BABII TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 11.1. Tinjauan City Hotel

advertisement
BABII
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
11.1.
Tinjauan City Hotel
11.1.1. Definisi Hotel
Terlepas dari sejarah perhotelan, secara harifah, kata hotel dulunya berasal
dari kata hospitium ( bahasa Latin ), yang artinya ruangan tamu. Dalam jangka
waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian yaitu menjadi
Sesuai dengan
hostel.
perkembangan dan tuntutan
orang -orang yang ingin
mendapatkan kepuasan, kata hoste/lambat laun berubah menjadi hotel yang seperti
yang kita kenal sekarang.
Menurut Menteri Perhubungan, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang
dikelola
secara
komersial,
pelayanan penginapan
disediakan
bagi
setiap
orang untuk memperoleh
berikut makan dan minum ( SK. MenHun.RI.No.PM
1O/PW.391/PHB-77).
Menurut Peraturan gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta No. 41
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Hotel pasal 1 ayat (10), Hotel yaitu
jenis usaha akomodasi
menginap
yang menyediakan tempat
dengan perhitungan pembayaran harlan
berbagai jenis fasilitas pelayanan
dan fasilitas kamar untuk
serta dapat menyediakan
seperti fasilitas penyediaan
makanan
dan
minuman, fasilitas konvensi dan pameran, fasilitas rekreasi dan hiburan, fasilitas
olahraga dan kebugaran, fasilitas jasa layanan bisnis dan perkantoran, fasilitas jasa
layanan keuangan, fasilitas perbelanjaan, serta pengembangan fasilitas penunjang
lainnya yang diperlukan untuk aktivitas tamu dan pengtmjung.
Menurut AHMA (American Hotel & Motel Association), hotel adalah suatu
tempat dimana disediakan penginapan, makanan, miniman, serta pelayanan lainnya,
untuk disewakan bagi para tamu atau orang - orang yang tinggal untuk sementara
waktu.
SK Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86 tentang peraturan usaha
dan pengelolaan hotel menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
mempergtmakan
sebagian
atau
seluruh
bangtman
untuk
menyediakan jasa
penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang
dikelola secara komersial.
11.1.2 Klasifikasi Hotel Bintang 4
Kriteria klasifikasi hotel
di Indonesia secara
resmi
dikeluarkan oleh
peraturan pemerintah dan menurut Diljen Pariwisata dengan SK : Kep-22/UNI/78.
Berikut klasifikasi hotel bintang 4 antara lain :
a. Jumlah Kamar
Hotel bintang empat (****) :
1. Jumlah kamar standar, minimum 50 kamar.
2. Kamar suite, minimum 3 kamar dengan luas minimum 48m2 •
3. Kamar mandi di dalam.
4. Luas kamar standar, minimum 24m2•
b
Jenis Tamu
Jenis- jenis tamu yang menginap maksudnya adalah dari mana asal­
usul tamu menginap dengan Jatar belakangnya :
I. Family Hotel
Adalah tamu yang menginap bersama keluarganya.
2. Business Hotel
Adalah tamu
yang
menginap para
businessman, maka
dengan
dernikian diperlukan tata cara praktis dan cepat dalam pelayanan
serta fasilitas business sebagai penunjang.
3. Commercial Hotel
Adalah tamu hotel dari kalangan pengusaha.
4. Tourist Hotel
Adalah tamu
yang
mengmap kebanyakan para
wisatawan, baik
domestic maupun luar negeri.
c. Jenis kamar
Jenis - jenis kamar yang tersedia sesuai dengan jenis tamu yang
menyewa:
1. Standart room
2. Deluxe room
3. Suite room
d. Fasilitas
Definisi fasilitas hotel menurut Zakiah Daradjat "fasilitas adalah segala
sesuatu yang dapat
mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam
rangka mencapai suatu tujuan."
Menurut Suryo Subroto " fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat
memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa
benda-benda maupun uang."
Lebih
luas
lagi
tentang pengertian
fasilitas
berpendapat, "fasilitas dapat diartikan sebagai segala
Suhaisimi Arikonto
sesuatu yang dapat
memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha.
Berikut fasilitas hotel bintang empat (****) :
1. Pool Table
2. Kolam renang
3. Restaurant
4. Bar
5. Room service
6. Meeting room
7. Internet service
8. Parking area
9. Laundry service
10. Massage and Reflexology
11. Fitness Center
12. Elevator and Shops in Hotel
11.2.
Tinjauan Lokasi
11.2.1. Lokasi Tapak dan Tinjauan Kota Tua
"'-"' :,.:.,:..,,"..,:':
Gambar II.2.1.1. Lokasi Tapak
Sumber : Dinas Tata Kota
Lokasi tapak terletak di Jalan Hayam Muruk G!odok Jakarta Barat, yang
bertempat pada bangunan HWI Glodok. Lokasi tapak ini merupakan bagian dari
kawasan Kota Tua Jakarta.
Berikut gambar kawasan Kota Tua Jakarta :
Gambar II.2.1.2. Pela Kola Tua Jakarta
Sumber : Guidelines Kola Tua
Kota Tua Jakarta adalah daerah sebagai icon sejarah atau eagar budaya yang
sangat penting, karena Kota Tua Jakarta merupakan budaya warisan yang harus
dipertahankan serta dilestarikan. Kota Tua Jakarta memiliki identitas kawasan yang
berbeda - beda, bentuk dan ragam bangunan yang memiliki karakter berbeda, serta
ruang publik.
Kota Tua adalah morfologi kota yang memiliki perjalanan sejarah yang amat
panjang, 481 tahun. Dimulai dari sebuah kota yang diberi nama Jayakarta pada
1527,yang luasnya hanya 15 hektar dan berlokasi pada sisi barat sungai Ciliwung
(Kalibesar). Dahulu dalam Kota Tua Jakarta terbagi dalam 4 sub zona yaitu :
1. Pusat Transportasi = Sunda Kelapa
2. Pusat Pemerintahan = Fatahillah
3. Pusat Perdagangan = Kali Besar
4. Downtown= Pecinan
Gambar 1!.2.1.3. Peta sub zona Kota Tua
Sumber : Guidelines Kota Tua
Dan Seiring berkembangnya jaman kawasan Cagar Budaya Kota Tua ini
terbagi dalam 5 zona berdasarkan SK. Gubemur DKI Jakarta No. 34 tahun 2005.
Luas dari kawasan Cagar Budaya Kota Tua adalah 846 Ha :
1. Zona 1: ( Kawasan Sunda Ke1apa) : Karakter Bahari
2. Zona 2: ( Kawasan Fatahillah ) : Karakter Pusat Kota Lama &
merupakan inti dari seluruh kawasan Kota Tua.
3. Zona 3 : ( Kawasan Pecinan) : Karakter Budaya-Etnis
4. Zona 4 : ( Kawasan Pekojan) : Karakter Budaya- Religius
5. Zona 5: ( Kawasan Peremajaan): Karakter Peremajaan baru
Dan Tipo1ogi kawasan Kota Tua terdapat 4 Tipo1ogi bangunan yang dapat
dibedakan sesuai masyarakat danjaman:
1.
Bangunan masyarakat Ko1onial Eropa
Gambar Il.2.1.4. Museum Bank Mandiri
Sumber: Website Museum Jakarta
2.
Bangunan masyarakat Cina
Gambar II.2.1.5. Rumah Chandra Naya
Sumber: Website Rumah Chandra Nava
3.
Banguanan masyarakat Pribumi ( Kolonial Indische)
Gambar II.2.1.6. Museum Wayang
Sumber: Website Museum Jakarta
4.
Bangunan Modem Indonesia ( International Style )
11.2.2. Tinjauan Kawasan Pecinan
Kawasan Pecinan
adalah kawasan yang merujuk pada suatu bagian kota
yang dari segi penduduk, bentuk hunian, tatanan sosial serta suasana lingkungannya
merniliki ciri khas karena pertumbuban bagian kota tersebut berakar secara historis
Kawasan Pecinan Jakarta adalah bagian dari zona Cagar Budaya Kota Tua
Jakarta dimana Pecinan termasuk dalarn zona 3 Karakter Budaya- Etnis dengan
Tipologi bangunan masyarakat cina.
Kawasan
Pecinan
Kota
Tua Jakarta
merupakan
salah satu kawasan
perdagangan tertua dan terbesar di Kota Jakarta bahkan di Asia Tenggara dan
sebagai
permukiman bagi etnis Cina. Sesuai pengarnatan juga diperkuat dengan
adanya klenteng di daerah tersebut, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat
ibadah saja tetapi juga memiliki peran yang besar dalarn kehidupan komunitas Cina
di masa larnpau. Sarnpai saat ini di Kawasan Pecinan
masih berdiri bangunan­
bangunan dengan aplikasi budaya Cina, yaitu dengan bentuk atap lengkung yang
dalarn arsitektur Cina disebut atap pelana sejajar gavel. Bentuk atap yang ditemui di
Kawasan Pecinan harnpir sarna dengan bentuk atap yang ditemukan di daerah Cina
selatan. Karenan kebanyakan imigran-imigran Cina yang datang ke Indonesia
merupakan irnigran yang berasal dari propinsi-propinsi di Cina bagian selatan
seperti Fukien, Chekian, Kiang Si, dan Kwang Tung, karena propinsi-propinsi
tersebut mempunyai tingkat kemakmuran yang rendah dan panen hasil pertanian
mereka sering gaga! karena sering terkena bencana alarn (Lilananda 1998:9).
Selain itu, ada juga bangunan pecinan dengan ciri tembok yang tebal, plafon
yang tinggi, lantai marmer, dan beranda depan dan belakang yang luas hal ini
menandakan adanya
gaya Eropa
atau arsitektur carnpuran
Cina-Eropa dalarn
bangunan yang terdapat di Kawasan Pecinan. Hal tersebut dikarenakan bangsa
Belanda yang pemah masuk ke Indonesia.
Seiring dengan revolusi Kota Tua Jakarta saat jaman Belanda, kawasan
Pecinan Jakarta juga mengalami perubahan kawasan ini mempengaruhi perubahan
lingkungan serta bentuk bangunan.
1.
Perubahan lingkungan
Dalam
kawasan pecinan
Jakarta perubahan lingkungan dilihat
berdasarkan 5 zona utama kawasan pecinan antara lain :
a. Landmark
•
Masa Kerajaan Hindu(< 1527) : Belum terdap,at landmark pada
kawasan Pecinan karena pada masa ini belum terbentuk wujud
fisik kawasan, hanya terdapat komunitas pedagang Cina.
• Masa Kerajaan Islam (1527-1619) : Belum terdapat landmark
karena pada Kawasan Pecinan hanya terdapat
bangunan yang
terbuat dari kayu dan gedek beratap jerami.
• Masa Pemerintahan VOC
(1619-1791) : Landmark
kawasan
adalah Klenteng Jin De Yuan yang merniliki bangunan arsitektur
Cina yang khas dan berbeda dengan bangunan di sekitarnya.
• Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Klenteng
Jin
De
Yuan
masih
merupakan landmark kawasan karena
merupakan bangunan klenteng utama di Kawasan pecinan.
• Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Sampai saat
ini belum teljadi perubahan landmark kawasan, yaitu Klenteng
Jin De Yuan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan
dan peribadatan.
Tahun 2009
Tahun 1850
Tahun 2009
Gambar II.2.2.1.1. Perubahan pada Jl. Pintu Kecil
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
b. Node
•
Masa Kerajaan Hindu (< 1527) :Belum terbentuk permukiman
Cina.
•
Masa Kerajaan Islam (1527-1619): Pasar tradisional yang berada
di sepanjang Kali Besar bagian barat merupakan node utama
kawasan yang saat itu juga menjadi pusat perdagangan Kota
Jakarta.
•
Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) :Pasar tradisional tetap
menjadi node utama kawasan tetapi terjadi perpindahan lokasi,
yang
awalnya berada di sepanjang Kali
Besar bagian barat
menjadi di Kawasan Glodok. Selain itu Klenteng Jin De Yuan
juga menjadi node pada Kawasan Pecinan.
• Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Pasar di
Kawasan Glodok dan Klenteng Jin De Yuan masih menjadi node
pada Kawasan Pecinan.
• Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Saat ini node
utama di Kawasan
Pecinan
adalah Pasar Glodok
komplek pertokoan yang
dan Pasar
Asemka
berupa
kegiatan
perdagangan skala kota. Selain itu Klenteng Jin De
Yuan dan Sekolah
merupakan pusat
Regina Pacis juga menjadi node lain di
Kawasan Pecinan.
Gambar II.2.2.1.2. Perubahan pada Jl. Toko Tiga
Surnber: Skripsi: Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usrnan
Universitas Brawijaya
c. Path
• Masa Kerajaan Hindu (< 1527) :Belum terbentuk permukiman
Cina
• Masa Kerajaan Islam (1527-1619) : Kali Besar merupakan path
utama pada kawasan karena saat itu transportasi air digunakan
sebagai jalur utama perdagangan di Kota Jakarta
•
Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) : Kali dan kana!masih
menjadi path utama pada kawasan yang juga berfungsi sebagai
jalur distribusi perdagangan. Selain itu juga terdapat jalan darat
berupa jalan tanah.
• Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Jalur kana!
diganti menjadi jalan darat yang terbuat dari aspal. Munculnya
permukiman baru turut
mempengaruhi pembangunan jalan
di
kawasan Pecinan.
• Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Saat ini
seluruh jalan di Kawasan
Pecinan berupa jalan aspal dengan
kondisi perkerasan baik yang terdiri dari jalan arteri, kolektor dan
lingkungan.
Gambar II.2.2.1.3. Perubaban pada Jl. Kemenangan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
d. District
• Masa Kerajaan Hindu (< 1527) ; Belum terbentuk permukiman
Cina
•
Masa Kerajaan
berada
di
Islam
sepanjang
(1527-1619) : Kawasan permukiman
Kali
Besar
bagian
barat
dengan
perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun adalah 25:75
•
Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) : Kawasan permukiman
Cina berada di kawasan Glodok yang saat itu berada di luar
tembok
kota dengan perbandingan lahan terbangun dan tidak
terbangun adalah 40:60.
• Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Tetjadi
perluasan kawasan permukirnan Cina hingga ke Jalan Keagungan
dan Pinangsia dengan perbandingan luas lahan terbangun dan
tidak terbangun adalah 80:20.
• Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Saat ini luas
kawasan permukiman Cina menjadi semakin kecil dibanding
masa sebelumnya dengan perbandingan luas lahan terbangun dan
tidak terbangun sebesar 95:5.
Gambar 1!.2.2.1.4. Perubaban pada JJ. Gajah Mada
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
e. Edge
•
Masa Kerajaan Hindu (< 1527) : Belum terbentuk permukiman
Cina.
•
Masa Kerajaan
Islam
(1527-1619) : Batas kawasan
adalah
sebelah timur dengan Kali Besar, sebelah selatan dan barat
berupa sawah dan kebun, dan sebelah selatan berupajalan
• Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) : Terdapat
bartas yang
signifikan pada masa ini, yaitu tembok kota di bagian utara, Kali
Krukut di bagian timur, kanal di bagian barat, dan jalan serta
ruang terbuka hijau di bagian selatan
•
Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920): Pada masa
ini semua batas kawasan Pecinan baik itu di sisi barat, timur,
utara dan selatan berupa jalan.
• Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Pada masa
ini batas Kawasan Pecinan sebelah utara dan timur berupa jalan,
sedangkan sebelah timur dan selatam berupa sungai, yaitu Kali
Krukut.
---· .....-
. l::t.
Tahun 1900
Gambar II.2.2.1.5. Perubaban pacta II. Pintu Besar Selatan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
Perubahan kawasan pecinan
berdasarkan lingkungan di ikuti pula
dengan perubahan morfologi kawasan pecinan berdasarkan masa - masa
pemerintahanjaman dahulu:
Masa Pemlihan ke Pemerintuhan Baru (1791w1920)
t..:lasa Perkembangan JakarteModern (1920-2009)
Gambar 11.2.2.1.6. Perkembangan Kawasan Pecinan
2.
Bangunan
Berdasarkan parameter perubahan bangunan eagar budaya Kawasan
Pecinan Kota Tua Jakarta dapat diketahui bahwa terdapat bangunan yang
telah berubah dan bangunan yang tidak mengalami perubahan :
• Tidak berubah, yaitu hila bangunan
tidak mengalami perubahan dari
bentuk awalnya sebanyak 17 bangunan atau 20,24%.
•
Perubahan kecil, yaitu apabila sifat perubahannya pada masing-masing
bagian
bangunan tidak
secara
sempuma atau tidak mempengaruhi
bentuk kerangka bangunan, seperti diperbaiki sebagian dan sebagainya
serta
mengalarni
kerusakan,
namun
kerusakannya
tidak
sampai
mengganggu fungsi bagian tersebut sebanyak 20 bangunan atau 23,81%.
• Perubahan besar, yaitu apabila perubahan pada bagian bangunan bersifat
sempuma atau telah mempengaruhi bentuk kerangka bangunan, seperti
diganti dan mengganggu fungsi bagian yang rusak atau mengubah
konstruksi utama bangunan sebanyak 47 bangunan atau 55,95%.
Perubahan yang teljadi
Pecinan
Kota
Tua
Jakarta,
pada bangunan eagar budaya di Kawasan
yaitu
omamen/hiasan, penambahan ruangan,
pengubahan interior
penambahan
atau
pengurangan
pengubahan wajah
bangunan, pengubahan/penambahan wama
pengubahan bentuk atap.
bangunan,
cat, dan
0
= Kondisi awal
- ... = Pcriodc pcmbahan
....... = Kctcrkaitan
0
lilY
/IJ
= Tidnk
nda pcrubnhan
= Pcmbahan kccil
= Pcmbahan sedung
- = Pembnlmn besar
Gam bar II.2.2.2.1. Sinkronik-Diakronik Kawasan Pecinan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
11.3.
Tinjauan Lokalitas
11.3.1. Definisi Lokalitas
Lokalitas (locality)
acuannya ke . satu
berdasar ruang.
kelompok
data
yang
Proses
cenderung terkonsenstrasi
berdekatan. Dan
data
cenderung
mengelompok ke range lokasi tertentu. BegitU suatu lokasi diacu, cenderung akan
mengacu ke lokasi-lokasi didekatnya. ( Sumber: Website :Locality)
Lokalitas dalam arti ia berada dalam identitas yang saling berbeda, plural
dalam pengertian horizontal (gender, suku, ras) maupun vertikal (berupa akses
ekonomi dan politik). ( Sumber: Website: Locality)
Lokalitas adalah energi paling krusial dalam tarik menarik kepentingan
globalisasi dari penyeragaman citarasa dunia. ( Sumber: Website: Locality)
Lokalitas dalam arsitektur adalah " sistem masyarakat yang berhubungan
dengan sistem pola perkotaan serta tanda pengenal yang bersifat arsitektural.
Dengan hubungan tersebut setiap orang akan menyesuaikan gambar mental dari
lingkungan sosial kedalam sebuah budaya yang terwujud secara konkret.( Sumber
:
-P. PietroHammel,pl66)
Lokalitas adalah tentang
bagaimana melihat
bahwa seharusnya sebuah
tempat memiliki sentuhan personal, untuk sebuah keindahan yang tidak terduga.
Yang terpenting dari semua yang kita lakukan adalah membuat orang-orang merasa
seperti
di rumah
memang
dalam
lingkungannya. Lokalitas harus
dibutuhkan sebagai sebuah jawaban
dimunculkan karena
terhadap kebutuhan manusia. Ada
kebutuhan sosial - ekonomi bahkan politik serta lingkungan dalam jiwa lokalitas itu
sendiri..(
Sumber : "Critical Regionalism -Architecture and Identity in a Globalized World"
Liane Lefaivre dan Alexander Tzonis- (2003).)
11.3.2. Tinjauan Tipologi Kawasan Pecinan
11.3.2.1. Definisi Tipologi
Tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
tipe. Tipologi arsitektur atau dalam hal ini tipologi bangunan erat kaitannya
dengan
suatu penelusuran elemen-elemen pembentuk suatu sistem
objek
bangunan atau arsitektural. Elemen-elemen tersebut merupakan organisme
arsitektural terkecil yang berkaitan untuk mengidentifikasi tipologi dan
untuk membentuk suatu sistem, elemen-elemen tersebut mengalami suatu
proyek komposisi, baik penggabungan, pengurangan, stilirisasi bentuk dan
sebagainya. (
Sumber : Website Tipologi )
II.3.2.2. Jenis- jenis Bangunan pada Kawasan Pecinan
Kawasan
Pecinan
merupakan kawasan yang
didominasi oleh
masyarakat keturunan Cina atau Tiong Hoa, dimana kawasan ini memiliki
ciri khas bangunan dengan berlnggam cina maupun campuran Cina-Eropa.
Adapun jenis - jenis bangunan yang ada dalam kawasan Pecinan
Glodok ini yaitu bangunan rumah dan tempat dagang dalam satu atap, tidak
heran jika dilihat
pada jaman sekarang karena kawasan
Pecinan
Glodok
merupakan kawasan perdagangan terbesar di Asia Tenggara jaman dahulu.
Berdasarkan :fungsi bangunanya jenis - jenis bangunan Pecinan
dalam Kawasan ini ada 5 type antara lain :
I. Rumah Tinggal
2. Perdagangan atau Tempat Dagang
3. Rumah Toko atau Rumah dan Tempat Dagang
4. Peribadatan atau Rumah Abu
5. Klenteng
Rumah Tinggal
Perdagangan
Rumah Toko
Peribadatan
Gambar II.3.2.2.1. Type -type bangunan Pecinan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
Gambar Il.3.2.2.2. Klenteng
Sumber: Website Klenteng Jakarta
Dan berdasarkan presentase jenis bangunan di kawasan Pecinan
Glodok sebagai berikut :
1. Rumah tinggal dan tempat dagang yaitu sebesar 55,9% dengan
jumlah 47 bangunan,
2. Rumah tinggal sebesar 23,8% denganjumlah 20 buah bangunan,
3. sedangkan untuk Peribadatan dan Perdagangan masing-masing
berjumlah 13 buah dan 4 buah bangunan atau sebesar 15,4% dan
4,9%.
11.3.2.3. Arsitektur bangunan Pecinan
Arsitektur bangunan pecinan Jakarta merupakan bangunan bergaya
arsitektur cina hal ini dikarenakan para imigrasi cina yang datang ke Jakarta
berasal dari cina selatan. Selain itu adapula bangunan bergaya Cina- Eropa.
Salah satu bentuk aplikasi budaya Cina yang dapat ditemui di
Kawasan Pecinanadalah gaya bangunannya yang menonjolkan budaya Cina
yakni dalam bentuk atap lengkung, yang dalam arsitektur Cina disebut atap
pelana sejajar gavel. Sedangkan dalam arsitektur Cina - Eropa adalah
bentuk
plafon
yang tinggi,
berlantai
marmer,
dan beranda depan dan
belakang yang luas.
Pada buku tulisan Gin Djin Su (1964) dijelaskan bahwa karakter
arsitektur Cina dapat dilihat pada:
I. Pola tata Ietaknya
Pola tata letak bangunan dan lingkungan merupakan pencerminan
keselarasan,
harmonisasi
dengan
alam.
Ajaran
Konghucu
dimanifestasikan dalam bentuk keseimbangan dan harmonisasi terhadap
adanya
konsep
ganda.
Keseimbangan antara formal
dan non-formal.
Formalitas dicapai dengan bentuk denah rumah atau peletakan bangunan
yang simetris. Non-formalitas dicapai dalam bentuk penataan taman
yang khas
dinamis dan tidak simetris. Keduanya memhentuk satu
kesatuan yang seimhang dan hannonis
2. Keberadaan panggung dan teras depanlbalkon
Panggung dan teras depan!balkon digunakan sehagai ruang transisi,
dan
3. Sistem struktur bangunan
Sistem struktur merupakan sistem rangka yang khas dan merupakan
struktur utama yang mendukung hohot mati atap. Behan yang disangga
struktur utama disalurkan melalui kolom. Rangkaian sistem kolom dan
halok merupakan suatu hal yang spesiflk. Umumnya, struktur hangunan
merupakan rangka kayu di mana rangka tersehut menerima hehan atap
yang diteruskan ke hawah melalui kolom-kolom. Pintu dan jendela
merupakan pengisi
saja,
oleh
karena itu
hisa
bersifat fleksihel,
sedangkan pintu dan jendela pada hagian teras menggunakan sistem
hongkar-pasang (knock down). Sistem kuda-kuda yang digunakan
merupakan khas arsitektur Cina, yaitu kuda-kuda segi empat. Lantai atas
umumnya merupakan lantai-lantai papan yang disangga oleh halok. Plat
heton ini juga dipakai untuk lisplank serta atap. Behan hergerak dan
hehan mati yang diterima lantai diteruskan ke dinding untuk diteruskan
ke pondasi. Semua proporsi dan aturan tergantung pada sistem standart
dimensi kayu dan standard pemhagiannya. Keseluruhan hangunan Cina
dirancang dalam modul-modul standard dan modular dari variahel
ukuran
yang
ahsolut
proporsi
yang
henar
melindungi
dan
mempertahankan hubungan harmoni bagaimanapun besarnya struktur.
Di dapat satu
kenyataan bahwa arsitektur Cina berkembang sesuai
dengan jamannya. Semua evolusi yang teljadi adalah pada proporsinya.
Skala arsitektur bangunan Cina,
berbeda dengan bangunan di Eropa,
lebih menunjukkan skala manusia daripada Tuhan. Terasan yang rendah
digaris beranda depan dan ketinggian wuwungan yang masih empat kali
tinggi manusia memberikan inpreresi masih bisa dicapai oleh manusia
yang
hidup di halaman sekitarnya. Bahkan bangunan dua lantai yang
tingginya lima
sampai enam kali tinggi manusia, dengan pengaturan
teritisan yang rendah tetap memberikan kesan kehangatan yang sangat
manusiawi,
4. Tou-Kung
Siku penyangga bagian atap yang di depan (teras) merupakan bentuk
yang khas dari arsitektur Cina dan karena keunikannya, disebut tou­
kung. Merupakan sistem konsol penyangga kantilever bagian teras
sehingga keberadaannya dapat dilihat dari arah luar. Ornamen tou-Kung
ini akan terlihat jelas pada bangunan-bangunan istana, kuil atau tempat
ibadah dan rumah tinggal keluarga kaya. Ujung balok
dihiasi dengan
kepala singa yang berfungsi menangkal pengaruh rohjahat,
5. Bentuk atap
Ada beberapa tipe atap yaitu, wu tien, hsieh han, hsuah han dan
ngang shan ti. Studi arkeologis menerangkan bahwa, terdapat dua
kolom dan perbedaan sistem penyangga atap. Dua sistem konstruksi tadi
adalah Tai Liang dan Chuan Dou. Dua sistem struktur ini, menurut
arkeolog berasal dari dua cara membangun rumah tinggal. Tailiang
berasal dari gua prirnitifyang berkembang di Cina Utara dan Chuan Dou
berasal dari rumah di atas pohon (Knapp, 1986: 6-7). Sistem struktur Tai
Liang
adalah
sistem
tiang
dan balok
yang mana balok terendah
diletakkan di atas kolom ke arah Iebar bangunan. Sistem struktur kedua
dinarnakan
Chuan
Dou.
Sistem
ini merniliki
Kolom-kolom yang
didirikan kearah tranvesal dan saling di ikat, dan
6. Penggunaan warna
Penggunaan warna pada arsitektur Cina juga sangat penting karena
jenis warna tertentu melarnbangkan hal tertentu pula. Hal ini berkaitan
dengan kepercayaan-kepercayaan yang berkaitan dengan orientasi baik
dan buruk. Prinsip
dasar komposisi warna adalah harmonisasi yang
mendukung keindahan arsitekturnya Umumnya warna yang dipakai
adalah warna primer seperti kuning, biru, putih, merah dan hitarn yang
selalu dikaitkan dengan unsur-unsur alarn seperti air, kayu, api, logarn
dan tanah. Warna putih dan biru dipakai untuk teras, merah untuk kolom
dan bangunan, biru dan hijau untuk balok, siku penyangga, dan atap.
Warna-warna di sini memberikan arti tersendiri, warna biru dan hijau
berada di posisi timur dan memberikan arti kedarnaian dan keabadian,
warna merah berada di selatan dan memberikan arti kebahagiaan dan
nasib baik, sedangkan warna kuning melarnbangkan kekuatan, kekayaan,
dan kekuasaan. Putih berada di barat dengan arti penderitaan (duka cita)
dan kedamaian. Hitam berada di utara yang melambangkan kerusakan.
Wama-wama tersebut di antaranya:
a. Wama merah yang melambangkan kebahagiaan;
b. Wama kuning juga
melambangkan kebahagiaan dan
wama
kemuliaan;
c.
Wama hijau melambangkan
kesejahteraan, kesehatan,
dan
keharmonisan;
d. Wama putih melambangkan kematian dan berduka cita;
e. Wama hitam merupakan wama netral
dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari; dan
f. Wama biru gelap juga merupakan wama berduka cita,
7. Gerbang
Gih Djin Su memasukkan pintu gerbang sebagai Ciri Arsitektur
Cina, khususnya bangunan rumah tinggal. Pintu gerbang biasanya
berhadapan langsung dengan jalan menghadap ke selatan (orientasi
baik). Pintu gerbang ini berfungsi sebagai ruang transisi antar luar
bangunan dan di dalam bangunan. Pada pintu gerbang biasanya dipasang
tanda pengenal penghuni dan juga gambar-gambar dewa atau tokoh
dalam Mitos Cina atau tulisan-tulisan yang berfungsi sebagai penolak
bala, dan
8. Detail balkon
Detail
balkon
atau angin-angin biasanya menggunakan bentuk­
bentuk tiruan bunga krisan atau bentuk kura-kura darat, yang memiiki
makna panjang umur.
Sedangkan pada arsitektur campuran Cina - Eropa, hanya dengan
tambahan teras depan dan teras belakang
untuk duduk - duduk atau
meminum teh dan kopi.
Beberapa contoh bentuk arsitektur bangunan dikawasan pecinan :
Gambar Il.3.2.3.I. Arsitektur Bangunan Peeinan
Sumber: Website Pecinan Jakarta
II. 4.
Studi Banding
11.4.1. Studi Literatur
•
The Scarlet Hotel Singapore
Gambar II.4.1.1. The Scarlet Hotel
Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore
Hotel The Scarlet Berlokasi dekat dengan Central Business District dan
Chinatown dimana hotel ini membentang sepanjang 12 ruko ( shop house )
dengan modul struktur yang sama.
Hotel The Scarlet mernilki
84 kamar unit dengan 5 kamar suite dengan
individual tema, antara lain : Splendour, Passion, Opulent, Lavish, dan Swank.
Gambar II.4.1.2. Suite Splendour, Opulent, dan Lavish
Hotel Scarlet ini berkonsep boutique hotel dan
didesain arnat mewah
dengan perabot dan elemen dekorasi berkelas.
Konfigurasi seluruh ruangnya sebagai berikut :
TipeRuang
Jumlah
Luasan
Standard Room
8
15-20 sqm
Deluxe Room
28
16-20 sqm
Executive Room
17
16-20 sqm
8
18-24 sqm
Premium Room
14
26-30 sqm
Opulent Suite
1
36 sqm
Lavish Suite
1
42sqm
Swank Suite
I
33 sqm
Passion Suite
1
Executive Room with
balcony
25 sqm, Terrace Area 32
sqm
Splendour Suite (2 br)
1
51 sqm
Tabel II.4.1.1. Type Kamar Hotel
Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore
The Scarlet memiliki 3 restoran
dan bar : Bold, Desire, dan rooftop
restaurant bertajuk Breeze. Juga terdapat 2 fasilitas kesehatan : Soda Spa dan
Flaunt Fitness, dan satu ruang pertemuan yaitu The Sanctum. Semua fasilitas ini
menerapkan desain interior yang menawan, kuliner kelas satu, dan fasilitas
lengkap.
Salah satu restorannya, Desire,
bahkan
mendapat
penghargaan
Singapore's Top restaurant 2008.
Gambar II.4.1.3. Spa soda, Bar Desire dan ruang pertemuan Sanctum
Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore
Fasilitas yang dimiliki The Scarlet boleh jadi relatif sedikit dari segr
kuantitas, tapi sangat maksimal dari segi kualitas, selain aspek sejarah dan
lokasinya yang strategis.
•
Hotel 81 Chinatown Singapore
Garnbarll.4.1.4. Hotel81 Chinatown
Sumber: Website Hotel81 Singapore
Hotel 81 Chinatown Singapore terletak ditengah kawasan sibuk New Bridge
Road and Upper Cross Street di jantung kota China Singapore yang kental
dengan budaya China.
Hotel 81 ini tersedia 99 kamar sewa Standar atau Guest room untuk tarnu
turis.
Gambar !1.4.1.5. Guest Room
Sumber: Website HotelS!Singapore
Fasilitas yang tersedia pada Hotel 81 ini antara lain :
1. safe deposit boxes
2. car parking
3. a tour and travel desk
4. a postal and parcel service
5. laundry services, and medical services.
6. Spring Court Chinese cuisine
Hotel 81 Chinatown ini bermodul sama atau seperti ruko ( shop house )
dengan bangunan deret memanjang , memiliki lorong atau koridor
Gambar Il.4.1.6. Eksterior Hotel 81 dan Koridor
Sumber: Website Hotel81 Singapore
•
Hotel Salak The Heritage Bogor
HQTll(.
.,DIBBETS
Burri!l'IZOR
o.-. N,
.......
Gambar Il.4.1.7. Semasa hotel masih bernama Hotel Dibbet
Sumber: Website Hotel Salak Bogar
Hotel Salak The Heritage dibangun pada tahun 1856 dengan nama
Hotel
Bellevue-Dibbets,
dan dikategorikan sebagai
hotel
khusus
bagi
Kalangan Istana Bogor dan dimiliki oleh seorang Belanda yang memiliki
hubungan keluarga dengan Gubemur Jenderal.
Hotel Salak The Heritage adalah hotel eagar budaya yang bertempat
di seberang Istana Kepresidenan Bogor di samping City Hall di Jalan Ir. H.
Juanda No. 8 Bogor di atas area seluas 8,227 m2.
Hotel ini terdiri dari empat bagian utama. Pertama, bagian depan
yang dikenal
dengan
nama Heritage Building - berupa dua bangunan
bersejarah yang direnovasi. Dua bagian lagi adalah sayap kiri dan kanan
dengan dua dan empat lantai. Bagian keempat adalah bagian belakang hotel
yang berlantai lima, dilengkapi dua lift tamu dan satu lift service. Hotel Salak
terus
meningkatkan layanan dan
fasilitasnya hingga
mencapai
standar
klasifikasi hotel bintang empat.
Gambar II.4.1.8. Hotel Salak saat ini
Sumber : Website Hotel Salak Bogar
Ruang-ruang yang tersedia di hotel Salak dibagi menjadi beberapa tipe
sesuai luasan, fasilitas, dan pemandangan yang dimiliki :
1. Colonial Presidential Suite = 10 x 8 m
Fasilitas yang tersedia Double bed, Interior bergaya colonial, Butler
service 24jam, Koneksi internet
2. Colonial Super Executive
Fasilitas yang tersedia Double bed, Interior bergaya colonial
3. Salak View Room= 7,2 x 6 m
Fasilitas yang tesedia Double bed, Interior bergaya modem
4. Colonial Executive Heritage
=4
x8m
Fasilitas yang tesedia Double bed, Interior bergaya colonial
5. Deluxe Suite Room
Fasilitas yang tesedia Double bed room, living room+ diningset
6. Deluxe Room
Fasilitas yang tersedia Twin room, Double bed room, connecting
room, extra Wi-Fi Internet Access
7. Superior Room
Fasilitas yang tersedia Twin room, double room, connecting room
(Sumber: Website Hotel Salak Bogor)
Fasilitas penunjang yang tersedia di Hotel Salak :
1.
Business Center
2.
Fitness Center
3.
Paradise Travel
4.
Smart Kids Planet & Children Playground
5.
Swimming Pool & Inner Garden
6.
Bellevue Wellness Salon, Spa and Barbershop
7.
Herbal Place
8.
Drugstore & Art shop
9.
Internet Corner
10.
Aesthetic Dentist
11.
ATMCenter
12.
Security & Safety System
Hotel Salak memiliki 6 restoran dan cafe dengan kuliner bervariasi dan
12 ruang pertemuan berkapasitas 10-1500 orang. Keterangan mengenai ruangruang pertemuan diuraikan dalam tabel :
I
Room
Class
Round
Room
Table
U-shape
Size
Theater
I
'
i
Padjadjaran I
12.5m x I 0.5m
20-40
40-70
30-50
70-100
'
Padjadjaran II
llmx7m
20-30
40-60
20-40
50-80
I
I
II
Padjadjaran III
llmx7m
20-30
40-60
20-40
50-80
Batutulis I
1.5mx82m
10-25
10-20
10-20
20-30
I
Batutuli s II
15-20
15-18
15-20
20-30
I
I
I
Batutulis III
]{)- 15
10-16
I
Batutulis IV
,I
!
I
I
I
I
7mx8.2m
7mx7m
5.5m x4.5m
I
I
4-8
I
4-8
I
10-18 110-20
4-6
8-10
Galuh
14.4mx 8m
Pakuan
14.4m x 8m
Burangrang
_j 8.5 mx 9.5 m
I
Istana
28.8m x 18m
I
I
I
20-40
25-40
15 _ 25
I 50- 100
I
30 _ 70
I
30 _50
I 50-70 I 30 _50
I 20 _ 25 _l 20 _ 25
I 75 _!50
Tabe111.4.1.2. Type ruang pertemuan kamar Hotel·Salak
Gambar 11.4.1.9. Fasilitas Hotel Salak
Surnber : Website Hotel Salak Bogor
30-50
100-150 150-400
1
Burnber: Website Hotel Balak Bogor
150-100
Il.4.2. Studi Lapangan
Il.4.2.1. Studi Lapangan Hotel
Ambhara Hotel Jakarta
****
Gambar Il.4.2.1.1. Ambhara Hotel
Sumber : Website Ambhara Hotel
Hotel Ambhara ini terletak di pusat kawasan CBD Blok M dekat
dengan pusat perbelanjaan utama dan pusat distrik bisnis. Hotellni memiliki
ciri khas bangunan Tropis Modern.
Hotel Ambhara
memiliki 203 kamar
yang dirancang standar
internasional. Jenis -jenis kamar Ambhara Hotel ada 4 jenis :
1.
Executive Suite
Executive Suite : 2 Bedrooms with Queen Bed and balcony, Living
room with sofa, 51 TV Chanels & VCD Player,
IDD Telephone Line, 3
Minibar & Coffee/Tea Making Facilities, Compendium, Fax Machine &
Writing Desk, Bathroom Amenities, Hairdryer & Bathrobe, 2 Bathroom
with Bath tub & Shower, Internet Connection , Private Safety Box.
Gambar II.4.2.1.2. Executive Suite room
Sumber: Website Ambhara Hotel
2.
Business Suite
Business Suite
: Living room with sofa, 51 TV Chanels, IDD
Telephone Line, Dining Round Table & Coffee/Tea Making Facilities, 2
Minibar, Compendium, & Writing Desk, Bathroom Amenities, Hairdryer &
Bathrobe, Bathroom with Bath tub & Shower, Internet Connection, Private
Safety Bo
Gambar Il.4.2.1.3. Business Suite room
Sumber: Website Ambhara Hotel
3.
Junior Suite
Junior Suite
: Guest Sofa, 44 TV Chanels& VCD Player, 3
Telephone sets (Bed room & Bathroom), Dining Round Table & Coffee/Tea
Making Facilities, Minibar, Compendium, Fax Machine & Writing Desk,
Bathroom Amenities, Hairdryer & Bathrobe, Bathroom with Bath tub &
Shower
Gambar 1!.4.2.1.4. Junior Suite
Sumber: Website Ambhara Hotel
4.
Deluxe Suite
Deluxe Suite : Amenities, Work Desk, Hairdryer, 24-hour room
service, Concierge, Daily local newspaper, Iron/Ironing Board (available
upon request), High speed Internet Access, Complimentary Safe Deposit
Box
Gambar II.4.2.1.5. Deluxe Suite
Sumber: Website Ambhara Hotel
Karena sekitar hotel Ambhara dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan
perdagangan karena hotal
Ambhara letaknya stratgis di pinggir jalan atau
hoek sehingga dari segala penjuru bisa melihat hbtel ini.
Gambar II.4.2.1.6. Eksterior Ambhara Hotel
Sumber : Dokumentasi Pribadi
11.4.2.2. Studi Lapangan Pecinan
1. Keluarga Souw
Gambar II.4.2.2.1.1. Tampak depan Rumah Souw
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Rumah
Keluarga
Souw
di
Jalan
Patekoan
(sekarang Jalan
Perniagaan). Rumah ini dibangun pada 1816 dan selalu menjadi rumah
tinggal secara turun temurun Keluarga Souw yang dikenal sangat kaya.
Menurut sejarawan Batavia Alwi Shahab, begitu kayanya. keluarga Souw
hingga beberapa di antara mereka diangkat sebagai Luitenant der Chineezen.
Pangkat letnan dan kapitein yang kala itu hanya diberikan Kompeni bagi
keluarga terkaya di suatu daerah tertentu dengan kewenangan mengatur
secara administratif daerah tersebut.
Keluarga Souw yang terkenal di masanya adalah kakak beradik
Souw Siauw Tjong dan Souw Siauw Keng. Souw Siauw Tjong dikenal
orang terkaya di Batavia pada masa itu dan memiliki tanah luas di Paroeng
Koeda, Kedawoeng Oost (Wetan), dan Ketapang, Tan erang, Banten. Ia
juga
dikenang berjiwa
memerintahkan untuk
sosial terhadap masyarakat sekitar,
mendirikan sekolah
sehingga
bagi anak bumiputera di tanah
miliknya, menyantuni orang miskin, dan menyumbang makanan dan bahan
bangunan ketika
kebakaran terjadi.
Souw
Siauw Tjong
yang menjadi
donatur pemugaran Klenteng Boen Tek Bio Tangerang pada 1875 dan
Klenteng Kim Tek Ie Batavia pada 1890 juga rendah hati. Dia menolak
kedudukan luitenant de chineezen yang ditawarkan Kompeni. Meski begitu,
pada
Mei
1877
dia
dianugerahinya
gelar
luitenant
titulair
(letnan
kehormatan). Sedangkan saudaranya, Souw Siauw Keng menjadi luitnenant
der chineezen di Tangerang pada 1884.
Gambar II.4.2.2.1.2. Tampak depan Rumah Souw
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 11.4.2.2.1.3. Tampak atas dan Taman belakang
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Ruko - Ruko Pecinan
a. Rumah Toko LAY AN TONG
Gambar II.4.2.2.2.l._Tampak Samping
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Toko atau ruko LAY AN TONG terletak di Jalan Perniagaan yang
berada tepat dipinggir jalan utarna, Toko LAY AN TONG ini sudah ada
semenjak jarnan penjajahan Belanda dan terkenal hingga saat ini. Selain
berfungsi sebagai tempat usaha/dagang took ini juga berfungsi sebagai
rumah tinggal.
Pembagian fungsi ruang pada rumah took LAY AN TONG :
Lantai 1 :
Bagian depan merupakan tempat usaha I dagang, bagian tengah
area penghubung I taman dalam ( void ), bagian belakang tempat
tinggal area service
Lantai 2:
Bagian depan tempat tinggal dan tempat penyimpanan barang,
bagian tengah void, bagian belakang tempat tinggal.
b. Ruko Perdagangan
Gambar Il.4.2.2.2.2. Ruko Tampak Depan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Terletak di Jalan Perniagaan ruko perdagangan ini merupakan ruko
tempat usaha, dimana fungsi dari ruang berbeda dengan rumah tinggal
took antara lain :
Lantai
1 berfungsi sebagai
tempat usaha I dagang
secara
keseluruhan
Lantai 2 berfungsi sebagai ruang gudang penyimpanan dan
tempat service pedagang
Download