindungan dan bantuan bagi para korban sengketa; ICRC juga
dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan lainnya bagi
kepentingan para korban, dengan harus mendapatkan ijin dari
pihak-pihak dalam sengketa yang bersangkutan). (terjemahan
penulis)
Selanjutnya identitas ICRC dilihat dari elemen penting yang menjadi
pedoman kegiatan organisasi ini, yaitu hakikat ganda kegiatan ICRC. Dalam hal
ini kegiatan ICRC berjalan dalam dua lini, pertama ialah lini operasional, yaitu
menolong para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain. Lini kedua
adalah mengembangan dan mempromosikan hukum humaniter internasional dan
prinsip-prinsip kemanusiaan57.
Kedua lini tersebut saling berkaitan karena lini pertama beroperasi dalam
bingkai yang ditetapkan oleh lini yang kedua. Sedangkan lini kedua menyerap
pengalaman lini pertama serta memfasilitasi respons ICRC terhadap kebutuhankebutuhan yang telah teridentifikasi. Dengan demikian, hakikat ganda ini
memperkuat identitas ICRC serta membedakannya dari organisasi-organisasi
kemanusiaan lain, baik organisasi non-pemerintah maupun organisasi antar-
57
ICRC, Consultation on Performance Benchmarks for Australian Aid, ICRC feddback 3
Maret 2014, 2, http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/international-committee-of-the-redcross.pdf. Diakses pada 7 Mei 2014.
25
pemerintah yang umumnya hanya berkonsentrasi pada salah satu dari dua lini
tersebut58.
ICRC merupakan badan gerakan tersendiri dari International Red Cross
and Red Crescent Movement atau dapat juga hanya disebut sebagai Gerakan
(Movement). Badan dari Gerakan meliputi International Federation of Red Cross
and Red Crescent Societies (Federasi), dan Red Cresent Societies (Perhimpunan
Nasional). Setiap bagian dari Gerakan ini bersifat independen59. Akan tetapi setiap
bagian dari Gerakan ini memiliki kaitan yaitu keserupaan tugas antara semua
komponen gerakan dan oleh penggunaan lambang-lambang yang sama60.
C. Status ICRC
ICRC berbeda dari organisasi antar-pemerintah dan organisasi nonpemerintah (NGO) lainnya. Organisasi swasta seperti asosiasi, federasi, serikat
pekerja, dan NGO lainnya tidak didirikan oleh pemerintah atau oleh perjanjian
antar-pemerintah61. NGO dapat memainkan peran dalam urusan internasional
berdasarkan aktifitas mereka tetapi tidak memiliki status sebagai subjek hukum
internasional juga tidak memiliki mandat untuk keberadaan dan kegiatan mereka.
Jika keanggotaan atau kegiatan organisasi ini terbatas pada negara tertentu maka
dianggap sebagai NGO nasional. Jika kegiatannya lintas batas negara, maka
58
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8.
Lindblom, Non-Governmental Organization, 68.
60
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8.
61
Gabor Rona, The ICRC‟s Status: In a Class of its Own, 1, 17 Februari 2004,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5w9fjy.htm. Diakses pada 18 Mei 2014.
59
26
disebut NGO internasional. Contohnya, seperti Medicins Sans Frontieres,
Amnesty International, Human Rights Watch, Oxfam dan lain-lain62.
Istilah
“organisasi
internasional”
atau
“organisasi
antar-negara”
menunjukan sebuah asosiasi yang didirikan oleh pemerintah melalui perjanjian
dengan tujuan umum dan memiliki organ khusus sendiri untuk memenuhi fungsi
tertentu. Selain aturan dalam menetapkan struktur organisasi ada ketentuan
tentang tujuan asosiasi serta hak dan kewajiban para anggotanya. Tidak seperti
NGO, organisasi antar-pemerintah yang memiliki mandat dari pemerintah dapat
menikmati beberapa fasilitas yang dalam bahasa diplomatiknya disebut Privileges
and Immunities63.
Pengakuan sebuah organisasi dalam hukum internasional berasal dari
kemampuannya untuk mengemban hak dan kewajiban. Dalam ICJ Advisory
Opinion Reparcity For Injuries Suffered In The Service of The United Nations
1949 disebutkan bahwa sebagai internasional legal personality harus memiliki
kemampuan untuk mengemban hak dan kewajiban internasional dan memiliki
kapasitas untuk mempertahankan haknya.64 Selanjutnya dijelaskan sebuah
organisasi memiliki kapasitas hukum internasional dan hak istimewa serta
kekebalan di wilayah masing-masing anggotanya. Sebuah organisasi internasional
mendapatkan akses ini melalui perjanjian internasional dengan negara
62
Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1.
Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1.
64
International Court Of Justice, Report of judgements, Advisory Opinion and Orders:
Reparcition for Injuries Suffered in The Service of The United Nations, April 11th 1949, Layden
A.W. Sijrhoff‟s Publishing Company, 179, http://www.icj-cij.org/docket/files/95/7497.pdf.
Diakses pada 24 November 2014.
63
27
anggotanya. Sehingga organisasi ini berhak mengingatkan anggota mereka akan
kewajiban tertentu sesuai dengan kapasitas organisasi ini.
Dalam ICJ Advisory Opinion ini, ICJ juga menyebutkan bahwa organisasi
internasional (organisasi antar negara) adalah sebuah badan politik yang diisi
dengan tugas politik dari dan meliputi bidang yang luas seperti pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional, pemgembangan hubungan persahabatan
antar bangsa dan pencapaian kerjasama internasional dalam pemecahan masalah
seperti ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan dan berurusan dengan
anggotanya.65
Dengan demikian, PBB dan badan-badannya, atau organisasi antarpemerintah lainnya seperti Organisasi Negara-Negara Amerika dianggap memiliki
status subjek hukum internasional. Di sisi lain, organisasi non-pemerintah atau
NGO tidak memiliki status tersebut meskipun lingkup operasi mereka adalah
lingkup internasional66. ICRC bukanlah organisasi antar-pemerintah dan bukan
pula organisasi non-pemerintah. Bagan berikut menjelaskan perbedaan dari
individu, negara dan organisasi dalam hukum nasional dan internasional:
65
International Court Of Justice, Report of judgements, 179.
Gabor Rona, The ICRC Privilege Not To Testify: Confidentiality In Action,
International
Review
Of
The
Red
Cross
no.
845
(Maret
2002),
2,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5wsd9q.htm#a1. Diakses pada tanggal 8
November 2013.
66
28
Tabel 2.1.
Perbedaan status hukum nasional dan internasional
No
Hukum
Internasional
Hukum Nasional
1
Individu
Ya
Dibatasi
2
Negara
Ya
Ya
3
Bermacam-macam
tergantung pada
Organisasi hukum negara dan
sifat organisasi
tersebut
Ya untuk ICRC
dan Organisasi
antar-pemerintah;
tidak untuk
organisasi nonpemerintah (NGO)
Sumber: Gabor Rona, The ICRC Privilege Not To Testify: Confidentiality in Action, 2.
ICRC adalah sebuah asosiasi swasta berdasarkan hukum Swiss dan
mempunyai subjek hukum internasional, yang pembentukannya juga diatur dalam
Swiss Civil Code67. Terdapat beberapa hal yang menguatkan status ICRC
dianggap dalam hubungan internasional. Pertama, ICRC adalah subjek dari
mandat internasional yang diberikan kepadanya oleh perjanjian hukum humaniter
internasional68. Secara langsung mandat ini di atur dalam Konvensi Jenewa
194969. Contohnya, dalam Common Article70 3 dalam Konvensi Jenewa 1949
menyatakan bahwa “sebuah badan kemanusian tidak memihak, seperti komite
internasional palang merah dapat menawarkan jasanya kepada para pihak yang
67
Yves Beigbeder, The Role And Statute of International Humanitarian Volunteers And
Organizations: The Rights and Duty to Humanitarian Assisstance, (Netherlands: martinus Nijhoff
Publishers, 1991), 318.
68
Gabor Rona, The ICRC Privilege Not to Testify, 2.
69
Lindblom, Non-Governmental Organization, 70.
70
Common articles adalah pasal-pasal yang sama atau nyari sama, baik isinya ataupun
nomor pasalnya yang terdapat di dalam semua Konvensi Jenewa 1949. Pasal-pasal tersebut
dicantumkan berulang pada setiap Konvensi Jenewa karena memang sangat penting dan
merupakan ketentuan pokok dari Konvensi Jenewa.
29
berkonflik”. Ketentuan paling luar biasa dari konvensi dalam hal ini adalah pasal
10 dari Konvensi Jenewa I-III. ICRC juga memiliki hak untuk mengunjungi
tawanan perang (Pasal 126 dari Konvensi Jenewa III), dan untuk memantau
kepatuhan terhadap aturan Konvensi Jenewa IV berkaitan dengan perlindungan
warga sipil (Pasal 55 dan 61) 71.
Kedua, status hukum Internasional ICRC diakui dalam hubungannya
dengan negara-negara PBB, dimana ia mendapat status sebagai Observer sesuai
dengan Resolusi Umum General Assembly 45/6 yang diadopsi pada 16 Oktober
1990 melalui konsesnsus72. Selain itu delegasi ICRC di New York bertemu setiap
bulan dengan Ketua Dewan Keamanan PBB. Selain itu presiden ICRC bertemu
setiap tahun dengan dewan keamanan secara keseluruhan73.
Ketiga, ICRC yang berstatus independen dari afiliasi dengan negara
manapun merupakan badan gerakan tersendiri dari International Red Cross and
Red Crescent Movement yang dalam konferensi internasionalnya negara-negara
partisipan dapat menentukan ICRC untuk menawarkan layanan atau interfensi
dalam konflik bersenjata74. Keempat, badan pengadilan internasional dan
domestik telah memasukkan peraturan mengenai kekebalan dan hak testimonial
ICRC pada peraturan pengadilan. The International Criminal Tribunal for The
71
Lindblom, Non-Governmental Organizatio, 70.
Christian Koenig, Observer status for the ICRC at the United Nations: a Legal
Viewpoint, International Review of The Red Cross, no. 280, 28 Februari 1991,
1,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/article/other/57jnwj.htm. Diakses pada 18 Mei 2014.
73
Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3.
74
Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3.
72
30
Former Yugoslavia (ICTY) membedakan ICRC dari NGO lain dengan mengutip
mandat hukum internasional termasuk aturan menolak untuk bersaksi75.
Kelima, status hukum internasional ICRC juga secara implisit diakui
dalam peraturan ICC tentang Prosedur dan Saksi, dasar pengakuan ini adalah
pemberian mandat internasional oleh Hukum Humaniter Internasional pada
ICRC76.
Keenam, ICRC juga menikmati status spesial sebagai konsultatif
di
beberapa badan internasional seperti Non-Aligned Movement, The Organization of
African Unity, The Organization of American States, The council Of Europe, The
International Maritime Organization and The International Organization for
Migration77. Ketujuh, banyak negara memeperlakukan ICRC seperti mereka
memperlakukan
organisasi
antar-negara
contohnya
UNHCR.
ICRC
mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan negara-negara dan organisasi
internasional, juga memperlakukan mereka setara pada tingkat koordinasi.
Sebagai tambahan, pada tahun 1993, ICRC dan Swiss menandatangai
perjanjian status dimana Dewan Federal Swiss “mengakui kepribadian yuridis
internasional dan kapasitas hukum” dari ICRC. Organisasi ini juga memiliki
perjanjian markas di lebih dari 60 negara ditambah dengan pengakuan hak
istimewa dan kekebalan diplomatiknya, contohnya kekebalan terhadap proses
hukum yang melindunginya dari sidang administratif dan sidang pengadilan, dan
tidak dapat diganggu-gugatnya gedung, arsip serta dokumen-dokumen ICRC.78
75
Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1.
Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3.
77
Christian Koenig, Observer Status Of ICRC, 2.
78
ICRC, Kenali ICRC, 6.
76
31
Hak kekebalan dan istimewa tersebut harus ada pada ICRC agar dapat bekerja
secara netral dan mandiri.
D. Pembuatan Keputusan dan Pendadaan ICRC
Badan pembuat keputusan ICRC terdiri dari Majelis, Dewan Majelis dan
Kepresidenan, yang memiliki tanggung jawab untuk membuat kebijakan, strategi
dan keputusan mengenai hukum humaniter. Badan-badan ini mengawasi seluruh
kegiatan organisasi, baik kegiatan di lapangan maupun di kantor pusat juga
persetujuan tujuan dan anggaran.79
Proses
pembuatan
keputusan
ICRC
dimulai
dengan
penaksiran
(assessment) dengan tujuan untuk memahami situasi agar dapat mengidentifikasi
masalah yang dihadapi masyarakat. Selanjutnya penaksiran ini akan di analisis
agar dapat merumuskan aksi atau kebijakan yang sebaiknya diambil. Setelahnya
kebijakan akan diimplementasikan dan diawasi oleh ICRC. Proses terakhir adalah
review, evaluasi dan pembelajaran dari hasil kerja yang di review setiap
tahunnya.80 Di bawah ini merupakan tabel dari proses pembuatan keputusan di
ICRC.
79
ICRC,
ICRC
Decision-Making
Structures,
1
Juli
2014,
https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/icrc-decision-making-structures-030706.htm,
diakses pada 28 Desember 2014.
80
ICRC, Annual Report, 22.
32
Gambar 2.1
Proses Pembuatan Keputusan ICRC
proses dan
analisis
review,
evaluasi dan
pembelajaran
formulasi dan
rencana
implementasi
dan
pengawasan
Sumber: ICRC, Annual Report 2012, 22.
Selanjutnya, pendanaan ICRC berasal dari sumbangan sukarela negara
yang telah meratifikasi Konvensi Jenewa, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
nasional, Organisasi supranasional (seperti European Commission), dan sumber
public dan swasta.81 Sumbangan bagi ICRC dapat dilakukan dalam beberapa
bentuk seperti uang, makanan, barang dan layanan. Bantuan dalam bentuk
makanan dapat berupa beras, minyak, dan lain-lain. Bantuan berupa barang
contohnya, kendaraan, selimut, plastic, terpal, peralatan dapur dan tenda.
Sedangkan bantuan layanan dapat berupa staf ahli.82
81
ICRC, Finances, https://www.icrc.org/en/who-we-are/finances, diakses pada 28
Desember 2014.
82
ICRC, Kenali ICRC, 50.
33
Amerika Serikat menjadi negara pendonor terbesar bagi ICRC pendanaan
ICRC. Negara pendonor terbesar kedua adalah Inggris dan kemudian Swiss.
Secara keseluruhan wilayah Afrika merupakan daerah yang paling banyak
memerlukan bantuan ICRC baik berupa uang, makanan dan barang. RD Kongo
merupakan bagian dari peringkat sepuluh besar negara-negara yang menjadi
tujuan pendanaan ICRC.83
E. Konvensi dan Protokol Internasional tentang anak
Peraturan internasional tentang anak merupakan bagian dari hukum
humaniter internasional. Dimulai dari Konvensi Jenewa yang pertama yang
disusun oleh Henry Dunant hinggga peraturan internasional modern yang ada saat
ini. ICRC sebagai merupakan organisasi yang mengawasi berjalannya hukum
humaniter internasional ini.84
ICRC juga berperan sebagai promoter dan pemelihara hukum humaniter
internasional.
ICRC
memiliki
pelayanan
konsultasi
hukum
humaniter
internasional untuk mendorong negara-negara peratifikasi agar mengadopsi
hukum humaniter kedalam peraturan nasional mereka. Organisasi ini juga
memberikan bantuan teknis kepada negara-negara mengenai undang-undang
untuk menuntut penjahat perang dan melindungi lambang Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah.85
83
David P. Forsythe dan Barbara Ann J.Rieffer-Flanagan, The Interntional Committee of
The Red Cross: A Neutral Humanitarian Actor, (London: Routledge,2007).
84
Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, xix.
85
Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, 149.
34
Guna mewujudkan perlindungan bagi masyarakat dalam situasi konflik
bersenjata maupun situasi kekerasan lainnya ICRC mempromosikan dan
memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.86
Melalui hukum humaniter internasional dan prinsip kemanusian yang tertuang
dalam konvensi dan protokol internasional akhirnya peraturan yang lebih baik
terwujud untuk membatas perekrutan tentara anak dengan batas minimal umur 18
tahun. ICRC, Perhimpunan Nasional dan Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah juga menetapkan bahwa 18 tahun adalah batas usia minimal dari
perekrutan tentara anak.
Selain mengembangkan peraturan hukum humaniter dalam Konvensi
Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I dan II, ICRC juga turut serta sebagai
expert dalam pembuatan draf dari berbagai konvensi dan protokol internasional
menyangkut perlindungan anak.
87
Konvensi dan protokol internasional yang
pertama mengenai anak adalah Konvensi Jenewa 1-4. Pada dua konvensi awal
yaitu Konvensi Jenewa I mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan
Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat dan Konvensi Jenewa II mengenai
Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka, Sakit dan Karam
di Laut belum terdapat aturan khusus mengenai tentara anak. Akan tetapi dalam
Konvensi Jenewa III mengenai Perlakuan Terhadap Tawanan Perang terdapat dua
86
ICRC, The International Committee of the Red Cross‟s (ICRC‟s) confidential
approach, International Review of The Red Cross vol. 94 no. 887 September 2012, 1,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/review/2012/irrc-887-confidentiality.pdf.
Diakses
pada
tanggal 8 November 2013.
87
Alain Aeschlimann, The ICRC says “no” to the recruitment of child soldiers, 06-022007 Statement, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/statement/children-statement060207.htm. Diakses pada 23 Oktober 2014.
35
pasal yaitu pasal 16 dan 49 yang berkaitan dengan anak pada masa perang88.
Pertama adalah pasal 16 yang berisi tentang persamaan perlakuan terhadap
tawanan perang, dan penahan harus memberikan perlakukan sesuai dengan usia
mereka. Kedua adalah pasal 49 mengenai perekrutan buruh tahanan perang harus
memperhatikan usia dan kesehatan fisik mereka. Pada Konvensi Jenewa IV
mengenai Perlindungan Sipil di Masa Perang terdapat lebih banyak pasal yang
berkaitan dengan anak saat perang terutama mengenai hak atas perlindungan
khusus karena kerentanan anak-anak89. Perlindungan khusus ini harus tetap
diberikan bahkan jika mereka berpartisipasi langsung dalam permusuhan.
Selanjutnya hukum humaniter mengenai perlindungan anak terdapat dalam
Protocol Additional To The Geneva Conventions Of 12 August 1949 (Protokol 1
dan II). Protokol I mengenai Perlindungan Korban Konflik Bersenjata
Internasional dan Protokol II mengenai perlindungan Konflik Bersenjata NonInternasional ini telah secara khusus mengatur mengenai tentara anak. Terutama
dengan membuat 15 tahun menjadi batasan minimum dimana mereka dapat
berpartisipasi dalam permusuhan atau direkrut menjadi tentara anak dengan
larangan hukuman mati bagi anak-anak di bawah usia 18 tahun yang didakwa
karena terlibat dalam kejahatan perang.
“The Parties to the conflict shall take all feasible measures in
order that children who have not attained the age of fifteen
years do not take a direct part in hostilities and, in particular,
they shall refrain from recruiting them into their armed
forces…” (Protokol Tambahan II Pasal 77).
88
ICRC, Summary Table of IHL Provisions Specifically Aplicable to Children, Januari
2003, 1, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/ang03_04a_tableaudih_total_logo.pdf. Diakses
pada 23 maret 2014.
89
ICRC, Summary Table of IHL Provisions, 1.
36
(Para pihak yang berkonflik harus mengambil semua langkah
yang layak agar anak-anak yang belum mencapai usia lima
belas tahun tidak mengambil suatu bagian langsung dalam
permusuhan, dan khususnya, mereka harus menahan diri dari
merekrut anak-anak menjadi angkatan bersenjata mereka…).
(terjemahan penulis)
Perlindungan anak secara hukum selanjutnya terdapat dalam Convention
Of The Rights Of Child, 1989. Dalam Konvensi Hak Anak PBB terdapat satu
pasal mengenai keterlibatan anak dalam konflik. Isu ini disebutkan dalam pasal 38
yang memuat berbagai kewajiban negara untuk tidak merekrut anak di bawah 15
tahun dan memberikan perlindungan bagi anak yang terkena dampak konflik
bersenjata. 90
Konvensi Hak Anak 1989 selanjutnya dikembangkan dengan adanya
Optional Protocol to The Convention of The Rights of Child on The Involvement
of Children in Armed Conflict, 2000.Dalam protokol opsional konvensi hak-hak
anak ini terdapat perubahan besar mengenai aturan perekrutan tentara anak.
Karena secara jelas mencantumkan pelarangan terhadap perekrutan tentara anakanak di bawah usia 18 tahun dalam peperangan.91 Pelarangan ini berlaku bagi
kelompok bersenjata dan tentara pemerintah suatu negara. Untuk itu dijelaskan
bahwa negara harus menjamin keamanan dan memperlakukan anak-anak itu
sesuai dengan usia mereka. Semua hal ini tersebutkan dalam pasal 1, pasal 2 dan
pasal 4 pada paragraf pertama.
90
Konvensi
Hak
Anak-Anak,
http://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indonesia_version.pdf. Diakses pada
3 Desember 2013.
91
Kristin Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers: The ICRC Approach,
Refugee Survey Quarterly Vol. 27 no. 4 (2009), 147, http://rsq.oxfordjournals.org/. Diakses pada
tanggal 30 Januari 2014.
37
Peraturan selanjutnya adalah Rome Statute of The International Criminal
Court, 1998. Karena kontribusi besar ICRC dalam setiap konferensi internasional
membawa perkembangan yang baik pada perkembangan hukum internasional
yang berlaku untuk perlindungan anak dalam konflik bersenjata. Pada Statuta
Mahkamah Pidana Internasional pasal 8 Undang-Undang the International
Criminal Court (ICC) menyeebutkan bahwa perekrut tentara anak di bawah usia
15 ditetapkan sebagai penjahat perang92. Selanjutnya, dalam Paris Principles and
Paris Commitment,2007, juga mengatur mengenai batas minimal usia tentara anak
yaitu 18 tahun. Dan mengharuskan untuk selalu mengupayakan pembebasan
bersyarat anak-anak dari angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata setiap saat
bahkan saat konflik93.
Sebagai pengawas berjalannya hukum humaniter internasional, ICRC
berupaya agar Konvensi Jenewa dan konvensi selanjutnya dihormati serta
dijalankan.94 Perekrutan tentara anak merupakan pelanggaran dari hukum
humaniter internasional. ICRC berhak untuk melakukan tindakan yang diperlukan
selama konflik terjadi untuk melindungi warga sipil termasuk anak-anak sesuai
dengan ketentuan konvensi Jenewa.95
92
Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers, 147.
The
Paris
Principles,
February
2007,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/paris-principles-commitments-300107.htm.
Diakses pada 28 Mei 2014 dari.
94
Ambarwati dkk, xix.
95
Ambarwati dkk, 154.
93
38
F. Peran ICRC terhadap Korban Anak-Anak
ICRC menjalankan perannya di lapangan menggunakan empat pendekatan
dengan strategi menyeluruh setelah menganalisis situasi yang ada. Agar secara
langsung ataupun tidak langsung, dalam jangka pendek, menengah, atau panjang,
dapat memastikan penghormatan terhadap kehidupan, martabat, dan kesejahteraan
fisik serta mental para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain96.
Empat pendekatan tersebut adalah: pendekatan perlindungan, pendekatan bantuan,
pendekatan pencegahan dan pendekatan kerjasama. 97
Pendekatan perlindungan dilancarkan untuk melindungi kehidupan dan
martabat para korban termasuk anak-anak dalam konflik bersenjata dan situasi
kekerasan lain. program-programnya antara lain adalah membantu unacompanied
children dan separated children melalui program pemulihan hubungan keluarga.
ICRC bekerja dengan pemerintah atau organisasi terkait untuk membantu
pencarian orang hilang bagi anak-anak yang ditinggal ayah mereka. Sebagai
upaya mengatasi tahanan anak atau anak yang mendampingi orang tua mereka di
tahanan (lebih banyak kaum ibu) ICRC memberikan perlindungan kepada mereka
agar kebutuhan mereka terjamin. Organisasi ini juga memberikan jaminan kepada
anak-anak berupa membuka saluran komunikasi dengan keluarga yang terpisah
dan memberikan jaminan pendidikan kepada mereka.98
Untuk membantu korban konflik bersenjata dan korban situasi kekerasan
lain digunakan pendekatan bantuan. Pendekatan bantuan ICRC menargetkan
96
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 14.
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 14-16.
98
ICRC, Annual Report 2010, 43.
97
39
bantuan terhadap populasi masyarakat, dengan cara meberikan bantuan ekonomi
kepada anak-anak atau keluarga anak-anak tersebut. Bantuan itu berupa makanan,
peralatan rumah tangga, lapangan pekerjaan bagi anak-anak yang harus menjadi
kepala keluarga, bantuan air bersih dan fasilitas kesehatan yang memadai.
Bantuan bagi anak-anak yang menjadi tahanan biasa tergantung pada kebutuhan
mereka seperti pakaian, pendidikan dan rekreasi, kesehatan dan lain-lain.
Pendekatan bantuan juga diberikan peda yang terluka dan sakit dengan cara
memberikan perawatan kesehatan yang diprioritaskan pada anak-anak, juga
rehabilitasi fisik bagi anak-anak seperti kursi roda dan tongkat.99
Sebagai upaya untuk mencegah penderitaan dengan mempromosikan,
memperkuat, dan mengembangkan Hukum Humaniter Internasional dan prinsipprinsip kemanusiaan universal digunakan pendekatan pencegahan. Pendekatan
pencegahan menargetkan pada otoritas politik, diplomat dan militer, juga pada
angkatan bersenjata, pemangku bersenjata lain dan civil society (seperti media,
sekolah, universitas, dan NGO) selalu menekankan pada pentingnya sadar pada
anak-anak yang membutuhkan perlindungan lebih dan mencegah dari perekrutan
tentara anak atau penggunakan anak-anak 100
Untuk mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan bantuan kemanusiaan
internasional yang dilakukan Gerakan dalam konflik bersenjata dan situasi
kekerasan lain digunakan pendekatan kerja sama. Pendekatan kerjasama
dilakukan dengan national societies untuk mendorong penguatan masyarakat.
99
ICRC, Annual Report 2010, 44.
ICRC, Annual Report 2010, 45.
100
40
ICRC juga mendorong pembangunan National Society, pertolongan pertama dan
kapasitas persiapan darurat agar dapat cepat merespon kebutuhan dari anak-anak
dalam konflik bersenjata atau situasi kekerasan lainnya. ICRC juga mendukung
program kepemudaan agar pemuda dapat mempelajari mengenai nilai-nilai hukum
humaniter dan bekerja dalam bidang kemanusiaan dalam negara mereka
sendiri.101
Masing-masing pendekatan mempunyai strategi implementasinya sendiri.
Strategi implementasi ini menggabungkan berbagai kegiatan dari keempat
program yang diuraikan secara rinci dalam alat perencanaan tahunan yaitu
program perlindungan, bantuan, pencegahan dan kerja sama. Menggabungkan
kegiatan merupakan hal yang sangat penting, ICRC terikat kewajiban untuk
memanfaatkan semua sarana yang ada padanya sesuai dengan situasi, prioritas
serta tujuan yang telah diidentifikasi102.
ICRC mengakui bahwa anak-anak tidak hanya mewakili segmen besar dari
populasi masyarakat tetapi juga lebih rentan daripada orang dewasa. Meskipun
perlindungan terhadap mereka telah diberikan oleh hukum nasional dan
internasional, tetapi anak-anak tetap menjadi penerima manfaat utama dari
program pendekatan pencegahanan, perlindungan dan bantuan ICRC di seluruh
101
102
ICRC, Annual Report 2010, 47.
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 16-17.
41
dunia103. Di bawah ini terdapat tabel yang menjelasan kategori anak-anak yang
menjadi korban atau terlibat dalam konflik104:
Tabel 2.2.
Kategori anak dalam konflik.
Anak
Anak adalah setiap orang di bawah usia 18 tahun, kecuali di bawah
hukum yang berlaku kedewasaan di capai lebih awal
Separated Children
Separatd Children adalah anak yang terpisah dari kedua orang tuanya
atau dari walinya, tetapi tidak terpisah dari kerabat lainnya. Karena
mungkin saja anak yang terpisah dengan orang tuanya itu masih
didampingi oleh anggota keluarga dewasa lainnya.
Unacompanied
Childern
Unacompanied children atau unaccompanied minor, adalah anakanak tanpa pendamping yang telah terpisah dari orang tua dan kerabat
lainnya sejak awal dan tidak sedang dirawat oleh orang dewasa yang
oleh hukum atau kebiasaan bertanggung jawab untuk melakukannya.
Anak-anak yang terlibat
langsung
dengan
kelompok atau angkatan
bersenjata
Seorang anak yang berhubungan atau terlibat langsung dengan
kekuatan bersenjata atau kelompok bersenjata adalah setiap orang di
bawah 18 tahun yang sedang atau telah di rekrut atau digunakan oleh
angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata menjadi pejuang, koki,
kuli, utusan, mata-mata atau tujuan seksual dan lain-lain. Kategori ini
mempromosikan ide bahwa semua anak yang berhubungan dengan
angkatan dan kelompok bersenjata harus berhenti terkait dan harus
mendapatkan manfaat dari pelucutan senjata, demobilisasi dan
reintegrasi, terlepas dari peran mereka dengan aktor bersenjata.
Sumber: ICRC Annual Report 2012, h. 36.
103
ICRC, Annual Repport 2012, Annex 3: The ICRC Oprational Approach to Childern,
35, www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annual-report-2012.pdf. Diakses 21 Oktober
2013.
104
ICRC, Annual Repport 2012,36.
42
G. Peran ICRC di Beberapa Negara
Peran ICRC pada anak-anak merata dilakukan di semua negara. Akan
tetapi terdapat beberapa negara yang rawan perekrutan tentara anak terutama di
daerah Afrika.105 Masalah perekrutan tentara anak merupakan pelanggaran
terhadap hukum humaniter yang harus ditangani. ICRC berperan aktif dalam
program reintegrasi kembali tentara anak baik dengan keluarga maupun
masyarakat. Program-program yang telah di paparkan dalam subbab sebelumnya
merupakan upaya yang dilakukan ICRC di setiap negara yang bekerjasama
dengan organisasi ini.
Diantara program-program tersebut terdapat beberapa program khusus
yang dimiliki ICRC masing-masing negara. Sebagai contoh, Uganda merupakan
salah satu negara yang rawan perekrutan tentara anak karena konflik. LRA
merupakan sebuah kelompok bersenjata yang aktif di daerah Utara Uganda.106
Kelompok bersenjata ini melakukan perekrutan tentara anak, kekerasan seksual
terhadap anak dan berbagai kejahatan lain. Pada tahun 2005 angkatan bersenjata
Uganda berhasil mengusir LRA keluar dari wilayah negara tersebut. Pada
akhirnya LRA kini tersebar di DR Kongo, Republik Afrika Tengah dan Sudan
Selatan.107
105
Elizabeth Flock, Washingtonpost: Child Soldiers Still Used In More Than 25
Countries
Around
The
World,
14
Maret
2012,
http://www.washingtonpost.com/blogs/worldviews/post/child-soldiers-still-used-in-more-than-25countries-around-the-world/2012/03/14/gIQAl2FNCS_blog.html, diakses pada 28 Desember 2014.
106
BBC, Uganda Profile, 21 Mei 2013, http://www.bbc.com/news/world-africa14112297, diakses pada 30 Desember 2014.
107
PBB, General Assembly Security Council: Children And Armed Conflict, Report Of
Secretary
General
A/66/782-S/2012/261
26
April
2012,
12,
43
Perekrutan tentara anak banyak terjadi di wilayah perbatasan Uganda dan
negara lain seperti DR Kongo. Anak-anak yang direkrut dijadikan tentara di
wilayah pendudukan LRA sekarang. Pada tahun 2011 terdapat 3 orang anak dari
Uganda yang di rekrut dan di bawa ke DR Kongo. Selanjutnya antara tahun 20122013 terdapat 9 orang anak Uganda yang direkrut untuk berperang di DR Kongo
oleh LRA.108
Meskipun angka perekrutan anak tidak setinggi yang terjadi di DR Kongo
akan tetapi Uganda memiliki program bantuan pelatihan skill dari ICRC yang
diikuti oleh anak-anak korban konflik termasuk para tentara anak yang di sebut
Life-Planning Skill. Program ini bertujuan untuk meningkatkan skill kerja dari
anak-anak dan pemuda Uganda yang berusia antara 12-25 tahun terutama mantan
tentara anak.109 Program ini dilakukan sebagai salah satu upaya bantuan untuk
meningkatkan kemampuan mereka sehingga tidak menjadikan pekerjaan tentara
sebagai satu-satunya alternatif mata pencarian mereka.
Negara selanjutnya adalah Sierra Leone yang merupakan negara rawan
perekrutan tentara anak. Negara ini mengalami konflik panjang antara tahun 1991
hingga 2002. Konflik ini juga menyebabkan kelompok bersenjata Sierra leone
merekrut anak-anak sebagai tentara. Diperkirakan terdapat 17 ribu anak yang
http://reliefweb.int/report/world/children-and-armed-conflict-report-secretary-generala66782%E2%80%93s2012261, diakses pada 30 Desember 2014.
108
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober 2014, 6,
http://monusco.unmissions.org/LinkClick.aspx?fileticket=DazRcHfpAJo%3D&tabid=10701&mid
=13689&language=en-US. Diakses pada tanggal 11 September 2014.
109
ICRC, Children Affected By Armed Conflict And Other Situation Of Violence, 12.
44
terlibat menjadi tentara selama periode 1991 hingga 2002. Tentara anak yang
direkrut antara usia 6-17 tahun. 110
Untuk mengatasi trauma psikologi para mantan tentara anak, Palang
Merah Sierra Leone dengan bantuan Palang Merah Inggris membuat program
bernama Child Advocacy and Rehabilitation. Salah satu metode yang digunakan
adalah melalui dukungan psikososial seperti konseling individual maupun
berkelompok. Hasil yang didapat adalah setiap tahunnya terdapat sekitar 300 anak
usia 10-18 tahun yang mendaftar untuk mengikuti Program 11 bulan.111
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa ICRC berupaya untuk
meningkatkan taraf hidup anak-anak agar tidak bergabung dengan tentara anak.
selain itu ICRC juga berupaya untuk merehabilitasi dan mengintegrasikan mantan
tentara anak kedalam kehidupan keluarga dan masyarakat kembali.
Uraian bab 2 diatas, menggambarkan mengenai organisasi ICRC. Dimana
ICRC yang merupakan private institution serta memiliki markas besar di Swiss.
Organisasi ini memiliki status sebagai Sui Generis karena menerima pengakuan
sebagai subjek hukum internasional di mata hukum internasional. Terkait
palanggaran terhadap hak anak yaitu perekrutan dan penggunaan anak-anak dalam
peperangan, ICRC sebagai penegak hukum humaniter internasional berperan akrif
dalam upaya mengurangi pelanggaran tersebut. Dengan meminimalisir perekrutan
anak dan melindungi anak-anak diharapkan hak anak dapat terpenuhi dan
110
Jake R. Bright, Sierra Leone 2012: An Alternative perspective on War And Child
Soldiers
in
Africa,
http://www.africa.com/blog/sierra_leone_2012_an_alternative_perspective_on_war_and_child_sol
diers_in_africa/, diakses pada 30 Desember 2014.
111
ICRC, Children Affected by Armed Conflict and Other Situations of Violence, 12.
45
terlaksanakan. Selanjutnya untuk lebih memahami kasus perekrutan tentara anak,
maka pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai perekrutan tentara anak yang
terjadi di RD Kongo.
46
BAB III
PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO
Pada tahun 2013, terdapat 414 kasus konflik politik dimana 45 kasus
diantaranya merupakan konflik kekerasan yang melibatkan peperangan, salah
satunya di negara RD Kongo112. Ketidakstabilan politik ini membawa anak-anak
hidup dan tumbuh dalam situasi yang tidak layak113. Bahkan, anak-anak justru
dijadikan tentara dan sasaran dari kekerasan orang dewasa disekitarnya.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyebab munculnya tentara anak
di RD Kongo yang tidak jauh berakar dari perang yang terjadi di negara itu.
Perekrutan ini selain dilakukan oleh kelompok bersenjata bahkan juga oleh
pemerintah RD Kongo itu sendiri. Oleh karena itu, selanjutnya akan dibahas pula
mengenai alasan dari bergabungnya anak-anak dalam kelompok bersenjata. Baik
secara paksa maupun secara suka rela.
112
The Heidelberg Institute for Internationeal Conflict Research (HIIK), Disputes, NonViolent Crises, Violent Crises, Limited Wars, Wars, Conflict Barometer no. 22 2013, (Jerman:
HIIK 2014) 15.
113
Ketidakstabilan politik yang terjadi di RD Kongo berawal pasca kemerdekaan negara
ini pada tahun 1960. Perdana Menteri Patrice Lumumba menolak mengakui Joseph Kasavu
sebagai Presiden. Gejolak politik antara dua pemimpin ini kemudian dimanfaatkan oleh Joseph
Mobutu. Mobutu melakukan kudeta pada tahun 1965 yang akhirnya membuatnya menjadi
penguasa selama hampir 31 tahun. Selanjutnya pada tahun 1997 Laurent Kabila mengadakan
pemberontakan yang akhirnya membuat perang besar tahun 1998-2003. Pada 2006 ketika pemilu
pertama dilaksanakan beberapa calon presiden merasa tidak puas dengan kemenangan Joseph
Kabila
sebagai
presiden
sehingga
menimbulkan
kerusuhan
baru.
Lihat
http://www.bbc.com/news/world-africa-13286306. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
47
A. Profil RD Kongo
Gambar 3.1.
Peta RD Kongo
Sumber:
http://worldmap.org/maps/prepared/churchstatus/democratic%20republic%20of%20the%20congo/DRC_provinces.jpg
RD Kongo terletak di Afrika Tengah berbatasan dengan Angola, Burundi,
Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Rwanda, Sudan Selatan, Tanzania,
Uganda dan Zambia. Memiliki sumber daya alam seperti Kobalt, tembaga,
nobium, tantalum, minyak bumi, berlian industry dan permata, emas, perak, seng,
mangan, timah, uranium, batubara, air dan kayu. Negara tersebut terdiri dari 11
48
provinsi yaitu: Bandundu, Bas-Congo, Equateur, kasai-Occidental, Kasai oriental,
katangan, Kinshasa, Maniema, Kivu utara, Orientale, dan Kivu Selatan.
B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak Di Kongo
Seperti yang telah dijelaskan dalam uraian terdahulu, perekrutan tentara
anak dimulai dari kondisi politik dan pemerintahan di RD Kongo yang tidak stabil
hingga menimbulkan peperangan. Ketidakstabilan ini bermula dari diberikannya
kemerdekaan terhadap RD Kongo oleh Belgia pada tahun 1960114. Kemerdekaan
yang diberikan kepada negara ini tanpa persiapan lebih matang mengenai
pemerintahan RD Kongo menyebabkan Jenderal Mobutu sebagai pemimpin
militer melakukan pemberontakan. Pemberontakan Mobutu terhadap Presiden
Joseph Kasavu membuatnya berkuasa penuh di negara ini hingga tahun 1980an115.
Usai terjadinya genosida di Rwanda yang melibatkan suku Hutu dan Tutsi,
di tahun 1996116 konflik kedua suku ini melebar ke RD Kongo. Hal ini terjadi
karena suku Hutu Rwanda yang terusir dari negara mereka lari ke daerah
perbatasan antara Rwanda dan RD Kongo di daerah Kivu 117. Hal ini dimanfaatkan
oleh Laurent Desire Kabila, untuk memimpin pemberontakan dengan dukungan
114
ICRC, Our World Views From The Field, Democratic Republic Of The Congo, Opinion
Survey and In-Depth Research, (Geneva: IPSOS, 2009), 8.
115
ICRC, Our World Views From The Field, 8.
116
Genosida di Rwanda ini terjadi pada tahun 1994 yang dilakukan oleh ekstremis etnis
Hutu terhadap etnis Tutsi dan lawan politik mereka. Genosida ini dimulai setelah ditembak
jatuhnya pewawat Presiden Juvenal Habyarimana yang bersuku Hutu. Hanya dalam 100 hari, dari
April hingga Juli 1994 sekitar 800.000 orang telah menjadi korban. Perang ini berakhir setelah
Gerakan Pemberontak Front Patriotik Rwanda yang dipimpin oleh etnis Tutsi masuk kenegara itu
dari Uganda dan mengambil kendali pemerintahan. Lihat Mengenang „Genosida 100 hari‟di
Rwanda, 7 April 2014, m.bbc.co.uk/Indonesia/dunia/2014/04/140407_rwanda_genosida. Diakses
pada 3 Mei 2014.
117
William Mcpheson, Rwanda In Congo: Sixteen Years intervention, 9 Juli 2012,
http://africanarguments.org/2012/07/09/rwanda-in-congo-sixteen-years-of-intervention-bywilliam-macpherson/. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
49
dari suku Tutsi Rwanda dan Uganda118 dan berhasil memasuki Kinshansa, RD
Kongo. Kemudian Kabila memplokamirkan dirinya sebagai Presiden di tahun
1997119.
Pada tahun 1998, grup pemberontakan baru terbentuk dengan dukungan
Rwanda dan Uganda yang telah berbalik melawan Kabila. Perang ini semakin
melebar dengan bergabungnya Zimbabwe, Angola, Namibia dan Chad yang
mendukung Kabila120. Kemudian terjadi perjanjian gencatan senjata antara pihakpihak yang terlibat dalam konflik ditandatangai di Lusaka, Zambia, pada tahun
1999. Selanjutnya PBB membentuk pasukan keamanan yaitu United Nations
Organization Mission in the Democratic Republic of the Congo (Monuc) untuk
mengawasi pengimplementasian dari perjanjian gencatan senjata ini121.
Perjanjian perdamaian antara pihak-pihak yang berkonflik baru benarbenar di tanda tangani pada tahun 2003122. Akan tetapi, peperangan dan konflik
masih terus berlangsung di daerah timur RD Kongo tepatnya Kivu Utara dan
Selatan123. Konflik terjadi akibat perebutan sumberdaya alam yang kaya dan
118
Negara Rwanda dan Uganda memiliki pemerintahan yang dikuasai suku Tutsi
sehingga berkeinginan untuk melindungi suku Tutsi di negara mereka dan di RD Kongo dari para
pemberontak Hutu. Selain itu kedua negara ini juga memiliki keiinginan untuk menguasai RD
Kongo yang memiliki kekayaan alam berlimpah. Francois Misser, DR Congo The North Kivu
Crisis, Januari 2009, http://www.refworld.org/pdfid/4988032e2.pdf. Diakses pada 8 Agustus 2014.
119
ICRC, Our World Views From The Field, 8.
120
Global Issues, Anup Shah, The Democratic Republic of Congo, 21 Agustus 2010,
http://www.globalissues.org/article/87/the-democratic-republic-of-congo. Diakses pada 2 Mei
2014.
121
UN,
MONUC
Background,
www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/monuc/background.shtml. Diakses pada 14 Maret
2014.
122
Donatien Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers in Eastern DRC: Chalanges
and Prospect, Occasional Paper Serries 4, No 2, (Kenya: International Peace Support Training
Center, 2013), 1. http://www.ipstc.org/media/documents/Occasional_Paper_4-2%20.pdf. Diakses
pada 9 Agustus 2014.
123
Peperangan ini mayoritas terjadi di daerah Kivu dimana daerah merupakan basis
beberapa kelompok-kelompok pemberontak seperti Conseil National pour la Defense du Peuple
50
dimiliki oleh negara ini serta konflik bersenjata antara pasukan pemberontak
dengan pasukan pemerintah. Pada akhirnya perekrutan dan penggunaan anak-anak
telah menjadi karakter dari konflik yang masih berlangsung di RD Kongo.
Perekrutan terhadap tentara anak di RD Kongo ini terjadi sejak 1996
ketika perang RD Kongo terjadi. Laurent Kabila merekrut anak-anak guna
melancarkan pemberontakan terhadap Presiden Mobutu.124 Perintah perekrutan
tentara anak di negara ini secara resmi pertama kali muncul dari Presiden Kabila
pada tahun 1998. Kabila memerintahkan tentara RD Kongo untuk merekrut anakanak sebagai kombatan125. Tentara anak-anak ini dalam bahasa Swahili126 disebut
sebagai kodogos yang berarti “anak-anak kecil yang berjuang” 127.
Felix Ndagijimana, pemimpin dari sebuah NGO di RD Kongo bernama
Concert d‟Actions pour Jeunes et Enfants Défavorisés (CAJED) mengaskan
bahwa fenomena perekrutan tentara anak merupakan hal baru di RD Kongo.
Ndagijimana mengatakan bahwa128:
“ It
is something that we had never seen in the country, not even in
the armed groups that operated in the sixties. We have only
witnessed it since the war broke out in 1996” (Ini (perekrutan
tentara anak) adalah sesuatu yang tidak pernah terlihat
sebelumnya di negara ini, bahkan tidak pula dilakukan oleh
kelompok bersenjata yang beroperasi pada tahun 60an. Kami
(CNDP), Forces Democratiques pour la Liberation du Rwanda (FDLR), The Mai-mai, dan Lord‟s
Resistance Army (LRA) sumber: ICRC, Our World Views From The Field, 9.
124
Child Soldier International, Child Soldiers Global Report 2001-Democratic Republic
of The Congo, 2001, http://www.refworld.org/docid/498806012d.html. Diakses pada 17
September 2014.
125
Dora Szuj, Childern in Armed Conflicts, 355.
126
Bahasa Swahili merupakan bahasa yang digunakan oleh beberapa negara di Afrika
yaitu Tanzania, Kenya, Uganda, Rwanda, Burundi, Mozambik, dan RD Kongo.
127
Mark A. Drumbl, Reimagining Child Soldiers in International Law and Policy,(New
York: Oxford University Press, 2012), h. 32.
128
ICRC, DR Congo-Kinshasa: Former Child Soldiers Return to Their Families, 24
September 2007, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2007/congo-kinshasafeature-240907.htm. Diakses pada 23 Juli 2014.
51
mulai menyaksikannya terjadi sejak perang yang dimulai pada
tahun 1996) (terjemahan penulis)
Tindakan Presiden Kabila diikuti oleh kelompok pemberontak ADFL yang
menyertakan kurang lebih 10.000 tentara anak dalam pasukan mereka129.
Kelompok bersenjata yang beraliansi dengan Presiden Kabila seperti RDC-ML
dan Militisi Mai-Mai juga melakukan tindakan serupa. Dalam Child Soldier
Global Report tahun 2004 diperkirakan bahwa anak-anak berusia di bawah 18
tahun hampir setengahnya menjadi anggota angkatan bersenjata kelompok MaiMai130.
Selain pemerintah RD Kongo dan kelompok pemberontak, tentara asing
juga merekrut anak-anak negara itu. Selama perang Kongo tahun 1996-1997
pasukan pemerintah Rwanda menolong pasukan pemerintah RD Kongo dalam
memobilisasi tentara anak131. Hal ini disebabkan kelompok pemberontak Rwanda,
FDLR, mengalami kesulitan ketika merekrut dan mengontrol orang dewasa,
sehingga mereka beralih ke anak-anak.
Berdasarkan pada laporan PBB tahun 2013 mengenai anak-anak dan
konflik di RD Kongo, sekitar 1200 tentara anak telah direkrut oleh berbagai
macam kelompok bersenjata132. Konflik yang masih berlanjut di Timur RD
129
Sarah K. Lischer, War, Displacement, and the Recruitment of Child Soldiers in the
Democratic
Republic
of
Congo,
April
2006,
16.
http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/28058/ipublicationdocument_singledocument/45e
17691-dac4-424c-ba8f-05d877e82939/en/2006_4_War_Displacement.pdf. Diakses pada 23 Juni
2014.
130
Lischer, War, Displacement, and the Recruitment, 16.
131
Lischer, War, Displacement, and the Recruitment, 17.
132
Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers,1.
52
Kongo ini menyebabkan terpisahnya jaringan keluarga, sehingga membuat anakanak lebih mudah direkrut menjadi tentara anak.
C. Angkatan Bersenjata Yang Merekrut Tentara Anak
Akibat dari konflik yang berkepanjangan di RD Kongo perekrutan
terhadap tentara anak masih terus berlangsung. Konflik berkepanjangan ini terjadi
karena ketidakstabilan politik. Selain dari itu terdapat alasan lain yaitu perebutan
kekuasaan terhadap sumberdaya alam di RD Kongo yang melimpah ruah133.
Menurut perkiraan MONUSCO pada periode tahun 2009-2013 berbagai
kelompok bersenjata dan angkatan bersenjata pemerintah telah merekrut sekitar
5.505 orang anak134. Adapun usia anak yang direkrut berkisar antara 6 hingga 12
tahun135. Adapun kelompok bersenjata yang merekrut tentara anak adalah:
1. Forces Democratiques de Liberation du Rwanda (FDLR)
FDLR mulai menjadi grup yang terorganisir dimulai antara tahun
1996-1999. Kelompok ini berada di bawah kepemimpinan Silvestre
Mudachumura, dengan mayoritas beranggotakan mantan kombatan
Interahamwe Hutu yang bertanggung jawab atas genosida suku Tutsi
di Rwanda 1994136. Antara tahun 2012-2013 kelompok ini telah
merekrut 136 anak laki-laki dan 1 anak perempuan dengan umur antara
133
Anup Shah, The Democratic Republic of Congo.
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24.
135
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24.
136
IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East, Humanitarian News and
Analysis, 15 Juni 2010, http://www.irinnews.org/report/89494/drc-who-s-who-among-armedgroups-in-the-east. Diakses pada 16 Mei 2014.
134
53
9-17 tahun. Mereka di rekrut ketika berada di jalan, di pasar, saat
pulang sekolah, bahkan saat di dalam sekolah. Anak-anak ini
mayoritas di gunakan untuk menjadi tentara anak, sisanya untuk
menjadi pengantar pesan, mata-mata, tukang masak atau pelayan
sex137.
2. Mouvement du 23 Mars (M23)
M23 merupakan kelompok bersenjata yang baru di bentuk pada 6 Mei
2012 di Rutshuru, RD Kongo, oleh Jenderal angkatan bersenjata
pemerintah RD Kongo yang bernama Bosco Ntaganda. M23 kemudian
bergabung dengan Congres National Pour La Defense du Peuple
(CNDP) dan Patriotes Resistant Congolais (PARECO) di bawah
pimpinan Ntaganda.138 Antara tahun 2012-2013 M23 telah menculik
124 anak. Tidak berbeda jauh seperti FDLR, anak-anak di kelompok
ini di jadikan kombatan, pembawa senjata dan mata-mata.
3. Lord‟s Resistance Army (LRA)
Kelompok bersenjata LRA di dirikan oleh Joseph Kony di Uganda
Utara 1987, yang kemudian pada tahun 2005 LRA masuk ke RD
Kongo139. Pada tahun 2011 LRA menculik 124 anak, 59 dari mereka
merupakan perempuan. Menurut data MONUSCO, LRA menculik 33
orang anak di periode tahun 2012-2013. Hingga saat ini LRA masih
137
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 11.
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 14.
139
IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East.
138
54
aktif melakukan penculikan dan penyiksaan terhadap masyarakat
sekitar. 140
4. Kelompok Bersenjata Mai-Mai
Kelompok bersenjata Mai-Mai merupakan kelompok bersenjata yang
bergabung bersama-sama karena suatu kesamaan. Kelompok Mai-Mai
biasa berkumpul di Lubumbashi, RD Kongo, tetapi lebih sering
beroperasi dengan kelompok-kelompok kecil dan meneror desa.141
Biasanya kelompok Mai-Mai lebih dikenal dengan nama pemimpin
mereka. Beberapa kelompok besar dari kategori kelompok Mai-Mai ini
adalah Congolese Resistance Patriots (Pareco) dan Aliance of Patriots
for a Free and Sovereign Congo (APCLS).142 Kelompok Pareco pada
periode tahun 2012-2013 telah merekrut 30 orang anak kedalam
angkatan bersenjata mereka. dari 996 anak yang terekrut tahun 20122013 terdapat 316 anak di rekrut oleh kelompok bersenjata Mai-Mai,
APCLS, dan beberapa kelompok kecil lainnya143.
140
Amnesty International, Amnesty International Annual Report 2013 – Democratic
Republic of The Congo, 23 may 2013, 2, http://www.refworld.org/docid/519f51a561.html. Diakses
pada 10 Maret 2014.
141
Andrew McGregor, New Offensive Expected Against Mai-Mai Militias in MineralRich
Katanga,
Jamestown
Foundation,
4
April
2014,
http://www.refworld.org/docid/534f99be4.html. Diakses pada 17Agustus 2014.
142
IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East.
143
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 6.
55
5. Front for Patriotic Resistance in Ituri (FRPI)
FRPI dilaporkan merekrut 68 anak pada periode tahun 2012-2013.
Kelompok bersenjata ini aktif beroperasi di daerah selatan Ituri, RD
Kongo, Mereka memerangi angkatan bersenjata pemerintah dan
Penjaga Perdamaian PBB. Beberapa mantan pemimpin FRPI
merupakan penjahat perang yang saat ini masih di adili di ICC karena
tindakan kejahatan perang termasuk diantaranya perekrutan anak
sebagai tentara.144
Selain kelima kelompok bersenjata yang telah di sebutkan di atas, masih
banyak terdapat beberapa kelompok bersenjata lain yang melakukan perekrutan
tentara anak di RD Kongo terutama di Provinsi Kivu Utara dan Selatan. Seperti
Rayia Mutomboki yang pada periode tahun 2012-2013 telah merekrut 98 orang
anak-anak. Selain itu terdapat lebih dari sepuluh kasus perekrutan anak selama
periode tersebut yang juga dilakukan oleh Alied Democratic Forces (ADF),
Forces Democratiques du Congo (FDC) dan Nduma Defence du Congo/Sheka
(NDC/Sheka).145 Selain dari yang telah disebutkan diperkirakan masih terdapat
banyak kelompok bersenjata lain di RD Kongo. Peta dibawah ini menampilkan
pemetaan kekuasaan kelompok bersenjata di RD Kongo sebagai mana berikut:
144
145
IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East.
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 6.
56
Gambar 3.2.
Pemetaan kekuatan kelompok bersenjata di RD Kongo
Sumber: MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, h.22.
Perekrutan tentara anak ini terjadi bukan hanya dilakukan oleh kelompok
bersenjata tetapi juga oleh angkatan bersenjata pemerintah RD Kongo. Pada
tahun 2009, Presiden Kabila mengeluarkan kebijakan untuk mengintegrasikan
kelompok bersenjata ke dalam tentara RD Kongo yang di sebut Forces Armees de
la Republiqe Democratique du Congo (FARDC). Salah satu dari kelompok
bersenjata tersebut adalah kelompok CNDP yang dipimpin oleh Bosco Ntaganda
yang juga akhirnya mendapatkan jabatan dalam tubuh FARDC. Akan tetapi,
57
Ntaganda146 justru melegalkan perekrutan tentara anak. Pada 2009 diketahui
terdapat 154 kasus perekrutan tentara anak yang juga dilakukan kembali pada
tahun 2010.147
Selanjutnya, hingga tahun 2011 angkatan bersenjata pemerintah RD kongo
yang di sebut dengan FARDC ini masih aktif merekrut tentara anak. Kurangnya
kontrol yang efektif terhadap cara perekrutan tentara FARDC, membuat batasan
minimal umur 18 tahun kerap diabaikan.148 Pada tahun 2012 dan 2013 frekuensi
perekrutan tentara anak oleh tentara pemerintah RD Kongo ini telah menurun.
B. Alasan Anak-Anak Bergabung Kedalam Angkatan Bersenjata atau
kelompok Bersenjata
Anak-anak masih memerlukan dukungan tambahan seperti pendidikan,
kesehatan dan keamanan dari orang-orang dewasa disekitarnya. Namun pada saat
konflik antara orang dewasa terjadi, anak-anak justru kerap menjadi korbannya.
Dengan memanfaatkan kepolosan anak-anak, orang dewasa memperbudak atau
memanfaatkan anak-anak tersebut demi tujuan mereka masing-masing. Dalam hal
peperangan, anak-anak dijadikan tentara anak dan sasaran kekerasan lainnya.
146
Setelah menjadi Jenderal di FARDC Bosco Ntaganda mendukung adanya perekrutan
tentara anak. Kemudian pada tahun 2012 Ntaganda mengadakan pemberontakan pada pemerintah
dengan membawa 600 angkatan bersenjata yang setia padanya. Setelah itu ia membentuk
kelompok pemberontak M23 yang membawa RD Kongo pada situasi konflik yang semakin buruk.
Setelah kalah Ntaganda menyerahkan diri dan sekarang berada di den Haag untuk diadili. Data
dapat dilihat di Peny Dale, Profile: Bosco Ntaganda The Confolese Terminator, 18 Maret 2013,
http://www.bbc.com/news/world-africa-17689131.
147
Security Council, Report of the Secretary-General on Children and Armed Conflict in
the Democratic Republic of the Congo, S/2014/453, 30 juni 2014, 3,
http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/N1443195.pdf. Diakses pada 30 September
2014.
148
Child Soldier International, Louder than Words: An Agenda for Action to end State
Use of child Soldiers (United Kingdom: Oxuniprint, 2012), 112.
58
Akan tetapi ternyata akibat tumbuh dilingkungan yang penuh konflik beberapa
anak-anak cenderung memilih sendiri untuk bergabung dengan angkatan
bersenjata.
Beberapa kelompok bersenjata menyatakan bahwa anak-anak lebih mudah
(melalui paksaan, intimidasi atau persuasi) untuk di rekrut dari pada orang
dewasa149. Selain itu loyalitas dan partisipasi anak-anak lebih mudah untuk di
pertahankan. Dengan berbagai macam faktor seperti kemiskinan, pendidikan,
pengungsi, kamp pengungsian yang dimasuki oleh kelompok bersenjata
(militerisasi), identitas agama atau etnis, tidak adanya keluarga, atau desakan dari
keluarga, serta ajakan teman-teman membuat anak-anak rela menjadi tentara.
Perekrutan tentara anak yang dilakukan oleh pemerintah RD Kongo dan
kelompok bersenjata ini memiliki beberapa alasan lain. Pihak pemerintah RD
Kongo pada masa Laurent Kabila mengeluarkan perintah resmi untuk merekrut
tentara anak. Hal ini dikarenakan beberapa alasan seperti anak-anak merupakan
tentara yang tidak takut berperang sehingga kerap diletakan di baris depan
pasukan. Selain itu, anak-anak lebih mudah untuk diatur dari pada orang
dewasa150.
Senada dengan pendapat pemerintah RD Kongo seorang pemberontak dari
negara tersebut menyatakan bahwa ada 3 alasan utama mengapa anak-anak dapat
menjadi tentara yang bagus yaitu; mereka menaati perintah, mereka tidak perlu
khawatir untuk kembali bersama istri atau keluarga dan mereka tidak kenal
149
Jens Christopher dan Scott Gates, Recruiting Children for Armed Conflict, 78, dalam
Scott Gates dan Simon Reich, ed, Child Soldiers in the Age of Fractured States (USA: University
of pittsburg Press, 2009).
150
Lischer, War, Displacement, and the Recruitment, 17.
59
takut151. Alasan pertama anak-anak bergabung kedalam angkatan bersenjata
adalah karena mereka bergabung secara suka rela.
Dalam kasus perekrutan tentara anak, tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagian anak-anak memilih dengan suka rela bergabung dengan angkatan
bersenjata atau kelompok bersenjata di sekitarnya. Terdapat lima faktor utama
yang mendorong anak-anak untuk bergabung dengan angkatan bersenjata atau
kelompok bersenjata tanpa harus dipaksa. Kelima faktor tersebut adalah: perang,
kemiskinan, pendidikan, pekerjaan dan keluarga152. Tetapi perlu digarisbawahi
bahwa masih ada faktor-faktor minor lain yang mempengaruhi seperti faktor
ideologi, etnisitas, perjuangan untuk kemerdekaan atau melawan tekanan, teman
dan masih banyak alasan lainnya. Hanya saja kelima faktor di atas dianggap lebih
universal dan mencakup faktor-faktor lainnya juga.
Alasan kedua adalah mereka direkrut secara paksa. Terdapat berbagai
faktor yang mendorong perekrutan tentara anak. Sebagian anak secara sadar
bergabung dengan sendirinya kedalam kelompok bersenjata atau angkatan
bersenjata, sedangkan sebagian lainnya secara paksa. Perekrutan secara paksa oleh
kelompok bersenjata dilakukan dengan cara penculikan atau intimidasi agar
bergabung153.
151
Christopher dan Gates, Recruiting Children for Armed Conflict 79.
Rachel Brett, Adolescents Volunteering For Armed Forces or Armed Groups, Current
Issues
and
Comment,
RICR
Desember,
2003,
vol.
85,
No. 852,
859,
www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc_852_brett.pdf. Diakses pada 31 April 2014.
153
UN News Center, Child Recruitment Remains „Endemic‟ in RD kongo, UN Says in
New
Report,
24
Oktober
2013
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=46330#.U677oZR_upB. Diakses pada 24 juni
2014.
152
60
Pola perekrutan tentara anak secara paksa lebih banyak dilakukan karena
kelompok bersenjata ini juga sekaligus menyerang desa-desa kecil. Tahun 2009
terdapat 2.280 kasus perekrutan tentara anak di RD Kongo.. 1.108 kasus di tahun
2010, 767 kasus ditahun 2011, 1.296 kasus di tahun 2012, dan 1.033 di tahun
2013. 70 persen dari kasus perekrutan tentara anak ini terjadi di daerah Kivu Utara
dan
Selatan,
tempat
basis
kekuatan
kelompok
bersenjata
lokal
dan
transnasional.154
Pada periode tahun 2010-2013 terdapat 876 anak yang di culik di RD
Kongo. 60 persen dari penculikan itu dilakukan oleh kelompok bersenjata
transnasional yaitu LRA.155 Selain penculikan modus yang digunakan adalah
penyerang terhadap sekolah dan rumah sakit. Penyerangan ini terjadi di Provinsi
Kivu Utara, Katanga dan Provinsi Oriental. Selama 2010-2013, 180 sekolah dan
83 pusat kesehatan diserang. 47 sekolah hancur, 82 dijarah dan 51 digunakan
sebagai markas. Selanjutnya, 53 pusat kesehatan dijarah,18 dihancurkan sisanya
dijadikan markas.156
Perekrutan tentara anak di daerah perbatasan merupakan salah satu cara
yang juga dilakukan oleh kelompok bersenjata. Di daerah perbatasan antara RD
Kongo, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan dan Uganda kasus seperti ini
sering terjadi terutama karena daerah-daerah ini merupakan wilayah pendudukan
LRA. Pada tahun 2011 LRA melakukan penyerangan di distrik Uele, Provinsi
154
UNSC, Report Of The Secretary – General on Children and Armed Conflict in DRC,
S/2014/453, 30 Juni 2014, 6, http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/N1443195.pdf.
Diakses pada 30 September 2014.
155
UN Security Council, Report of The Secretary, 10.
156
UN Security Council, Report of The Secretary, 10.
61
Oriental. 124 anak dilaporkan di culik dan 39 diantaranya dipaksa menjadi tentara
anak sedangkan sisanya dijadikan pekerja paksa.157
Setelah dipaparkan tentang perekrutan tentara anak di RD Kongo serta
peran ICRC di RD Kongo dalam mengurangi perekrutan tentara anak, kini dapat
dipahami bahwa perekrutan tentara anak di negara ini sangat memprihatinkan.
Hingga saat ini ketika mayoritas anak-anak didunia dapat menikmati pendidikan
dan keamanan, anak-anak di RD Kongo terutama di Provinsi Kivu Utara dan
Selatan harus mengalami ancaman setiap harinya. Minimnya pendidikan, sarana
kesehatan dan kekerasan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari
karena konflik yang masih berlanjut terutama ancaman perekrutan tentara anak
baik secara paksa maupun suka rela. Untuk itu pada bab selanjutnya, akan di
paparkan mengenai analisa Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan
tentara anak di RD Kongo terutama dalam interval waktu 2009-2013.
157
General Assembly Security Council, Report of The Secretary General: Children And
Armed
Conflict,
26
April
2012,
A/66/782-S/2012/261,
http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/Full_Report_4118.pdf, diakses pada 28
Desember 2014.
62
BAB IV
Peran ICRC dalam Upaya Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di RD
Kongo (2009-2013)
Dalam sistem internasional sebuah entitas seperti organisasi internasional
dapat berperan penting. Salah satu contoh yang terlihat adalah ICRC sebagai aktor
independen dalam hubungan internasional mampu menunjukan kapabilitasnya
dalam bidang kemanusiaan158. ICRC mampu memberikan bantuan bagi korban
konflik bersenjata yang tidak mampu dilakukan oleh aktor negara. Sehingga
dalam bab ini akan di bahas mengenai peran ICRC serta efektifitas ICRC sebagai
organisasi internasional yang memiliki status sui generis.
A. Peran ICRC
Dalam bab terdahulu, telah diuraikan mengenai sejarah ICRC. Henry
Dunant membangun organisasi ini dengan tujuan untuk menolong korban konflik
bersenjata, baik itu kombatan yang terluka maupun penduduk sipil tanpa
membeda-bedakan. Karena, pada saat perang Solferino terjadi, terdapat banyak
korban jiwa yang tidak di perdulikan oleh negara yang bertikai (Italia, Perancis
dan Austria) sehingga membutuhkan pertolongan dari pihak lain. 159
Thies dan Andrews (dikutip Harnisc 2011) berpendapat peran adalah
posisi sosial yang dibentuk oleh harapan sendiri (ego) dan harapan orang lain
158
159
Archer, International Organizations, 80.
ICRC, Kenali ICRC, 6.
63
(alter expectation).160 Penulis beranggapan bahwa ICRC dibangun berdasarkan
pada tujuan untuk menolong korban konflik bersenjata yang dapat disebut sebagai
ego. Sementara itu, harapan dari para korban yang membutuhkan pertolongan
merupakan alter expectation. Dengan gabungan keduanya akhirnya membentuk
peran ICRC dalam bidang kemanusiaan yang berjalan hingga saat ini.
Selanjutnya ICRC dianggap sebagai sebuah organisasi yang memiliki
status sui generis yang telah di jelaskan pada bab 2. Status ini diberikan kepada
sebuah entitas yang mampu mengemban hak dan kewajiban. Status sui generis
ICRC ini memiliki ruang lingkup terbatas yaitu hanya pada bidang kemanusiaan
yang dikuatkan dengan Konvensi ICRC (Konvensi Jenewa 1949 dan protokol
tambahannya).161 Hal ini juga sesuai dengan pendapat Harnisc (2011) bahwa role
expectation dari seorang aktor dapat berbeda-beda sesuai dengan ruang
lingkupnya, sehingga membentuk kewajiban yang berbeda pula.162
Peran ICRC sebagai aktor independen berada dalam bidang kemanusiaan.
Tujuan dari organisasi tersebut adalah untuk melindungi kehidupan dan mencegah
penderitian korban konflik bersenjata. Sehingga, kewajiban ICRC adalah
memberikan bantuan dan mengawasi pelaksaan berbagai standar internasional
guna melindungi korban konflik bersenjata yang dalam skipsi ini dikhususkan
pada tentara anak.
160
Harnisc, Role Theory, 7.
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
(Bandung: PT.Alumni, 2003), 101.
162
Harnisc, Role Theory, 8.
161
64
Dalam melaksanakan perannya di RD Kongo, ICRC melakukan kegiatan
dengan berpedoman pada dua hal yaitu pertama dalam lini operasional dan kedua
pengembangan dan promosi hukum humaniter internasional serta prinsip
kemanusiaan.163 Kedua kegiatan tersebut akan dijelaskan selanjutnya.
1. Peran ICRC dalam lini Operasional
Organisasi internasional dapat berperan sebagai aktor independen
yang setara dengan negara dan berfungsi dalam hal operasional. 164 Kegiatan
tersebut adalah program pemulihan hubungan keluarga kembali, program
bantuan ekonomi dan program kerjasama.
Pentingnya program reintegrasi dan pemulihan psikologis ini
dijelaskan dengan kata-kata oleh Leocadie seorang Psikolog yang direkrut
dan dilatih tim Psikologi ICRC di provinsi Oriental, RD Kongo. Leocadies
mengatakan165:
“Helping a child understand what happened to them, and how and
why they are feeling a certain way is, very important. Aside form
listening, the ICRC thaught us some „normalization techniques‟. For
instance, children often do not realize that their very survival is a
great achievement. We remind them of this, how they managed to
survive the wild on their own and get home. We try to restore their
hope and show them that there is a light at the end of the tunnel”
(Menolong anak agar mengerti bahwa apa yang telah terjadi pada
mereka, bagaimana, kenapa mereka merasakan perasaan seperti itu
(tekanan psikologis: mudah marah, mudah lelah atau sensitive
terhadap suara keras), merupakan hal yang penting. Selain dari
mendengarkan, ICRC mengajarkan kami sebuah „teknik
normalisasi‟. Misalnya, anak-anak kerap tidak menyadari bahwa
kelangsungan hidup mereka merupakah sebuah prestasi besar. Kami
mengingatkan mereka tentang ini, tentang bagaimana mereka dapat
bertahan di alam liar (lingkungan kelompok bersenjata yang biasa
163
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8.
Archer, International Organizations, 107.
165
ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery.
164
65
bersembunyi di hutan-hutan) dengan usaha mereka sendiri hingga
pulang kerumah. Kami mencoba untuk mengembalikan harapan dan
memperlihatkan kepada mereka bahwa akan selalu ada cahaya di
ujung sebuah terowongan) (terjemahan penulis)
Program pemulihan hubungan keluarga merupakan bagian dari
pendekatan perlindungan
(protection). Banyak anak-anak yang direkrut
secara paksa oleh kelompok bersenjata hingga harus berpisah dari kedua
orang tua mereka. Tak jarang anak-anak ini harus terpisah selama bertahuntahun. Setelah anak-anak ini berhasil dilepaskan dari kelompok bersenjata,
merupakan hal utama untuk mengembalikan mereka kepada keluarga
masing-masing mantan tentara anak ini.
166
Karena perlindungan terbaik
bagi mereka adalah dalam lindungan orang tua dan keluarga mereka.167
Penyebaran informasi mengenai pencarian keluarga dilakukan
melalui penyiaran radio. Beberapa daerah yang aktif dengan kegiatan radio
adalah desa Banda di Distrik Bas-Uele.168 Selain itu provinsi Kivu juga
memiliki radio dan bulletin yang aktif dalam menyebarkan informasi
mengenai anak-anak yang terpisah dari keluarganya.169 Penyebaran
informasi juga dilakukan dengan menelepon pemerintah daerah atau melalui
internet. Penyebaran informasai melalui internet ini dilakukan melalui situs
166
Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers, 12.
ICRC, RD Congo-Kinshasa: Former Child Soldiers Return To Their Family.
168
ICRC, DR Congo: Healing Memories Trhough Drama
169
ICRC, Democratic Republic of the Congo, ICRC-Bulletin no. 01/2012,
http://reliefweb.int/report/democratic-republic-congo/democratic-republic-congo-%E2%80%93icrc-bulletin-no-012012, diakses pada 27 Desember 2014.
167
66
resmi
dari
program
pemulihan
hubungan
keluarga
yaitu
familylinks.icrc.org.170
Proses pencarian keluarga dari mantan tentara anak membuthkan
waktu yang tidak sebentar. Sehingga mereka harus memperoleh
perlindungan dan dipenuhi kebutuhannya sampai keluarga mereka
ditemukan kembali. ICRC juga meminta bantuan kepada masyarakat agar
menjadi orang tua angkat sementara atau membawa mantan tentara anak
ke penampungan sementara dari Perhimpunan Nasional. Hal ini dilakukan
agar anak-anak yang sedang menunggu ini tidak direkrut kembali oleh
kelompok bersenjata. 171
Di RD Kongo staff ICRC memastikan bahwa orang tua angkat
sementara yang ingin mengasuh para mantan tentara anak dapat memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan.172 Staff ICRC akan datang secara
langsung untuk menyeleksi keluarga angkat ini. Karena keluarga angkat
ini harus paham benar mengenai kondisi psikologis dari para mantan
tentara anak, serta kebutuhan emosi dan fisik anak.
Sementara itu ICRC secara aktif mengunjungi anak-anak di pusat
rehabilitasi dan mewawancarai mereka mengenai kehidupan mereka
sebelum bergabung dengan kelompok bersenjata atau angkatan bersenjata.
Dengan memperoleh data dari mantan tentara anak, ICRC berusaha untuk
170
ICRC, Restoring Family Links, http://familylinks.icrc.org/en/Pages/home.aspx ,
diakses pada 29 Desember 2014.
171
ICRC, Annual Report 2013: Democratic Republic of The Congo, Genewa 2014,42,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annual-report-2013.pdf.
172
DRC; Invisible Wounds And Local Path To Recovery, 10 Oktober 2012,
https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2012/congo-kinshasa-drc-mental-healthfeature-2012-10-10.htm. Diakses pada 18 September 2014.
67
mencari keluarga mereka dan memfasilitasi komunikasi antara keduanya.
Adapun data dari program pemulihkan hubungan keluarga di RD Kongo
selama kurun waktu 2009-2013173 khusus bagi mantan tentara anak adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Tentara Anak Yang Telah Kembali Kepada Keluarganya
Tahun
Tentara anak yang telah kembali
kepada keluarganya
1
2009
916 anak termasuk di dalamnya tentara
anak
2
2010
394 tentara anak
3
2011
339 tentara anak
4
2012
250 tentara anak
5
2013
511 tentara anak
NO
Sumber: Annual report ICRC tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 yang diolah pribadi oleh
penulis.
Langkah selanjutnya yang dilakukan ICRC adalah memantau
keadaaan psikologis mantan tentara anak. Hal ini dikarenakan terdapat
perbedaan psikologis antara mereka dan keluarga serta masyarakat sipil biasa.
Sehingga, staff ICRC di RD Kongo juga memfasilitasi konseling psikologi
guna memberikan dukungan untuk para tentara anak dan juga masyarakat.
173
Data diolah dari ICRC Annual Report, Democratic Republic of the Congo tahun 2009
Diakses dari www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2019.pdf, ICRC
Annual Report tahun 2010 Diakses dari www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annualreport-2010.pdf, ICRC Annual Report tahun 2011 Diakses dari www.icrc.org/eng/assets/files
/annual-report/icrc-annual-report-2011.pdf, ICRC Annual Report tahun 2012 Diakses dari
www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2012.pdf, ICRC Annual Report
tahun 2013 Diakses dari http://www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annual-report2013.pdf.
68
Dukungan psikologis ini selain dilakukan secara langsung dengan asisten
konseling juga dilakukan dengan memanfaatkan radio-radio lokal174. Program
ini berjalan di Desa Kamananga dan Bayakiri setiap hari selama dua minggu
pada tahun 2012.
Para relawan dalam tim Palang Merah Pemulihan Hubungan Keluarga
akan mempersiapkan keluarga mantan tentara anak. Mereka akan
menjelaskan berbagai jenis masalah emosional dan psikologis yang dimiliki
oleh para mantan tentara anak karena kekejaman yang telah mereka alami.
Minimnya pengetahuan dari keluarga mantan tentara anak membuat
kesalahpahaman kerap terjadi, sehingga tindak lanjut dan pendampingan
sangat penting.175
Terdapat program pemulihan psikologis lain diadakan di Desa Banda
dan Dakwa, RD Kongo, yang dimulai pada tahun 2010 dan masih berjalan
hingga saat ini. Desa Banda merupakan salah satu desa yang mengalami
penyerangan parah oleh kelompok LRA pada tahun 2009.176 Sejak September
2011, tim psikologi ICRC telah melatih lebih dari 150 relawan Palang Merah
RD kongo, guru, dan pemimpin agama dan spiritual di desa Doruma, Banda
dan Dakwa, untuk lebih memahami gejala psikologis dan emosional serta
menyesuaikan dengan jenis perawatannya. 177
174
ICRC, Dr Congo: Humanitarian Situation Deteriorates in The Kivus, 25 Mei 2012,
Diakses pada 30 April 2014, dari http://www.icrc.org/eng/resources/documents/update/2012/drcongo-update-2012-05-25.htm.
175
ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery.
176
ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery.
177
ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery.
69
Program lain yang diluncurkan oleh ICRC sebagai upaya untuk
memfasilitasi reunifikasi keluarga dan reintegrasi mantan tentara anak kepada
kehidupan keluarga dan masyarakat mereka yaitu Child Protection Initiative.
Program ini diluncurkan pada tahun 2011 yang dijalankan di 9 Desa di
Provinsi Kivu.178
Salah satu jenis perawatan yang dilakukan oleh ICRC adalah melalui
drama atau pementasan peran. Sejak 2012,179 volunteer dari ICRC RD
Kongo, pemimpin agama dan guru-guru mengerjakan produksi drama dengan
menjelajahi berbagai macam trauma yang kemudian dijadikan tema. Selain
itu terdapat sesi tanya jawab antara masyarakat dan konselor psikologi yang
hadir. Tujuan dari pementasan drama ini adalah agar terjadi perubahan sikap
terhadap korban yang selamat dari konflik. Kegiatan drama ini pula
merupakan keberlanjutan dari program pemulihan psikologis di desa Banda.
Program pemulihan hubungan keluarga dan konseling psikologi,
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga mantan
tentara anak menjadi lebih baik. Apabila kesejahteraan mereka meningkat,
alternatif bergabung dengan kelompok bersenjata atau kelompok bersenjata
sebagai alasan mendapat gaji sebagai pejuang pun akan ditinggalkan.
Program pemulihan hubungan keluarga serta program konseling
psikologi merupakan upaya pemenuhan kembali hak anak yang hilang. Agar
mereka memperoleh perlindungan, keamanan dan kesehatan. Tanpa
178
ICRC, Annual Report 2012,RD Kongo, 124.
ICRC, Democraric Republic of the Congo: “Healing memories” through drama, 26
juni
2014,
https://www.icrc.org/en/document/dr-congo-healing-memories-throughdrama#.VDc9B8J_uO8. Diakses pada 30 September 2014.
179
70
keluarga dan tanpa bantuan orang dewasa (dalam hal ini ICRC), maka
mereka tidak akan dapat menghilangkan trauma yang telah dialami hingga
dewasa nanti. Selain itu dengan kepulangan mereka kepada keluarga, anakanak tersebut diharapkan dapat menikmati melanjutkan pendidikan kembali.
Sejalan dengan proses pemulihan hubungan keluarga maka anakanak biasanya diberi bantuan ekonomi dan kebutuhan peralatan seharihari. Diantara peralatan sehari-hari itu adalah pakaian dan makanan untuk
membantu mengurangi biaya bagi keluarga mereka. Karena, kemiskinan
kerap menjadi sebab utama bagi anak-anak untuk bergabung dengan
kelompok bersenjata atau angkatan bersenjata. ICRC memantau program
dengan mengadakan kunjungan berkala sebagai tindak lanjut dari program
yang diadakan agar kesejahteraan mantan tentara anak meningkat.
Upaya lain yang dilakukan ICRC adalah memberikan anak bantuan
berupa usaha pertanian, pelatihan keterampilan seperti jahit menjahit dan
bantuan lain (lihat tabel 4.2).180 Hal ini dilakukan untuk membantu
meningkatkan mata pencaharian mereka sebab tidak jarang diantara
mereka harus menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah. Selain
mendapatkan tersebut hal lain yang mendapat perhatian ICRC adalah
berkaitan dengan pusat kebersihan seperti kamar mandi dan toilet. Tabel
4.2. dibawah ini menggambarkan bantuan yang di berikan ICRC kepada
mantan tentara anak.
Tabel 4.2.
180
ICRC, Annual Report 2013, 135.
71
Bantuan ICRC terhadap anak (Termasuk mantan tentara anak)
Bantuan
Makanan
2009
84.809
2010
57
2011
12.454
Peralatan rumah tangga
penting
Bantuan pertanian,
veterinary dan inisiatif
micro-ekonomi/input
produktif
Pekerjaan, layanan dan
pelatihan
60.763
7.041
47.160
56.58
3
188.69
9
115.327
--
-
2012
86.03
1
66.69
9
67.94
9
10.48
9
2013
101.31
8
73.845
65.315
12.157
Sumber: ICRC Annual Report, DRC, 2009-2013, dari berbagai sumber yang diolah penulis.
Pada tahun 2013 terdapat 13 tempat fasilitas khusus berbasis
masyarakat yang memfasilitasi reintegrasi anak-anak kedalam kehidupan
keluarga dan membantu mencegah perekrutan anak-anak kembali.181
Pusat fasilitas khusus ini terdapat di Provinsi Kivu Selatan dan Kivu Utara,
karena kedua propinsi tersebut adalah tempat yang paling rawan dalam
perekrutan tentara anak.
Kemudian, dalam melaksanakan perannya untuk mengurangi
perekrutan tentara anak di RD Kongo ICRC melakukan kerjasama dengan
berbagai pihak. Hal ini merupakan pendekatan kerjasama yang dilancarkan
ICRC. Progam utama ICRC dalam mengurangi perekrutan tentara anak
adalah bertindak sebagai fasilitator reintegrasi hubungan keluarga dan
masyarakat. Program tersebut merupakan program Pemulihan Hubungan
Keluarga yang telah di bahas sebelumnya. ICRC memiliki fasilitas seperti
181
ICRC, Annual Report 2013, 137
72
website online bernama familylinks.icrc. org182, juga aktif dalam penyiaran
nama anak-anak yang terpisah dengan keluarganya di radio lokal.183
ICRC RD Kongo juga bekerja sama dengan ICRC dari negara lain
seperti Rwanda dan Uganda.184 Karena letak ketiga negara tersebut yamg
berdekatan banyak kasus perekrutan tentara anak terjadi di daerah
perbatasan dan dibawa ke RD Kongo. Pada 2013 ICRC berhasil membantu
beberapa anak Rwanda yang ada di RD Kongo menghubungi keluarga
mereka berkat siaran radio yang terus mengumumkan nama anak-anak
itu.185
Sementara itu program disarmament (pelucutan senjata) dan
demobilization (pembebasan dari tugas militer) bukanlah dalam kapasitas
kegiatan ICRC. Untuk melaksanakan program ini ICRC bekerja sama
dengan organisasi lain. seperti MONUSCO, The Demobilization and
Reintegration
Commission
(CONADER),
Multy
Country
and
Reintegration Programe (MCRP), UNHCR, UNICEF dan Save The
Children.186 Sebaliknya dalam program reintegration ICRC merupakan
organisasi utama yang fokus dalam program ini.
Masyarakat juga merupakan sasaran dari kerjsama ICRC. Karena
situasi negara yang masih mengalami konflik menjadikan perkembangan
182
ICRC, Reuniting Families Separaties by Conflict and Disaster, 29 Oktober 2010,
http://www.icrc.org/eng/what-we-do/restoring-family-links/overview-reuniting-families.htm.
Diakses pada 3 April 2014.
183
ICRC, Dr Congo: Humanitarian Situation Deteriorates in The Kivus.
184
ICRC, Democratic Republic of The Congo: Growing concern for victims of fighting in
North Kivu, 1 November 2013, https://www.icrc.org/eng//resources/documents/newsrelease/2013/11-01-dr-congo-fighting-north-kivu.htm. Diakses pada tanggal 28 November 2014.
185
ICRC, Anual Report 2013, Rwanda, 189.
186
Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers, 10-14
73
peran ICRC di beberapa daerah terganggu. Seperti di Provinsi Kivu Utara
dan Kivu Selatan, masyarakat berinisiatif bersama ICRC untuk melakukan
kegiatan yang membantu memfasilitasi reintegrasi anak dalam kehidupan
keluarga dan membantu mencegah perekrutan anak-anak berulang lagi. Di
tahun 2013 diadakan acara budaya dan membangun tempat konsultasi
dimana anak-anak dapat bertemu sesama masyarakat dan dapat
mempelajari resiko ketika mereka terjun ke lingkungannya.187
Kristin Barstad seorang Penasehat Perlindungan Anak ICRC
mengatakan bahwa di bawah naungan konvensi Genewa, pihak-pihak yang
terkait seperti negara, PBB, Organisasi internasional di RD Kongo selain
ICRC, masyarakat dan media memiliki kewajiban untuk menciptakan
lingkungan kondusif untuk memenuhi hukum humaniter internasional.188
Sehingga dalam lini operasional terdapat program kerjasama yang ditujukan
kepada semua pihak yang terkait.
Upaya mengurangi perekrutan tentara anak ini bukan hanya menjadi
tanggung jawab ICRC semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab
negara agar dapat menjamin hak setiap warganya tak terkecuali anakanak.189 Disisi lain masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk
melindungi dan mengayomi para mantan tentara anak agar dapat berbaur
dengan lingkungannya kembali.
187
ICRC, Annual report 2013, 135
Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers, 146.
189
Rhona K.M. Smith, Hukum Hah Asasi Manusia, 69.
188
74
2. Peran ICRC dalam pengembangan dan promosi Hukum Humaniter
dan Hak Asasi Manusia.
Archer
(2002)
berpendapat
bahwa
organisasi
internasional
berkontribusi penting menciptakan norma dalam hubungan internasional.190
ICRC merupakan salah satu organisasi internasional tersebut. Hal ini
mengingat bahwa organisasi internasional yang dapat membuat norma atau
peraturan hanyalah merupakan organisasi antar negara seperti PBB. Akan
tetapi, ICRC merupakan organisasi unik dengan status sui generis, yang
juga mengembangkan norma internasional seperti organisasi antar negara
yaitu norma hukum perang atau yang dikenal sebagai hukum humaniter
internasional.
Fungsi ICRC sebagai pembuat norma, juga sebagai pembuat
peraturan. Dalam hubungan internasional sebenarnya tidak terdapat undangundang yang khusus membuat peraturan resmi.191 Akan tetapi dapat
dikatakan bahwa dengan konferensi resmi dan meratifikasi perjanjian antara
negara untuk mematuhi konvensi yang dibuat tersebut, maka peraturan yang
telah dikembangkan akan dianggap sah dan harus diterapkan.
Peraturan pelarangan perekrutan tentara anak ini juga termasuk
dalam konvensi internasional yang dikembangkan ICRC baik dalam
konvensi Jenewa maupun konvensi lain.
190
192
Pada pasal 77 ayat 2 dalam
Archer, International Organizations, 96.
Archer, International Organizations, 102.
192
Alain Aeschlimann, The ICRC says “no” to the recruitment of child soldiers.
191
75
Protocol Additional to The Geneva Conventions 1977193, disebutkan bahwa
anak-anak yang belum berusia 15 tahun tidak diizinkan untuk terlibat
langsung dalam permusuhan atau direkrut sebagai angkatan bersenjata.
Perkembangan yang signifikan terjadi pada konferensi internasional yang
membahas mengenai tentara anak, yaitu pada Paris Principles and Paris
Commitment 2007. Standar internasional ini mengatur bahwa batas minimal
usia tentara anak yaitu 18 tahun.194
Fungsi ICRC sebagai pembuat peraturan menjadikan ICRC juga
berfungsi sebagai penerap peraturan yang telah dibuat. Sehingga ICRC
bertugas melakukan pengawasan penerapan konvensi Genewa dan standar
internasional lainnya di negara yang telah meratifikasinya. 195 Hal menarik
yang perlu diketahui dari RD Kongo termasuk negara yang telah meratifikasi
Konvensi Genewa 1949 dan Konvensi Hak Anak PBB 1989. Tabel 4.3. di
bawah ini menunjukan konvensi dan standar internasional yang telah di
ratifikasi oleh RD Kongo:
193
Protocol Additional to The Geneva Convention of 12 August 1949,
http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/xsp/.ibmmodres/domino/OpenAttachment/applic/ihl/ihl.nsf/
D9E6B6264D7723C3C112563CD002D6CE4/FULLTEXT/AP-I-EN.pdf. Diakses pada tanggal 28
Mei 2014.
194
The Paris Principles, 2007.
195
Archer, International Organizations, 104.
76
Tabel 4.3.
Hukum Internasional mengenai anak yang telah diratifikasi RD Kongo
Hukum Internasional
Konvensi Jenewa 1949
Protokol Tambahan I Mengenai
Perlindungan Terhadap Korban Konflik
Bersenjata Internasional 1977
Konvensi Hak Anak PBB 1989
Protokol Tambahan Mengenai
Keterlibatan Anak dalam Konflik
Bersenjata 2000
Statuta Pengadilan Pidana Internasional
1998
Protokol Tambahan II Mengenai
Perlindungan Terhadap korban Konflik
Bersenjata Non-Internasional 1977
Tanggal meratifikasi
24 Februari 1961
03 juni 1982
28 September 1990
11 November 2001
11 April 2002
12 Desember 2002
Sumber: Sumber diolah pribadi dari Database ICRC 196 dan Watchlist Report h.3197
Suatu
negara
yang telah meratifikasi
standar atau peraturan
internasional konsekuensinya ialah harus menerapkan peraturan tersebut
kedalam undang-undang nasional mereka. Akan tetapi ICRC masih
mengalami tantangan di RD Kongo akibat situasi konflik berkepanjangan
sehingga kerap terjadi pelanggaran. Untuk itu ICRC terus berupaya untuk
menegakkan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional dan hak
asasi manusia dengan program edukasi dan sosialisasi penyebaran peraturanperaturan internasional mengenai tentara anak di RD Kongo.
196
ICRC
database
yang
dapat
dilihat
di
https://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/vwTreatiesByCountrySelected.xsp?xp_countrySelected=CD
197
Watchlist on Children and Armed Conflict, The Impact of Armed Conflict on Children
in The Democratic Republic of Congo (DRC), New York Juni 2003, 3,
http://www.watchlist.org/reports/pdf/dr_congo.report.pdf. Diakses pada tanggal 20 September
2014.
77
Penulis berpendapat bahwa, penghormatan terhadap hukum humaniter
dan hak asasi manusia ditekankan terutama terhadap para angkatan bersenjata
seperti polisi dan tentara. Karena para kombatan tersebut merupakan garda
terdepan RD Kongo untuk menjaga perdamaian dan keamanan di negara
tersebut. Para kombatan harus melaksanakan tugas mereka didasari dengan
sikap kemanusiaan. Oleh karena itu, setiap tahun ICRC mengadakan
pelatihan mengenai penerapan hukum humaniter internasional.
Salah satu pendekatan yang digunakan ICRC untuk mencegah
terjadinya perekrutan tentara anak, adalah melalui penyebaran dan promosi
hukum humaniter internasional kepada angkatan bersenjata pemerintah
maupun kelompok bersenjata. ICRC juga berusaha mengadakan dialog
dengan kelompok bersenjata untuk menegakan prinsip hukum humaniter
dan kemanusiaan.
198
Program tersebut juga merupakan bagian dari fungsi
ICRC dalam hal sosialisasi hukum humaniter internasional dan hak asasi
manusi. Sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat melalui seminar dan
pelatihan di Perguruan Tinggi.
Terdapat banyak peraturan (konvensi dan protokol internasional)
yang harus diketahui oleh pihak-pihak yang berkonflik. Oleh karena itu
ICRC aktif mengadakan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang hukum humaniter dan aturan-aturan mendasar lainnya199. Prinsipprinisp hukum humaniter internasional haruslah dipahami oleh angkatan
bersenjata pemerintah seperti tentara dan polisi. Karena sebagai pasukan
198
199
Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers,146.
Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers,148.
78
negara mereka berkewajiban untuk menjaga kestabilan dan menciptakan
situasi kondusif bagi masyarakat. Non-Kombatan akan sepenuhnya
bergantung pada perlindungan dari kombatan, terutama pasukan
pemerintah.
Di RD Kongo, para staff ICRC selalu berusaha untuk
mempromosikan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional
antara anggota angkatan bersenjata dan anggota berbagai macam
kelompok bersenjata. Para staff ICRC ini kerap dikirim ke daerah-daerah
di setiap provinsi untuk mengadakan pertemuan dengan para pemengang
senjata. ICRC RD Kongo menyatakan bahwa staff ICRC kerap
mengadakan pertemuan dengan perwira militer senior dan komandan
kelompok bersenjata untuk berbicara mengenai kepatuhan tehadap hukum
humaniter200.
Kegiatan ICRC dalam edukasi hukum humaniter terus dilaksanakn
setiap tahunnya. Pada tahun 2009 ICRC mengadakan briefing tentang
hukum humaniter internasional dan akse keamanan nasional yang dihadiri
oleh 2.467 pasukan militer dan polisi di Kinshasa, 1.324 petugas militer
dan polisi di Kivu, 477 dan 603 petinggi tentara di Provinsi Oriental dan
Katanga, dan 95 petugas MONUSCO di Kinshansa dan Kivu. Selanjutnya,
ICRC juga melatih 30 instruktur untuk mengajarkan hukum humaniter
200
ICRC, DRCongo: Removing the Snake Without Breaking The Eggs, 29 Desember
2010, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/dr-congo-feature-ihl-2010-1229.htm. Diakses pada 1 Mei 2014.
79
internasional.Organisasi ini juga mendukung pembuatan film bertema
hukum humaniter internasional dalam bahasa local.201
Pada tahun 2010 kegiatan briefing dan presentasi hukum humaniter
internasional di haridir oleh seluruh jajaran dalam angkatan bersenjata dan
MONUSCO untuk mempelajari hukum humaniter serta pertolongan
pertama pada korban konflik bersenjata. Untuk mengurangi ketidak
lengkapan pendataan masyarakat termasuk anak-anak, ICRC mengadakan
seminar The Management of Human Remains yang dihadiri oleh
perwakilan Kementerian Pertahan RD Kongo, Kementerian Kesehatan dan
anggota Komunitas Nasional. Forum diskusi bersama juga diadakan di
Kivu yang dihadiri perwira militer dan ICRC yang membicarakan
mengenai masalah terkait hukum humaniter.202
Selanjutnya, ditahun 2011 ICRC mengaadakan briefing di lembaga
pelatihan atau di lapangan. Briefing hukum humaniter internasional di
kombinasikan dengan pelatihan pertolongan pertama pada korban konflik
bersenjata. Briefing ini dihadiri oleh lebih dari 5.500 perwira militer. Yang
siap untuk menyebar ke daerah Kivu. Dalam program pelatihan nasional
ICRC bekerjasama dengan para stakeholder keamanan termasuk UNI
Eropa dan MONUSCO. ICRC juga berkoordinasi dengan NGO hak asasi
manusia dan pemimpin masyarakat dalam membuat bahan ajaran yang
disesuaikan untuk mendukung delegasi dalam pelatihan atau pembekalan
kelompok-kelompok tertentu. Di tahun 2011, ICRC bekerjasama dengan
201
202
ICRC, ICRC Annual Report 2009.
ICRC, ICRC Annual Report 2010.
80
Kementerian Pendidikan dan 14 Perguruan Tinggi untuk mempromosikan
hukum humaniter internasional di kalangan muda melalui seminar.203
Pada tahun 2012, briefing hukum humaniter internasional yang
diadakan ICRC dihadiri oleh 7300 kombatan di Kivu dan Provinsi
Oriental. Selanjutnya dalam pelatihan hukum humaniter dan hak asasi
manusia, ICRC berhasil melatih 39 instruktur militer, 43 instruktur pelatih
hukum humaniter dari kantor pusat akademi militer nasional dan 60 polisi
yang mempelajari mengenai integrasi norma-norma hak asasi manusia.204
Selanjutnya pada tahun 2013, ICRC mengadakan briefing khusus
yang berbeda dari tahun sebelumnya. Briefing ini diadakan untuk pejabat
pemerintah, diplomat, perwakilan LSM dan akademisi dari berbagai
provinsi, 100 pejabat senior serta anggota parlemen, dan lebih dari 1500
mahasiswa dan dosen. Hal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya juga
dilakukan ICRC dengan mengadakan kompetisi yang juga turut
mengundang perwakilan tim mahasiswa Rwanda dan Uganda. Kompetisi
ini dimenangkan oleh tim mahasiswa dari Universitas Bukavu dan
Kinshasa.205
Program berkelanjutan yang dilaksanakan di ICRC seperti yang
telah dipaparkan diatas dilakukan untuk terus mengingatkan para
pemangku senjata mengenai kewajiban mereka kepada para korban
khususnya anak-anak. Selain itu bukan hanya para angkatan bersenjata
yang harus selalu di ingatkan, tetapi juga pemerintah dan aktor lain yang
203
ICRC, ICRC Annual Report 2011.
ICRC, ICRC Annual Report 2012.
205
ICRC, ICRC Annual Report 2013.
204
81
berada di RD Kongo. Aktor lain itu seperti organisasi internasional
(UNICEF, UNHCR), MONUSCO, dan Organisasi non-pemerintah lain.206
Program selanjutnya yang dilakukan untuk melindungi anak-anak dari
perekrutan adalah mengadakan dialog dengan kelompok bersenjata Salah satu
karakteristik yang menjadi identitas ICRC adalah bersikap netral,tidak
berpihak dan rahasia dalam melaksanakan tugasnya. Sifat kerahasiaan ICRC
ini harus di hormati oleh negara dan aktor penting lainnya. Pendekatan
kerahasiaan ini diterapkan ketika ICRC mengadakan dialog dengan kelompok
bersenjata. Ketika mengadakan, ICRC tetap menginformasikan kepada
pemerintah bahwa akan terjadi pertemuan dengan kelompok bersenjata.
Namun, keterangan lebih lanjut seperti waktu, tempat dan topik apa yang kan
dibicarakan merupakan suatu rahasia yang tidak di beritahukan kepada
pemerintah.207
Berdialog dengan kelompok bersenjata bukanlah hal yang mudah
dilakukan karena menemukan mereka sangatlah sulit. Sebelum dapat
mengontak suatu kelompok bersenjata, ICRC akan meminta pertolongan
pihak ketiga di lapangan operasional untuk menghubungkan mereka. Selain
dengan cara itu, ICRC biasanya mendapatkan informasi dari tahanan di
rumah detensi. Hal ini karena mengunjungi tahanan merupakan salah satu
program regular ICRC, meskipun begitu menemukan kelompok bersenjata
206
ICRC Annual Report 2011, 141.
Nora Mcgann, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors by Third Party
States: How, When and Why, 30 April 2013, Institute for the Study of Diplomacy, George Town
University, 41, https://isd.georgetown.edu/sites/isd/files/JFD_McGann_ANSA_Paper_NEW.pdf.
Diakses pada tanggal 24 September 2014.
207
82
masih bukanlah hal mudah karena mereka bersembunyi di daerah yang
terpencil.208
Selain dialog secara langsung yang bersifat rahasia, pada tahun 2009
ICRC turut mengundang 287 anggota dari berbagai kelompok bersenjata di
Kivu untuk turut hadir dalam briefing tentang hukum humaniter internasional
dan aksi kemanan nasional.209 Selanjutnya pada tahun 2010, hal serupa
kembali dilaksanakan bagi kelompok-kelompok bersenjata.210
Selain terhadap kelompok bersenjata seperti yang telah disebutkan di
atas, ICRC juga mengadakan dialog dengan angkatan bersenjata pemerintah.
Terutama kepada angkatan bersenjata yang di tugaskan di daerah terpencil
dan daerah rawan konflik seperti di provinsi Kivu. Metode yang digunakan
adalah dengan mengirim staff ICRC seperti para pemuda yang telah melalui
sesi pelatihan hukum humaniter ke daerah konflik. Dialog ini kerap diadakan
di daerah terpencil dan bahkan dalam situasi konflik bersenjata antara
kelompok-kelompok bersenjata di daerah itu.
Seorang staff ICRC di Uvira, RD Kongo, yang juga bertugas untuk
berdialog dengan angkatan bersenjata di daerah terpencil bernama Patient
Masiriki mengatakan bahwa211:
“ICRC staff often encounter senior army officers and commanders of
the armed groups to talk to them about compliance with
humanitarian law. This is a combat zone and we try to have regular
contact with everyone concerned, including civilians. Our neutrality
is well known and understood”.
208
Mcgann, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors, 30.
ICRC Annual Report 2009
210
ICRC Annual Report 2010
211
ICRC, DR Congo: Removing The Snake Without Breaking The Eggs.
209
83
(Staf ICRC sering menghadapi perwira militer dan komandan senior
kelompok bersenjata untuk berbicara dengan mereka tentang
kepatuhan terhadap hukum humaniter. Ini adalah zona tempur dan
kami mencoba untuk memiliki kontak teratur dengan semua orang
yang bersangkutan, termasuk warga sipil. Netralitas kami terkenal
dan dipahami) (Terjemahan penulis)
Sangat penting bagi kelompok bersenjata maupun angkatan bersenjata
pemerintah untuk menerima ICRC dan cara kerja organisasi ini. Sehingga
pembangunan hubungan antara ICRC dan para kombatan secara berkala dapat
terjadi dan terus berkembang agar menjadi kuat. Setelah hubungan dirasa kuat
ICRC akan mulai bernegosiasi dan membuat rekomendasi tentang bagaimana
kelompok bersenjata dan angkatan bersenjata ini seharusnya bersikap
terhadap masyarakat.212
Melalui penekanan prinsip-prinip hukum humaniter diharapkan akan
menciptakan pasukan kelompok bersenjata dan angkatan bersenjata yang
dapat menghormati penduduk sipil terutama anak-anak. Sehingga anak-anak
dapat terhindar dari perekrutan menjadi tentara atau angkatan bersenjata.
Dalam ICRC annual report setiap tahunnya menyebutkan bahwa organisasi
ini selalu berusaha menjaga hubungan dengan segala pihak terutama dengan
kelompok-kelompok bersenjata dan berdialog dengan mereka secara berkala.
Penyebaran hukum humaniter yang bersifat terus menerus dan
menyentuh segala pihak tidak terlepas dari posisi netral ICRC. Dengan
prinsip ini ICRC berhasil menjadi pihak yang mampu masuk dan aktif di
segala lini konflik dan dapat berhubungan dengan pihak manapun. Selain
prinsip netral ICRC juga memiliki prinisip tidak berpihak yang membuat
212
Mcgann, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors, 36.
84
ICRC mampu menjaga hubungan dengan berbagai kelompok bersenjata serta
angkatan bersenjata.
B. Efektifitas Peran ICRC
Efektifitas peran ICRC merupakan proses penampilan peran oleh ICRC
yang pada akhirnya akan memberikan hasil yang baik maupun hasil yang buruk.
Harapan peran (role expectation) dari setiap aktor berbeda-beda. Perbedaan ini
juga dapat dilihat dari identitas, ciri dan karakteristik serta ruang lingkup dari
peran tersebut.213 Peran ICRC pertama dapat ditelaah dari segi karakteristiknya
dalam Hubungan Internasional. ICRC memiliki dua usur karakter yaitu unsur
organisasi non-pemerintah karena didirikan oleh individu (Henry Dunant). Unsur
kedua adalah unsur organisasi antar pemerintah dimana agar fungsi ICRC dapat
terpenuhi negara harus memperlakukan ICRC sama seperti organisasi antar
negara.
Karakterisitik unik ICRC adalah status sui generis. Keuntungan dari status
Sui Generis ini adalah membuat sifat kerahasiaan, netral, tidak berihak dan
independen ICRC diakui baik oleh negara dan aktor lainnya. Delegasi ICRC
berhak untuk tidak bersaksi di pengadilan dan dokumen-dokumen ICRC tidak
dapat diganggu gugat. Hal ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan yang
ingin dibangun oleh ICRC kepada pihak-pihak yang berkonflik agar kerahasiaan
arsip dan informasi mereka tetap terjaga.
213
Harnisc, Role Theory, 8.
85
Status ICRC sebagai sui generis ini diakui oleh RD Kongo yang juga telah
meratifikasi Konvensi Genewa. Sehingga, ICRC berhak melakukan intervensi
khusus yang di sebut “country specific intervention”. Intervensi ini tidak akan
dianggap sebagai sebuah pelanggaran atas kedaulatan sebuah negara. Bentuk
intervensi ini adalah214:
1. ICRC
menargetkan
pemerintah
untuk
meratifikasi
perjanjian
internasional dan untuk memberlakukan penerapannya secara resmi
dalam peraturan negara seperti contohnya adalah Konvensi Genewa.
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan hukum humaniter internasional
para pihak yang berkonflik seperti angkatan bersenjata pemerintah dan
kelompok bersenjata.
3. Komunikasi antara ICRC dengan pihak yang terlibat dalam konflik.
Organisasi ini menjalankan programnya bukan hanya untuk angkatan
bersenjata pemerintah tetapi juga pada kelompok bersenjata dan korban konflik
bersenjata. Dengan sikap netral dan rahasia ICRC mampu membaur diri pada
pihak-pihak yang berkonflik tanpa harus dicurigai. Dalam menjalankan perannya
untuk berdialog, ICRC sangat mengandalkan sifat kerahasiaan dan kenetralan
tersebut agar terus tercipta hubungan baik dan meningkatkan kepercayaan mereka
terhadap ICRC.
214
Steven R. Ratner, Law Promotion Beyond Law Talk: The Red Cross, persuasion and
The Laws of War, The European Journal of International Law Vol: 22 no 02 tahun 2011, 467,
http://ejil.oxfordjournals.org/content/22/2/459.full.pdf. Diakses pada 9 Oktober 2014.
86
Tingkat kepercayaan kelompok bersenjata ini juga di dukung dengan
status ICRC yang bermarkas di Swiss, yaitu sebuah negara yang bersikap netral
dalam hubungan internasional. Kelompok bersenjata kerap merasa curiga terhadap
organisasi non-negara atau organisasi international yang berbasis di Amerika
Serikat, Inggris maupun Perancis.215
Peran ICRC dalam menyebarkan hukum humaniter di RD Kongo berhasil
membuat Pemerintah mempublikasikan Law On The Protection Of The Child
pada tahun 2009 yang dipublikasikan pada jurnal resmi pemerintahan negara
tersebut. Peraturan ini merupakan implementasi dari Konvensi Hak Anak PBB,
1989. Pasal-pasal yang dipublikasikan tersebut menekankan pada Hak Asasi
Manusia dan Hukum Humaniter Internasional, seperti perlindungan terhadap anak
dalam konflik bersenjata.216
Keberhasilan lain yang juga telah di bahas dalam bab ini adalah edukasi
hukum humaniter yang tidak pernah terputus setiap tahunnya. Sehingga terus
memberikan kontribusi kepada angkatan bersenjata dan masyarakat yang paham
akan pelarangan perekrutan tentara anak dan perlindungan terhadap mereka.
Selanjutnya peran ICRC dalam mengurangi perekrutan tentara anak adalah
dengan program pemulihan hubungan keluarga kembali. Program ini terus
berjalan setiap tahunnya dan diiringi dengan program konseling bagi kejiwaan
mantan tentara anak.
215
Ratner, Law Promotion Beyond Law Talk, 467
ICRC, Report And Document: National Implementation Of International
Humanitarian Law, Interntional Review of The Red Cross, Volume 91 No 875 September 2009,
628, https://www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc-875-national-imp-jan-july-ihl.pdf. Diakses
pada 25 November 2014.
216
87
Gambar 4.1.
Bagan Perbandingan jumlah anak-anak yang direkrut dan yang telah ditangani
ICRC
2500
2000
Jumlah anak-anak yang direkrut
1500
Jumlah kasus yang ditangani
ICRC
1000
Jumlah yang telah kembali
kepada keluarganya
500
0
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: MONUSCO: Child Recruitment by Armed Groups in DRC, United Nation Security
Council Reports 2014 dan ICRC Annual Report 2009-2013 yang penulis olah secara pribadi.
Pada tahun 2009 terdapat data perekrutan anak-anak yang masih tinggi.
Karena saat itu peraturan Law On The Protection Of The Child pada tahun 2009
baru saja dijalankan. Kemudian terdapat kemajuan pada tahun tersebut yaitu
penerapan dari hukum-hukum tersebut dan program reintegrasi kelompok
bersenjata kedalam angkatan bersenjata pemerintah (FARDC). Dari kedua
program ini mengantarkan penurunan jumlah perekrutan tentara anak di tahun
2010 dan berlanjut hingga tahun 2011.
Akan tetapi, jumlah perekrutan tentara anak di tahun 2012 agak meningkat
karena terbentuk kelompok pemberonta baru bernama M23 yang juga dipimpin
oleh mantan jenderal FARDC. Sehingga situasi keamanan di RD Kongo kembali
memburuk dan mempengaruhi jalannya program pemulihan hubungan keluarga
kembali. Beruntung pada tahun 2012 kelompok bersenjata ini berhasil di tumpas
88
sehingga dapat membuat proram pemulihan hubungan keluarga meningkat di
tahun 2013. Kemudian juga terjadi penurunan kembali pada angka perekrutan
tentara anak.
Secara keseluruhan penulis berpendapat, bahwa ICRC mampu berperan
aktif dalam mengurangi perekrutan tentara anak. Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa penurunan angka perekrutan tentara anak terjadi karena konflik yang mulai
berkurang dan peran dari organisasi lain (PBB dan MONUSCO). Akan tetapi
ICRC juga membawa keberhasilan tersendiri dalam memberikan kontribusi bagi
berkurangnya angka perekrutan tentara anak.
Selain itu berbagai program yang dilakukan ICRC dalam perannya sebagai
aktor independen merupakan dalam usaha untuk memenuhi dan melindungi hak
asasi anak. Menurut penulis, anak-anak adalah masa depan sebuah bangsa.
Dengan adanya perang dan eksploitasi anak sebagai tentara akan menyebabkan
generasi penerus suatu negara minim pendidikan. Angka kesejahteraan dan
harapan hidup jadi semakin berkurang sehingga RD Kongo menjadi tempat yang
tidak kondusif bagi pertumbuhan anak.
89
BAB V
KESIMPULAN
ICRC merupakan organisasi internasional yang bersifat sui generis karena
mampu mengemban hak dan kewajiban. Dalam sistem internasional ICRC
berperan sebagai aktor independen mengedepankan kegiatannya dalam bantuan
kemanusiaan yang tidak mampu dilakukan oleh negara-negara yang sedang
mengalami konflik. Sehingga dengan mengedepankan perannya sebagai aktor
independen ICRC membantu mengurangi perekrutan tentara anak yang tidak
mampu di kontrol oleh pemerintah RD Kongo.
Sebagaimana yang telah dibahas dalam skripsi ini, bahwa masalah
perekrutan tentara anak di RD Kongo merupakan masalah yang serius karena anak
yang di rekrut sejak tahun 1996 berjumlah ribuan. Perekrutan tentara anak
merupakan salah satu pelanggaran hukum humaniter internasional dan jelas
mengabaikan hak asasi anak. Sebagai badan yang bergerak di bidang
kemanusiaan, ICRC memiliki tanggung jawab pada penegakan peraturan
internasional dan penegakan prinsip kemanusiaan terutama terhadap anak.
Dalam menjalankan kewajibannya ini ICRC memiliki beberapa kegiatan
yang di lakukan untuk mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo,
Kegiatan tersebut adalah, pertama program pemulihan hubungan keluarga diikuti
dengan program konseling psikologi. Kedua program bantuan ekonomi guna
meningkatkan kesejahteraan anak agar mereka terhindar dari keinginan untuk
menjadi tentara demi mendapatkan uang. Ketiga penyebaran hukum humaniter
90
internasional serta prinsip kemanusiaan yang ditujukan pada pihak-pihak terkait,
seperti angkatan bersenjata pemerintah, kelompok bersenjata, juga masyarakat
seperti sosialisasi hukum humaniter di universitas. Keempat kerjasama yang
ditargetkan pada pihak-pihak selain ICRC seperti organisasi internasional (PBB,
MONUSCO, UNICEF dll), Pemerintah RD Kongo, dan masyarakat guna
meningkatkan kerja sama dalam mengurangi perekrutan tentara anak.
Peran ICRC di RD kongo ini juga dapat dilihat melalui dua lini kegiatan.
Lini pertama ialah kegiatan dalam lini operasional yang menurut penulis
mencakup program pemulihan hubungan keluarga, bantuan ekonomi dan
kerjasama. Ketiga program ini dilaksanakan langsung di lapangan dan
menargetkan pihak-pihak yang terkait baik tentara anak dan juga pemerintah
maupun aktor lainnya.
Lini kedua ialah pengembangan dan promosi hukum humaniter
internasional yang khusus mencakup program penyebaran hukum humaniter.
ICRC telah lama di kenal sebagai pengembang hukum humaniter internasional
serta berperan aktif dalam pengembangan standar internasional lain tentang anak
sebagai ahli. Selain itu seperti yang telah di bahas bahwa negara yang telah
meratifikasi peraturan internasional ini wajib untuk menerapkannya. ICRC berhak
untuk mengawasi berjalannya aturan internasional tersebut serta melakukan
tindakan yang diperlukan dalam bantuan kemanusiaan. Di antaranya adalah
mengedukasi angkatan bersenjata pemerintah, berdialog dengan kelompok
bersenjata
dan
mengajarkan
masyarakat
internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan.
91
pentingnya
hukum
humaniter
Kedua lini ini yang membuat peran ICRC di RD Kongo semakin
signifikan karena ICRC bukan hanya membantu para mantan tentara anak tetapi
juga mengarahkan kegiatan mereka pada pelaku perekrutan. ICRC menjalankan
fungsinya sebagai pelaksana operasional kemanusiaan, pembuat peraturan,
pengawas peraturan, penyebar norma dan berperan sebagai agen sosialisasi bagi
prinsip kemanusiaan yang berkaitan tentang perekrutan tentara anak baik dalam
peperangan maupun setelah perang. ICRC sebagai organisasi non-negara juga
mampu mendorong RD Kongo
untuk menerapkan hukum humaniter
internasional dan hak asasi manusia dalam peraturan nasionalnya yaitu Law On
The Protection Of The Child.
Kontribusi ICRC bagi upaya untuk mengurangi perekrutan tentara anak
menunjukan keberhasilan. Tidak dapat dipungkiri bahwa penurunan angka tentara
anak dapat terjadi karena peran aktif seluruh pihak-pihak yang terkait seperti
MONUSCO dan UNICEF. Akan tetapi ICRC mampu memberikan kontribusi
melalui peran dari program-programnya tersendiri.
92
Daftar Pustaka
Buku
Adnan, Abdul Hadi, 2008, Perkembangan Hubungan Internasional Di
Afrika, Bandung: CV.Angkasa.
Ambarwati, Denny Ramadhany, dan Rina Rusman, 2009 Hukum
Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional,
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Atmaja, Mochtar Kusuma dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum
Internasional, Bandung: PT. Alumni.
Bagong, Suyanto dan Sutinah, 2007, Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Barker, J.Craig, 2000, International Law And International Relations:
International Relations for The 21st Century, London: Continuum.
Barnett, Michael, 2010, The International Humanitarian Order, Ingrris:
Routledge.
Beigbeder, 1991, Yves, The Role and Statue of International
Humanitarian Voluntees and Organizations: The Right and Duty in
Humanitarian Assistance, Belanda: Marimus Nijhoff Publisher.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Cassese, Antonio, 2005, Hak Asasi Manusia di Dunia Yang Berubah,
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Child Soldiers International, 2012, Louder Than Worlds: An Agenda for
Action to end State Use of Child Soldiers, United Kingdom:
Oxuniprint.
Christopher, Jens, 2009, dan Scott Gates, Recruiting Children for Armed
Conflict, dalam Scott Gates dan Simon Reich, ed, Child Soldiers in
the Age of Fractured States, USA: University of pittsburg Press.
Archer,Clive, 2001, International Organizations, London: Routledge.
Dunant, Henry, 1959, A Memory Of Solverino, USA: ICRC.
Drumbl, Mark A., 2012, Reimagining Child Soldiers in International Law
and Policy, New York: Oxford University Press.
Forsythe, David P., dan Barbara Ann J.Rieffer-Flanagan, 2007, The
Interntional Committee of The Red Cross: A Neutral Humanitarian
Actor, London: Routledge.
Harnisch, Sebastian, 2011, Role Theory: Operationalization Of Key
Concept,Sebastian Harnisch, Cornelia frank dan Hanns W. Maull
xiv
ed, 2011, Role Theory in International Relations: Aproaches and
Analysis, USA:Routledge.
ICRC, 2009, Kenali ICRC, Jakarta: Delegasi Regional ICRC.
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum
Internasional, Bandung: PT.Alumni.
Lindblom, Anna-Karin, 2005, Non-Governmental Organizations in
International Law, Camridge Studies in International And
Comparative Law (CSICL), USA: Camridge University Press.
Lyman, Linda L., Jane Strachan dan Angeliki Lazaridou, 2012 Shaping
Social Justice Leadership Insights of Women Educators
Worldwide, Marryland: Roman and Littlefield Publisher.
Mas‟oed, Mochtar, 1994, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan
Metodologi, Jakarta:LP3ES.
Semiawan, Conny R, 2008, Metode Penelitian Kualitatif,
Jakarta:Grasindo.
Smith, Rhona K.M. et al, 2008, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta:
PUSHAM UII.
Soulnier, Francoise Bouchet, 2014, The Practical Guide to Humanitarian
Law, Maryland: Rouman and Litlefield.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tomuschat, Christian, 2008, Human Rights; Between Idealism and
Realism, New York: Oxford University Press.
Turner, Thomas, 2007, The Congo Wars: Conflict, Myth and Reality,
London: Zed Book.
Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak ed, 2007, Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah
Skripsi
Rianastashia, Hanan, 2009, Peran UNICEF Dalam Upaya Mengatasi
Perekrutan Serdadu Anak (Child Soldier) Di Wilayah Konflik Studi
Kasus: Sierra Leone.: Skripsi Universitas PembangunanNasional
“Veteran”.Jakara.
Wardhani, Sabrina Kusumah 2013,Peran UNICEF Terhadap Perekrutan
Tentara Anak Pada Konflikdii Sri Lanka Periode 2002-2009.
Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jurnal
xv
Barstad, Kristin, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers: The ICRC
Approach, Refugee Survey Quarterly Vol. 27 no. 4 (2009),
http://rsq.oxfordjournals.org/. Diakses pada tanggal 30 Januari
2014.
Brett, Rachel, Adolescents Volunteering For Armed Forces or Armed
Groups, Current Issues and Comment, RICR Desember, vol. 85,
No.
852,
2003,
www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc_852_brett.pdf.
Diakses
pada 31 April 2014.
ICRC, Report And Document: National Implementation Of International
Humanitarian Law, Interntional Review of The Red Cross, Volume
91
No
875
September
2009,
https://www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc-875-national-impjan-july-ihl.pdf. Diakses pada 25 November 2014.
ICRC, The International Committee of the Red Cross‟s (ICRC‟s)
confidential approach, International Review of The Red Cross vol.
94
no.
887,
September
2012,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/review/2012/irrc-887confidentiality.pdf. Diakses pada tanggal 8 November 2013.
Koenig, Christian, Observer Status For The ICRC at The United Nations:
A Legal Viewpoint, International Review of The Red Cross, No.
280,
28
Februari
1991,
dari
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/article/other/57jnwj.
htm. Diakses pada 18 Mei 2014.
Nduwimana, Donatien, Reintegration of Child Soldiers in Eastern DRC:
Chalanges and Prospect, Occasional Paper Serries 4, No 2,
(Kenya: International Peace Support Training Center, 2013),
http://www.ipstc.org/media/documents/Occasional_Paper_42%20.pdf. Diakses pada 9 Agustus 2014.
Szuj,Dora, Childern in Armed Conflicts- A General Review Of Child
Soldier, Especially in the democratic Republic of The Congo,
Jurnal AARMSVol. 9. No 2 (2010) , Miclos Zrinyi National
Defense
University,
Budapest,
Hunggary
http://www.zmne.hu/aarms/docs/Volume9/Issue2/pdf/12.pdf.
Diakses pada 23 November 2013
Rona, Gabor, The ICRC Priviledge Not to Testify: Confidentiality in
Action, International Review Of The Red Cross no. 845 (Maret
2002),
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5wsd9q.htm#a1
. Diakses pada 18 Mei 2014.
xvi
Ratner, Steven R. Law Promotion Beyond Law Talk: The Red Cross,
persuasion and The Laws of War, The European Journal of
International Law Vol: 22 no 02 tahun 2011, Diakses pada 9
Oktober
2014
dari
http://ejil.oxfordjournals.org/content/22/2/459.full.pdf.
Diakses
pada 9 Oktober 2014.
The Heidelberg Institute for Internationeal Conflict Research, 2014,
Disputes, Non-Violent Crises, Violent Crises, Limited Wars, Wars,
Conflict Barometer no. 22 2013, Jerman: The Heidelberg Institute
for Internationeal Conflict Research (HIIK).
Dokumen
Allain Aeslimann, The ICRC says “no” to the recruitment of child
soldiers,
06-02-2007
Statement,
dapat
dilihat
di
https://www.icrc.org/eng/resources/documents/statement/childrenstatement-060207.htm.
Amnesty International, Amnesty International Annual Report 2013 –
Democratic Republic of The Congo, 23 may 2013,
http://www.refworld.org/docid/519f51a561.html. Diakses pada10
Maret 2014.
Child Soldier International, Child Soldiers Global Report 2001Democratic
Republic
of
The
Congo,
2001,
http://www.refworld.org/docid/498806012d.html. Diakses pada 17
September 2014.
Coalition to stop the Use of Child Soldiers, Democratic Republic of the
Congo (DRC) Briefing Note to the UN Secutiry Council Working
Group On Childern and Armed Conflict, Child-Soldiers.org, 2
Februari
2011,
http://childsoldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596
791.pdf
Convention on the Rights of the Child, 20 November 1989
(http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/Treaty.xsp?action=openDoc
ument&documentId=B92BDC3CAE1B142DC12563CD002D6E8
C).
Francois Misser, DR Congo The North Kivu Crisis, Januari 2009, Diakses
pada
8
Agustus
2014,
dari
http://www.refworld.org/pdfid/4988032e2.pdf.
xvii
Human Right Watch, DR Congo: Humanitarian Crisis Deepens as Peace
process
Falters,
25
September
2008,
http://www.hrw.org/news/2008/09/25/dr-congo-humanitariancrisis-deepens-peace-process-falters, diakses pada 29 Desember
2014.
ICJ, Report of Judgements, Advisory Opinion and Orders: Reparcition for
Injuries in The Service of The United Nations, 11 April 1949,
Layden A.W Sirjhoff‟s Publishing Company, Diakses dari
http://www.icj-cij.org/docket/files/95/7497.pdf
ICRC,
Annual
Report
2009,
Genewa:
ICRC,
2010,
www.icrc.org/eng/assets/files
/annual-report/icrc-annual-report2019.pdf.
ICRC,
Annual
Report
2010,
Genewa:
ICRC,
2011,
www.icrc.org/eng/assets/files
/annual-report/icrc-annual-report2010.pdf.
ICRC,
Annual
Report
2011,
Genewa:
ICRC,
2012,
www.icrc.org/eng/assets/files
/annual-report/icrc-annual-report2011.pdf.
ICRC,
Annual
Report
2012,
Genewa:
ICRC,
2013,
www.icrc.org/eng/assets/files
/annual-report/icrc-annual-report2012.pdf.
ICRC,
Annual
Report
2013,
Genewa:
ICRC,
2014,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annualreport-2013.pdf.
ICRC, Consultation on Performance Benchmarks for Australian Aid, 3
Maret
2014,
http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/internationalcommittee-of-the-red-cross.pdf.
ICRC, Finances, https://www.icrc.org/en/who-we-are/finances, diakses
pada 28 Desember 2014.
ICRC, Misi dan kegiatannya, 19 Juni 2008, http://icrcjakarta.info/wpcontent/uploads/2011/07/0963-The-ICRC-Its-Mission-and-WorkInd.pdf.
ICRC, 2009, Our World Views From The Field, Democratic Republic Of
The Congo, Opinion Survey and In-Depth Research, Geneva:
IPSOS.
ICRC, Summary Table of IHL Provisions Specifically Aplicable to
Children,
Januari
2003,http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/ang03_04a_tableau
dih_total_logo.pdf.
xviii
ICRC, Solferino and The International Committee of The Red Cross, 1
Juni
2010,
dari
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/solferin
o-feature-240609.htm.
ICRC, The ICRC‟s Fundamental Principles Of The Red Cross and Red
Crescent,
1996,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0513.pdf.
ICRC, The ICRC: Its Mission and Work, 4 September 2009,
http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0963.pdf.
Diakses pada 23 November 2014.
ICRC, The ICRC‟s Mandat and Mission, 29 Oktober 2010,
http://www.icrc.org/eng/who-we-are/mandat/overview-icrcmandat-mission.htm.
Jake R. Bright, Sierra Leone 2012: An Alternative perspective on War
And
Child
Soldiers
in
Africa,
http://www.africa.com/blog/sierra_leone_2012_an_alternative_pers
pective_on_war_and_child_soldiers_in_africa/, diakses pada 30
Desember 2014.
Konvensi
Hak
Anak-Anak
http://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indo
nesia_version.pdf.
Mcgann, Nora, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors by
Third Party States: How, When and Why, 30 April 2013, Institute
for the Study of Diplomacy, George Town University,
https://isd.georgetown.edu/sites/isd/files/JFD_McGann_ANSA_Pa
per_NEW.pdf.
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober
2014,
data
http://monusco.unmissions.org/LinkClick.aspx?fileticket=DazRcHf
pAJo%3D&tabid=10701&mid=13689&language=en-US. Diakses
pada tanggal 11 September 2014.
Optional Protocol to the Convention on The Rights of The Child on the
involvement of Children in armed Conflict, 25 May 2000
(http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/Treaty.xsp?documentId=24C
AD49E85523D5941256937002F7220&action=openDocument).
Preamble, Statutes Of The International Red Cross And Red Cressent
Movement, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/statutes-ena5.pdf.
Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and
relating to the Protection of Victims of International Armed
xix
Conflict
Protocol
I
8
June
1977
(http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/1a13044f3bbb5b8ec12563fb
0066f226/8e174bc1926f72fac12563cd00436c73)
Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and
relating to the Protection of Victims of International Armed
Conflict
Protocol
II
8
June
1977
(http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/1a13044f3bbb5b8ec12563fb
0066f226/5cbb47a6753a2b77c12563cd0043a10b).
Rona, Gabor, The ICRC‟s Statues: In A Class of It‟s Own, 17 Februari
2004,
Diakses
pada
18
Mei
2014
dari
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5w9fjy.htm.
Sarah K. Lischer, War, Displacement, and the Recruitment of Child
Soldiers in the Democratic Republic of Congo, April 2006, h. 16.
diakses
pada
23
Juni
2014
dari
http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/28058/ipublication
document_singledocument/45e17691-dac4-424c-ba8f05d877e82939/en/2006_4_War_Displacement.pdf.
UN Security Council, Report of the Secretary-General on Children and
Armed Conflict in the Democratic Republic of the Congo,
S/2014/453,
30
juni
2014,
http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/N1443195.pdf
. Diakses pada 30 September 2014.
PBB, General Assembly Security Council: Children And Armed Conflict,
Report Of Secretary General A/66/782-S/2012/261 26 April 2012,
12, http://reliefweb.int/report/world/children-and-armed-conflictreport-secretary-general-a66782%E2%80%93s2012261,
diakses
pada 30 Desember 2014.
The
Paris
Principles,
Februari
2007,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/parisprinciples-commitments-300107.htm.
Watchlist on Children and Armed Conflict, The Impact of Armed Conflict
on Children in The Democratic Republic of Congo (DRC), New
York,
Juni
2003,
data
http://www.watchlist.org/reports/pdf/dr_congo.report.pdf. Diakses
pada tanggal 20 September 2014.
UN, MONUC Background, diakses pada 14 Maret 2014 dari
www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/monuc/background.sht
ml.
UN, DRC Briefing Note to the UN Security Council Working Group on
Children and Armed Conflict, 3 Februari 2011, http://www.child-
xx
soldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596
791.pdf. Diakses pada 30 September 2014.
Surat Kabar Online
BBC. Congo Forgotten War, 15 Januari 2001. diakses pada 22 November
2013 (http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1102289.stm).
BBC. Mengenang „Genosida 100 hari‟di Rwanda, dimodifikasi terakhir
pada
7
April
2014,
m.bbc.co.uk/Indonesia/dunia/2014/04/140407_rwanda_genosida.
diakses pada 3 Mei 2014.
BBC. PBB Minta Tambahan Pasukan, dimodifikasi terakhir pada tanggal
12
November
2008,
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/081112_drco
ngo.shtml, diakses pada 3 April 2014.
BBC, Profile: DR Congo militia leader Thomas Lubanga, dimodifikasi
terakhir pada tanggal 10 Juli 2012, http://m.bbc.com/news/worlafrika-17358799. diakses pada 21 Mei 2014.
BBC. PBB Bebaskan Anak-Anak Dari Milisi Kongo, domodifikasi terakhir
pada
tanggal
17
Agustus
2013,
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/08/130817_pbb_bebas
kan_tentara_anak.shtml. Diakses pada 20 November 2013.
BBC, Uganda Profile, 21 Mei 2013, http://www.bbc.com/news/worldafrica-14112297, diakses pada 30 Desember 2014.
Elizabeth Flock, Washingtonpost: Child Soldiers Still Used In More Than
25 Countries Around The World, 14 Maret 2012,
http://www.washingtonpost.com/blogs/worldviews/post/childsoldiers-still-used-in-more-than-25-countries-around-theworld/2012/03/14/gIQAl2FNCS_blog.html, diakses pada 28
Desember 2014.
Imogen Foulkes, BBC: UN Warns of Refugee Camp Dangers to Children,
15 September 2010, http://www.bbc.co.uk/news/world-europe11307679. Diakses pada 7 Oktober 2014.
IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East, Humanitarian
News
and
Analysis,
15
Juni
2010,
http://www.irinnews.org/report/89494/drc-who-s-who-amongarmed-groups-in-the-east. Diakses pada 16 Mei 2014.
xxi
Peny Dale, BBC Profile: Bosco Ntaganda The Confolese Terminator, 18
Maret 2013, http://www.bbc.com/news/world-africa-17689131.
William Mcpheson, Rwanda In Congo: Sixteen Years intervention,
dimodifikasi
terakhir
pada
9
Juli
2012,
http://africanarguments.org/2012/07/09/rwanda-in-congo-sixteenyears-of-intervention-by-william-macpherson/.
Diakses
pada
tanggal 8 Agustus 2014.
Website
Andrew McGregor, New Offensive Expected Against Mai-Mai Militias in
Mineral-Rich Katanga, Jamestown Foundation, 4 April 2014,
http://www.refworld.org/docid/534f99be4.html. di akses pada
17Agustus 2014.
Anup Shah, The Democratic Republic of Congo, dimodifikasi terakhir
pada 21 Agustus 2010, http://www.globalissues.org/article/87/thedemocratic-republic-of-congo. Diakses pada 2 Mei 2014.
CIA, The World Fact Book: Democratic Republic of the Congo, diakses
pada
4
Oktober
2014
dari
https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/geos/cg.html
ICRC, Agreement Between ICRC and Switzerland 1993, 20 Januari 2012,
https://www.icrc.org/casebook/doc/case-study/agreement-icrcswitzerland-case-study.htm. Diakses 2 Desember 2014.
ICRC, Democratic Republic of the Congo: “Healing memories” through
drama, 26 juni 2014, https://www.icrc.org/en/document/dr-congohealing-memories-through-drama#.VDc9B8J_uO8. Diakses pada
30 September 2014.
ICRC, DR Congo-Kinshasa: Former Child Soldiers Return to Their
Families, Dimodifikasi terakhir pada, 24 September 2007,
https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2007/congokinshasa-feature-240907.htm. Diakses pada 23 Juli 2014.
ICRC, Democratic Republic of The Congo: Growing concern for victims
of
fighting
in
North
Kivu,
1
November
2013
https://www.icrc.org/eng//resources/documents/newsrelease/2013/11-01-dr-congo-fighting-north-kivu.htm.
Diakses
pada tanggal 28 November 2014.
ICRC, Dr Congo: Humanitarian Situation Deteriorates in The Kivus, 25
Mei
2012,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/update/2012/drcongo-update-2012-05-25.htm. Diakses pada 30 April 2014.
ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery, 10
Oktober
2012,
https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2012/congo-
xxii
kinshasa-drc-mental-health-feature-2012-10-10.htm. Diakses pada
17 September 2014.
ICRC, DR Congo: Removing the Snake Without Breaking The Eggs, 29
Desember
2010,
http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/drcongo-feature-ihl-2010-12-29.htm. Diakses pada 1 Mei 2014.
ICRC. Reuniting Families Separaties by Conflict and Disaster,
dimodikfikasi terakhir pada tanggal 29 Oktober 2010,
http://www.icrc.org/eng/what-we-do/restoring-familylinks/overview-reuniting-families.htm. Diakses pada 3 April 2014.
ICRC. The ICRC in DR Congo, dimodifikasi terakhir pada tanggal 17
November
2013,
http://www.icrc.org/eng/where-wework/africa/congo-kinshasa/index.jsp. Diakses pada 22 November
2013.
UN News Center, Child Recruitment Remains „Endemic‟ in DR Congo,
UN
Says
in
New
Report,
24
Oktober
2013,
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=46330#.U677oZ
R_upB. Diakses pada 24 juni 2014.
xxiii
Lampiran 1 : Peta kantor ICRC di RD Kongo
xxiv
Lampiran 2. Bagan Stuktur Pembuat keputusan ICRC
xxv
Download