faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

advertisement
Handayani, S., “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Tidak Diinginkan.....”
37
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI
KELURAHAN BALECATUR GAMPING SLEMAN
YOGYAKARTA
Sri Handayani*)
ABSTRACT
Background: The changes of era causes Indonesian youth to experience rapid social changes
from traditional society to modern society accompanied by media revolution and technological
development. This paradigm causes sex to be something that is not longer sacred. Teenagers
gain reproductive knowledge from printed Medias and electronic Medias, peers, as well as
social interaction which has unclear truth. This caused the youth interaction pattern to be
free and supported by the availability of facility, thus resulting sexual activity even continue to
sexual relationship. Pre-marital sexual behavior with the low level of teenager’s knowledge
of reproductive health resulted in many bad effect in which one of them is teenagers pregnancy.
The pregnancy is commonly an unwanted pregnancy by teenagers. The occurance of unwanted
pregnancy in teenagers is influenced by several factors such as: family factors, individual
factors, as well as factors from their relation with their peers.
The objection of research was to know the influencing factors of unwanted pregnancy
occurance in teenagers in vilage Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta
Method: The type of research is qualitative research. The subject in this research is the
teenage who experienced KTD which consist of three subjects. The method used to acquire
research subject is by using non probability sampling. The method to collect the data is by
using in-depth interview guides. The media to collect the data is cellular phone.
Result: The family factors that influence KTD upon the respondents are the emotional bonds
in he family is considerably low, the loose parental observation towards respondent’s
interaction, the communication puberty period, sexual activity frequencies, the activeness of
contra septic media (condom). Respondent’s interaction patterns leading to socially-free
interaction.
Conclusion: Some influencing factors than influence the unwanted pregnancy are: family
factors, individual factors, interaction with peers at the same age.
Keywords: Unwanted pregnancy influencing factors, teenage.
PENDAHULUAN
Dewasa ini, remaja Indonesia lebih bertoleransi
terhadap gaya hidup seksual pranikah. Dahulu
remaja terjaga secara kuat oleh sistem keluarga,
adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang
ada, namun, saat ini nilai-nilai tersebut
mengalami pengikisan yang disebabkan oleh
Perubahan zaman menyebabkan remaja
Indonesia mengalami perubahan sosial yang
cepat dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat modern, yang mengubah normanorma, nilai-nilai dan gaya hidup remaja.
*)
STIKes Yogyakarta, Jl. Nitikan Baru No. 69 Yogyakarta.
37
38
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 01, Januari 2016
urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal
ini diikuti pula oleh adanya revolusi media atau
perkembangan teknologi yang terbuka bagi
keragaman gaya hidup dan pilihan karir
(Shaluhiyah, 2006).
Perkembangan teknologi membuat seks
tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral.
Penemuan alat kontrasepsi oleh Amerika
Serikatmemicu revolusi seks ditahun 1960-an.
Paradigma pun berubah. Imbasnya juga dirasakan di Indonesia. Perubahan pandangan
terhadap seksualitas di Indonesia terjadi sejak
awal tahun 1980-an. Hal ini juga mengakibatkan
perubahan dalam perilaku seksual termasuk
dikalangan remaja. Pola pergaulan menjadi
semakin bebas yang didukung oleh fasilitas,
aktivitas seksual bahkan mudah berlanjut
menjadi hubungan seksual (Puguh, 2008).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak sedikit remaja yang telah melakukan perilaku-perilaku seksual dalam berpacaran, mulai dari ciuman, raba-rabaan,
petting dan bahkan sampai melakukan koitus
(hubungan intim). Penelitian yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Jawa Tengah melaporkan
bahwa 6 persen dari pelajar SMP dan SMU di
Jawa Tengah pernah melakukan hubungan seks
sebelum menikah (Acchink, 2008).
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan
bahwa dari 200 juta kehamilan pertahun, 38
persen diantaranya merupakan kehamilan tidak
diinginkan. Dua pertiga perempuan dengan
kehamilan yang tidak diinginkan menghentikan
kehamilan dengan sengaja, 40 persen diantaranya dilakukan tidak aman yang menyumbang
50 persen kematian ibu (Mitrawacana, 2008).
Kehamilan yang tidak diinginkan pada
remaja memiliki berbagai konsekuensi negatif.
Konsekuensi tersebut tidak saja dialami oleh
remaja perempuan yang bersangkutan, tetapi
juga dialami oleh pasangannya, bayi yang
dikandung atau anak yang dilahirkannya, orang
tua dan keluarga remaja serta masyarakat
secara keseluruhan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian menyebutkan bahwa keha-
milan tidak diinginkan (KTD) pada remaja
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor keluarga, faktor individual dan hubungan
teman sebaya (Ginting, 2004).
Hasil diskusi dengan PKBI Sleman dan
observasi yang telah dilakukan bahwa di
kelurahan Balecatur pada tanggal 20 Desember
2014 belum pernah dilakukan penelitian
mengenai kehamilan tidak diinginkan pada
remaja, sehingga data mengenai jumlah remaja
dengan KTD belum diperoleh secara riil.
Seorang petugas Puskesmas Ambar Ketawang
dan kader posyandu RW 46 Perumahan Baleasri,
menyebutkan bahwa kejadian kehamilan diluar
nikah pada remaja juga terjadi di keluarahan
balecatur. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengawasan orang tua terhadap pergaulan para
remaja atau bahkan rasa sayang dan percaya
terhadap remaja yang berlebihan, sehingga
remaja kurang bertanggung jawab terhadap
pergaulannya. Kehamilan yang terjadi pada
remaja di Kelurahan Balecatur umumnya
merupakan kehamilan yang tidak diinginkan
oleh remaja. Remaja dengan KTD berusaha
mengakhiri kehamilannya dengan cara : meminum ramu-ramuan pencahar, mengkonsumsi
buah nanasdengan tujuan agar mengalami
keguguran, bahkan melakukan aktivitas yang
merangsang terjadinya keguguran, seperti
memukul bagian perut, lompat-lompat dan
lain-lain, sebelum memutuskan untuk menikah
diusia yang relatif sangat muda. Ketika remaja
tidak memilih untuk menikah dini, remaja tetap
melanjutkan kehamilannya, namun setelah
bayi lahir, remaja memilih untuk menitipkan
bayi yang dilahirkan ke panti asuhan.
Berdasarkan data tersebut di atas peneliti
tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian kehamilan tidak
diinginkan pada remaja di Keluarahan Balecatur
Gamping Sleman. Penelitian ini betujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadiankehamilan tidak diinginkan (KTD) pada
remaja di Kelurahan Balecatur Gamping
Sleman.
Handayani, S., “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Tidak Diinginkan.....”
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif
kalitatif adalah metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002).
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
remaja yang memenuhi kriteria : remaja yang
mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD)
pada periode 2014 - 2015, pada saat mengalami
kehamilan, remaja berusia dibawah 20 tahun,
dan bersedia menjadi subjek penelitian. Teknik
pengambilan subjek dalam penelitian ini,
menggunakan teknik purposive sampling (Non
Probability Sampling) yaitu teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2007).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan pedoman wawancara yang
berisi pertanyaan terbuka, berhubungan
dengan objek penelitian sehingga pelaksanaan
pengumpulan data dapat berlangsung efisien.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
untuk menggali informasi: faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian KTD pada remaja.
Wawancara ini berlangsung secara alamiah
dalam suasanayang biasa, sedangkan pertanyaan dan jawaban berjalan seperti pembicaraan sehari-hari pandangan subjek tentang
dirinya.Alat penunjang dalam pengumpulan
data adalah menggunakan handphoneuntuk
merekam data saat dilakukan wawancara.
Peneliti melakukan pendekatan terlebih
dahulu kepada lima calon responden. Peneliti
mendapatkan tiga responden yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
bersedia menjadi responden. Wawancara
kepada responden I berlangsung selama 60
menit.Sebelum wawancara direkam, peneliti
melakukan pendekatan terlebih dahulu untuk
mencairkan suasana agar wawancara tidak
tegang dan berjalan dengan baik. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan suami respondendan juga sahabat responden. Tempat
wawancara bebas, sesuai dengan kesepakatan
39
dan keinginan responden. Pertanyaaan yang
diajukan kepada remaja yang mengalami KTD,
dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu :
a)Keluarga: Terkait dengan keterikatan emosi,
pengawasan orang tua, dan komunikasi antar
anggota keluarga, b)Faktor individual : Faktorfaktor yang terkait dengan seksual , dengan
usia pubertas pertama, frekuensi aktivitas
seksual, serta keaktifan penggunaan alat
kontrasepsi, dan c) Hubungan teman sebaya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Semua responden (kode R) menikah
ketika berusia 18 tahun, dan rata-rata tingkat
pendidikan orang tua responden adalah SD.
Responden I menikah setelah melaksanakan
ujian akhir nasional, ijazah terakhir yang
diterima responden II adalah ijazah SD, sedangkan responden III menikah saat duduk dibangku
kelas II SMK.Responden I menggunakan inisial
IM, responden II menggunakan inisial NW,
sedangkan responden III menggunakan inisial
RH. Informan kunci untuk responden I menggunakan sebutan J, informan kunci untuk
responden II menggunakan inisial A, sedangkan
informan kunci untuk responden III menggunakan inisial R.
Berdasarkan hasil penelitian,faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian KTD pada remaja,
dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu :
1 Keluarga
a. Keterikatan emosi dalam keluarga
Pernyataan responden IM :
“Bapak, ibuk tu wonge.. piye yo.. (raut
wajah bingung) gampangan.. nek dari
aku, wes koyo temen wae... gitu..
hubungane karo pacar juga dibolehin..,
Yo.. kayak gitu.. kayak temen aja.. sering
guyonan juga sering ngumpul-ngumpul di
rumah”
Pernyataan responden NW dan MT :
“Orang tuaku jarang meluangkan
waktu untuk berkumpul dan saling
40
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 01, Januari 2016
bercerita apa yang aku rasakan dan
inginkan, bahkan maslah kehidupan dan
seksual pun tidak tersentuh mereka”
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Fox (2004), yang menyatakan
bahwa keluarga mempunyai hubungan yang
erat dengan seksualitas remaja dan resiko
kehamilan remaja, perilaku hubungan
seksual remaja rendah diantara keluarga
dengan karakeristik tingkat keterikatan
emosi yang tinggi, pengawasan orang tua
tinggi dan komunikasi antar anggota keluarga
berlangsung dengan baik.Menurut Yusuf
(2002) keluarga fungsional (normal) yaitu
keluarga yang telah mampu melaksanakan
fungsinya. Keluarga fungsional ditandai
dengan karakteristik : saling memperlihatkan dan mencintai, bersikap terbuka dan
jujur, orang tua mau mendengarkan anak,
menerima perasaannya dan menghargai
pendapatnya, ada sharing masalah atau
pendapat diantara anggota keluarga, mampu
berjuang mengatasi masalah hidupnya,
saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi, orang tua melindungi anak, komunikasi antar anggota keluarga berlangsung
dengan baik, keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilainilai budaya, serta mampu beradaptasi
dengan perubahan yang ada.
b. Pengawasan Orang Tua
Kasus KTD yang terjadi pada para responden sangat dipengaruhi pula oleh pola
pengawasan keluarga.Polapengawasan
dalam keluarga erat kaitannya dengan
adanya peraturan yang mengatur pergaulan
atau perilaku remajanya. Disatu sisi orang
tua memberikan ijin kepada responden
untuk berpacaran, namun disisi lain orang
tua kurang memberikan kontrol terhadap
pergaulan remajanya, khususnya kontrol
orang tua terhadap perilaku seksual saat
berpacaran. Berikut pernyataan responden
saat dilakukan wawancara mengenai diijinkannya responden berpacara seperti yang
dipaparkan oleh MT dan NW:
“Ya..orang tua saya tau.. tau mbak
kalau saya pacaran , kan sering main
kerumah, sering ngobrol sering jalan
bareng..”.
Demikian juga IM menyatakan sebagai
berikut :
“Sebenernya si…saya …nggak pernah
mengenalkan pacar saya ….. nggak bisa
dibilang dikenalin.. cuman kadang pas lagi
jalan,atau menjemput saya sering ketemu
sama ibu maupun bapak atau keluarga
yang lain, merke nggak pernah bertanya
tuh…..”
“Ah.. nggak jugak..ceritane kan aku wis
kenal sama orang tuane. Jadi orang
Tuanedah percaya sama aku.. paling nek
keluar dibilangin, pulangnya jangan
kemaleman... “ora kepenak karo tonggo..”.
Peraturan dalam keluarga bertujuan
untuk mengatur pergaulan remaja serta
mendidik remaja untuk menjadi seorang
yang disiplin, namun dalam keluarga responden tidak ada peraturan yang mengatur
pergaulan responden. Berikut cuplikan hasil
wawancara :
Pola pengawasan yang diterapkan pada
keluarga responden sesuai dengan pola asuh
yang permisif. Stewart dan Koch (1999)
menyatakan bahwa ciri-ciri pola asuh permisif antara lain : orang tua cenderung selalu
memberikan kebebasan pada anak tanpa
memberikan kontrol sama sekali, anak
sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung
jawab, serta anak diberi kebebasan untuk
mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak
banyak mengatur anaknya.
c. Komunikasi Antar Anggota
Keluarga
Ungkapan ke tiga responden dapat
dirangkum sebagai berikut :
“Ya.. nek nggak penting banget yo.. tak
ceritani.. tapi nek penting malah nggak tak
Handayani, S., “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Tidak Diinginkan.....”
ceritani.. misale.. nek lagi ribut gede ma
cowokku, aku nggak cerita, akunggak mau
orang tuaku tau jeleknya pacarku, ntar
malah aku nggak boleh pacaran lagi atau
malah jadi sewot. Tapi nek masalah kecil,
aku ceritain aja.. kayak.. kan meskipun
temen akrab, kadang juga berantem
jugak, lah..nek aku lagi berantem atau
kesel sama temenku.. aku berani cerita.
Jadi hubungan pacarku sama orang tuaku
tetep baik-baik saja. Hehe... na.. paling
ibukku ngasih pendapat.. haruse kayak
gini.. kayak gitu.. macem-macemlah
mbak..”
“Nek masalahe, masalah pribadi antara
aku sama dia…..Dia nggak pernahcerita
Sama orang tuane, paling ketementemennya.. Temennya kan banyak
juga..Tapi nek gek ono (kalau masih ada)
masalah karo kanca-kancane lha...
ceritane sama aku.. Aku juga kenal tementemennya.. akrab juga.. ……Tapi nek
masalahe sama temen, kadang suka cerita
sama ibuknya juga si... Tapi nggak begitu
terbuka nek samaorang tuane...”
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Shaluhiyah, orang tua dan remaja tidak
mau terbuka atau saling berterus terang
tentang seks, karena menganggap bahwa
seks tidak pantas dibicarakan secara terbuka
dimuka umum(Shaluhiyah, 2006).
2 Faktor Individual
a. Usia Pubertas Remaja
Hasil wawancara usia pertama kali
menarche bervariasi antara usia 11 sampai
dengan 13 tahun. Demikian juga dalam
menjalin hubungan yang lebih spesial
dengan teman lawan jenisnya . Responden
NW mengalami masa pubernya jauh lebih
awal dari pada responden IM dan responden
RH. Masa remaja merupakan masa transisi
dari masa anak-anak menuju dewasa, pada
masa ini terjadi perubahan disemua aspek,
khususnya perubahan fisik yang akan
41
mempengaruhi perubahan kehidupan seksualnya.
b. Frekuensi bertemu pacar
Hampir setiap hari responden bertemu
dengan pacar dan menghabiskkan waktunya
hingga malam hari. Hal ini menyebabkan
hubungan responden dengan pacar semakin
romantis dan intim. Keintiman terjadi
karena adanya kontak fisik atau perilaku
seksual yang dilakukan responden saat
pacaran. Berikut pernyataan IM, dan MT
mengenai frekuensi pertemuan dengan
pacar :
“Jujur kalok masalah kegiatan seksual
kami lakukan karena sering bertemu,
bercumbu … jadi karena sering…
pengennya lebih dari itu … ingin lebih
jauh… ya itu.. akhirnya gituan…., nek cerita
seputar ciuman, kelon.. hehe..” apalagi
hampir tiap hari ketemunya...gitu.. “
KESIMPULAN
1. Keluarga sangat mempengaruhi kejadian
KTD pada responden. Adapun faktor keluarga yang sangat mempengaruhi kejadian KTD
pada responden adalah keterikatan emosi
dalam keluarga responden yang rendah,
pengawasan keluarga responden yang lebih
mengarah pada pola asuh orang tua yang
permisif, serta komunikasi diantara keluarga responden yang tidak berjalan dengan
baik dan hanya seputar pendidikan formal.
2. Faktor dari dalam individu yang sangat
mempengaruhi terjadinya KTD pada
responden dapat dilihat dari masa pubertas
pertama, frekuensi aktivitas seksual, serta
keaktifan penggunaan alat kontrasepsi
kondom.
3. Hubungan dengan teman sebaya pada
responden menjadi faktor luar yang sangat
mempengaruhi terjadinya KTD. Teman
sebaya atau sahabat lebih mendomonasi
daripada peran keluarga bagi responden.
42
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 01, Januari 2016
SARAN
1. Untuk keluargadi Kelurahan Balecatur
Gamping Sleman:
Hasilpenelitiandidapatkanbahwakeluarga
sangat mempengaruhi kejadian KTD. Penting bagi keluarga untuk memperhatikan
dan membangunketerikatan emosi positip,
pengawasan keluarga pengawasan keluarga
terhadap remaja, serta meningkatkan
komunikasi diinteraksi inter maupun antara
keluarga.
2. Untukremajadi Kelurahan
GampingSleman:
Balecatur
Remaja dapat membangun diri dan berkegiatan
positif, serta menjaga pergaulan dengan
lawan jenis dari masa pubertas pertama.
Demikian juga, untuk mengakses pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sehingga dapat memiliki pengetahuan, dan
pengendalian diri serta berprilaku yang
sesuai norma agama, kesehatan, dan kultur
budaya yang baik.
3. Untuk tenaga kesehatan dan lembaga
kemasyarakatan:
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan wacana untuk rekomendasi
kebijakan dan program peningkatan pengetahuan dan perilaku remaja dalam mencegah dan menyikapi kejadian KTD.
KEPUSTAKAAN
1. BKKBN, 2000, Buku Pedoman Kebijakan
Teknis Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, Jakarta.
2. Burn, A.A., Lovich, R., Maxwell, J., Shapiro,
K., Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang
Kesehatan, Yayasan Essentia Medica,
Yogyakarta.
3. Ginting.N.C., 2004, Hubungan Fungsi
Keluarga dengan Kejadian Kehamilan Tidak
Diinginkan, Tesis, Pascasarjana, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Ghubaju, B.B., 2002, “Adolescent
Reproduktive Health in Asia”, Asia Pasific
Population Journal, 17 : 97-119.
5. Mahmudah, 2008, Konseling Seksualitas Di
http://
Kalangan
Remaja,
www.indoskripsi.com diambil pada tanggal
22 Mei 2009, Yogyakarta
6. Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rhineka
Cipta, Jakarta.
7. Pekey, Longginus, 2007, Perilaku Seksual
Remaja : http://kbi.gemari.or.id diambil
pada tanggal 22 Desember 2008, Yogyakarta.
8. Perkumpulan
Keluarga
Berencana
Indonesia, 2000, Seksualitas Remaja, PKBI,
Yogyakarta.
9. Rahmawati, 2008, Pemahaman Remaja
terhadap Masalah Seksualitas: http://
seksualitas-remaja.com diambil pada
tanggal 28 Agustus 2008
10. Retnowati, Sofia., 2005, Kiat Sukses
Berkomunikasi dengan Remaja :
www.workshopalamaa.wordpress.com
diambil pada tanggal 6 maret 2009,
Yogyakarta.
11. Reiss, M., Halstead, J.M., 2004, Sex
Education, Alenia Press, Yogyakarta.
12. Rumini.S., Sundari.S., 2004, Perkembangan
Anak dan Remaja, Rhineka Cipta, Jakarta.
13. Santi. M., 2008, Peran Orang Tua dalam
Kejadian Pernikahan Usia Dini pada Remaja
Putri, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta.
14. Sarlito, Wirawan., 2005, Psikologi Remaja,
P.T Raja Gravindi Persada, Jakarta.
15. Sarwono, 2002, Psikologi Remaja, Cetakan
V, P.T Raja Gravindi Persada, Jakarta.
Handayani, S., “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Tidak Diinginkan.....”
16. Shaluhiyah, Z., Ford, N.J., Suryoputro., A.,
2006,”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah:
Implikasinya Terhadap Kebijakan dan
Layanan Kesehatan Seksual dan
Reproduksi”, Journal Makara, Kesehatan X,
(1) : 29-40.
17. Sindhu, 2007, Kehamilan Tidak Diinginkan :
http://dokter-sindhu.blogspot.com
diambil pada tanggal 10 Maret 2009,
Yogyakarta.
18. Siswanto, A., 2003, Seks Pranikah Remaja :
www.duniasex.com diambil pada tanggal 10
Desember 2008, Yogyakarta.
19. Soejoeti, S.Z., 2001, “Perilaku Seks di
Kalangan Remaja dan Permasalahannya”,
Journal Media Litbang Kesehatan XI, (1) :
30-32.
43
20. Soetjiningsih. 2007, Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya, Cetakan
kedua, C.V. Sagung Seto, Jakarta.
21. Sugiyono, 2007, Statistik untuk Penelitian,
Alfa Beta, Bandung.
22. Tim LENSA, 2000, Panduan Konseling
Seksualitas Remaja, PKBI, Yogyakarta.
23. Widjanarko, 1999, Seksualitas Remaja,
Cetakan I, Pusat Penelitian Kependudukan,
UGM, Yogyakarta.
24. Yudarsana, Ramli, 2008, Kasus Kehamilan
Tidak Diinginkan Remaja Bukti Kegagalan
http://
Pendidikan
Sekuler
:
www.prianganonline.com diambil pada
tanggal 13 Maret 2009, Yogyakarta.
Download